LAPORAN PENDAHULUAN
description
Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMOBILISASI
DI RUANG FLAMBOYAN 2 RSUD KOTA SALATIGA
Disusun Oleh :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMOBILISASI
DI RUANG FLAMBOYAN 2 RSUD KOTA SALATIGA
A. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi
kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah
sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan
kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan
normalnya (Mubarak, 2008).
B. Penyebab
Faktor-faktor yang mempngaruhi mobilisasi
1. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta
lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya :
paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).
b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer
(misalnya : kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi
cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.
3. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini cadangan
energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada
individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan
dengan penuaan
(Mubarak, 2008)
C. Klasifikasi
Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara
lain :
1. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk
dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak.
3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai.
4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit.
(Mubarak, 2008).
Rentang Gerak dalam mobilisasi, dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan.
(Carpenito, 2008).
D. Manifestasi Klinis
1. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal, mengingat
imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan
mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi protein serum berkurang
sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari
intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga terjadi ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit.
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan
kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dan
tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme,
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal, karena imobilitas dapat
menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat menyebabkan gangguan proses
eliminasi.
5. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat imobilitas, kadar
hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot,
6. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa hipotensi ortostatik,
meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.
7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
a. Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas,
dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.
b. Gangguan Skeletal : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skeletal,
misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
8. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena
menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
9. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
10. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan,
bingung, cemas, dan sebagainya.
E. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal,
sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena
adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.
Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan
tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan
tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya,
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi
isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi
(peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan
isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit
obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan
pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat
dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus
otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke
jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka
pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak
beraturan).
( Perry Potter : 2008 )
F. Pengkajian Keperawatan
1. Aspek biologis
a. Usia
Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas, terkait dengan
kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah postur tubuh
yang sesuai dengan tahap pekembangan individu.
b. Riwayat keperawatan
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada sistem
muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis
latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan dampak
imobilisasi terhadap sistem tubuh.
2. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana respons psikologis
klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya, mekanisme koping yang
digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain.
3. Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak
yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami klien terhadap kehidupan sosialnya,
misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik dirumah, kantor
maupun sosial dan lain-lain
4. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai yang
dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang, seperti apakah klien
menunjukan keputusasaannya? Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan keterbatasan
kemampuan fisiknya? Dan lain-lain.
(Asmadi, 2008).
G.Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori persepsi.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan :Kerusakan neurovaskuler
(Tarwoto & Wartonah, 2003)
H.Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum
No Diagnosa
Keperawatan
(NANDA)
Tujuan Keperawatan
( NOC )
Rencana Tindakan
(NIC )
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan Kelemahan
umum
Setelah dilakukan Asuhan
keperawatan selama …. x 24
jam :
- Klien mampu
mengidentifikasi aktifitas
dan situasi yang
menimbulkan kecemasan
yang berkonstribusi pada
intoleransi aktifitas.
- Klien mampu berpartisipasi
dalam aktifitas fisik tanpa
disertai peningkatan TD,
N, RR dan perubahan
ECG
- Klien mengungkapkan
secara verbal,
pemahaman tentang
kebutuhan oksigen,
pengobatan dan atau alat
yang dapat meningkatkan
toleransi terhadap
Managemen Energi
- Tentukan penyebab
keletihan: :nyeri,
aktifitas, perawatan ,
pengobatan
- Kaji respon emosi, sosial
dan spiritual terhadap
aktifitas.
- Evaluasi motivasi dan
keinginan klien untuk
meningkatkan aktifitas.
- Monitor respon
kardiorespirasi terhadap
aktifitas : takikardi,
disritmia, dispnea,
diaforesis, pucat.
- Monitor asupan nutrisi
untuk memastikan ke
adekuatan sumber
aktifitas.
- Klien mampu berpartisipasi
dalam perawatan diri
tanpa bantuan atau
dengan bantuan minimal
tanpa menunjukkan
kelelahan
energi.
- Monitor respon terhadap
pemberian oksigen :
nadi, irama jantung,
frekuensi Respirasi
terhadap aktifitas
perawatan diri.
- Letakkan benda-benda
yang sering digunakan
pada tempat yang
mudah dijangkau
- Kelola energi pada klien
dengan pemenuhan
kebutuhan makanan,
cairan, kenyamanan /
digendong untuk
mencegah tangisan yang
menurunkan energi.
- Kaji pola istirahat klien
dan adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan.
Terapi Aktivitas
- Bantu klien melakukan
ambulasi yang dapat
ditoleransi.
- Rencanakan jadwal antara
aktifitas dan istirahat.
- Bantu dengan aktifitas
fisik teratur : misal:
ambulasi, berubah
posisi, perawatan
personal, sesuai
kebutuhan.
- Minimalkan anxietas dan
stress, dan berikan
istirahat yang adekuat
- Kolaborasi dengan medis
untuk pemberian terapi,
sesuai indikasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori persepsi.
No Diagnosa
Keperawatan
(NANDA)
Tujuan Keperawatan
( NOC )
Rencana Tindakan
(NIC )
Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan :
Kerusakan sensori
persepsi.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ...x 24
jam klien menunjukkan:
- Mampu mandiri total
- Membutuhkan alat bantu
- Membutuhkan bantuan
Latihan Kekuatan
- Ajarkan dan berikan
dorongan pada klien
untuk melakukan
program latihan secara
rutin
Latihan untuk ambulasi
orang lain
- Membutuhkan bantuan
orang lain dan alat
- Tergantung total
Dalam hal :
- Penampilan posisi tubuh
yang benar
- Pergerakan sendi dan otot
- Melakukan perpindahan/
ambulasi : miring kanan-
kiri, berjalan, kursi roda
- Ajarkan teknik Ambulasi
& perpindahan yang
aman kepada klien dan
keluarga.
- Sediakan alat bantu untuk
klien seperti kruk, kursi
roda, dan walker
- Beri penguatan positif
untuk berlatih mandiri
dalam batasan yang
aman.
Latihan mobilisasi dengan
kursi roda
- Ajarkan pada klien &
keluarga tentang cara
pemakaian kursi roda &
cara berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur atau
sebaliknya.
- Dorong klien melakukan
latihan untuk
memperkuat anggota
tubuh
- Ajarkan pada klien/
keluarga tentang cara
penggunaan kursi roda
Latihan Keseimbangan
- Ajarkan pada klien &
keluarga untuk dapat
mengatur posisi secara
mandiri dan menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun dalam
aktivitas sehari hari.
Perbaikan Posisi Tubuh
yang Benar
- Ajarkan pada klien/
keluarga untuk mem
perhatikan postur tubuh
yg benar untuk
menghindari kelelahan,
keram & cedera.
- Kolaborasi ke ahli terapi
fisik untuk program
latihan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan :Kerusakan neurovaskuler
No Diagnosa
Keperawatan
(NANDA)
Tujuan Keperawatan
( NOC )
Rencana Tindakan
(NIC )
Defisit perawatan
diri berhubungan
dengan :Kerusakan
neurovaskuler
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama... x24
jm
Klien mampu :
- Melakukan ADL mandiri :
mandi, hygiene
mulut ,kuku,
penis/vulva, rambut,
berpakaian, toileting,
makan-minum, ambulasi
- Mandi sendiri atau dengan
bantuan tanpa
kecemasan
- Terbebas dari bau badan
dan mempertahankan
kulit utuh
- Mempertahankan
kebersihan area perineal
dan anus
- Berpakaian dan
melepaskan pakaian
sendiri
- Melakukan keramas,
bersisir, bercukur,
membersihkan kuku,
berdandan
Bantuan Perawatan Diri:
Mandi, higiene mulut,
penil/vulva, rambut, kulit
- Kaji kebersihan kulit, kuku,
rambut, gigi, mulut, perineal,
anus
- Bantu klien untuk mandi,
tawarkan pemakaian lotion,
perawatan kuku, rambut, gigi
dan mulut, perineal dan anus,
sesuai kondisi
- Anjurkan klien dan keluarga
untuk melakukan oral
hygiene sesudah makan dan
bila perlu
- Kolaborasi dgn Tim Medis /
dokter gigi bila ada lesi,
iritasi, kekeringan mukosa
mulut, dan gangguan
integritas kulit.
Bantuan perawatan diri :
berpakaian
- Kaji dan dukung kemampuan
klien untuk berpakaian
sendiri
- Ganti pakaian klien setelah
- Makan dan minum sendiri,
meminta bantuan bila
perlu
- Mengosongkan kandung
kemih dan bowel
personal hygiene, dan
pakaikan pada ektremitas
yang sakit/ terbatas terlebih
dahulu, Gunakan pakaian
yang longgar
- Berikan terapi untuk
mengurangi nyeri sebelum
melakukan aktivitas
berpakaian sesuai indikasi
Bantuan perawatan diri :
Makan-minum
- Kaji kemampuan klien untuk
makan : mengunyah dan
menelan makanan
- Fasilitasi alat bantu yg mudah
digunakan klien
- Dampingi dan dorong keluarga
untuk membantu klien saat
makan
Bantuan Perawatan Diri:
Toileting
- Kaji kemampuan toileting:
defisit sensorik
(inkontinensia),kognitif(men
ahan untuk toileting), fisik
(kelemahan fungsi/ aktivitas)
- Ciptakan lingkungan yang
aman(tersedia pegangan
dinding/ bel), nyaman dan
jaga privasi selama toileting
- Sediakan alat bantu (pispot,
urinal) di tempat yang mudah
dijangkau
- Ajarkan pada klien dan
keluarga untuk melakukan
toileting secara teratur
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.