LAPORAN PENDAHULUAN

21
LAPORAN PENDAHULUAN DEPARTEMEN GERONTIK SINDROM DISPEPSIA PADA LANSIA Disusun oleh: KELOMPOK 9B AFIAT ARIF IBRAHIM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 A. Definisi Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan

description

laporan pendahuluan

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUANDEPARTEMEN GERONTIKSINDROM DISPEPSIA PADA LANSIA

Disusun oleh:KELOMPOK 9BAFIAT ARIF IBRAHIM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

A. DefinisiDispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalamikekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnyatukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organberdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluranpencernaan).Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000).Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)B. KlasifikasiMenurut Hadi (1995), penyebab dispepsia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional.a. Dispepsia organik (dispepsia yang penyebabnya sudah pasti) Jarang ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. Penyebabnya antara lain sebagai berikut.1) Dispepsia tukak (ulcus like dyspepsia)Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu hati pada waktu tidak makan (night pain)2) Dispepsia tidak tukakGejalanya sama dengan dispepsia tukak, bisa pada klien gastritis, duodenitis, tetapi pada pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda tukak.3) Refluks gastroesofagusGejala berupa rasa panas di dada dan regurgitasi terutama setelah makan.4) Penyakit saluran empeduKeluhan berupa nyeri mulai dari perut kanan atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung.5) Karsinomaa) Kanker esofagusKeluhan berupa disfagia, tidak bisa makan, perasaan penuh di perut, penurunan berat badan, anoreksia, adenopati servikal, dan cegukan setelah makan.b) Kanker lambungYang paling umum adalah adenokarsinoma yaitu tumor epitel. Keluhan berupa rasa tidak nyaman pada epigastrik, tidak bisa makan dan perasaan kembung setelah makan.c) Kanker pankreasGejala yang paling umum antara lain penurunan berat badan, ikterik, dan nyeri daerah punggung atau epigastrik.d) Kanker heparGejala berupa nyeri hebat pada abdomen dan mungkin menyebar ke skapula kanan, penurunan berat badan, epigastrik terasa penuh, dan anoreksia.6) Obat-obatanGolongan Non Steroid Inflammatory Drugs (NSID) dengan keluhan berupa rasa. sakit atau tidak enak di daerah ulu hati, disertai mual dan muntah.7) PankreatitisKeluhan berupa mendadak yang menjalar ke punggung, perut terasa makin tegang dan kencang.8) Sindrom malabsorpsiKeluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus dan perut kembung.9) Gangguan metabolismeSebagai contoh diabetes dengan neuropati sering timbul komplikasi pengosongan lambung yang lambat sehingga menimbulkan nausea, vomitus, perasaan lekas kenyang. Hipertiroid menimbulkan rasa nyeri di perut, vomitus, nausea, dan anoreksia.b. Dispepsia fungsional (dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran cerna)Penyebabnya antara lain :1) Faktor asam lambung klienKlien biasanya sensitif terhadap kenaikan produksi asam lambung dan hal tersebut menimbulkan nyeri.2) Kelainan psikis, stres, dan faktor lingkunganStres dan faktor lingkungan diduga berperan pada kelainan fungsional saluran cerna, menimbulkan gangguan sirkulasi, motilitas, clan vaskularisasi.3) Gangguan motilitasMekanisme timbulnya gejala dispepsia mungkin dipengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas di antaranya : pengosongan lambung lambat, abnormalitas kontraktif, refluks gastroduodenal.Penyebab lain dispepsia antara lain sebagai berikut :a. Menurut NN (2004)1). Adanya kuman H. pylori2). Gangguan motilitas atau gerak mukosa lambung3). Makanan yang berlemak4). Kopi, alkohol, rokokb. Perubahan pola makan dan pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu lama (NN, 2002).

C. EtiologiBeberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar asam lambung lansia biasanya mengalami penuruna hingga 85%. Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu :a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum, gastritis, tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori

Gambar 1. Infeksi bakteri H. Pylori

b.Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.c.Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis, pankreatitis, kolesistitis kronik.d.Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.

Dispepsia fungsional dibagi 3, yaitu :a. Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.b. Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual, cepat kenyang.c. Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia mirip ulkus maupun dispepsia mirip dismotilitis.Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasus-kasus dengan kelainan organik (Panchmatia, 2010).

