Laporan Pelatihan Olimpiade Mat
Transcript of Laporan Pelatihan Olimpiade Mat
LAPORAN KEGIATANPENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PELATIHAN GURU PEMBINA OLIMPIADE MATEMATIKA SMA TINGKAT KABUPATEN/KOTA
Se- PROVINSI LAMPUNG
Oleh :
Wamiliana, Ph.D.
Amanto, S.Si., M.Si.
Drs. Rudi Ruswandi, M. Si.
Noti Ragayu, S.Si., M.Si.
Subian Saidi, S.Si.
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
2009
PELATIHAN GURU PEMBINA OLIMPIADE MATEMATIKA SMA TINGKAT KABUPATEN/KOTA
Se- PROVINSI LAMPUNG
LAPORAN KEGIATANPENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Oleh :
Wamiliana, Ph.D.
Amanto, S.Si., M.Si.
Drs. Rudi Ruswandi, M. Si.
Noti Ragayu, S.Si., M.Si.
Subian Saidi, S.Si.
Biaya Mandiri Dosen Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung Tanggal 14 – 15 Maret 2009
\
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
2009
2
Halaman PengesahanLaporan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
1. Judul Pengabdian : Pelatihan Guru Pembina Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten/Kota Se- Provinsi Lampung
2. Ketua Tim Pelaksana
a. Nama Lengkap : Wamiliana, Ph.Db. Pangkat, Golongan dan NIP : Pembina Tk. I / IVb / 131815391c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepalad. Fakultas / Jurusan : MIPA / Matematika
3. Personalia Jumlah Anggota Pelaksana : 5 Orang4. Jangka Waktu Pelaksanaan : 13 s.d. 14 Desember 20075. Bentuk Kegiatan : Pelatihan6. Sifat Kegiatan : Penunjang7. Lokasi Pengabdian : SMA Negeri 5 Bandar Lampung8. Biaya Yang Diperlukan : ……………..9. Sumber Biaya : Mandiri
Bandar Lampung, 17 Maret 2009MengetahuiDekan MIPA Unila Ketua Pelaksana,
Dr. Sutyarso, M. Biomed. Wamiliana, Ph.D.NIP 131689903 NIP. 131815391
Menyetujui,
Ketua Lembaga Pengabdian Kepada MasyarakatUniversitas Lampung
Dr. Budi Koestoro, M.Pd.NIP. 131129056
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufiq dan ilmu pengetahuan sehingga kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berjudul “Pelatihan Guru Pembina Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten/KotaSe- Provinsi Lampung” dapat terlaksana.
Target kegiatan ini adalah setelah mengikuti pelatihan peserta memiliki kemampuan dan kemahiran dalam menyelesaikan soal-soal olimpiade Matematika serta dapat menyebarkan (mentransfer) pengetahuan tersebut kepada para siswa dan teman guru lain di lingkungan sekolahnya masing-masing, sehingga diharapkan Provinsi Lampung pada masa-masa yang akan datang memiliki siswa-siswa yang unggul dan berprestasi dalam ajang olimpiade nasional maupun internasional..
Kami menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan baik dalam hal material, finansial dan moril kepada :
1. Bapak Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Unila yang telah merestui kegiatan ini.
2. Bapak Dekan FMIPA UNILA3. Ketua Jurusan Matematika4. Bapak/Ibu guru pembina olimpiade matematika tingkat kabupaten/kota se
Provinsi Lampung yang telah berpartisipasi dalam kelancaran kegiatan ini.5. Seluruh anggota tim (Nara Sumber) serta semua pihak yang telah memberi
motivasi dan bantuan moril/spirituil sehingga jalannya kegiatan menjadi lancar, tertib.
Saran dan kritik sangat kami harapkan untuk perbaikan kegiatan di masa yang akan datang. Semoga apa yang telah diperbuat menjadi bermanfaat bagi kehidupan kini dan generasi nanti serta mendapat ridho Allah SWT. Amiieen.
Bandar Lampung, 17 Maret 2009 Ketua Tim Pelaksana,
Wamiliana, Ph.D. NIP 131815391
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………… iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. v
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………...……….. vii
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah....…………………………………………..... 1
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………... 3
1.3 Tujuan Kegiatan …………………………………………………….... 3
1.4 Manfaat Kegiatan …………………………………………………….. 3
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Forum Pengembangan Olimpiade Matematika..................................... 4
2.2 Institusi dan mekanisme Kerja………………………………………... 5
2.3 Tahapan Seleksi Olimpiade Matematika…………………………….... 7
2.4 Skema Sistem Seleksi dan Pembinaan Olimpiade…………………….. 10
2.5 Karakteristik Soal Olimpiade Matematika...…………………………... 11
2.6 Materi Olimpiade Matematika ...............…………………………….... 11
2.7 Evaluasi Tim IMO Pusat...................................... …………………….. 14
III. Metode Pengabdian…………………………………………………….. 16
IV. Pelaksanaan Kegiatan
4.1 Rangkaian Kegiatan...........…………………………………………..... 17
4.2 Jadwal Kegiatan...... …………………………………………………... 18
5
V. Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil Yang Diperoleh........…………………………………………..... 19
5.2 Pembahasan............ …………………………………………………... 20
VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan.......................…………………………………………..... 21
6.2 Saran....................... …………………………………………………... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 23
LAMPIRAN
6
DAFTAR LAMPIRAN
HalamanLampiran 1. Surat Permohonan Sebagai Nara Sumber …..……..................Lampiran 2. Surat Izin Melaksanakan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ……………..……………….................................Lampiran 3. Daftar Hadir Peserta …..…………………………….............Lampiran 4. Materi Pelatihan ……………….. ……………………………Lampiran 5. Contoh Soal Latihan…….……………….………...................Lampiran 6. Berita Foto ..………………………………………………….Lampiran 7. Contoh Sertifikat Bagi Peserta Pelatihan …………………….
7
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Mutu sumber daya manusia suatu bangsa tergantung pada mutu
pendidikan. Dengan berbagai macam strategi, perbaikan mutu pendidikan
diarahkan untuk meningkatkan mutu siswa dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dasar, penguasaan bahasa asing, dan penanaman sikap dan
perilaku yang mencerminkan budi pekerti. Untuk dapat mencapai hal
tersebut di atas, Direktorat Pendidikan Menengah Umum terus melakukan
berbagai kegiatan pengembangan bakat dan minat siswa SMA/MA melalui
kompetisi ilmu pengetahuan dasar, bahasa asing dan kepribadian sejak dari
tingkat sekolah, kota/kabupaten, provinsi, nasional sampai dengan
internasional (Depdiknas-Dikmenum, 2003).
Sebagai wahana efektif dalam membangun kembali citra positif bangsa
Indonesia di masyarakat global, sejak tahun 1998, Departemen Pendidikan
Nasional telah memfasilitasi dan mendampingi pelajar Indonesia dalam
berbagai olimpiade internasioanl bidang Matematika, Fisika, Kimia,
Biologi, Komputer/Informatika, dan bahkan pada tahun 2003 pertama kali
Indonesia mengikuti Olimpiade astronomi. Partisipasi dan keberhasilan
siswa dari Indonesia sangat diperhitungkan oleh masyarakat dunia.
Kemampuan tim olimpiade Indonesia telah menghasilkan medali emas,
perak dan perunggu, serta mendapatkan ‘honorable mention’. Bahkan,
Indonesia telah dipercaya oleh masyarakat dunia sebagai penyelenggara
Olimpiade Fisika Tingkat Asia yang pertama pada tahun 2000, dan
Olimpiade Fisika Internasional ke-33 di Denpasar, Bali pada 22 – 30 Juli
2002 lalu. Bahkan pada tahun 2005, Indonesia akan menjadi tuan rumah
Olimpiade Fisika Tingkat Asia keenam (Depdiknas-Dikmenum, 2004).
8
Indonesia mengikuti IMO untuk pertama kalinya di tahun 1988, yaitu IMO 29
di Canberra, Australia. Sejak itu Indonesia tidak pernah absen mengikuti
IMO. Selama 16 kali mengikuti IMO, Indonesia memperoleh 1 medali perak
dan 6 medali perunggu, selain sejumlah honorable mention (Ahmad Muchlis,
2003).
Seiring dengan prestasi di atas, maka hal tersebut masih sangat sulit dikejar
oleh siswa-siswi yang berasal dari daerah-daerah, khusunya provinsi
Lampung. Siswa-siswi dari provinsi Lampung menempati di bawah 60 besar
untuk tingkat nasional. Selama 4 tahun terakhir Lampung hanya mengirimkan
1 siswa, itupun karena jatah provinsi, bukan siswa yang memenuhi pasing
grade yaitu dengan nilai di atas 26.
Memperhatikan kondisi di atas, yaitu bahwa prestasi siswa-siswi dari provinsi
Lampung masih di bawah pasing grade, sungguh merupakan tantangan bagi
staf jurusan Matematika FMIPA Unila untuk memberikan pengetahuan dan
ketrampilan dalam menyelesaikan soal-soal olimpiade kepada guru,
khususnya Guru Menengah Atas di kabupaten/kota se Provinsi Lampung.
Dalam rangkaian Dies Natalis Jurusan Matematika FMIPA Unila yang
diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Matematika (HIMATIKA), para
Dosen Jurusan Matematika melalui tim pelaksana Wamiliana, dkk. merasa
terpanggil untuk melakukan suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat
dengan bekerjasama dengan Lembaga Pengadian kepada Masyarakat
Universitas Lampung. Kegiatan yang dimaksud diberi judul “Pelatihan Guru
Pembina Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten/KotaSe-
Provinsi Lampung” yang penyelenggaraannya berlangsung pada tanggal 14
s.d. 15 Maret 2009 di Jurusan Matematika FMIPA UNILA.
9
I.2 Perumusan Masalah
Dari kondisi yang dikemukan dalam analisis situasi, permasalahan yang
dihadapi para guru di Kota Bandar Lampung adalah masih minimnya
pengetahuan mereka terhadap materi olimpiade yang harus diajarkan
kepada siswa-siswanya, sebab beberapa materi olimpiade tidak tercakup di
kurukulum SMA di Indonesia dan soal olimpiade merupakan soal yang
tidak rutin. Maka perlu adanya pelatihan guru pembina olimpiade
matematika agar mereka dapat mengantarkan siswa-siswinya berprestasi
ewakili provinsi Lampung berlaga di Olimpiade Sains Nasional (OSN)
bidang Matematika, bahkan ke tingkat Internasional (IMO).
I.3 Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksana dengan tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan dan kemahiran bagi guru pembina dalam
menganalisa dan menyelesaikan soal-soal olimpiade Matematika.
2. Para guru pembina olimpiade dapat mentransfer pengetahuan tersebut
kepada para siswa dan teman guru lain di lingkungan sekolahnya
masing-masing.
3. Untuk mempersiapkan siswa-siswa yang unggul dan berprestasi dalam
ajang olimpiade nasional maupun internasional.
I.4 Manfaat Kegiatan
Dengan dilaksanakan kegiatan ini, diharapkan akan diperoleh sebagai
berikut:
1. Terwujudnya sinergi antara pengajar Perguruan Tinggi dan Pembina
Olimpiade pada kabupaten/kota se Provinsi Lampung dalam hal
mempersiapkan siswa didik yang unggul dan mampu memberikan
kontribusi terbaik dalam ajang OSN tingkat Nasional maupun
Internasional.
2. Memperkenalkan dan memberikan konsep-konsep dasar matematika
dan strategi problem solving yang sistematis, logis dan analitis sebagai
modal dasar menuju Lampung berdaya saing OSN matematika.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Forum Pengembangan Olimpiade Matematika
Agar kinerja Direktorat Pendidikan Menengah Umum dan tim pembina lebih
efektif, kerjasama yang erat antara guru-guru SMA/MA, Dinas Pendidikan
Provinsi maupun Kabupaten/Kota dan Perguruan Tinggi merupakan
kebutuhan mendesak. Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan diharapkan
dapat membidani kebijakan dan strategi peningkatan mutu pendidikan daerah
melalui kegiatan lomba berbagai ilmu pengetahuan. Dan mampu membina
guru MIPA dan bahasa di SMA/MA di daerah masing-masing melalui
intensifikasi kegiatan MGMP dan maupun kerjasama dalam pembinaan siswa
secara langsung pada pelajaran Biologi, Fisika, Kimia, Matematika, dan
Informatika, serta Bahasa Asing.
Untuk itu juga diperlukan kolaborasi antarperguruan tinggi, Direktorat
Pendidikan Menengah Umum, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, MGMP. Dan MKKS, yang dapat dilembagakan
menjadi sebuah Forum Jaringan Kerja Pengembangan Olimpiade dan
Lomba-Lomba Keilmuan pada tahun 2003 (Depdiknas-Dikmenum, 2003).
Kemudian forum ini pada tahun 2004 berubah nama Forum Jaringan
Inovasi Pendidikan untuk Pengembangan Olimpiade dan Lomba-Lomba
Keilmuan. Forum ini secara mandiri dapat menentukan intervensi
manajemen maupun finansial sesuai dengan sumbar daya daerah masing-
masing. Kolaborasi demikian menjadi sangat penting untuk dilakukan dalam
rangka menyiapkan calon peserta olimpiade mendatang (Depdiknas-
Dikmenum, 2004).
11
Universitas Lampung telah ditunjuk oleh DIKMENUM sebagai salah satu
perguruan tinggi pembina daerah Provinsi Lampung dan Jurusan Matematika
FMIPA ditunjuk sebagai pembina bidang Matematika. Agar kolaborasi ini
dapat berjalan diperlukan kerjasama yang baik dari berbagai pihak seperti
Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Dinas Kabupaten/Kota, MGMP. Dan
MKKS se- Provinsi Lampung.
Sebagai langkah awal, kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan Forum
Jaringan Kerja Pengembangan Olimpiade dan Lomba-loma Keilmuan
khususnya bidang matematika dan penyebaranluasan informasi mengenai
olimpiade internasional di Provinsi Lampung. Forum ini akan terdiri dari
Tim Pembina Daerah Lampung yang akan bekerjasama dengan Direktorat
Menengah Umum, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota, MKKS,
dan MGMP.
2.2 Institusi dan Mekanisme Kerja
Institusi yang terlibat dalam olimpiade dan lomba-lomba bidang matematika
di antaranya adalah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Tim Pembina Olimpiade dan
lomba-lomba Bidang Matematika, Perguruan Tinggi, Dinas Pendidikan
Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, MKKS, dan MGMP.
a. Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah
Bertindak sebagai leading sector dari kegiatan pengembangan wawasan
keilmuan bagi siswa SMU pada khususnya dan siswa SLTA pada
umumnya.
12
b. Tim Pembina Olimpiade dan lomba-lomba Bidang Matematika
Tim Pembina Olimpiade dan lomba-lomba Bidang Matematika ditunjuk
dan ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, serta bertindak sebagai
Pembina Olimpiade dan lomba-lomba Bidang Matematika bagi siswa
SMU dan siswa SLTA pada umumnya.
c. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi sebagai mitra kerja Direktorat Pendidikan Menengah
Umum dalam pengembangan wawasan keilmuan melakukan kerjasama
dalam pencarian dan mengembangkan bakat dan minat siswa SMU pada
khususnya dan siswa SLTA pada umumnya serta membina calon guru dan
melatih guru yang diharapkan dapat mengembangkan wawasan keilmuan
di sekolah masing-masing.
d. Dinas Pendidikan Provinsi
Dinas Pendidikan Provinsi sebagai mitra Direktorat Pendidikan Menengah
Umum dalam pengembangan wawasan keilmuan melalui pelaksanaan
pencarian siswa-siswa (mulai dari SD, SLTP, hingga SLTA) yang
berminat dan berbakat dalam bidang Matematika, Fisika, Biologi, Kimia,
Komputer, Bahasa Asing dan bidang penelitian melalui berbagai lomba.
Dinas peniddikan Provinsi juga bekerjasama dengan Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, MKKS dan MGMP di provinsi, serta perguruan tinggi
yang ada di Provinsi.
e. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Merupakan mitra Direktorat Pendidikan Menengah Umum dalam
pengembangan wawasan keilmuan melalui pelaksanaan pencarian siswa-
siswa siswa (mulai dari SD, SLTP, hingga SLTA) yang berminat dan
berbakat dalam bidang Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Komputer,
Bahasa Asing dan bidang penelitian melalui berbagai lomba. Dinas
peniddikan Kabupaten/Kota juga bekerjasama dengan Dinas Pendidikan
Provinsi, MKKS dan MGMP di Kabupaten/Kota, serta perguruan tinggi.
13
f. Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS)
Merupakan sarana sharing information and knowledge di kalangan kepala
sekolah, dimulai dari tingkat SD, SLTP, dan SLTA khususnya SMU dan
media bagi diseminasi program pengembangan wawasan keilmuan di
kalangan siswa SMU pada khususnya dan siswa SLTA pada umumnya.
g. Musyawarah Kerja Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Merupakan sarana sharing information and knowledge di kalangan guru-
guru mulai dari SD, SLTP hingga SLTA khususnya khususnya guru-guru
mata pelajaran Matematika, dan guru Pembina Kelompok Ilmiah Remaja
di SMU serta merupakan ujung tombak bagi diseminasi program
pengembangan wawasan keilmuan, pencarian dan pembinaan bagi siswa-
siswa SD, SLTP, dan SLTA yang berbakat dan berminat pada bidang
keilmuan, khususnya siswa SMU dan siswa SLTA pada umumnya.
2.3 Tahapan Seleksi Olimpiade Matematika
Sebelum sampai ke Olimpiade Sains Nasional (OSN) Bidang Matematika
dilakukan seleksi secara bertingkat dan dilanjutkan dengan pembinaan.
Tahapan seleksi olimpiade adalah sebagai berikut (Depdiknas-Dikmenum,
2004) :
Tahap Pertama (Seleksi Tingkat Sekolah)
Sekolah diberi kesempatan melakukan proses seleksi untuk mengambil siswa
terbaiknya. Dari hasil seleksi, sekolah mengirimkan siswa terbaiknya untuk
mengikuti seleksi ke tingkat kabupaten/kota.
Tahap Kedua (Olimpiade Kabupaten/Kota)
Merupakan proses seleksi di tingkat kabupaten/kota yang diikuti oleh siswa
hasil seleksi dari setiap sekolah baik negeri maupun swasta yang ada di
kabupaten/kota. Tahap ini pelaksanaannya diadakan pada akhir bulan April.
14
Dua siswa terbaik hasil seleksi setiap sekolah dikirim ke tingkat
kabupaten/kota untuk mengikuti tes seleksi di kabupaten/kota.
Dalam tiga tahun terakhir ini, soal seleksi dipersiapkan oleh pusat, sementara
pelaksanaan (termasuk penilaian dan penentuan wakil terpilih) dilakukan
sepenuhnya oleh daerah. Penyusunan soal seleksi tingkat kabupaten/kota ini
terbuka untuk diambil alih kolaborator (Perguruan Tinggi dan Dinas). Sudah
tentu perlu dilakukan koordinasi dengan dinas pendidikan dan MGMP yang
selama ini terlibat.
Tahap Ketiga (Olimpiade Provinsi)
Merupakan seleksi di tingkat provinsi yang dilaksanakan di Kantor Dinas
Provinsi. Calon peserta seleksi merupakan hasil seleksi yang terbaik dari
setiap kabupaten/kota yang ada di wilayah provinsi dan setiap kabupaten/kota
mengirimkan siswa dengan jumlah maksimal 5 calon pada setiap olimpiade,
kecuali ada pertimbangan tertentu.
Tahap Keempat (Olimpiade Nasional)
Merupakan seleksi nasional yang diikuti oleh siswa hasil seleksi yang terbaik
dari provinsi yang telah disaring dan dipilih oleh tim yang terdiri dari unsur
perguruan tinggi dan pembina yang sesuai dengan bidang keahliannya
masing-masing.
Penyusunan soal, penilaian dan penentuan hasil seleksi dilakukan oleh pusat.
Dalam tiga tahun terakhir ini, format seleksi sudah terbakukan. Seleksi terdiri
dari dua bagian yang dilaksanakan dalam satu hari.
Penilaian dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula, penilaian dilakukan
terhadap pekerjaan bagian pertama untuk semua peserta. Penentuan peserta
yang akan diundang untuk mengikuti OSN bidang MIPA SMA dimulai
dengan menetapkan seorang peserta terbaik untuk setiap propinsi. Peserta lain
dipilih berdasarkan peringkat nasional untuk menggenapkan jumlah siswa
yang diundang menjadi 80-90 orang. Batas nilai minimal untuk diundang
dapat ditetapkan berbeda untuk kelas yang berbeda.
15
Dalam melaksanakan seleksi tingkat provinsi ditemui kendala menyangkut
waktu seleksi ketika sejumlah provinsi mengundurkan tanggl seleksi. Ini
menjadi masalah karena seluruh peserta seleksi mengerjakan soal yang sama,
sehingga terbuka kemungkinan peserta yang menjalani seleksi belakangan
memperoleh keuntungan yang tidak wajar. Untuk memberikan rangsangan
berprestasi, sedang dipertimbvangkan untuk memberikan kuota jumlah
peserta yang boleh mengikuti seleksi di tingkat propinsi. Kuota ini diberikan
berdasarkan prestasi provinsi di tahun-tahun sebelumnya. Supaya kesempatan
bagi siswa SMA masih tetap terbuka luas, perlu disisipkan suatu seleksi lagi
di antara seleksi kota/kabupaten dengan seleksi provinsi. Dengan skenario ini,
seleksi sisipan menjadi seleksi tingkat provinsi, sedangkan seleksi propinsi
sebelumnya menjadi seleksi nasional. Kemudian, pengambilalihan seleksi
kota/kabupaten oleh propinsi memungkinkan seluruh proses dimulai lebih
awal pada setiap tahunnya.
Tahap Kelima (Pembinaan Tahap Pertama)
Dari seleksi nasional akan dipilih sebanyak lebih kurang 30 siswa terbaik
untuk dibina selama lebih kurang satu bulan. 30 siswa terbaik ini mendapat
medali dengan aturan sebagai berikut.
■ Peringkat 1 – 5, mendapat medali emas
■ Peringkat 6 – 15, mendapat medali perak
■ Peringkat 16 – 30, mendapat medali perunggu
Materi pembinaan yang diberikan disesuaikan dengan materi IMO yang
mencakup materi-materi dasar dalam aljabar, geometri, kombinatorika dan
teori bilangan, khususnya yang tidak tercakup dalam kurikulum matematika
sekolah di Indonesia. Selain itu juga diberikan teknik-teknik dasar dalam
pemecahan masalah.
Tahap Keenam (Pembinaan Tahap Kedua/Pembinaan Khusus)
Dari hasil pembinaan tahap pertama akan diseleksi (dipilih) 10 s.d. 15 siswa
calon peserta yang akan dibina secara khusus selama lebih kurang 3-4
minggu. Dari pembinaan khusus akan dipilih 4 s.d. 6 peserta yang akan
16
mewakili Indonesia dalam Olimpiade Matematika Internasional (IMO).
Akhirnya siswa ini akan mendapatkan tempaan lagi sel;ama 10 hari
menjelang keberangkatan mengikuti IMO. Dalam tahap ini dilakukan
pengkondisian agar anggota tim siap menghadapi tes IMO.
Seluruh kegiatan persiapan dan pemberangkatan Tim IMO Indonesia
dilakukan di bawah kendali Direktorat Pendidikan Menengah Umum
(Dikmenum), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dikdasmen), dan Departemen Pendidikan Nasional. Aspek akademis
dikelola oleh suatu tim pembina yang pada saat ini terdiri dari :
2.4 Skema sistem seleksi dan pembinaan olimpiade bidang Matematika
(Soewono, 2004)
17
PELATIHAN IMO
IMO
TIM PEMBINA
IMOPT
SMA
Guru &Siswa
Seleksi Tingkat
Kab/Kota,Provinsi, Nasional
2.5 Karakteristik Soal Olimpiade Matematika
Orientasi soal olimpiade matematika adalah pemecahan masalah (problem
solving) dengan karakteristik :
Tidak rutin (terdapat modifikasi logika)
Memerlukan pengetahuan sekolah menengah, tetapi memerlukan
kematangan
matematika lanjut, yaitu :
Wawasan
Kecermatan
Kejelian
Kecerdikan, dan
Pengalaman
Jawaban soal olimpiade harus memuat gagasan matematika, tidak boleh
menuliskan fakta yang sudah diketahui atau manipulasi aljabar
Pada setiap tahapan seleksi olimpiade yang ingin dilihat adalah kemampuan
siswa untuk menyelesaikan masalah yang tidak rutin. Ini berarti bahwa
siswa yang akan berhasil adalah siswa yang dapat menggunakan materi yang
telah dipelejarinya di sekolah secara kreatif untuk menyelesaikan soal-soal
yang diberikan. Untuk itu penilai akan melihat bagaimana siswa menangani
soal yang diberikan dan bagaimana pula siswa menyajikan penyelesaian soal.
2.6 Materi Olimpiade Matematika
1. Kisi-Kisi
Soal seleksi olimpiade matematika baik dari tingkat kabupaten/kota, provinsi
dan nasional disesuaikan dengan soal-soal Olimpiade Tingkat Internasional
(IMO), yang dikelompokkan dalam 4 (empat) bidang (Soewono, 2005) :
Aljabar (Algebra)
Sistem persamaan non linear
Persamaan fungsi
Pertidaksamaan
18
Geometri (Geometry)
Geometri bidang (segitiga, lingkaran, segibanyak)
Kongruensi dan kolinearitas
Teorema: Euler, Ptolemy, Ceva dan Menelaus
Kombinatorik (Combinatorics)
Teori yang digunakan untuk menyelesaian masalah :
Permutasi
Kombinasi
Basic Counting Principles
Konsep Pigeonhole (Pigeonhole Principle)
Prinsip Inklusi dan Eksklusi
Teori Bilangan (Number Theory)
Keterbagian Bilangan bulat
Relasi Kongruensi Modulo m (Congruence Relation Modulo m)
Teorema Fermat dan Euler
Fungsi Bilangan Bulat Terbesar
Fungsi Aritmatika
2. Distribusi Soal
a. Olimpiade Internasional (IMO)
Soal olimpiade dipilih oleh dewan juri dan berasal dari soal-soal yang
diusulkan oleh negara-negara peserta.
Dewan juri terdiri dari :
Pemimpin (leader) semua negara
Juri eksekutif dari negara tuan rumah
Dilaksanakan 2 hari, setiap hari 3 soal dengan rincian
19
1. Hari pertama, terdapat tiga soal (waktu 4.5 jam)
1. Soal mudah, nilai maksimum 7
2. Soal sedang, nilai maksimum 7
3. Soal sukar, nilai maksimum 7
2. Hari kedua, terdapat tiga soal (waktu 4.5 jam)
1. Soal mudah, nilai maksimum 7
2. Soal sedang, nilai maksimum 7
3. Soal sukar, nilai maksimum 7
Sehingga setiap peserta maksimum mendapatkan nilai 42.
Karena setiap negara maksimum megirimkan 6 peserta, maka setiap negra
maksimum mendapatkan nilai 252.
b. Olimpiade Sains Matematika Tingkat Nasional
Dilaksanakan selama dua hari,
1. Hari Pertama : Terdiri dari 4 soal, yang terdiri dari soal teori bilangan,
geometri, aljabar dan kombinatorik (masing-masing 1 soal) dan waktu
mengerjakan 3 jam.
2. Hari Kedua : Terdiri dari 4 soal (lebih sulit dari hari pertama), yang
terdiri dari soal teori bilangan, geometri, aljabar dan kombinatorik
(masing-masing 1 soal) dan waktu mengerjakan 3 jam.
c. Seleksi Peserta Olimpiade Tingkat Provinsi
Soal terdiri dari dua bagian :
20 soal isian singkat dengan waktu 90 menit, setiap jawaban yang benar
diberikan nilai 1. Hasil nilai pada bagian pertama ini menentukan untuk
dapat dikoreksi pada bagian kedua, yaitu nilai pada bagian pertama
minimal 7 baru dapat masuk ke tahap soal kedua.
5 soal uraian dengan waktu 120 menit, setiap soal yang benar diberikan
nilai 7.
20
d. Seleksi Peserta Olimpiade Tingkat Tingkat Kabupaten/Kota
Soal terdiri dari 20 soal dan dikerjakan dalam waktu 120 menit, meliputi
10 pilihan ganda (1 soal maksimum diberi nilai 6, minimum 1 (soal tanpa
jawaban) dan 10 soal isian singkat (setiap soal maksimum diberi nilai 9).
2.7 Evaluasi Tim IMO Pusat
Berikut ini akan diberikan catatan penting berupa evaluasi oleh tim IMO pusat.
Dari pengalaman mengikuti IMO, tampak bahwa siswa Indonesia pada
dasarnya memiliki kemampuan untuk berkompetisi matematika pada tingkat
tinggi. Sekalipun demikian, untuk berprestasi baik mereka terhambat oleh
sejumlah kelemahan. Kelemahan pertama menyangkut kemampuan kerja
matematika. Dalam kategori ini, yang paling terasa adalah kekurangmampuan
siswa kita mengemukanan jawaban secara baik (sistematis, argumentatif,
jelas), meskipun mereka mendapatkan jawabannya. Dapat diduga bahwa
kelemahan ini merupakan cermin dari pengajaran matematika sekolah di
Indonesia dan merupakan dampak dari perhatian yang keliru terhadap UMPTN
atau SPMB (Ahmad Muchlis, 2004).
Kelemahan kedua menyangkut sikap dan kebiasaan. Sikap skeptis yang
mencerminkan kebutuhan akan pembuktian jarang tampak pada siswa kita.
Siswa kita tidak terbiasa untuk memeriksa secara teliti kebenaran hasil yang
mereka peroleh. Kelemahan lain terkait dengan materi IMO. Cakupan soal
IMO ummumnya lebih luas dari pada kurikulum kita. Selain materi yang tidak
tercakup dalam kurikulum, untuk dapat menyelesaikan soal IMO dibutuhkan
pemahaman konseptual yang baik. Hal terakhir ini tidak memperoleh perhatian
yang cukup dalam kurikulum kita.
Kemampuan yang dibutuhkan tersebut sebetulnya dapat ditumbuhkan melalui
pembiasaan. Siswa potensial perlu membiasakan diri untuk memberikan
argumentasi terhadap hasil yang diperoleh, untuk tidak segera puas dengan
jawaban berupa dugaan. Untuk dapat menumbuhkan kebiasaan demikian,
21
siswa perlu terbiasa dengan usaha untuk memperoleh pemahaman mendalam
terhadap konsep-konsep matematika, bukan skadar mampu menghitung.
Uraian di atas membawa kita kepada kelemahan lain pada siswa kita,
kelemahan yang bersifat bukan-matematika. Pertama, soal motivasi. Untuk
dapat mewujudkan tuntutan-tuntutan di atas, siswa perlu memiliki motivasi
yang cukup. Mengapa saya perlu memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut, padahal
tanpa itu saya bisa diterima di perguruan tinggi terkemuka ? Begitu mungkin
siswa akan bertanya. Kompetisi matematika dapat memberikan jawaban, tetapi
hanya sebagian. Pada tingkat tinggi, penghargaan dari luar diri (external
reward) tidak cukup. Seorang juara memerlukan internal reward; dalam
konteks kita ini mencakup kepuasan dapat menyelesaikan soal yang sukar.
Motivasi yang tumbuh karena kebutuhan akan internal reward ini akan
mendorong siswa untuk berani mengambil inisiatif. Tertalu jauh juga kita
untuk berharap agar mereka dapat menutupi kelemahan-kelemahan tersebut
atas usaha sendiri. Kesempatan perlu disediakan guru, oleh guru, sekolah,
birokrasi pendidikan, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan
peningkatan mutu pendidikan.
22
III. METODE PENGABDIAN
Dalam pelaksanaan pelatihan ini, metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Metode curah-pendapat (sharing opinion)
Pada metode ini, peserta yang merupakan pembina olimpiade yang berasal
dari kabupaten/kota se Provinsi Lampung diminta pendapatnya tentang
kendala-kendala yang dialami oleh para pembina maupun siswa dalam
mempersiapkan diri mengikuti olimpiade matematika. Pada sesi ini digagas
tentang kerangka pemecahan masalah dan strategi penyelesaian soal-soal
olimpiade secara umum.
2. Metode Ceramah
Pada metode ini, nara sumber secara bergantian menyampai konsep-konsep
dasar penyelesaian soal-soal olimpiade. Materi olimpiade yang disampaikan
meleputi: Teori bilangan, kombinatorik, aljabar dan geometri.
3. Metode Simulasi Pemecahan Masalah (problem solving)
Melalui metode ini, para peserta diberikan waktu untuk menyelesaikan soal-
soal sesuai dengan materi yang telah disampaikan. Diakhir sesi, nara sumber
membahas soal-soal yang telah dikerjakan peserta dan peserta memeriksa
jawaban mereka.
4. Metode Diskusi
Dalam metode ini, para peserta diberikan kesempatan untuk menyampaikan
pertanya-pertanyaan mengenai soal-soal olimpiade yang belum dipecahkan
dan mendiskusikannya bersama nara sumber.
23
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN
IV.1 Rangkaian Kegiatan
Kegiatan pelatihan guru pembina olimpiade matematika ini dilaksanakan di
jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung, pada tanggal 14-15 Maret
2009. Kegiatan ini merupakan bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat yang
dilaksanakan oleh dosen Jurusan Matematika FMIPA UNILA. Rangkaian
kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :
1. Mempersiapkan materi yang berkenaan dengan Teori Bilangan,
Kombinatorika, Aljabar, dan Geometri. Materi dan jadwal disampaikan
pada saat pelatihan dimulai. Isi materi telah dipersiapkan jauh sebelum
pelatihan dimulai yang ruang lingkupnya berdasarkan hasil survey dan
jawaban kuesioner yang telah dikembalikan. Ini dimaksudkan agar
kegiatan lebih terarah pada persoalan yang dihadapi oleh peserta dan
tujuan yang ingin dicapai penyelenggara.
2. Setelah pembukaan pelatihan, dilakukan curah-pendapat (sharing opinion)
kepada para peserta terkait tentang kendala dan hambatan yang dirasakan
dalam membina olimpiade kepada siswa. Selain itu juga digali sejauhmana
penguasaan peserta terhadap soal-soal olimpiade. Hasil dari curah
pendapat ini juga sebagai bahan perbandingan bagi seluruh peserta yang
berasal dari kabupaten/kota se Provinsi Lampung.
3. Penyampaian materi oleh nara sumber dalam bentuk ceramah, diskusi dan
latihan soal olimpiade. Adapun penyajian materi dibagi dalam 4 session
sebagai berikut :
Pada session pertama Teori Bilangan. Pada session ini ada sebagian
peserta yang sudah menguasai dasar-dasar Teori Bilangan, tetapi untuk
materi lanjutan sebagian besar guru belum menguasai.
Pada session kedua, materi yang disampaikan Kombinatorika. Pada
session ini ada sebagian peserta yang sudah menguasai dasar-dasar
materi Kombinatorika.
24
Pada session ketiga Aljabar. Pada session ini ada sebagian peserta besar
peserta belum menguasai materi persamaan fungsional.
Pada session keempat, materi yang disampaikan Geometri. Pada session
ini hampir semua peserta belum menguasai materi dengan baik dan
benar.
4.2 Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan diselenggarakan sesuai jadwal yang telah disusun yaitu :
Hari dan Tanggal
Waktu Acara Nara Sumber
Sabtu,
14 Maret 2009
07.15 – 08.00
08.00 – 09.00
09.00 – 09.15
09.15 – 11.45
11.45 – 13.00
13.00 – 14.30
14.30 – 16.00
16.00 - 16.15
16.15 – 17.45
Check in peserta dan Pembukaan
Sharing Opinion
“Strategi Olimpiade Matematika”
Rehat
Teori Bilangan
Ishoma
Kombinatorika
Aljabar
Rehat
Geometri
Panitia
Wamiliana, Ph.D.
Panitia
Amanto, S.Si., M.Si.
Panitia
Rudi Ruswandi, M.Si.
Noti Ragayu, M.Si.
Panitia
Subian Saidi, S.Si.
Minggu,
15 Maret 2009
07.30 – 09.00
09.00 – 09.15
09.15 – 10.45
10.45 – 12.15
12.15 – 13.15
13.15 – 15.45
15.45 – 16.00
16.00 – 17.00
17.00 – 17.30
Problem Solving soal olimpiade
Rehat
Teori Bilangan
Kombinatorika
Ishoma
Aljabar
Geometri
Diskusi/tanya jawab
Penutupan
Subian Saidi, S.Si.
Panitia
Amanto, S.Si., M.si.
Wamiliana, Ph.D.
Panitia
Noti Ragayu, M.Si.
Rudi Ruswandi, M.Si.
Amanto, S.Si., M.si.
Panitia
25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Yang Diperoleh
Hasil yang diperoleh dalam kegiatan Pelatihan Guru Pembina Olimpiade
Matematika Tingkat SMU kabupaten/kota se Provinsi Lampung diperoleh
informasi sebagai berikut :
1. Perhatian peserta sangat baik terhadap jalannya kegiatan hal ini ditandai
dengan rasa antusias mereka pada saat pelatihan. Pertanyaan yang
disampaikan nara sumber direspon dengan baik walaupun tidak semua
pertanyaan dijawab dengan jawaban bernilai benar.
2. Penyampaian strategi pembinaan olimpiade Matematika sangat penting,
sebab olimpiade Matematika merupakan ajang kompetisi. Soal olimpiade
merupakan soal tidak rutin, sehingga dalam pengerjaannya diperlukan
strategi yang khusus juga.
3. Dari hasil simulasi penyelesaian soal-soal olimpiade yang diberikan,
menunjukkan sebagian besar guru belum terbiasa mengerjakan soal
olimpiade, hal ini karena soal olimpiade tidak mudah dan mungkin
penghargaan (reward) kepada guru dan siswa yang menekuni olimpiade
masih kurang.
4. Materi Teori bilangan termasuk materi yang lebih mudah dibandingkan
dengan materi lainnya. Sedangkan materi Geometri merupakan materi
yang paling sulit dirasakan oleh guru dan siswa. Tetapi dalam
penyampaian materi dilakukan secara merata, karena bobot penilaian
maupun distribusi soal terhadap keempat bidang, yaitu Teori Bilangan,
Kombinatorika, Aljabar dan Geometri adalah sama.
26
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan yang diperoleh seperti tersebut di atas
ada beberapa hal yang perlu dijelaskan sebagai berikut :
Jika dilihat dari kondisi awal kita dapat jelas bahwa ada sebagian besar
peserta belum memahami tentang strategi pembinaan olimpiade khususnya
kepada siswa didik masing-masing. Hal ini tercermin begitu banyaknya
permasalahan yang disampaikan oleh peserta tentang kendala-kendala dalam
membina olimpiade, mulai dari SDM, sarana prasarana maupun finansial.
Hasil simulasi yang telah diberikan juga menunjukkan bahwa kemampuan
setiap peserta sangat beragam dan masih jauh dari hasil yang menjanjian.
Setelah dilakukan pelatihan intensif (tatap muka) selama 2 hari, hasil yang
diperoleh cukup membanggakan. Hasil yang memuaskan ini dilihat dari
begitu antusiasnya peserta mengikuti pelatihan dan begitu banyaknya
perminta agar UNILA khususnya jurusan matematika bersedia memberikan
pembinaan secara intensif kepada para peserta. Peningkatan yang memuaskan
juga dapat dilihat dari penyampaian materi dan pembahasan soal-soal
olimpiade dapat cerna dengan baik oleh para peserta.
27
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian yang dikemukakan dalam bab sebelumnya, dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal 14 s.d. 15 Maret 2009
bertempat di Jurusan Matematika Universitas Lampung berjalan tertib dan
aman.
2. Semua peserta menyatakan mereka merasa terbantu dengan adanya
pelatihan olimpiade Matematika.
3. Secara umum penyelenggara kegiatan pelatihan ini memperoleh sambutan
yang sangat antusias, baik ketika pelaksanaan survei berupa wawancara
dan pertemuan langsung dengan guru dan siswa (ketika diadakan
olimpiade Matematika oleh Himpunan Mahasiswa Matematika yang
dilaksanakan secara rutin setiap bulan Maret) maupun ketika kegiatan
berlangsung. Oleh karena itu hasil kegiatan pelatihan ini memberi hasil
yang “sangat baik”.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan ini dan dengan memperhatikan saran
dan tanggapan dari para peserta pelatihan maka ada sejumlah saran yang
dapat dikemukakan, sebagai berikut :
1. Kegiatan ini dirasakan peserta sangat bermanfaat dalam rangka
mempersiapkan siswa-siswa dari Provinsi Lampung, khususnya untuk
setiap kabupaten/kota menghadapi serangkaian tahapan seleksi olimpiade
Matematika yang akan dilaksanakan pada bulan April (Olimpiade
Kabupaten/Kota), Juni (Olimpiade Tingkat Provinsi) dan pada bulan
28
September 2008 (Olimpiade Nasional). Oleh karena itu disarankan agar
kiranya Unila dapat mengambil sikap proaktif untuk menindak lanjuti
hasil kegiatan ini dengan cara melakukan kegiatan yang sama untuk
sekolah-sekolah lain baik yang ada di lingkup kota Bandar Lampung
bahkan sampai ke kabupaten-kebupaten yang ada di propinsi Lampung.
2. Mengingat keterbatasan dana yang dimiliki Lembaga Pengabdian Kepada
Masyarakat Unila, maka unila perlu menjamin kerjasama konkrit dengan
pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupun
Provinsi dalam menyelenggarakan kegiatan serupa/sejenis.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad Muchlis, 2003. Partisipasi Indonesia Dalam Olimpiade Matematika Internasional. Disampaikan pada Sosialisasi Forum Jaringan Kerja Pengembangan Olimpiade dan Lomba-Lomba Bidang Keilmuan Matematika. Jurusan Matematika FMIPA Unila. Bandar Lampung.
2. Ahmad Muchlis, 2004. Olimpiade Sainsi Nasional : Matematika SMA. Makalah disampaikan pada pertemuan Forum Jaringan Inovasi Pendidikan untuk Pengembangan Olimpiade dan Lomba-Lomba Keilmuan.
3. Depdikbud. 1996. Pedoman Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat oleh Perguruan Tinggi, Jakarta : Dirjen Dikti.
4. Depdiknas-Dikmenum, 2003. Petunjuk Pelaksanaan Forum Jaringan Kerja Pengembangan Olimpiade dan Lomba-Lomba Keilmuan Tahun 2003. Dep Diknas Dikmenum Bagian Proyek Pengembangan Wawasan Keilmuan. Jakarta.
5. Depdiknas-Dikmenum, 2004. Panduan Pelaksanaan Forum Jaringan Inovasi Pendidikan untuk Pengembangan Olimpiade dan Lomba-Lomba Keilmuan . Dep Diknas Dikmenum Bagian Proyek Pengembangan Wawasan Keilmuan. Jakarta.
6. Soewono, 2004. Harapan dan Kenyataan Prestasi Olimpiade Matematika. Disampaikan pada Pertemuan Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi Se-Indonesia. Jakarta.
6. Soewono, 2005. Sumbang Saran Pemikiran Mengenai : Bagaimana Mengajarkan Matematika Kepada Murid-Murid Agar Menyenangkan. Disampaikan kepada Simposium Guru Pendamping Siswa Peserta Olimpiade Sains V Bidang Matematika 2005. Jakarta.
30
LAMPIRAN
31