LAPORAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA … file · Web viewPraktik mengajar dengan pendekatan...
Transcript of LAPORAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA … file · Web viewPraktik mengajar dengan pendekatan...
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN PENDEKATAN REALISTIK (PMRI)
DI KELAS VIII SMP KUSUMA BANGSA PALEMBANG
OLEH:
THERESIA ISPUJIATI
DOSEN PENGAMPU :
PROF. DR. ZULKARDI, M.I.KOM., M.SC.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Tujuan Penelitian...............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik.................
2.2 Karakteristik PMRI...........................................................................
2.3 Standar Pembelajaran PMRI……………………………………....
2.4 Standar Bahan Ajar PMRI………………………………………….
2.5 Standar Guru PMRI…………………………………………………
BAB III PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
3.1 Kegiatan awal...................................................................................
3.2 Kegiatan inti.....................................................................................
3.3 Kegiatan akhir...................................................................................
3.4 Evaluasi............................................................................................
BAB IV PENUTUP.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Di sekolah-sekolah tingkat pendidikan dasar pembelajaran matematika banyak
diberikan dengan cara diberikan dengan menjelaskan langkah-langkah dalam
menghitung. Guru menyajikan materi dengan memberikan contoh-contoh bagaimana
mengerjakan suatu soal secara jelas dan rinci. Kemudian, siswa diminta mengerjakan
soal-soal latihan yang sudah tersaji dengan jelas dan jawabannya pun sudah pasti.
Pembelajaran didesain dengan menekankan pada pengerjaan soal secara drill dan
practice. Dengan kata lain pembelajar/siswa dilatih mengerjakan soal-soal sejenis
secara berulang-ulang sampai mereka dapat menggunakan prosedur, alogaritma, dan
rumus secara otomatis layaknya mesin. Pandangan ini didukung dengan sistem Ujian
Nasional (UN) dengan bentuk soal pilihan ganda. Hal ini membuat matematika menjadi
pembelajaran yang kurang bermakna.
Salah satu upaya yang ditempuh dalam memperbaharui proses pembelajaran
matematika yang kurang bermakan di kelas adalah dengan menggunakan pendekatan
realistik. Pendidikan realistik yang di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) merupakan pendidikan matematika yang di adaptasi dari
Realistic Mathematics Education (RME) yang berasal dari Belanda. Pemikiran dasar
RME ini bertumpu pada realita dalam kehidupan keseharian dan PMRI telah
diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi dan kehidupan masyarakat Indonesia
umumnya.
Pada Program studi Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
Universitas Sriwijaya, PMRI menjadi salah satu mata kuliah yang diajarkan semester
dua. Diharapkan para mahasiswa dapat menerapkan PMRI ini apabila mereka mengajar
nantinya. Pada proses perkuliahannya, mata kuliah PMRI ini tidak hanya diberikan
dalam bentuk teori tetapi mahasiswa diajak untuk mempraktikan teori-teori PMRI
dalam proses pembelajaran di kelas.
Praktik mengajar dengan pendekatan Realistik ini dilaksanakan di SMP Kusuma
Bangsa Palembang kelas VIII. Kelas yang diajarkan adalah kelas VIII C dengan jumlah
siswa sebanyak 30 orang. Materi yang dipilih adalah Jaring-Jaring Balok dan Luas
Balok
1.2 Tujuan Penelitian
Pada Program studi Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
Universitas Sriwijaya, PMRI menjadi salah satu mata kuliah yang diajarkan semester
dua. Diharapkan para mahasiswa dapat menerapkan PMRI ini apabila mereka mengajar
nantinya. Pada proses perkuliahannya, mata kuliah PMRI ini tidak hanya diberikan
dalam bentuk teori tetapi mahasiswa diajak untuk mempraktikan teori-teori PMRI
dalam proses pembelajaran di kelas.
Tujuan Penelitian : Mengamati apakah siswa dapat menjelaskan keterkaitan
antarkonsep yaitu jaring-jaring balok dan menemukan kembali konsep luas balok dan
mengaplikasikan konsep secara tepat dalam menentukan luas balok melalui
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik.
