Laporan Pkl Bab 5_um

download Laporan Pkl Bab 5_um

of 19

description

penunjang pkl semen indonesia 3

Transcript of Laporan Pkl Bab 5_um

Laporan Praktek Kerja Lapangan tanggal 02 sd. 30 Juni 2014Di PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.BAB VTUGAS KHUSUS

5.1 JudulHubungan antara Kehalusan dan Kuat Tekan Produk Semen PPCPeriode Bulan Juli sampai Desember 2013

5.2 Dasar TeoriBerdasarkan bahan penyusunnya, semen dibedakan menjadi dua, yaitu OPC (Ordinary Portland Cement) dan PPC (Pozzoland Portland Cement). Untuk menjaga agar mutu semen Portland tetap terjamin, maka syarat kimia dan fisika semen harus dipenuhi. Diantara sekian banyak syarat fisika yang harus dipenuhi adalah kehalusan dan kuat tekan. 5.2.1 Kehalusan butir Semakin halus semen, maka pemukaan butirannya akan semakin luas, sehingga persenyawaannya dengan air akan semakin cepat dan membutuhkan air dalam jumlah yang besar pula. Kehalusan dari semen dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain dengan analisa saringan dan metode blaine. Semen pada umumnya mampu lolos saringan 44 mikron dalam jumlah 80% beratnya. Kehalusan dapat mewakili sifat-sifat fisika lainnya terutama terhadap kekuatan, bertambahnya kehalusan pada umumnya akan bertambah pula kekuatan, mempercepat reaksi hidrasi begitu pula waktu pengikatannya semakin singkat.(a) Metode uji kehalusan pengayakan (analisa saringan).1. Mengambil beberapa gram semen Portland (100 gram) dan dimasukkan ke dalam susunan ayakan 1,2 dan 0,09 gram.2. Ayakan tersebut digoyangkan dengan tangan sebanyak 125 kali per menit dan setiap putaran ayakan 900, lakukan ayakan selama 20 menit.-117-

3. Sisa yang terkumpul di atas ayakan 0,09 mm diayak lagi dengan menggunakan bantuan kuas selama 15 menit.4. Kumpulkansisa di atas ayakan tersebutdan ditimbang beratnya.5. Jumlah sisa dinyatakan dalam persentase terhadap jumlah sampel yang diuji dan dicocokkan dengan tabel standart.

Gambar 5.1 ayakan dengan berbagai ukuran(b) Metode uji kehalusan dengan BlainePengujian kehalusan semen portland dengan menggunakan alat Blaine mengacu kepada ASTM C 204-00,Standard test method for fineness of hydraulic cement by air permeabilityapparatus. Pengujian dengan alat Blaine bertujuan menentukan kehalusan yang dinyatakan dalam luas permukaan spesifik semen portland, dihitung sebagai jumlah luas permukaan total cm2/gram, atau m2/kg semen Portland -118-Gambar 5.2 set blaine

melalui suatu alas semen portland yang disiapkan dengan porositas tertentu, merupakan fungsi dari ukuran partikel dan menentukan laju aliran udara melalui alasnya. (Sumber: SNI 15-3500-2004). Berikut prosedur pengujian kehalusan dengan Blaine (Secara automatic)1. Tentukan Bj Semen yang akan diuji. Dengan memasukan nilai BJ pada funnel akan didapatkan jumlah semen yang akan ditimbang.2. Masukkan semua semen yang ditimbang ke dalam permaebilitas yang telah diberi alas piringan dan 1 lembar kertas saring.3. Ketok-ketok dinding sel sehingga semen yang menempel pada dinding sel akan jatuh dan permukaan akan rata.4. Tempatkan 1 lembar kertas saring pada sel, tekan pelan-pelan dengan plunger sampai bibir plunger menyentuh bibir sel permaebilitas.5. Tarik plunger ke atas, putar 900, tekan ke bawah pelan-pelan dengan hati-hati, tarik plunger dari sel permaebilitas.6. Tempatkan sel permaebilitas pada manometer (sebelumnya bagian dinding luar sel yang masuk ke manometer diberi vaselin tipis agar kedap udara.7. Pada posisi display menu (20,53) pilih No. 1 kemudian enter.8. Posisi test reference, masukkan nama sampel, kemudian enter.9. Pilih operator list, kemudian enter, disini terdisplay jumlah semen yang ditimbang (sesuai type semen).10. Tekan enter, alat akan bekerja otomatis serta hasil blaine akan muncul dipanel alat dan catat nilai kehalusannya. Perhitungan Kalibrasi Alat BlaineSemen Standar : NIST 114 P-119-

