Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

35
Laporan Pendahuluan Hydrocephalus A. Pengertian Hydrocephalus Hydrocephalus adalah keadaan patologi otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) dengan tekanan intrakarnial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. Hydrocephalus Kongenital umumnya terjadi sekunder akibat malformasi susunan saraf pusat atau stenosis aquaduktus. Hydrocephalus biasanya timbul selama periode neonatus atau pada awal masa bayi. Harus dibedakan dengan pengumpulan cairan lokal tanpa tekanan intrakarnial yang meninggi seperti pada kista porensefali atau pelebaran ruangan CSS akibat tertimbunnya CSS yang menempati ruangan, sesudah terjadinya atrofi otak. Hydrocephalus yang tampak jelas dengan tanda – tanda klinis yang khas disebut hydrocephalus yang manifes. Sementara itu, hydrocephalus dengan ukuran kepala yang normal disebut sebagai hydrocephalus yang tersembunyi. Dikenal Hydrocephalus Kongenital dan Hydrocephalus Akuisita.

description

Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

Transcript of Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

Page 1: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

A. Pengertian Hydrocephalus

Hydrocephalus adalah keadaan patologi otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) dengan tekanan intrakarnial yang

meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.

Hydrocephalus Kongenital umumnya terjadi sekunder akibat malformasi susunan

saraf pusat atau stenosis aquaduktus. Hydrocephalus biasanya timbul selama periode

neonatus atau pada awal masa bayi. Harus dibedakan dengan pengumpulan cairan

lokal tanpa tekanan intrakarnial yang meninggi seperti pada kista porensefali atau

pelebaran ruangan CSS akibat tertimbunnya CSS yang menempati ruangan, sesudah

terjadinya atrofi otak. Hydrocephalus yang tampak jelas dengan tanda – tanda klinis

yang khas disebut hydrocephalus yang manifes. Sementara itu, hydrocephalus dengan

ukuran kepala yang normal disebut sebagai hydrocephalus yang tersembunyi.

Dikenal Hydrocephalus Kongenital dan Hydrocephalus Akuisita.

Page 2: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

B. Anatomi dan Fisiologi

Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari

sistem ventrikel, sistem magna pada dasar otak dan ruangan subaraknoid yang

meliputi seluruh susunan syaraf. CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh

pleksus koroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater

dan araknoid yang meliputi seluruh susunan syaraf pusat (SSP). Hubungan antara

sistem ventrikel dan ruang subaraknoid adalah melalui foramen Magendie di median

dan foramen Luschka di sebelah lateral ventrikel IV. Aliran CSS yang normal ialah

dari ventrikel lateralis melalui foramen Monroi ke ventrikel III, dari tempat ini

melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen

Luscha dan Magendie ke dalam ruang subaranoid melalui sisterna magna. Penutupan

sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorpsi CSS oleh sistem kapiler

C. Etiologi

Kasus hydrocephalus terjadi 2 per 1.000 kelahiran. Kondisi ini bisa dideteksi

sejak masih dalam kandungan (Congenital Hydrocephalus) sehingga tindakan lanjut

dari kondisi ini sudah bisa disiapkan sejak sebelum persalinan. Hydrocephalus terjadi

bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat

pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang

subarachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyebab

penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah:

1. Kelainan bawaan

a. Stenosis aquaduktus sylvii

Adalah penyumbatan aliran CSS pada tingkat saluran air dari sylvii (antara

ventrikel ketiga dan keempat di otak). Merupakan penyebab yang terbanyak pada

hydrocephalus bayi dan anak (60-90%). Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu

sama sekali atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hydrocephalus

terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah

lahir. Stenosis aquaduktus juga merupakan penyebab yang sangat umum dari

Page 3: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

hydrocephalus kongenital. Dengan kejadian hydrocephalus 5 sampai 10 per 10.000

kelahiran hidup, stenosis aquaduktus menyumbang sekitar 20% dari kasus

hydrocephalus.