Penelitian dilakukan melalui praktik mengajar dengan Pendekatan Realistik
yang dilaksanakan di SMP Kusuma Bangsa Palembang kelas VIII. Kelas yang diajarkan
adalah kelas VIII C dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang. Materi yang dipilih adalah
Jaring-Jaring Balok dan Luas Balok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik
Menurut Zamroni (2000) dalam Hadi (2003) paradigma baru pendidikan
menekankan bahwa proses pendidikan formal sistem persekolahan harus memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1) Pendidikan lebih menekankan pada proses pembelajaran (learning) daripada
mengajar (teaching);
2) Pendidikan diorganisir dalam suatu struktur yang fleksibel;
3) Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki
karakteristik khusus dan mandiri; dan
4) Pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi
dengan lingkungan.
Sehubungan dengan pendapat tentang pradigma pendidikan baru tersebut, dapat
disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus senantiasa diaktifkan
dalam menggali pengetahuannya, pendidikan saat ini harus mengikuti perkembangan
zamannya, dalam pendidikan perlunya penyesuaian dengan kemampuan yang dimiliki
anak, dan pendidikan hendaknya tidak semata-mata terjadi di kelas saja.
Selanjutnya dalam Sutarto Hadi (2003) bahwa PMRI mempunyai konsep
tentang siswa, peran guru, dan proses pengajaran yang membedakan dengan pendekatan
belajaran lainnya.
Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar
dalam pendidikan matematika. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan
dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini
mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus
dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti
matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan
untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa
(Gravemeijer, 1994). Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan
persoalan-persoalan “realistik”. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu
pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar,
2000). Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan
informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi.
Dua jenis matematisasi diformulasikan oleh Treffers (1991), yaitu
matematisasi horisontal dan vertikal. Contoh matematisasi horisontal adalah
pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasi masalah dalam cara-cara yang
berbeda, dan pentransformasian masalah dunia real ke masalah matematik. Contoh
matematisasi vertikal adalah representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan
dan penyesuaian model matematik, penggunaan model-model yang berbeda, dan
penggeneralisasian. Kedua jenis matematisasi ini mendapat perhatian seimbang,
karena kedua matematisasi ini mempunyai nilai sama (Van den Heuvel-Panhuizen,
2000) .
Berdasarkan matematisasi horisontal dan vertikal, pendekatan dalam
pendidikan matematika dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu mekanistik,
emperistik, strukturalistik, dan realistik.
Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisional dan didasarkan pada
apa yang diketahui dari pengalaman sendiri (diawali dari yang sederhana ke yang lebih
kompleks). Dalam pendekatan ini manusia dianggap sebagai mesin. Kedua jenis
matematisasi tidak digunakan.
Pendekatan emperistik adalah suatu pendekatan dimana konsep-konsep
matematika tidak diajarkan, dan diharapkan siswa dapat menemukan melalui
matematisasi horisontal. Pendekatan strukturalistik merupakan pendekatan yang
menggunakan sistem formal, misalnya pengajaran penjumlahan cara panjang perlu
didahului dengan nilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui matematisasi
vertikal. Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah
realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horisontal
dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep
matematika.
2.2 Karakteristik PMRI
Karakteristik PMRI adalah menggunakan: konteks “dunia nyata”, model-
model, produksi dan konstruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan (intertwinment)
1. Menggunakan Konteks “Dunia Nyata”
Dalam PMRI pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (“dunia
nyata”),sehingga memungkinkan mereka menggunakan pengalaman sebelumnya secara
langsung. Proses penyarian (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan
oleh De Lange (1987) sebagai matematisasi konseptual. Melalui abstraksi dan
formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian, siswa
dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata
(applied mathematization). Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-konsep
matematika dengan pengalaman anak sehari-hari perlu diperhatikan matematisasi
pengalaman sehari-hari (mathematization of everyday experience) dan penerapan
matematikan dalam sehari-hari.
2. Menggunakan Model-Model (Matematisasi)
Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang
dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Peran self developed models
merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika
informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri dalam
menyelesaikan masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat dengan dunia nyata
siswa. Generalisasi dan formalisasi model tersebut akan berubah menjadi model-of
masalah tersebut. Melalui penalaran matematik model-of akan bergeser menjadi model-
for masalah yang sejenis. Pada akhirnya, akan menjadi model matematika formal.
3. Menggunakan Produksi dan Konstruksi
Streefland (1991) menekankan bahwa dengan pembuatan “produksi bebas”
siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting
dalam proses belajar. Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan
masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaran
lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika formal.
4. Menggunakan Interaktif
Interaksi antarsiswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam PMRI.
Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan,
pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai
bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.
5. Menggunakan Keterkaitan (Intertwinment)
Dalam PMRI pengintegrasian unit-unit matematika adalah esensial. Jika dalam
pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan
berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya
diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmetika, aljabar, atau
geometri tetapi juga bidang lain.
Van den Heuvel-Panhuizen (1996) dalam Marpaung, merumuskan prinsip PMRI
sebagai berikut:
a. Prinsip aktivitas, yaitu bahwa matematika adalah aktivitas manusia. Si pembelajar
harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika. Si
pembelajar bukan insan yang pasif menerima apa yang disampaikan oleh guru,
tetapi aktif secara fisik teristimewa secara mental mengolah dan menganalisis
informasi, mengkontruksi pemgetahuan matematika.
b. Prinsip realitas, yaitu pembelajaran seyogiyanya dimulai dengan masalah-masalah
yang realistik bagi siswa, yaitu dapat dibayangkan oleh siswa. Masalah yang
realistik lebih menarik bagi siswa dan masalah-masalah matematis formal tanpa
makna. Jika pembelajaran dimulai dengan masalah yang bermakna bagi mereka,
siswa akan tertarik untuk belajar. Secara gradual siswa kemudian dibimbing ke
masalah-masalah matematis formal.
c. Prinsip berjenjang, artinya dalam belajar matematika siswa melewati berbagai
jenjang pemahaman, yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah
kontekstual atau realistik secara informal, melalui skematisasi memperoleh insight
tentang hal-hal yang mendasar sampai mampu menemukan solusi suatu masalah
matematis secara formal. Model bertindak sebagai jembatan antara yang informal
dan yang formal. Model yang semula merupakan model suatu situasi berubah
melalui abstraksi dan generalisasi menjadi model untuk semua masalah lain yang
ekuivalen.
d. Prinsip jalinan, artinya berbagai aspek atau topik dalam matematika jangan
dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin satu
sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu secara
lebih baik. Konsep matematika adalah relasi-relasi. Secara psikologis hal-hal yang
berkaitan akan lebih mudah dipahami dan dipanggil kembali dari ingatan jangka
panjang daripada hal-hal yang terpisah tanpa kaitan satu sama lain.
e. Prinsip interaksi, yaitu matematika dipandang sebagai aktivitas sosial. Kepada
siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan strateginya
menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain untuk ditanggapi, dan menyimak
apa yang ditemukan orang lain dan strateginya menemukan hal itu serta
menanggapinya. Melalui diskusi, pemahaman siswa tentang suatu masalah atau
konsep menjadi lebih mendalam dan siswa terdorong untuk melakukan refleksi
yang memungkinkan dia menemukan insight untuk memperbaiki strateginya atau
menemukan solusi suatu masalah.
f. Prinsip bimbingan, yaitu siswa perlu diberikan kesempatan ‘terbimbing’ untuk
“menemukan kembali (re-invent)” pengetahuan matematika. Guru menciptakan
kondisi belajar yang memungkinkan siswa mengkonstruk pengetahuan matematika
mereka, bukan mentransfer pengetahuan ke pikiran siswa. Guru perlu mengetahui
karakteristik setiap siswanya, agar dia lebih mudah memantu mereka dalam proses
pengkonstruksian pengetahuan.
Selanjutnya Marpaung (1995) menyebutkan bahwa dalam karakteristik PMRI
perlu adanya unsur-unsur yang mendukung terlaksananya pembelajaran dengan
pendekatan PMRI di sekolah-sekolah. Unsur-unsur pendekatan yang dimaksud, yakni
pendekatan SANI, yaitu santun, terbuka, dan komunikatif sebagai salah satu
karakteristik PMRI.
Berdasarkan hasil penelitian Marpaung (1995), pendekatan SANI ini dapat merubah
persepsi siswa tentang matematika dari hal yang menakutkan menjadi tidak
menakutkan. Jika siswa dapat didorong (dimotivasi) untuk berani mengajukan pendapat,
menyampaikan gagasan atau ide dan dihargai pendapatnya (termasuk walaupun yang
dikatakan salah) dan dikembangkan rasa percaya dirinya, maka peluang mereka mau
mempelajari matematika akan meningkat.
Marpaung (1995) merumuskan karakteristik PMRI sebagai berikut:
1) Murid aktif, guru aktif (matematika sebagai aktivitas manusia);
2) Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah
kontekstual/realistik;
3) Guru memberi kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cara sendiri;
4) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan;
5) Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau besar);
6) Pembelajaran tidak selalu di kelas (bisa di luar kelas, duduk di lantai, pegi ke luar
sekolah untuk mengamati atau mengumpulkan data);
7) Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi, baik antara siswa dan siswa,
juga antara siswa dan guru;
8) Siswa bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan struktur kognitifnya
sewaktu menyelesaikan suatu masalah (menggunakan model);
9) Guru bertindak sebagai fasilitator (Tut Wuri Handayani);
10) Kalau siswa membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah jangan dimarahi
tetapi dibantu melalui pertanyaan-pertanyaan (SANI dan menghargai pendapat
siswa).
2.3 Standar Pembelajaran PMRI
1. Pembelajaran materi baru diawali dengan masalah realistik sehingga siswa dapat
mulai berpikir dan bekerja.
2. Pembelajaran memberi kesempatan pada siswa untuk mengeksplorasi masalah yang
diberikan guru dan bertukar pendapat sehingga siswa dapat saling belajar dan
meningkatkan pemahaman konsep.
3. Pembelajaran mengaitkan berbagai konsep matematika untuk membuat pembelajaran
lebih efisien.
4. Pembelajaran mengaitkan berbagai konsep matematika untuk memberi kesempatan
bagi siswa belajar matematika secara utuh, yaitu menyadari bahwa konsep- konsep
dalam matematika saling berkaitan.
5. Pembelajaran materi diakhiri dengan proses konfirmasi untuk menyimpulkan konsep
matematika yang telah dipelajari dan dilanjutkan dengan latihan untuk memperkuat
pemahaman.
2.4 Standar Bahan Ajar PMRI1. Bahan ajar menggunakan permasalahan realistik untuk memotivasi siswa dan
membantu siswa dalam memahami konsep matematika.
2. Bahan ajar mengaitkan berbagai konsep matematika untuk memberi kesempatan bagi
siswa belajar matematika secara utuh, yaitu menyadari bahwa konsep- konsep dalam
matematika saling berkaitan.
3. Bahan ajar memuat materi pengayaan dan remidi untuk mengakomodasi perbedaan
cara berpikir siswa.
4. Bahan ajar memuat petunjuk tentang kegiatan yang memotivasi siswa menjadi lebih
kreatif dan inovatif dalam mengembangkan strategi.
5. Bahan ajar memuat petunjuk tentang aktivitas yang mengembangkan interaksi dan
kerja sama antar siswa
2.5 Standar Guru PMRI
1. Guru memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang PMRI dan
dapat menerapkannya dalam pembelajaran matematika untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif.
2. Guru mendampingi siswa dalam berpikir, berdiskusi, dan bernegosiasi untuk
mendorong inisiatif dan kreativitas siswa.
3. Guru mendampingi dan mendorong siswa agar berani mengungkapkan gagasan dan
menemukan strategi pemecahan masalah menurut mereka sendiri.
4. Guru mengelola kerja sama dan diskusi siswa dalam kelompok atau kelas sehingga
siswa dapat saling belajar.
5. Guru bersama siswa menyimpulkan konsep matematika melalui proses refleksi dan
konfirmasi.
BAB III
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kegiatan dilaksanakan di SMP Kusuma Bangsa Jalan Residen H. Abdul Rozak
Palembang. Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik dilaksanakan di
kelas VIII C yang terdiri dari 30 orang siswa pada tanggal 11 Mei 2009. Materi yang
dipilih adalah Jaring – Jaring Balok dan Luas Balok.
3.1 Kegiatan Awal (15 menit)
a. Melakukan apersepsi dengan menyampaikan tujuan pembelajar,kemudian
guru memperlihatkan kotak ,dengan tanya jawab diajukan pertanyan
1. Kotak berbentuk apa?
2. Apa manfaat kotak bekas?
3. Bagaimana cara menggunakan kotak bekas supaya bisa dimanfaatkan?
4. Berapa ukuran kotak ini?
5. Apa bentuk sisi depan kotak ini?
6. Luas sisi bagian depan kotak?
Gambar 1. Guru memberikan apersepsi dengan menggunakan kotak bekas fotokopi
b. Memberikan motivasi: Siswa diminta mengumpulkan kotak makanan yang
mereka bawa, kemudian guru menjelaskan bahwa kotak makanan yang berbentuk balok
banyak dijumpai , bagaimana cara pembuatannya dan berapa ukuran bahan yang akan
dibuat untuk membuat kotak makanan akan dipelajari dalam materi ini.
Gambar 2. kotak makanan
c. Guru menginformasikan pengelompokan siswa. Setiap kelompok terdiri dari 5
siswa
3.2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Siswa duduk dalam satu kelompok, kemudian guru membagikan LKS tentang
konteks bagaimana siswa membuat kotak berbentuk balok dengan menggunakan karton
dan siswa mengukur luas ukuran karton yang digunakan. Guru mengamati kerja siswa
Gambar 3 Siswa merancang pembuatan kota
b. Siswa mengeksplorasi masalah yang diberikan guru dan bertukar pendapat
sehingga siswa dapat saling belajar dan meningkatkan pemahaman konsep tentang
balok. Siswa mengaitkan berbagai konsep matematika yaitu luas persegipanjang ,
penjumlahan, sifat penjumlahan, aljabar untuk memberi kesempatan bagi siswa belajar
matematika secara utuh, yaitu menyadari bahwa konsep- konsep dalam matematika
saling berkaitan
c. Guru mendampingi siswa dalam berpikir, berdiskusi, dan bernegosiasi untuk
mendorong inisiatif dan kreativitas siswa.
d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil dari kelompok, yaitu : jaring-jaring
balok , kotak yang dihasilkan ,ukuran luas karton yang diperlukan untuk membuat kotak
tersebut. Siswa merumuskan luas balok
Gambar 4. Siswa memperlihatkan kerja kelompok
c.Guru memfasilitasi dan memberikan penegasan pada hasil diskusi antar
kelompok.
3.3 Kegiatan penutup (15 menit)
a. Guru memberikan penegasan diakhiri dengan proses konfirmasi untuk
menyimpulkan konsep matematika yang telah dipelajari
b. Latihan untuk memperkuat pemahaman
3.4 Evaluasi
Selama pembelajaran beberapa hal yang terjadi adalah:
1. Pembelajaran materi baru diawali dengan masalah realistik sehingga siswa dapat
mulai berpikir dan bekerja sesuai dengan pengetahuan/pengalaman sebelumnya.
2. Pembelajaran memberi kesempatan pada siswa untuk mengeksplorasi masalah
yang diberikan guru dan bertukar pendapat sehingga siswa dapat saling belajar
dan meningkatkan pemahaman konsep dalam satu kelompok
3. Pembelajaran mengaitkan berbagai konsep matematika untuk membuat
pembelajaran lebih efisien
4. Kelas berlangsung secara interaktif, siswa dalam kelompok terlibat dalam
diskusi dan unjuk kerja
5. Pembelajaran mengaitkan berbagai konsep matematika untuk memberi
kesempatan bagi siswa belajar matematika secara utuh, yaitu menyadari bahwa
konsep-konsep dalam matematika saling berkaitan. Guru mengingatkan siswa
bahwa konsep matematika terkait dengan topik-topik lainnya.
6. Siswa bekerja dalam kelompok berdasarkan pengalaman dan kemampuan
sendiri
7. Guru mengamati kerja kelompok siswa dan memberikan bantuan kepada siswa
yang mengalami kesulitan seperlunya
8. Guru membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan
9. Guru berkeliling ke setiap kelompok dan sekali-sekali bergabung dengan siswa
melakukan aktifitas matematika
10. Semua siswa aktif dalam kelompok
11. Guru mengarahkan siswa lainnya untuk berinteraksi (mendebatkan baik
setuju/tidak setuju) terhadap jawaban temannya
12. Pembelajaran materi diakhiri dengan proses konfirmasi untuk menyimpulkan
konsep matematika yang telah dipelajari dan dilanjutkan dengan latihan untuk
memperkuat pemahaman
Secara umum dapat disimpulkan bahwa: Siswa terlihat sangat antusias karena
selama ini pembelajaran mereka kebanyakan tanpa alat peraga. Dari hasil lembar
aktivitas yang dikerjakan para siswa ternyata siswa sudah membuat jaring-jring balok,
mengukur luas bahan yang digunakan untuk membuat balok.
Pada umumnya jaring-jaring balok dibuat oleh siswa adalah bentuk seperti di bawah
ini
Untuk mendapatkan hasil luas balok siswa menghitung luas jaring-jaring Dari
hasil kelompok Luas kertas yang digunakan membuat balok adalah hasil penjumlahan
luas persegipanjang pada jaring-jaring balok tersebut
BAB IV
PENUTUP
Dari hasil pelaksanaan pembelajaran dengan PMRI maka dapat disimpulkan:
1. Pembelajaran dengan PMRI sudah selayaknya dilaksanakan karena dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yanga pada akhirnya
dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap suatu materi pembelajaran
dan meningkatkan hasil belajar.
2. Pembelajaran seyogiyanya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik bagi
siswa, yaitu dapat dibayangkan oleh siswa. Masalah yang realistik lebih menarik
bagi siswa dan masalah-masalah matematis formal tanpa makna. Jika
pembelajaran dimulai dengan masalah yang bermakna bagi mereka, siswa akan
tertarik untuk belajar.
3. Berbagai aspek atau topik dalam matematika jangan dipandang dan dipelajari
sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin satu sama lain sehingga
siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu secara lebih baik. Konsep
matematika adalah relasi-relasi. Secara psikologis hal-hal yang berkaitan akan
lebih mudah dipahami dan dipanggil kembali dari ingatan jangka panjang
daripada hal-hal yang terpisah tanpa kaitan satu sama lain
4. Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan strateginya
menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain untuk ditanggapi, dan menyimak
apa yang ditemukan orang lain dan strateginya menemukan hal itu serta
menanggapinya. Melalui diskusi, pemahaman siswa tentang suatu masalah atau
konsep menjadi lebih mendalam dan siswa terdorong untuk melakukan refleksi
yang memungkinkan dia menemukan insight untuk memperbaiki strateginya
atau menemukan solusi suatu masalah.
5. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik, siswa dapat
menjelaskan keterkaitan antarkonsep yaitu jaring-jaring balok dan menemukan
kembali konsep luas balok dengan menggunakan konsep penjumlahan dan sifat
distributif dan mengaplikasikan konsep secara tepat dalam menentukan luas
balok
Lampiran:1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMP Kusuma Bangsa Palembang
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII C/ Genap
Materi : Balok
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi :
Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya
Kompetensi Dasar :
Membuat jaring-jaring balok dan menentukan luas balok
Indikator :
1. Membuat jaring-jaring balok
2. Menghitung luas sisi-sisi balok.
A. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menunjukan bangun ruang yang berbentuk balok
2. Siswa dapat membuat jaring-jaring balok
3. Siswa dapat menghitung luas sisi-sisi balok
4. Siswa dapat mengkaitkan hubungan luas jaring-jaring balok dan jumlah luas sisi-sisi
balok
B. Materi Pembelajaran :
Jaring-jaring balok
Jaring-jaring balok diperoleh diperoleh dengan cara membuka balok tersebut sehingga
terlihat seluruh permukaan balok.
Luas Balok
Luas permukaan balok sama dengan cara menghitung luas permukaan kubus, yaitu
dengan menghitung semua luas jaring-jaringnya.
C. Metode Pembelajaran
Diskusi, penemuan kembali dengan pendekatan matematika realistik
D. Langkah-langkah pembelajaran :
Kegiatan Awal (15 menit)
a. Melakukan apersepsi dengan menyampaikan tujuan pembelajar,kemudian guru
memperlihatkan kotak ,dengan tanya jawab diajukan pertanyan untuk mengingatkan
kembali luas persegi panjang
b. Memberikan motivasi: Siswa diminta mengumpulkan kotak makanan yang
mereka bawa, kemudian guru menjelaskan bahwa kotak makanan yang berbentuk balok
banyak dijumpai , bagaimana cara pembuatannya dan berapa ukuran bahan yang akan
dibuat untuk membuat kotak makanan akan dipelajari dalam materi ini
c. Guru membagi siswa dalam kelas menjadi 5 kelompok
Kegiatan Inti (60 menit)
a. Setiap kelompok diberikan sebuah kardus berbentuk balok, dan siswa diminta untuk memotong kardus tersebut. Dengan LKS siswa mengerjakan membuat jaring-jaring balok dan menghitung luas balok yang dibuat siswa.
b. Siswa disajikan konteks yang berkaitan dengan jaring balok dan luas balok.
c. Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam konteks.
d. .Guru mendampingi siswa dalam berpikir, berdiskusi, dan bernegosiasi untuk
mendorong inisiatif dan kreativitas siswa.
e. Setiap kelompok mempresentasikan hasil dari kelompok, yaitu : jaring-jaring
balok , kotak yang dihasilkan ,ukuran luas karton yang diperlukan untuk membuat kotak
tersebut. Siswa merumuskan luas balok
f..Guru memfasilitasi dan memberikan penegasan pada hasil diskusi antar
kelompok.
Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Guru memberikan penegasan diakhiri dengan proses konfirmasi untuk
menyimpulkan konsep matematika yang telah dipelajari
2. Siswa mengerjakan latihan untuk memperkuat pemahaman
E. Sumber Sumber Belajar/ Alat dan Bahan
Sumber : Buku Matematika untuk SMP kelas VIII penerbit Erlangga
InternetAlat/Bahan :a. Macam-macam kotak bekas yang bentuknya balokb. Penggaris, pensil , gunting, lem , kartonc. Lembar Kerja Siswa
F. Penilaian :
Penilaian :
a. Unjuk Kerja pada waktu kegiatan pembelajaranberlangsung
b. Tes Tertulis
1. Sebuah kotak kemasan Aqua berbentuk balok dengan ukuran panjang 50 cm,
lebar 20 cm , dan tinggi 40 cm. Berapakah luas permukaan kotak aqua tersebut?
Mengetahui, Palembang, 11 Mei 2009
Kepala SMP Kusuma Bangsa Guru Mata Pelajaran Matematika
Dony Fikri Akbar, S.Kom Theresia Ispujiati, S.Si
NIY. 2000.015 NIY.2002.043
Lampiran 2: Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa
Pokok Bahasan : Jaring-Jaring Balok dan Luas Balok
Kelas/semester : VIII/Genap
Anggota Kelompok :
:1.
2.
3.
4.
5.
Petunjuk
1. Pelajari Lembar Kerja Siswa tentang jaring-jaring balok dan luas balok secara
berdiskusi dengan teman-temanmu satu kelompok.
2. Bacalah dengan baik, soal yang diberikan, dan bahas bersama dalam
kelompokmu.
Jaring-Jaring Balok dan Luas Balok
Perhatikan cerita di bawah ini
Bunga Citra Lestari menerima kado yang begitu banyak setelah pesta
pernikahannya dengan Asraf. Dan lihatlah kado-kado yang dia terima kebanyakan
berbentuk kotak seperti gambar dibawah ini.
Seorang gadis bernama Bety adalah fans berat Bunga Citra Lestar. Bety
mengidam-idamkan mendapat kado seperti yang diterima Bunga Citra Lestari dari
orang yang mencintainya Hal ini ia ceritakan dengan Yanto, Yanto adalah teman
sekelasnya. Secara diam-diam Yanto menaruh hati pada Bety. Maka pada hari ulang
tahun Bety Yanto ingin memberikan kado yang berbentuk kotak. Nah Yanto
kebingungan di rumahnya tidak ada kotak, ia hanya mempunyai karton dan dus bekas
mie instan yang sudah kotor, Yanto ingin sekali membuat kotak untuk kado Bety,
dengan meniru pola dus mie .
Jadi Tugas kalian adalah membantu Yanto. Lakukanlah hal-hal di bawah ini!
1. Potonglah dengan gunting dus bekas yang diberikan
2. Kemudian bentangkanlah
3. Dengan pola pada dus bekas tersebut, buatlah hal yang sama dengan ukuran
yang telah disesuaikan pada kertas karton
4. Hitunglah luas tiap-tiap persegi panjang pada jaring-jaring balok!
5. Buatlah kotak yang terbaik untuk membantu Yanto!
6. Hitunglah luas karton yang dibutuhkan Yanto
7. Hitung luas kotak yang telah kalian buat!
8. Bagaimana hubungan antara luas karton dan luas kotak tersebut
9. Tuliskan jawabanmu tentang luas kotak dengan bentuk umum!
10. Siapkanlah jawaban kalian dan kotak yang telah kamu buat dengan sebaik-
baiknya!