Blaine Standar : 3774 cm2/gr = 377.4 m2/kg1)Penentuan CellWA1= 169.5179 66.6349 = 102.8830WB1= 147.8496 69.4315 = 28.4181WA2= 169.5230 66.7180 = 102.8050WB2= 147.8438 69.4799 = 78.36392)Berat Semen Yang DitimbangUntuk tipe I VW = Bj x V x (10.5)= 3.15 x 1.8060 x (10.5)= 2.8445 gram3)Luas Permukaan Spesifik (SS=3774)Maka didapatkan (Ts), rentang waktu dari penurunan tekanan dalam manometer untuk semen standar dengan waktu turun semen standar.Tabel 5.1. Syarat Kehalusan minimal dengan Alat BlaineTipe semenKehalusan, uji permeablitas udara (m2/kg)

Tipe V280

5.2.2 Kekuatan semen Kekuatan semen sangat berpengaruh terhadap kualitas beton, karena fungsi semen sebagai bahan pengikat material beton. Kuat tekan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan suatu beban tekan. Pada umumnya kekuatan tekan diukur pada normal curring (perawatan) sampai umur 28 hari dengan membuat semen menjadi mortar. Mortar adalah campuran semen, pasir dan air yang memiliki persentase komposisi yang berbeda. Kontribusi yang diberikan oleh semen terhadap peningkatan kekuatan mortar terutama terdapat dalam tiga fakor, yaitu: -120-

1) Faktor Air Semen (FAS)Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan mortar. Namun demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan mortar semakin tinggi. Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan mutu mortar menurun. Umumnya nilai FAS minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65. Rata-rata ketebalan lapisan yang memisahkan antar partikel dalam mortar sangat bergantung pada faktor air semen yang digunakan dan kehalusan butir semennya.Untuk semen OPC, FAS ditentukan sebesar 0,48. Sesuai dengan prosedur pengujian kuat tekan dalam SNI 15-2049-2004. Sedangkan untuk semen PPC, FAS ditentukan dengan pengujian laju alir (flow tabel) sesuai SNI 15-0302-2004. 2) Kehalusan Butir Semen Makin halus partikel semen, maka akan menghasilkan kekuatan tekan yang tinggi. Hal ini karena makin luas permukaan spesifik yang bereaksi dengan air dan bercampur dengan agregat. Kehalusan butir semen merupakan sifat fisika dari semen, semakin halus butiran semen, proses hidrasi semen akan semakin cepat sehingga kekuatan mortar akan lebih cepat tercapai. Semakin halus butir semen, waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras semakin cepat. 3) Komposisi Kimia Komposisi kimia semen akan menyebabkan perbedaan dari sifat-sifat semen, secara tidak langsung akan menyebabkan perbedaan naiknya kekuatan dari mortar yang akan dibuat. Pada setiap proses pembakaran umpan kiln menjadi terak (clinker) akan terbentuk senyawa komplek yang berfungsi menyusun kekuatan semen dan memperngaruhi sifat-sifat fisika lainnya. Senyawa C3S memberikan kontribusi yang besar pada perkembangan kuat tekan awal, sedangkan C2S memberikan kekuatan semen pada umur yang lebih lama. Senyawa C3A mempengaruhi kecepatan pengeringan pasta/ mortar dan menunjang pertumbuhan kuat tekan awal. Sedangkan C4AF berfungsi sebagai pemberi warna abu-abu kehijauan di semen. -121 -