b. Spina bifida dan kranium bifida

Hydrocephalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom

Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan

serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi

penyumbatan sebagian atau total. Kasus hydrocephalus karena spina bifida terjadi

pada 20 – 50 per 10.000 kelahiran hidup

c. Sindrom Dandy-Walker

Dandy-Walker juga merupakan penyebab penting Hydrocephalus Kongenital,

meskipun terjadi lebih jarang. Merupakan atresia kongenital foramen Luschka dan

Magendie dengan akibat Hydrocephalus Obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel

terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista

yang besar di daerah fosa posterior. Sindrom tersebut terjadi pada sekitar 1 per 30.000

kelahiran hidup. Meskipun cacat yang hadir pada saat lahir, hydrocephalus tidak

selalu hadir dalam periode neonatal. Sekitar 80% dari semua Dandy-Walker akan di

diagnosis pada usia satu tahun, meskipun beberapa diagnosa mungkin tertunda hingga

remaja atau dewasa.

d. Kista araknoid

Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu

hematoma.

e. Anomali Pembuluh Darah

Hydrocephalus akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis

posterior dengan vena Galeni atau sinus transversus dengan akibat obstruksi

akuaduktus.

Page 4: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

2. Infeksi

Infeksi pada selaput meningen dapat menimbulkan perlekatan meningen

sehingga dapat terjadi obliterasi ruang subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase

akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik

eksudat purulenta di aquaduktus silvii sisterna basalis. Selain itu, ibu hamil sering

menderita beberapa infeksi, infeksi ini dapat berpengaruh pada perkembangan normal

otak bayi. Seperti:

a. CMV (Cytomegalovirus)

Merupakan virus yang menginfeksi lebih dari 50% orang dewasa Amerika

pada saat mereka berusia 40 tahun. Juga dikenal sebagai virus yang paling sering

ditularkan ke anak sebelum kelahiran. Virus ini bertanggung jawab untuk demam

kelenjar.

b. Campak Jerman (rubella)

Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella. Virus

ditularkan dari orang ke orang melalui udara yang ditularkan ketika orang terinfeksi

batuk atau bersin, virus juga dapat ditemukan dalam air seni, kotoran dan pada kulit.

Ciri gejala dari beberapa rubella merupakan suhu tubuh tinggi dan ruam merah muda.

c. Mumps

Merupakan sebuah virus (jangka pendek) infeksi akut di mana kelenjar ludah,

terutama kelenjar parotis (yang terbesar dari tiga kelenjar ludah utama) membengkak.

d. Sifilis

Merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) yang disebabkan oleh bakteri

Treponema pallidum.

e. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit berseltunggal

yaitu Toxoplasma gondii.

3. Neoplasma

Hydrocephalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat

aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila

tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan

Page 5: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak

menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus sylvii bagian terakhir

biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian

depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.

4. Perdarahan

Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam

otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak,

selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.10 Meskipun

banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrocephalus juga bisa terjadi

pada dewasa. Hanya saja, pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas, sehingga

lebih mudah dideteksi dan didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-ubunnya

masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan

melebarnya tulang-tulang tengkorak. Terlihat pembesaran diameter kepala yang

makin lama makin membesar seiring bertambahnya tumpukan CSS. Sedangkan pada

orang dewasa, tulang tengkorak tidak lagi mampu melebar. Akibatnya berapapun

banyaknya CSS yang tertumpuk, tidak akan mampu menambah besar diameter kepala

D. Epidemiologi

Hydrocephalus internus atau penumpukan cairan serebrospinalis yang

berlebihan dalam ventrikel otak dengan akibat pembesaran kranium, terjadi pada satu

diantara 2.000 janin dan merupakan 12% diantara malformasi berat yang ditemukan

pada waktu lahir. Cacat yang sering terjadi bersamaan adalah spina bifida yang

ditemukan pada sepertiga kasus. Seringkali lingkaran kepala melampaui 50 cm, dan

terkadang mencapai 80 cm. Volume cairan biasanya antara 500 dan 1500 ml, tetapi

dapat mencapai 5 liter. Presentasi sungsang ditemukan pada sepertiga kasus.

Biasanya mengakibatkan distosia yang berat. Pada umumnya, kejadian hydrocephalus

sama pada laki-laki dan perempuan. Hydrocephalus di masa dewasa mewakili sekitar

40% dari total kasus hydrocephalus. Dalam sebuah penelitian (1968 - 1976) yang

berbasis rumah sakit di Amerika Serikat dengan total 174.000 kelahiran, peneliti

Page 6: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

menemukan kejadian hydrocephalus bawaan sebesar 6,6 kasus per 10.000 kelahiran.

Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam insiden antara kulit putih dan kulit hitam.

Hydrocephalus dapat terdeteksi selama pemeriksaan USG. Raveley (1973)

dan Cit Yasa (1983) di Inggris melaporkan bahwa insidensi Hydrocephalus

Kongenital sebesar 5-10,8 pada setiap 10.000 kelahiran dan 11%- 43% disebabkan

oleh stenosis aqueductus serebri. Menurut Harsoso (1996), Hydrocephalus Infantil

ditemukan 46% diantaranya adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50%

karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor

fossa posterior. Insiden Hydrocephalus di Indonesia mencapai 10 per 1.000 kelahiran

E. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Berikut ini adalah hal – hal yang mempengaruhi terjadinya hydrocephalus:

a. Lahir prematur, bayi yang lahir prematur memiliki risiko yang lebih tinggi

mengalami perdarahan intraventricular (perdarahan dalam ventrikel otak), yang

dapat menyebabkan hydrocephalus.

b. Masalah infeksi pada rahim selama kehamilan dapat meningkatkan risiko

hydrocephalus pada bayi berkembang. Akibat infeksi dapat timbul perlekatan

meningen. secara patologis terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid

sekitar sisterna basalis dan daerah lain, penyebab infeksi adalah toksoplasmosis.

c. Masalah dengan perkembangan janin seperti penutupan yang tidak lengkap dari

kolom tulang belakang. Beberapa cacat bawaan mungkin tidak terdeteksi saat

lahir, tetapi peningkatan risiko hydrocephalus akan tampak saat usia bayi lebih

tua (masih masa anak - anak).

d. Lesi dan tumor sumsum tulang belakang atau otak. Pada anak yang menyebabkan

penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu

glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III

disebabkan kraniofaringioma. Hydrocephalus Infantil, 4% adalah karena tumor

fossa fosterior.

e. Infeksi pada sistem saraf.

Page 7: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

f. Perdarahan di otak. Hydrocephalus Infantil, 50% adalah karena perdarahan dan

meningitis.

g. Memiliki cedera kepala berat.

F. Klasifikasi Hydrocephalus

Klasifikasi hydrocephalus berdasarkan :

1. Gambaran Klinis

a. Hydrocephalus yang manifes (overt hydrocephalus) merupakan hydrocephalus

yang tampak jelas dengan tanda – tanda klinis yang khas.

b. Hydrocephalus yang tersembunyi (occult hydrocephalus) merupakan

hydrocephalus dengan ukuran kepala yang normal.

2. Waktu pembentukan

a. Hydrocephalus Kongenital merupakan hydrocephalus yang terjadi pada neonatus

atau yang berkembang selama intrauterine.

b. Hydrocephalus Infantil merupakan hydrocephalus yang terjadi karena cedera

kepala selama proses kelahiran.

c. Hydrocephalus Akuisita merupakan hydrocephalus yang terjadi selama masa

neonatus atau disebabkan oleh faktor – faktor lain setelah masa neonatus.

