Laporan Pendahuluan Dhf Kahar
-
Upload
cudengimoet -
Category
Documents
-
view
44 -
download
3
Transcript of Laporan Pendahuluan Dhf Kahar
LAPORAN PENDAHULUAN DHF
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
1. DEFINISI
a. DHF menurut Ngastiyah (1997, hal : 341) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh argo virus
(arthropodgorn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes algopictus dan aedes
aegepty).
b. Menurut Behrman ( 2000 ) Dengue Hemorrhagic Fever adalah sindrom klinik lunak yang
disebabkan oleh beberapa virus yang dibawa arthropoda, ditandai dengan deman bifasik, mialgia
atau artralgia, ruam, leukopenia, dan limfadenopati.
c. Pendapat dari ahli lain tentang Dengue Hemorrhagic Fever adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue ( arbovirus ) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti (Suriadi, 2001, hal : 157).
Dari berbagai pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa Dengue Hemorrhagic Fever adalah
suatu penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengue tipe I, II, III, IV yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes, ditandai dengan demam bifasik, mialgia atau atralgia, ruam,
leukopenia dan limfadenopati.
2. ETIOLOGI
Penyakit DBD disebabkan oleh :
1. Virus dengue dengan tipe DEN 1
2. Virus dengue dengan tipe DEN 2
3. Virus dengue dengan tipe DEN 3
4. Virus dengue dengan tipe DEN 4
Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Virus yang
banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga.
( www. litbang.depkes.go.id, 2005 )
3. KLASIFIKASI
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,
Trombositopeni dan hemokonsentrasi
b. Derajat II Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain
c. Derajat III Kegagalan Sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin, lembab, gelisah
d. Derajat IV Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
( Suriadi, 2001, hal : 59 )
4. PATOFISIOLOGI
a. Virus Dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan membentuk kompleks virus-antibody, dalam
sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan
C5a, dua peptida yang berdaya untuk melapaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui
endotel dinding itu.
b. Terjadi trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(promtrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pemduluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma, klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
kematian.
(Suriadi, 2001, hal : 5758)
PATOFLOW
Infeksi virus dengue
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
↓
Membentuk virus antibody
↓
Aktivasi
komplemen
Trombosit kehilangan Menstimulasi SSP Merangsang sel-sel
Fungsi agregasi dan meningkatkan sistem monosit, eosinofil,
Mengalami metamorfosis imun tubuh melawan neotropil dan makrofag
↓ infeksi ↓
Dimusnahkan oleh ↓ Mengeluarkan zat
Retikuloendoteal Peningkatan metabolisme pirogen endogen
↓ tubuh ↓
Trombositopenia ↓ Menstimulasi hipotalamus
↓ Peningkatan kerja ↓
Peningkatan permeabilitas sistem pencenaan Peningkatan suhu tubuh
Kapiler ↓ ↓
↓ Peningkatan produksi Metabolisme meningkat
Kebocoran plasma asam lambung ↓
ke daerah Ekstravaskuler ↓ Katabolisme penggunaan
↓ Mual dan
pembakaran
Perdarahan ↓ energi meningkat
↓ Anoreksia ↓
Resiko kekurangan cairan ↓ Kelemahan fisik
Intake nutrisi ↓
tidak adekuat Intoleransi aktifitas
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :
a. Deman tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38° C – 40° C ).
b. Manifestasi perdarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva,
epitaksis, melena dan sebagainya
c. Hepatomegali ( pembesaran hati )
d. Syok, TD menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih
rendah
e. Trombositopeni, pada hari 3 – 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000/mm3
f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit
g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai : anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut,
diare, kejang dan sakit kepala
h. Pendarahan pada hidung dan gusi
i. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah.
( www. litbang.depkes.go.id, 2005 dan Ngastiyah, 1997, hal :342-342)
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Trombositopenia (100.000 atau kurang).
b. Pemeriksaan Hematokrit konsentrasi.
Hematokrit yang meningkat 20% atau lebih dari hematokrit sebelumnya.
(Mediacentre/factsheets/fs117/en,2004).
c. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)
d. Lg. D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia dan
hiponatremia.
f. Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic : pCO2 < 35 – 40 mmHg dan GCO3 rendah.
h. SGOT / SGPT mungkin meningkat.
(Nursalam, M. Nurs, Rekawati Susilaningrum. SST, Sri Utami, 2005, hal : 165)
7. KOMPLIKASI
a. Syok
Pada Dengue Hemorrhagic Fever derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan
banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi cairan intravaskuler.
b. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana hemoglobin akan dipecah
menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh adanya deposit bilirubin.
c. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari Dengue Hemorrhagic Fever apabila terjadi
Dengue Shock Syndrom ( DSS ) yang akan berakibat kepada kematian.
( www. pdpersi.co.id, 2003 )
8. PENATALAKSANAAN
A. Medis
1. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Pasien
diberi banyak minum yaitu 1 ½ - 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan
obat antipiretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal
diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg im; anak > 1 tahun 75 mg. jika 15 menit
kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/ kg BB. Infus diberikan pada
pasien DHF tanpa renjatan apabila : pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat.
2. Pasien mengalami syok segera dipasang infus sebagai pengganti cairan hilang akibat kebocoran
plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon
diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan
renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba,
amplitude nadi sudah cukup besar, tekanan sistolik 80 mmHg dan kecapatan tetesan dikurangi
menjadi 10 mL/ kg BB/ jam. Pada pasien dengan syok berat atau syok berulang perlu dipasang
CVV untuk mengukur tekanan vena sebtral melalui vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat
di ICU.
(Ngastiyah, 1997, hal : 344-345).
3. Cairan (rekomendasi WHO)
a. Kristaloid
1. Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer laktat (D5/RL).
2. Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat (D5/RA).
3. Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan faali (D5/GF).
b. Koloid
1. Dextran 40
2. Plasma
(Arif Mansjoer, 2001, hal : 422)
B. Keperawatan
1. Derajat I
Pasien istirahat, obsevasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit tiap 4 jam
sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan kompres dingin.
2. Derajat II
Segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2 tempat karena
dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus atau tetesan cairan tetap tidak lancer
maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan
plasma darah dan yang lain cairan biasa.
3. Derajat III dan IV (DSS)
a. Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan cara diguyur
kecepatan 20 mL/ kg BB/ jam.
b. Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
c. Pengawasan tanda-tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
d. Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
e. Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan secepatnya baik obat-obatan
maupun darah yang diperlukan.
f. Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan gastrointestinal biasanya
dipasang nasogastrik tube (NGT) untuk membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT perlu
dibilas dengan Nacl karena sering terdapat bekuan darah dari tube. Tube dicabut bila perdarahan
telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan makanan cair walaupun
feses mengndung darah hitam kemudian lunak biasa.
(Ngastiyah, 1997, hal : 345-346)
9. NURSING CARE PLAN
NO. DX TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
1. Resiko kekurangan
volume cairan b.d
perdarahan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3x24 jam, maka
diharapkan volume
cairan tubuh
adekuat dengan
kriteria hasil :
1. Mempertahankan
output urin > 1300
ml/ hr
2. Mempertahankan
TD, nadi, suhu
dalam rentang
normal
3. Mempertahankan
elastisitas, turgor
kulit, membran
mukosa tetap
lembab, serta
orientasi terhadap
orang, tempat,
waktu secara baik
1. Kaji keadaan
umum klien dan
TTV.
2. Observasi adanya
tanda syok.
3. Berikan cairan
intravena sesuai
program dokter.
4. Anjurkan klien
untuk banyak
minum
1. Untuk mengetahui
dengan cepat
penyimpangan dari
keadaan normalnya.
2. Agar dapat segera
dilakukan tindakan
untuk menangani syok
yang dialami klien.
3. Pemberian cairan
intravena sangat
penting bagi klien
yang mengalami
defisit volume cairan.
4. Asupan cairan sangat
diperlukan untuk
menambah volume
cairan tubuh.
