LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

27
LAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Astriana Soeharyanti NIM : 0610723003 Masalah Kesehatan Diabetic Foot Definisi Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut: 1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus) 2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil) 3. Nyeri saat istirahat 4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus) Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Astriana Soeharyanti

NIM : 0610723003

Masalah Kesehatan

Diabetic Foot

Definisi

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner &

Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul

pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula

(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo,

2002). Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan

komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes

bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut:

1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus)

2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)

3. Nyeri saat istirahat

4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus)

Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki

diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak

dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.

Jenis Kaki Diabetik

Terdapat 2 jenis kaki diabetic berdasarkan penyebabnya:

a. Kaki Diabetik akibat angiopati / iskemia

Penderita hiperglikemia yang lama akan menyebabkan perubahan

patologi pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan penebalan tunika intima

“hiperplasia membran basalis arteria”, oklusi (penyumbatan) arteria, dan

hiperkeragulabilitas atau abnormalitas tromborsit, sehingga menghantarkan

pelekatan (adhesi) dan pembekuan (agregasi). Selain itu, hiperglikemia juga

menyebabkan lekosit DM tidak normal sehingga fungsi khemotoksis di lokasi

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

radang terganggu. Demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid intrasel

menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme (bakteri), sukar untuk

dimusnahkan oleh sistem plagositosis-bakterisid intraseluler. Hal tersebut akan

diperoleh lagi oleh tidak saja kekakuan arteri, namun juga diperberat oleh

rheologi darah yang tidak normal. Adanya peningkatan kadar fribronogen dan

bertambahnya reaktivitas trombosit, akan menyebabkan tingginya agregasi sel

darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat, dan memudahkan

terbentuknya trombosit pada dinding arteria yang sudah kaku hingga akhirnya

terjadi gangguan sirkulasi.

Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain

berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama).

Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan

bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian

dapat berkembang menjadi nekrosis/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak

jarang memerlukan/tindakan amputasi.

Tanda-tanda dan gejala-gejala akibat penurunan aliran darah ke tungkai

meliputi klaudikasi, nyeri yang terjadi pada telapak atau kaki depan pada saat

istirahat atau di malam hari, tidak ada denyut popliteal atau denyut tibial superior,

kulit menipis atau berkilat, atrofi jaringan lemak subkutan ,tidak ada rambut pada

tungkai dan kaki bawah, penebalan kuku, kemerahan pada area yang terkena

ketika tungkai diam, atau berjuntai, dan pucat ketika kaki diangkat.

b. Kaki Diabetik akibat neuropati

Pasien diabetes mellitus sering mengalami neuropati perifer, terutama

pada pasien dengan gula darah yang tidak terkontrol. Neuropati diabetik dapat

menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri,

panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang

menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat

adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya

dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.

Secara klinis dijumpai parestesi, hiperestesi, nyeri radikuler, hilangnya reflek

tendon, hilangnya sensibilitas, anhidrosis, pembentukan kalus, ulkus tropik,

perubahan bentuk kaki karena atrofi otot ataupun perubahan tulang dan sendi

seperti Bunion, Hammer Toes (ibujari martil), dan Charcot Foot. Secara

radiologis akan nampak adanya demineralisasi, osteolisis atau sendi Charcot.

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

Klasifikasi Kaki Diabetik

Menurut Wagner kaki diabetik dibagi menjadi:

Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan

pembentukan kalus ”claw”

Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit

Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang

Derajat III : abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis

Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa

selullitis

Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah

Insiden

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1996 di

dunia terdapat 120 juta penderita diabetes mellitus yang diperkirakan naik dua

kali lipat pada tahun 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh pertambahan umur,

kelebihan berat badan (obesitas), dan gaya hidup. Salah satu komplikasi

menahun dari DM adalah kelainan pada kaki yang disebut sebagai kaki diabetik.

Menurut dr Sapto Adji H SpOT dari bagian bedah ortopedi Rumah Sakit

Internasional Bintaro (RSIB), komplikasi yang paling sering dialami pengidap

diabetes adalah komplikasi pada kaki (15 persen) yang kini disebut kaki diabetes.

Di negara berkembang prevalensi kaki diabetik didapatkan jauh lebih besar

dibandingkan dengan negara maju yaitu 2-4%, prevalensi yang tinggi ini

disebabkan kurang pengetahuan penderita akan penyakitnya, kurangnya

perhatian dokter terhadap komplikasi ini serta rumitnya cara pemeriksaan yang

ada saat ini untuk mendeteksi kelainan tersebut secara dini

Etiologi

Penyebab kaki diabetik biasanya melibatkan banyak komponen.

Penelitian terbaru menyatakan bahwa 63% kaki diabetik disebabkan oleh

neuropati perifer yang menimbulkan gangguan sensorik, motorik dan autonom

yang masing-masing memegang peranan penting pada terjadinya luka kaki.

Faktor lain yang berperan adalah iskemia, pembentukan kalus dan edema.

Paralisis otot kaki menyebabkan perubahan keseimbangan di sendi kaki,

perubahan cara berjalan, dan akan menimbulkan titik tekan baru pada telapak

kaki sehingga terjadi kalus ditempat itu. Neuropati sensorik menyebabkan

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

hilangnya sinyal terhadap rasa sakit (mati rasa) setempat dan hilangnya

perlindungan terhadap trauma, sehingga penderita mengalami cedera tanpa

disadari, akibatnya kalus yang sudah terbentuk berubah menjadi ulkus yang bila

disertai infeksi berkembang menjadi selulitis dan berakhir dengan gangren.

Neuropati motorik mengawali terjadinya kelemahan otot dan atrofi otot di

ekstremitas. Hilangnya mekanisme vaskuler yang normal akibat angiopati

diabetik dan gangguan regulasi termal menyebabkan vena membengkak dan

selanjutnya menyebabkan terjadinya ulkus. Bila ulkus disertai infeksi akan

mempermudah terjadinya disfungsi outonom (neuropati outonom) yang

selanjutnya akan mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit akan

kering dan mudah mengalami luka yang sukar sembuh yang selanjutnya mudah

mengalami nekrosis.

Faktor Risiko Terjadinya Kaki Diabetik

Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami

masalah kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati)

membuat pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi

karena tidak dirasakannya. Luka timbul spontan sering disebabkan karena

trauma misalnya kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian

sepatu/sandal yang sempit dan bahan yang keras. Mulanya hanya kecil,

kemudian meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok

dan menimbulkan bau yang disebut gas gangren. Jika tidak dilakukan perawatan

akan sampai ke tulang yang mengakibatkan infeksi tulang (osteomylitis). Upaya

yang dilakukan untuk mencegah perluasan infeksi terpaksa harus dilakukan

amputasi (pemotongan tulang).

Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel

pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM

antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang

utama). Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi

jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang

kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi

dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi.

Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah

dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan

degenarasi dari serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

samping itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami

infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk

berkembanguya bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-

bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma

darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan

(viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya,

nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh

dan kuman anaerob berkembang biak.

Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum

penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan

sel darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar

gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD

menjadi normal dan terkontrol baik. Infeksi ini harus dianggap serius karena

penyebaran kuman akan menambah persoalan baru pada borok. Kuman pada

borok akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bisa

berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat).

Sejumlah peristiwa yang dapat mengawali kerusakan kaki pada penderita

diabetes sehingga meningkatkan risiko kerusakan jaringan antara lain :

o Luka kecelakaan

o Trauma sepatu

o Stress berulang

o Trauma panas

o Iatrogenik

o Oklusi vascular

o Kondisi kulit atau kuku

Faktor risiko demografis

Usia

Semakin tua semakin berisiko

Jenis kelamin

Laki-laki dua kali lebih tinggi. Mekanisme perbedaan jenis kelamin tidak jelas

(mungkin dari perilaku, mungkin juga dari psikologis)

Etnik

Beberapa kelompok etnik secara signifikan berisiko lebih besar terhadap

komplikasi kaki. Mekanismenya tidak jelas, bisa dari faktor perilaku,

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

psikologis, atau berhubungan dengan status sosial ekonomi, atau

transportasi menuju klinik terdekat.

Situasi social

Hidup sendiri dua kali lebih tinggi

Faktor risiko perilaku

Ketrampilan manajemen diri sendiri sangat berkaitan dengan adanya

komplikasi kaki diabetik. Ini berhubungan dengan perhatian terhadap

kerentanan.

Faktor risiko lain

Ulserasi terdahulu (inilah faktor risiko paling utama dari ulkus)

Berat badan

Merokok

Patofisiologi Kaki Diabetik

Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang

menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar

arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian

bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya

kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke

kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh.

Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa

penyebab seperti sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan

seperti neuropati, angiopati yang merupakan faktor endogen dan trauma serta

infeksi yang merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap terjadinya kaki

diabetik.

Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,

metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia)

ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap

metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak

yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah

(aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar

dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian

makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah

terutama daerah kaki.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya

kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita

neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena

tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini

tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan

ulserasi dan bahkan amputasi.

Sirkulasi yang buruk juga dapat menyebabkan pembengkakan dan

kekeringan pada kaki. Pencegahan komplikasi pada kaki adalah lebih kritis pada

pasien diabetik karena sirkulasi yang buruk merusak proses penyembuhan dan

dapat menyebabkan ulkus, infeksi, dan kondisi serius pada kaki.

Dari faktor-faktor pencetus diatas faktor utama yang paling berperan

dalam timbulnya kaki diabetik adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Infeksi

sendiri sangat jarang merupakan faktor tunggal untuk terjadinya kaki diabetik.

Infeksi lebih sering merupakan komplikasi yang menyertai kaki diabetik akibat

iskemia atau neuropati.

PENATALAKSANAAN.

Pengobatan kelainan kaki diabetik terdiri dari pengendalian diabetes dan

penanganan terhadap kelainan kaki.

a. Pengendalian Diabetes.

Langkah awal penanganan pasien dengan kaki diabetik adalah dengan

melakukan manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik karena

kebanyakan pasien dengan kaki diabetik juga menderita malnutrisi, penyakit

ginjal kronik, dan infeksi kronis. Diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik

akan dapat menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi kronik diabetes, salah

satunya adalah terjadinya gangren diabetik. Jika kadar glukosa darah dapat

selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua komplikasi yang akan terjadi

dapat dicegah, paling sedikit dihambat.

Mengelola diabetes melitus langkah yang harus dilakukan adalah pengelolaan

non farmakologis, berupa perencanaan makanan dan kegiatan jasmani. Baru

kemudian kalau dengan langkah-langkah tersebut sasaran pengendalian

diabetes yang ditentukan belum tercapai, dilanjutkan dengan langkah berikutnya,

yaitu dengan penggunaan obat atau pengelolaan farmakologis.

Perencanaan makanan pada penderita diabetes melitus masih tetap

merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan diabetes melitus,

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

meskipun sudah sedemikian majunya riset di bidang pengobatan diabetes

dengan ditemukannya berbagai jenis insulin dan obat oral yang mutakhir.

Sarana pengendalian secara farmakologis pada diabetes melitus dapat

berupa:

1) Pemberian Insulin.

2) Pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO).

Golongan Sulfonylurea.

Golongan Biguanid.

Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase.

Golongan Insulin Sensitizing.

b. Penanganan Kelainan Kaki.

1) Strategi Pencegahan

Fokus utama penanganan kaki diabetik adalah pencegahan terhadap

terjadinya luka. Strategi pencegahan meliputi edukasi kepada pasien,

perawatan kulit, kuku dan kaki dan penggunaan alas kaki yang dapat

melindungi. Pada penderita dengan risiko rendah diperbolehkan

menggunakan sepatu, hanya saja sepatu yang digunakan tidak sempit

atau sesak. Sepatu atau sandal dengan bantalan yang lembut dapat

mengurangi resiko terjadinya kerusakan jaringan akibat tekanan langsung

yang dapat memberi beban pada telapak kaki. Pada penderita diabetes

melitus dengan gangguan penglihatan sebaiknya memilih kaos kaki yang

putih karena diharapkan kaos kaki putih dapat memperlihatkan adanya

luka dengan mudah. Perawatan kuku yang dianjurkan pada penderita

diabetes melitus adalah kuku-kuku harus dipotong secara transversal

untuk mengurangi risiko terjadinya kuku yang tumbuh kedalam dan

menusuk jaringan sekitar.Edukasi tentang pentingnya perawatan kulit,

kuku dan kaki serta penggunaan alas kaki yang dapat melindungi dapat

dilakukan saat penderita datang untuk kontrol. Kaidah pencegahan kaki

diabetik, yaitu:

Setiap infeksi meskipun kecil merupakan masalah penting

sehingga menuntut perhatian penuh.

Kaki harus dibersihkan secara teliti dan dikeringkan dengan

handuk kering setiap kali mandi.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

Kaki harus diinspeksi setiap hari termasuk telapaknya, dapat

dengan menggunakan cermin.

Kaki harus dilindungi dari kedinginan.

Kaki harus dilindungi dari kepanasan,batu atau pasir panas dan

api.

Sepatu harus cukup lebar dan pas.

Dianjurkan memakai kaus kaki setiap saat.

Kaus kaki harus cocok dan dikenakan secara teliti tanpa lipatan.

Alas kaki tanpa pegangan, pita atau tali antara jari.

Kuku dipotong secara lurus.

Berhenti merokok.

2) Penanganan Ulkus

Penanganan ulkus diabetik dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan,

yaitu:

Tingkat 0.

Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki

khusus dan pelengkap alas kaki yang dianjurkan. Sepatu atau sandal

yang dibuat secara khusus dapat mengurangi tekanan yang terjadi.

Bila pada kaki terdapat tulang yang menonjol atau adanya

deformitas, biasanya tidak dapat hanya diatasi dengan penggunaan

alas kaki buatan umumnya memerlukan tindakan pemotongan tulang

yang menonjol (exostectomy) atau dengan pembenahan deformitas.

Tingkat I.

Memerlukan debridemen jaringan nekrotik atau jaringan yang

infeksius, perawatan lokal luka dan pengurangan beban.

Tingkat II.

Memerlukan debridemen, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur,

perawatan lokal luka dan teknik pengurangan beban yang lebih

berarti.

Tingkat III.

Memerlukan debridemen jaringan yang sudah menjadi gangren,

amputasi sebagian, imobilisasi yang lebih ketat, dan pemberian

antibiotik parenteral yang sesuai dengan kultur.

Tingkat IV.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagian

atau amputasi seluruh kaki.

c. Diet yang tepat

Bagi orang diabetes manajemen diet yang tepat sangat penting dalam

mengontrol kadar glukosa darah. Kebutuhan kalori orang dengan diabetes

dapat dihitung yaitu dengan menentukan terlebih berat badan ideal untuk

mengetahui jumlah kalori basal pasien DM. Cara menghitungnya bisa

dengan menggunakan

Berat badan ideal = (Tinggi Badan dalam cm-100) -10% Kg

Pada laki-laki yang tingginya <160 cm atau perempuan yang tingginya <150

cm berlaku rumus:

Berat badan ideal = (TB dalam cm-100) x 1 kg

Kemudian hitung jumlah kalori yang dibutuhkan. Ada beberapa cara untuk

menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien DM yaitu:

1) Menghitung kebutuhan kebutuhan basal dengan cara mengalikan berat

badan ideal dengan 30 untuk laki-laki dan 25 untuk wanita. Kebutuhan

kalori sebenarnya harus ditambah lagi sesuai dengan kegiatan sehari-

hari

2) Kebutuhan basal dihitung seperti cara pertamatetapi ditambah kalori

berdasarkan persentase kalori basal.

Kerja ringan ditambah 10% dari jumlah kalori basal

Kerja sedang ditambah 20% dari jumlah kalori basal

Kerja berat ditambah 10% dari jumlah kalori basal

Kerja ringan ditambah 40-100% dari jumlah kalori basal

Pasien kurus, masih tumbuh kembang, terdapat infeksi, sedang

hamil atau menyusui ditambah 20-30% dari kalori basal

3) Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan tabel dibawah ini:

pasien kurus = 2300-2500 kkal

pasien normal= 1700-2100 kkal

pasien gemuk = 1300-1500 kkal

d. Memberikan pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan yang bisa diberikan yaitu:

Apa itu penyakit DM itu

Makna dan perlunya pemantauan dan pengendalian DM

Komplikasi DM

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

Perencanaan makanan

Pengobatan (pemberian insulin): mengajarkan cara menyuntik

insulin dengan benar, lokasi penyuntikan, jenis insulin dan waktu yang

penyutikan insulin.

Perawatan kaki

Prognosis

Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena

semakin tua usia penderita diabetes melitus semakin mudah untuk mendapatkan

masalah yang serius pada kaki dan tungkainya, lamanya menderita diabetes

melitus, adanya infeksi yang berat, derajat kualitas sirkulasi, dan keterampilan

dari tenaga medis atau paramedis.

Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan bisa yang muncul pada pasien DM

dengan kaki diabetik adalah sebagai berikut :

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /

menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi

pembuluh darah.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren

pada ekstrimitas.

Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada

luka.

Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan

dengan tingginya kadar gula darah.

Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya.

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan

dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk

salah satu anggota tubuh.

Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di

kaki.

Intervensi Keperawatan

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

1. Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran

darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

Kriteria Hasil :

Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler

Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis

Kulit sekitar luka teraba hangat.

Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.

Sensorik dan motorik membaik

Rencana tindakan :

a. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi

Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.

b. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :

Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada

waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari

penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.

Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak

terjadi oedema.

c. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi

kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan

penggunaan obat vasokontriksi.

Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis,

merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah,

relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.

d. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,

pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).

Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh

darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan

gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan

pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren pada

ekstrimitas.

Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.

Kriteria hasil:

Berkurangnya oedema sekitar luka.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

Pus dan jaringan berkurang

Adanya jaringan granulasi.

Bau busuk luka berkurang.

Rencana tindakan :

a. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses

penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.

b. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik

menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang

menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.

Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga

kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi

tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses

granulasi.

c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur

pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.

Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan

kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk

pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui

perkembangan penyakit.

3. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan.

Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil :

Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .

Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk

mengatasi atau mengurangi nyeri .Pergerakan penderita bertambah luas.

Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36

– 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x

/menit ).

Rencana tindakan :

a. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

b. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan

mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak

bekerjasama dalam melakukan tindakan.

c. Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Rangasangan yang berlebihan dari lingkungan akan

memperberat rasa nyeri.

d. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri

yang dirasakan pasien.

e. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan

kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.

f. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.

Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran

pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa

nyaman.

g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri

pasien.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.

Kriteria Hasil :

Pergerakan paien bertambah luas

Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan

( duduk, berdiri, berjalan ).

Rasa nyeri berkurang.

Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai

dengan kemampuan.

Rencana tindakan :

a. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.

b. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga

kadar gula darah dalam keadaan normal.

Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat

kooperatif dalam tindakan keperawatan.

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

c. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah

sesui kemampuan.

Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.

d. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.

e. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik )

dan tenaga fisioterapi.

Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi

untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.

5. Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake makanan yang kurang.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil :

Berat badan dan tinggi badan ideal.

Pasien mematuhi dietnya.

Kadar gula darah dalam batas normal.

Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

Rencana Tindakan :

a. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi

pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang

adekuat.

b. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi

terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.

c. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan

merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).

d. Identifikasi perubahan pola makan.

Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet

yang ditetapkan.

e. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet

diabetik.

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke

dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai

dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.

6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.

Kriteria Hasil :

Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.

Emosi stabil., pasien tenang.

Istirahat cukup.

Rencana tindakan :

a. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien

sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

b. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.

c. Gunakan komunikasi terapeutik.

Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien

sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

d. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien

untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan

pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran

pasien.

e. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim

kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan

seoptimal mungkin.

Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan

kecemasan yang dirasakan pasien.

f. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara

bergantian.

Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga

yang menunggu.

g. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu

mengurangi rasa cemas pasien.

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

7. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang

penyakitnya.

Kriteria Hasil :

Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan

yang diperoleh.

Rencana Tindakan :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan

gangren.

Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat

perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang

diketahui pasien/keluarga.

b. Kaji latar belakang pendidikan pasien.

Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan

menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai

tingkat pendidikan pasien.

c. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada

pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat

sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

d. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan

libatkan pasien didalamnya.

Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam

tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya

berkurang.

e. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada /

memungkinkan).

Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang

telah diberikan.

8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu

anggota tubuh.

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota

tubuhnya secar positif.

Kriteria Hasil :

Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan.

Tanpa rasa malu dan rendah diri.

Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.

Rencana tindakan :

a. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri

berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi

secara normal.

Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.

b. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.

Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.

c. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.

Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.

d. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan

hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.

e. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan

kehilangan.

Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang

normal.

f. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan

hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.

Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.

9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.

Kriteria hasil :

Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.

Pasien tenang dan wajah segar.

Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.

Rencana tindakan :

a. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.

Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan

tidur/istirahat.

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN r.29.doc

b. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.

Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan

kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.

c. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti

cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.

Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain

dialami dan dirasakan pasien.

d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik

relaksasi .

Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam

tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.

e. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.

Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur

pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang

tepat.

Daftar Pustaka

Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Guyton&Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Armstrong, D & Lawrence, A . 1998. Diabetic Foot Ulcers,Prevention,Diagnosis

and Classification.. http://www.aafp.org/afp/980315ap/armstron.html.

Diakses tanggal 10 Oktober 2010.

Cunha, BA. 2005. Diabetic Foot Infections.

http://www.emedicine.com/med/topic3547.htm. Diakses tanggal 10

Oktober 2010.

Misnadiarly. 2005. Permasalahan Kaki Diabetes dan Upaya

Penanggulangannya. http://horison_kaki diabetik.htm. Diakses tanggal 10

Oktober 2010.