Laporan Pemicu 5
-
Upload
richardus-kevin-leonardo -
Category
Documents
-
view
247 -
download
3
description
Transcript of Laporan Pemicu 5
LAPORAN DISKUSI
PEMICU 5
FOUNDATION OF CLINICAL PRACTICE
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK DISKUSI 1
1. Gatria Sonia I11110056
2. Nur’Azmi Ayuningtyas I11111009
3. Syamsul Hidayat I11111058
4. Najla I11112001
5. Hendri Wijaya I11112013
6. Rizki Novita Pradini I11112018
7. Irvinia Rahmadyah I11112023
8. Fawaid Akbar I11112029
9. Sekar Fatmadyani T. I11112035
10. Ardi I11112040
11. Bimo Juliansyah I11112062
12. Kevin Leonardo I11112073
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pemicu
Seorang laki-laki berusia 24 tahun datang ke Puskesmas karena nyeri perut sejak
kemarin disertai muntah satu kali. Nyeri terasa di sekitar pusar. Penderita berjalan
agak membungkuk dan memegang perut kanan bawah dengan tangan kanannya.
Penderita pada pagi harinya merasa perut terasa kembung dan nyeri, nyeri
perutnya saat itu sudah terasa menetap di perut kanan bawah.
B. Klarifikasi dan definisi
-
C. Kata kunci
a. Laki-laki 24 tahun
b. Nyeri perut kanan bawah
c. Muntah 1 kali
D. Rumusan Masalah
Laki-laki 24 tahun mengeluh nyeri perut kanan bawah yang menetap
E. Analisis Masalah
1.1. Hipotesis
Laki-laki tersebut mengalami Apendisitis perforasi.
1.2. Pertanyaan Diskusi
1. Jelaskan Anamnesis sesuai kasus!
2. Jelaskan Pemfis sesuai kasus!
3. Jelaskan Alvarado Score!
Laki-laki 24 tahun
Nyeri perut kanan bawah
- Mual & Muntah (+)
- Nyeri pindah dari periumbilikus ke perut bagian kanan bawah
- Nyeri tekan (+)
- Nyeri lepas (+)
- Defence muscular (+)
- Demam (+)
Tanda VitalHR: 100x/menitRR: 22x/menitTD: 120/80mmHgSuhu :37,5OCKU: Compos Mentis
DD: Apendisitis Perforasi, Apendisitis Akut, Gastritis, Divertikulosis
Prognosis
Pem Penunjang → Cek darah lengkap
Komplikasi
Tatalaksana
4. Jelaskan perbedaan diagnosis Apendisitis Perforasi, Apendisitis Akut,
Gastritis!
5. Pembahasan diagnosis sesuai kasus!
6. Tatalaksana sesuai kasus!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anamnesis
a. Menyapa pasien, mempersilahkan duduk dan memperkenalkan diri kepada
pasien.
b. Menanyakan identitas pasien
a. Nama
b. Usia
c. Tempat tinggal
d. Pekerjaan
e. Status Pernikahan
c. Menanyakan keluhan utama pasien.
d. Riwayat penyakit sekarang
a. Sudah bearapa lama? Sejak kapan?
b. Nyeri di daerah mana? Menyebar atau berpindah? Pindah dari mana
ke mana?
c. Sifat nyeri? Hilang-timbul atau menetap? Skala nyeri?
d. Faktor memperingan dan memperberat?
e. Gejala lain yang menyertai? (Mual muntah, demam, menanyakan
adanya batuk pilek, nyeri penyerta (kepala, perut, tenggorokaan),
menanyakan adakah keluhan penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan, batuk pilek, BAB, BAK)
f. Riwayat makan dan minum?
g. Riwayat pengobatan yang pernah diterima?
e. Menanyakan Riwayat penyakit dahulu
f. Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan tentang keluarga apakah ada yang memiliki keluhan yang
serupa dengan pasien?
g. Riwayat Personal-Sosial
a. Menanyakan keadaan lingkungan sekitar pasien?
h. Keluhan sistem
Menanyakan apakah terdapat keluhan lain yang ingin disampaikan pasien?