Berikut prosedur Uji Kuat Tekan SemenPenentuan kuat tekan mortar semen portland mengacu kepada ASTM C 109/109M-02,Standard Test Method for compressive strength of hydraulic cement mortar. Metoda uji ini melingkupi penentuan kuat tekan mortar semen hidrolis dengan menggunakan cetakan kubus berukuran sisi 50 mm.(a)Peralatan1)Timbangan2)Gelas Ukur3)Mixer Semen4)Cetakan SampelTabel 5.2 Variasi yang diperbolehkan dari Cetakan (mm)ParameterCetakan kubus 50 mm

BaruSudah digunakan

Kedataran sisi< 0.025< 0.05

Jarak antara sisi-sisi yang berlawanan50 0.1350 0.050

Tinggi masing-masing kompartemen50 + 0.25 - 0.1350 +0.25 0.38

Sudut antara permukaan yang berdekatan*)900 0.50900 0.50

Catatan*) Diukur pada titik yang dipindahkan sedikit dari persimpangan. Diukur terpisah untuk setiap kompartemen antara semua muka bagian dalam dan muka yang berdekatan dan antara muka bagian dalam dan bagian atas dan dasar bidang dari cetakan

(Sumber: SNI 15-3500-2004)-122 -

5) Penumbuk 6) Ruang Lembab7) Mesin Kuat Tekan (Hydraulic Compressive Strength Machine)(b)KomponenBahan yang digunakan antara lain:1) SemenSemen yang digunakan dalam uji fisika semen ini yaitu semen Portland berdasarkan SNI 2049-2004.2) Pasir StandarPasir yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang terdapat pada Tabel di bawah ini yang bertujuan untuk penilaian, sumber pasir dan hilangnya karakteristik udara yang ada didalamnya yang tidak diinginkan.Tabel 5.3 Persyaratan Pasir StandarKarakteristik Penilaian, Persentase Yang Lolos AyakanPasir 20 - 30Pasir yang dinilai

No. 16 (1.18 mm)100100

No. 20 (850 m)85 100

No. 30 (60 m)0 596 100

No. 40 (425 m)65 75

No. 50 (300 m)20 30

No. 100 (150 m)0 4

Perbedaan kandungan udara dari mortar yang dibuat dengan menggunakan pasir yang dicuci dan yang tidak dicuci, % udara maksimum2.01.5A)

Sumber pasir-123 -

Ottawa, 1 L atau Les Suer, MnOttawa, 1 L

Catatan*) Kuat tekan semen Portland di buat dengan spesifikasi semen portland campur,semen dikurang kira-kira 4% dari masing-masing persentase udara dalam kubus yang dikompakkan sebanyak 3 bak pasir yang dicuci dan tiga bak pasir yang tidak dicuci dibutuhkan untuk mendeteksi suatu perbedaan kekuatan dari 7% antara pasir mortar yang dicuci dan tidak dicuci.

(Sumber: SNI 15-3500-2004)3)AirAir diperlukan untuk bereaksi dengan pasir dan semen sehingga terjadi reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya proses pengerasan, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir pasir agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Persyaratan air yang digunakan dalam campuran semen adalah sebagai berikut :a)Air tidak boleh mengandung lumpur (benda-benda melayang lain) lebih dari 2 gram/liter.b)Air tidak boleh mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.c)Air tidak boleh mengandungChlorida(Cl) lebih dari 0.5 gram/liter.d)Air tidak boleh mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.Tabel 5.4. Nilai minimum kuat tekan semen Tipe V berdasarkan SNI 15-2049-2004UmurKuat tekan minimum (kg/cm2)

3 hari80

7 hari150

(Sumber: SNI 15-3500-2004)-124 -

Tabel 5.5. Komponen yang digunakan untuk pengujian kuat tekan semen yaitu:

