Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
laporan PKL aplikasi pengukuran
Transcript of laporan PKL aplikasi pengukuran
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada umumnya pengkajian ketahanan material, struktur ataukomponen
mesin, bangunan sipil, kendaraan, dan sebagainya, terdapat beban operasinya,
didasarkan pada perhitungan kekuatan material. Metode ini memberikan hasil
yang baik jika semua komponen beban yang bekerja dapat didefinisikan secara
konkrit, baik kualikatif maupun kuantitatif. Permasalahan akan timbul jika beban
tidak dapat didefinisikan dengan jelas. Data pengukuran dalam suatu penelitian
atau pengujian sangat diperlukan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan
penelitian atau pengujian tersebut.
Dalam hal ini pemahaman akan teknik pengukuran sangat diperlukan agar
data yang dihasilkan, kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan.
I.2. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan profesi mahasiswa
melalui latihan kerja dan pengamatan kegiatan dan teknik-teknik yang
diterapkan dilapangan dalam bidang keahlian instrumentasi, pengukuran
dan kalibrasi.
1
Sebagai sarana agar mahasiswa dapat mengetahui secara langsung segala
kegiatan yang tercakup dalam suatu industri, khususnya dalam hal
penggunaan dan penanganan instrumen dalam suatu proses produksi,
serta berbagai permasalahan yang mungkin dihadapi.
Sebagai sarana untuk menambah pengalaman, ketrampilan dan wawasan
serta sebagai studi banding untuk menyesuaikan kurikulum pendidikan
dengan tuntutan pengetahuan dan teknologi.
I.3. Batasan Masalah
Dalam laporan ini hanya akan dibahas teknik pengukuran yang berkaitan
dengan alat ukur baik sensor maupun penguatnya yang sering digunakan di Lab.
Pengukuran dan Analisa Beban B2TKS BPPT Serpong selama PKL dilaksanakan.
I.4. Metode Pelaksanaan
Metode pengumpulan data dalam praktek kerja lapangan ini adalah dengan
mengikuti kegiatan langsung pengujian / pengukuran di Lab. Pengukuran dan
Analisa Beban B2TKS BPPT Serpong.
Selain metode diatas dilakukan juga dengan pengumpulan data pengujian
yang telah berlalu, wawancara dengan staf terkait, dari arsip atau dokumen riset
dan perpustakaan.
2
BAB II
RUANG LINGKUP PERUSAHAAN
2.1 Sejarah B2TKS (Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur)
Sesuai dengan SK Presiden RI No. 25 tahun 1978, yang kemudian
dilanjutkan dengan SK No. 31 tahun 1982, maka BPP Teknologi menjadi suatu
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada dibawah Presiden dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden, menurut SK tersebut BPP
Teknologi dipimpin oleh seorang Ketua yaitu Prof. DR. Ing. BJ. Habibie dibantu
oleh seorang Wakil Ketua, dan para Deputi. BPP Teknologi disiapkan sebagai
wahana untuk mengkaji masalah-masalah teknologi secara mendalam dan
menyeluruh agar kehadirannya benar-benar mendatangkan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kepentingan bangsa Indonesia. Tugas BPP Teknologi adalah
memilih, mengkaji, dan menerapkan ilmu pengetahuan yang tepat untuk
pembangunan industri.
Dalam rangka penyediaan fasilitas dan sarana penunjang bagi proyek-
proyek yang akan dilaksanakan, maka BPP Teknologi mengelola beberapa
laboratorium di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan (PUSPIPTEK),
dimana salah satu dari sarana laboratorium tersebut adalah Balai Besar Teknologi
Kekuatan Struktur (B2TKS). B2TKS merupakan satuan kerja dilingkungan BPP
Teknologi yang menunjang program kerja BPP Teknologi dalam bidang
pengujian dan penelitian material, komponen dan konstruksi.
3
Untuk mempersiapkan pembangunan Laboratorium B2TKS, pada tahun
1976 di bentuk satu tim yang bernama Tim Pengembangan Balai Besar Teknologi
Kekuatan Struktur, dimana sebagai Ketua adalah Ir. Harsono Djuned Pusponegoro
yang pada saat itu menjabat sebagai Direktur Teknologi yang kemudian menjabat
sebagai Deputi Pengembangan Teknologi. Sedangkan sebagai wakil tim adalah Ir.
Gunawan Sakri S, yang kemudian menjabat sebagai Direktur Pengembangan
Sarana Laboratorium merangkap sebagai Kepala B2TKS, yang pada awalnya
dibantu oleh 20 orang personil. Tugas tim tersebut adalah mempersiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan sarana fisik dan peralatan
laboratorium.
Kegiatan awal pembangunan B2TKS dimulai dengan penyusunan Master
Plan B2TKS yang dilaksanakan pada tahun 1976. Dalam kegiatan ini
dilaksanakan kerjasama dengan tim ahli dari Jerman. Master Plan B2TKS
meliputi :
a. Fungsi B2TKS sebagai Laboratorium nasional dan tempat
penelitian dan pengujian dibidang material, komponen, dan konstruksi dari
instansi-instansi Pemerintah, lembaga-lembaga riset, universitas/lembaga
pendidikan, serta menunjang industri Indonesia pada umumnya.
b. Personalia dengan persyaratan kebutuhan, pembinaan, dan
ketrampilan pegawai. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
memenuhi persyaratan kebutuhan pembinaan dan ketrampilan personil
dilaksanakan training secara periodik dan berkesinambungan di Jerman Barat
yang bekerja sama dengan German Technical Cooperation (GTC) dan CDG
4
( Carl Duisberg Gesselschaft). Pada tahun 1978 berangkat rombongan pertama
sebanyak 14 orang untuk melaksanakan training di Jerman Barat selama 17
bulan. Setelah itu diberangkatkan lagi rombongan-rombongan berikutnya
hingga seluruhnya mencapai 45 orang.
c. Sarana penelitian yang meliputi gedung dan fasilitas penunjang
lainnya.
Tahun 1981 Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur mulai beroperasi
dan pada tanggal 9 Nopember 1984 ditetapkan keputusan Ka. BPP Teknologi No.
