Laporan Penelitian Karet Final
-
Upload
zakky-fathoni -
Category
Documents
-
view
149 -
download
6
Transcript of Laporan Penelitian Karet Final
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan sektor pertanian di Indonesia memegang peranan yang sangat penting
dalam perekonomian Indonesia. Sebagai negara agraris dengan luas lahan pertanian yang
sangat luas, Indonesia memiliki sekitar 94,1 juta ha lahan yang sesuai untuk pertanian
(Kementerian Pertanian, 2010). Dengan potensi tersebut, sektor pertanian memberikan
kontribusi yang besar dalam pendapatan nasional, penyerapan tenaga kerja dan penghasil
devisa. Pada tahun 2011 tercatat kontribusi sektor pertanian terhadap PDB atas dasar harga
berlaku sebesar 14.7%, berada pada urutan kedua setelah kontribusi sektor industri
pengolahan sebesar 24.33%. Pada tahun yang sama, penyerapan tenaga kerja pada sektor
pertanian tercatat sebesar 35.86% dari jumlah penduduk usia 15 tahun yang bekerja menurut
lapangan usaha utama (BPS, 2012).
Devisa yang dihasilkan oleh sektor pertanian dapat terlihat dari neraca perdagangan
sektor pertanian pada tahun 2011. Di luar subsektor Perikanan dan Kehutanan, sampai
dengan bulan September tahun 2011, neraca sektor pertanian mengalami surplus sebesar US$
17.02miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2010, surplus
tersebutmengalami kenaikan sebesar 44.20%. Surplus perdagangan sektor pertanian tersebut
umumnyaberasal dari surplus perdagangan perkebunan, sementara sub sektor lainnya tercatat
masihdefisit (Kementerian Pertanian, 2012).
Pada sektor pertanian, subsektor perkebunan memberikan kontribusi yang cukup
signifikan pada beberapa daerah, termasuk Propinsi Jambi. Kontribusi sektor pertanian
terhadap terhadap PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 tercatat
sebesar 29.35%. Dari angka tersebut, 16.10% diantaranya merupakan kontribusi dari
subsektor perkebunan atau dengan kata lain subsektor perkebunan memberikan kontribusi
terhadap PDRB sektor pertanian Provinsi Jambi sebesar 54.86% (BPS Jambi, 2012).
1
2
Sedangkan komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap
PDRB subsektor perkebunan tersebut adalah karet.Provinsi Jambi merupakan salah satu
Provinsi yang menghasilkan karet alam terbesar di Indonesia dengan luas areal perkebunan
karet yang mengalam peningkatan dari tahun 2010 sebesar 443.682 ha menjadi 650.265 ha
pada tahun 2011 (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2012). Meningkatnya luas areal
perkebunan karet di Provinsi Jambi juga berpengaruh terhadap tingkat produksi karet. Pada
tahun 2000 produksi tanaman karet di Provinsi Jambi hanya sebesar 238.884 ton, dan pada
tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 282.886 ton. Karet alam di Provinsi Jambi dihasilkan
dari beberapa kabupaten yang terdapat di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari, Muaro
Jambi, Sarolangun, Bungo, Tebo, dan Merangin. Melalui produksi karet di daerah-daerah
tersebut mampu menjadikan Jambi sebagai salah satu produsen karet alam terbesar di
Indonesia.
Kondisi perkebunan karet di Provinsi Jambi tidak jauh berbeda dengan kondisi
perkebunan karet di Indonesia pada umumnya. Sebagian besar perkebunan karet yang ada di
Provinsi Jambi merupakan perkebunan karet rakyat, hanya sebahagian kecil saja perkebunan
karet yang dikelola oleh perkebunan besar swasta maupun nasional. Pada tahun 2007, luas
areal perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi adalah seluas 631.589 ha dengan tingkat
produksi sebesar 259.695 kg. sedangkan untuk perkebunan besar yang dikelola oleh
perusahaan perkebunan hanya mempunyai luas areal sebesar 5.318 ha dengan tingkat
produksi sebesar 4.979 kg (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2008 dalam Fathoni, 2009).
Perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi telah diusahakan secara turun temurun,
sehingga karet telah menjadi bagian dari budaya dan kebiasaan masyarakat di Jambi. Pada
tahun 2007, jumlah kepala keluarga yang mengusahakan tanaman karet sebanyak 235.888
kepala keluarga yang tersebar di hampir seluruh wilayah Provinsi Jambi. Dengan kondisi ini,
tanaman karet mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian di Provinsi
3
Jambi. Nilai ekspor karet alam dari Provinsi jambi pada tahun 2009 mencapai 299.088.270 kg
dan diharapkan akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.Meskipun tanaman karet
mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian di Provinsi Jambi, di sisi lain
peran tanaman karet untuk meningkatkan kesejahteraan petani masih belum cukup berperan.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kondisi rendahnya tingkat kesejahteraan petani karet
antara lain kemampuan manajemen petani yang masih rendah, kualitas tanaman karet yang
dihasilkan masih belum cukup baik, lemahnya permodalan, dan tidak efisiennya system
pemasaran karet. Dari aspek pemasaran karet ada beberapa permasalahan yang
mempengaruhi pemasaran karet yaitu: (a) panjangnya saluran pemasaran, (b) keterikatan
petani dengan pedagang pengumpul desa yang cukup kuat, (c) rendahnya bagian harga bokar
yang diterima oleh petani, dan (d) kecendrungan melemahnya daya saing pool lelang karet
(Zulkifli dkk, 2006).
Tanaman karet mempunyai arti penting karena melibatkan sebagian besar
masyarakat petani. Sedikit perubahan yang merugikan sub sektor ini akan berdampak
langsung terhadap penurunan kesejahteraan petani. Salah satu fakta penting dalam aspek
pemasaran karet adalah kenyataan bahwa di pasar domestic dan internasional harga karet
alam cenderung berfluktuasi. Perkembangan harga karet baik itu di pasar domestic dan pasar
internasional akan berpengaruh terhadap bagian harga yahg diperoleh petani.
Terjadinya fluktuasi harga di pasar karet alam akan mengakibatkan instabilitas dan
patut untuk dicari penyebab dan pemecahannya. Salah satu informasi penting yang dapat
membantu dalam membantu menjawab permasalahan ini adalah informasi mengenai
pengaruh harga di tingkat internasional (FOB price) terhadap harga karet alam di tingkat
petani, khususnya mengenai transmisi harga dari harga internasional terhadap harga di tingkat
petani agar mampu memperbaiki tingkat kesejahteraan petani. Dengan demikian, pengukuran
transmisi harga karet alam di pasar internasional dan harga di tingkat petani dapat berguna
4
untuk memperbaiki kebijakan liberalisasi pasar, memantau pergerakan harga, melakukan
peramalan harga dan memperbaiki kebijakan investasi infrastruktur pemasaran karet alam di
Provinsi Jambi.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, ada beberapa yang menjadi pertanyaan
dalam penelitian ini yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana keragaman dan korelasi harga karet alam pada pada berbagai tingkatan pasar
di Provinsi Jambi?
2. Bagaimana integrasi dan elastisitas transmisi harga karet alam pada berbagai tingkatan
pasar Provinsi Jambi?
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Harga
Harga adalah nilai pertukaran atas manfaat produk yang umumnya dinyatakan dalam
satuan moneter. Harga terbentuk dari kompetensi produk untuk memenuhi tujuan dua pihak,
yaitu produsen dan konsumen. Produsen memandang harga adalah sebagai nilai barang yang
mampu memberikan manfaat keuntungan diatas biaya produksinya. Konsumen memandang
harga adalah sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat atas pemenuhan
kebutuhannya dan keinginannya.
Menurut Moehar (2001) dalam Afriany (2012), harga adalah salah satu faktor yang
sulit dikendalikan dalam perekonomian pasar, harga merupakan tanda atau sinyal yang
mengarahkan keputusan ekonomi sehingga alokasi terhadap sumberdaya yang langka.
Perpotongan kurva permintaan dengan kurva penawaran suatu komoditi dalam suatu pasar
menentukan harga pasar komoditi tersebut, dimana jumlah komoditi yang diminta sama
dengan yang ditawarkan. Harga pasar mempunyai dua fungsi utama yaitu 1) sebagai pemberi
informasi tentang jumlah komoditi yang sebaiknya dipasok oleh produsen untuk memperoleh
laba maksimum, dan 2) sebagai penentu tingkat permintaan bagi konsumen yang
menginginkan kepuasan maksimum (Nickholson 1999 dalam Afriany 2012).
Teori dasar pembentukan harga yang berlaku di pasar mengacu pada teori permintaan
dan penawaran yang terjadi. Suatu hipotesis dasar ekonomi permintaan mengatakan bahwa
semakin rendah harga suatu komoditi, semakin banyak jumlah komoditi tersebut diminta,
cateris paribus, sedangkan teori dasar penawaran menyatakan bahwa untuk banyak komoditi,
semakin tinggi harganya semakin besar jumlah yang ditawarkan, cateris paribus. Sehingga
untuk mencapai kesepakatan dalam pertukaran komoditas, perpotongan antara kurva
penawaran dan permintaan akan membentuk harga keseimbangan. Perpotongan antara kurva
5
6
permintaan dan penawaran mengindikasikan bahwa harga dan total kuantitas yang ingin
diperjualbelikan oleh konsumen dan produsen berada pada posisi yang sesuai.
Harga kesimbangan atau harga pasar (equilibrium price) adalah tinggi rendahnya
tingkat harga yang terjadi atas kesepakatan antara produsen/penawaran dengan
konsumen/permintaan. Pada harga keseimbangan, produsen bersedia melepas barang/jasa
sedangkan konsumen bersedia membayar harganya. Jika kondisi pasar persaingan sempurna
terjadi pada pasar maka harga pasar berlaku tidak akan dipengaruhi oleh harga lain baik
dalam dimensi waktu dan tempat. Terbentuknya harga pasar dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan dan penawaran. Masing-masing faktor dapat menyebabkan
bergesernya jumlah permintaan dan jumlah penawaran. Dengan bergesernya permintaan dan
penawaran akan mengakibatkan bergesernya tingkat harga keseimbangan.
Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari hari, hal ini
terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari
karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal
karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi
karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam
dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan.
Secara fundamental harga karet alam dipengaruhi oleh permintaan (konsumsi) dan penawaran
(produksi) serta stock/cadangan (Anwar, 2006). Masing-masing faktor tersebut juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang terlihat pada Gambar 1.
7
Gambar 1. Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga karet alam
Kegiatan perdagangan karet alam antar negara mengikuti sistem yang ada pada
International Commercial Term 2000. Dalam Incoterm 2000 ini terdapat aturan pemenuhan
kewajiban antara importir dan eksportir yang harus dipenuhi pada saat melakukan transaksi
perdagangan. Khusus untuk komoditas karet alam, syarat yang digunakan adalah kelompok
F yakni Free On Board (FOB). Dalam syarat ini importir menanggung selirihnya beban dan
resiko pengangkutan, sedangkan eksportir hanya berkewajiban mengantarkan barang sampai
ke pengangkut atau sampai ke alat angkut (Syarif 2003 dalam Afriany, 2012).
2.2 Konsep Pasar
Pengertian pasar secara umum dan sering dikenal adalah tempat pertemuan pembeli
dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli barang dan jasa. Pengertian tersebut adalah
pengertian pasar secara tradisional. Pengertian pasar menurut konsep pemasaran berbeda
dengan pengertian pasar tradisional sehari-hari. Perbedaan tersebut karena pasar menurut
pemasaran dipandang sebagai sasaran atau tujuan kegiatan pemasaran. Oleh karena itu, pasar
bukanlah bersifat tempat yang statis.
Adapun pasar menurut kajian Ilmu Ekonomi memiliki pengertian sebagai tempat atau
proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa
8
tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah
yang diperdagangkan. Jadi setiap proses yang mempertemukan antara pembeli dan penjual,
maka akan membentuk harga yang disepakati antara pembeli dan penjual (Nurmawan, 2010)
Menurut segi fisiknya, pasar dibedakan menjadi beberapa macam, diantaranya: 1)
pasar tradisional, 2) pasar raya, 3) pasar abstrak, 4) pasar konkrit, 5) toko swalayan, dan 6)
toko serba ada. Sedangkan berdasarkan jenis barang yang dijual, pasar dibedakan menjadi
beberapa macam, diantaranya: 1) pasar ikan, 2) pasar sayuran, 3) pasar buah-buahan, 4) pasar
barang elektronik, 5) pasar barang perhiasan, 6) pasar bahan bangunan, dan 7) bursa efek dan
saham. Aktivitas usaha yang dilakukan di pasar pada dasarnya akan melibatkan dua subyek
pokok, yaitu produsen dan konsumen. Kedua subyek tersebut masing-masing mempunyai
peranan yang sangat besar terhadap pembentukan harga barang di pasar.
Pasar merupakan kelompok individual (perorangan maupun organisasi) yang
mempunyai permintaan terhadap barang tertentu, berdaya beli, dan berniat merealisasikan
pembelian tersebut. Secara keseluruhan, perilaku pasar bersifat heterogen. Sebagian pasar
berperilaku tertentu sedang sebagian pasar yang lain berperilaku yang lain pula. Pemasar
memerlukan kelompok pasar yang berperilaku lebih seragam. Untuk tujuan tersebut, pasar
dikelompokkan dalam beberapa bagian.
Atas dasar perilaku tujuan pembeliannya, pasar dibedakan menjadi dalam dua
kelompok, yaitu pasar konsumen akhir (end users) dan pasar konsumen antara (intermediate
consumers). Pasar konsumen akhir sering hanya disebut sebagai pasar konsumen, meliputi
pribadi atau rumah tangga. Tujuan pasar konsumen mengkonsumsi barang adalah untuk
keperluan sendiri dan untuk rumah tangganya. Pasar konsumen antara sering dikenal sebagai
pasar produsen, pasar indistri atau pasar organisasional. Tujuan pasar industrial
mengkonsumsi barang adalah untuk keperluan (diproses atau dijual) ke pihak lain.
9
Perilaku pasar adalah pola kebiasaan pasar meliputi proses (mental) pengambilan
keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional terhadap produk tertentu,
konsisten selam periode waktu tertentu. Kegiatan-kegiatan perilaku meliputi tindakan
penilaian, keyakinan, usaha memperoleh, pola penggunaan, maupun penolakan suatu produk.
Struktur pasar memiliki pengertian penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar
berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam
industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam
kegiatan industri.
Pada analisa ekonomi, pasar dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna dan pasar
persaingan tidak sempurna (yang meliputi monopoli, oligopoli, monopolistik dan
monopsoni). Pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan
dengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sedemikian rupa banyaknya/tidak
terbatas. Ciri-ciri pokok dari pasar persaingan sempurna adalah a) Jumlah perusahaan dalam
pasar sangat banyak, b) Produk/barang yang diperdagangkan serba sama (homogen), c)
Konsumen memahami sepenuhnya keadaan pasar, d) Tidak ada hambatan untuk
keluar/masuk bagi setiap penjual, e) Pemerintah tidak campur tangan dalam proses
pembentukan harga, dan f) Penjual atau produsen hanya berperan sebagai price taker
(pengambil harga).
Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di
mana hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan banyak pembeli atau
konsumen. Ciri-ciri dari pasar monopoli adalah 1) hanya ada satu produsen yang menguasai
penawaran; 2) tidak ada barang substitusi/pengganti yang mirip (close substitute); 3)
produsen memiliki kekuatan menentukan harga; dan 4) tidak ada pengusaha lain yang bisa
memasuki pasar tersebut karena ada hambatan berupa keunggulan perusahaan.
10
Pasar oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran, di mana
terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai seluruh permintaan pasar. Ciri-ciri dari
pasar oligopoli adalah: 1) Terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai pasar, 2)
Barang yang diperjual-belikan dapat homogen dan dapat pula berbeda corak (differentiated
product), seperti air minuman aqua, 3) Terdapat hambatan masuk yang cukup kuat bagi
perusahaan di luar pasar untuk masuk ke dalam pasar, dan 4) Satu di antaranya para
oligopolis merupakan price leader yaitu penjual yang memiliki/pangsa pasar yang terbesar.
Penjual ini memiliki kekuatan yang besar untuk menetapkan harga dan para penjual lainnya
harus mengikuti harga tersebut, contoh dari produk oligopoli: semen, air mineral.Pasar
duopoli adalah suatu pasar di mana penawaran suatu jenis barang dikuasai oleh dua
perusahaan. Contoh: Penawaran minyak pelumas dikuasai oleh Pertamina dan Caltex.
Pasar monopolistik adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan
penawaran di mana terdapat sejumlah besar penjual yang menawarkan barang yang sama.
Pasar monopolistik merupakan pasar yang memiliki sifat monopoli pada spesifikasi
barangnya. Sedangkan unsur persaingan pada banyak penjual yang menjual produk yang
sejenis. Contoh: produk sabun yang memiliki keunggulan misalnya untuk kecantikan,
kesehatan dan lain-lain. Ciri-ciri dari pasar monopolistik adalah: 1) Terdapat banyak
penjual/produsen yang berkecimpung di pasar, 2) Barang yang diperjual-belikan merupakan
differentiated product, 3) Para penjual memiliki kekuatan monopoli atas barang produknya
sendiri, 4) Untuk memenangkan persaingan setiap penjual aktif melakukan promosi/iklan,
dan 5) Keluar masuk pasar barang/produk relatif lebih mudah.
Pasar monopsoni merupakan bentuk pasar yang dilihat dari segi permintaan atau
pembelinya. Dalam hal ini pembeli memiliki kekuatan dalam menentukan harga. Dalam
pengertian ini, pasar monopsoni adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan
penawaran di mana permintaannya atau pembeli hanya satu perusahaan.
11
Agribisnis komoditas pertanian pada umumnya merupakan suatu sistem yang
sedikitnya melibatkan tiga pelaku utama yaitu : produsen atau petani, pelaku pemasaran atau
pedagang, dan konsumen. Perilaku konsumen yang diwujudkan dalam pola konsumsi akan
menentukan kualitas dan kuantitas produk yang perlu dipasarkan. Di lain pihak, pola
produksi yang dilakukan petani akan menentukan banyaknya produk yang dapat dipasarkan.
Pola produksi tersebut pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi iklim dan berbagai faktor
lain yang mempengaruhi petani dalam melakukan kegiatan produksi.
Hubungan antara produsen dan konsumen biasanya “dijembatani” oleh pelaku
pemasaran atau pedagang yang mempertemukannya dalam suatu sistem pasar. Ini dilakukan
pedagang melalui pemasokan produk menurut tempat, waktu, dan kualitas yang disesuaikan
dengan kebutuhan konsumen dan penawaran yang dilakukan petani. Berdasarkan hal tersebut
maka dalam kegiatannya pedagang sebenarnya memiliki dua peran yaitu sebagai konsumen
antara yang dihadapi petani, dan sebagai produsen antara yang dihadapi konsumen. Sebagai
konsumen antara pedagang menurunkan permintaan konsumen kepada petani, sedangkan
sebagai produsen antara pedagang meneruskan penawaran petani kepada konsumen.
Dalam perdagangan komoditas pertanian umumnya dilibatkan berbagai kelompok
pedagang seperti pedagang desa, pedagang kecamatan, pedagang kabupaten, pedagang antar
provinsi dan pedagang pengecer di daerah konsumen. Di tingkat desa sistem pasar yang
terbentuk seringkali mengarah pada pasar yang bersifat monopsoni atau oligopsoni
(Baharsyah, 1980; Rao dan Subbarao, 1987; Saptana et al., 2001). Sistem pasar demikian
dapat terjadi akibat kurangnya kompetisi di antara pedagang desa akibat jumlah pedagang
yang terbatas. Kalaupun jumlah pedagang yang terlibat cukup banyak tetapi dalam
kegiatannya para pedagang tersebut seringkali dikendalikan oleh satu atau beberapa pedagang
tertentu. Hal ini menyebabkan terbentuknya sistem pasar monopsoni/oligopsoni yang
terselubung dimana walaupun keadaan pasar tampaknya bersaing sempurna karena jumlah
12
pedagang yang banyak tetapi sebenarnya dikuasai oleh pedagang-pedagang tertentu
(Azzaino, 1984; Sudaryanto et al., 1993).
Kondisi pasar seperti disebutkan di atas tidak menguntungkan bagi petani karena
harga yang diterima petani akan dikendalikan oleh para pedagang yang memiliki kekuatan
monopsoni. Pada kondisi pasar tersebut petani cenderung menerima harga yang rendah akibat
perilaku pedagang yang berusaha memaksimumkan keuntungannya. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat dikatakan bahwa pemasaran komoditas dengan kekuatan monopsoni/oligopsoni
tidak efisien karena kepentingan petani sebagai produsen dapat dirugikan.
Sistem pemasaran dikatakan efisien apabila dapat memberikan kepuasan maksimum
bagi produsen, konsumen dan pelaku pemasaran dengan penggunaan sumber ekonomi
serendah-rendahnya (FEDS Staff, 1992; Hasan, 1986; Saefuddin, 1984; Rhodes, 1993).
Secara teoritis efisiensi pemasaran merupakan maksimisasi rasio antara luaran dan masukan
yang digunakan dalam kegiatan pemasaran. Masukan yang dimaksud adalah berbagai
sumberdaya ekonomi yang digunakan sedangkan luaran yang diperoleh berupa jasa-jasa
pemasaran yang dihasilkan dari pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
pedagang (penyimpanan, sortasi dan grading, pengemasan, pengangkutan, dan sebagainya).
Akan tetapi pengukuran efisiensi pemasaran berdasarkan konsepsi tersebut sulit dilakukan
karena jasa-jasa pemasaran yang dilakukan oleh pedagang sulit diukur secara kuantitatif.
2.3 Transmisi Harga
Beberapa indikator empirik yang sering digunakan dalam pengkajian efisiensi
pemasaran di antaranya adalah margin pemasaran dan transmisi harga dari pasar konsumen
kepada petani atau ke pasar produsen. Sistem pemasaran semakin efisien apabila besarnya
marjin pemasaran yang merupakan jumlah dari biaya pemasaran dan keuntungan pedagang
semakin kecil. Dengan kata lain, perbedaan antara harga yang diterima petani dan harga yang
13
dibayar konsumen semakin kecil. Adapun transmisi harga yang rendah mencerminkan
inefisiensi pemasaran karena hal itu menunjukkan bahwa perubahan harga yang terjadi di
tingkat konsumen tidak seluruhnya diteruskan kepada petani, dengan kata lain transmisi
harga berlangsung secara tidak sempurna. Pola transmisi harga seperti ini biasanya terjadi
jika pedagang memiliki kekuatan monopsoni sehingga mereka dapat mengendalikan harga
beli dari petani.
Pada pasar persaingan sempurna selisih antara harga yang dibayar konsumen dan
harga yang diterima petani lebih rendah dibanding pada kondisi pasar monopsoni, dengan
kata lain, marjin pemasaran akan semakin besar jika terdapat kekuatan monopsoni. Pada
kondisi pasar monopsoni transmisi harga dari pasar konsumen kepada petani juga
berlangsung secara tidak sempurna. Pola transmisi harga seperti ini menyebabkan korelasi
harga di tingkat konsumen dan di tingkat petani akan semakin rendah dan fluktuasi harga di
pasar produsen akan lebih rendah daripada di pasar konsumen.
Dalam pemasaran komoditas pertanian transmisi harga dari pasar konsumen ke pasar
produsen yang relatif rendah merupakan salah satu indikator yang mencerminkan adanya
kekuatan monopsoni atau oligopsoni pada pedagang. Hal ini karena pedagang yang memiliki
kekuatan monopsoni atau oligopsoni dapat mengendalikan harga beli dari petani sehingga
walaupun harga di tingkat konsumen relatif tetap tetapi pedagang tersebut dapat menekan
harga beli dari petani untuk memaksimumkan keuntungannya. Begitu pula jika terjadi
kenaikan harga di tingkat konsumen maka pedagang dapat meneruskan kenaikan harga
tersebut kepada petani secara tidak sempurna, dengan kata lain kenaikan harga yang diterima
petani lebih rendah dibanding kenaikan harga yang dibayar konsumen. Pola transmisi harga
seperti ini tidak menguntungkan bagi petani karena kenaikan harga yang terjadi di tingkat
konsumen tidak sepenuhnya dapat dinikmati petani, sebaliknya jika terjadi penurunan harga.
14
Dalam jangka panjang harga komoditas cenderung naik akibat naiknya permintaan
konsumen. Namun laju kenaikan harga di tingkat konsumen dapat berbeda dengan laju
kenaikan harga di tingkat petani, dan tergantung kepada perilaku pedagang dalam melakukan
transmisi harga dari konsumen kepada petani. Pada pasar yang bersaing sempurna pedagang
akan meneruskan setiap kenaikan harga di tingkat konsumen dengan besaran yang relatif
sama kepada petani, dengan kata lain kenaikan harga di tingkat konsumen relatif sama besar
dengan kenaikan harga di tingkat petani. Tetapi pada pasar dengan kekuatan
monopsoni/oligopsoni kenaikan harga di tingkat petani akan lebih kecil dibanding kenaikan
harga di tingkat konsumen akibat perilaku pedagang yang berusaha memaksimumkan
keuntungannya dengan memberikan informasi harga yang tidak sempurna untuk menekan
harga beli dari petani.
Variasi transmisi harga tersebut secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
Pertama, adanya kekuatan monopsoni/oligopsoni pada pedagang sehingga mereka memiliki
kekuatan untuk mengendalikan harga beli dari petani atau harga di tingkat produsen. Adanya
kekuatan monopsoni pada pedagang menyebabkan kenaikan harga yang terjadi di tingkat
konsumen tidak selalu diteruskan kepada petani secara sempurna. Kekuatan
monopsoni/oligopsoni tersebut dapat terbentuk melalui beberapa cara yaitu : (a) kerjasama di
antara para pedagang dalam menentukan harga pembelian dari petani, (b) menciptakan
hambatan bagi pedagang lain untuk terlibat dalam pemasaran komoditas yang bersangkutan,
dan (c) menciptakan ketergantungan petani untuk hanya memasarkan hasil panennya kepada
para pedagang tertentu. Cara yang terakhir tersebut biasanya ditempuh pedagang dengan
memberikan pinjaman modal atau pinjaman input usahatani kepada para petani dengan
kesepakatan petani harus menjual hasil panennya kepada pedagang yang memberikan
pinjaman modal. Kedua, rantai pemasaran yang semakin panjang yang memungkinkan
terjadinya akumulasi bias transmisi harga yang semakin besar. Rantai pemasaran yang
15
semakin panjang antara lain dapat disebabkan oleh jarak pemasaran yang semakin jauh antara
daerah produsen dan daerah konsumen. Jarak pemasaran yang lebih jauh dapat terjadi karena
produksi komoditas terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu sedangkan daerah konsumennya
relatif tersebar dalam lingkup wilayah yang lebih luas (Irawan, 2007).
16
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini secara
umum bertujuan untuk melakukan analisis transmisi harga karet alam di pasar internasional
dan harga di tingkat petani dapat berguna untuk memperbaiki kebijakan liberalisasi pasar,
memantau pergerakan harga, melakukan peramalan harga dan memperbaiki kebijakan
investasi infrastruktur pemasaran karet alam di Provinsi Jambi. Sedangkan secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan keragaman dan korelasi harga karet alam pada berbagai tingkatan pasar
di Provinsi Jambi.
2. Menganalisis integrasi dan elastisitas transmisi harga karet alam pada berbagai tingkatan
pasar Provinsi Jambi.
3.2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1. Informasi bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan dalam pemasaran karet alam
baik pada tingkat petani maupun pedagang perantara maupun eksportir di Provinsi
Jambi.
2. Referensi dan masukan bagi pihak yang terkait dalam meramalkan harga karet di
Provinsi Jambi berdasarkan transmisi harga karet alam pada berbagai tingkat pasar
karet alam.
3. Bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam perbaikan pemasaran karet
alam di Provinsi Jambi dalam upaya meningkatkan pendapatan petani karet rakyat.
1666
17
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Provinsi Jambi yang difokuskan pada harga karet
di tingkat petani, harga di tingkat pedagang, harga di pasar lelang dan harga internasional
(harga FOB). Lokasi yang diambil adalah di Kabupaten Batanghari dengan pertimbangan
bahwa di Kabupaten Batanghari mempunyai variasi harga karet alam baik di tingkat
pedagang dan di pasar lelang. Pada tingkat harga pasar lelang, harga karet ditetapkan
berdasarkan proses lelang antara pedagang dan mengacu kepada harga indikasi dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi.
Hasil penelitian ini akan menghitung besarnya korelasi antar pasar karet mulai dari
pasar desa, pasar lelang, dan pasar internasional. Selanjutnya juga akan dianalisis elastisitas
transmisi harga antara pasar karet internasional dengan harga karet di tingkat petani.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01Mei 2012 sampai
tanggal 30 Juni 2012 dengan mengamati data dari tahun 2007 – 2011. Adapun data yang
diperlukan untuk menjelaskan aspek yang diteliti meliputi :
1. Perkembangan Luas Perkebunan Karet di Indonesia dan Provinsi Jambi (per tahun).
2. Perkembangan Produksi Karet di Indonesia dan Provinsi Jambi (pertahun).
3. Data Perkembangan Harga Karet pada level FOB.
4. Data Perkembangan Harga Karet di pasar lelang karet.
5. Volume Ekspor karet Provinsi Jambi (per tahun).
6. Data Jumlah Dan Kapasitas Pabrik Crumb Rubber (per tahun).
7. Data Penunjang Lain yang dianggap perlu.
17
18
4.2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang merupakan deret waktu (time series
data) menurut kurun waktu tertentu yaitu dari minggu pertama bulan Januari tahun 2007
sampai minggu keempat bulan Desember tahun 2011, yang berasal dari survey yang telah
diproses dan dianalisis oleh instansi yang bersangkutan. Adapun data dalam penelitian ini
diperoleh dari sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Provinsi Jambi, Dinas
Perkebunan Provinsi Jambi, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, dan KUD Pasar Lelang
Karet Desa Penerokan Kabupaten Batanghari.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur pada instansi terkait
yaitu mengutip dan menyalin data dari instansi terkait yang dimaksudkan untuk memperoleh
sumber pengetahuan bersifat teoritis yang berhubungan dengan objek penelitian dan laporan-
laporan hasil penelitian.
4.3. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui keragaman dan perilaku pasar karet di lokasi penelitian akan
digunakan analisis deskriptif yaitu menjelaskan praktek penentuan harga yang dilakukan oleh
pedagang meliputi cara pengujian dan pemotongan harga. Untuk mengamati perilaku pasar
juga dilakukan analisis kuantitatif yaitu analisis korelasi utnuk menganalisis keterpaduan
pasar secara horizontal. Keterpaduan pasar secara horizontal adalah hubungan harga antara
dua pasar pada level yang sama dengan menghitung nilai korelasinya dengan rumus:
Dimana r = korelasi harga karet pada pasar X
xi = harga karet pada pasar X X x = harga rata-rata pada pasar X
yi = harga karet pada pasar Y y = harga rata-rata pada pasar X
r= ∑ ( x i− x )( yi− y )
√ [∑ (xi− x )2 ][∑ ( yi− y )2 ]
19
Setelah dilakukan perhitungan maka dilakukan interpretasi sebagai berikut: apabila
nilai r terletak antara 0 sampai dengan |1|. Apabila nilai semakin mendekati |1| maka semakin
kuat hubungan variable X dan variabel Y. Apabila nilai r mendekati 1 maka variabel X
berhubungan positif dengan variabel Y atau semakin besar nilai X akan semakin besar nilai
Y. Sebaliknya, apabila nilai r mendekati -1 maka variabel X berhubungan negatif dengan
variabel Y.
Untuk menganalisis keterpaduan pasar secara vertikal yaitu hubungan antara harga di
tingkat petani dengan harga di tingkat internasional (harga ekspor) karet alam akan digunakan
elastisitas transmisi harga dengan formula:
Pf = boPeb1
Selanjutnya formula tersebut dimodifikasi menjadi:
Log Pf = Log bo + b1 log Pe
dimana: Pf = harga karet di tingkat petani,
Pe = harga karet di tingkat eksportir,
bo = konstansta, dan
b1 = elastisitas transmisi harga.
Setelah nilai b1 didapat maka dilakukan pengujian parameter dengan menggunakan
uji t dengan cara membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel yang mempunyai hipotesis
sebagai berikut:
Ho: b1 = 1, harga karet pada tingkat petani memiliki keterpaduan secara sempurna
dengan harga pada tingkat eksportir
H1: b1 < 1, harga karet di tingkat petani memiliki keterpaduan tidak sempurna
dengan harga pada tingkat eksportir.
20
4.4. Prosedur Ekonometrika Time Series
4.4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test)
Sebelum melakukan analisis data harga pada masing-masing pasar karet (data time
series) terlebih dahulu perlu diketahui apakah data yang diperoleh stasioner atau tidak. Ini
sangat berhubungan dengan hasil yang diperoleh dari regresi yang akan dilakukan. Untuk
menguji stasionaritas data yang akan digunakan dalam penelitian ini digunakan Uji Akar
Unit Dickey – Fuller (uji ADF). Uji akar unit Dickey –Fuller pada masing – masing variabel
dapat dilihat pada persamaan berikut :
∆LPhekspor = ØLogPheksport-1 + et
∆LPhindikasi = ØlogPhindikasit-1 + et
∆LPhplk = ØlogPhplkt-1 + et
∆LPhpetani = ØlogPhpetanit-1 + et
dimana:
∆Lphekspor : perubahan harga karet ekspor pada waktu t
∆Lphindikasi : perubahan harga karet indikasi pada waktu t
∆LPhplk : perubahan harga karet pasar lelang pada waktu t
∆Lphpetani : perubahan harga karet petani pada waktu t
Kriteria hipotesis :
Ø = 0 : Data yang diperoleh tidak stasioner
Ø < 0 : Data yang diperoleh stasioner
4.4.2. Uji Kointegrasi
Pengujian kointegrasi diperlukan apabila dari uji stasionaritas, data harga karet pada
tingkat pasar yang diperoleh menunjukkan bahwa data tidak stasioner. Uji kointegrasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji kointegrasi Johannsen (Johannsen test), untuk
melakukan uji Johannsen ini dapat dilihat pada persamaan berikut :
21
et = LPpetani – β0 – β1LogPekspor - β1LogPindikasi - β1LogPplk
Kriteria hipotesis :
H0 : Harga karet pada masing-masing pasar terkointegrasi (mempunyai hubungan
jangka panjang)
H1 : Harga karet pada masing-masing pasar tidak terkointegrasi (tidak mempunyai
hubungan baik jangka pendek maupun jangka panjang).
4.4.3. Error Correction Model
Dari beberapa metode di atas apabila data yang ditemui tidak stasioner, namun
memiliki kointegrasi maka diperlukan adanya penyesuaian (adjusment). Penyesuaian tersebut
dapat dilakukan dengan model ECM (Widaryono,2007). ECM mempunyai beberapa
kegunaan, namun penggunaan yang paling utama bagi pekerjaan ekonometrika adalah dalam
mengatasi masalah data time series yang tidak stasioner dan masalah regresi semu. Model
ECM dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut :
LPpetani = α0 + α2LPekspor + α2Lpindikasi + α3Lpplk + α4(LPpetanit-1 – β0 –
β1LPeksport-1–β2LPindikasit-1–β3LPplkt-1)
dimana :
∆Lphekspor : perubahan harga karet ekspor pada waktu t
∆Lphindikasi : perubahan harga karet indikasi pada waktu t
∆LPhplk : perubahan harga karet pasar lelang pada waktu t
∆Lphpetani : perubahan harga karet petanir pada waktu t
α1 : koefisien jangka pendek
β1 : koefisien jangka panjang
α2 : kecepatan penyesuaian.
22
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0045’-2045’ LS dan 101010’-104055’ BT
di bagian tengah pulau Sumatera, sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah
timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau, sebelah selatan
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi
Sumatera Barat. Posisi Provinsi Jambi berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi
yaitu IMS-GT (Indonesia-Malaysia-Singapore Growth Triangle) (Bappeda, 2011)
Provinsi Jambi berada di bagian tengah Pulau Sumatera mempunyai topografi wilayah
yang bervariasi mulai dari ketinggian 0m dpp di bagian timur sampai pada ketinggian di atas
1000 m dpl, ke arah barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat
merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu
dan Sumatera Barat yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Pada dataran rendah didominasi oleh tanah-tanah yang penuh air dan rentan terhadap banjir
pasang surut serta banyaknya sungai besar dan kecil yang melewati wilayah tersebut.
Wilayah ini didominasi oleh tanah gley humus rendah dan orgosol yang bergambut. Di
bagian tengah didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning yang mempunyai tingkat
kesuburan relatif rendah. Daya dukung lahan cukup baik terutama pada lahan kering yang
sangat potensial untuk pengembangan tanaman keras dan perkebunan. Sedangkan pada
bagian barat didominasi oleh dataran tinggi lahan kering perbukitan dengan dengan jenis
tanah latosol dan andosol.
Adapun penggunaan lahan di Provinsi Jambi secara umum terdiri dari: (1) lahan
pemukiman seluas 43.631 ha, (2) sawah tadah hujan seluas 136.662 ha, (3) tegalan/ ladang
seluas 117.516 ha, (4) kebun campuran seluas 112.787 ha, (5) kebun karet seluas 1.284.003
22
23
ha, (6) kebun sawit seluas 936.565 ha, (7) kebun kulit manis seluas 93.609 ha, (8) kebun teh
seluas 4.691 ha, (9) semak dan alang-alang seluas 87.177 ha, (10) hutan lebat seluas
1.634.492 ha, (11) hutan belukar seluas 413.406 ha, (12) hutan sejenis tercatat seluas 187.704
ha, dan (13) lain-lain seluas 47.757 ha. Apabila dilihat dari total luas penggunaan lahan, luas
areal lahan terluas adalah untuk komoditas perkebunan yang terdiri dari 5 komoditi utama
perkebunan yaitu karet, kelapa sawit, kelapa dalam, kopi, dan cassiavera.
Untuk tanaman karet, pada tahun 2006 luas perkebunan karet di Provinsi Jambi
mencapai 630.211 ha. Pada tahun 2011 luas perkebunan karet di Provinsi Jambi mengalami
peningkatan menjadi 653.160 ha. Sedangkan untuk tingkat produksi tanaman karet pada
tahun 2011 adalah sebesar 298.786 ton. Untuk jumlah petani tanaman karet, terjadi
peningkatan jumlah petani karet dalam kurun waktu 2006-2011 sebesar 8,56% dimana pada
tahun 2006 jumlah petani karet berjumlah 228.576 KK, dan pada tahun 2011 meningkat
menjadi 249.978 KK. Sedangkan dari sisi ekspor karet di Provinsi Jambi mengalami
peningkatan untuk kurun waktu 2006-2009 sebesar 0,80% yaitu sebesar 250.781,28 ton pada
tahun 2006 menjadi 252.794,76 ton di tahun 2009.
5.2. Perkembangan Harga Karet Alam Pada Berbagai Tingkat Pasar di Provinsi Jambi
Provinsi Jambi merupakan salah satu wilayah yang sangat berpotensi untuk
meningkatkan devisa negara dengan luas perkebunan karet maupun hutan karet yang masih
cukup luas. Pada saat ini sub sektor perkebunan karet ini merupakan sub sektor andalan yang
sudah familiar di kalangan petani masyarakat Jambi. Hampir di setiap kabupaten
mengusahakan tanaman karet sebagai sumber penghidupan.
Faktor harga merupakan faktor yang sangat menentukan prospek pengembangan karet
alam khususnya di Indonesia yang didukung dengan luas areal tanam maupun areal kosong
yang berpotensi untuk ekspansi karet itu sendiri. Hingga sekarang ini Indonesia masih
24
menempati urutan kedua dalam hal produksi karet di dunia, namun dalam hal penentuan
harga yang masih dan terus perlu untuk diperjuangkan secara komprehensif karena Indonesia
masih tergantung kepada harga karet negara luar seperti Singapura dan negara lain. Negara
luar yang dalam notabene lahan yang terbatas namun mampu menjadi acuan dalam penentuan
harga karet bagi Indonesia. Sehingga dengan demikian bahwa harga karet Indonesia sangat
tergantung pada harga karet luar disamping faktor internal lainnya di negeri kita ini seperti
pajak (pungutan ekspor), nilai tukar rupiah yang tak kunjung bernilai tinggi, kualitas crumb
rubber yang masih tidak konsisten, pola pikir petani karet kita yang perlu disadarkan akan
kualitas bokarnya, dan faktor – faktor lainnya.
Jika dilihat berdasarkan proses saluran pemasaran karet dari petani/produsen sampai ke
tangan konsumen tentunya sarat dengan faktor penghambat maupun faktor pendukung yang
pada intinya akan memangkas harga yang diterima di setiap tingkatan atau lembaga yang
berperan di dalam proses tersebut. Dengan demikian harga yang diterima petani akan tetap
mendapat potongan selama petani tidak menghasilkan crumb rubber sendiri yang akan dapat
mensejajarkan harga yang mereka peroleh dengan harga yang diterima perusahaan.
Periode dalam penelitian ini dimulai pada Januari 2009 sampai Juni 2012 mencoba
melihat bagaimana tren perkembangan harga pada berbagai tingkatan mulai dari tingkat
ekspor hingga ke petani produsen. Dimana patokan harga yang digunakan adalah harga
Belawan, Satuan US Cents per ton, exchange rate (nilai tukar) selama periode tersebut.
5.2.1 Harga Di Tingkat Ekspor
Berdasarkan patokan harga karet Belawan selama periode Januari 2009 sampai dengan
Juni 2012 harga karet di tingkat ekspor mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal
ini dapat dilihat pada Gambar 2 dimana selama periode Januari 2009 sampai dengan Juni
2012 pekembangan harga ekspor menunjukkan tren yang meningkat. Secara rata-rata terjadi
25
peningkatan harga ekspor sebesar Rp. 23,275 per kg karet alam dengan kadar karet kering
100%. Berdasarkan garis tren yang diestimasi terlihat bahwa kenaikan harga tersebut cukup
signifikan dengan R2 = 0.7534. Meskipun demikian, selama periode tersebut terjadi fluktuasi
harga dari waktu ke waktu. Harga tertinggi yang terjadi dalam periode tersebut adalah
Rp.50509,23 per kg yaitu harga rata-rata pada bulan Februari 2011 dengan harga ekspor US$
5.67 per kg dan nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 8.912,56. Sedangkan harga
terendah dalam periode yang sama adalah Rp. 16.021 per kg.
Jan-09
Mar-
09
May
-09Ju
l-09
Sep-09
Nov-09
Jan-10
Mar-
10
May
-10Ju
l-10
Sep-10
Nov-10
Jan-11
Mar-
11
May
-11Ju
l-11
Sep-11
Nov-11
Jan-12
Mar-
12
May
-120
10000
20000
30000
40000
50000
60000
f(x) = 23.2749425337114 x − 915206.608565416R² = 0.753391465191465
HX Linear (HX)
Gambar 2. Tren Perkembangan Harga Ekspor Karet Alam Periode Januari 2009 Sampai Juni 2012 Di Provinsi Jambi
Harga tertinggi yang terjadi di tingkat ekspor pada Februari 2011 sangat mempengaruhi
harga di tingkat bawahnya yaitu di tingkat harga kesepakatan Gapkindo (indikasi), Pool
lelang, dan petani. Dimana pada saat itu masing-masing harga pada ke tiga tingkat pasar
tersebut merupakan harga yang tertinggi selama periode yang sama. Masing-masing harga
tersebut yaitu pada tingkat harga kesepakatan harga yang disepakati dan menjadi harga
tertinggi yaitu Rp. 43.150 per kg. Kemudian pada tingkat pool lelang harga yang diterima
perusahaan yaitu Rp.24.750 per kg sementara pada tingkat petani sebagai produsen harga
26
yang diterima dan sekaligus sebagai harga tertinggi pada periode tersebut adalah Rp. 14.550
per kg. Namun jika dilihat berdasarkan harga terendah yang terjadi di tingkat ekspor pada
periode tersebut rata-rata harga pada bulan Juli 2009 justru pada tingkat pasar berikutnya
terjadi pada bulan yang berbeda yaitu pada bulan Maret 2009. Berikut gambar tren
perkembangan rata-rata dan fluktuasi harga pada beberapa waktu di tingkat ekspor.
5.2.2 Harga Indikasi
Harga kesepakatan merupakan harga yang disepakati oleh beberapa perusahaan yang
bergabung dalam suatu wadah (Gapkindo) dimana harga yang ditetapkan disepakati 85% dari
harga ekspor dalam Rp/ka dengan kadar karet kering 100%. Harga yang ditetapkan tersebut
kemudian diinformasikan melaluiDinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi. Pada
kenyataannya bahwa harga indikasi yang ditetapkan tidak berlaku di pasaran. Berdasarkan
hasil pengamatan bahwa harga yang disepakati di Provinsi Jambi selama periode Januari
2009 sampai dengan Juni 2012 menunjukkan tren perkembangan yang juga cukup meningkat
dari waktu ke waktu seperti pada tren perkembangan harga di tingkat ekspor dengan rata-rata
harga selama periode tersebut adalah RP.26.192 per kg dengan kadar karet kering 100%. Hal
ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Berdasarkan Gambar 3 tersebut terlihat bahwa tren perkembangan harga kesepakatan
yang meningkat di mulai dari bulan Januari 2009 sampai Juni 2012. Dimana rata-rata harga
peningkatan harga yang terjadi selama Januari 2009 sampai Juni 2012 adalah Rp.17,56 per kg
karet alam dengan kadar karet kering 100%. Berdasarkan hasil estimasi terhadap garis tren
menunjukkan bahwa peningkatan harga tersebut cukup signifikan dengan nilai R2 = 0,5794.
Selama periode tersebut terjadi fluktuasi harga dari waktu ke waktu dan berdasarkan hasil
pengamatan kesepakatan para pengusaha terhadap harga karet alam bahwa puncak harga
tertinggi yang tercapai adalah pada bulan Februari 2011 yaitu mencapai Rp.43.150 per kg
27
dengan nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 8.912,56 dan dengan harga ekspor US$
5.67 per kg. Pada bulan tersebut peningkatan harga juga terjadi di tingkat pool lelang dan
petani dan menjadi puncak harga tertinggi pada masing-masing tingkat pasar tersebut.
Jan-09
Mar-
09
May
-09Ju
l-09
Sep-09
Nov-09
Jan-10
Mar-
10
May
-10Ju
l-10
Sep-10
Nov-10
Jan-11
Mar-
11
May
-11Ju
l-11
Sep-11
Nov-11
Jan-12
Mar-
12
May
-120
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
50000
f(x) = 17.5596180994289 x − 683863.683816922R² = 0.579410591410431
HI Linear (HI)
Gambar3. Tren Perkembangan Harga Indikasi Karet Alam Periode Januari 2009 Sampai Juni 2012 Di Provinsi Jambi
Kemudian pada bulan berikutnya harga kesepakatan kembali turun sampai bulan Juni
2012 yaitu Rp. 24.300 per kg dengan kadar karet kering 100% dan pada saat itu nilai tukar
rupiah terhadap US$ sebesar Rp.9451,14 dan harga ekspor US$ 2.96 per kg. Harga
kesepakatan terendah yang pernah terjadi adalah pada bulan Maret 2009 yaitu Rp.11.500 per
kg karet alam dengan kadar karet kering 100% dan hal ini juga terjadi harga di tingkat pool
lelang dan petani dengan nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp.11849,55 dengan harga
ekspor US$ 1,4 per kg.
5.2.3 Harga Di Tingkat Pool Lelang
Harga ditingkat Pool lelang merupakan turunan harga setelah harga yang disepakati
(indikasi) di Gabkindo Provinsi Jambi. Pool lelang menerima bokar dari petani sebagai
28
produsen tentunya sangat berperan penting dalam menentukan besarnya harga yang diterima
petani dan sekaligus berperan sebagai penentu kualitas dari crumb rubber SIR20 yang akan
diekspor. Selama periode Januari 2009 sampai Juni 2012 rata–rata harga karet ditingkat pool
lelang adalah Rp.14.540,08 per kg. Tinggi rendahnya harga yang berlaku di tingkat pool
lelang merupakan penawaran harga tertinggi yang berasal dari beberapa perusahaan atau
industri crumb rubber. Harga tersebut ditentukan setelah adanya penilaian penaksir kualitas
pada tingkat pool lelang, yang pada dasarnya mempertimbangkan kadar kotoran dan kadar air
yang bersumber dari bokar yang diproduksi oleh petani.
Tren perkembangan harga karet alam di tingkat pool lelang di Provinsi Jambi
berdasarkan pada patokan harga ekspor di Pelabuhan Belawan menunjukkan tren
perkembangan harga yang meningkat selama periode Januari 2009 sampai Juni 2012. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut:
Jan-09
Mar-
09
May
-09Ju
l-09
Sep-09
Nov-09
Jan-10
Mar-
10
May
-10Ju
l-10
Sep-10
Nov-10
Jan-11
Mar-
11
May
-11Ju
l-11
Sep-11
Nov-11
Jan-12
Mar-
12
May
-120
5000
10000
15000
20000
25000
30000
f(x) = 11.3193838489821 x − 443179.957184934R² = 0.62617364734736
HPLK Linear (HPLK)
Gambar4. Tren Perkembangan Harga Karet Alam Di Tingkat Pool Lelang Periode Januari 2009 Sampai Juni 2012 Di Provinsi Jambi
Pada Gambar 4 di atas terlihat bahwa selama periode tersebut secara rata-rata terjadi
peningkatan harga alam dengan kadar karet kering 100% sebesar Rp.11,319 per kg per bulan.
Berdasarkan garis tren yang diestimasi bahwa peningkatan harga tersebut cukup signifikan
dengan R2 sebesar 0,6262. Selama pada periode tersebut juga terjadi fluktuasi harga dan
29
mencapai puncak harga tertinggi pada bulan Februari 2011 yaitu sebesar Rp. 24.750 per kg
karet alam dengan kadar karet kering 100%. Harga tertinggi tersebut terjadi pada saat nilai
tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 8.912,56 dan dengan harga ekspor US$ 5.67 per kg.
Kemudian harga penawaran terendah yang pernah terjadi selama pada periode yang sama di
tingkat pool lelang adalah Rp. 5.489 per kg karet alam pada bulan Maret 2009 dengan nilai
tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 11.849,55 dan dengan harga ekspor US$ 1,4 di
pelabuhan Belawan. Hal yang berbeda terjadi dimana pada saat harga terendah tersebut
terjadi di pool lelang juga terjadi di tingkat petani namun harga terendah di petani lebih tinggi
dibandingkan dengan harga terendah di tingkat pool lelang yaitu Rp.5.750 per kg dengan
nilai tukar (exchange rate) dan harga karet dalam US$ yang sama.
Adapun perbedaan harga terendah yang terjadi antara harga di tingkat pool lelang
dengan harga terendah di tingkat petani pada periode tersebut mencerminkan bahwa
perubahan harga yang terjadi di satu tingkat pasar dengan tingkat pasar di bawahnya tidak
selalu menunjukkan perubahan yang searah. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang
terjadi selama periode tertentu seperti faktor spasial atau demografis antara petani dengan
pool lelang disamping faktor lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap perkembangan
harga mulai dari tingkat ekspor hingga tingkat pool lelang menunjukkan bahwa tinggi
rendahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar tidak selamanya menunjukkan dampak besar
terhadap perubahan harga karet alam di domestik pada berbagai tingkat pasar.
5.2.4 Harga Di Tingkat Petani
Tingkat pasar terakhir dalam pemasaran karet alam adalah petani sebagai produsen
karet yang sangat berperan besar dalam perdagangan karet alam. Harga yang diterima petani
pada umumnya adalah rendah karena telah mengalami pemotongan harga dari tingkat pasar
sebelumnya. Skala usahatani tentunya tidak terlepas dalam permasalahan tinggi rendahnya
30
harga yang akan diterima petani karet disamping faktor lainnya seperti volume produksi yang
kecil, tidak adanya negosiasi harga, keterikatan sosial dengan pedagang desa (tengkulak
desa), pola pikir petani yang sulit dirubah, serta kebutuhan yang mendesak akibat dari
pendapatan yang tidak proporsional dengan segala tingkat kebutuhan keluarga.
Harga rata-rata bahan olah karet yang diterima petani di Provinsi Jambi selama periode
pengamatan Januari 2009 sampai Juni 2012 adalah Rp. 11.618 per kg. Bardasarkan
perkembangan harga di tingkat petani selama periode tersebut menunjukkan tren yang
meningkat dan cukup menjanjikan sampai periode Juni 2012. Secara rata-rata terjadi
peningkatan harga karet alam di tingkat petani sebesar Rp.6 per kg per bulan, seperti
ditunjukkan pada Gambar 5 berikut.
Jan-09
Mar-
09
May
-09Ju
l-09
Sep-09
Nov-09
Jan-10
Mar-
10
May
-10Ju
l-10
Sep-10
Nov-10
Jan-11
Mar-
11
May
-11Ju
l-11
Sep-11
Nov-11
Jan-12
Mar-
12
May
-120
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000f(x) = 6.00610554229201 x − 231249.838544723R² = 0.634010412537679
HP Linear (HP)
Gambar5. Tren Perkembangan Harga Karet Alam Di Tingkat Petani Periode Januari 2009 Sampai Juni 2012 Di Provinsi Jambi
Berdasarkan estimasi terhadap garis tren peningkatan harga tersebut cukup signifikan
dengan R2 = 0,634. Selam pada periode tersebut puncak harga tertinggi terjadi pada bulan
Februari 2011 sama seperti pada tingkat pasar lainnya yaitu Rp. 14.450 per kg karet alam
dengan kadar karet kering 100% dengan nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 8.912,56
31
dan dengan harga ekspor US$ 5.67 per kg. Kemudian harga terendah terjadi pada bulan
Maret 2009 lebih tinggi dari harga terendah pada tingkat pool lelang yaitu sebesar Rp. 5.750
per kg dengan nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 11.849,55 dan dengan harga
ekspor US$ 1,4.
Berdasarkan Gambar 5 juga terlihat bahwa selama periode tersebut harga yang diterima
petani mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan perubahan yang
menjanjikan meskipun dari harga tertinggi yang pernah terjadi harga kembali turun, namun
penurunan harga tersebut lebih tinggi dari harga sebelumnya yaitu petani menerima harga
lebih tinggi dari harga pada awal periode Januari 2009 yaitu sekitar naik 50% sebesar Rp.
12.305 per kg karet alam dengan kadar karet kering 100%. Harga tersebut terjadi pada saat
nilai tukar rupiah terhadap US$ adalah Rp. 9.451,14 dengan harga ekspor US$ 2,9 per kg.
Adapun peningkatan harga tersebut dimulai pada bulan Nopember 2009 dimana harga mulai
meningkat di atas Rp.10.000 per kg sampai bulan Juni 2012. Jika dilihat berdasarkan nilai
tukar rupiah terhadap US$, peningkatan harga karet tersebut tidak searah dengan penurunan
nilai tukar rupiah yang terjadi selama periode tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa harga
tidak sepenuhnya di pengaruhi oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap US$.
5.3. Elastisitas Transmisi Harga Karet Alam Pada Berbagai Tingkat Pasar di Provinsi Jambi
Untuk menentukan besarnya perubahan harga atau yang sering disebut elastisitas
transmisi harga dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya yang terjadi selama Januari 2009
sampai Juni 2012 akan ditentukan berdasarkan tingkatan yang dilihat berdasarkan besar
kecilnya nilai dari koefisien regresi faktor yang mempengaruhi harga ditingkat satu dengan
harga ditingkat lainnya. Besarnya koefisien tersebut merupakan indikator besar kecilnya
perubahan harga yang terjadi akibat adanya perubahan harga positif dan negatif ditingkat
konsumen terhadap produsen.
32
Elastisitas transmisi harga merupakan perbandingan perubahan nisbi harga dari tingkat
konsumen ke tingkat produsen. Jika Et>1 hal ini berarti bahwa jika terjadi perubahan harga
sebesar 1% ditingkat konsumen pada volume dan harga yang konstan maka akan
mengakibatkan perubahan harga lebih besar dari 1% ditingkat produsen dan sebaliknya jika
Et<1. Kemudian jika Et=1 maka perubahan ditingkat konsumen akan mengakibatkan
perubahan yang sama ditingkat produsen. Kemungkinan ataupun kondisi yang sering terjadi
adalah kondisi Et<1 yang artinya bahwa jika perubahan terjadi di konsumen maka pada
volume dan harga input yang konstan tidak akan melebihi perubahan nisbi ditingkat
produsen. Besarnya Et harga dapat ditentukan dengan menggunakan konsep model
pendekatan Cobb Douglas dimana koefisien Cobb Dougls merupakan parameter dari Et
harga. Kriteria dalam penentuan Et dengan konsep model fungsi Cobb Douglas dengan
rumus Ln Y = bo + b1 Ln X1 dengan merubah terlebih dahulu harga internasional ke dalam
rupiah dan menentukan apakah terjadi autokorelasi dalam regresi pada saat analisis sebagai
indikatornya adalah nilai dari DW (Durbin Watson).
5.3.1 Elastisitas Transmisi Harga Kesepakatan (Indikasi) Dengan Harga Ekspor
Berdasarkan hasil analisis maka fungsi harga harga kesepakatan denganharga ekspor
adalah sebagai berikut:
Log HI = - Log 0,603 + Log 1,12 HXdengan R2 = 0,983
Atau HI = 0,24HX1,12
Dengan demikian maka elastisitas transmisi (Et) harga kesepakatan (indikasi) dengan harga
ekspor adalah Et = 1,12. Hal ini berarti bahwa jika terjadi perubahan harga 1% di tingkat
pasar ekspor selama periode Januari 2009 sampai Juni 2012 dengan volume dan faktor lain
adalah konstan maka akan terjadi perubahan harga lebih besar dari 1% yaitu 1,12% di tingkat
33
atau pada harga yang disepakati oleh para pengusaha karet di pasar domestik. Hal ini
menunjukkan bahwa informasi perubahan harga yang terjadi di tingkat ekspor akan
ditransmisikan dengan cepat terhadap perubahan harga kesepakatan.
Besarnya perubahan harga yang terjadi pada penentapan harga kesepakatan sebagai
akibat dari perubahan di tingkat ekspor adalah 98,3% (R2 = 0,983) secara keseluruhan di
pengaruhi oleh perubahan harga ekspor. Sementara sisanya 1,7% dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak dimasukkan dalam model analisis.
5.3.2 Elastisitas Transmisi Harga Pool Lelang (HPLK) Dengan Harga Indikasi (HI) dan HargaEkspor(HX)
Berdasarkan hasil analisis maka elastisitas transmisi harga pool lelang terhadap harga
ekspor adalah sebagai berikut:
Log HPLK = - Log 1,6 + Log 1,284HX dengan R2 = 0,974
Atau HPLK = 0,025HX1,284
Dengan demikian jika terjadi perubahan harga di tingkat ekspor sebesar 1% maka harga
akan berubah lebih besar dari 1% yaitu 1,284% ditingkat pool lelang. Hal ini juga
menunjukkan bahwa perubahan harga yang terjadi di tingkat ekspor akan secapat mungkin
tersampaikan ke tingkat pool lelang. Besarnya perubahan harga yang terjadi pada penentapan
harga pool lelang sebagai akibat dari perubahan di tingkat ekspor adalah 97,4% (R2 = 0,974)
secara keseluruhan di pengaruhi oleh perubahan harga ekspor. Sementara sisanya 2,6%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model analisis.
Kemudian jika dilihat dari perubahan harga yang terjadi pada tingkat harga indikasi
terhadap perubahan yang terjadi di tingkat pool lelang, maka elastisitas transmisinya adalah
Log HPLK = -Log 0,909 + Log 1,147HI dengan R2 = 0,991
Atau HPLK = 0,12HI1,14
34
Dengan demikian bahwa elastisitas transmisi harga dari harga kesepakatan(HI) terhadap
besarnya harga di tingkat pool lelang (HPLK) adalah 1,14 yang berarti bahwa jika terjadi
perubahan harga kesepakatan sebesar 1% maka harga akan berubah lebih dari 1% yaitu
1,14% di tingkat pool lelang dengan rata – rata pengakuan kadar karet kering 100%. Kondisi
demikian jarang sekali terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga yang terjadi di
tingkat atau harga kesepakatan akan secara cepat tersampaikan ke tingkat pool lelang.
5.3.3 Elastisitas Transmisi Harga Petani (HP) Dengan Harga Indikasi (HI)Dan Harga Ekspor (HX)
Dari hasil analisis maka fungsi harga dari tingkat harga petani dengan tingkat harga
ekspor adalah:
Log HP = Log 0,361 + Log 0,827HX dengan R2 = 0,886
Atau HP = 2,29HX0,827
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga ditingkat ekspor sebesar 1% akan
mengakibatkan perubahan harga kurang dari 1% ditingkat petani yaitu 0,827% dengan
catatan bahwa volume dan harga selama periode ini adalah konstan. Kemudian nilai dari R2
sebesar 0,886 yang berarti bahwa 88,6% perubahan harga di tingkat petani dipengaruhi oleh
perubahan harga di tingkat ekspor dan selebihnya 11,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak dimasukkan dalam model selama periode tersebut.
Jika dilihat berdasarkan atau dikaitkan denga perubahan harga yang terjadi di tingkat
Gapkindo atau harga kesepakatan maka elastisitas perubahan harga yang terjadi adalah
Log HP = Log 0,751 + Log 0,751HI dengan R2 = 0,932
Atau HP = 5,63HI0,751
Berdasarkan fungsi harga tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai elastisitas harga
atau fleksibilitas transmisi harga yang terjadi antara harga yang disepakati dengan harga
ditingkat petani adalah sebesar 0,751. Dengan demikian jika terjadi perubahan harga sebesar
35
1% ditingkat harga kesepakatan maka harga akan mengakibatkanperubahan harga kurang dari
1% ditingkat petani yaitu 0,751 % dengan harga dan volume yang konstan. Dalam hal ini
nilai R2 adalah 0,932 yang berarti bahwa 93,2% perubahan harga di tingkat petani di
pengaruhi oleh perubahan harga yang disepakati (harga terindikasi) dan selebihnya
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak disebutkan dalam model selama periode tersebut.
5.3.4 Elastisitas Transmisi Harga Pool lelang Dengan Harga Petani
Komponen harga yang diterima petani secara spasial dekat dengan harga ditingkat pool
lelang, maka koefisien elastisitas transmisi adalah sebagai berikut:
Log HP = Log 1,362 + Log 0,651HPLK dengan R2 = 0,930
Atau HP = 23,014HPLK0,651
Dengan demikian bahwa elastisitas transmisi harga dari harga pool lelang terhadap besarnya
harga di tingkat petani adalah 0,651. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi perubahan harga
sebesar 1% di tingkat pool lelang maka harga akan berubah kurang dari 1% yaitu 0,651 di
tingkat petani dengan kadar karet kering 100% selama periode Januari 2009 sampai Juni
2012 pada volume dan faktor lainnya konstan. Hal ini terjadi karena kenaikan biaya input
yang digunakan pool lelang seperti bahan bakar, biaya upah tenaga kerja dan biaya lainnya.
Disamping hal itu rendahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar (U$$/R) yang tak kunjung
selesai mulai dari krisis monetar hingga sekarang ini, besarnya hambatan komunikasi yang
secara spasial antara pool lelang dengan pedagang prosesor lainya dan perubahan relatif
harga yang tidak proporsional ditingkat petani dengan tingkat pool lelang demikian harga
yang diterima petani rendah.Selain itu adanya keterikatan atau hubungan sosial antara petani
dengan tengukulak juga sangat mempengaruhi penerimaan harga di tingkat petani karena
adanya biaya tertentu yang memungkinkan adanya potongan harga.
36
5.4. Analisis Integrasi Pasar Karet
Dalam proses analisis integrasi pasar karet, perlu diketahui terlebih dahulu apakah
data yang diperoleh tersebut stationer atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menghindari hasil
regresi yang menyesatkan (semu). Untuk mengetahui stasioneritas data maka terlebih dahulu
dilakukan uji ADF.
5.4.1. Uji Akar Unit (Unit Root)
Uji ADF dilakukan dengan melihat kriteria Akaike Info Criterion (AIC) paling kecil
untuk menentukan panjang lag optimal (Widarjono, 2007). Setelah diketahui AIC paling
kecil selanjutnya nilai ADF test yang diperoleh dibandingkan dengan nilai kritis McKinnon
pada derajat kepercayaan 5%. Uji ADF yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
interval lag 1 – 4.
Berdasarkan uji ADF yang dilakukan, diketahui bahwa pada tingkat level H0 tidak
dapat ditolak dan menunjukkan bahwa data tidak stasioner, akan tetapi pada tingkat first
difference H0 ditolak dan menunjukkan bahwa data stasioner. Hasil uji ADF untuk masing-
masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Uji ADF
Variabel Level First Difference
ADF Critical value ADF Critical Value
Lhekspor -1.863295 -2.936942 -3.793111 -2.936942
Lhindikasi -1.879115 -2.935001 -2.777407 -2.938987
Lhplk -1.884018 -2.935001 -5.837720 -2.936942
Lhpetani -3.822218 -2.938987 -2.623474 -2.938987
Keterangan
1. Model yang digunakan adalah model intercept tanpa trend
2. Regresi ADF diset dengan menggunakan Automatic Lag decision dengan interval 1-4
3. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%
37
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tiga variabel yaitu harga ekspor, harga
indikasi, dan harga pasar lelang karet tidak stasioner pada tingkat level, sedangkan untuk
harga petani stasioner pada tingkat level. Sedangkan pada tingkat first difference tiga variabel
tersebut stasioner, dan harga di tingkat petani menjadi tidak stasioner pada tingkat first
difference. Stasioneritas data diketahui dengan melihat hasil uji ADF yang dibandingkan
dengan nilai kritis McKinnon. Dari hasil yang diperoleh, variabel-variabel penelitian telah
lolos uji akar unit dan selanjutnya dapat dilakukan pengujian kointegrasi.
5.4.2. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi yang digunakan dalam analisis ini adalah uji Johansen yang dilakukan
antara variabel harga ekspor, harga indikasi, harga pasar lelang karet dan harga karet di
tingkat petani. Hasil uji kointegrasi Johansen dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel2. Uji Kointegrasi Johansen
Hypothesized Max-Eigen 5 Percent 1 PercentNo. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None ** 0.642368 38.04532 27.07 32.24At most 1 0.258558 11.06886 20.97 25.52At most 2 0.236098 9.964703 14.07 18.63At most 3 0.048376 1.834672 3.76 6.65
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels
Dari hasil uji Johansen diketahui bahwa trace statistic mempunya nilai yang lebih
besar dari nilai kritis 1% dan 5%. Hal ini berarti terjadi kointegrasi antara variabel-variabel
tersebut nilai kritis 1% dan 5%, sehingga analisis ECM dapat dilakukan.
5.4.3. Analisis Error Correction Model (ECM)
Hasil analisis ECM dengan menggunakan Engle Granger diperoleh koefisien regresi
untuk jangka pendek antara variabel harga di tingkat pasar ekspor, harga indikasi, harga pasar
38
lelang karet, dan harga di tingkat petani. Maka persamaan ECM antara variabel tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Δlhpetanit = 1.406216 - 0.759891ΔLheksport + 1.169715ΔLhindikasit + 0.217222ΔLhplkt
+ 1.000002Ct
Dari model diatas dapat dilihat bahwa harga ekspor mempunyai pengaruh negative
dan memiliki keseimbanngan jangka pendek dengan harga di tingkat petani. Sedangkan untuk
harga indikasi dan harga pasar lelang karet mempunyai pengaruh positif dan memiliki
keseimbangan jangka pendek dengan harga di tingkat petani. Dari kriteria statistik penelitian
ini menemukan bahwa variabel harga ekspor, harga indikasi, dan harga pasar lelang karet
signifikan berkointegrasi dengan harga di tingkat petani. Kecepatan penyesuaian perubahan
harga di tingkat ekspor, indikasi, dan pasar lelang karet terhadap harga di tingkat petani
ditunjukkan oleh koefisien λ yang bernilai 1.000002, artinya perubahan harga di tingkat
masing-masing pasar akan menyebabkan perubahan harga karet di tingkat petani dalam
jangka panjang memerlukan waktu 1 bulan kemudian.
Persamaan regresi jangka pendek sebelumnya akan disesuaikan oleh koefisien α2(Yt-
1 – β0 – β1Xt-1). β0 dan β1 pada koefisien α2 dapat dihitung menggunakan persamaan pada
lampiran 1, setelah itu diperoleh persamaan untuk jangka panjang ECM yang dirumuskan
sebagai berikut:
Δlhpetanit = 1.406216 - 0.759891Δlhekspor t + 1.169715Δlhindikasi t + 0.217222ΔLhplk
t + 1.000002(hpetanit-1 – 1.406212 – 0.2401105 hekspor t-1 – 2.169711hindikasi
t-1 – 1.21722 hplk t-1)
Persamaan ECM di atas menunjukkan integrasi pasar karet di tingkat petani di
Provinsi Jambi dengan harga ekspor, harga indikasi, dan harga pasar lelang karet dalam
39
jangka pendek dan jangka panjang terintegrasi. Hal ini berarti fluktuasi harga karet di tingkat
petani dipengaruhi oleh fluktuasi harga ekspor, harga indikasi, dan harga di pasar lelang
karet.
5.5. Elastisitas Transmisi Harga
Elastisitas transmisi harga menunjukkan seberapa besar pengaruh perubahan harga
karet di tingkat ekspor, tingkat harga indikasi, dan tingkat pasar lelang akan menyebabkan
perubahan harga karet di tingkat petani di Provinsi Jambi. Dalam penelitian ini digunakan
analisis regresi dengan persamaan non linear yang dilinearkan. Besarnya elasitisitas transmisi
harga ini dapat dilihat dari persamaan linear jangka panjang yang diperoleh dari persamaan
ECM jangka pendek yang telah dilakukan. Besarnya elastisitas transmisi harga ditunjukkan
oleh koefisien β1, β2, β3 pada hasil persamaan Error Correction Model yang diperoleh.
Untuk memperoleh persamaan jangka panjang yang mempunyai keseimbangan, maka
persamaan jangka pendek disesuaikan dengan koefisien α4. Koefisien elastisitas transmisi
harga dalam jangka pendek dan jangka panjang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Elastisitas Transmisi Harga
Variabel Elastisitas Jangka Pendekharga petani
Elastisitas Jangka PanjangHpetani
hekspor 0.759891 0.2401105hindikasi 1.169715 2.169711
hplk 0.217222 1.21722
Tabel diatas menunjukkan koefisien elastitisitas transmisi harga karet di tingkat
ekspor terhadap harga karet di tingkat petani pada jangka pendek sebesar 0.759891. Hal ini
berarti dalam jangka pendek, perubahan harga karet di tingkat ekspor sebesar 1% akan
menyebabkan perubahan harga karet di tingkat petani sebesar 0.75%. Sedangkan dalam
jangka panjang, elastisitas transmisi harga karet menjadi sebesar 0,24011 yang berarti
perubahan harga karet di tingkat ekspor sebesar 1% akan menyebabkan perubahan harga
40
karet di tingkat petani sebesar 0,24011% dalam jangka panjang. Dari hasil analisis juga dapat
diketahui bahwa elastisitas transmisi harga karet di tingkat ekspor terhadap harga karet di
tingkat petani dalam jangka pendek dan jangka panjang bersifat inelastis (β1 < 1).
Untuk koefisien elastisitas transmisi harga karet pada tingkat harga indikasi terhadap
harga karet di tingkat petani dalam jangka pendek adalah sebesar 1,169715. Hal ini berarti
perubahan harga karet di tingkat harga indikasi sebesar 1% akan menyebabkan perubahan
harga karet di tingkat petani sebesar 1,16%. Sedangkan dalam jangka panjang elastisitas
transmisi harga karet indikasi terhadap harga karet di tingkat petani adalah sebesar 2,169715,
artinya perubahan harga indikasi sebesar 1% akan menyebabkan perubahan harga karet di
tingkat petani sebesar 2,16%. Hasil koefisien elastisitas transmisi harga indikasi terhadap
harga karet di tingkat petani baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang bersifat
elastis (β2 > 1).
Berdasarkan hasil analisis elastisitas transmisi harga, untuk elastisitas transmisi harga
karet pada tingkat pasar lelang karet terhadap harga karet di tingkat petani dalam jangka
pendek adalah sebesar 0,21722. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga karet di tingkat
pasar lelang karet sebesar 1% dalam jangka pendek akan menyebabkan perubahan harga
karet di tingkat petani sebesar 0,217%. Sedangkan untuk jangka panjang, nilai elastisitas
transmisi harga karet di pasar lelang karet terhadap harga karet petani adalah sebesar
1,21722. Nilai ini menunjukkan bahwa perubahan harga karet di tingkat pasar lelang sebesar
1% akan menyebabkan perubahan harga karet di tingkat petani sebesar 1,217%.
Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa elastisitas transmisi harga karet pasar
lelang terhadap harga karet petani bersifat inelastis dalam jangka pendek, akan tetapi dalam
jangka panjang elastisitas transmisi harga berubah menjadi elastis. Perbedaan elastisitas
transmisi harga karet dalam jangka pendek dan jangka panjang ini disebabkan karena dalam
jangka panjang perubahan harga di tingkat pasar lelang dapat diantisipasi oleh petani karet
41
dengan melakukan berbagai tindakan penyesuaian seperti menghasilkan bahan olah karet
yang lebih bersih dan mempunyai kadar karet kering yang cukup tinggi.
5.6. Uji Diagnosis
Uji diagnosis dilakukan untuk mengetahui validitas dari model ECM yang telah
diperoleh. Model ECM dikatakan valid apabila variabel yang diteliti tidak memenuhi kriteria
metode OLS untuk regresi biasa. Berdasarkan hasil iji diagnosis diketahui bahwa model
ECM yang diperoleh adalah valid karena tidak memenuhi kriteria metode OLS untuk regresi
biasa. Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengetahui validitas model tersebut adalah
dengan melakukan uji normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut di
bawah ini.
Tabel 5. Uji Normalitas Model
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa model ECM adalah valid. Hal ini
ditunjukkan dari nilai Jarque-Bera yaitu sebesar 2,708 yang tidak sama dengan 0. Dengan
demikian model tersebut layak untuk dilakukan peramalan.
42
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
1. Pasar karet alam di Provinsi Jambi dipengaruhi oleh beberapa tingkat harga pasar
yaitu pasar ekspor Belawan, harga karet indikasi yang ditetapkan oleh Pemerintah,
dan harga karet di tingkat pasar lelang.
2. Harga karet di tingkat ekspor mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal
ini dapat dilihat pada perkembangan harga ekspor menunjukkan tren yang meningkat.
43
Berdasarkan garis tren yang diestimasi terlihat bahwa kenaikan harga tersebut cukup
signifikan dengan R2 = 0.7534.
3. Harga kesepakatan merupakan harga yang disepakati oleh beberapa perusahaan yang
bergabung dalam suatu wadah (Gapkindo) dimana harga yang ditetapkan disepakati
85% dari harga ekspor dalam Rp/ka dengan kadar karet kering 100%. Berdasarkan
hasil pengamatan bahwa harga yang disepakati di Provinsi Jambi selama periode
Januari 2009 sampai dengan Juni 2012 menunjukkan tren perkembangan yang juga
cukup meningkat dari waktu ke waktu seperti pada tren perkembangan harga di
tingkat ekspor dengan rata-rata harga selama periode tersebut adalah Rp.26.192 per
kg dengan kadar karet kering 100%.
4. Harga ditingkat Pool lelang merupakan turunan harga setelah harga yang disepakati
(indikasi) di Gabkindo Provinsi Jambi. Tinggi rendahnya harga yang berlaku di
tingkat pool lelang merupakan penawaran harga tertinggi yang berasal dari beberapa
perusahaan atau industri crumb rubber. Tren perkembangan harga karet alam di
tingkat pool lelang di Provinsi Jambi berdasarkan pada patokan harga ekspor di
Pelabuhan Belawan menunjukkan tren perkembangan harga yang meningkat dimana
peningkatan harga tersebut cukup signifikan dengan R2 sebesar 0,6262.
5. Perkembangan harga di tingkat petani selama periode Januari 2009 sampai Juni 2012
tersebut menunjukkan tren yang meningkat dan cukup menjanjikan. Berdasarkan
estimasi terhadap garis tren peningkatan harga tersebut cukup signifikan dengan R2 =
0,634. . Harga yang diterima petani pada umumnya adalah rendah karena telah
mengalami pemotongan harga dari tingkat pasar sebelumnya.
6. Uji kointegrasi yang digunakan dalam analisis ini adalah uji Johansen yang dilakukan
antara variabel harga ekspor, harga indikasi, harga pasar lelang karet dan harga karet
di tingkat petani. Dari hasil uji Johansen diketahui bahwa trace statistic mempunya
nilai yang lebih besar dari nilai kritis 1% dan 5%. Hal ini berarti terjadi kointegrasi
antara variabel-variabel tersebut.
7. Berdasarkan persamaan ECM menunjukkan integrasi pasar karet di tingkat petani di
Provinsi Jambi dengan harga ekspor, harga indikasi, dan harga pasar lelang karet
dalam jangka pendek dan jangka panjang terintegrasi. Hal ini berarti fluktuasi harga
karet di tingkat petani dipengaruhi oleh fluktuasi harga ekspor, harga indikasi, dan
harga di pasar lelang karet.
44
8. Berdasarkan hasil analisis elastisitas transmisi harga, diketahui bahwa elastisitisas
harga karet ekspor terhadap harga petani bersifat inelastis, sedangkan untuk harga
indikasi dan pool lelang karet bersifat elastis.
VI.2. Saran
1. Perlu dianalisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang diperkirakan
berpengaruh terhadap harga karet di tingkat petani selain harga di tingkat ekspor,
harga indikasi, dan harga pool lelang karet di Provinsi Jambi.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai elastisitas transmisi harga untuk
mengetahui penyebab elastisitas harga di tingkat ekspor bersifat inelastis terhadap
harga di tingkat petani, sedangkan harga indikasi dan harga pool lelang karet bersifat
elastis dalam jangka panjang dan jangka pendek terhadap harga karet di tingkat
petani.
45
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoga, Witono et al. 2006. Integrasi Pasar Kentang di Indonesia Analisis Korelasi Dan Kointegrasi. Jurnal Informatika Pertanian, Volume 15, 2006. From:www.litbang.deptan.go.id/warta-ip/pdf-file/1.witonoipvol-15.pdf. (Diakses Desember 2009)
Asmara, Rosihan et al. 2007. Analisis Integrasi Pasar Dalam Sistem Pemasaran Bawang Merah. Jurnal Penelitian, 15 Juli 2007. From http://rosihan.com/?p=80. (Diakses Desember 2009).
Badan Pusat Statistik Kota Jambi. 2008.KotaJambi Dalam Angka Tahun2008.BPS Jambi. Jambi
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2008. Jambi Dalam Angka Tahun 2008. BPS Jambi. Jambi
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi.2012.PDRB Provinsi Jambi Menurut Lapangan Usaha 2007-2011. BPS Jambi. Jambi
Badan Pusat Statistik Indonesia.2012. Statistik Indonesia Tahun 2012. Jakarta.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2010. Jumlah dan Kapasitas Indusrtri Pengolahan Karet di Provinsi Jambi Tahun 2009. Jambi.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2012.Statistik Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2011. Jambi.
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi. 2010. Perkembangan Harga Crumb Rubber di Provinsi Jambi Tahun 2009. (tidak dipublikasikan).
Fathoni, Zakky. 2009. Evaluation of Market System and Market Integration for Rubber Cultivation Jambi Province-Indonesia.TesisMME DevelopmentEconomicsWageningenUniversity and Research. Belanda (tidak dipublikasikan). 71 Halaman.
Fitrianti, Wanti. 2009. Analisis Integrasi Pasar Karet Alam Antara Pasar Fisik di Indonesia Dengan Pasar Berjangka Dunia. Kumpulan Tesis, 2009. From:iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/58482/1/2009wifi_abstract.pdf. (Diakses Oktober 2010)
Gilarso,T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Kanisius. Yogjakarta.
Hanafiah, A.M dan Saefuddin, A.M. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan Indonesia. UI Press. Jakarta
Irawan, Andi dan Rosmayanti, Dewi. 2007. Analisis Integrasi Pasar Beras di Bengkulu. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 25 No.1. Mei 2007 : 37 – 54.
46
Kementerian Pertanian. 2010.Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-201. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2012. Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2011. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Kohls Richard L. dan Uhl Joseph N. 2002. Marketing of Agricultural Product. Pretince-Hall.New Jersey.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium 2. Phenhalindo. Jakarta.
Masyrofie. 1992. Pengantar Tataniaga Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Wijanarko Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasinya untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia. Jogjakarta
Yuprin, 2009. Analisis Pemasaran Karet di Kabupaten Kapuas. Jurnal Wacana Vol 12 No.3 Juli 2009.
47
CURRUCULUM VITAE
1. IDENTITAS DIRI1. Nama Lengkap Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI, M.Sc.2. NIP 1956080919840310023. Pangkat/Golongan Pembina Utama Muda/ Ivc4. Jabatan Fungsional Guru Besar5. Tempat/Tanggal lahir Bangkinang, Riau / 9 Agustus 19566. Jenis Kelamin Laki-laki7. Agama Islam8. Alamat Kantor dan
Nomor TeleponFakultas Pertanian Universitas JambiJl. Raya Jambi – Ma. Bulian, KM15.Kampus Pinang Masak, Mendalo Jambi. Telp. (0741) 53051
9. Alamat Rumah dan Nomor Telepon
Perumahan Puri Mayang, Cluster Bougenville Blok E.8Mayang Mengurai, Kota Baru - Jambi 36131.HP: 0812.741 9640; e-mail: [email protected]
2. PENDIDIKANNo. Nama
PendidikanProgram Studi Tempat
PendidikanTahun Lulus
1 SMA Negeri I Paspal Jambi 1975
2 S1 (Sarjana) Sosial ekonomi Fakultas Pertanian UNJA
Maret 1983
3. S2 (Magister) Agricultural Economics
Univ. of. Kentucky, USA.
Mei 1988
4. S3 (Doktor) Ekonomi Pertanian IPB, Bogor Maret 2000
3. PENGALAMAN PENGABDIAN 1. Penyelenggaraan Penyuluhan Kota Jambi menurut Undang-undang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. 2006.2. Penguatan dan Pemberdayaan P3A dalam O&P Prasarana Sumberdaya Air. 2007.3. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Di Sektor Pertanian. Dalam upaya
Pemberdayaan Petani Pada Era Otonomi Daerah. 20074. Potensi, Peluang dan Masalah Pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk Mendukung
Ketahanan Pangan. 2009.5. Konstruksi Kemitraan Pemasaran Bahan Olah Karet (Bokar) Rakyat Di Desa Bukit
Sari Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. 2011
Publikasi dan Pengalaman Penelitian 1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Agroindustri Berbasis Ekonomi
Kerakyatan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pangan Indonesia 2005, Jambi 26 Mei 2005.
48
2. Kajian Teknis Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Irigasi Kabupaten. Proyek NSIAPS Propinsi Jambi. Kerjasama Fakultas Pertanian UNJA dengan Bappeda Propinsi Jambi. 2006.
3. Peran Perguruan Tinggi Dalam Revitalisasi Pertanian. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional POPMASEPI Indonesia Wilayah Sumatra.Jambi, 28 Mei 2006.
4. Analisis Pemasaran Bokar: Suatu Kajian terhadap Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani Karet di Provinsi Jambi. Makalah disampaikan pada Seminar Pengembangan Perkebunan Karet sebagai Komoditi Unggulan Ekspor Provinsi Jambi. Jambi, 14 Desember 2006.
5. Penyusunan ROADMAP Komoditi Karet Provinsi Jambi Tahun 2008 – 2025. Fakultas Pertanian Universitas Jambi dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Tahun 2007.
6. Pewilayahan Komoditas di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Kerjasama Pemerintah Kabuaten Tebo dengan Fakultas Pertanian Universitas Jambi, 2008.
7. Kajian Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan yang Terintegrasi Dengan Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Kerinci Dan Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. DP2M Ditjen Dikti Depdiknas. 2009.
8. Konstruksi Model Kemitraan Pemasaran Bokar Hibah Stranas, Lembaga Penelitian UNJA, Tahun 2010.
9. Kajian Ekonomi Pengembangan Usahatani Padi Metoda System of rice Intensification di Provinsi Jambi. 2011.
10. Peningkatan Efisiensi Pemasaran Bahan Olah Karet Rakyat Melalui Kemitraan Antara Petani dan Industri Crumb Rubber. Makalah Utama Disampaikan pada Seminar Nasional Bidang Perkebunan. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. 2011.
11. Kemitraan Pemasaran Bahan Olah Karet: Dinamika dan Kendala. Makalah Utama disampaikan pada Simposium Nasional Ekonomi Karet. Kerjasama antara Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) dengan Fakultas Pertanian Universitas Jambi. 2012.
Demikianlah Curriculum Vitae ini disusun berdasarkan bukti otentik yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.
Dibuat di Jambi, Desember 2012
Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI, M.Sc.
CURRICULUM VITAE
49
A. IDENTITAS PRIBADI
Nama Zakky Fathoni, SP, M.ScTempat/Tgl. Lahir Jambi/ 8 September 1981Pekerjaan Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UNJANIP 19810908 200501 1 003Pangkat/ Golongan Penata Muda/ IIIaJabatan Fungsional Asisten AhliAlamat Kantor Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Kampus Pinang Masak Universitas Jambi KM 13 Mendalo Darat Telp/Fax. 0741-583051
Alamat Rumah Jl. Kamboja II No. 25 RT.07 Kelurahan Sungai Putri Kecamatan Telanaipura Kota Jambi Kode Pos 36122Telp/ HP. 081366061424Email: [email protected]
B. PENDIDIKAN UNIVERSITAS
No.
Strata Tempat Tahun Lulus
Gelar Bidang Studi
1 S1 UNJA Jambi 2004 SP SEP/ Agribisnis2 S2 Wageningen
University, The Netherlands
2009 M.Sc Management, Economic, and Consumer Studies
C. KURSUS / PELATIHAN / WORKSHOP
Waktu Kegiatan dan TempatPeserta/
Pemakalah/ Nara Sumber
Pelaksana, Tempat
8- 18 November 2010
Kursus Dasar-dasar Lingkungan Setara Amdal A
Peserta PPLH Univeristas Jambi
21-22 November 2010
Workshop Perkuatan Kerjasama PPLH Universitas Jambi dengan PSL Universitas se Provinsi Jambi
Peserta PPLH Universitas Jambi
25-26 November
Workhsop Perkuatan Kerjasama PPLH
Panitia PPLH Universitas Jambi
50
2010 Universitas Jambi dengan LSM se Provinsi Jambi
10-12 Mei 2010
Pelatihan Metodologi Penelitian
Peserta LEMLIT UNJA
14-15 Desember 2010
Pelatihan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Peserta PPSML-UI. Jakarta
D. Pengalaman PenelitianTahun Kegiatan Penelitian Keterangan2009 Analysis of Rubber Market System and
Market Integration in Jambi Province Indonesia
Thesis Research in Wageningen University The Netherlands
2010 Analisis Optimasi Faktor Produksi dengan Pola Tanam Usahatani Sayuran di Kecamatan Jambi Selatan
Lembaga Penelitian Universitas Jambi
2011 Analisa Ekonomi Usahatani Padi Sawah dengan Menggunakan Metode SRI di Provinsi Jambi
Lembaga Penelitian Universitas Jambi
2012 Identifikasi Aspek Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Lingkungan Perkebunan PT. Dasa Anugerah Sejati
Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Jambi dengan PT. DAS
2012 Identifikasi Aspek Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Lingkungan Perkebunan PT. Rigunas Agri Utama
Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Jambi dengan PT. RAU
E. Pernyataan Kebenaran : Saya menyatakan bahwa Curriculum Vitae di atas adalah benar, sesuai kualifikasi, kemampuan dan pengalaman saya.
Jambi, Desember 2012Yang menyatakan
Zakky Fathoni, SP, M.Sc
CURICULLUM VITAE
51
1. Nama Lengkap : Melli Suryanty, SP., MPd.
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Pekerjaan : Staf Pengajar pada Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jambi
4. Alamat Kantor : Jl. Raya Jambi – Ma. Bulian Km. 15 Mendalo
Jambi (36361) Telp/Fax. 0741- 583051.
E-mail : [email protected].
5. Alamat Rumah : Jl. Dr. Tazar No.29 RT.16/03 Kelurahan Buluran Kenali,
Telanaipura, Kota Jambi
6. Pendidikan : Nama Pendidikan Tempat Tamat Gelar/
IjazahBidang Ilmu
SDSMPSMASarjana (S1)Pascasarjana (S2)
TanjabtimBukittinggiBukittinggiIPBUNJ
19901993199620012006
IjazahIjazahIjazahSPMPd
--Fisika/A1AgribisnisManajemen Pendidikan
7. Pengalaman Penelitian :
Analisis Perilaku Konsumen Mahasiswa di Kota Bogor Terhadap Produk Makanan
Jajanan Kampus (Studi Kasus pada Mahasiswa IPB, Universitas Ibn Khaldun,
Universitas Pakuan, Akademi Kimia Analisis, dan Akademi Manajemen Kesatuan).
Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Manajemen Berbasis Sekolah dalam Rangka Mengoptimalkan Mutu Pendidikan di
SMP Negeri 1 Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Propinsi
Jambi. Tesis. PPs-Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.
Kajian Portofolio Produk PT. Bank Ekspor Indonesia (Persero). Jurnal Sosio
Ekonomika Bisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jambi, ISSN 1412-8241. Volume 8
No.1, Januari–Juli 2007.
Penggunaan Linear Proggramming Dalam Penentuan Keuntungan Maksimum
Usahatani Sayuran Dengan Variasi Pola Rotasi Tanaman Di Kelurahan Pal Merah
Jambi Selatan. DRK.2010
Analisis Efisiensi Ekonomis Penggunaan Faktor Produksi Pada Ushatani Jagung
Hibrida di KecamatanKumpeh kabupaten Muaro Jambi. Prosiding Seminar Nasional.
BKS-PTN Wilayah Barat Volume II. ISBN 978-979-8389-18-4. Mei 2011.
52
Kajian Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten
Kerinci. Laporan Penelitian DRK dibiayai oleh DIPA UNJA. 2011
8. Pernyataan Kebenaran : Saya menyatakan bahwa Curriculum Vitae di atas adalah benar, sesuai kualifikasi, kemampuan dan pengalaman saya
Jambi, Desember 2012Yang menerangkan,
Melli Suryanty, SP., MPd.NIP. 19780516 200604 2 003