B. Pemeriksaan Fisik
Penilaian status pasien secara umum dan tanda vital :
a. Keadaan umum : sakit ringan, sakit sedang atau sakit berat
b. Kesan Gizi
c. Status gizi : berdasarkan IMT
d. Tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, suhu, pernapasan
Inspeksi :
a. Rambut : periksa rambut kering, mudah dicabut
b. Ekspresi; Malaise, Tampak gelisah
c. Mata; periksa adanya tanda anemia, ikterus, edema
d. Hidung : apakah ada rinore atau epistaksis
e. Mulut : periksa apakah lidah kotor, pucat, bibir kering, perdarahan gusi,
membran padatonsil, kemerahan pada farings atau laring
f. Kulit; Bintik kemerahan, ikterus, ada tidaknya efloresensi kulit
Auskultasi
Dengarkan suara bising usus dan catat jumlah frekuensi. Normal 5 sampai 34
permenit. Ada beberapa kemungkinan yang dapat ditemukan, antara lain :
1. Bising usus dapat meningkat atau menurun. Perubahan didapatkan pada
diare, obstruksi usus, ileus paralitik dan peritonitis.
2. Desiran, didapatkan pada stenosis arteri renalis.
3. Friction rubs, didapatkan pada tumor hepar, infark splenikus
Perkusi
1. Berguna untuk orientasi abdomen, untuk meyakinkan pemeriksaan hati,
lien dan mengidentifikasi adanya cairan asites, benda padat, massa yang
terisi cairan dan udara bebas di perut serta usus.
2. Liver span normal : 6-12 cm.
3. Pada penyakit paru obstruktif pekak hati menurun tetapi liver span normal.
4. Liver span meninggi : hepatomegali (hepatitis, CHF), efusi pleura kanan.
5. Liver span menyempit : hepar kecil (sirosis hepatis), udara bebas di bawah
diafragma
Palpasi
Pada palpasi dapat ditemukan pembesaran hati dan limfe, pada keadaan
dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balotement point.
C. Alvarado Score1
Skor Alvarado (Alvarado score) adalah sistem kriteria skoring yang dibuat
untuk mendiagnosis apendisitis akut. Skor Alvarado pertama kali dibuat tahun
1986 dan masih digunakan hingga sekarang ini.1 Di Indonesia, skor ini sering
digunakan oleh para tenaga kesehatan karena praktis, cepat, dan murah.
Untuk mempermudah mengingat, skor Alvarado ini sering dibuat akronim
MANTRELS. Akronim ini dibuat berdasarkan urutan gejala dan tanda dari
Apendisitis pada skor Alvarado. Karena akronim ini juga, skor Alvarado sering
disebut skor MANTRELS (MANTRELS score).
Gambar 2.1 Skore Alvarado
Keterangan
Migration = migrasi rasa nyeri ke regio perut kanan bawah (Rovsing's
Sign)
Anorexia = nafsu makan menurun atau tidak ada nafsu makan
Nausea = mual-mual dan/atau muntah-muntah
Tenderness = nyeri tekan regio perut kanan bawah (McBurney's sign)
Rebound pain = nyeri lepas (Blumberg's sign)
Elevation of temperature = suhu aksila > 37,5oC
Leukocytosis = leukosit >10.000 sel/μl
Shift to the left = hitung jenis leukosit didominasi oleh sel PMN
(polimorfonuklear).
Diagnosis appendicitis1
Skor Alvarado < 3, kemungkinan bukan apendisitis (unlikely appendicitis).
Skor Alvarado 4-6, mungkin apendisitis (possible appendicitis).
Skor Alvarado 6-8, kemungkinan besar apendisitis (probable/likely
appendicitis).
Skor Alvarado 9-10, pasti apendisitis (definite appendicitis).
Akurasi diagnosis2,3
Dalam menyingkirkan diagnosis apendisitis (skor ≤ 4), skor Alvarado memiliki
sensitivitas 96%.
Dalam menegakan diagnosis apendisitis (skor ≥ 7), skor Alvarado memiliki
sensitivitas 58-88%.
Penggunaan CT scan4
Untuk skor Alvarado ≤ 3, tidak memerlukan CT scan untuk mendiagnosis
apendisitis lebih lanjut.
Untuk skor Alvarado 4-6, dianjurkan menggunakan CT scan untuk
mendiagnosis apendisitis lebih lanjut.
Untuk skor Alvarado ≥ 7, bisa langsung konsultasi dengan dokter bedah.
D. Perbedaan Diagnosis Apendisitis Perforasi, Apendisitis Akut, Gastritis
D.1. Apendisitis Akut5,6,7
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.1
Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini
dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang
merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum
diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun demikian,
organ ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan.
