LAPORAN PENDAHULUAN
-
Upload
cristian-ongisnade -
Category
Documents
-
view
33 -
download
0
description
Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KASUS : “URTIKARIA”Dosen Pembimbing : Ns. Anita Fatarona, S.Kep
Kelompok8 :
1. Riska Rahmawati (14201.05.13029)
2. Rohmawati (14201.05.13030)
3. Roni Wahyudi (14201.05.13031)
4. Safiqur Rahman (14201.05.13032)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ” HAFSHAWATY”ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO2014
LAPORAN PENDAHULUAN
‘’URTIKARIA’’
1. ANATOMI
2. FISIOLOGI
A. KULIT
Kulit merupakan sistem tubuh yang paling luas.
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar, menutupi dan
melindungi permukaan tubuh.
Pada permukaan kulit bermuara kelenjar dan kelenjar mukosa
Alat tubuh yang terberat : 15 % dari berat badan.
Luas : 1,50 – 1,75 m.
Tebal rata – rata : 1,22mm.
Daerah yang paling tebal : 66 mm, pada telapak tangan dan t. kaki dan paling
tipis : 0,5 mm.pada daerah penis.
B. LAPISAN KULIT
Kulit terbagi menjadi 3 lapisan:
1. Epidermis
Terbagi atas 4 lapisan:
a) Lapisan basal / stratum germinativum
terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap
dermis
Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade.
Lapisan terbawah dari epidermis.
Terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang yang
membentuk melanin( melindungi kulit dari sinar
matahari.
b) lap. Malpighi/ stratum spinosum.
Lapisan epidermis yang paling tebal.
Terdiri dari sel polygonal
Sel – sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang
terlihat seperti duri.
c) lap. Granular / s. granulosum.
Terdiri dari butir – butir granul keratohialinyang basofilik.
d) lapsan tanduk / korneum.
Terdiri dari 20 – 25 lapis sel tanduk tanpa inti.
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu
protein fibrous insoluble yang membentuk barier terluar
kulit yang berfungsi:
Mengusir mikroorganisme patogen.
Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari
tubuh.
Unsure utam yang mengerskan rambut dan kuku.
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu.
Dalam epidermis terdapat 2 sel yaitu :
Sel merkel.
Fungsinya belum dipahami dengan jelas tapi
diyakini berperan dalam pembentukan kalus dan
klavus pada tangan dan kaki.
Sel langerhans.
Berperan dalam respon – respon antigen kutaneus.
Epidermis akan bertambah tebal jika bagian
tersebut sering digunakan.Persambungan antara
epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang
berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang
essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut
fingers prints.
2. Dermis.( korium)
merupakan lapisan dibawah epidermis.
Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan:pars papilaris.
( terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen DAN
Retikularis YG Terdapat banyak p. darah , limfe, dan akar
rambut, kelenjar kerngat dan k. sebaseus.
3. Jaringan subcutan atau hipodermis / subcutis.
Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang
menghasilkan banyak lemak.
Merupakn jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan
setruktur internal seperti otot dan tulang.
Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan
panas.
Sebagai bantalan terhadap trauma.
Tempat penumpukan energi.
C. KELENJAR – KELENJAR PADA KULIT
Kelenjar Sebasea
berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel
rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi
halus lentur dan lunak.
Kelenjar keringat
diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit.
Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan
dan suhu tubuh.
Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf
simpatik.pengekuaran keringat oada tangan, kaki, aksila, dahi,
sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll.
kelenjar Apokrin.
Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara
pada folkel rambut.
Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan
membesar dan berkurang pada sklus haid. K.Apokrin
memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan
oleh bakteri menghasilkan bau khas pada aksila. Pada telinga
bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut K.
seruminosa yang menghasilkan serumen(wax).
1. RAMBUT
Lanugo rambut halus tak berpigmen terdppt pada
bayi.