c)Prosedur Kerja1)Siapkan kemudian pasang cetakan dengan memberi gemuk pada setiap sisi yang ditempelkan, lap dan bersihkan kelebihan gemuk.2)Siapkan komponen untuk pembuatan benda uji.3)Siapkan mesin pengaduk.4)Masukkan air kemangkuk aduk.5)Masukan semen.6)Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140 5 rpm) selama 30 detik. Masukan pasir secara perlahan-lahan selama 30 detik selanjutnya diganti dengan kecepatan sedang (28 10 rpm) selama 30 detik.7)Hentikan mesin kemudian tunggu selama 90 detik dan bersihkan dinding mangkuk.8)Jalankan mesin dengan kecepatan sedang selam 60 detik.9)Hentikan mesin dan tunggu selama 90 detik kemudian bersihkan dinding mangkuk.10) Jalankan mesin dengan kecepatan sedang selam 15 detik.11)Setelah pengadukan selesai, segera lakukan pencetakan kubus dengan waktu tidak lebih dari 2 menit dan 30 detik, setelah selesai pengadukan.12)Simpan segera benda cetakan dan benda uji dalam ruang lembab selama 20 40 jam.-125 -

13)Buka cetakan, simpan benda uji dalam air kapur untuk perlakuan umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari.14)Lakukan penekanan umur hari masing-masing. Kecepatan penekanan tidak kurang dari 20 detik dan tidak lebih dari 80 detik.d)Percetakan Benda Uji1)Biarkan mortar dalam mangkuk pengaduk, aduk selama 90 detik tanpa penutup. Selama selang waktu 15 detik pertama, segera bersihkan mortar yang menempel pada dinding mangkuk. Kemudian aduk kembali selama 15 detik pada kecepatan sedang. Segera setelah pengadukan selesai, pengaduk digoyangkan untuk melepas mortar yang menempel dan masukkan kedalam mangkuk.2)Apabila duplikat diinginkan, kembalikan mortar dari meja alir ke mangkuk. Segera turunkan yang menempel pada dinding mangkuk dan kemudian aduk kembali seluruh adonan selama 15 detik pada kecepatan sedang. Setelah pencampuran selesai, pengaduk harus digoyangkan untuk membuang kelebihan mortar dalam mangkuk.3)Apabila adonan duplikat diperlukan untuk uji tambahan, pengujian alir ditiadakan dan mortar dibiarkan dalam mangkuk pengaduk selama 90 detik tanpa penutup. Selama 15 detik terakhir, segera bersihkan mortar yang menempel pada dinding mangkuk. Kemudian aduk kembali selama 15 detik pada kecepatan sedang, setelah pengadukan selesai, goyang-goyangkan pengaduk ke dalam menjatuhkan mortar yang menempel ke dalam mangkuk pengaduk.4)Mulailah pencetakan benda uji dengan waktu tidak lebih dari 2 menit dan 30 detik setelah selesai pengadukan. Tempatkan lapisan mortar setebal25 mm (kira-kira kedalaman cetakan) pada semua ruang cetakan kubus. Tumbuk mortar dalam masing-masing ruang kubus sebanyak (4 X 8) tumbukan dalam waktu10 detik, tumbukkan pada putaran ke-2 putaran selanjutnya, harus tegak lurus terhadap putaran tumbukkan terdahulu dan terdiri atas 8 tumbukkan yang berdekatan satu sama lain pada permukaan benda uji. Tekanan penumbukkan harus cukup untuk menyakinkan pengisian cetakan serba sama. Penumbukkan yang terdiri dari 4 putaran (32 tumbukan) harus selesai untuk satu kubus sebelum dilanjutkan ke kubus yang lainnya. Bila penumbukkan lapisan pertama pada semua ruang kubus telah selesai, isilah kubus dengan sisa mortar dan kemudian ditumbuk seperti pada lapisan yang pertama tadi. Selama penumbukan lapisan usahakan agar mortar yang mencuat ke atas cetakan, dikembalikan ke cetakan setelah setiap putaran penumbukan selesai, dengan jalan menggunakan sarung tangan.-126 -