2. Hipertermi b.d
proses penyakit
Setelah dilakukan
tindakan
1. Mengkaji saat
timbulnya demam
1. Untuk
mengidentifikasi pola
keperawatan selama
3x24 jam, maka
diharapkan : Suhu
tubuh kembali
normal dengan
kriteria hasil :
1. Suhu tubuh normal
(36-37ºC)
2. Pasien bebas dari
demam
2. Mengobservasi
TTV : suhu, nadi,
TD, RR setiap 3
jam atau lebih
sering
3. Memberikan
penjelasan tentang
penyebab demam
atau peningkatan
suhu tubuh
4. Memberikan
penjelasan pada
pasien/keluarga
tentang hal-hal
yang dapat
dilakukan untuk
mengatasi demam
dan menganjurkan
pasien/keluarga
untuk kooperatif.
5. Menjelaskan
pentingnya tirah
baring bagi pasien
dan akibatnya juka
hal tersebut tidak
dilakukan.
demam pasien
2. TTV merupakan
acuan untuk
mengetahui keadaan
umum pasien.
3. Penjelasan tentang
kondisi yang dialami
pasien dapat
membantu pasien/
keluarga mengurangi
kesemasan yang
timbul.
4. Keterlibatan keluarga
sangat berarti dalam
proses penyembuhan
pasien di rumah sakit
5. Penjelasan yang
diberikan pada
pasien/keluarga akan
memotivasi pasien
untuk kooperatif.
3. Nyeri b.d proses
patologis penyakit
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1. Mengkaji tingkat
nyeri yang dialami
klien.
1. Untuk mengetahui
berapa berat nyeri
yang dialami klien.
3x24 jam, maka
diharapkan tidak
terjadi nyeri dengan
kriteria hasil :
1. Menggunakan
rentang skala nyeri
untuk
mengidentifikasi
tingkat nyeri dan
menentukan rasa
nyaman
2. Mengungkapkan
bagaimana
mengelola nyeri
3. Mengungkapkan
kemampuan untuk
beristirahat dan
tidur
4. Mengungkapkan
cara pengelolaan
nyeri tanpa efek
farmakologi
2. Mengkaji faktor-
faktor yang
mempengaruhi
reaksi klien
terhadap nyeri.
3. Memberikan posisi
yang nyaman,
usahakan situasi
ruangan yang
tenang.
4. Memberikan
suasana gembira
bagi klien, alihkan
perhatian klien dari
rasa nyeri.
5. Memberikan obat
analgetik
(kolaborasi dokter).
2. Reaksi klien terhadap
nyeri dapat
dipengaruhi oleh
berbagai faktor.
3. Untuk mengurangi
rasa nyeri.
4. Dengan melakukan
aktivitas lain klien
dapat sedikit
melupakan
perhatiannya terhadap
nyeri yang dirasakan.
5. Untuk menekan dan
mengurangi nyeri
klien.
4. Ketidakseimbangan
nutrisi; kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d
ketidakmampuan
pemasukan,
mencerna makanan
atau mengabsorbsi
zat-zat gizi.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3x24 jam, maka
diharapkan Nutrisi
tubuh adekuat
dengan kriteria hasil
:
1. Memiliki keinginan
1. Mengkaji keluhan
mual, sakit menelan
dan muntah yang
dialami oleh pasien.
2. Mengkaji cara
bagaimana
makanan
dihidangkan.
1. Untuk menetapkan
cara mengatasinya.
2. Cara menghidangkan
makanan dapat
mempengaruhi nafsu
makan pasien.
3. Membantu
untuk meningkatkan
berat badan secara
progresif
2. Berat badan dalam
batas normal sesuai
rentang tinggi badan
dan usia
3. Mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak memiliki
tanda-tanda
malnutrisi
3. Memberikan
makanan yang
mudah ditelan
seperti : bubur, tim
dan hidangan saat
masih hangat.
4. Memberikan
makanan dalam
porsi kecil dan
frekuensi sering.
5. Menjelaskan
manfaat
makanan/nutrisi
bagi pasien
terutama pada saat
pasien sakit.
6. Memberikan
umpan balik positif
saat pasien mau
berusaha
menghabiskan
makanannya.
7. Mencatat
jumlah/porsi
makanan yang
dihabiskan oleh
pasien setiap hari.
8. Memberikan nutrisi
parenteral
(kolaborasi dengan
mengurangi kelelahan
pasien dan
meningkatkan asupan
makanan karena
mudah ditelan.
4. Untuk menghindari
mual dan mentah.
5. Meningkatkan
pengetahuan pasien
tentang nutrisi
sehingga motovasi
untuk makan
meningkat.
6. Memotivasi dan
meningkatkan
semangat pasien.
7. Untuk mengetahui
pemenuhan nutrisi
pasien.
8. Nutrisi parenteral
sangat
bermanfaat/dibutuhka
n pasien terutam jika
intake per oral sangat
kurang. Jenis dan
jumlah pemberian
dokter). nutrisi parenteral
merupakan wewenang
dokter.
5. Resiko infeksi b.d
prosedur invasif.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3x24 jam, maka
diharapkan Tidak
terjadi infeksi
dengan kriteria hasil
:
1. Menunjukkan
tanda-tanda bebas
dari infeksi
2. Mengetahui tanda-
tanda infeksi
3. Mempertahankan
jumlah sel darah
putih dalam batas
normal
4. Mendemonstrasikan
secara tepat
perawatan infeksi
1. Lakukan teknik
aseptik saat
melakukan tindakan
pemasangan infus.
2. Mengobservasi
daerah pemasangan
infus setiap hari.
3. Observasi TTV
1. Teknik aseptik
merupakan tindakan
preventif terhadap
kemungkinan terjadi
infeksi.
2. Untuk mengetahui
tanda infeksi secara
dini.
3. Infeksi dapat
diketahui dari
penyimpangan nilai
TTV
6. Intoleransi aktivitas
b.d kelemahan
menyeluruh.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3x24 jam, maka
diharapkan
Aktivitas klien
kembali normal
dengan kriteria hasil
1. Kaji hal-hal yang
mampu atau tidak
mampu dilakukan
oleh klien
sehubungan dengan
kelemahan fisiknya.
2. Bantu klien
memenuhi
1. Untuk mengetahui
tingkat
ketergantungan klien
dalam memenuhi
kebutuhannya.
2. Klien membutuhkan
:
1. Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik
yang telah
ditentukan dengan
peningkatan yang
tepat pada denyut
jantung, tekanan
darah dan
pernapasan
2. Memelihara warna
kulit normal dan
kulit tetap hangat
serta kering dengan
adanya aktivitas
3. Mengungkapkan
pemahaman pada
kebutuhan untuk
peningkatan
aktivitas secara
bertahap
4. Meningkatkan
toleransi aktivitas
kebutuhan
aktivitasnya sesuai
dengan tingkat
keterbatasan.
3. Bantu klien untuk
mandiri sesuai
dengan
perkembangan
kemajuan fisiknya.
4. Jelaskan tentang
hal-hal yang dapat
membantu dan
meningkatkan
kekuatan fisik
klien.
bantuan dalam
aktivitas karena
kelemahan.
3. Dengan melatih
kemandirian klien,
maka klien tidak
mengalami
ketergantungan.
4. Dengan penjelasan
yang diberikan maka
klien termotivasi
untuk meningkatkan
kekuatan fisiknya.
7. Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan kurangnya
informasi.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3x24 jam, maka
diharapkan
Pengetahuan klien
meningkat dengan
kriteria hasil :
1. Mengkaji tingkat
pengetahuan
pasien/keluarga
tentang penyakit
Dengue
Hemorrhagic Fever.
1. Untuk memberikan
informasi pada
pasien/keluarga,
perawat perlu
mengetahui sejauh
mana informasi atau
pengetahuan tentang
penyakit yang
1. Mengungkapkan
tentang penyakit,
mengenal
kebutuhan
pengobatan,
memahami
pengobatan
2. Mengungkapkan
kemampuan untuk
bekerjasama dalam
mengontrol status
kesehatan
3. Mengungkapkan
sumber-sumber
yang dapat
digunakan sebagai
sumber informasi
atau aspek
pendukung
2. Mengkaji latar
belakang
pendidikan
pasien/keluarga
3. Menjelaskan
tentang proses
penyakit, diet,
perawatan dan obat-
obatan pada pasien
dengan bahasa dan
kata-kata yang
mudah dimengerti.
4. Menjelaskan semua
prosedur yang akan
dilakukan dan
manfaatnya bagi
pasien.
5. Memberikan
kesempatan pada
pasien/keluarga
untuk menanyakan
hal-hal yang ingin
diketahui
diketahui pasien serta
kebenaran informasi
yang telah didapatkan
sebelumnya.
2. Agar perawat dapat
memberikan
penjelasan sesuai
dengan tingkat
pendidikan mereka
sehingga penjelasan
dapat dipahami dan
tujuan direncanakan
tercapai.
3. Agar informasi dapat
diterima dengan
mudah dan tepat
sehingga tidak
menimbulkan
kesalahpahaman.
4. Dengan mengetahui
prosedur atau tindakan
yang dialami pasien
akan kooperatif dan
kecemasannya
menurun.
5. mengurangi
kecemasan dan
memotovasi pasien
untuk kooperatif
sehubungan dengan
penyakit yang
dialami pasien.
6. Menggunakan
leaflet atau gambar-
gambar dalam
memberikan
penjelasan ( jika
ada/memungkinkan
).
selama masa
perawatan atau
penyembuhan.
6. Gambar-gambar atau
media cetak seperti
leaflet dapat
membantu mengingat
penjelasan yang telah
diberikan karena dapat
dilihat atau dibaca
berulang kali.
REFERENSI
Bherman, 2000, Nelson-Ilmu Kesehatan Anak, vol. 3, EGC, Jakarta
Black, M, Joyce, et. al, 1997, Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of
Care, 5th edition, Vol. 1, W.B. Saunders Company, Philadelphia, New York
Boyles, Bonita, E, RN, BSN, 1999, Ashwill and Doske. Clinical Companion for Nursing Care of
Children Principles and Practice, W.B. Sounders Company, Philadelphia
Doenges, Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien ed. 3, EGC, Jakarta
Engel, Joyce, 1999, Pengkajian Pediatrik, eds. 2, EGC, Jakarta
Gaffar, La Ode Jumadi, 1997, Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta
Google, 2005. Demam Berdarah Dengue, http://www.google.com
Hudak & Gallo, 1997, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, eds. 5, vol. 2, EGC, Jakarta
Medicastore, 2004, Demam Berdarah, http : // www.medicastore. Com
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC Jakarta.
Nurachmah, Elly, 2001, Nutrisi Dalam Keperawatan, CV. Sagung Seto, Jakarta
Nursalam, 2000, Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, Yayasan IAPK
Pajajaran, Bandung
Potter, Patricia A, 1997, Fundamental of Nursing, Consept, Process and Practice, 4th, Mosby-
Year Book, inc, St. Louise-Missouri
Price, Sylvia Anderson, 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 4, jilid
2, Jakarta : EGC
Robert Priharjo, 1997, Pengkajian Fisik Keperawatan, EGC, Jakarta
Sloane, Ethel, 2004, Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C, 1995, Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1, EGC, Jakarta
Suryadi, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, PT Fajar Inter Pratama, Jakarta
Who, 2005, Dengue and Dengue Haemorragic Fever, http:/who.int.com
Wong, Donna L, 2002, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, eds. 4, EGC Jakarta
Wong, Donna L, 2002, Whaley & Wong’s. Nursing Care of Infant and Children, 57h, vol. 1,
Mosby-Year Book, inc, St. Louise, Missouri
http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd.html
http://klikharry.wordpress.com/2007/02/08/ppencapaian-pprogram-pemberantasan-penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd-di-puskesmas-sukarami-palembang-tahun-2004-2005-2006/