214/Ka/BPPT/XI/84, tentang organisasi dan tata kerja B2TKS yang merupakan
satuan kerja dilingkungan BPP Teknologi.Kemudian pada tanggal 18 Desember
1984 B2TKS diresmikan oleh Presiden Soeharto.
2.2. Profil Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur
Visi dan Misi B2TKS
VISI
B2TK sebagai pusat keunggulan dalam keselamatan dan jaminan mutu produk
melalui pengujian, pengkajian dan penerapan IPTEK dibidang kekuatan material
dan struktur.
MISI
Melaksanakan pengujian, penelitian dibidang konstruksi dan pelatihan
dibidang kekuatan material dan struktur
Memberikan pelayanan jasa teknologi kepada industri untuk menciptakan
produk yang competitif
5
Melakukan rekayasa dan rancang bangun dibidang konstruksi
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam menyusun kebijakan
di bidang keselamatan dan jaminan mutu produk.
2.3. Tempat dan Kedudukan Perusahaan
Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) adalah Unit Pelaksana
Teknis dalam Bidang Teknologi Kekuatan Material dan Struktur di lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. B2TKS berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
dan pembinaan teknis dibawah Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang
Bangun dan Rekayasa.
B2TKS bertempat di Kawasan PUSPIPTEK Serpong Tangerang Gedung 220
2.4. Bentuk dan Badan Hukum B2TKS
Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur adalah suatu badan atau instansi yang
dibentuk pemerintah yang merupakan salah satu perusahaan nirlaba, dibawah
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Dana operasional B2TKS terdiri dari
anggaran rutin (DIK) dan dana pelayanan teknis (Dik Suplemen). Alokasi
penggunaan dan pelaporan kedua sumber dana ini dibuat terpisah. Hal ini untuk
mempermudah sistem pelaporan dan pertanggung jawabannya.
2.5. Bidang Pekerjaan B2TKS
6
Dalam kurun waktu 17 tahun ini B2TKS telah berperan serta dalam kegiatan-
kegiatan yang menunjang industri di Indonesia dalam rangka pengembangan dan
peningkatan kualitas produknya. Industri yang telah banyak memanfaatkan
kemampuan B2TKS untuk pengembangan produk mereka diantaranya adalah
industri otomotif, industri migas dan kimia, industri baja, industri rekayasa,
industri kecil/menengah dan industri transportasi
Klasifikasi Bidang Pekerjaan B2TKS :
a. Bidang Test Engineering Operation
Adalah bidang teknologi uji yang melaksanakan operasi pengujian mulai
dari penetapan rencana program operasi pengujian, penetapan langkah-langkah
pengujian, pengendalian dan koordinasi antar disiplin utama pengujian. Bidang
pekerjaan ini mencakup tiga jenis kegiatan lagi yaitu:
Sistem aktuator dan operasinya yang menyiapkan, melaksanakan sistem-
sistem pembangkit gaya, momen dan pengujian.
Sistem operasi uji yang menyiapkan serta mengkoordinasikan pelaksanaan
pengujian seperti langkah uji, ruang pengendalian dan pimpinan pengujian.
Perawatan fasilitas yang melaksanakan perawatan fasilitas uji seperti test
rig, sistem akuator uji dan sistem seperti hidrolik, elektrik dan sebagainya
b. Bidang Test Instrumentation System
Adalah bidang teknologi uji yang menyiapkan, memasang serta
melakukan perkiraan dan pemantauan kerja instrumentasi-instrumentasi
pengujian yang meliputi tiga hal yaitu:
7
Sistem penginderaan dan perolehan data uji, pendefinisian, pengadaan dan
pemasangan peralatan-peralatan penginderaan (sensory) uji dan sistem
perolehan data uji.
Sistem pengolahan data yang bertanggung jawab pada pendefinisian,
penentuan spesifikasi dan pengadaan sistem perolehan data. Bagian ini yang
bertanggung jawab pada pengembangan perangkat lunak sistem pengolah
data yang mampu mengkonversikan electronic uncalibrated data menjadi
calibrated engineering data untuk dipakai oleh para engineer dalam analisis
dan evaluasi data.
Sistem perkiraan (Calibration System) yang bertanggung jawab
melaksanakan peranan seperti membuat spesifikasi alat-alat perkiraan
beserta perangkat lunaknya, pengadaan, pengoperasian dan perawatan alat-
alat perkiraan dan melaksanakan operasi perkiraan.
c. Bidang Test Engineering Analysis
Adalah bidang teknologi uji yang melaksanakan analisis teknis hasil uji,
membuat dokumen teknik hasil uji menurut standar yang berlaku, bidang ini
dibagi dalam dua bagian yaitu:
Sistem uji
Evaluasi dan Analisis hasil uji (Test analysis, Evaluation &
Documentation) yang bertanggung jawab melaksanakan penilaian
(evaluasi) hasil uji membuat dokumen hasil uji (documentation). Bagian
ini juga bertanggung jawab dalam menyiapkan perangkat lunak teknis
8
(engineering software) untuk analisis data bidang teknis struktur dan
teknis material.
d. Bidang Test Artcle Design and Production
Adalah bidang teknologi uji yang merancang bagian benda-benda uji
(Test specimen, Test article) serta memproduksinya. Bidang Ini terdiri dari dua
bagian yaitu:
Perancangan benda uji dan dudukannya (Test Article and Support design),
yang bertanggung jawab dalam rancang bangun & rekayasa benda uji serta
dudukannya pada test stand
Manufaktur benda uji dalam dudukannya, yang bertanggung jawab dalam
membuat dan merancang serta memantau kinerja benda uji pada test stand
e. Bidang Quality System
Adalah bidang teknologi uji yang bertanggung jawab pada jaminan
mutu dari seluruh sistem uji mulai dari operasional, instrumentasi, teknis
analisis perangkat lunak maupun keras serta mutu dari benda-benda uji yang
dibuat serta dipakai
Bidang Keahlian B2TKS
Bidang Keahlian Teknik Material
Bidang ini meliputi teknik-teknik yang berkaitan dengan sifat-sifat
material seperti mekanis, material processing and development
9
fatique&fracture mechanism, failure analysis and remaining life assesment,
protection and corrosion.