Rambut terminal padao rang dewasa banyak
mengandung pigmen, kasar. Terdpt di kepala, bulu
mata, alis, kumis, pubis, janggut dan
pertumbuhanya dipengaruhi oleh hormon androgen
( hormon seks).
Velus rambut halus di dahi dan badan lain.
Rambut tumbuh dari folikel rambut didalam
epidermis.
Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah
atas.
Dasarnya terdapat papil tempat rambut tumbuh.
Akar rambut berada dlm folikel pada ujung paling
dalam.
Bagian sebelah luar disebut batang rambut.
Pada folikel rambut terdapat otot polos kecil sbg
penegak rambut.
D. KELENJAR KULIT
Kelenjar kulit mempunyai lobulus yang bergulung-gulung dengan saluran keluar
lurus merupakan jalan untuk mengeluarkan berbagai zat dari badan (Kelenjar
keringat).
FUNGSI KULIT
Melindungi tubuh terhadap luka, mekanis, kimia dan termis karena
epitelnya dengan bantuan sekret kelenjar memberikan perlindungan
terhadap kulit.Perlindungan terhadap mikro organisme patogen,
Mempertahankan suhu tubuh dengan pertolongan sirkulasi darah,
Mengatur keseimbangan cairan melalui sirkulasi kelenjar, Alat indera
melalui persarafan sensorik dan tekanan temperatur dan nyeri, Sbg alat
rangsangan rasa yg datang dr luar yg dibawa oleh saraf sensorik dan
motorik keotak.
3. DEFINISI
Urtikaria merupakan istilah kilnis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai
dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa
meninggalkan bekas yang terlihat. ( robin graham, brown. 2205 ).Urtikaria yaitu keadaan
yang di tandai dengan timbulnya urtika atau edema setempat yang menyebabkan
penimbulan di atas permukaan kulit yang di sertai rasa sangat gatal ( ramali, ahmad.
2000).
Urtikaria adalah reaksi vascular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya
di tandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan,
berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya di kelilingi halo
(kemerahan). Keluhan subjektif biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk.
4. ETIOLOGI
Berdasarkan kasus-kasus yang ada, paling banyak urtikaria di sebabkan oleh
alergi,baik alergi makanan, obat-obatan, dll.
jenis makanan yang dapat menyebabakan alergi misalnya: telur, ikan, kerang,
coklat, jenis kacang tertentu, tomat, tepung, terigu, daging sapi, udang, dll.
jenis obat-obatan yang menimbulkan alergi biasanya penisilin, aspirin,
bronide, serum, vaksin, dan opium.
bahan-bahan protein yang masuk melalui hidung seperti serbuk kembang,
jamur, debu dari bulu burung, debu rumah dan ketombe binatang.
Pengaruh cuaca yang terlalu dingin atau panas,sinar matahari,tekanan atau air.
Faktor psikologis pasien misalnya : Krisis emosi
5. Patofisiologi
faktor imunologi mengakibatkan Sel must basofil dan sel must basofil melepaskan
mediator ( H, SRSH,setotomin,kinin) dan Vasodilatasi permeabilitas kapiler
meningkat sehingga terjadi urtikaria mengakibatkan proses inflamasi dari proses
inflamasi terjadi peningkatan leokosit menyebabkan suhu tubuh meningkat dan
terjadi hipertermi, dan proses inflamasi mediator nyeri dilepaskan dan terjadi nyeri
dan jga adanya pembengkakan di kulit dan terjadi edema menyebabkan gangguan
integritas kulit dan adanya kemeran sehingga terjadi lesi resiko infeksi.
6. Pathway
Faktor imonologi
Sel must basofil
Pelepasan mediator( H, SRSH,setotomin,kinin)
Vasodilatasi permeabilitas kapiler meningkat
urtikaria
proses inflamasi
peningkatan leokosit pelepasan mediator nyeri adanya pembengkakan
di kulit
suhu tubuh meningkat nyeri
edema adanya kemerahan
hipertermi
gangguan integritas kulit lesi
resiko infeksi
7. Manifestasi klinis
Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini
dapat mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
1) Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang > panas pada sekitar
benjolan tersebut.
