LAPORAN PENELITIANlppm.stikosa-aws.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/LAPORAN-PENELTIAN... ·...
Transcript of LAPORAN PENELITIANlppm.stikosa-aws.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/LAPORAN-PENELTIAN... ·...
LAPORAN PENELITIAN
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DOKTER DAN PASIEN GIGI DAN MULUT
DALAM TINDAKAN PRE DAN POST OPERASI GIGI DAN MULUT DI RSUD DR.
SOETOMO SURABAYA
Peneliti :
Edelweis Putri Prima, M. I. Kom (0715018503)
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya
(Stikosa – AWS)
Maret 2018
1
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DOKTER DAN PASIEN GIGI DAN MULUT
DALAM TINDAKAN PRE DAN POST OPERASI GIGI DAN MULUT DI RSUD DR.
SOETOMO SURABAYA
Edelweis Putri Prima, M.I.Kom
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian berjudul “Komunikasi Interpersonal Dokter dan Pasien Gigi dan Mulut
dalam Tindakan Pre dan Post Operasi Gigi dan Mulut di RSUD. Dr. Soetomo Surabaya” ini
bermaksud untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi interpersonal yang digunakan
oleh dokter spesialis bedah mulut dan maksilofasial dan pasien operasi gigi dan mulut.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan informan 3 orang pasien operasi gigi dan mulut serta
3 orang dokter gigi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara
mendalam, dan studi literatur. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Komunikasi Interpersonal Dokter dan Pasien Gigi dan Mulut dalam Tindakan Pre dan Post
Operasi Gigi dan Mulut.
Hasil dari penelitian ini adalah komunikasi interpersonal pre dan post yang
berlangsung positif memberikan dampak penting bagi pasien, dokter, dan juga keluarga
pasien. Komunikasi yang positif telah terbukti memiliki dampak menguntungkan, sebaliknya
komunikasi yang negatif justru dapat menyebabkan keseluruhan dampak yang negatif dokter
maupun pasiennya. Untuk meningkatkan efektifitas komunikasi interpersonal antara dokter
dan pasien terdapat banyak cara. Tetapi dari sekian banyak cara, terdapat cara yang bisa
dianggap mudah untuk menciptakan komunikasi yang efektif yaitu Positiveness (sikap
positif), Empathy (merasakan perasaan orang lain), Supportiveness (sikap mendukung),
Equality (keseimbangan antar pelaku komunikasi) dan Openess (sikap dan keinginan untuk
terbuka).
Disarankan untuk pasien dan keluarga pasien lebih aktif menanyakan soal apa yg
harus dilakukan pre tindakan operasi gigi dan mulut selain itu juga menyampaikan keluhan
serta dampak yang ditimbulkan post operasi gigi dan mulut kepada dokter, kemudian untuk
dokter spesialis bedah mulut dan maksilofasial yang menjalankan tindakan operasi juga harus
kooperatif serta aktif memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien agar
komunikasi antara dokter dan pasien dapat terjalin dan berlangsung positif dan efektif.
Kata kunci : Komunikasi Interpersonal, Dokter dan Pasien, Komunikasi Efektif
2
ABSTRACT
The research entitled “Interpersonal Communication Between Doctor and Dental and
Oral Patients during Pre-and Post Treatment of Dental and Oral Surgery at RSUD Dr
Soetomo Surabaya”. Aims at finding out the process of interpersonal communication between
oral surgery and maxilofacial doctor and dental and oral surgery patient. This research is
qualitative in nature with 3 informant patients of dental and 3 dentist. The data collection
techniques are observation, in-depth interview, and literature study. The formulation of the
research question is how the interpersonal communication between doctor and dental and
oral patients during pre and post treatment of dental and oral surgery is.
The result of this research is the pre and post interpersonal communication which
positively gives important impact to patients, doctors, and family of patients. Positive
communication proves to have advantageous impact while negative communication even can
cause negative impact both to doctor and to patients. There are many ways to improve the
effectiveness of interpersonal communication between doctor and patients. Howefer, there
are someeasy ways to create effective communications: positiveness, empathy,
supportiveness, equality and openness.
It is suggested that patient and family of patient be more active in asking about what
to do for pre treatment of dental and oral sugery. And in bringing out pains and impacts of
post-dental and oral surgery to the doctor. For specialist doctor of oral surgery and
maxillofacial who perform operation, he or she should work coorperatively and inform
patient and patient family actively so that communication between doctor and patient can go
positively and effectively.
Key words : Interpersonal Communication, Doctor and Patients, Effective
Communications
3
I. Latar Belakang
Komunikasi adalah bentuk sosial hubungan yang terjadi antar manusia. Manusia tanpa
komunikasi bagaikan hal yang mustahil terjadi, apalagi di era digital seperti saat ini. Thomas
M. Scheidel dalam buku Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2003),
menjelaskan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas
diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi
orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Namun tujuan
dasar kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita.
Menurut Onong Uchjana Effendy, dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek, (2009), Pengertian komunikasi menurut istilah bahasa inggris communication
berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi,
misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama
ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang
dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain
perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa
itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-
duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapkan.
Demikian halnya dengan komunikasi yang terjadi antar dokter dan pasien.
Komunikasi antara dokter dan pasien seringkali menjadi sesuatu yang kompleks. Adakalanya
sang dokter sudah merasa memberikan pelayanan yang prima, padahal sang pasien merasa
belum dilayani dengan baik. Oleh karenanya hubungan komunikasi antara dokter dan pasien
ada baiknya juga didukung oleh pelananan medis dari sudut yang lain, tak hanya dokter saja,
melainkan juga orang-orang yang berhubungan dengan pelayanan medis seperti perawat,
petugas laboratorium, petugas administrasi dan lainnya. Tentunya komunikasi yang terjadi
harus terjalin hubungan yang harmonis agar kedua belah pihak merasa nyaman.
Komunikasi antara dokter dan pasien termasuk dalam bentuk komunikasi
interpersonal atau komunikasi antar pribadi, dimana komunikasi yang terjadi antara dokter
dan pasien biasanya terjadi secara tatap muka dan secara langsung. Dimana komunikasi
interpersonal yang terjadi antara dokter dan pasien juga harus memiliki kesamaan persepsi,
agar komunikasi yang terjadi dapat terjalin dengan baik.
Komunikasi kesehatan salah satunya adalah komunikasi kesehatan. Dalam buku
Komunikasi Kesehatan: Sebuah Pengantar, (2017: 7) Komunikasi kesehatan adalah
4
mengarahkan, menguatkan dan memengaruhi individu dan komunitas. Tujuan komunikasi
kesehatan adalah kualitas pengetahuan individu, karena komunikasi kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan capaian kesehatan dengan berbagi informasi yang berkaitan dengan
kesehatan.
Salah satu bentuk komunikasi kesehatan yang berkaitan dengan komunikasi
interpersonal adalah komunikasi dokter dan pasien. Tindakan operasi gigi dan mulut
dilakukan oleh dokter spesialis bedah mulut dan maksilofasial, dimana tindakan pre dan post
operasi ini dilakukan pertemuan secara bertahap dan secara kontinyu. Sehingga ketika pre
dan post operasi hubungan komunikasi antara pasien gigi dan mulut serta dokter bedah mulut
dan maksilofasial ini dapat terjadi komunikasi yang baik.
Melihat dari sudut pandang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
interpersonal antara dokter dan pasien. Lebih mengerucut lagi, peneliti memfokuskan pada
Hubungan interporsonal dokter dan pasien dalam Tindakan Pre dan Post Operasi Gigi dan
Mulut di RSUD. Dr. Soetomo Surabaya. Dimana tindakan operasi gigi dan mulut ini tidak
semua rumah sakit dapat melayani tindakan medis ini. Pemilihan RSUD Dr. Soetomo juga
terlebih karena RSUD Dr. Soetomo adalah rumah sakit pemerintah tertua dan terbesar di
wilayah Jawa Timur, khususnya di Kota Surabaya.
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Komunikasi Interpersonal Dokter dan
Pasien Gigi dan Mulut dalam Tindakan Pre dan Post Operasi Gigi dan Mulut di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya?”
III. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjawab rumusan masalah yakni untuk
mengetahui bentuk Komunikasi Interpersonal Dokter dan Pasien Gigi dan Mulut dalam
Tindakan Pre dan Post Operasi Gigi dan Mulut di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
5
IV. Tinjauan Pustaka
IV.1 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi merupakan dasar bagi kehidupan manusia, dengan berkomunikasi
manusia bisa berinteraksi dengan manusia lainnya, sehingga manusia dapat tumbuh dan
berkembang sebagai manusia. Sebagian besar interaksi antar manusia berlangsung dalam
tingkatan proses komunikasi antar pribadi, terutama dalam kehidupan kita sebagai individu
(Sri Moerdijati, 2012:154).
Komunikasi antar pribadi dapat didefinisi dari tiga perspektif yaitu (1) komponensial,
(2) perkembangan, (3) relasional.
IV.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi merupakan dasar atau jantung bagi kehidupan manusia, dengan
berkomunikasi manusia bisa berinteraksi dengan manusia lainnya, sehingga manusia dapat
tumbuh dan berkembang sebagai manusia. Sebagian besar interaksi antar manusia
berlangsung dalam tingkatan proses komunikasi antar pribadi, terutama dalam kehidupan kita
sebagai individu. Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka komunikasi antar pribadi
mempunyai beberapa tujuan. Menurut DeVito (DeVito, 2006:12-14) dalam Sri Moerdijati,
Pengantar Ilmu Komunikasi (Moerdijati, Sri, 2012:160-162) tujuannya adalah sebagai
berikut:
1. To discover
Salah satu tujuan utama dari komunikasi berkaitan dengan pembentukan konsep diri
atau menemukan/mengetahui siapa kita. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai
siapa diri kita, dan itu hanya bisa diperoleh melalui informasi yang diberikan oleh
orang lain, terutama melalui hubungan antar pribadi. Selain mengenal diri sendiri,
melalui komunikasi antar pribadi kita juga dapat mengetahui nilai, sikap dan perilaku
orang lain.
2. To relate
Manusia diciptakan sebagai mahluk individu dan sekaligus sebagai mahluk sosial.
Oleh karena itu salah satu motivasi yang kuat dari seseorang adalah untuk membentuk
dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Sehingga setiap orang tidak ingin
untuk hidup sendiri, mereka ingin merasakan dicintai, disukai serta menyayangi dan
6
menyintai orang lain. Hubungan seperti ini membantu mengurangi kesepian dan
ketegangan, serta membuat diri kita bersikap lebih positif baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain.
3. To help
Psikolog, psikiater, konsultan dan ahli terapi, adalah contoh profesi yang mempunyai
fungsi menolong orang lain. Sedangkan guru, orangtua dan teman-teman atau sahabat
seringkali juga mempunyai tujuan untuk menolong orang lain. Misalkan dengan
memberikan nasehat dan saran untuk memecahkan atau menyelesaikan persoalan
yang sedang dihadapi.
4. To persuade
Dalam komunikasi antarpribadi seringkali kita berusaha untuk mengubah sikap dan
perilaku orang lain. Mencoba cara diet baru, membeli suatu barang, membaca buku,
percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah, mempengaruhi orangtua bahwa sahabat
kita orangnya baik dan lain sebagainya. Kegiatan mempengaruhi dalam komunikasi
antar pribadi selalu ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga lebih banyak
waktu yang kita gunakan untuk mempersuasi orang lain
5. To play
Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan, relaksasi serta
melepaskan diri dari ketegangan.
IV.3 Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Efektifitas komunikasi antar pribadi menurut DeVito dapat dilihat dari dua perspektif
yaitu perspektif humanistik dan perspektif pragmatis. (Senjaya, 1994: 6.28) Dua perspektif
ini saling melengkapi meskipun ada beberapa karakteristik dari dua perspektif yang
mempunyai maksud hampir sama. Berikut uraian lebih rinci dari kedua perspektif tersebut
disarikan dari Senjaya (1994:6.28-6-31).
1. Perspektif Humanistik meliputi sifat-sifat sebagai berikut :
a. Keterbukaan/openness
b. Perilaku supportif/supportiveness
c. Perilaku positif/positiveness
d. Empati/empathy
e. Kesamaan/equality
7
2. Perspektif Pragmatis meliputi sifat-sifat sebagai berikut :
a. Bersikap yakin/confidence
b. Kebersamaan/immediacy
c. Manajemen interaksi/interaction management
d. Perilaku ekspresif/expressiveness
e. Orientasi pada orang lain/other orientation
IV.4 Komunikasi dan Peranan Dokter dalam menangani Pasien Gigi dan Mulut dalam
Tindakan Pre dan Post Operasi Gigi dan Mulut
Komunikasi yang terjadi antara dokter dan pasien merupakan jenis komunikasi yang
berlangsung secara transaksional, face to face, dan berlangsung secara langsung. Jenis
komunikasi ini melibatkan dua orang yang berbeda posisi, tidak sukarela, isi pesan yang
penting sehingga membutuhkan kerjasama yang baik seperti dikemukakan oleh Ong, dkk.
(1995) bahwa :
The doctor–patient relationship is one of themost complex interpersonal relationships. It
involves the interaction between people in non-equal positions, is often non-voluntary,
concerns issues of vital importance, is emotionally laden and requires close cooperation.
Komunikasi antara dokter dan pasien adalah bentuk komunikasi kesehatan yang
sifatnya interpersonal yang kompleks. Proses komunikasi ini dikontrol bagaimana bentuk
hubungan yang berlangsung dalam proses komunikasi tersebut. Bentuk hubungan
Komunikasi antara dokter dan pasien ditekankan pada terjadinya komunikasi efektif antara
dokter dan pasien yang memberikan manfaat.
Edelmann (2000) mengidentifikasi empat faktor utama yang mungkin mempengaruhi
sifat dan efektivitas komunikasi antara dokter dan pasien, yaitu :
1. Karakteristik dokter (jenis kelamin dan pengalaman)
2. Karakteristik pasien (jenis kelamin, kelas sosial, usia, pendidikan dan keinginan akan
informasi)
3. Perbedaan antara kedua belah pihak dalam hal kelas sosial dan pendidikan sikap,
keyakinan dan harapan
4. Faktor-faktor situasional (beban pasien, tingkat kenalan dan sifat masalah yang
diajukan).
8
Peranan dokter dalam menangani pasien gigi dan mulut dalam tindakan pre dan post
gigi dan mulut sangatlah penting. Dalam hal ini, dokter yang menangani pasien gigi dan
mulut adalah dokter spesialis bedah mulut dan maksilofasial.
Menurut Mayersak RJ. dalam Facial trauma. In: Marx JA, Hockberger RS, Walls
RM, et al, eds. Rosen’s Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice , Bedah
mulut dan maksilofasial adalah teknik bedah yang dilakukan pada mulut (oral) dan
daerah maksilofasial (rahang, leher, dan wajah), dengan tujuan estetika atau medis dan
keduanya. Pasien mungkin perlu mengunjungi ahli bedah maksilofasial mulut jika telah
dirujuk oleh dokter umum dan spesialis lainnya, yakni pasien yang menderita cacat
wajah atau kondisi TMJ misalnya, mereka yang telah didiagnosa dengan kanker kepala
dan leher, terdapat cacat di mulut dan wilayah maksilofasial, pasien mengalami sakit
gangguan sendi temporomandibular, yang biasanya menyebabkan nyeri pada wajah yang
dapat merambat ke arah bahu, serta pasien dengan kebutuhan untuk menciptakan
penopang yang tepat untuk mulut.
IV.5 Teori Interaksi Simbolik
Menurut Silfia Hanani, Komunikasi Pribadi, Teori dan Praktik, (2017: 203) tokoh
utama dari teori ini adalah Herbert Mead yang mengulas teori ini dalam bukunya berjudul
Mind, Self, and Society. Menurut beberapa tokoh teori interaksionisme simbolik, seperti
Blumer, Rose, dan Snow sebagaimana dikutip oleh Ritzer dan Goodman (2015: 289)
menyimpulkan beberapa prinsip dasar, sebagai berikut :
- Menghargai kemampuan manusia dalam berpikir
- Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi dan komunikasi sosial
- Ketika berinteraksi sosial manusia mempelajari arti dan simbol
- Simbol yang dimaknai memungkinkan melanjutkan interaksi.
- Manusia bisa mengubah arti dan simbol sesuai dengan penafsiran mereka dan
kepentingan
- Di samping itu, manusia juga mampu membuat kebijakan memodifikasi atau
mengubah simbol-simbol tersebut
9
- Kemudian pola atau simbol dan arti yang saling terkait akan membentuk
kelompok dari sebuah masyarakat yang sama-sama memiliki pengertian dan
makna yang sama dari simbol tersebut.
Dalam memahami komunikasi antarpribadi, teori interasionisme simbolik
memiliki arti penting untuk dijadikan sebagai pendekatan dalam memahami komunikasi ini.
Teori interaksi simbolik memandang setiap interaksi manusia merupakan simbol-
simbol yang memerlukan pemaknaan, penafsiran serta interpretasi. Dalam komunikasi,
manusia selain berkomunikasi secara non verbal juga berkomunikasi secara verbal dengan
menggunakan simbol-simbol yang bermakna dalam kehidupan manusia.
Paham mengenai interaksi simbolik (symbolic interaction) adalah suatu cara berfikir
mengenai pikiran (mind), diri dan masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi
kepada tradisi sosiokultural dalam membangun teori komunikasi. Dengan menggunakan
sosiologisebagai fondasi, paham ini mengajarkan bahwa ketika manusia berinteraksi satu
sama lainnya, mereka saling membagi makna untuk jangka waktu tertentu dan untuk tindakan
tertentu (Morissan & Wardhany, 2009:74-75).
IV.6 Komunikasi sebagai Interaksi Simbolik
Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan
bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak)
tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut (Mulyana, 2003:92). Apa saja bisa dijadikan
lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan atau tulisan), isyarat
anggota tubuh, makanan dan cara makan, tempat tinggal, jabatan (pekerjaan), olahraga, hobi,
peristiwa, hewan, tumbuhanm gedung alat (artefak), angka, bunyi, waktu, dan sebagainya
dapat bersifat simbolik (Mulyana, 2003:94)
Apabila komunikasi berlangsung dalam tatanan interpersonal tatap muka dialogis
timbal balik (face-to-face-dialogical-reprocal) ini dinamakan interaksi simbolik (symbolic
interaction). Apabila interaksi simbolik ini menjadi istilah komunikasi dan sosiologi, tidak
perlu diherankan, sebab komunikasi dan sosiologi bersifat interdisipliner; objek material
(objectum material)-nya sama, yakni manusia, tegasnya perilaku manusia (human behavior).
10
Interaksi simbolik dapat dikatakan perpaduan dari perpektif sosiologis dan perpektif
komunikologis, oleh karena interaksi adalah istilah dan garapan
Blumer (dalam Effendy, 2003:393) mengawali pemikirannya mengenai interaksi
simbolik dengan tiga dasar pemikiran penting sebagai berikut:
a. Manusia berperilaku terhadap hal-hal berdasarkan makna yang memiiki hal-hal
tersebut baginya.
b. Makna hal-hal itu berdasar dari, atau muncul dari interaksi sosial yang pernah
dilakukan dengan orang lain.
c. Makna-makna itu dikelola dalam dan diubah melalui proses penafsiran yang
dipergunakan oleh orang yang berkaitan dengan hal-hal yang dijumpainya.
V. Metode Penelitian
V.1 Tipe Penelitian
Menurut Dr. Prasetya Irawan, M.Sc dalam bukunya Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, metode penelitian dalam penelitian kualitatif cenderung
bersifat deskriptif, naturalistik, dan berhubungan dengan “sifat data” yang murni kualitatif.
Contoh metode kualitatif adalah etnografis, studi kasus, observasi, dan historis.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan, tipe penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif dengan metode observasi dan studi kasus. Sebab peneliti berusaha untuk
menggambarkan bagaimana Komunikasi Interpersonal Dokter dan Pasien Gigi dan Mulut
dalam Tindakan Pre dan Post Operasi Gigi dan Mulut dengan mendatangi langsung lokasi
penelitian serta melakukan wawancara mendalam.
V.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitiannya adalah bulan Desember 2017 – Maret 2018
V.3 Jenis Data
Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara peneliti dengan enam orang
narasumber yakni 3 orang dokter gigi serta 3 orang pasien gigi dan mulut yang akan
menjalankan operasi gigi dan mulut. Sedangkan data sekunder berasal dari data pustaka dan
informasi yang dikumpulkan selama penelitian berlangsung.
11
V.4 Teknik Analisis Data
Peneliti akan mengumpulkan semua jenis data yang kemudian diolah berdasarkan
metode yang telah ditentukan.
VI. Hasil dan Analisis Data
Efektivitas Komunikasi interpersonal dokter dalam melayani keluhan pasien
merupakan elemen kunci untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang
dimaksud disini adalah berhasilnya komunikasi yang dijalankan Dokter gigi dalam melayani
pasien, dengan kesadaran akan pentingnya komunikasi yang dinamis dan berkualitas, aktif
bukan pasif, artinya komunikasi interpersonal yang dijalankan Dokter bukan hanya
komunikasi dari pengirim kepada penerima pesan dan sebaliknya, melainkan komunikasi
timbal balik antara pengirim dan penerima pesan.
Dari hasil temuan data peneliti yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang
dimana setiap informan akan menjelaskan hubungan interpersonal dokter dan pasien dalam
Tindakan Pre dan Post Operasi Gigi dan Mulut yang terdiri dari Positiveness (sikap positif),
Empathy (merasakan perasaan orang lain), Supportiveness (sikap mendukung), Equality
(keseimbangan antar pelaku komunikasi) dan Openess (sikap dan keinginan untuk terbuka)
dengan uraian sebagai berikut :
1. Sikap Positif (positiveness)
Sikap positif komunikasi interpersonal harus dilakukan dengan penggunaan pesan
positif daripada negatif (DeVito, 2007:224). Contohnya menggantikan pesan negatif “saya
berharap cuaca hari ini tidak cerah”, dengan mempertimbangkan alternatif positif “saya
berharap cuaca hari ini cerah”. Seperti kita dapat mengharapkan, pesan positif penting untuk
menciptakan dan mempertahankan kepuasan hubungan komunikasi.
Sikap positif dalam komunikasi antara Dokter dan pasien terlihat dalam sikap yang
menyenangkan dari dokter ketika berkomunikasi dengan pasien ketika mengalami masalah.
Hal ini diungkapkan Drg. Isnoe Suryandanu :
“Berkomunikasi dengan pasien, dimulai dengan cara berkomunikasi yang baik,
pilihan kata yang digunakan dengan sikap sopan dan menyenangkan, intonasi suara
12
dan bahasa yang mudah dimengerti pasien sehingga capaiannya pasien menjadi
paham dan lebih menumbuhkan kepercayaan dokter dengan pasien.
Dari penjelasan yang diberikan Drg. Isnoe Suryandanu diatas, bahwa dengan sikap
yang positif dapat menjalin hubungan yang baik antara dokter dan pasien, sehingga ketika
pasien menyampaikan keluhannya, dokter dapat memberikan solusi dari permasalahan
penyakit yang diderita pasien.
2. Empati (empathy)
Empati adalah merasakan apa yang orang lain rasakan dari sudut pandang seseorang
tanpa kehilangan identitas kita (DeVito,2007:248). Empati memampukan kita untuk mengerti
seperti apa orang lain secara emosional . Pengertian empati ini akan membuat seseorang lebih
mampu menyesuaikan komunikasinya.
Empati dari Dokter untuk merasakan apa yang dialami pasien , terlebih terlihat pasien
mengungkapkan bahwa Dokter gigi di rumah sakit Dr. Soetomo saat menasehati pasien
sangat detail ,baik, ramah dan jelas. Sikap Dokter gigi Dr. Soetomo mengungkapkan bahwa
jika pasien tersebut mengalami keluhan sakit berlanjut dapat segera menghubungi dokter
tanpa khawatir, dan dokter akan siap menangani dan melayani dengan hati-hati dan cepat.
Hal ini diungkapkan salah satu pasien bernama Dini Sulma sebagai berikut :
“Pelayanan Dokter di rumah sakit Dr.Soetomo sangat tanggap, baik dan ramah.
Dokter juga memberikan saran yang cukup jelas”.
Selain itu juga, pasien bernama Dewi Mukaromah mengatakan :
“Dokter di RSUD Dr. Soetomo sangat profesional, memberikan chek up dan
konsultasi untuk pasien”.
Demikian juga halnya dokter memberikan rasa empati terhadap pasien terbukti
Dokter bernama Drg. Wayan Sutresna Yasa mengatakan:
“Saya mencoba berkomunikasi efektif dengan pasien, selain itu bersikap empati
dengan memberitahukan pada pasien tahap-tahap tindakan operasi, resiko operasi,
serta manajemen post operasi”
13
Kemudian Drg. Isnoe Suryandanu ini pun menjelaskan:
“Saya akan memberikan saran terhadap pasien dengan cara memberi pengetahuan
persiapan-persiapan atau kiat khusus terhadap pasien yang saat akan di operasi”.
3. Sikap Mendukung (supportiveness)
Sikap mendukung dalam komunikasi adalah perilaku yang lebih mendeskripsikan
daripada mengevaluasi dan sementara daripada pasti (DeVito,2007:248). Contohnya
seseorang siswa yang meningkatkan belajar agar di terima di perguruan tinggi favorit, sering
menyambut evaluasi positif maupun negatif.
Sikap mendukung dalam komunikasi antara Dokter dan pasien dapat dilihat dari
masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung
terselenggaranya interaksi secara terbuka. Sikap mendukung ini terbukti adanya komunikasi
interpersonal antara Dokter dengan pasien bahwa Dokter akan menenangkan memeberi saran
dan memotivasi pasien agar pasien tidak tegang saat akan melakukan operasi.
Hal ini disampaikan Drg. Erlisa Saraswati Hasiholan:
“Dokter akan memberi saran jika sakit berlanjut bisa menghubungi dokter kembali”.
Kemudian pasien bernama Dini Sulma juga menjelaskan:
“Dokter juga baik dan perhatian dalam melakukan perawatan”.
4. Keseimbangan antar pelaku komunikasi (Equality)
Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal ini akan lebih efektif bila suasananya setara.
dalam arti, harus adanya pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama
bernilai serta berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting
untuk dapat disumbangkan.
14
Dalam komunikasi interpersonal, kesetaraan terlihat dari terjalinnya komunikasi yang
baik antara Dokter dan pasien yang mengeluh.hal ini terlihat saat pasien mengeluh tentang
sakit yang di derita senantiasa dokter memberikan saran dan solusi dengan sabar, ramah dan
sangat jelas sehingga pasien mengerti apa yang dikatakan Dokter. Maka keseimbangan antar
pelaku komunikasi dokter dan pasien terjalin komunikasi 2 arah ini kemudian adanya
pengakuan dari masing-masing pihak
Dokter gigi rumah sakit Dr.Soetomo mempunyai cara khusus agar pasien nyaman dan
dapat berkomunikasi dengan seimbang dan baik, seperti yang dijelaskan Drg. Erlisa
Saraswati Hasiholan:
“Cara berkomunikasi dengan pasien dengan sikap yang sopan, memperhatikan tata
perilaku kita ketika menyampaikan informasi pada pasien serta sabar dalam
memahami keluhan pasien.
Sama halnya dengan pasien bernama Dini Sulma, pasien yang berprofesi sebagai guru
ini mengatakan:
“Cara komunikasi dokter dengan pasien sangat baik dan menjelaskan informasi
secara detail kepada pasien”.
Pasien Dini Sulma pun mengatakan :
“Pelayanan di Rumah Sakit Dr. Soetomo sudah sesuai dengan yang saya inginkan
dan sangat baik”
Kemudian pasien lain yang berprosfesi sebagai ibu rumah tangga, Ibu Dewi
Mukaromah mengatakan:
“Pelayanan di Rumah Sakit Dr. Soetomo sangat baik, lengkap dan cepat”, selain itu
pelayanan disini pun sesuai yang saya inginkan”
Tentunya, dengan melihat komunikasi yang baik dan seimbang antar pelaku
komunikasi seperti yang dilakukan antara dokter gigi dan pasien di RSUD Dr. Soetomo ini
akan memberikan pengaruh yang baik bagi perkembangan kesembuhan pasien. Pasien akan
merasa puas dengan pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit serta akan mempercepat
proses penyembuhan setelah tindakan post operasi.
15
5. Keterbukaan (Openess)
Keterbukaan adalah kemauan orang untuk mengungkapkan informasi tentang dirinya
yang mungkin secara moral disembunyikan, asalkan saja beberapa pengungkapan tepat
(DeVito,2007: 112). Keterbukaan termasuk kemauan untuk mendengarkan secara terbuka
dan bereaksi secara jujur terhadap pesan orang lain.
Dalam penelitian ini keterbukaan dilihat dari kesediaan dokter gigi untuk
mengungkap informasi yang dibutuhkan pasien terkait keluhannya tanpa ada yang
disembunyikan. Seperti halnya saat pasien mengeluhkan sakit yang di derita kepada dokter
kemudian dokter memberikan saran terhadap keluhan pasien tentang sakit yang di derita
pasien tersebut.
Saat konsultasi dengan dokter , pasien bernama Dini Sulma menjelaskan:
“Saat saya konsultasi dengan dokter saya menunjukkan gigi yang terasa sakit”.
Kemudian pasien yang lain bernama Ibu Muawanah menjelaskan hal serupa:
“Saya akan mengungkapkan keluhan sakit”.
Dengan demikian pasien pun terbukti memiliki keterbukaan dalam berkomunikasi
dengan Dokter. Demikian halnya dengaan dokter yang juga memberikan solusi-solusi
terhadap pasien, selain itu saat akan sebelum melakukan operasi dan sesudah melakukan
operasi, dokterpun menjelaskan pada pasien tentang rencana tindakan operasi, persiapan
sebelum operasi untuk pasien dan dokter, resiko dan komplikasi tindakan operasi sehingga
dengan demikian terjadilah aktifitas keterbukan komunikasi interpersonal yang efektif antara
dokter dan pasien. Seperti dijelaskan oleh Drg. Isnoe Suryandanu :
“Dokter akan menjelaskan pada pasien rencana tindakan operasi, Persiapan
sebelum operasi untuk pasien dan dokter, Resiko dan komplikasi tindakan operasi”.
VII. Simpulan dan Saran
VII.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan setelah dilakukan analisis, dilihat dari kelima unsur
efektifitas komunikasi interpersonal sesuai dengan fokus penelitian yakni Positiveness (sikap
16
positif), Empathy (merasakan perasaan orang lain), Supportiveness (sikap mendukung),
Equality (keseimbangan antar pelaku komunikasi) dan Openess (sikap dan keinginan untuk
terbuka). Maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Hasil dari penelitian ini adalah komunikasi interpersonal pre dan post yang
berlangsung positif memberikan dampak penting bagi pasien, dokter, dan juga
keluarga pasien. Komunikasi yang positif telah terbukti memiliki dampak
menguntungkan, sebaliknya komunikasi yang negatif justru dapat menyebabkan
keseluruhan dampak yang negatif dokter maupun pasiennya.
2. Komunikasi interpersonal Dokter dan pasien memiliki keterbukaan antar pihak.
Masing-masing . seperti halnya pasien membuka diri dengan sakit yang dideritanya
kepada dokter kemudian dokter memberikan saran terhadap keluhan pasien tentang
sakit yang di derita pasien tersebut.
3. Sikap mendukung dalam komunikasi antara Dokter dan pasien terbukti adanya
komunikasi interpersonal antara Dokter dengan pasien bahwa dokter akan
menenangkan, memberi saran dan memotivasi pasien agar pasien tidak tegang saat
akan melakukan operasi.
4. Empati dari Dokter untuk merasakan apa yang dialami pasien , terlebih terlihat ketika
pasien mengungkapkan bahwa Dokter gigi di Rumah Sakit Dr. Soetomo saat
menasehati pasien sangat detail, baik, ramah dan jelas ketika sebelum dan sesudah
pelaksanaan operasi.
VII.2 Saran
Saran untuk pasien dan keluarga pasien untuk lebih aktif menanyakan soal apa yang
harus dilakukan pre tindakan operasi gigi dan mulut selain itu juga menyampaikan keluhan
serta dampak yang ditimbulkan post operasi gigi dan mulut kepada dokter, kemudian untuk
dokter gigi dan dokter spesialis bedah mulut dan maksilofasial yang menjalankan tindakan
operasi juga harus kooperatif serta aktif memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
pasien agar komunikasi antara dokter dan pasien dapat terjalin dan berlangsung positif dan
efektif.
17
DAFTAR PUSTAKA
Edelmann, R.J. 2000. Psychosocial Aspects of the Health Care Process. London: Prentice
Hall
Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Devito, Joseph A. 2006. Human Communication : The Basic Course, 10th ed. Boston:
Pearson Education Inc.
Hanani, Silfia. 2017. Komunikasi Antarpribadi, Teori dan Praktik. Yogyakarta. Ar-ruzz
Media.
Irawan, Prasetya Dr, M.Sc. 2007. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.
Ong, L.M., de Haes, J.C., Hoos, A.M. and Lammes, F.B. 1995. Doctor–Patient
Communication: A Review Of The Literature, Social Science and Medicine.
Mayersak RJ. 2013. Facial trauma. In: Marx JA, Hockberger RS, Walls RM, et al, eds.
Rosen’s Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice . Edisi ke-8.
Philadelphia, PA: Mosby Elsevier
Moerdijati, Sri. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Surabaya. Departemen Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.
Morissan, Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta. Penerbit Ghalia
Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
Mundakir, 2016. Komunikasi Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta. Indomedia Pustaka.
Saptaning Wilujeng, Catur, Tatag Handaka. 2017. Komunikasi Kesehatan: Sebuah
Pengantar. Malang. Ub Press.