D. Manifestasi KlinisLambung menghasilkan asam pepsin lambung yang sifatnya mencerna semua jaringan hidup termasuk mukosa lambung dan duodenum. Tetapi lambung dan duodenum dilindungi oleh barier epitel dari autodigesti. Karena pengaruh obat-obatan, alkohol atau garam empedu akan merusak sistem barier mukosa epitel sehingga menurunkan faktor resistensi. Stres, faktor psikis, lingkungan, clan obat-obatan seperti kafein juga akan berpengaruh pada sekresi asam lambung. Peningkatan tersebut akan mencerna sistem barier mukosa epitel (autodigesti) sehingga menyebabkan tukak lambung lalu timbul gejala dispepsia. Manifestasi Klinis Dispepsia:a. Adanya gas di perut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat kenyang, mual, tidak nafsu makan, dan perut terasa panas (NN, 2004).b. Rasa penuh, cepat kenyang, kembung setelah makan, mual, muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan dada atau regurgitasi asam lambung ke mulut (NN, 2002).c. Menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, dan Setiowulan (1999 : 488), pembagian dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga bulan, yaitu sebagai berikut.1). Rasa sakit dan tidak enak di ulu hati.2). Perih, mual, sering bersendawa, dan regurgitasi.3). Keluhan,dirasakan terutama berhubungan dengan adanya stress. 4).Berlangsung lama dan sering kambuh5). Sering di,sertai ansietas dan depresi

E. PatofisiologiPerubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.PathwayDISPEPSIARespon mukosa lambung Eksfeliasi (Pengelupasan)NyeriNyeri epigastrium b/d iritasi pd mukosa lambung

Perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus) Produksi HCL di lambungMual, muntah, anoreksiaNutrisi kurang dari kebutuhanMerokokStressKopi & alkoholSel epitel kolumner (-) prduksinyaHCL kontak dengan mukosa gasterDISPEPSIA Fungsionalvaso dilatasi mukosa gaster

Dispepsia OrganikKecemasan b/d perubahan status kesehatan

Perubahan keseimbngan cairan & elektrolit b/d adanya mual& muntah

F. KomplikasiPenderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, di mana merupakan pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan operasi.

G. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang harus bias menyingkirkan kelainan serius, terutama kanker lambung, sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin. Sebagian pasien memiliki resiko kanker yang rendah dan dianjurkan untuk terapi empiris tanpa endoskopi. a. Tes DarahHitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan kelainan serius. Hasil tes serologi positif untuk Helicobacter pylori menunjukkan ulkus peptikum namun belum menyingkirkan keganasan saluran pencernaan.b. Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagitis, penyakit epitellium Barret, dan ulkus peptikum. Biopsi antrum untuk tes ureumse untuk H.pylori (tes CLO) (Davey,Patrick, 2006).Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk menyingkirkan kausa organic pada pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan H. pylori merupakan pendekatan bermanfaat pada penanganan kasus dispepsia baru. Pemeriksaan endoskopi diindikasikan terutama pada pasien dengan keluhan yang muncul pertama kali pada usia tua atau pasien dengan tanda alarm seperti penurunan berat badan, muntah, disfagia, atau perdarahan yang diduga sangat mungkin terdapat penyakit struktural. Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan kemungkinan komplikasi serupa dengan pasien muda. Menurut Tytgat GNJ, endoskopi direkomendasikan sebagai investigasi pertama pada evaluasi penderita dispepsia dan sangat penting untuk dapat mengklasifikasikan keadaan pasien apakah dispepsia organik atau fungsional. Dengan endoskopi dapat dilakukan biopsy mukosa untuk mengetahui keadaan patologis mukosa lambung (Wibawa, I Dewa Nyoman, 2006).c. DPL : Anemia mengarahkan keganasand. EGD : Tumor, PUD, penilaian esofagitis (Pierce.A.Grace & Neil.R.Borley, 2006)e. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah lengkap, laju endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan pemeriksaan ovum dan parasit pada tinja. Jika terdapat emesis atau pengeluaran darah lewat saluran cerna maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan barium pada saluran cerna bgian atas (Schwartz, M William, 2004).

G.Penatalaksanaan MedisAnamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dyspepsia yang belum diinvestigasi terutama hasrus ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan organik sebagai kausa dispepsia. Pasien dispepsia dengan alarm symptoms kemungkinan besar didasari kelainan organik. Menurut Wibawa (2006), yang termasuk keluhan alarm adalah: 1. Disfagia,2. Penurunan Berat Badan (weight loss),3. Bukti perdarahan saluran cerna (hematemesis, melena, hematochezia, anemia defisiensi besi,atau fecal occult blood),4. Tanda obstruksi saluran cerna atas (muntah, cepat penuh).Pasien dengan alarm symptoms perlu dilakukan endoskopi segera untuk menyingkirkan penyakit tukak peptic dengan komplikasinya, GERD (gastroesophageal reflux disease), atau keganasan.Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :1. Antasid 20-150 ml/hariGolongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.2. AntikolinergikPerlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.3. Antagonis reseptor H2Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin.4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.5. SitoprotektifProstaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (sebagai site protective), yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).6. Golongan prokinetikObat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance). H. PencegahanPola makan yang normal, dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol dan, pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.

I.Asuhan KeperawatanPengkajian1. Biodata a. Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat. b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.

2. Keluhan Utama3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang b. Riwayat kesehatan yang lalu c. Riwayat kesehatan keluarga 4. Keadaan Umum a. Tingkat kecemasanb. Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi.c. Penampilan umum : lemah atau tidak5. Pemeriksaana. Kulit : warna kulit dan tekstur kulit.b. Kuku : keadaan kuku dan warna kuku.c. Kepala : bentuk kepala, kelainan, keadaan rambut dan kulit kepala.d. Mata : sklera, konjungtiva, reflek cahaya, pupil, dan kelainan.e. Hidung : fungsi penciuman, bentuk, serumen, kelainan.f. Telinga : fungsi pendengaran, bentuk dan keadaan telinga.g. Mulut : funsi pengecapan, kebersihan gigi dan kelainan bibir.h. Dada dan paru-paru : bentuk dan frekuensi napas.i. Abdomen : Nyeri tekananj. Genitalia : keadaan rectumk. Kekuatan otot : reflek bisep, trisep, patella dan babyn sky. 6. Aspek Psiko-Sosial-Spirituala. Aspek Psikologisb. Aspek Sosialc. Aspek Spritual7. Aktivitas Daily Living No JenisAktivitasSaat Sehat/ Di RumahSaat Sakit/Di RS

1.Minum Jenis air minum Frekuensi Kesulitan

2.Personal hygiene Frekuensi mandi Sikat gigi Frekuensi keramas

3EliminasiA. Eliminasi fecal Warna urine Konsistensi urine Kelainan B. Euminasi urine Warna urine Konsintensi urine Kelainan

4Istirahat / tidur Mulai tidur Lamanya tidur Sering terjaga

8. Daftar Penunjang a. Pemeriksaan diagnosticNoTanggalJenis PemeriksaanHasilNilai Normal

b. Program terapiNoHari, TanggalNama ObatDosis Yang Diberikan

DiagnosaMenurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan dispepsia antara lain : a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah.d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya.

Rencana dan intervensi keperawatan a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeriKriteria Hasil : klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri. IntervensiRasional

1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0- 10)2. Berikan istirahat dengan posisi semifowler

3. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung.4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya5. Observasi TTV tiap 24 jam

6. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi 7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik

1. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan2. Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang 3. Dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik 4. Mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium.5. Sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya.6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol7. Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu. Kriteria Hasil : menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisiIntervensiRasional

1. Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat2. Timbang BB klien

3. Berikan makanan sedikit tapi sering

4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.5. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.6. Monitor intake dan output secara periodik.7. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).1. Untuk mengidentifikasi indikasi atau perkembangan dari hasil yang diharapkan2. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat3. Meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster4. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan.

5. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.6. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan

7. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah. Tujuan : menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan.Kriteria Hasil : mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.IntervensiRasional

1. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit. 2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat.

3. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik.

4. Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan.5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.

2. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.3. Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut.4. Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil.

5. Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektroli

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan.Kriteria Hasil : menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.IntervensiRasional

1. Kaji tingkat kecemasan.

2. Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua keluhannya.3. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan.

4. Berikan dorongan spiritual

1. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya.2. Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam segala hal tundakan yang diberikan.3. Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama dalam perawatannya.4. Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief et all. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1 Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius.Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: FKUI.Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8.Vol 2. Jakarta: EGC.