2) terjadi angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan subkutan, terutama
di sekitar mata, bibir dan di dalam orofaring.
adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa menutupi
mata secara keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan.
8. Prognosis
Urtikaria akut prognosisnya lebih baik karena penyebabnya cepat dapat diatasi.
Kebanyakan kasus dapat disembuhkan dalam 1-4 hari. Urtikaria kronik lebih sulit
diatasi karena penyebabnya sulit dicari. Hal ini juga tergantung dari penyebab dari
urtikaria itu sendiri.
Alergi makanan biasanya akan membaik pada usia tertentu. Setelah usia 2 tahun
biasanya imaturitas saluran cerna akan membaik. Sehingga setelah usia tersebut
gangguan saluran cerna karena alergi makanan juga akan ikut berkurang. Bila
gangguan saluran cerna akan membaik maka biasanya gangguan perilaku yang
terjadi pun akan berkurang. Selanjutnya pada usia di atas 5 atau 7 tahun alergi
makanan pun akan berkurang secara bertahap. Perbaikan gejala alergi makanan
dengan bertambahnya usia inilah yang menggambarkan bahwa gejala Autismepun
biasanya akan tampak mulai membaik sejak periode usia tersebut. Meskipun alergi
makanan tertentu biasanya akan menetap sampai dewasa, seperti udang, kepiting atau
kacang tanah.
9. pemeriksaan penunjang
Darah, urine & faeces rutin
Pemeriksaan gigi, THT, usapan vagina
Pemeriksaan kadar IgE, eosinofil & komplemen
Tes kulit
Tes eliminasi makanan
Histopatologik
Tes Provokasi
Injeksi mecholyl IC
Tes dengan es
Tes dengan air hangat
10. PENATALAKSANAAN
Edukasi pasien untuk menghindari pencetus (yang bisa diketahui). Obat opiat dan
salisilat dapat mengaktivasi sel mast tanpa melalui IgE. Pada urtikaria generalisata
mula-mula diberikan injeksi larutan adrenalin 1/1000 dengan dosis 0,01 ml/kg
intramuskular (maksimum 0,3 ml) dilanjutkan dengan antihistamin penghambat H1
seperti CTM 0,25 mg/kg/hari dibagi 3 dosis sehari 3 kali yang dikombinasi dengan
HCL efedrin 1 mg/tahun/kali sehari 3 kali. (Lihat penanggulangan anafilaksis). Bila
belum memadai ditambahkan kortikosteroid misalnya prednison (sesuai petunjuk
dokter). Pada urtikaria yang sering kambuh terutama pada anak sekolah, untuk
menghindari efek samping obat mengantuk, dapat diberikan antihistamin penghambat
H1 generasi baru misalnya setirizin 0,25 mg/kg/hari sekali sehari.
11. Komplikasi
Urtikaria dan angiodema dapat menyebabkan rasa gatal yang menimbulkan
ketidaknyamanan. Urtikaria kronik juga menyebabkan stres psikologis dan
sebaliknya sehingga mempengaruhi kualitas hidup penderita seperti pada penderita
penyakit jantung.
Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal
yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi
sekunder. Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering.
Pasien dengan keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup.
ASUHAN KEPERAWATAN
‘’Teori’’
A. PENGKAJIAN
I. Pengumpulan Data
Biodata
Identitas klien : nama,umur,jenis
kelamin,agama,pendidikan,pekerjaan,tanggal
MRS,tanggal pengkajian,diagnostic medic.
Identitas penanggung : nama,umur,jenis
kelamin,agama,pendidikan,pekerjaan,hubungan dengan klien.
II. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Klien mengatakan seluruh badannya terasa gatal, dank lien langsung
dibawak ke puskesmas terdekat yang kemudian di rujuk k RS.
Riwayat kesehatan sekarang
Menguraikan keluhan secara PQRST. Misalnya : pasien (biasanya wanita
tua) mungkin melaporkan penurunan kemampuan untuk mengangkat ,
pasien menyatakan nyeri beberapa lama ,letak nyeri,dll.
Riwayat kesehatan masa lalu
Merupakan riwayat kesehatan yang berkaitan dengan penyakit
sebelumnya dan riwayat pemeriksaan klien.apakah alergi terhadap zat
makanan,cuaca,obat-obatan,dsb.
Misalnya pada kasus cystitis yang perlu dikaji yaitu : riwayat menderita
infeksi saluran kemih sebelumnya,riwayat pernah menderita batu
ginjal ,riwayat penyakit DM, dan jantung.
Riwayat kesehata keluarga
Memuat riwayat adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama adakah anggota keluarga yang menderita penyakit akut / kronis serta
melampirkan genogram klien.
a) terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
III. Pemeriksaan fisik,meliputi :
1. Keadaan umum
Keadaan fisik : sedang,ringan,berat
Tanda-tanda vital : tekanan darah,nadi,suhu,pernafasan
Tingkat kesadaran : composmentis,apatis,spoor,somnolent
2. Kulit
Inspeksi : warna kulit dan kebersihan kulit, adanya angioderma
terutama di sekitar mata, bibir dan di dalam orofaring
Palpasi : suhu lebih panas disekitar daerah edema, ada nyeri tekan,
ada massa / benjolan, ada odema.
3. Kepala
Inspeksi : apakah penyebaran rambut merata ,apakah ada luka di
kepala,apakah kebersihan kulit terjaga.
Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa / benjolan
4. Wajah
Inspeksi : apakah ada luka di wajah,apakah wajah tampak pucat atau
tidak.
Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.
5. Mata
Inspeksi : apakah sclera ikterus atau tidak, apakah konjungtiva pucat
atau tidak ,apakah palpebra oedema atau tidak.
Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.
6. Hidung
Inspeksi : apakah ada polip,perdarahan,secret,dan luka
Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan
7. Telinga
Inspeksi : apakah ada peradangan atau serumen
Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau apakah ada massa / benjolan
8. Mulut
Inspeksi : apakah bibir tampak kering atau sariawan
Palpasi : apakah ada nyeri tekan
9. Leher
Inspeksi : apakah ada kelenjar thyroid dan kelenjar limfe
Palpasi : apakah terjadi pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar
limfe
10. Ketiak
Inspeksi : apakah tampak adanya pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi : apakah teraba adanya pembesaran getah bening
11. Dada dan pernapasan
Inspeksi : bentuk dada normal/abnormal,apakah simetris kiri dan
kanan
Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan
Perkusi : apakah suara paru soror,redup,pekak,atau tympani
Auskultasi : suara nafas apakah vesikuler atau broncovesikuler,apakah
ada suara tambahan,misalnya : roles,ronchi.
12. Jantung
Inspeksi : untuk mengetahui denyut dinding toraks yaitu ictus cordis
pada ventrikel kiri ICS 5 linea clavikularis kiri
Palpasi : untuk meraba dengan jari II,III,IV yang dirasakan pukulan/
kekuatan getar dan dapat dihitung frekuensi jantung (HR) selama satu
menit penuh.
Perkusi : untuk mengetahui batas-batas jantung
Auskultasi : untuk mendengar bunyi jantung
13. Abdomen
Inspeksi : apakah ada jaringan parut striase,apakah permukaan
abdomen datar ,pengembangan diafragma simetris kiri dan kanan
Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa/benjolan
Perkusi : apakah ada sura tympani atau tidak
Auskultasi : apakah ada suara bising usus atau tidak.apakah peristltik
ususnyanormal atau tidak.
14. Ekstermitas
a. Ekstermitas atas
Inspeksi : bagaimana pergerakan tangan,dan kekuatan otot
Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan
pemeriksaantonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan.
Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri,
sentuhan,temperature,rasa ,gerak dan tekanan.
b. Ekstermitas bawah
Inspeksi : bagaimana pergerakan kaki,dan kekuatan otot
Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan
pemeriksaantonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan.
Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri,
sentuhan,temperature,rasa ,gerak dan tekanan.
15. Makanan atau cairan
Gejala :Jarang ditemukan pada pasien anoreksia
Tanda :Jarang ditemukan pasien dengan keadaan penurunan BB.
Penurunan lemak subkutan/massa otot (malnutrisi). Pengeluaran
haluaran konsentrasi urine. Perkembangan kearah oliguri, auria.
16. Neurosensori
Gejala :Sakit kepala, pusing, pinsang
Tanda :Gelisah, ketakutan
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan leukosit..
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : setelah diberikan askep selama 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien
menurun.
Kriteria hasil : Suhu tubuh pasien kembali normal ( 36,5 oC -37,5 oC)
Bibir pasien tidak bengkak lagi
Intervensi Rasional
1. Pantau suhu pasien ( derajat dan pola ).
2. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
3. Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang panas.
1. Suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
2. Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan mendekati normal.
3. Dapat membantu mengurangi demam.
4. Mengurangi rasa panas.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Tujuan : setelah diberikan askep selama 2x24 jam diharapkan pasien tidak akan
mengalami kerusakan integritas kulit lebih parah.
Kriteria hasil : Tidak terdapat kemerahan,bentol-bentol dan odema.
Tidak terdapat tanda-tanda urtikaria,pruritus dan angioderma.
Kerusakan integritas kulit berkurang.
Intervensi Rasional1. Lihat kulit, adanya edema, area
sirkulasinya terganggu atau pigmentasi.
2. Hindari obat intramaskular.3. Ajari klien menghindari atau
menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
4. Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.
1. Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer.
2. Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit.
3. Menghindari alergen akan menurunkan respon alergi.
4. AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.
3. Nyeri berhubungan dengan proses inf;amasi
Tujuan : setelah diberikan askep selama 2x.24 jam diharapkan nyeri klien berkurang
atau nyeri hilang.
Krikteria hasil: - klien nyerinya berkurang atau hilang.
- klien tampak rilex
Intervensi Rasional
1. Ukur TTV
2. Kaji tingkat nyeri (PQRST)
3. Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan.
4. Ciptakan suasana yang tenang.5. Bantu pasien melakukan teknik
relaksasi
1. untuk mengetahui kondisi umum pasien.
2. Untuk mengetahui faktor pencetus nyeri.
3. memberikan rasa nyaman kepada pasien.
4. membantu pasien lebih relaks.5. membantu dalam penurunan
persepsi/respon nyeri. Memberikan kontrol situasi meningkatkan perilaku positif.
Daftar pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3,
Jakarta:EGC..
Carpenito LD.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta:
EGC.
www.medikaholistik.com
Price & Wilson.2003.Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Vol
2.Edisi 6.Jakarta:EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
‘’KASUS’’
1.pengkajian
Anamnisa :nama,alamat,umur,jenis kelamin,status,agama,pendidikan,pekerjaan,
Keluhan utama:keluhan yg sngat di rasakan oleh klien.ex:klien merasakan gatal
gatal.
Riwayat penyakit sekarang:klien mengatakan pada saat ini keadaannya blum
membaik.
Riwayat penyakit dahulu:klien mengatakan tidak memiliki penyakit yg lain,
Riwayat kesehatan keluarga:semua sanak keluarganya tidak memiliki penyakit
yang sama dengan klien,
2.pola pola fungsi kesehatan
Pola persesi & tata laksana hidup sehat.
Mandi: 3x/hari
Keramas :1x/hari
Gosok gigi:3x/hari
Ganti baju :2x sehari
Pola nutrisi & metabolisme
Jenis makanan : nasi
Komposisi menu : ikan laut, tahu, tempe, sayur.
Porsi yang dihabiskan : 1 piring penuh dengan lauk pauk
Nafsu makan : normal makan dengan lahap
Jenis minuman : air putih mateng
Pola aktivitas latihan
Mandi : mandiri
Berpakaian : mandiri
Berjalan : mandiri
Berpindah : mandiri
Pola eliminasi
BAB
Frekuensi: 1-2 x /hari
Warna dan bau:khas/ normal
Kesulitan : tidak ada kesulitan
BAK
Frekuensi: 3-5x/hari
Warna dan bau: kuning / khas
Kesulitan : tidak ada kesulitan
Pola istirahat tidur
Tidur siang : kurang lebih 5jam
Tidur malam : kurang lebih 8jam
Kenyamanan setelah tidur : kllien merasa lebih enak setelah tidur
Pola konsep diri
Gambaran diri: Klien terlihat gemuk,muka pucat,rambut kusam,kebingungan
Ideal diri: Pasien tidak memikirkan dirinya atau egois
Harga diri: Tidak ada gangguan harga diri
Peran: Tidak ada perubahan diri
Identitas diri: Tidak bias di sebutkan oleh klien
Pola hubungan dan peran
Kesulitan dalam keluarga : hubungan dengan orang tua
Hubungan dengan sanak saudara
Hub.dengan pasangan
Hub. Dengan anak
Pola seksual
Masalah dalam hubungan seksual selama sakit : tidak melakukan hub sekaual
Upaya yang di lakukan pasangan : sentuhan
Pola penanggulangan stress/koping-toleransi setress
Pengambilan keputusan: dibantu orang lain.
Yg biasa di lakukan apabila stress:keluarga menghibur klien
Perubahan yg dirasa setealah sakit: klien klien blum membaik
Pola nilai dan kepercayaan
Kegiatan agama yang di lakukan dirumah: sholat 5 waktu sebagai orang muslim.
Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya:selalu
melaksanakan sholat 5 waktu.
3. pemeriksaan fisik
Keadaan umum: klien tampak lemah
Kesadaran :komposmentis
GCS: 4,5,6 normal.
Tanda – tanda vital : TD: 120/90
N: 80x/m
S:38’c
RR:24x/m
Kepala & leher.
a. Kepala:kepala simitris
b. Mata:bntuk simitris, konjungtiva animis
c. Hidung:tidak ada cairan yang keluar
d. Mulut dan tenggorokan:caries gigi tadak ada, lidah tidak tremor.
e. Telinga:pendengaran baek.
f. Leher:bentuk simitris dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Thorax/dada
A. jantung
Inspeksi: tidak ada pembesaran dan iktus kordis tak tampak.
Palpasi: tidak ada benjolan nyeri dada tidak ada.
Perkusi: suara sonor di ICS 3.
Auskultasi: tidak ada suara mur mur.
B. Paru
Inspeksi: tidak ada pembesaran pada dada dan bentuk simitris.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
Perkusi: suara sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi: ronchi tidak ada, whizing tidak ada.
Payudarah & ketiak
Tidak tampak benjolan, tidak ada nyeri tekan dan lesi.
Punggung dan tulang belakang
Tidak terkaji.
Abdomen
Inspeksi: bentuk cembung dan tidak ada nyeri tekan.
Palpasi: tidak teraba massa atau daging (tumor).
Perkusi: suara redup di seluh lapang perut.
Auskultasi: bising usus positif(10x/m)
Genetalia dan anus
Tidak terkaji
Ekstremitas
Atas: bisa bergerak dengan normal
Bawah: bisa bergerak dengan normal
Sistem neorologi
Kesadaran komposmentis/ sadar penuh.
Kulit & kuku
Kulit: ada bercak’’ kemerahan
Ekstremitas menurun.
Kuku: CRT kurang dari 3 detik, kotor.
ANALISA DATA
NAMA KLIEN :
NO.REG :
NO DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
1
2
3
Ds: kien mengatakan tubuhnya terasa panas.
Do: klien tampak lemah
-gelisahTTV: TD: 120/90mmhg
N: 80x/mS: 38’cRR: 24x/m
Ds: klien mengatakan kulitnya rusak.
Do: klien tampak cemas-gelisah
TTV: TD:120/90mmhgN:80x/mS: 38’cRR: 24x/m
Ds: klien mengatakan nyeri.
Do: klien tampak kesakitan-gelisah
TTV: TD: 120/90mmhg
faktor imonologi
sel must basofil
Pelepasan mediator
Vasodilatasi permeabilitas kapiler meningkat
urtikaria
proses inflamasi
peningkatan leokosit
suhu tubuh meningkat
hipertermi
faktor imonologi
sel must basofil
Pelepasan mediator
Vasodilatasi permeabilitas kapiler meningkat
urtikaria
proses inflamasi
adanya pembengkakan di kulit
edema
kerusakan integritas kulit
faktor imonologi
sel must basofil
Pelepasan mediator
Vasodilatasi permeabilitas
Hipertermi
Kerusakan integritas kulit
nyeri
N: 80x/mS: 38’cRR: 24x/m
kapiler meningkat
urtikaria
proses inflamasi
pelepasan mediator nyeri
nyeri
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA KLIEN :
NO.REG :
NO TANGGALMUNCUL
DIAGNOSAKEPERAWATAN
TANGGAL TERATASI
TANTDA TANGAN
1
2
3
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Rencana asuhan keperawatan
Nama klien : tgl pengkajian:
1
2
3
17.4. 14
17.4. 17
17.4. 14
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
setelah diberikan askep selama 1x24 jam diharapkan suhu tubuh pasien menurun.
setelah diberikan askep selama 1x24 jam diharapkan pasien tidak akan mengalami kerusakan integritas kulit lebih parah.
setelah diberikan askep
Suhu tubuh pasien kembali normal ( 36,5 oC -37,5 oC)-bibir pasien tidak bengkak lagi.
Kerusakan integritas kulit berkurang.- Tidak terdapat tanda-tanda urtikaria,pruritus dan angioderma.- Tidak terdapat kemerahan,bentol-bentol dan odema
Klien mengatakan nyerinya
1. Pantau suhu pasien ( derajat dan pola ).
2. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
3. Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang panas.
1. Lihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu atau pigmentasi.
2. Hindari obat intramaskular.
3. Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
4. Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.
1. Ukur TTV2. Kaji tingkat nyeri
(PQRST)3. Berikan posisi
yang nyaman
1. Suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
2. Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan mendekati normal.
3. Dapat membantu mengurangi demam.
4. Mengurangi rasa panas.
1. Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer.
2. Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit.
3. Menghindari alergen akan menurunkan respon alergi.
4. AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.
1. untuk mengetahui kondisi umum pasien.
2. Untuk mengetahui faktor pencetus
Implemintasi keperawatan
Nama klien : tgl pengkajian:
No.reg : diagnosa medis:
no
tgl dx. kep jam
implementasi Evaluasi
1
2
3
17.4.14
17.4.14
17.4.14
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
1. memantau suhu pasien ( derajat dan pola ).
2. memantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
3. memberikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol.
4. mengkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang panas.
1. meLihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu atau pigmentasi.
2. mengHindari obat intramaskular.
3. mengajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
4. menggunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.
1. mengukur TTV2. ajimengaji tingkat nyeri
(PQRST)3. memberikan posisi yang
nyaman sesuai dengan kebutuhan.
4. menciptakan suasana yang tenang.
5. membantu pasien melakukan teknik relaksasi
S: kien mengatakan panas pada tubuhnya berkurang.
O: klien tampak lemah-gelisah(-)
TTV: TD: 120/90mmhgN: 80x/mS: 38’cRR: 24x/m
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
S: klien mengatakan kulitnya mulai membaik.
O: klien tampak cemas-gelisah(-)
TTV: TD:120/90mmhgN:80x/mS: 38’cRR: 24x/m
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
S : klien mengatakan nyerinya berkurang.
O : klien tidak tampak kesakitan-gelisah(-)
TTV: TD: 120/90mmhgN: 80x/mS: 38’cRR: 24x/m
A: masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi