LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

15
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus dan Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005). Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2000). Dengue hemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leukopenia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati. Thrombocytopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (Noer Syaifullah, 2000). Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan menifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian. Klasifikasi Dengue Hemoragic Fever (DHF) Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitanya dengan pengelolaan dan prognosis, WHO (1975) membagi DBD dalam 4 derajat setelah kriteria laboratorik terpenuhi yaitu : 1. Derajat I Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu- satunya manifestasi perdarahan adalah tes toniquet positif 2. Derajat II Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan lain. 3. Derajat III Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah tekanan darah rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari. 4. Derajat IV

description

terserah

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus dan Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005).

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2000).

Dengue hemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leukopenia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati. Thrombocytopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (Noer Syaifullah, 2000).

Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan menifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian.

Klasifikasi Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitanya dengan pengelolaan dan prognosis, WHO (1975) membagi DBD dalam 4 derajat setelah kriteria laboratorik terpenuhi yaitu :

1. Derajat I

Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah tes toniquet positif

2. Derajat II

Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan lain.

3. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah tekanan darah rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.

4. Derajat IV

Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

B. Etiologi

Penyebab penyakit Dengue Hemorragic Fever (DHF) atau demam berdarah adalah Virus Dengue, di indonesia virus tersebut sampai saat ini telah di isolsi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam grup B dalam Arthropedi bone viruses (arbu viruses), yaitu DEN-1,DEN -2,DEN-3, dan DEN-4.Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak.Di Thailand, di laporka bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan.sementara di Indnesia, yang terutama domian adalah DEN-3, tetapi akhhir-akhir ini ada kecenderungan doinansi DEN-2. Infeksi oleh salah satu serotipe meninbulkan anti badi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

perlindungan terhadap serotipe lain.Virus dengue terutama di tularkan melalui vektor nyamuk aedes aegypti.nyamuk aedes albopictus, aedes poly nesiensis, dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh indonesia kecuali di ketinggian lebi dari 1000 m di atas permukaan laut.

Mekanisme sebenarnya mengenai patofisiologi,hemodinamika,dan biokimia DHF hingga kini belum di ketahi secara pasti. Sebagian besar sarjana masih menganut The Secondary Heterologous Infection Hyphotesis ata The Sequential Infection Hyphotesis dari Halsteel yang menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila seorang seteleh terinfeksi degue untuk pertamakalinya mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berbeda (Nursalam, 2005).

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO (1975) sebagai berikut

1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari

2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis,Hematuri, dan melena)

3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)

4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.

Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:

1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.

2. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi

3. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh dll.

4. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan 20 %)

D. Pathway

E. Patofisiologi

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

reikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa menyebabkan Anaphylaxia. Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin. Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.

Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal (Rampengan, 1997).

F. Manifestasi Klinik

Kasus DHF di tandai oleh manifestasi klinis, yaitu : demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapa 40 C atau lebih dan terkadang di sertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastric, discomfort, nyeri perut kana atas atau seluruh bagian perut; dan perdarahan, terutama perdarahan kulit,walaupun hanya berupa uji tuorniquet poistif. Selain itu, perdarahan kulit dapat terwujud memar atau dapat juga dapat berupa perdarahan spontan mulai dari ptechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada extremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi. Sementara perdarahan gastrointestinal masif lebih jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan lain seperti perdarahan sub konjungtiva terkadang juga di temukan. Pada masa konvalisen sering kali di temukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Hepatomegali pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratanya penyakit. Nyeri tekan seringkali di temukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah (circulatory failure) (Nursalam, 2005).

G. Penatalaksaaan

1. Medis

Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif

a. DHF tanpa renjatan

Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai ang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan.

Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti lminal diberikan lagi dengan

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diveri 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.

Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :

1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.

2) Hematokrit yang cenderung meningkat.Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului mnculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1-2 hari. Nilai hematokrit itlah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.

b. DHF disertai renjatan (DSS)

Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infs harus diguyur dengan cara membuka klem infus. Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar, tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 l/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24-48 jam, maka pemberian infus dipertahankan sampai 1-2 hari lagi walaupn tanda-tanda vital telah baik.

Pada pasien renjatan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP (Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.Trafusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menutun sedangkan perdarahanna sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka engan keadaan ini dianjurka pemberian darah.

2. Keperawatan

Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi darah, resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus dengue, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

a. Kegagalan sirkulasi darah

Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan akan terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema) dan darah menjadi kental.

Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu dilakukan secara kontinyu, bila perlu setiap jam. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien ada kencing / tidak. Bila dijumpai kelainan dan sebagainya segera hubungi dokter.

b. Resiko terjadi pendarahan

Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan utama pada traktus gastrointestinal. Pendarahan grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat (Febie, 1966) atau daerah retrosternal (Lim, dkk.1966).

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan secepatnya. Makan dan minum pasien perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infuse segera dipasang. Formulir permintaan darah disediakan.

Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya pendarahan. Pasien yang mengalami pendarahan gastro intestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.

c. Gangguan suhu tubuh

Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2-ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian antipiretika dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik dan memberitahu dokter.

d. gangguan rasa aman dan nyaman

Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb secara periodic (stp 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II. Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematum segera oleskan trombophub gel / kompres dengan alkohol. Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. jika sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang telah seteril.

H. Komplikasi

Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :

1. Perdarahan

Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.

2. Kegagalan sirkulasi

DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan. DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.

3. Hepatomegali

Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.

4. Efusi pleura

Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.

I. Pengkajian

1. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

2. Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.

3. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.

4. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.

5. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

6. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

7. Kondisi lingkungan

sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).

8. Pola kebiasaan

Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun. Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.

Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.

Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa untuk menjaga kesehatan.

L. Fokus Intervensi

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan dapat terpenuhi

Kriteria Hasil :

a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang, perlu untuk memperbaiki defisit cairan

b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

c. Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.

Rencana tindakan:

a. Kaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta tanda-tanda vital.

Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya

b. Observasi adanya tanda-tanda syok.

Rasional : Agar dapat segera dilakukan t.indaka.n untuk menangani syok yang dialami pasien.

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

c. Berikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.

Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan langsung masuk kedalam pembuluh darah.

d. Anjurkan pasien untuk banyak minum

Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.

e. Kaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah diare, kehausan turgor jelek).

Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika haluaran urine <25 ml/jam, maka pasien mengalami syok

f. Kaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan tingkatan dehidrasi.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru (effusi pleura)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas menjadi efektif atau normal

Kriteria Hasil : Menunjukkan pola nafas efektif dan paru jelas dan bersih.

Rencana tindakan:

a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas.

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas ronchi

Rasional : Ronchi menyertai obstruksi jalan nafas atau kegagalan pernafasan.

c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.

Rasional : Duduk tinggi memungkinkan pengembangan paru dan memudahkan pernafasan diafragma, pengubahan posisi meningkatkan pengisian udara segmen paru.

d. Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas.

Rasional : Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan ketidakmampuan bernafas atau terjadinya hipoksemia

e. Berikan oksigen tambahan

Rasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigin dalam jaringan menurun.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen ke jaringan adekuat.

Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan perfusi secara individual misalnya tidak ada sianosis dan kulit hangat.

Rencana tindakan:

a. Auskultasi frekuensi dan irama jantung cacat adanya bunyi jantung ekstra.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

Rasional : Tachicardia sebagai akibat hipoksemia kompensasi upaya peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan, gangguan irama berhubungan dengan hipoksemia, ketidakseimbangan elektrolit. Adanya bunyi jantung tambahan terlihat sebagai peningkatan kerja jantung.

b. Observasi perubahan status metal

Rasional : Gelisah bingung disorientasi dapat menunjukkan gangguan aliran darah serta hipoksia.

c. Observasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa.

Rasional : Kulit pucat atau sianosis, kuku membran bibir atau lidah dingin menunjukkan vasokonstriksi prifer (syok) atau gangguan aliran darah perifer.

d. Ukur haluaran urine dan catat berat jeuis urine

Rasional : Syok lanjut atau penurunan curah jantung menimbulkan penurunan perfusi ginjal dimanifestasi oleh penurunan haluaran urine dengan berat jenis normal atau meningkat

e. Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi.

Rasional : Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan hiperviskositas darah (Potensial pembentukan trombosit) atau mendukung volume sirlukasi atau perfusi jaringan.

4. Hipertemi berhubungan dengan terjadinya veremia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan temperatur suhu dalam batas normal (36°-37° C).

Kriteria Hasil :

a. Klien tidak menunjukkan kenaikan srihu tubuh.

b. Suhu tubuh dalam batas normal (36°-37° C)

Rencana tindakan:

a. Kaji saat timbulnya demam

Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien

b. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

c. Tingkatkan intake cairan.

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi asupan cairan

d. Catat asupan dan keluaran

Rasional : untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuh

e. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter

Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses patologis (viremia)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang/hilang

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

Kriteria Hasil :

a. Rasa nyaman pasien terpenuhi

b. Nyeri berkurang atau hilang

Rencana tindakan:

a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0 - 10), tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap nyeri.

Rasional : Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasien

b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.

Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.

c. Berikan posisi yang nyata dan, usahakan situasi ruang yang terang.

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri .

d. Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.

Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

e. Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-teman atau orang terdekat.

Rasional : Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau teman membuat pasien bahagia dan dapat mengalihkan, perhatiannya terhadap nyeri.

f. Berikan obat analgetik (Kolaborasi dengan dokter)

Rasional : Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.

6. Intake nutrisi kurang dari, kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah , anoreksia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria Hasil : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan atau diberikan .

Rencana tindakan:

a. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien

Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.

b. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah

c. Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.

Rasional : Meningkatkan Pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi pasien untuk makan meningkat.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN DHF2

d. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan dihidangkan saat masih hangat.

Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.

e. Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan

Rasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.

f. Ukur berat badan pasien setiap hari.

Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien

IgG dan IgM anti DHF positif

Biakan darah virus dengue positif