SDM yang dibutuhkan untuk bidang keahlian ini adalah Sarjana teknik
Bidang Material dengan latar belakang mesin, Penerbangan, Perkapalan dan
Sipil Bidang Keahlian Teknik Struktur
Bidang ini mencakup teknik konstruksi struktur/mekanik seperti teknik
kendaraan, konstruksi ringan, peralatan mesin-mesin industri, bangunan sipil
serta bidang keahlian getaran teknik
SDM yang dibutuhkan untuk bidang keahlian ini adalah Sarjana Teknik
bidang konstruksi dengan latar belakang Mesin, Penerbangan, Perkapalan,
Sipil dan Otomotif.
2.6. Bidang Pekerjaan Divisi Keuangan
2.6.1 Sub Bagian Keuangan
Tugas Kepala Sub Bagian Keuangan
a. Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan
b. Mengawasi atas pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan
c. Membuat laporan keuangan menyeluruh baik untuk manajemen maupun
laporan resmi
d. Melaksanakan pembinaan pegawai dilingkungannya
Sub bagian Keuangan terdiri dari :
10
1. Urusan Penerimaan Jasa Teknologi yang dilaksanakan oleh Bendahara
Penerimaan bertugas :
Menerima, menyiapkan, dan menyetorkan uang penerimaan
Negara
Membukukan penerimaan uang penerimaan Negara
Membuat laporan penerimaan pendapatan Negara
Melakukan legalisir bukti setoran dengan KPPN
Memungut dan menyetorkan PPN dan PPh
Menandatangani Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
Membuat daftar perhitungan jumlah maksimum pencairan dana
2. Bendahara Pengeluaran bertugas :
Meneliti kelengkapan dan keabsahan dokumen
Menguji kebenaran perhitungan
Menguji ketersediaan dana
Wajib menolak melaksanakan perintah bayar bila tidak memenuhi
syarat
Menyediakan uang persediaan
Membayar kepada yang berhak
Mengambil SP2D yang diterbitkan oleh KPPN
Membukukan uang persediaan
Membuat laporan atas uang yang dikelolanya
Menyediakan SPP GU/UP/TU/LS
Menyampaikan SPM ke KPN
11
Menandatangani Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak
Menandatangani Bukti Kas, Daftar Honor, dan rincian biaya Surat
Permohonan Perjalanan Dinas
Memungut dan menyetorkan PPN dan PPh
2.7. Struktur Organisasi B2TKS
STRUKTUR ORGANISASI BALAI BESAR TEKNOLOGI KEKUATAN STRUKTUR LABORATORIUM UJI KONSTRUKSI
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Gambar 2.1 Struktur organisasi B2TKS BPPT
Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur ( B2TKS) terdiri dari :
1. Kepala Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (Ka. Balai)
Kepala balai merupakan pimpinan tertinggi di B2TKS. Dalam
melaksanakan fungsi dan tugasnya Ka.Balai B2TKS bertanggungjawab
kepada Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa
12
KEPALA
Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha dan
Kepegawaian
Sub Bagian
Keuangan
Sub Bagian Perlengkapan
Sub Bagian Tata Usaha
PelayananTeknis
Bidang Bina Program
Bidang Pengujian Kom- ponen dan Konstruksi
Bidang Pengujian Material
Bidang Sarana Hidraulik dan mekanik
Bidang Sarana Elektronik
Sub Bid. PenyusunanRencana
Sub Bid. Pengawasan Teknis
Sub Bid.Evaluasi dan Laporan
Kel
ompo
k K
onst
ruks
i rin
gan
Kel
ompo
k K
onst
ruks
i U
mum
/Sip
il
Kel
ompo
k P
engu
kura
n da
n A
nali
sa B
eban
Kel
ompo
k A
nali
sa T
egan
gan/
R
egan
gan
Kel
ompo
k K
arak
teri
stik
M
ater
ial
Kel
ompo
k M
etal
ogra
fi d
an
Fra
ktog
rafi
Kel
ompo
k U
ji T
ak M
erus
ak
Kel
ompo
k K
oros
i
Sub Bidang Disain
Sub Bidang SaranaHidraulik dan
Pneumatik
Sub Bidang Sarana Mekanik
Sub Bidang Sarana Inspeksi dan Korosi
Sub Bid.Komputer
Sub Bid. Kontrol Elektronik
Sub Bid. Bengkel Elektronik
(TIRBR) BPPT. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Balai Besar wajib
menerapkan system mutu, prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik
dalam lingkungan internal maupun dengan instansi terkait.
2. Bagian Umum
Bagian umum mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha dan
sumber daya manusia, keuangan dan rumah tangga, Bagian Umum terdiri dari :
a. Sub Bagian Tata Usaha dan Sumber Daya Manusia, mempunyai tugas
melakukan urusan surat menyurat, ekspedisi, kearsipan, penggandaan,
perjalanan dinas, dan penatausahaan, pengembangan, mutasi dan
kesejahteraan pegawai.
b. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas melakukan urusan penyusunan
anggaran dan perbendaharaan, verifikasi serta pelaporan keuangan.
c. Sub Bagian Rumah Tangga, mempunyai tugas melakukan urusan
administrasi pengadaan dan perbekalan, inventarisasi, perawatan dan
perbaikan utilitas dan kendaraan, transportasi dan keamanan internal
3. Bidang Jasa Informasi
Bidang Jasa dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan urusan
pelayanan jasa teknologi, kerja sama teknis, perencanaan, dokumentasi.
Bidang Jasa dan Informasi menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan urusan pelayanan jasa teknologi
b. Pelaksanaan urusan kerjasama teknis
c. Pelaksanaan urusan perencanaan dan pelaporan
13
Bidang Jasa dan Informasi terdiri dari :
a. Sub Bidang Pelayanan Jasa Teknologi mempunyai tugas melakukan
urusan keuangan dan administrasi layanan jasa teknologi serta pemasaran.
b. Sub Bidang Kerjasama Teknis mempunyai tugas melakukan urusan
kerjasama teknis, kehumasan dan keprotokolan, monitoring dan evaluasi
jadwal kegiatan pengujian, penelitian dan perekayasaan.
c. Sub Bidang Perencanaan dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan
urusan perencanaan program dan kegiatan, dokumentasi kegiatan,
penyusunan dan pengarsipan laporan, dokumentasi serta informasi.
4. Bidang Kajian Struktur
Bidang Kajian Struktur mempunyai tugas melaksanakan pengkajian
dan penelitian teknologi kekuatan struktur alat transportasi, bangunan dan
peralatan industri, serta pengukuran dan analisis beban.
Bidang Kajian Struktur menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan pengkajian, pengujian dan penelitian kekuatan struktur alat
transportasi
b. Pelaksanaan pengkajian, pengujian dan penelitian struktur bangunan dan
peralatan industri
c. Pelaksanaan, pengembangan dan penerapan metode sistem pengukuran
serta analisis beban.
Bidang Kajian Struktur terdiri dari :
14
1. Sub Bidang Struktur Alat Transportasi mempunyai tugas melakukan
pengkajian, pengujian dan penelitian alat transportasi dengan
menggunakan parameter beban statis dan dinamis serta pengaruh kondisi
kerja dan lingkungan, termasuk melakukan perawatan peralatan uji yang
menjadi tanggung jawabnya.
2. Sub Bidang Struktur Bangunan dan Peralatan Industri mempunyai tugas
melakukan pengkajian, pengujian dan penelitian struktur bangunan dan
peralatan industri dengan menggunakan parameter beban statis dan
dinamis serta pengaruh kondisi kerja dan lingkungan, termasuk melakukan
perawatan perlatan uji yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Sub Bidang Pengukuran dan Analisis Beban mempunyai tugas melakukan
pengukuran dan analisis beban pada komponen dan struktur, serta
pengembangan dan penerapan metode system pengukuran dan analisis
beban, termasuk melakukan perawatan peralatan uji yang menjadi
tanggung jawabnya.
5. Bidang Kajian Material
Bidang Kajian Material mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan
penelitian karakteristik dan aplikasi material, inspeksi teknis serta analisis
kerusakan dan umur sisa. Fungsi dari Bidang Kajian Material ini adalah :
a. Pelaksanaan karakerisasi dan aplikasi material
b. Pelaksanaan inspeksi teknis komponen dan konstruksi
c. Pelaksanaan analisis kerusakan dan umur sisa komponen dan konstruksi
15
Bidang Kajian Material terdiri dari :
1. Sub Bidang Karakterisasi dan Aplikasi Material mempunyai tugas
melakukan pengkajian, pengujian, penelitian dan pengembangan yang
berkaitan dengan karakterisasi dan aplikasi material, termasuk melakukan
perawatan peralatan uji yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Sub Bidang Inspeksi Teknis mempunyai tugas melakukan pengujian
dengan metode uji tak rusak, pengembangan dan penerapana teknik
inspeksi, termasuk melakukan perawatan peralatan uji yang menjadi
tanggung jawabnya.
3. Sub Bidang Analisis Kerusakan dan Umur Sisa mempunyai tugas
melakukan pengkajian, pengujian, penelitian yang berkaitan dengan
analisis kerusakan material, umur sisa peralatan, dan korosi material, serta
pengembangan teknik pengujian, termasuk melakukan perawatan peralatan
uji yang menjadi tanggung jawabnya
6. Bidang Sarana Uji
Bidang Sarana Uji mempunyai tugas melaksanakan perancangan dan
manufaktur, pengembangan system, dan pemeliharaan sarana uji.
Fungsi Bidang Sarana Uji ini adalah :
a. Pelaksanaan perancangan dan manufaktur sarana uji
b. Pelaksanaan pengembangan sarana uji
c. Pelaksanaan perawatan dan perbaikan sarana uji
Bidang Sarana Uji terdiri dari
16
1. Sub Bidang Perancangan dan Manufaktur mempunyai tugas melakukan
perancangan dan manufaktur, pengoperasian, dan perawatan sarana
perancangan dan manufaktur
2. Sub Bidang Pengembangan Sistem mempunyai tugas melakukan
pengembangan, pengoperasian dan perawatan system sarana uj, system
control sarana uji berbasis computer
3. Sub Bidang Pemeliharaan mempunyai tugas melakukan pengembangan,
perekayasaan, pengoperasian, dan perawatan kelengkapan sarana uji,
system computer dan Local Area Network (LAN)
7. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari
tenaga fungsional, dikoordinir oleh pejabat yang ditetapkan oleh Kepala
B2TKS. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja.
17
18
DEWAN PENGURUSBADAN PENGAWAS
19
R A P A T A N G G O T A
KA. B2TKSPARA KA. BID.
& KA. BAG. UMUM
1.2.3.
Ketua Sekretaris.Bendahara.
DEWAN PENASEHAT
MANAJER ADMINISTRASI
KA. UNIT
SIMPIN
KA. UNIT WASERDA
KA. PROY.UNIT JASA
KA. UNIT JASA UMUM
SRUKTUR ORGANISASI PENGURUS
KOPERASI PEGAWAI B2TKS KOSUPALUK 2008-2011
X
BAB III TEKNIK PENGUKURAN
III.1. Sistem Pengukuran
Pada dasarnya sistem pengukuran terdiri dari tiga bagian besar yaitu :
Sensor, pengkondisi sinyal ( Signal Conditioning) dan Data Acqusition.
Gambar 3.1. Sistem Pengukuran
- Sensor atau transduser adalah alat yang dapat mentransformasi suatu
efek fisika menjadi efek fisika lain yang berguna dan sebagian besar
ditransformasi menjadi sinyal listrik. Karena dalam bentuk ini sinyal
tersebut mudah diolah.
Contoh : sensor gaya, sensor temperatur, sensor tekanan dll.
- Pengkondisi sinyal adalah perangkat untuk memperkuat sinyal yang
dideteksi sensor atau mengubah sinyal dalam bentuk tertentu menjadi
sinyal yang dapat diproses oleh perangkat berikutnya
20
Signal Processor/Computer Sistem
Data logger
Recording Instrument
Oscilloscope
SensorSignal
Conditioning
Contoh : power supply, Wheatstone bridge, Operational Amplifier, A/D
dan D/A converter dll.
- Data Acquisition adalah perangkat yang mengolah lebih lanjut data dari
pengkondisi sinyal untuk diperagakan, disimpan atau dikirim ketempat
lain.
Contoh : Data Processor/Computer, Data Logger, Oscilloscope dll.
III.2. Kesalahan Pengukuran
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, karena
dalam setiap proses pengukuran tidak terlepas dari kesalahan. Hal ini dapat
terlihat dari adanya perbedaan antara harga hasil pengukuran dengan harga
sebenarnya atau perhitungan. Namun demikian untuk menghasilkan harga
pengukuran yang mendekati harga sebenarnya perlu diperhatikan faktor-faktor
yang dapat menimbulkan penyimpangan atau kesalahan dalam pengukuran,
sehingga hasil pengukuran yang dilakukan tidak menyimpang jauh dari harga
sebenarnya (masih dalam batas toleransi yang diizinkan).
Bagaimanapun sempurnanya metoda pengukuran , perbedaan harga dari
nilai sebenarnya selalu didapat.
Pada dasarnya kesalahan pengukuran disebabkan oleh dua kesalahan yaitu
Kesalahan Sistematik dan kesalahan Random.
21
III.2.1. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik adalah kesalahan yang selama berlangsungnya proses
pengukuran berkali-kali , besarnya selalu tetap atau berubah-ubah dengan
perubahan yang dapat diramal.
Kesalahan sistematik dapat ditimbulkan oleh :
1. Gross error, yaitu kesalahan yang diakibatkan karena sipengamat telah
melakukan suatu blunder, misalnya salah baca, salah memakai alat,
salah adjustment terhadap alat, dsb.
2. Kesalahan alat, misalnya : komponen-komponen tidak stabil,
keausan, garis skala yang tidak benar , salah menaruh skala pada angka
, kesalahan kalibrasi, dsb.
3. Faktor lingkungan, misalnya pengaruh suhu, kelembaban, getaran
mekanis, dsb. Suatu mistar baja yang dikalibrasi pada kondisi suhu
20oC akan menimbulkan skala sistimatik bila digunakan pada suhu
30oC.
Mendeteksi kesalahan sistematik memerlukan pengalaman panjang dan
kewaspadaan yang tinggi bagi operator , karena tidak ada rumus untuk
menentukannya.
Namun demikian ada suatu cara untuk memberikan petunjuk adanya kesalahan
sistematik yaitu demgan melakukan pengukuran dengan metoda lain untuk
menguji kebenaran hasil pengukuran semula.
22
Besarnya kesalahan sistematik adalah sama dengan perbedaan antara harga
rata-rata beberapa kali pengukuran terhadap suatu kuantitas dengan harga
sebenarnya dari kuantitas tersebut.
III.2.2. Kesalahan acak ( random error)
Kesalahan acak sama sekali tidak diketahui sumbernya, tidak mungkin
dihilangkan dan selalu ada dalam setiap proses pengukuran. Kesalahan ini dapat
dientukan besarnya dengan metoda statistik.
III.3. Sumber Kesalahan
Seperti telah dijelaskan diatas salah satu penyebab yang dapat menimbulkan
kesalahan dalam pengukuran antara lain :
III.3.1. Alat ukur
Kesalahan alat ukur yakni kekurangan-kekurangan dari alat ukur itu sendiri.
Beberapa kesalahan yang disebabkan oleh alat ukur dan beberapa istilah yang
menunjukan keandalan suatu alat ukur diantaranya adalah :
- Kesalahan nol (zero error)
Kesalahan ini merupakan persentase dari skala penuh alat ukur, besar
kesalahan nol merata diseluruh daerah pengukuran (0 – 100%). Untuk
mengatasinya dilakukan dengan menyetel “zero adjustment” yang
terdapat pada alat ukur.
23
Out put 100%
Zero error 01 100% input
Gambar 3.2. Zero error
- Kesalahan span (span error)
Kesalahan span merupakan persentase dari nilai input, distribusi
kesalahan tidak merata sepanjang daerah pengukuran. Kesalahan span
minimum pada input 0% dan maksimum pada input 100%
output Span 100% error
0 100% input
Gambar 3.3 Span error
- Ketidak-linieran
Linieritas menyatakan hubungan antara keluaran alat ukur terhadap
masukannya. Persentase linieritas dapat dinyatakan dengan persamaan:
24
actual
ideal
actual
ideal
output 100%
0 100% input
Gambar 3.4 Ketidaklinieran
Kesalahan ini timbul karena hubungan antara input dan output yang
tidak linier. Pada input 0 dan 100% kesalahan yang timbul adalah nol.
Tetapi diluar daerah itu terjadi kesalahan, yang dinyatakan dengan kurva
non-linieritas yang mencapai nilai terbesar pada daerah 50% input.
- Hysterisis
Hysterisis didefinisikan sebagai perbedaan hasil pengukuran pada saat
input bergerak naik (dari 0 ke 100%) dengan saat input bergerak turun
(dari 100 ke 0%). Pada umumnya disebabkan oleh komponen-komponen
mekanis pada alat ukur yang menimbulkan gesekan, backlash, elastisitas
berkurang dll.
Out put 100%
Hysterisiserror
0 100% input
Gambar 3.5. Hysterisis
25
Ideal
actual
ideal
aktual
Penanggulangannya dapat dilakukan dengan mengganti komponen
mekanis alat ukur yang diperkirakan menjadi penyebab kesalahan ini.
- Repeatability
Repeatability adalah kemiripan hasil pengukuran (output) yang
dihasilkan oleh suatu alat ukur pada pengukuran yang dilakukan secara
berturut-turut untuk harga masukan (input) yang sama, kondisi operasi,
dan arah pengukuran yang sama.
0 100%
Gambar 3.6 Repeatability
- Accuracy (ketelitian)
Kemampuan dari alat ukur untuk memberikan indikasi pendekatan
terhadap harga yang sebenarnya dari objek yang diukur.
- Precision (ketepatan)
Suatu ukuran kemampuan untuk menunjukan hasil yang sama dari
pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dan identik.
26
output
input
Full Range Tranverse
Repeatability
- Sensitivity (kepekaan)
Perbandingan antara sinyal keluaran atau respons instrumen terhadap
perubahan masukan atau variabel objek yang diukur.
- Resolution ( resolusi)
Perubahan terkecil dari harga masukan dimana alat ukur akan
memberikan respons (tanggapan).
- Readability
Kemampuan alat ukur untuk dapat dibaca oleh pengamat.
III.3.2. Benda ukur
kesalahan dapat timbul disebabkan karena benda ukur itu sendiri. Bila suatu
benda yang ingin kita ukur besaran fisisnya memiliki nilai kuantitatif yang sangat
kecil maka semakin besar kesalahan yang mungkin timbul, selain itu permukaan
benda ukur yang tidak sejajar, suhu benda ukur yang tidak sesuai dsb. dapat
menyebabkan kesalahan dalam pengukuran. Hal ini dinyatakan dalam persentase
pembacaan alat ukur.
III.3.3. Metode pengukuran
Metode pengukuran yang salah dapat menyebabkan kesalahan dalam
pengukuran. Oleh karena itu sebaiknya sebelum melakukan suatu pengukuran
27
perlu diketahui spesifikasi alat ukur dan objek yang akan diukur sehingga dapat
ditentukan metode yang terbaik yang akan digunakan.
III.3.4. Lingkungan
Kesalahan ini disebabkan karena keadaan luar yang dapat mempengaruhi
alat ukur, termasuk keadaan-keadaan disekitar alat ukur/instrumen seperti: efek
perubahan temperatur, kelembaban, tekanan udara luar, medan maknetik dan
medan elektrostatik. Cara yang tepat untuk mengurangi efek-efek ini diantara-nya
adalah pengkondisian udara, penyegelan komponen-komponen instrumen tertentu
secara rapat sekali, pemakaian pelindung maknetik dll.
III.3.5. Operator (manusia)
Kesalahan ini dapat disebabkan karena kesalahan pembacaan, kesalahan
penaksiran, penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian instrumen yang tidak
sesuai. Pengenalan alat ukur dan spesifikasinya, cara-cara penggunaan instrumen
ukur oleh operator juga kegiatan pelatihan sehingga operator terbiasa melakukan
kegiatan pengukuran dapat memperkecil kesalahan ini. Selain itu hasil
pengukuran yang baik memerlukan pembacaan lebih dari satu kali atau mungkin
dengan pengamat yang berbeda. Dalam hal ini kita tidak boleh bergantung pada
satu pembacaan saja, tetapi paling sedikit harus melakukan tiga pembacaan yang
terpisah.
28
IV. KALIBRASI
IV.1. Pengertian Kalibrasi
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan membandingkan
terhadap standar ukur yang tertelusur (traceable) ke standar nasional maupun
internasional.
Bagan telusuran standar (traceability)
Standar Internasional
Standar Primer
Standar Nasional
Standar Kalibrasi
Standar sekunder
Standar Laboratorium
Standar Kerja
Instrumen Industri
Tujuan Kalibrasi
29
1. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu
alat ukur atau bahan ukur .
2. Menentukan deviasi dimensi nominal yang seharusnya dari bahan ukur
3. Menjamin hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun
internasional.
Manfaat Kalibrasi :
Menjaga kondisi alat ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya .
IV.2 Metode Kalibrasi
Kalibrasi dilakukan dengan metode tertentu tergantung pada jenis alat dan
standar acuan nasional atau internasional yang digunakan. Dalam melakukan
kalibrasi perlu dilakukan beberapa perhitungan, karena seperti juga dalam
pengukuran terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan dan perlu dilakukan
pengkoreksian.
Beberapa perhitungan yang dilakukan untuk mengevaluasi hasil kalibrasi
adalah sebagai berikut :
o Nilai Rata-rata (p)
p1,p2,p3 adalah nilai pengukuran 1,2 dan 3
o Mampu ulang relatif (B)
pmax = nilai penunjukan max
30
pmin = nilai penunjukan min
oKesalahan relatif (Q)
P’ = nilai penunjukan alat
po = nilai skala max
o Kesalahan Histerisis (H)
pt = nilai rata-rata tekanan turun
pn = nilai rata-rata tekanan naik
o Ketidakpastian pengukuran, dengan langkah-langkah sbb :
- Cari persamaan kurva dengan metode regresi berdasarkan data
hasil kalibrasi.
- Hitung residual (r) pada setiap pembacaan yaitu selisih antara
hasil pengukuran dengan hasil kalkulasi dengan menggunakan
persamaan kurva berikut pula yang dinyatakan dalam persen.
- Hitung standar deviasi () dengan rumus :
31
dengan n = jumlah data
V= derajat kebebasan = n – jumlah koefisien
- Hitung ketidakpastian type A (UA) dengan rumus :
Jika pengukuran melibatkan regresi
- Ketidakpastian type A dan type B (didapat dari kalibrator)
digunakan untukmenghitung ketidakpastian gabungan (UC) :
dengan UB = ketidakpastian type B
- Ketidakpastian hasil kalibrasi diperoleh dengan mengalikan
ketidakpastian gabungan UC dengan factor pengali K (student’s t
distribution) dengan standar tingkat kepercayaan (confidence level)
95% .
Rumus ketidakpastian hasil kalibrasi :
U = K UC
Faktor K diperoleh dari student’s t distribution ,dihubungkan
dengan Jumlah derajat kebebasan efektif (Veff).
Rumus derajat kebebasan efektif :
dengan VB dianggap sama dengan 12,5 (tingkat kehandalan 20%).