Gambaran klinis pada apendisitis akut yaitu :
Tanda awal nyeri di epigastrium atau regio umbilicus disertai mual
dan anorexia. Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 -
38,5C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.
Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda
rangsangan peritoneum lokal di titik Mc Burney, nyeri tekan, nyeri
lepas dan adanya defans muskuler.
Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri kanan bawah
pada tekanan kiri (Rovsing’s Sign) nyeri kanan bawah bila tekanan
di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg’s Sign) batuk atau mengedan
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
- Tidak ditemukan gambaran spesifik.
- Kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.
- Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada masaa atau abses
periapendikuler.
- Tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan
Palpasi
- nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri
tekan lepas.
- defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum
parietale.
- pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi
dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.
Perkusi
- pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.
Auskultasi
- biasanya normal
- peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis
generalisata akibat apendisitis perforata
Rectal Toucher
- tonus musculus sfingter ani baik
- ampula kolaps
- nyeri tekan pada daerah jam 9 dan 12
- terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses).
Uji Psoas
Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi
panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha
kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menepel di m. poas
mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.
Uji Obturator
Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak
dengan m. obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil.
Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang
akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika. Pemeriksaan uji
psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan
untuk mengetahui letak apendiks.
Alvarado Score
Characteristic Score
M = Migration of pain to the RLQ 1
A = Anorexia 1
N = Nausea and vomiting 1
T = Tenderness in RLQ 2
R = Rebound pain 1
E = Elevated temperature 1
L = Leukocytosis 2
S = Shift of WBC to the left 1
Total 10
Skor Alvarado < 3, kemungkinan bukan apendisitis (unlikely
appendicitis)
Skor Alvarado 4-6, mungkin apendisitis (possible appendicitis)
Skor Alvarado 6-8, kemungkinan besar apendisitis (probable/likely
appendicitis)
Skor Alvarado 9-10, pasti apendisitis (definite appendicitis)
D.2. Apendisitis Perforasi7
Appendicitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah
ganggren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga
terjadi peritonitis umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi
dikelilingi oleh jaringan nekrotik.
Perforasi merupakan komplikasi yang paling ditakutkan pada
apendisitis karena selain angka morbiditas yang tinggi, penanganan akan
menjadi semakin kompleks. Perforasi dapat menyebabkan peritonitis
purulenta yang ditandai nyeri hebat seluruh peruhk, demam tinggi, dan
gejala kembung pada perut. Bisis usus dapat menurun atau bahkan
menghilang karena ileus paralitik yang terjadi. Pus yang menyebar dapat
menjadi abses inttraabdomen yang paling umum dijumpai pada rongga
pelvis dan subdiafragma. Tata laksana yang dilakukan pada kondisi berat
ini adalah laparotomi eksploratif untuk membersihkan pus-pus yang ada.
Sekarang ini sudah dikembangkan teknologi drainase pus dengan
laparoskopi sehingga pembilasan dilakukan lebih mudah.
D.3. Gastritis6,8
Gastritis adalah suatu keadaan peradangan / perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.
Klasifikasi
Gastritis dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah proses peradangan mukosa akut, biasanya bersifat
transient.
2. Gastritis Kronik
Gastritis Kronik adalah peradangan mukosa kronik yang akhirnya
menyebabkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel.
Gastritis Kronik dapat diklasifikasikan menjadi Tipe A (Gastritis
Autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal yang menimbulkan
atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
anemia fernisiosa dan terjadi pada fundus atau corpus dari lambung.
Gastritis Tipe B disebut juga Gastritis Helirobacter Pylory yang
mempengaruhi antrum & pylorus (ujung lambung dekat duodenum).
Ini dihubungkan dengan banteri H. Pylori; factor diet seperti minum
panas atau pedas; penggunaan obat-obatan dan alcohol, merokok atau
refluks di usus ke dalam lambung.
Tanda dan Gejala
Gastritis akut mungkin tidak bergejala, tetapi dapat menyebabkan
nyeri epigastrium dengan keparahan bervariasi disertai mual dan muntah,
bermanifestasi sebagai hematemesis, melena dan pengeluaran darah yang
dapat mematikan, bergantung pada keparahan kelainan anatomi.
Gastritis Kronik berdasarkan tipenya; jika tipe A secara khusus
asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi Vit. B12. sedangkan pada tipe
B, akan menimbulkan anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan, kembung,
rasa asam dimulut atau mual dan muntah.
Komplikasi
1. Gastritis Akut
Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan
medis.
Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat.
Jarang terjadi perforasi
2. Gastritis Kronik
Atrofi lambung yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan
terutama terhadap vitamin.
Anemia Pernisiosa yang mempunyai antibody terhadap factor
instrinsik dalam serum atau cairan gasterinya akibat gangguan
penyerapan terhadap vit. B12
Gangguan penyerapan zat besi
Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri epigastrium, mual,
kembung dan muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.
Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
melena, kemudian disesuaikan dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, tanpa riwayat
penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.
Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi,
ketidaknyamanan abdomen (dengan sakit kepala, mual dan anoreksia) dan
dapat terjadi muntah, serta cegukan beberapa pasien adalah asimtomatik,
kolik dan diare dapat terjadi jika makanan pengiritasi tidak dimuntahkan,
tetapi jika sudah mencapai usus besar, pasien biasanya sembuh kira-kira
dalam sehari meskipun nafsu makan kurang atau menurun selama 2
sampai 3 hari.
Pemeriksaan Diagnostik
3. EGD (Esofagogastroduodenoskopi); untuk melihat perdarahan GI
bagian atas dengan melihat sisi perdarahan / derajat ulkus
jaringan / cedera.
4. Minum Barium dengan foto Rontgen; dilakukan untuk
membedakan diagnosa penyebab / lesi.
5. Analisa Gaster ; dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji alat vitas sekretori mukosa gaster.
6. Angiografi ; Vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak
dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan
sirkulasi kolateral dan kemungkinan sisi perdarahan.
7. Fesef ; akan positif.
8. Pemeriksaan Laboratorium meliputi :
a. HB/HT : penurunan kadar darah dalam tubuh setelah perdarahan.
Jumlah darah lengkap, dapat meningkat, menunjukkan respon tubuh
terhadap cedera.
b. BUN : meningkat dalam 24-48 jam karena protein darah dipecah
dalam saluran pencernaan dan filtrasi ginjal menurun.
c. Kreatinin : tidak meningkat bila perfusi ginjal dipertahankan.
d. Amonia : dapat meningkat bila disfungsi hati berat mengganggu
metabolisme dan eksresi urine.
e. GDA : dapat menyatakan alkalosis respiratori dan asidosis metabolic.
f. Natrium : dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap
simpanan cairan tubuh. Kalium : dapat menurun pada awal karena
pengosongan gaster berat/muntah/diare berdarah.
g. Amilase Serum : meningkat dengan penetrasi posterior ulkus
duodenal.
h. Sel parietal antibody serum : adanya dugaan gastritis kronik.
E. Pembahasan Kasus
Hasil Anamnesis
a. Identitas
Nama : Tn. Bona
Umur : 24 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Tanjung Hulu
Pekerjaan : Sales (Swasta)
Suku : Dayak
Agama : Katolik
Status : Sudah menikah
b. Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari yang lalu
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri perut di sebelah kanan
bawah yang dirasakan semakin parah sejak 1 hari sebelumnya. Pasien
mengeluhkan nyeri perut dirasakan sejak ± 2 hari yang lalu yang awalnya
hanya dirasakan pada bagian pusar namun sekarang terasa sangat nyeri di
perut kanan bawah. Nyeri perut dirasakan pasien seperti tertusuk-tusuk dan
terjadi terus-menerus dengan VAS : 8. Nyeri akan bertambah ketika pasien
melakukan aktivitas berat. Nyeri sedikit mereda ketika pasien
mengonsumsi obat Antasida.
Terdapat riwayat demam dan muntah sebanyak 3 kali di hari sebelumnya.
Pasien belum BAB sejak hari ini dan perut terasa kembung. Tidak ada
keluhan BAK dan tidak ada penurunan nafsu makan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Pasien memiliki
riwayat maag.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.
Riwayat hipertensi dan DM pada keluarga disangkal.
f. Riwayat Sosial
Pasien bekerja sebagai sales. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan
pedas dan jarang mengonsumsi makanan berserat.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda Vital : TD 120/80 mmHg
Nadi 100 x/menit
Nafas 22 x/menit
Suhu 37,5oC
Status Generalis
Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit baik
Rambut : Warna hitam, tersebar merata
Kepala : Normosephal, deformitas (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Sekret (-), deformitas (-)
Hidung : Sekret (-), deformitas (-)
Tenggorokan : Dalam batas normal
Gigi dan mulut : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Jantung : Dalam batas normal
Paru : Dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : Datar, bentuk simetris
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Terdengar bunyi timpani di keempat kuadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan titik McBurney (+)
Nyeri lepas (+)
Nyeri tekan (+)
Defence muscular (+) di kuadran kanan bawah
Hepar dan limpa sulit dinilai karena nyeri
Psoas sign: tidak dapat dinilai
Rovsing sign: tidak dapat dinilai
Obturator sign: tidak dapat dinilai
Blumberg sign: tidak dapat dinilai
Ekstremitas : Edema (-/-) pada tangan dan kaki
Status Lokalis
Abdomen
Inspeksi : Datar, bentuk simetris
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Terdengar bunyi timpani di keempat kuadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan titik McBurney (+)
Nyeri lepas (+)
Nyeri tekan (+)
Defence muscular (+) di kuadran kanan bawah
Hepar dan limpa sulit dinilai karena nyeri
Psoas sign: tidak dapat dinilai
Rovsing sign: tidak dapat dinilai
Obturator sign: tidak dapat dinilai
Blumberg sign: tidak dapat dinilai
Skor Alvarado
Characteristic Score
M = Migration of pain to the RLQ 1
A = Anorexia 1
N = Nausea and vomiting 1
T = Tenderness in RLQ 2
R = Rebound pain 1
E = Elevated temperature 1
Total 7
Skor alvarado menunjukkan angka 7 yang berarti bahwa terjadinya apendisitis
adalah sangat memungkinkan.
Diagnosis kerja
Apendisitis Perforasi
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Radiologis (Foto polos abdomen)
Rencana Terapi
1. IVFD Ringer Lactat 20 tpm
2. Ketorolac inj 2x1 g
3. Ceftriaxon 3x30 mg
4. NGT → Dekompresi Lambung
5. Laparectomi → Rujuk ke Spesialis Bedah
Edukasi
Pasien dipuasakan yang ditujukan untuk kepentingan operasi.
Prognosis
Dubia ad Bonam
Pembahasan Terapi
Perawatan Kegawatdaruratan
Berikan terapi kristaloid untuk pasien dengan tanda-tanda klinis dehidrasi
atau septicemia.
Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun
melalui mulut.
Berikan analgesik dan antiemetik parenteral untuk kenyamanan pasien.
Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita usia subur, dan
lakukan pengukuran kadar hCG
Berikan antibiotik intravena pada pasien dengan tanda-tanda septicemia
dan pasien yang akan dilanjutkan ke laparotomi.
Antibiotik Pre-Operatif
Pemberian antibiotik pre-operatif telah menunjukkan keberhasilan dalam
menurunkan tingkat luka infeksi pasca bedah.
Pemberian antibiotic spektrum luas untuk gram negatif dan anaerob
diindikasikan.
Antibiotik preoperative harus diberikan dalam hubungannya pembedahan.
Tindakan Operasi
Laparectomi, pemotongan apendiks
Karena apendiks mengalami perforasi, maka abdomen dicuci dengan
garam fisiologis dan antibiotika.
Bila terjadi abses apendiks maka terlebih dahulu diobati dengan antibiotika
IV, massanya mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan
drainase dalam jangka waktu beberapa hari.
BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanLaki-laki 24 tahun tersebut mengalami
Apendisitis perforasi.
DAFTAR PUSTAKAAlvarado A. A practical score for the early diagnosis of
acute appendicitis. Ann Emerg Med. 1986 May;15(5):557-64. PubMed PMID:
3963537
1. Baidya N. et al. Evaluation Of Alvarado Score In Acute Appendicitis: A
Prospective Study. The Internet Journal of Surgery.
2. Crnogorac S, Lovrenski J. Validation of the Alvarado score in the diagnosis
of acute appendicitis. Med Pregl 2001 Nov-Dec; 54(11-12):557-61.
3. McKay R, Shepherd J. The use of the clinical scoring system by Alvarado in
the decision to perform computed tomography for acute appendicitis in the
ED. Am J Emerg Med. 2007 Jun;25(5):489-93. PubMed PMID: 17543650.
4. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan
Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005
5. Kumar, et al. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. EGC, Jakarta, 2007, hlm.
660.
6. Craig, Sandy. 2008. Appendicitis, Acut Differential Diagnoses & Workup.
Retrieved May 22, 2010
7. Price, S. A., Wilson, L. Patofisiologi. Edisi 6. EGC, Jakarta, 2005, hlm. 448-
449.