Laporan Pemicu 5

30
LAPORAN DISKUSI PEMICU 5 FOUNDATION OF CLINICAL PRACTICE DISUSUN OLEH: KELOMPOK DISKUSI 1 1. Gatria Sonia I11110056 2. Nur’Azmi Ayuningtyas I11111009 3. Syamsul Hidayat I11111058 4. Najla I11112001 5. Hendri Wijaya I11112013 6. Rizki Novita Pradini I11112018 7. Irvinia Rahmadyah I11112023 8. Fawaid Akbar I11112029 9. Sekar Fatmadyani T. I11112035 10. Ardi I11112040 11. Bimo Juliansyah I11112062 12. Kevin Leonardo I11112073

description

kelompok DK1 modul FCP 2015

Transcript of Laporan Pemicu 5

Page 1: Laporan Pemicu 5

LAPORAN DISKUSI

PEMICU 5

FOUNDATION OF CLINICAL PRACTICE

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK DISKUSI 1

1. Gatria Sonia I11110056

2. Nur’Azmi Ayuningtyas I11111009

3. Syamsul Hidayat I11111058

4. Najla I11112001

5. Hendri Wijaya I11112013

6. Rizki Novita Pradini I11112018

7. Irvinia Rahmadyah I11112023

8. Fawaid Akbar I11112029

9. Sekar Fatmadyani T. I11112035

10. Ardi I11112040

11. Bimo Juliansyah I11112062

12. Kevin Leonardo I11112073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2015

Page 2: Laporan Pemicu 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pemicu

Seorang laki-laki berusia 24 tahun datang ke Puskesmas karena nyeri perut sejak

kemarin disertai muntah satu kali. Nyeri terasa di sekitar pusar. Penderita berjalan

agak membungkuk dan memegang perut kanan bawah dengan tangan kanannya.

Penderita pada pagi harinya merasa perut terasa kembung dan nyeri, nyeri

perutnya saat itu sudah terasa menetap di perut kanan bawah.

B. Klarifikasi dan definisi

-

C. Kata kunci

a. Laki-laki 24 tahun

b. Nyeri perut kanan bawah

c. Muntah 1 kali

D. Rumusan Masalah

Laki-laki 24 tahun mengeluh nyeri perut kanan bawah yang menetap

Page 3: Laporan Pemicu 5

E. Analisis Masalah

1.1. Hipotesis

Laki-laki tersebut mengalami Apendisitis perforasi.

1.2. Pertanyaan Diskusi

1. Jelaskan Anamnesis sesuai kasus!

2. Jelaskan Pemfis sesuai kasus!

3. Jelaskan Alvarado Score!

Laki-laki 24 tahun

Nyeri perut kanan bawah

- Mual & Muntah (+)

- Nyeri pindah dari periumbilikus ke perut bagian kanan bawah

- Nyeri tekan (+)

- Nyeri lepas (+)

- Defence muscular (+)

- Demam (+)

Tanda VitalHR: 100x/menitRR: 22x/menitTD: 120/80mmHgSuhu :37,5OCKU: Compos Mentis

DD: Apendisitis Perforasi, Apendisitis Akut, Gastritis, Divertikulosis

Prognosis

Pem Penunjang → Cek darah lengkap

Komplikasi

Tatalaksana

Page 4: Laporan Pemicu 5

4. Jelaskan perbedaan diagnosis Apendisitis Perforasi, Apendisitis Akut,

Gastritis!

5. Pembahasan diagnosis sesuai kasus!

6. Tatalaksana sesuai kasus!

Page 5: Laporan Pemicu 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anamnesis

a. Menyapa pasien, mempersilahkan duduk dan memperkenalkan diri kepada

pasien.

b. Menanyakan identitas pasien

a. Nama

b. Usia

c. Tempat tinggal

d. Pekerjaan

e. Status Pernikahan

c. Menanyakan keluhan utama pasien.

d. Riwayat penyakit sekarang

a. Sudah bearapa lama? Sejak kapan?

b. Nyeri di daerah mana? Menyebar atau berpindah? Pindah dari mana

ke mana?

c. Sifat nyeri? Hilang-timbul atau menetap? Skala nyeri?

d. Faktor memperingan dan memperberat?

e. Gejala lain yang menyertai? (Mual muntah, demam, menanyakan

adanya batuk pilek, nyeri penyerta (kepala, perut, tenggorokaan),

menanyakan adakah keluhan penurunan nafsu makan dan penurunan

berat badan, batuk pilek, BAB, BAK)

f. Riwayat makan dan minum?

g. Riwayat pengobatan yang pernah diterima?

e. Menanyakan Riwayat penyakit dahulu

f. Riwayat penyakit keluarga

Menanyakan tentang keluarga apakah ada yang memiliki keluhan yang

serupa dengan pasien?

g. Riwayat Personal-Sosial

a. Menanyakan keadaan lingkungan sekitar pasien?

Page 6: Laporan Pemicu 5

h. Keluhan sistem

Menanyakan apakah terdapat keluhan lain yang ingin disampaikan pasien?

B. Pemeriksaan Fisik

Penilaian status pasien secara umum dan tanda vital :

a. Keadaan umum : sakit ringan, sakit sedang atau sakit berat

b. Kesan Gizi

c. Status gizi : berdasarkan IMT

d. Tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, suhu, pernapasan

Inspeksi :

a. Rambut : periksa rambut kering, mudah dicabut

b. Ekspresi; Malaise, Tampak gelisah

c. Mata; periksa adanya tanda anemia, ikterus, edema

d. Hidung : apakah ada rinore atau epistaksis

e. Mulut : periksa apakah lidah kotor, pucat, bibir kering, perdarahan gusi,

membran padatonsil, kemerahan pada farings atau laring

f. Kulit; Bintik kemerahan, ikterus, ada tidaknya efloresensi kulit

Auskultasi

Dengarkan suara bising usus dan catat jumlah frekuensi. Normal 5 sampai 34

permenit. Ada beberapa kemungkinan yang dapat ditemukan, antara lain :

1. Bising usus dapat meningkat atau menurun. Perubahan didapatkan pada

diare, obstruksi usus, ileus paralitik dan peritonitis.

2. Desiran, didapatkan pada stenosis arteri renalis.

3. Friction rubs, didapatkan pada tumor hepar, infark splenikus

Perkusi

1. Berguna untuk orientasi abdomen, untuk meyakinkan pemeriksaan hati,

lien dan mengidentifikasi adanya cairan asites, benda padat, massa yang

terisi cairan dan udara bebas di perut serta usus.

2. Liver span normal : 6-12 cm.

3. Pada penyakit paru obstruktif pekak hati menurun tetapi liver span normal.

4. Liver span meninggi : hepatomegali (hepatitis, CHF), efusi pleura kanan.

Page 7: Laporan Pemicu 5

5. Liver span menyempit : hepar kecil (sirosis hepatis), udara bebas di bawah

diafragma

Palpasi

Pada palpasi dapat ditemukan pembesaran hati dan limfe, pada keadaan

dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balotement point.

C. Alvarado Score1

Skor Alvarado (Alvarado score) adalah sistem kriteria skoring yang dibuat

untuk mendiagnosis apendisitis akut. Skor Alvarado pertama kali dibuat tahun

1986 dan masih digunakan hingga sekarang ini.1 Di Indonesia, skor ini sering

digunakan oleh para tenaga kesehatan karena praktis, cepat, dan murah.

Untuk mempermudah mengingat, skor Alvarado ini sering dibuat akronim

MANTRELS. Akronim ini dibuat berdasarkan urutan gejala dan tanda dari

Apendisitis pada skor Alvarado. Karena akronim ini juga, skor Alvarado sering

disebut skor MANTRELS (MANTRELS score).

Gambar 2.1 Skore Alvarado

Keterangan

Migration = migrasi rasa nyeri ke regio perut kanan bawah (Rovsing's

Sign)

Page 8: Laporan Pemicu 5

Anorexia = nafsu makan menurun atau tidak ada nafsu makan

Nausea = mual-mual dan/atau muntah-muntah

Tenderness = nyeri tekan regio perut kanan bawah (McBurney's sign)

Rebound pain = nyeri lepas (Blumberg's sign)

Elevation of temperature = suhu aksila > 37,5oC

Leukocytosis = leukosit >10.000 sel/μl

Shift to the left = hitung jenis leukosit didominasi oleh sel PMN

(polimorfonuklear).

Diagnosis appendicitis1

Skor Alvarado < 3, kemungkinan bukan apendisitis (unlikely appendicitis).

Skor Alvarado 4-6, mungkin apendisitis (possible appendicitis).

Skor Alvarado 6-8, kemungkinan besar apendisitis (probable/likely

appendicitis).

Skor Alvarado 9-10, pasti apendisitis (definite appendicitis).

Akurasi diagnosis2,3

Dalam menyingkirkan diagnosis apendisitis (skor ≤ 4), skor Alvarado memiliki

sensitivitas 96%.

Dalam menegakan diagnosis apendisitis (skor ≥ 7), skor Alvarado memiliki

sensitivitas 58-88%.

Penggunaan CT scan4

Untuk skor Alvarado ≤ 3, tidak memerlukan CT scan untuk mendiagnosis

apendisitis lebih lanjut.

Untuk skor Alvarado 4-6, dianjurkan menggunakan CT scan untuk

mendiagnosis apendisitis lebih lanjut.

Untuk skor Alvarado ≥ 7, bisa langsung konsultasi dengan dokter bedah.

Page 9: Laporan Pemicu 5

D. Perbedaan Diagnosis Apendisitis Perforasi, Apendisitis Akut, Gastritis

D.1. Apendisitis Akut5,6,7

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks

vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.1

Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini

dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang

merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum

diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun demikian,

organ ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan.

Gambaran klinis pada apendisitis akut yaitu :

Tanda awal nyeri di epigastrium atau regio umbilicus disertai mual

dan anorexia. Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 -

38,5C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.

Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda

rangsangan peritoneum lokal di titik Mc Burney, nyeri tekan, nyeri

lepas dan adanya defans muskuler.

Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri kanan bawah

pada tekanan kiri (Rovsing’s Sign) nyeri kanan bawah bila tekanan

di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg’s Sign) batuk atau mengedan

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

- Tidak ditemukan gambaran spesifik.

- Kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.

- Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada masaa atau abses

periapendikuler.

- Tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan

Palpasi

- nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri

tekan lepas.

- defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum

parietale.

Page 10: Laporan Pemicu 5

- pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi

dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.

Perkusi

- pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.

Auskultasi

- biasanya normal

- peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis

generalisata akibat apendisitis perforata

Rectal Toucher

- tonus musculus sfingter ani baik

- ampula kolaps

- nyeri tekan pada daerah jam 9 dan 12

- terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses).

Uji Psoas

Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi

panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha

kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menepel di m. poas

mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.

Uji Obturator

Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak

dengan m. obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil.

Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang

akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika. Pemeriksaan uji

Page 11: Laporan Pemicu 5

psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan

untuk mengetahui letak apendiks.

Alvarado Score

Characteristic Score

M = Migration of pain to the RLQ 1

A = Anorexia 1

N = Nausea and vomiting 1

T = Tenderness in RLQ 2

R = Rebound pain 1

E = Elevated temperature 1

L = Leukocytosis 2

S = Shift of WBC to the left 1

Total 10

Skor Alvarado < 3, kemungkinan bukan apendisitis (unlikely

appendicitis)

Skor Alvarado 4-6, mungkin apendisitis (possible appendicitis)

Skor Alvarado 6-8, kemungkinan besar apendisitis (probable/likely

appendicitis)

Page 12: Laporan Pemicu 5

Skor Alvarado 9-10, pasti apendisitis (definite appendicitis)

D.2. Apendisitis Perforasi7

Appendicitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah

ganggren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga

terjadi peritonitis umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi

dikelilingi oleh jaringan nekrotik.

Perforasi merupakan komplikasi yang paling ditakutkan pada

apendisitis karena selain angka morbiditas yang tinggi, penanganan akan

menjadi semakin kompleks. Perforasi dapat menyebabkan peritonitis

purulenta yang ditandai nyeri hebat seluruh peruhk, demam tinggi, dan

gejala kembung pada perut. Bisis usus dapat menurun atau bahkan

menghilang karena ileus paralitik yang terjadi. Pus yang menyebar dapat

menjadi abses inttraabdomen yang paling umum dijumpai pada rongga

pelvis dan subdiafragma. Tata laksana yang dilakukan pada kondisi berat

ini adalah laparotomi eksploratif untuk membersihkan pus-pus yang ada.

Sekarang ini sudah dikembangkan teknologi drainase pus dengan

laparoskopi sehingga pembilasan dilakukan lebih mudah.

D.3. Gastritis6,8

Gastritis adalah suatu keadaan peradangan / perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.

Klasifikasi

Gastritis dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah proses peradangan mukosa akut, biasanya bersifat

transient.

2. Gastritis Kronik

Gastritis Kronik adalah peradangan mukosa kronik yang akhirnya

menyebabkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel.

Page 13: Laporan Pemicu 5

Gastritis Kronik dapat diklasifikasikan menjadi Tipe A (Gastritis

Autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal yang menimbulkan

atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit

anemia fernisiosa dan terjadi pada fundus atau corpus dari lambung.

Gastritis Tipe B disebut juga Gastritis Helirobacter Pylory yang

mempengaruhi antrum & pylorus (ujung lambung dekat duodenum).

Ini dihubungkan dengan banteri H. Pylori; factor diet seperti minum

panas atau pedas; penggunaan obat-obatan dan alcohol, merokok atau

refluks di usus ke dalam lambung.

Tanda dan Gejala

Gastritis akut mungkin tidak bergejala, tetapi dapat menyebabkan

nyeri epigastrium dengan keparahan bervariasi disertai mual dan muntah,

bermanifestasi sebagai hematemesis, melena dan pengeluaran darah yang

dapat mematikan, bergantung pada keparahan kelainan anatomi.

Gastritis Kronik berdasarkan tipenya; jika tipe A secara khusus

asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi Vit. B12. sedangkan pada tipe

B, akan menimbulkan anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan, kembung,

rasa asam dimulut atau mual dan muntah.

Komplikasi

1. Gastritis Akut

Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan

medis.

Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat.

Jarang terjadi perforasi

2. Gastritis Kronik

Atrofi lambung yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan

terutama terhadap vitamin.

Anemia Pernisiosa yang mempunyai antibody terhadap factor

instrinsik dalam serum atau cairan gasterinya akibat gangguan

penyerapan terhadap vit. B12

Page 14: Laporan Pemicu 5

Gangguan penyerapan zat besi

Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri epigastrium, mual,

kembung dan muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.

Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan

melena, kemudian disesuaikan dengan tanda-tanda anemia pasca

perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, tanpa riwayat

penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.

Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi,

ketidaknyamanan abdomen (dengan sakit kepala, mual dan anoreksia) dan

dapat terjadi muntah, serta cegukan beberapa pasien adalah asimtomatik,

kolik dan diare dapat terjadi jika makanan pengiritasi tidak dimuntahkan,

tetapi jika sudah mencapai usus besar, pasien biasanya sembuh kira-kira

dalam sehari meskipun nafsu makan kurang atau menurun selama 2

sampai 3 hari.

Pemeriksaan Diagnostik

3. EGD (Esofagogastroduodenoskopi); untuk melihat perdarahan GI

bagian atas dengan melihat sisi perdarahan / derajat ulkus

jaringan / cedera.

4. Minum Barium dengan foto Rontgen; dilakukan untuk

membedakan diagnosa penyebab / lesi.

5. Analisa Gaster ; dilakukan untuk menentukan adanya darah,

mengkaji alat vitas sekretori mukosa gaster.

6. Angiografi ; Vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak

dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan

sirkulasi kolateral dan kemungkinan sisi perdarahan.

7. Fesef ; akan positif.

8. Pemeriksaan Laboratorium meliputi :

a. HB/HT : penurunan kadar darah dalam tubuh setelah perdarahan.

Jumlah darah lengkap, dapat meningkat, menunjukkan respon tubuh

terhadap cedera.

Page 15: Laporan Pemicu 5

b. BUN : meningkat dalam 24-48 jam karena protein darah dipecah

dalam saluran pencernaan dan filtrasi ginjal menurun.

c. Kreatinin : tidak meningkat bila perfusi ginjal dipertahankan.

d. Amonia : dapat meningkat bila disfungsi hati berat mengganggu

metabolisme dan eksresi urine.

e. GDA : dapat menyatakan alkalosis respiratori dan asidosis metabolic.

f. Natrium : dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap

simpanan cairan tubuh. Kalium : dapat menurun pada awal karena

pengosongan gaster berat/muntah/diare berdarah.

g. Amilase Serum : meningkat dengan penetrasi posterior ulkus

duodenal.

h. Sel parietal antibody serum : adanya dugaan gastritis kronik.

E. Pembahasan Kasus

Hasil Anamnesis

a. Identitas

Nama : Tn. Bona

Umur : 24 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. Tanjung Hulu

Pekerjaan : Sales (Swasta)

Suku : Dayak

Agama : Katolik

Status : Sudah menikah

b. Keluhan Utama

Nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari yang lalu

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri perut di sebelah kanan

bawah yang dirasakan semakin parah sejak 1 hari sebelumnya. Pasien

mengeluhkan nyeri perut dirasakan sejak ± 2 hari yang lalu yang awalnya

hanya dirasakan pada bagian pusar namun sekarang terasa sangat nyeri di

Page 16: Laporan Pemicu 5

perut kanan bawah. Nyeri perut dirasakan pasien seperti tertusuk-tusuk dan

terjadi terus-menerus dengan VAS : 8. Nyeri akan bertambah ketika pasien

melakukan aktivitas berat. Nyeri sedikit mereda ketika pasien

mengonsumsi obat Antasida.

Terdapat riwayat demam dan muntah sebanyak 3 kali di hari sebelumnya.

Pasien belum BAB sejak hari ini dan perut terasa kembung. Tidak ada

keluhan BAK dan tidak ada penurunan nafsu makan.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Pasien memiliki

riwayat maag.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.

Riwayat hipertensi dan DM pada keluarga disangkal.

f. Riwayat Sosial

Pasien bekerja sebagai sales. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan

pedas dan jarang mengonsumsi makanan berserat.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Tanda Vital : TD 120/80 mmHg

Nadi 100 x/menit

Nafas 22 x/menit

Suhu 37,5oC

Status Generalis

Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit baik

Rambut : Warna hitam, tersebar merata

Kepala : Normosephal, deformitas (-)

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Page 17: Laporan Pemicu 5

Telinga : Sekret (-), deformitas (-)

Hidung : Sekret (-), deformitas (-)

Tenggorokan : Dalam batas normal

Gigi dan mulut : Dalam batas normal

Leher : Dalam batas normal

Jantung : Dalam batas normal

Paru : Dalam batas normal

Abdomen

Inspeksi : Datar, bentuk simetris

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Terdengar bunyi timpani di keempat kuadran abdomen

Palpasi : Nyeri tekan titik McBurney (+)

Nyeri lepas (+)

Nyeri tekan (+)

Defence muscular (+) di kuadran kanan bawah

Hepar dan limpa sulit dinilai karena nyeri

Psoas sign: tidak dapat dinilai

Rovsing sign: tidak dapat dinilai

Obturator sign: tidak dapat dinilai

Blumberg sign: tidak dapat dinilai

Ekstremitas : Edema (-/-) pada tangan dan kaki

Status Lokalis

Abdomen

Inspeksi : Datar, bentuk simetris

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Terdengar bunyi timpani di keempat kuadran abdomen

Palpasi : Nyeri tekan titik McBurney (+)

Nyeri lepas (+)

Nyeri tekan (+)

Defence muscular (+) di kuadran kanan bawah

Hepar dan limpa sulit dinilai karena nyeri

Page 18: Laporan Pemicu 5

Psoas sign: tidak dapat dinilai

Rovsing sign: tidak dapat dinilai

Obturator sign: tidak dapat dinilai

Blumberg sign: tidak dapat dinilai

Skor Alvarado

Characteristic Score

M = Migration of pain to the RLQ 1

A = Anorexia 1

N = Nausea and vomiting 1

T = Tenderness in RLQ 2

R = Rebound pain 1

E = Elevated temperature 1

Total 7

Skor alvarado menunjukkan angka 7 yang berarti bahwa terjadinya apendisitis

adalah sangat memungkinkan.

Diagnosis kerja

Apendisitis Perforasi

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap

2. Radiologis (Foto polos abdomen)

Rencana Terapi

1. IVFD Ringer Lactat 20 tpm

2. Ketorolac inj 2x1 g

3. Ceftriaxon 3x30 mg

4. NGT → Dekompresi Lambung

Page 19: Laporan Pemicu 5

5. Laparectomi → Rujuk ke Spesialis Bedah

Edukasi

Pasien dipuasakan yang ditujukan untuk kepentingan operasi.

Prognosis

Dubia ad Bonam

Pembahasan Terapi

Perawatan Kegawatdaruratan

Berikan terapi kristaloid untuk pasien dengan tanda-tanda klinis dehidrasi

atau septicemia.

Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun

melalui mulut.

Berikan analgesik dan antiemetik parenteral untuk kenyamanan pasien.

Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita usia subur, dan

lakukan pengukuran kadar hCG

Berikan antibiotik intravena pada pasien dengan tanda-tanda septicemia

dan pasien yang akan dilanjutkan ke laparotomi.

Antibiotik Pre-Operatif

Pemberian antibiotik pre-operatif telah menunjukkan keberhasilan dalam

menurunkan tingkat luka infeksi pasca bedah.

Pemberian antibiotic spektrum luas untuk gram negatif dan anaerob

diindikasikan.

Antibiotik preoperative harus diberikan dalam hubungannya pembedahan.

Tindakan Operasi

Laparectomi, pemotongan apendiks

Karena apendiks mengalami perforasi, maka abdomen dicuci dengan

garam fisiologis dan antibiotika.

Page 20: Laporan Pemicu 5

Bila terjadi abses apendiks maka terlebih dahulu diobati dengan antibiotika

IV, massanya mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan

drainase dalam jangka waktu beberapa hari.

Page 21: Laporan Pemicu 5

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanLaki-laki 24 tahun tersebut mengalami

Apendisitis perforasi.

Page 22: Laporan Pemicu 5

DAFTAR PUSTAKAAlvarado A. A practical score for the early diagnosis of

acute appendicitis. Ann Emerg Med. 1986 May;15(5):557-64. PubMed PMID:

3963537

1. Baidya N. et al. Evaluation Of Alvarado Score In Acute Appendicitis: A

Prospective Study. The Internet Journal of Surgery.

2. Crnogorac S, Lovrenski J. Validation of the Alvarado score in the diagnosis

of acute appendicitis. Med Pregl 2001 Nov-Dec; 54(11-12):557-61.

3. McKay R, Shepherd J. The use of the clinical scoring system by Alvarado in

the decision to perform computed tomography for acute appendicitis in the

ED. Am J Emerg Med. 2007 Jun;25(5):489-93. PubMed PMID: 17543650.

4. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan

Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005

5. Kumar, et al. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. EGC, Jakarta, 2007, hlm.

660.

6. Craig, Sandy. 2008. Appendicitis, Acut Differential Diagnoses & Workup.

Retrieved May 22, 2010

7. Price, S. A., Wilson, L. Patofisiologi. Edisi 6. EGC, Jakarta, 2005, hlm. 448-

449.