Setelah tiap kali penumbukkan selesai, puncak dari kubus harus sedikit lebih tinggi dari puncak cetakan. Ambil mortar yang mencuat ke atas cetakan dengan pisau aduk dan ratakan cetakan dengan bagian yang rata dari pisau aduk, masing-masing satu kali melalui puncak tiap-tiap kubus dengan gerakan tegak lurus terhadap panjang cetakan. Kemudian, untuk tujuan meratakan mortar yang mencuat ke atas dan menjadi serba sama ketebalannya, irislah bagian yang datar dari pisau aduk sekali lagi sepanjang cetakan. Iris kembali mortar sampai datar permukaanya dengan puncak cetakan dengan jalam mengiriskan sisi yang lurus dari pisau aduk (hampir tegak lurus dengan cetakan) dengan gerakan menggergaji sepanjang cetakan. (Sumber: SNI 15-3500-2004)e)Penyimpanan Benda UjiSegera setelah pencetakan benda uji selesai, tempatkan benda uji dalam ruang lembab, jaga agar benda uji segera setelah pencetakan berada dalam cetakan yang disimpan di atas dasar pelat di dalam ruangan lembab selama (20-24) jam, dengan permukaan atasnya kontak dengan udara lembab tetapi harus dihindarkan dari tetesan air. Bila benda uji dikeluarkan dari cetakan sebelum 24 jam, jaga agar benda uji selalu berada dalam ruang lembab sampai umur pengujian 24 jam. Kemudian rendam (kecuali untuk pengujian 24 jam) dalam ruang penyimpanan yang terbuat dari bahan yang tidak berkarat dan berisi air kapur jenuh, jaga agar air di dalam ruang tetap jernih, bila perlu diganti airnya.-127 -

f) Penentuan Kekuatan TekanSegera lakukan pengujian setelah benda uji dikeluarkan dari ruang lembab khususnya untuk benda uji untuk umur pengujian 24 jam dari air rendaman untuk pengujian-pengujian umur yang lain, diuji kekuatan tekannya sampai pecah dengan ketentuan waktu sebagai berikut:Tabel 5.6 Toleransi Waktu PengujianUmur PengujianToleransi yang diperbolehkan

24 jam0.5 jam

3 hari1 jam

7 hari3 jam

28 hari12 jam

(Sumber: SNI 15-3500-2004)Jika lebih dari satu benda uji pada saat sama yang dikeluarkan dari ruang lembab, untuk pengujian 24 jam lindungi masing-masing benda uji tersebut dengan kain basah sampai waktu pengujian dilaksanakan. Untuk pengujian dengan umur pengujian yang lain, jika lebih dari satu benda uji pada waktu yang sama dikeluarkan dari air rendaman untuk diuji, pelihara benda uji dalam air pada suhu (23 1,7)0C dan masing-masing benda uji terendam sempurna hingga pengujian dilaksanakan. Seka setiap benda uji sampai kondisi permukaan kering permukaan dan hilangkan butiran-butiran pasir yang lepas atau lapisan kasar dari permukaan yang akan kontak dengan landasan blok mesin uji.-128 -

Beban maksimum total yang ditunjukan oleh mesin penguji nilai kuat tekannya dapat diukur melalui rumus: F=P/A Dengan:P : kuat tekan (N/m2)F: gaya tekan maksimum total (N)A : luas permukaan yang dibebani (m2)

5.3 Teknik Analisis DataProses analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 16. Data didapat dari laboratorium fisika seksi jaminan mutu berupa data kehalusan, baik blaine maupun mesh dan data kuat tekan semen usia 3 dan 7 hari. Data selanjutnya diolah dengan aplikasi SPSS 16 kemudian dilakukan interpretasi data untuk mencari nilai korelasi. Langkah-langkah pemrosesan data dengan menggunakan software SPSS yaitu sebagai berikut :1. Menjalankan program SPSS, akan tampil menu jendela utama berikut. -129 -

2. Klik Variable View, selanjutnya, pada bagian Name tulis variable yang digunakan, seperti pada gambar berikut.

3. Setelah itu, klik Data View, dan masukkan data sesuai variable yang digunakan, seperti gambar berikut.

-130 -

4. Selanjutnya, dari menu utama SPSS, pilih menu Analyze, klik Correlate, ldan klik Bivariate

5. Muncul kotak dialog dengan nama Bivariate Correlations, Masukkan variabel (blaine dan kehalusan) pada kotak Variables. Selanjutnya pada kolom Correlation Coefficient, pilih Pearson, lalu pada kolom Test of Significant, Pilih Two-tailed, dan centang pada Flag Significant Correlations, klik Ok.

-131-

6. Hasil output dari program SPSS yaitu sepergi gambar berikut.

Interpretasi data hasil output dari software SPSS berdasarkan pada arti angka korelasi. Tanda pada nilai koefisien yaitu tanda (+) dan (-) yang menentukan arah korelasi. Tanda (+) menunjukkan bahwa hubungan korelasi searah. Tanda (-) menunjukkan bahwa hubungan korelasi tidak searah. Nilai dari koefisien korelasi juga menunjukkan seberapa kuat korelasi antar variabel, hubungan nilai koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 5.7.Tabel 5.7 Tingkat Hubungan Nilai Koefisien Korelasi-132-

5.4 Data Sebelum dilakukan analisis, data kehalusan dan kuat tekan semen PPC periode bulan Juli sampai Desember 2013 yang diperoleh dari mill 4 dihitung reratanya. Tabel 5.8 Rekap Data Bulanan (Juli sampai Desember) Semen PPC Mill 4.BulanBlaineMeshKuat tekan 1 hariKuat tekan 3 hari

Juli314.684285.2736865.35294197.5294

Agustus32185.9162581.66667218.5556

September342.833386.5587571201.0909

Oktober341.176588.5170686.35714203.2143

November329.91388.2443579.23529211.6471

Desember339.294188.4711897.21429219.5714

5.5 Analisis Data Setelah dilakukan analisis, didapatkan nilai koefisien korelasi antara kehalusan dengan kuat tekan seperti pada tabel 5.9 berikut.Tabel 5.9 Daftar Nilai Koefisien Korelasi Semen PPC mill 4Kehalusan Kuat Tekan

BlaineMesh

Usia 1 Hari0,4930,762

Usia 3 Hari0,0460,350

-133-

-134--110-

Nilai koefisien korelasi ini selanjutnya dapat diartikan sesuai tabel 5.7. Hubungan antara kehalusan menggunakan metode blaine terhadap kuat tekan semen usia 1 hari menunjukkan nilai 0,493. Hal ini berarti tedapat korelasi yang cukup kuat diantara keduanya. Nilai positif mengartikan bahwa korelasi berjalan searah. Ketika nilai kehalusan dengan metode blaine meningkat, maka nilai kuat tekan semen usia 1 hari juga meningkat. Hal yang sama juga bisa dilihat pada nilai koefisien korelasi antara kehalusan blaine dengan kuat tekan 3 hari, kehalusan mesh dengan kuat tekan 1 hari, dan kehalusan mesh dengan kuat tekan 3 hari. Berdasarkan tabel 5.9, nilai koefisien korelasi kehalusan dengan metode blaine dan uji kuat tekan semen usia 3 hari mempunyai nilai 0,046. Nilai ini tergolong sangat kecil, dan mengindikasikan tingkat korelasi yang sangat lemah. Sedangkan untuk nilai koefisien korelasi kehalusan mesh dengan kuat tekan 1 dan 3 hari berturut-turut adalah 0,762 dan 0,350. Nilai 0,762 mengartikan bahwa kedua variabel mempunyai tingkat hubungan yang kuat, sedangkan nilai 0,350 berarti tingkat korelasinya masih lemah. Dari keseluruhan nilai koefisien korelasi data kehalusan dan kuat tekan semen ppc mill 4 menunjukkan nilai positif. Nilai ini didukung dengan grafik 5.1 sampai 5.4 yang menggambarkan hubungan antara kehalusan baik menggunakan metode blaine maupun mesh dan kuat ekan semen usia 1 dan 3 hari. Secara umum, grafik menunjukkan pola linier naik. Pola linier naik memilki arti sifat antara kedua variabel yang searah. Dengan demikian, untuk produk semen ppc mill 4 periode bulan juli sampai desember 2013, ketika nilai uji kehalusan meningkat, maka nilai uji kuat tekan juga akan meningkat. Hubungan variabel kehalusan dan kuat tekan bersifat searah. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, bahwa semakin halusa butiran semen, maka nilai kuat tekannya juga akan semakin meningkat. Meningkatnya nilai kuat tekan juga mengindikasikan semakin baik kualitas semen yang dihasilkan. -135--115-

Jurusan Fisika FMIPAUniversitas Negeri Malang