32
Tabel 4.1. Student’s t distribution untuk tingkat kepercayaan
95%
Derajat kebebasan K Derajat kebebasan K
1 12,7 18 2,102 4,3 19 2,093 3,18 20 2,094 2,78 25 2,065 2,57 30 2,046 2,45 35 2,037 2,36 40 2,028 2,31 45 2,019 2,26 50 2,01
10 2,23 60 2,0011 2,20 70 1,9912 2,18 80 1,9913 2,16 90 1,9914 2,14 100 1,9815 2,13 110 1,9816 2,12 120 1,9817 2,11 Tak terhingga 1,96
Sumber : CSIRO
Dalam melakukan kalibrasi perlu diperhatikan pula suhu dan kelembaban
ruangan tempat kalibrasi dilakukan . Deskripsi dan identitas alat serta hasil
pengukuran dicatat pada lembar kerja kalibrasi .
V. APLIKASI PENGUKURAN DAN KALIBRASI
V.1 Pengujian Kebocoran Dectrunk
33
V.1.1. Tujuan Pengujian
Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya kebocoran atau kerusakan
pada Fabrication of spool piece for Pipa stacks HSP : 4T – 4C- 5S sesuai dengan
tekanan uji yang diinginkan pelanggan yaitu sebesar 440 bar dan 460 bar yang
ditahan selama 10 menit.
V.1.2. Benda Uji
Identifikasi benda uji adalah sebagai berikut :
-. Fabrication of spool piece for Pipa stacks HSP : 4T – 4C – 5S, jumlah 3
buah, No Sri 1, 2, dan 3.
V.1.3. Peralatan Pengukuran
a. Pompa dengan fluida oli stellus 68 sebagai pemberi tekanan
b. Pressure Transducer, kapasitas 500 bar Tipe/No.Seri : P3M/26071,
Sertifikat KIM-LIPI s.014422 sebagai sensor tekanan.
c. Amplifier KWS 3073 sebagai penguat sinyal
d. X –T Recorder sebagai perekam data.
V.1.4. Metode Pengukuran
Pengukuran Uji kebocoran dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
34
Mengisi benda uji dengan oli Tellus 68 sampai penuh, sehingga tidak ada
udara yang terjebak.
Memberi tekanan dengan pompa oli pada benda uji sebesar 440 bar.
Pengamatan tekanan dilakukan melalui penguat sinyal KWS 3073 yang
dihubungkan Pressure Transducer seperti pada gambar 1
Keterangan Gambar 1. Benda Uji. (Fabrication of spool piece for Pipa stacks
HSP : 4T – 4C – 5S)2. Pressure Transducer kapasitas 500 bar
35
88888
1
23
4
5
6
3. Valve4. Pompa oli5. Amplifier KWS 30736. X-t Recorder
Gambar 5.1. Rangkaian Pengukuran Uji Kebocoran Decktrunk
Menutup valve pompa pada tekanan 440 bar dan merekamnya pada X-t
recorder selama 10 menit.
Memeriksa kebocoran atau kerusakan pada benda uji secara visual.
Jika tidak terjadi kebocoran atau kerusakan pengujian diulang untuk
tekanan 460 bar dan merekamnya pada X-t recorder selama 10 menit.
Jika pengujian dianggap selesai tekanan pada benda uji diturunkan
sampai 0 bar.
V.1.5. Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran kebocoran pada Fabrication of spool piece for Pipa stacks
HSP : 4T – 4C – 5S diperlihatkan pada gambar 5.2. yang merupakan hasil
pengukuran selama 10 menit.
Dari hasil pengamatan secara visual dinyatakan sebagai berikut:
Benda uji Decktrunk tersebut selama pengujian ( 10 menit ) tidak terlihat
adanya kebocoran untuk tekanan 440 bar dan 460 bar.
Benda uji Decktrunk tersebut selama pengujian ( 10 menit ) tidak
mengalami kerusakan.
Tabel 5.1 : Hasil pengukuran
36
No. Benda
uji
Tekanan Pengujian Penurunan Tekanan
setelah 10 menit (bar)
Keterangan
Permintaan ( bar)
Aktual( bar)
1 440 445 7 Secara visual tidak bocor460 675 8 Secara visual tidak bocor
2 440 445 5 Secara visual tidak bocor460 469 9 Secara visual tidak bocor
3 440 444 9 Secara visual tidak bocor660 467 3 Secara visual tidak bocor
37
Gambar 5.2.
Grafik Pengukuran Hidrostatis
V.2. Uji Tarik Material dengan menggunakan ekstensometer
V.2.1. Tujuan Pengukuran
Uji tarik Material dengan menggunakan ekstensometer dimaksudkan untuk
mendapatkan karakteristik dari material yang diuji ,antara lain :
- kuat tarik (tensile stress)
- batas ulur (yield stress)
- Modulus Elastisitas
V.2.2. Benda Uji
- baja dengan dimensi 22,7mm x 5,4 mm
- lo = 50 mm ( sesuai SII 0318-80)
38
V.2.3. Peralatan ukur
- Mesin Uji tarik RME 100 kN
- Micrometer dengan ketelitian 0.01 mm
- Ekstesometer D 32
- X-Y recorder HP 7045 B
- Amplifier KWS 3073
V.2.4. Metode Pengukuran
1. Merangkai spesimen uji ke mesin uji seperti dalam gambar 5.2 :
2. Melakukan seting peralatan sehingga penunjukan peralatan ukur sesuai
dengan nilai kalibrasinya dan penunjukan skala grafik sesuai dengan
yang diharapkan.
39
8888
Mesin RME 100
Ekstensometer
Amplifier
X-Y recorder
Benda uji
Gambar 5.2. Rangkaian Uji Tarik Material
3. Memberi gaya tarik benda uji dengan menggunakan kontrol mesin RME
100 sampai benda uji mendapat regangan ± 0,2% dengan melihat grafik
Gaya vs Regangan pada XY recorder.
4. Menurunkan gaya tarik hingga ± 10% dan menaikan lagi sampai gaya
yang ditunjukan poin 3.
5. Melepas ekstensometer dan menaikan gaya tarik sampai benda uji
putus.
V.2.5. Hasil Perhitungan
Dari hasil pengujian didapatkan grafik yang ditunjukkan seperti pada
gambar 5.3
dan didapat : Gaya (F) saat 0,2% = 43,5 kN
Gaya (F) maksimum = 54 kN
Luas penampang benda uji = 22,70 mm x 5,40 mm = 122,58 mm2
Gambar 5.3. Grafik Gaya vs Regangan Uji Tarik Material
40
10
20
30
40
50
60
0,2 %
54 kN
43,5 kN kN
F
0
Jadi batas Ulur ( Yield Stress) =
Kuat tarik (Tensile Sterss) =
Modulus elstisitas =
V.3. Kalibrasi Ekstensometer
Ekstensometer adalah transduser untuk mendeteksi perubahan panjang dari
panjang mula-mula (∆l/lo) pada suatu matarial akibat perlakuan gaya tarik atau
tekan.
Contoh kalibrasi Ekstensometer di B2TKS BPPT Serpong
Lembar Kerja Kalibrasi
Deskripsi dan Identitas Alat : Ekstensometer Nomor Seri : AN1
Kapasitas : Lo 10 mm ; sensitivitas 1mV/V = 7867 digit
Pabrik Pembuat : UPT LUK
Tanggal Kalibrasi : 27 September 2002
Kondisi lingkungan : Suhu ruang 23,8 oC ; Kelembaban 57 %
Tabel 5.2. Data Kalibrasi
Penunjukan alat ( digital)
41
Penunjukan
Standar (mm)
1 2 3 Turun
0 0 0 0 00.004 40 39 39 400.008 80 80 80 810.012 121 120 120 1200.016 161 160 161 1600.02 200 200 201 200
0.024 240 240 241 2410.028 280 280 281 2800.032 320 320 321 3210.036 360 361 361 3610.04 400 401 401 400
Dari data diatas dengan menggunakan Microsoft Excel, evaluasi kalibrasi
akan mudah diselesaikan dan hasilnya sebagai berikut :
Perasamaan Regresi : y = 6.07E+03x3 – 8.19E+02x2 + 1.00E+04x – 2.03E-
01
Tabel 5.3. Evaluasi data kalibrasi
Rata-rata error % repeat(%) standar(X) Y(regresi)
0.0 0.00 0.0 0 -0.2039.5 1.25 2.5 0.004 39.7880.3 -0.31 1.2 0.008 79.75120.3 -0.21 0.8 0.012 119.69160.5 -0.31 0.6 0.016 159.61200.3 -0.13 0.5 0.02 199.52240.5 -0.21 0.4 0.024 239.41280.3 -0.09 0.4 0.028 279.29320.5 -0.16 0.3 0.032 319.16360.8 -0.21 0.3 0.036 359.02400.5 -0.13 0.2 0.04 398.88
n = 40 ; Koefisien = 3; 1 digital = 0.0001 mm;
Ub= 0.2 ( dari sertifikat ) ; k=2; Res. = 0.0001 X 0,5 ( ½ X mampu baca)
Standar Deviasi (σ) = 1.217634
Ua = 1.217634
Dengan diasumsikan faktor cakupan =2 dan sebaran persegi maka :
42
Uc = 1.221734
U95 = k X 1.221734 = 2 X 1.221734 = 2.44 digit = 0.0002 mm
KESIMPULAN DAN SARAN
43
VI.1 KESIMPULAN
Dari hasil Kerja Praktek yang telah dilakukan di Lab. Pengukuran dan
Analisa Beban B2TKS BPPT dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk lebih membuktikan kebenaran hasil uji , sebaiknya pengujian
dilakukan minimal tiga kali.
2. Jenis pengujian di Lab. Pengukuran dan Analisa Beban sangat
bervariasi dan mengikuti perkembangan dunia , sehingga
memungkinkan untuk mengembangkan berbagai macam ilmu .
3. Setiap pengujian diperlukan personil yang benar-benar memahami
obyek yang diuji dan menguasi peralatan ukur yang digunakan, agar
kesalahan dapat diminimalkan dan hasilnya dapat dipertanggung
jawabkan.
4. Semua peralatan yang digunakan untuk pengujian harus mampu telusur
ke standar Nasional maupun Internasional, untuk itu perlu dikalibrasi
secara rutin.
SARAN
44
Selama Kerja Praktek di Lab. Pengukuran dan Analisa Beban B2TKS
BPPT dapat diberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan untuk
dipertimbangkan, yaitu :
1. Mengadakan kerja sama dengan perguruan tinggi dalam bidang
pengkajian dan pengembangan teknologi agar dapat ikut membantu
pendidikan nasional.
2. B2TKS hendaknya ikut berperan aktif dalam mempelopori pembuatan
produk-produk dalam negeri.
3. Mengingat peralatan ukur yang dipergunakan sangat sensitip maka
sebaiknya tempat penyimpanan alat dikondisikan.
4. Dengan banyaknya sumber daya manusia yang berkaitan dengan
bidang metrologi di Lab. Pengukuran dan Analisa Beban, diharapkan
bisa lebih mengoptimalkan peralatan ukur yang tersedia.
5. Untuk pengujian Hidrostatis sebaiknya dilakukan pada ruangan
khusus untuk menjaga keamanan personil penguji dari bahaya
pecahnya benda uji.
6. Setiap pengujian yang hasilnya berupa data-data pengukuran
sebaiknya dicantumkan estimasi ketidak pastiannya.
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Thomas G.Beckwith, N.Lewis Buck, Roy D.Marangoni, Univercity
of Pittsburgh, Pengukuran Mekanis, Edisi Ketiga Jilid I, Alih Bahasa :
Ir. Kusnul Hadi, Penerbit Erlangga 1987.
2. CSIRO, Australia USING THE ISO “GUIDE TO THE EXPRESSION
OF UNCERTAINTY IN MEASUREMENT’, CSIRO 1994,1995
3. Cooper W.D, Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran,
Jakarta , Penerbit Erlangga 1994
4. Diklat Kalibrasi dan Metrologi, Serpong, Puslitbang KIM-LIPI 1997
46
Foto yokogawa 3023 x-y Recorder
Foto Amplifire HBM DA.24
47
Foto ekstensometer HBM Dehnungsaufnehmer D3
Foto Portable Data Logger TDS-302
48
Foto Mesin Uji Tarik RME 100
49