3. Proses terbentuknya

a. Hydrocephalus Akut adalah hydrocephalus yang terjadi secara mendadak sebagai

akibat obstruksi atau gangguan absorbsi CSS.

b. Hydrocephalus Kronik adalah hydrocephalus yang terjadi setelah aliran

serebrospinal mengalami obstruksi beberapa minggu atau bulan atau tahun.

c. Hydrocephalus Subakut adalah hydrocephalus yang terjadi diantara waktu

hydrocephalus akut dan kronik.

Page 8: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

4. Sirkulasi cairan serebrospinal

a. Hydrocephalus Komunikans adalah hydrocephalus yang memperlihatkan adanya

hubungan antara CSS system ventrikulus dan CSS dari ruang subaraknoid.

b. Hydrocephalus non - Komunikans berarti terdapat hambatan sirkulasi cairan

serebrospinal dalam sistem ventrikel sendiri.

G. Gambaran Klinis

Gambaran klinik hydrocephalus dipengaruhi oleh umur penderita, penyebab,

dan lokasi obstruksi.

1. Neonatus

Gejala hydrocephalus yang paling umum dijumpai pada neonatus adalah

iritabilitas. Sering kali anak tidak mau makan dan minum, terkadang kesadaran

menurun ke arah letargi, muntah. Pada masa neonates gejala lainnya belum tampak,

sehingga apabila dijumpai gejala tersebut, perlu dicurigai adanya kemungkinan

hydrocephalus. Dengan demikian dapat dilakukan pemantauan secara teratur dan

sistematik. Pada anak di bawah 6 tahun, termasuk neonatus, akan tampak pembesaran

kepala karena sutura belum menutup secara sempurna. Pembesaran kepala ini harus

dipantau dari waktu ke waktu, dengan mengukur lingkar kepala. Fontanela anterior

tampak menonjol, pada palpasi terasa tegang dan padat. Pemeriksaan fontanela ini

harus dalam situasi yang santai, tenang, dan penderita dalam posisi berdiri atau duduk

tegak. Tidak ditemukannya fontanela yang menonjol bukan berarti bahwa tidak ada

hydrocephalus. Pada umur 1 tahun, fontanela anterior sudah menutup atau oleh

karena rongga tengkorak yang melebar maka tekanan intrakranial secara relatif akan

mengalami dekompresi. Vena di kulit kepala dapat sangat menonjol, terutama apabila

bayi menangis. Peningkatan tekanan intrakranial akan mendesak darah vena dari alur

normal di basis otak menuju ke sistem kolateral dan saluran – saluran yang tidak

mempunyai klep. Mata penderita hydrocephalus memperlihatkan gambaran yang

khas, sklera yang berwarna putih akan tampak di atas iris. Paralisis nervus abdusens,

yang sebenarnya tidak menunjukkan lokasi lesi, sering dijumpai pada anak yang

Page 9: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

berumur lebih tua dan pada dewasa. Terlihat adanya nistagmus dan strabismus. Pada

hydrocephalus yang sudah lanjut dapat terjadi edema papil atau atrofi papil. Tidak

adanya pulsasi vena retina merupakan tanda awal hipertensi intrakranial yang khas.

2. Dewasa

Gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala. Sementara itu,

gangguan visus, gangguan motorik/berjalan, dan kejang terjadi pada 1/3 kasus

hydrocephalus pada usia dewasa. Pemeriksaan neurologik pada umumnya tidak

menunjukkan kelainan, kecuali adanya edema papil dan paralisis nervus abdusens.

H. Fisiologi cairan serebrospinal

a. Pembentukan CSF

Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian

CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF

ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;

1. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar

2. Parenchym otak

3. Arachnoid

b. Sirkulasi CSF

Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat

pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel

lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui

aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF

mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen

Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga

subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna

di supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus

Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

Page 10: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

I. Patofisiologi

Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan

subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler

mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami

atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan

yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray

matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang

akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu

merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan

melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior

tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis

aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik

pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala

berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan

Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada

Page 11: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior

menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type

hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan

wajahnya tampak kecil secara disproporsional. Pada orang yang lebih tua, sutura

cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya

menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat

membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak

komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan

absorbsi total akan menyebabkankematian. Pada pelebaran ventrikular menyebabkan

robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan

absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut

maka akan terjadi keadaan kompensasi.

J. Pencegahan

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau mencegah

berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis, dilakukan

pada tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda

terjadinya kasus baru penyakit. Pada kasus hydrocephalus pencegahan dapat

dilakukan dengan:

a. Pada kehamilan perawatan prenatal yang teratur secara signifikan dapat

mengurangi risiko memiliki bayi prematur, yang mengurangi risiko bayi

mengalami hydrocephalus.

b. Untuk penyakit infeksi, setiap individu hendaknya memiliki semua vaksinasi dan

melakukan pengulangan vaksinasi yang direkomendasikan.

c. Meningitis merupakan salah satu penyebab terjadinya hydrocephalus. Untuk itu

perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya vaksin meningitis bagi orang –

orang yang berisiko menderita meningitis. Vaksinasi dianjurkan untuk individu

Page 12: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

yang berpergian ke luar negeri, orang dengan gangguan sistem imun dan pasien

yang menderita gangguan limpa.

d. Mencegah cedera kepala.

2. Pencegahan Sekunder

a. Diagnosis

Hydrocephalus merupakan salah satu dari kelainan kongenital. Untuk

mewaspadai adanya kelainan kongenital maka diperlukan pemeriksaan fisik,

radiologik, dan laboratorium untuk menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah

bayi lahir. Disamping itu, dengan kemajuan teknologi kedokteran suatu kelainan

kongenital kemungkinan telah diketahui selama kehidupan janin seperti adanya

diagnosa prenatal atau antenatal. Pada hydrocephalus, diagnosa biasanya mudah

dibuat secara klinis. Pada anak yang lebih besar kemungkinan hydrocephalus diduga

bila terdapat gejala dan tanda tekanan intrakranial yang meninggi. Tindakan yang

dapat membantu dalam menegakkan diagnosis ialah transluminasi kepala,

ultrasonogafi kepala bila ubun-ubun besar belum menutup, foto Rontgen kepala dan

tomografi komputer (CT Scan). Pemeriksaan untuk menentukan lokalisasi

penyumbatan ialah dengan menyuntikkan zat warna PSP ke dalam ventrikel lateralis

dan menampung pengeluarannya dari fungsi lumbal untuk mengetahui penyumbatan

ruang subaraknoid. Sebelum melakukan uji PSP ventrikel ini, dilakukan dahulu uji

PSP ginjal untuk menentukan fungsi ginjal. Ventrikulografi dapat dilakukan untuk

melengkapi pemeriksaan. Namun dengan adanya pemeriksaan CT Scan kepala, uji

PSP ini tidak dikerjakan lagi.

b. Pengobatan

Penanganan hydrocephalus telah semakin baik dalam tahun-tahun terakhir ini,

tetapi terus menghadapi banyak persoalan. Idealnya bertujuan memulihkan

keseimbangan antara produksi dan resorpsi CSF. Beberapa cara dalam pengobatan

hydrocephalus yaitu:

Page 13: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

1. Terapi Medikamentosa

Hydrocephalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada

umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan

dosis 25-50 mg/kg BB. Asetazolamid dalam dosis 40-75 mg/kg 24 jam mengurangi

sekitar sepertiga produksi CSF, dan terkadang efektif pada hydrocephalus ringan

yang berkembang lambat. Pada keadaan akut dapat diberikan manitol. Diuretika dan

kortikosteroid dapat diberikan, meskipun hasilnya kurang memuaskan.

2. Operasi

Operasi berupa upaya menghubungkan ventrikulus otak dengan rongga

peritoneal, yang disebut ventriculo-peritoneal shunt. Tindakan ini pada umumnya

ditujukan untuk hydrocephalus non-komunikans dan hydrocephalus yang progresif.

Setiap tindakan pemirauan (shunting) memerlukan pemantauan yang

berkesinambungan oleh dokter spesialis bedah saraf.

Pada Hydrocephalus Obstruktif, tempat obstruksi terkadang dapat dipintas

(bypass). Pada operasi Torkildsen dibuat pintas stenosis akuaduktus menggunakan

tabung plastik yang menghubungkan tabung plastik yang menghubungkan 1 ventrikel

lateralis dengan sistem magna dan ruang subaraknoid medula spinalis; operasi tidak

berhasil pada bayi karena ruanganruangan ini belum berkembang dengan baik.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan progresi penyakit ke arah

berbagai akibat penyakit yang lebih buruk, dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup

pasien. Pada penderita hydrocephalus pencegahan tersier yang dapat dilakukan yaitu

dengan pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan

kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Tindakan ini dilakukan pada periode

pasca operasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi shunt seperti

infeksi, kegagalan mekanis, dan kegagalan fungsional yang disebabkan oleh jumlah

aliran yang tidak adekuat.

Page 14: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

Infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi

ventrikel dan bahkan kematian. Kegagalan mekanis mencakup komplikasikomplikasi

seperti: oklusi aliran di dalam shunt (proksimal, katup atau bagian distal), diskoneksi

atau putusnya shunt, migrasi dari tempat semula, tempat pemasangan yang tidak

tepat. Kegagalan fungsional dapat berupa drainase yang berlebihan atau malah kurang

lancarnya drainase. Drainase yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi

lanjut seperti terjadinya efusi subdural, kraniosinostosis, lokulasi ventrikel, hipotensi

ortostatik.

K. Penatalaksanaan Medis

1. Pencegahan

Pencegahan untuk mencegah timbulnya kelainan genetik perlu dilakukan

penyuluhan genetik, penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan

antar keluarga dekat. Proses persalinan/kelahiran diusahakan dalam batas-batas

fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu

saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.

2. Terapi Medikamentosa

Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya

tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50

mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid

dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau

furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat

sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.

3. Pembedahan :

Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.

Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat

mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :

a. Ventrikulo Peritorial Shunt

b. Ventrikulo Adrial Shunt

Page 15: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

Pemasangan shunt dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari

ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pintasan

ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial. Pintasan terbuat dari bahan silikon khusus,

yang tidak menimbulkan reaksi radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan

di dalam tubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa

infeksi, obstruksi, atau dislokasi.

4. Terapi

Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :

a) mengurangi produksi CSS

b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi

c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

1. Penanganan sementara

Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi

hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau

upaya meningkatkan resorbsinya.

2. Penanganan alternatif ( selain shunting )

Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi

radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu

malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel

dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.

3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )

Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan

kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga

peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun

kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid

lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu

pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan.

Page 16: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt

meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan

kematian.

L. Komplikasi

1. Peningkatan tekanan intrakranial

2. Kerusakan otak

3. Infeksi: septikemia, endokarditis, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis,

abses otak.

4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.

5. Hematomi subdural, peritonitis, perporasi organ dalam rongga abdomen, fistula,

hernia, dan ileus.

6. Kematian

Page 17: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

M. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan fisik:

Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat

pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal

2. Pemeriksaan cairan serebrospinal:

Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis

untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa

3. Pemeriksaan radiologi:

- X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.

- USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.

- CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus

mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

N. Asuhan Keperawatan

1. Pathway

Page 18: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

2. Pengkajian Keperawatan

Anamnesa

a. Riwayat penyakit / keluhan utama

Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan

pupil, kontriksi penglihatan perifer.

b. Riwayat Perkembangan

Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras

atau tidak.

Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.

Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.

Keluhan sakit perut.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi :

-Anak dapat melihat keatas atau tidak.

-Pembesaran kepala.

-Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.

b. Palpasi

-Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.

- Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela

tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

c. Pemeriksaan Mata

- Akomodasi.

- Gerakan bola mata.

-Luas lapang pandang

-Konvergensi.

-Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.

-Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

Page 19: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

3. Observasi Tanda-Tanda Vital

Didapatkan data – data sebagai berikut :

- Peningkatan sistole tekanan darah.

- Penurunan nadi / Bradicardia.

- Peningkatan frekwensi pernapasan.

4. Diagnosa Klinis

Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari

pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang ), Opthalmoscopy : Edema

Pupil. CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi

komputer. Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

3.Diagnosa Keperawatan

a. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan peningkatan

tekanan intracranial

b. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan defisiensi

stimulasi

c. Resiko cedera faktor resiko peningkatan TIK

d. Risiko kerusakan integritas kulit faktor resiko paralisis

Page 20: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

4. Intervensi

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

Risiko ketidakefektifan

perfusi jaringan otak

NOC:

Tissue perfusion : celluler

Kriteria hasil :

a. Ritme jantung

b. CRT (< 2 detik)

c. Tidak terdapat gejala

tekanan intrakranial: pupil

anisokor, muntah proyekti,

sakit kepala berat (5)

d. Pucat, kulit dingin

(Normal ekstremitas

hangat kering merah)

NIC:

Neurologic Monitoring

1. Monitor ukuran,

bentuk, kesimetrisan dan

reaksi dari pupil

2. Monitor penurunan

kesadaran pasien

3. Monitor Glascow

Coma Scale (GCS)

4. Monitor tanda-

tanda vital : tekanan darah,

nadi, RR, suhu

5. Monitor gejalan

tekanan intracranial

Page 21: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

Keterlambatan

pertumbuhan dan

perkembangan

Definisi:

penyimpangan/kelainan

dari aturan kelompok usia

NOC:

Growth and Development,

Delayed

Kriteria Hasil:

1. Anak berfungsi optimal

sesuai tingkatannya

2. keluarga dan anak

mampu menggunakan

koping terhadap tantangan

karena adanya

ketidakmampuan

NIC:

Peningkatan

perkembangan anak

1. Kaji faktor penyebab

gangguan perkembangan

anak

2. identifikasi dan gunakan

sumbe pendidikan untuk

memfasilitasi

perkembangan anak yang

optimal

3. berikan perawatan yang

konsisten

4. tingkatkan komunikasi

verbal dan stimulasi taktil

5. berikan instruksi

berulang dan sederhana

Page 22: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

Resiko cidera

Definisi:

Beresiko mengalami

cidera sebagai akibat

kondisi lingkungan yang

berinteraksi dengan

sumber adaptif dan sumber

defensive individu

NOC: Risk Control

Kriteria Hasil:

1. klien terbebas dari

cidera

2. menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada

3. mampu mengenali

perubahan status kesehatan

NIC:

Environment Management

(Manajemen Lingkungan)

1. Sediakan lingkungan

yang aman untuk pasien

2. identifikasi kebutuhan

keamanan pasien, sesuai

dengan kondisi fisik

3. menghindarkan

lingkungan yang

berbahaya

4. memasang side rail

tempat tidur

5. menganjurkan keluarga

untuk menemani pasien

Resiko Kerusakan

Integritas Kulit

Definisi: perubahan atau

gangguan epidermis atau

dermis

NOC:

Tissue Integrity: Skin and

Mucous Membranes

Kriteria Hasil:

1. Integritas kulit yang

baik bisa dipertahankan

2. tidak ada luka/lesi pada

kulit

3.perfusi jaringan baik

NIC:

Preassure Management

1. Hindari kerutan pada

tempat tidur

2. jaga kebersihan kulit

3. mobilisasi pasien

4. monitor kulit dari

adanya kemerahan

5. oleskan lotion pada

daerah yang tertekan

Page 23: Laporan Pendahuluan Hydrocephalus

DAFTAR PUSTAKA

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Juni 2014 http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu