Laporan Modul3 Fix

63
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram Kelompok 3 Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu industri selalu dituntut untuk beroperasi secara efisien agat tetap dapat berkompetisi dengan industri yang lainnya. Salah satu upaya efisiensi yang dapat dilakukan adalah dengan meminimalkan jumlah stasiun kerja, terutama stasiun kerja pada lintasan perakitan. Salah satu cara untuk meminimalkan stasiun kerja adalah dengan merancang stasiun kerja yang efektif. Proses Perancangan stasiun kerja merupakan suatu kegiatan yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara berkelanjutan dimulai dari merencanakan, merancang, mengevaluasi dan pada akhirnya kembali merencanakan. Dengan perencanaan yang baik, proses perancangan stasiun kerja harus mampu menghasilkan stasiun kerja yang terbaikdalam melaksanakan elemen-elemen kerja dalam suatu proses produksi. Stasiun kerja yang terpilih merupakan stasiun kerja yang paling baikdari beberapa alternatif perancangan yang dibuat. Sebagai perusahaan industri yang bergerak di bidang manufaktur, PT Indo Spellgoed memproduksi Tamiya mini 4WD. Perusahaan tersebut memproduksi tamiya jadi yang sebelumnya dirakit terlebih dahulu dari berbagai macam ukuran dan bentuk komponen. Karena melibatkan banyak komponen maka proses perakitan Taniya tersebut terdiri dari berbagai macam elemen kerja yang jumlahnya sangat banyak. Jal tersebut menjadi dasar utama perusahaan untuk merancang stasiun kerja yang efektif dan efisien untuk proses perakitan Tamiya. Salah satunya dengan menggunakan peta- peta kerja dengan mempertimbangkan konsep studi gerakan. Peta kerja yang digunakan adalah Assembly Chart, Operation Process Chart (OPC), serta diagram aliran. Selain itu, perusahaan juga merancang Presedence Diagram sebagai dasar dalam pembuatan keseimbangan lintasan. Dengan hal tersebut, maka perusahaan diharapkan dapat merancang stasiun kerja seminimal mungkin untuk menghemat waktu.

Transcript of Laporan Modul3 Fix

Page 1: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu industri selalu dituntut untuk beroperasi secara efisien agat tetap dapat

berkompetisi dengan industri yang lainnya. Salah satu upaya efisiensi yang dapat

dilakukan adalah dengan meminimalkan jumlah stasiun kerja, terutama stasiun kerja

pada lintasan perakitan. Salah satu cara untuk meminimalkan stasiun kerja adalah

dengan merancang stasiun kerja yang efektif.

Proses Perancangan stasiun kerja merupakan suatu kegiatan yang berjalan secara

terus menerus dan terjadi secara berkelanjutan dimulai dari merencanakan, merancang,

mengevaluasi dan pada akhirnya kembali merencanakan. Dengan perencanaan yang

baik, proses perancangan stasiun kerja harus mampu menghasilkan stasiun kerja yang

terbaikdalam melaksanakan elemen-elemen kerja dalam suatu proses produksi. Stasiun

kerja yang terpilih merupakan stasiun kerja yang paling baikdari beberapa alternatif

perancangan yang dibuat.

Sebagai perusahaan industri yang bergerak di bidang manufaktur, PT Indo

Spellgoed memproduksi Tamiya mini 4WD. Perusahaan tersebut memproduksi tamiya

jadi yang sebelumnya dirakit terlebih dahulu dari berbagai macam ukuran dan bentuk

komponen. Karena melibatkan banyak komponen maka proses perakitan Taniya

tersebut terdiri dari berbagai macam elemen kerja yang jumlahnya sangat banyak. Jal

tersebut menjadi dasar utama perusahaan untuk merancang stasiun kerja yang efektif

dan efisien untuk proses perakitan Tamiya. Salah satunya dengan menggunakan peta-

peta kerja dengan mempertimbangkan konsep studi gerakan. Peta kerja yang digunakan

adalah Assembly Chart, Operation Process Chart (OPC), serta diagram aliran. Selain

itu, perusahaan juga merancang Presedence Diagram sebagai dasar dalam pembuatan

keseimbangan lintasan. Dengan hal tersebut, maka perusahaan diharapkan dapat

merancang stasiun kerja seminimal mungkin untuk menghemat waktu.

Page 2: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

2

1.2 Tujuan Penulisan

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat:

1. Memahami konsep operasi kerja dan mampu menentukan operasi kerja.

2. Membuat Assembly Chart.

3. Membuat Peta Proses Operasi (Operation Process Chart/OPC).

4. Memahami konsep Presedence Diagram dan mampu membuat Presedence

Diagram.

5. Membuat Diagram Aliran (Flow Diagram).

1.3 Perumusan Masalah

PT. Indo Spellgoed adalah perusahaan mainan mini 4WD yang produknya memiliki

nama di pasaran. Sebelumnya PT. Indo Spellgoed bernama PT. Tami Jaya yang dibeli

seluruh sahamnya oleh PT. TI Holding. PT. TI Holding merekstrukturisasi perusahaan

secara menyeluruh, yang kemudian namanya menjadi PT. Indo Spellgoed.

1.4 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan saat praktikum perakitan mobil mini 4WD adalah:

1. Obeng

2. Laptop/notebook berkamera/handycam/digicam

3. Alat tulis.

Page 3: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

3

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang pentingnya Perancangan Peta Kerja dan

Presedence Diagram, tujuan dari praktikum Modul 3, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang Metode Perancangan Peta Kerja , macam-macam Peta

Kerja, Perancangan dan Perbaikan Stasiun Kerja, dan mainan Tamiya

mini 4WD.

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

Berisi tentang langkah-langkah praktikum.

BAB IV PENGUMPULAN dan PENGOLAHAN DATA

Berisi tentang data jumlah, nama, dan kode komponen Mini 4WD yang

kemudian diolah menjadi Assembly chart, Elemen Kerja, Precedence

Diagram, membuat Stasiun Kerja, Flow Diagram.

BAB V ANALISA

Berisi tentang analisa Assembly chart, Elemen Kerja, Precedence

Diagram, Stasiun Kerja, Flow Diagram.

BAB VI PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil praktikum yang telah

dilakukan.

Page 4: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran Peta Kerja

Pengukuran waktu kerja adalah sebuah metode penetapan keseimbangan antara

kegiatan manusi yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan.

Manfaat adanya pengukuran kerja adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja

2. Estimasi biaya (labor cost & overhead cost)

3. Perencanaan dan penjadwalan produksi serta penganggarannya

4. Identifikasi performansi kerja karyawan dan dasar pemberian bonus/insentip

5. Identifikasi kondisi kerja yang tidak produktif

Ada dua klasifikasi cara mengukur waktu kerja, yaitu:

1. METODE PENGUKURAN LANGSUNG

Harus dilakukan pengukuran terhadap waktu kerja di tempat berlangsungnya

kerja dan ketika berlangsungnya pekerjaan, misal : SWTS (Stopwatch time

study) dan Sampling kerja

a) SWTS ( Stopwatch time study)

Asumsi-asumsi dasar yang terdapat dalam stop watch time study adalah

sebagai berikut:

1. Metode dan fasilitas kerja sudah baku

2. Operator yg diukur waktu kerjanya paham prosedur dan metode kerja baku &

punya kemampuan kerja rata-rata

3. Kondisi lingkungan fisik kerja- sama dgn saat pengukuran

4. Performance kerja terkendali.

Jenis-jenis pekerjaaan yang sesuai dengan stop watch time study adalah sebagai

berikut:

1. Repetitive dan uniform

2. Macam kerja yg dilakukan homogen-tidak variatif

Page 5: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

5

3. Output dapat dihitung

4. Banyak dilakukan dan teratur sifatnya.

Langkah-langkah pelaksanaan stop watch time study adalah sebagai berikut:

1. Definisikan pekerjaan dan informasikan maksud dan tujuan pengukuran pada

operator yang akan diukur:

a. Menentukan Ws dan Os ( Output Standar )

a. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja/mesin/peralatan kerja

b. Menentukan pendapatan pekerja (upah dasar/insentif )

Menentukan tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan data yang akan

digunakan dalam pengukuran, agar operator bekerja dengan kemampuan

normalnya.

2. Catat informasi terkait dgn pekerjaan tsb- tulis di bagian atas form rekap data

hasil pengukuran dengan mengisikan pada form pengukuran.

3. Bagi operasi kerja dalam operasi kerja/kelompok operasi kerja.

Pisahkan aktifitas mesin dan manusia . Waktu kerja mesin seragam/standar

sesuai dengan kapasitas mesin – dihitung dengan standard data atau formulasi

tertentu

Pisahkan kerja berulang dan yang tidak, contoh : menurunkan produk yang

cacat dalam proses (line drop),Set up mesin ( 1 kali per lot)

Page 6: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

6

Gambar 2.1 Stop Watch Time Study

Gambar 2.1 Contoh SWTS

4. Melakukan pengukuran dengan stop watch

Lakukan pengukuran – catat waktu per operasi kerja

Peralatan : stop watch, papan pengamatan/time study board

Tentukan Jumlah siklus pengamatan yang tergantung tingkat ketelitian dan

tingkat kepercayaan yang dikehendaki,

Tiga metode untuk mengukur waktu adalah sebagai berikut:

1. Terus menerus / continuous timing

2. Berulang-ulang/ repetitive timing

3. Secara penjumlahan / accumulative timing.

Page 7: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

7

b) Metode Sampling Kerja

Merupakan suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan

terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator sehingga

diketahui prosentase waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dan waktu

mengganggur.

Termasuk pengukuran kerja secara langsung. Pertama kali digunakan oleh

L.H.C. tippet.

• Dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas (the law of probability )

sampling acak/random

• Asumsi : kejadian seorang operator akan ditemukan sedang bekerja atau

sedang menganggur terjadi secara acak

• Sesuai untuk pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan memiliki siklus

waktu yang relatif panjang.

Sampling kerja efektif untuk mengukur:

• “Ratio Delay” dari sejumlah mesin, karyawan / operator, atau fasilitas kerja

lainnya.

• “Performance Level” dari seseorang selama waktu kerjanya.

• Waktu baku untuk suatu proses / operasi kerja.

Prosedur dalam menggunakan sampling kerja dalam melaksanakan penelitian

adlah sebagai berikut:

• Definisikan aktivitas ‘BEKERJA’ dan aktivitas ‘MENGANGGUR’ dari

semua kegiatan yang mungkin muncul dalam pengamatan.

• Siapkan tabel ANGKA RANDOM pada jam kerja saja (buang angka

random yang muncul pada waktu istirahat) dan atur agar FREKUENSI

pengamatan tersebar dengan baik pada seluruh waktu kerja/tidak

mengumpul pada kelompok waktu tertentu.

• Siapkan diagram tally dan mulai lakukan pengamatan.

Page 8: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

8

Gambar 2.2 Diagram Tally

Arti diagram Tally dalm sampling kerja adalah sebagai berikut:

• Contoh prosentase dari waktu yang diapakai untuk kerja adalah sebesar

36/48 x 100% = 75%.

• Kalau kemudian ditetapkan bahwa standard jam kerja bagi operator adalah 8

jam perhari

• Waktu yang dipakai untuk bekerja hanyalah sebesar 75% x 8 jam = 6 jam,

• 2 jam sisanya terbuang sia-sia karena disini operator tidak menunjukkan

kegiatan yang produktif

Penjabaran operasi kerja untuk aktivitas maintenance, contoh identifikasi

berdasarkan katagori bekerja atau idle adalah sebagai berikurt:

• Pekerja yang tidak ada ditempat

• Mengambil order penugasan kerja atau menerima telepon penugasan dari

Kepala bagian Pemeliharaan

• Mempelajari perintah kerja atau surat / dokumen lain yang berkaitan dengan

pekerjaan.

• Bersiap-siap untuk melakukan tindakan pemeliharaan dengan melakukan

pembersihan atau menyiapkan peralatan kerja disekitar lokasi pekerjaan.

• Personal atau idle time

Page 9: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

9

• Ketidakseimbangan beban kerja dari grup pekerja yang ada dimana satu

pekerja terlihat sibuk dan terlibat langsung dengan tugas pelaksanaan

perbaikan sedangkan yang lai terlihat menganggur.

• Kegiatan menunggu (delay).

• Bercakap-cakap dengan supervisor atau atasan laindengan asumsi bahwa

percakapan tersebut berkaitan dengan pekerjaan.

Mennetukan jumlah sampel pengamatan dalam sampling kerja adalah sebagai

berikut:

• Tingkat ketelitian (degree of accuracy) dari hasil pengamatan.

• Tingkat kepercayaan (level of convidence) dari hasil pengamatan.

Dengan asumsi bahwa terjadinya kejadian seorang operator akan bekerja atau

menganggur mengikuti pola distribusi normal

Frekuensi pengamatan pada hakekatnya tergantung pada jumlah pengamatan

yang diperlukan dan waktu yang tersedia untuk pengumpulan data yang

direncanakan. Sebagai contoh apabila diketahui bahwa 3600 kali pengamatan

harus dikerjakan dan kemudian studi direncanakan untuk diselesaikan dalam

waktu 30 hari, maka setiap hari kerja akan diperlukan 3600 / 30 yaitu sebesar

120 kali pengamatan

2. METODE PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG

Dapat melakukan pengukuran tanpa harus berada di lokasi dilakukannya

pekerjaan. Misal : PDTS, Metode Standard Data, MOST.

Jenis-jenis pengukuran kerja metode tidak langsung adalah sebgai berikut:

- Metode Standar Data

- Regression Analysis – Statistical Approach

- Mechanical Data Sheet

- Predetermined Time Systems

Page 10: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

10

Predetermined Time Systems

Predetermined Time system terdiri dari :

- Kumpulan data waktu

- Prosedur sistematis untuk membagi operasi kerja (manual) menjadi :

Gerakan kerja

Gerakan anggota tubuh/body movements

Operasi gerak manual

Kemudian menetapkan nilai waktu masing-masing berdasarkan data waktu yang

ada.

Prosedur dalam menggunakan Predetermined Time Systems adalah sebagai berikut:

1. Operasi yang akan diukur dibagi dalam bentuk ‘basic motion’

2. Menyesuaikan ‘level of performance’ dari waktu standar yang diadopsi dengan

performance level perusahaan

3. Tambahkan allowance (karena belum termasuk dalam PDTS)

4. Pertimbangkan tingkat akurasi, waktu yang dibutuhkan untuk aplikasi dan

pengembangan metode yang digunakan.

Keuntungan menggunakan Predetermined Time Systems adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Keuntungan Predetermined Time Systems

Work Methods Work Measurement

1. Memperbaiki metode kerja 1. Menentukan waktu standar

2. Evaluasi metode bahkan sebelum

proses produksi berjalan/beroperasi

2. Pengelompokkan/klasifikasi standar

data dan formula pada kelompok-

kelompok kerja yang lebih spesifik

3. Evaluasi perencanaan penggunaan

tools, jigs, dan equipments

3. Memeriksa waktu standar hasil time

study

4.Mengembangkan desain product 4. Auditing time standard

Page 11: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

11

5. Proses pelatihan pekerja sampai

pada tingkat efisiensi gerakan

5. Estimasi Biaya Tenaga Kerja

6. Membantu training operator 6. Keseimbangan lintasan

Work Factor System

Menetapkan waktu untuk pekerjaan-pekerjaan manual dengan menggunakan

data waktu gerakan yang telah ditetapkan lebih dahulu

Membuat analisa detail tiap langkah kerja yang ada berdasarkan empat variabel

utama, yaitu :

1. Anggota tubuh / Body member

2. Jarak tempuh/distance

3. Manual control

4. Weight or resistance : describing the motion

2.2 Peta –peta Kerja

Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis

dan jelas mulai dari awal samai akhir proses. Di dalam peta kerja terdapat banyak

onformasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metode kerja. Fungsi peta kerja

adalah untuk menganalisa suatu pekerjaan, sehingga dapat mempermudah dalam

perencanaan perbaikan kerja. Peta kerja dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan

kegiatannya, yaitu peta kerja keseluruhan dan peta kerja setempat.

Informasi-informasi yang didapatkan melalui peta kerja antara lain:

1. Benda kerja berupa gambar kerja, jumlah dan spesifikasi material,

dimensi/ukuran pekerjaan, dan lain-lain.

2. Macam proses yang dilakukan, jenis dan spesifikasi mesin, peralatan

produksi, tooling, dan lain-lain.

3. Waktu operasi (waktu standar untuk setiap proses atau elemen kegiatan

disamping total waktu penyelesaiannya.

Page 12: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

12

4. Kapasitas mesin atau kapasitas kerja lainnya yang dipergunakan.

Melalui peta kerja kita bisa mengetahui secara jelas proses atau kejadian apa saja

yang dialami oleh benda kerja mulai dari bahan masuk pabrik hingga proses operasi,

pemeriksaan, transportasi, hingga proses penyimpanan bahan jadi baik itu berupa

produk lengkap ataupun bagian dari produk lengkap. Apabila dilakukan studi yang

seksama tentang peta kerja, maka perbaikan sistem kerja dapat dengan mudah

dilakukan.

Perbaikan tersebut antara lain :

1. Menghilangkan proses yang tidak perlu.

2. Menggabungkan proses yang bisa dilakukan secara bersamaan.

3. Mengurangi waktu menunggu.

Pada dasarnya semua perbaikan tersebut bertujuan untuk mengurangi biaya

produksi secara keseluruhan, sehingga peta kerja merupakan alat yang baik untuk

menganalisis suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaan perbaikan

kerja.

2.2.1 Peta Kerja Keseluruhan

Peta kerja keseluruhan digunakan untuk menganalisis suatu kegiatan kerja

yang bersifat keseluruhan, yang umumnya melibatkan sebagian besar atau semua

fasilitas produksi yang diperlukan dalam membuat suatu produk tertentu. Peta ini

menggambarkan keseluruhan atau sebagian besar proses beserta karakteristiknya

yang dialami suatu bahan hingga menjadi produk akhir, dan interaksi antarstasiun

kerja maupun antar kelompok kegiatan operasi.

Peta kerja keseluruhan terdiri dari :

1. Peta Proses Produk banyak (Multi Product Process Chart)

2. Diagram Rakitan

Peta Rakitan adalah gambaran grafis dari urutan-urutan aliran

komponen dan rakitan-bagian (sub assembly) ke rakitan suatu produk.

Akan terlihat bahwa peta rakitan menunjukkan cara yang mudah untuk

memahami :

Page 13: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

13

1. Komponen-komponen yang membentuk produk.

2. Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama.

3. Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian.

4. Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan.

5. Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian.

6. Gambaran menyeluruh dari proses rakitan.

7. Urutan waktu komponen bergabung bersama.

8. Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan.

Standar Pengerjaan dari Assembly Chart adalah sebagai berikut

[Apple,1990,hal 139] :

1. Operasi terakhir yang menunjukkan rakitan suatu produk

digambarkan dengan lingkaran berdiameter 12 mm dan harus

dituliskan operasi itu di sebelah kanan lingkaran tersebut.

2. Gambarkan garis mendatar dari lingkaran kearah kiri, tempatkan

lingkaran berdiameter 6 mm pada bagian ujungnya, tunjukkan setiap

komponen (nama, nomor komponen, jumlah, dsb) yang dirakit pada

proses tersebut.

3. Jika yang dihadapi adalah rakitan-bagian, maka buat garis tadi

sebagian dan akhiri dengan lingkaran berdiameter 9 mm, garis yang

menunjukkan komponen mandiri harus ditarik ke sebelah kiri dan

diakhiri dengan diameter 6 mm.

4. Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-komponennya selesai

dicatat, gambarkan garis tegak pendek dari garis lingkaran 9 mm ke

atas, memasuki lingkaran 12 mm yang menunjukkan operasi rakitan

sebelum operasi rakitan yang telah digambarkan pada langkah 2 dan

langlah 3.

5. Periksa kembali peta tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh

komponen telah tercantum, masukkan nomer-nomor operasi rakitan

bagian ke dalam lingkaran (jika perlu), komponen yang terdaftar di

Page 14: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

14

sebelah kiri diberi nomor urut dari atas ke bawah bagian sub

assembly.

Gambar 2.3 Assembly Chart

Lingkaran yang menunjukkan rakitan atau rakitan-bagian tidak

selalu harus menunjukkan lintasan stasiun kerja atau lintasan rakitan

atau bahkan lintasan orang, tapi hanya benar-benar menunjukkan

urutan operasi yang harus dikerjakan. Waktu yang diperlukan oleh

tiap operasi akan menentukan akan menetukan apa yang harus

dilakukan operator.

Tujuan utama dari peta rakitan adalah untuk menunjukkan

keterkaitan antara komponen, yang dapat juga digambarkan oleh

sebuah gambar-terurai. Teknik-teknik ini dapat juga digunakan

untuk mengajar pekerja yang tidak ahli untuk mengetahui urutan

suatu rakitan yang rumit.

3. Peta Proses Operasi

Peta proses operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan

langkah-langkah proses yang akan dialami bahan (bahan-bahan) baku

mengenai urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai

menjadi produk jadi utuh meupun sebagai komponen, dan juga memuat

informasi-informasi yang diperlukan untuk menganalisa lebih lanjut,

seperti: waktu yang dihabiskan material yang digunakan, dan tempat

Page 15: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

15

atau alat atau mesin yang digunakan.

Jadi dalam suatu proses peta operasi, dicatat hanyalah kegiatan-

kegiatan operasi dan pemeriksaan saja, kadang-kadang pada akhir

proses dicatat tentang penyimpanan.

Gambar 2.4 Peta Proses Operasi

Informasi-informasi yang diperoleh dari peta proses operasi memiliki

beberapa manfaat antara lain:

1. Mengetahui kebutuhan terhadap mesin dan anggarannya.

2. Memperkirakan kebutuhan terhadap bahan baku dengan

memperhitungkan efisiensi tiap operasi dan pemeriksaan.

3. Menentukan tata letak pabrik.

4. Melakukan perbaikan cara kerja yang sedang digunakan.

5. Melatih cara kerja.

Page 16: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

16

Peta proses operasi dapat digambarkan dengan baik apabila

menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Membuat judul Peta Proses Operasi dan identifikasi nama obyek,

nama pembuat peta, tanggal dipetakan, nomor peta, dan nomor

gambar.

2. Material yang digunakan ditempatkan di atas garis horisontal, yang

menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.

3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang

menunjukkan terjadinya perubahan proses.

4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara

berurutan sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk

pembuatan produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.

5. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara

tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan

operasi.

6. Produk yang biasanya paling banyak memerlukan operasi, harus

dipetakan terlebih dahulu dan berarti dipetakan dengan garis

vertikal di sebelah kanan halaman kertas.

Peta proses operasi yang telah dipetakan dapat dianalisis untuk

mengetahui informasi-informasi yang diperlukan dari kegiatan kerja

yang dilakukan. Analisis yang perlu dilakukan terdiri dari hal-hal

seperti di bawah ini:

1. Bahan-bahan

Semua alternatif dari bahan yang dipergunakan harus

dipertimbangkan supaya proses penyelesaian dan toleransi

sedemikian rupa sesuai dengan fungsi, realibilitas, pelayanan, dan

waktunya.

Page 17: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

17

2. Operasi

Semua pilihan yang mungkin terjadi dalam proses pengolahan,

pembuatan, pengerjaan dengan mesin atau metode perakitannya,

serta alat-alat dan perlengkapan yang digunakan perlu

dipertimbangkan. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan

menghilangkan, menggabungkan, merubah, atau menyederhanakan

operasi-operasi yang terjadi.

3. Pemeriksaan

Pemeriksaan perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas maupun

kuantitas suatu obyek untuk memenuhi standar atau ketentuan yang

sudah ditetapkan supaya produk tersebut dapat dikatakan baik atau

memenuhi syarat. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan

teknik pengambilan sampel untuk mengetahui kondisi suatu obyek

atau produk.

4. Waktu

Semua alternatif mengenai cara kerja, jenis peralatan dan

perlengkapan yang digunakan perlu diperhatikan untuk

menyederhanakan waktu yang dipergunakan.

4. Peta Aliran Proses

Setelah kita mempunyai gambaran tentang keadaan umum dari proses

yang terjadi, seperti yang diperlihatkan dalam Peta Proses Operasi, Peta

Aliran Proses menggambarkan setiap komponen dalam pembentukan

produk secara rinci. Pada Peta Aliran Proses dimungkinkan untuk

menggambarkan semua elemen operasi secara lengkap, meliputi:

operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan. Peta

ini tidak menggambarkan produk secara keseluruhan, namun hanya

terbatas untuk satu bagian komponen.

Page 18: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

18

5. Diagram Aliran (Flow Diagram)

Diagram aliran pada dasarnya sama dengan Peta Aliran Proses, hanya

saja disini penggambarannya dilakukan di atas gambar layout dari

fasilitas kerja. Tujuan pokok dalam pembuatan Diagram Aliran adalah

untuk mengevaluasi langkah-langkah proses dalam situasi yang lebih

jelas, di samping tentunya bisa dimanfaatkan untuk melakukan

perbaikan-perbaikan di dalam desain layout fasilitas produksi yang ada.

Pola Aliran dalam Flow Diagram.

1. Packets of Date.

Apabila ada 2 data/lebih yang mengalir data dari sumber yang

sama menuju pada tujuan yang sama dan mempunyai hubungan

digambarkan dalam satu jalur data.

2. Devergine Date Flow.

Apabila ada sejumlah paket data yang berasal dari sumber yang

sama menuju pada tujuan yang berbeda maka digambarkan

menjadi elemen data.

3. Convergine Date Flow.

Kondisi ini terjadi apabila ada jalur data yang berbeda sumber

menuju ke tujuan yang sama.

Page 19: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

19

4. Sumber dan Tujuan.

Merupakan kondisi dimana alur data harus dihubungkan dengan

proses, baik dari maupun menuju proses, dimana kondisi ini terbagi

tiga, yaitu dari proses ke bukan proses, dari bukan proses dan dari

proses ke proses.

2.2.2 Peta Kerja Setempat

Peta kerja setempat digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja pada satu

stasiun kerja. Peta kerja ini dapat digunakan untuk perancangan dan perbaikan suatu

sistem stasiun kerja, sehingga dicapai suatu keadaan ideal untuk saat itu.

1. Peta Pekerja dan Mesin

Peta Pekerja dan Mesin merupakan suatu grafik yang menggambarkan

koordinasi antara waktu bekerja dan waktu mengganggur dari kombinasi

antara pekerja dan mesin. Informasi paling penting yang diperoleh melalui

peta ini adalah hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu

operasi mesin yang ditanganinya. Dengan informasi ini dapat dirancang

keseimbangan kerja antara pekerja dan mesin.

2. Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri

Peta ini digunakan untuk menganalisis pekerjaan yang dilaksanakan seorang

operator pada sebuah stasiun kerja. Peta ini menggambarkan semua gerakan-

gerakan tangan kiri dan tangan kanan secara rinci, baik saat bekerja atau

Page 20: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

20

waktu menganggur, sehingga dapat menunjukkan perbandingan antara tugas

yang dibebankan pada kedua tangan tersebut ketika melakukan pekerjaan.

Gambar 2.5 Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri

Tampak pada peta betapa gerakan tangan banyak yang tidak efisien.sebagai

contoh, 3 langkah pertama tangan kanan hanya menunggu. Sedangkan

langkah 9-12, tangan kanan dan kiri bersama-samamenggeser kotak yang

penuh ke depan, dan menggeser kotak kosong ke dekat meja operator.

Beberapa peluang perbaikan terlihat misalnya pada:

Page 21: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

21

1. Tata letak meja stasiun.

2 . Mengaktifkan tangan kanan sejak langkah 1.

3. Membagi pekerjaan antara tangan kanan dan tangan kiri, tidak seperti

langkah 9-12 yang keduanya bekerjasama.

Hasil analisis adalah perbaikan peta tangan kanan- tangan kiri seperti terlihat

pada gambar berikut ini.

Gambar 2.6 Perbaikan Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri

Tampak disini ada perbaikan tata letak, dimana komponen tinggal diambil

dari jarak dekat dan ditempelkan di roda gerinda. Sedangkan lubang jatuh

membuat penanganan barang jadi lebih mudah. Di sini roda gerinda menjadi

dua, sehingga kedua tangan sama-sama bekerja secara paralel, sekali operasi,

dua komponen sekaligus bisa gerinda. Sedangkan pada peta sebelumnya,

sekali gerinda hanya satu komponen.

2.2.3 Elemen Kerja

Elemen kerja adalah pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu kegiatan

perakitan. Elemen kerja merupakan kumpulan dari beberapa elemen dasar Therblig,

dimana beberapa gabungan dari elemen kerja akan menjadi sebuah operasi kerja.

Page 22: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

22

Jika operasi kerja tersebut berdiri sendiri menjadi elemen kerja, maka akan terjadi

sedikit kesulitan dalam mengukur waktu bakunya. Sementara operasi kerja yang

berdiri sendiri menjadi elemen kerja merupakan operasi kerja yang membutuhkan

waktu cukup lama dalam pengerjaannya. Jika operasi kerja tersebut digabungkan

dengan operasi kerja lainnya, maka akan memperbesar waktu proses elemen kerja

tersebut. Misalnya inspeksi, operasi menyekrup berdiri menjadi suatu elemen kerja.

Aktivitas elemen kerja lebih sedikit dari pada aktivitas pada operasi.

(www.mmt.its.ac.id/liberary/wpconten)

2.2.4 Elemen Therbligs

Studi gerakan yang lebih dikenal dengan ´´motion study´´ adalah suatu studi

tentang gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Tujuan dari studi ini ingin diperoleh gerakan-gerakan standar untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan. Gerakan standar ini adalah gerakan-gerakan yang efektif dan

efisien. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan kegiatan untuk mengamati kondisi

pekerjaan yang ada. Studi mengenai ini dikenal sebagai studi ekonomi gerakan yaitu

studi yang menitik-beratkan pada penerapan prinsip-prinsip ekonomi gerakan.

Orang-orang yang berjasa dalam mengembangkan studi gerakan ini adalah

Frank dan Lillian Gilberth. Gilberth telah mengawali studi gerakan manual dan

memgembangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi gerakan yang sampai sekarang

masih dipertimbangkan sebagai landasan pokok untuk melakukan studi gerakan.

Disamping itu Gilberth juga berhasil menciptakan teknik-teknik perekaman gambar-

gambar detail yang dikenal sebagai micromotion studies (bermanfaat di dalam usaha

mempelajari gerakan kerja manual yang dilakukan secara cepat dan berulang-ulang).

Frank dan Lillian Gilberth menciptakan simbol-simbol yang dikenal dengan nama

‘Therbligs‘. Elemen gerakan therbligs ini terdiri dari 17 gerakan dasar. Contohnya

yaitu:

1. Mencari

Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk

menemukan lokasi obyek. Pada gerakan ini yang bekerja adalah mata.

Page 23: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

23

Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir

bila obyek sudah ditemukan. Tujuan dari analisa therblig ini adalah

untuk menghilangkan sedapat mungkin gerak yang tidak perlu. Mencari

merupakan gerak yang tidak efektif dan masih dapat dihindarkan

misalnya dengan menyimpan peralatan atau bahan-bahan pada tempat

yang tetap sehingga proses mencari dapat dihilangkan.

2. Memilih

Memilih adalah elemen Therbligs yang merupakan gerakan kerja

menemukan/memilih suatu obyek di antara dua atau lebih obyek yang

sama lainnya. Elemen Therbligs ini dimulai pada saat tangan dan mata

mulai bergerak memilih dan berakhir bila obyek yang dikehendaki sudah

ditemukan. Elemen memilih biasanya mengikuti langsung elemen

therbligs mencari (search). Batas antara memulai memilih dan akhir dari

mencari agak sulit untuk ditentukan karena ada pembaharuan pakerjaan

di antara dua gerakan tersebut yaitu gerakan yang dilakukan oleh mata.

Gambar 4.6 memperlihatkan aktivitas memilih.

Page 24: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

24

Gambar 2.7 Elemen Gerakan Therbligs

2.2.5 Macam-macam Simbol ASME

Di dalam pebuatan peta kerja akan dipergunakan simbol-simbol standard dari

ASME (American Society of Mechanical Engineers) untuk menggambarkan masing-

masing aktivitas. Simbol-simbol ASME adalah sebagai berikut:

Page 25: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

25

Gambar 2.8 Simbol ASME

Page 26: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

26

Selain peta kerja dapat digambarkan menurut aliran kerja manusia yang bisa juga

dikaitkan dalam interaksi kerjanya dengan mesin atau fasilitas kerja lainnya dalam

sebuah sistem manusia-mesin dan aliran material, maka peta kerja juga dapat

digambarkan secara berbeda menurut derajat detail.

2.3 Presedence Diagram

Presedence Diagram adalah diagram yang menunjukkan hubungan antara elemen-

elemen kerja dalam suatu proses produksi (Chase, Richard B., and Nicholas J.

Aquilano, 1995).

Pada Presedence Diagram terdapat informasi mengenai urutan-urutan elemen kerja

dan lamanya waktu pengerjaan untuk tiap elemen kerja. Selain itu, Presedence Diagram

juga digunakan untuk melihat alur proses produksi secara menyeluruh sehingga dapat

digunakan untuk menyusun keseimbangan lintasan produksi.

Adapun tanda yang dipakai dalam Presedence Diagram adalah:

1. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk

mempermudah identifikasi asli dari suatu proses operasi.

2. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi.

Dalam hal ini, operasi yang ada di pangkal panah berarti mendahului

operasi kerja yang ada pada ujung panah.

3. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk

menyelesaikan setiap proses operasi.

(http://file2shared.wordpress.com)

Page 27: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

27

Gambar 2.9 Presedence Diagram

2.4 Aspek-aspek Ergonomi dalam Perancangan Stasiun Kerja

Dalam proses perancangan stasiun kerja, yang menjadi problematika utama adalah

pengaturan komponen-komponen yang terlibat dalam kegiatan produksi yaitu

menyangkut material, mesin dan perkakas kerja, peralatan pembantu fasilitas penunjang

lingkungan fisik kerja dan manusia sebagai pelaksana kerja/operator. Sebagai perancang

stasiun kerja dituntut harus mampu mengatur faktor-faktor tersebut sehingga sistem

kerja yang dihasilkan memiliki efisiensi dan efektivitas yang setinggi-tingginya.

Dengan pengaturan kerja diperoleh berbagai macam alternatif sistem kerja, yang

kemudian dipilih yang terbaik dengan kriteria waktu, tenaga, psikologos, sosiologis.

Salah satu peta-peta kerja dengan mempertimbangkan konsep studi gerakan.

Page 28: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

28

Proses perancangan sistem kerja merupakan suatu kegiatan yang bersifat siklus,

mulai dari merencanakan, merancang, mengevaluasi, memperbaiki dan kembali

merencanakan. Dengan pengaturan yang baik, seorang perancang harus mampu

menghasilkan rancangan sistem kerja yang terbaik untuk saat itu. Dalam perancangan

stasiun kerja, seorang perancang dapat mengiktui tahapan berikut:

Tahap 1. Penentuan Stasiun Kerja

Pada tahap ini perancangan mengidentifikasi kebutuhan stasiun kerja yang akan

dirancang. Pada dasarnya stasiun kerja dapat dibagi atas tiga, yaitu:

- Stasiun kerja permesinan, misalnya: bubut, milling, drilling

- Stasiun kerja perakitan

- Stasiun kerja inspeksi

Penentuan kebutuhan stasiun kerja inti dapat diperoleh dengan melakukan analisis

terhadap permintaan (order) dalam bentuk gambar produk dan atau contoh produk jadi.

Analisis produk ini juga memperhatikan:

- Spesifikasi produk, dari segi dimensi dan kualitas

- Kemungkinan komponen produk yang tidak diproduksi sendiri (subkontrak)

- Bentuk rangkaian produksi yang akan dijalankan (mass production atau tidak)

- Kapasitas produksi yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan produk

Tahap 2. Perancangan Stasiun Kerja dengan Peta-Peta Kerja Keseluruhan

a. Peta Proses Operasi, untuk menggambarkan proses-proses pengerjaan yang

diperlukan, beserta kebutuhan peralatannya. Proses pengerjaan yang diperlukan

sesuai dengan hasil analisis produk pada tahap 1. Sedangkan dalam pemilihan urutan

proses operasi, hal yang harus diperhatikan anatara lain:

Kemudahan pengerjaan, misalnya sebuah komponen lebih mudah jika

dibubut terlebih dahulu, baru kemudian di-drill

Urutan rakitan sesuai dengan Peta Rakitan

b. Peta Aliran Proses, untuk menggambarkan secara detil proses pengerjaan yang

dilakukan pada suatu komponen.

Page 29: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

29

c. Diagram Aliran, untuk memberikan gambaran visual yang lebih jelas sebelum

diambil keputusan perubahan langkah-langkah kerja.

Dalam merancang sebuah stasiun kerja, ada beberapa aspek yang harus

diperhatikan, yaitu sebagai berikut :

a) Operasi Kerja

Operasi kerja merupakan gabungan dari berbagai operasi kerja. Operasi

kerja yang digabungkan menjadi operasi kerja merupakan operasi yang

terlalu sedikit waktunya jika diukur sehingga di perlukan penggabungan agar

waktu pada operasi kerja menjadi dapat diukur. Jika operasi kerja tersebut

digabungkan dengan operasi kerja lainnya, maka akan memperbesar waktu

proses operasi kerja pada operasi kerja. Misalnya inspeksi, operasi

menyekrup berdiri menjadi suatu operasi kerja. Aktivitas operasi kerja lebih

sedikit dari pada aktivitas operasi kerja.

(www.mmt.its.ac.id/liberary/wpconten)

b) Stasiun Kerja

Merupakan sebuah lokasi yang terletak pada lintasan produksi dimana

beberapa operasi kerja dilaksanakan untuk membuat produksi tersebut.

Pengelompokan operasi-operasi kerja ke dalam stasiun-stasiun kerja

diusahakan untuk mempunyai waktu operasi yang sama.

Tujuan pengelompokan pada stasiun kerja agar mendapatkan Balance

Delay yang rendah. Balance Delay adalah ukuran ketidakseimbangan

lintasan produksi. Balance Delay (BD) atau sering disebut balancing loss

merupakan perhitungan ketidak-efisienan karena disebabkan oleh ketidak

sempurnaan alokasi kerja diantara stasiun kerja.

(www.mmt.its.ac.id/liberary/wpconten)

Page 30: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

30

c) Waktu Stasiun

Waktu stasiun adalah jumlah waktu dari satu atau beberapa operasi kerja

yang dilakukan dalam suatu stasiun kerja.

Metode yang digunakan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan kerja

adalah sebagai berikut:

Identifikasi Maksud Dan Tujuan Operasi Kerja

(Perancangan komponen benda kerja, Pemilihan material, penetapan proses

manufacturing, perencanaan proses set-up mesin dan perkakas, perbaikan

kondisi lingkungan kerja, perencanaan proses pemindahan bahan)

Analisa Kerja dan Prinsip Ekonomi Gerakan

(prosedur yang dilakukan untuk menganalisa suatu operasi kerja baik yang

menyangkut suatu operasi kerja yang bersifat produktif atau tidak)

Aplikasi Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan

(Penggunaan badan/anggota tubuh manusia, tempat kerja, desain peralatan

kerja yang dipergunakan, eliminasi kegiatan, kombinasi gerakan atau

aktifitas kerja, penyederhanaan kegiatan)

Studi Gerakan Untuk Menganalisa Metode Kerja Yang Efektif Dan Efisien

(Mencari, memilih, memegang, menjankau/membawa tanpa beban,

membawa dengan beban, memegang untuk memakai, melepas)

(http://www.docstoc.com/docs/32590086/Modul-2)

Page 31: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

31

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Metodologi Praktikum

Gambar 3.1 Flowchart Praktikum

Page 32: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

32

BAB IV

PENGOLAHAN DATA

4.1 Daftar Komponen Mini 4 WD

Pada proses perakitan mini 4WD, komponen-komponen yang dibutuhkan adalah

sebagai berikut : Tabel 4.1 Daftar Komponen Mini 4WD

No Nama Komponen Gambar Kode Jumlah

1 As Roda

AR 2

2 Baut Bt 6

3 Eyelet

Ey 4

4 Roller Besar

RB 4

5 Rumah Dinamo

RD 1

6 Gear Dinamo

GD 1

7 Gear Besar

GB 1

8 Gear Kecil GK 1

9 Roller Kecil

RK 2

10 Plat Belakang Besar

PBB 1

11 Plat Belakang Kecil

PBK 1

Page 33: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

33

12 Plat Depan PD 1

13 Bumper Belakang

BB 1

14 Pengunci Body

KB 1

15 Pengunci Dinamo

KD

1

16 Dinamo

D 1

17 Ring

R 6

18 Bantalan Roller

Besar BRB 4

19 Sekrup

S 2

20 Tuas On-Off

T 1

21 Penutup Plat Depan

TPD

1

22 Penutup Baterei

TB 1

23 Gardan

4WD 1

Page 34: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

34

24 Roda Assy

Rd 4

25 Chasis

C 1

26 Body

B 1

27 Baterai

BTR 2

4.2 Daftar Operasi Kerja

Berikut ini adalah tabel operasi kerja dari perakitan mini 4WD : Tabel 4.2 Daftar Operasi Kerja Mini 4WD

No. Operasi

1 Memasang plat belakang besar ke rumah dinamo

2 Memasang plat belakang kecil ke rumah dinamo assy

3 Memasang gear dinamo ke dynamo

4 Memasang dinamo assy ke rumah dinamo assy

5 Memasang gear besar ke chasis

6 Memasang roda kanan ke as roda belakang

7 Memasang eyelet kanan ke as roda assy belakang

8 Memasang as roda assy belakang ke chasis assy

9 Memasang eyelet kiri ke as roda chasis assy belakang

10 Memasang roda kiri ke as roda chasis assy belakang

11 Memasang rumah dinamo assy ke chasis assy

12 Memasang gardan ke chasis assy

13 Memasang penutup dinamo ke rumah dinamo chasis assy

14 Memasang gear kecil ke chasis assy

Page 35: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

35

15 Memasang roda kanan ke as roda depan

16 Memasang eyelet kanan ke as roda assy depan

17 Memasukkan as roda assy depan ke chasis assy

18 Memasang eyelet kiri ke as roda chasis assy depan

19 Memasang roda kiri ke as roda chasis assy depan

20 Memasang tuas on-off pada chasis assy

21 Memasang plat depan ke chasis assy

22 Memasang penutup plat depan ke chasis assy

23 Memasang bumper belakang ke chasis assy

24 Memasang sekrup kanan ke bumper belakang chasis assy

25 Memasang sekrup kiri ke bumper belakang chasis assy

Roller depan kanan

26 Memasang baut ke bantalan roller

27 Memasang bantalan roller assy ke roler besar

28 Memasang ring ke roller besar assy

29 Memasang roller besar assy ke chasis assy

Roller depan kiri

30 Memasang baut ke bantalan roller

31 Memasang bantalan roller assy ke roler besar

32 Memasang ring ke roller besar assy

33 Memasang roller besar assy ke chasis assy

Roller tengah kanan

34 Memasang baut ke roler kecil

35 Memasang ring ke roller assy

36 Memasang roller assy ke samping kanan chasis assy

Roller tengah kiri

37 Memasang baut ke roller kecil

38 Memasang ring kecil ke roller assy

39 Memasang roller assy ke bumper tengah kiri chasis assy

Page 36: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

36

Roller belakang kanan

40 Memasang baut ke bantalan roller

41 Memasang bantalan roller assy ke roler besar

42 Memasang ring ke roller besar assy

43 Memasang roller besar assy ke chasis assy

Roller belakang kiri

44 Memasang baut ke bantalan roller

45 Memasang bantalan roller assy ke roler besar

46 Memasang ring ke roller besar assy

47 Memasang roller besar assy ke bumper chasis assy belakang kiri

48 Memasang baterai ke chasis assy

49 Memasang penutup baterai ke chasis assy

50 Memasang body ke chasis assy

51 Memasang pengunci body ke chasis assy

52 Melakukan inspeksi

Page 37: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

37

Tabel 4.3 Waktu Operasi Kerja

Operator: Hendry Janitra

No

. Operasi Waktu Mulai Waktu Selesai Durasi

Waktu

Proses

(detik)

1 Memasang plat belakang besar ke rumah dinamo

0

0 :

0

0 :

0

3 :

7

1

0

0 :

0

0 :

0

9 :

2

5

0

0 :

0

0 :

0

5 :

5

4 5.54

2 Memasang plat belakang kecil ke rumah dinamo assy

0

0 :

0

0 :

0

9 :

7

1

0

0 :

0

0 :

1

8 :

2

0

0

0 :

0

0 :

0

8 :

4

9 8.49

3 Memasang gear dinamo ke dinamo

0

0 :

0

0 :

2

0 :

6

1

0

0 :

0

0 :

2

6 :

3

0

0

0 :

0

0 :

0

5 :

6

9 5.69

4 Memasang dinamo assy ke rumah dinamo assy

0

0 :

0

0 :

2

6 :

9

2

0

0 :

0

0 :

3

8 :

9

6

0

0 :

0

0 :

1

2 : 4 12.04

5 Memasang gear besar ke chasis

0

0 :

0

0 :

4

3 :

3

9

0

0 :

0

0 :

4

9 :

6

1

0

0 :

0

0 :

0

6 :

2

2 6.22

Page 38: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

38

6 Memasang roda kanan ke as roda belakang

0

0 :

0

0 :

5

2 :

5

8

0

0 :

0

1 :

0

2 :

2

0

0

0 :

0

0 :

0

9 :

6

2 9.62

7 Memasang eyelet kanan ke as roda assy belakang

0

0 :

0

1 :

0

4 :

2

5

0

0 :

0

1 :

0

7 :

4

0

0

0 :

0

0 :

0

3 :

1

5 3.15

8 Memasang as roda assy belakang ke chasis assy

0

0 :

0

1 :

0

9 :

1

7

0

0 :

0

1 :

1

6 :

5

7

0

0 :

0

0 :

0

7 :

4

0 7.4

9 Memasang eyelet kiri ke as roda chasis assy belakang

0

0 :

0

1 :

1

9 :

0

9

0

0 :

0

1 :

2

2 :

2

9

0

0 :

0

0 :

0

3 :

2

0 3.2

10 Memasang roda kiri ke as roda chasis assy belakang

0

0 :

0

1 :

2

2 :

8

6

0

0 :

0

1 :

3

0 :

1

3

0

0 :

0

0 :

0

7 :

2

7 7.27

11 Memasang rumah dinamo assy ke chasis assy

0

0 :

0

1 :

3

2 :

6

4

0

0 :

0

1 :

4

6 :

4

9

0

0 :

0

0 :

1

3 :

8

5 13.85

12 Memasang gardan ke chasis assy

0

0 :

0

1 :

5

1 :

4

3

0

0 :

0

1 :

5

8 :

0

6

0

0 :

0

0 :

0

6 :

6

3 6.63

13 Memasang penutup dinamo ke rumah dinamo chasis assy

0

0 :

0

2 :

0

2 :

2

2

0

0 :

0

2 :

1

3 :

4

3

0

0 :

0

0 :

1

1 :

2

1 11.21

Page 39: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

39

14 Memasang gear kecil ke chasis assy

0

0 :

0

2 :

2

0 :

1

5

0

0 :

0

2 :

2

3 :

7

3

0

0 :

0

0 :

0

3 :

5

8 3.58

15 Memasang roda kanan ke as roda depan

0

0 :

0

2 :

3

0 :

5

2

0

0 :

0

2 :

3

6 :

5

0

0

0 :

0

0 :

0

5 :

9

8 5.98

16 Memasang eyelet kanan ke as roda assy depan

0

0 :

0

2 :

3

7 :

6

6

0

0 :

0

2 :

3

9 :

8

6

0

0 :

0

0 :

0

2 :

2

0 2.2

17 Memasukkan as roda assy depan ke chasis assy

0

0 :

0

2 :

4

0 :

9

8

0

0 :

0

2 :

4

9 :

5

2

0

0 :

0

0 :

0

8 :

5

4 8.54

18 Memasang eyelet kiri ke as roda chasis assy depan

0

0 :

0

2 :

5

1 :

0

0

0

0 :

0

2 :

5

6 :

5

3

0

0 :

0

0 :

0

5 :

5

3 5.53

19 Memasang roda kiri ke as roda chasis assy depan

0

0 :

0

2 :

5

7 :

2

5

0

0 :

0

3 :

0

4 :

0

9

0

0 :

0

0 :

0

6 :

8

4 6.84

20 Memasang tuas on-off pada chasis assy

0

0 :

0

3 :

0

8 :

7

2

0

0 :

0

3 :

1

6 :

9

9

0

0 :

0

0 :

0

8 :

2

7 8.27

21 Memasang plat depan ke chasis assy

0

0 :

0

3 :

1

8 :

0

9

0

0 :

0

3 :

2

2 :

6

8

0

0 :

0

0 :

0

4 :

5

9 4.59

Page 40: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

40

22 Memasang penutup plat depan ke chasis assy

0

0 :

0

3 :

2

3 :

7

8

0

0 :

0

3 :

3

9 :

3

6

0

0 :

0

0 :

1

5 :

5

8 15.58

23 Memasang bumper belakang ke chasis assy

0

0 :

0

3 :

4

2 :

4

3

0

0 :

0

3 :

4

5 :

3

9

0

0 :

0

0 :

0

2 :

9

6 2.96

24 Memasang sekrup kanan ke bumper belakang chasis assy

0

0 :

0

3 :

4

6 :

0

6

0

0 :

0

4 :

0

5 :

5

3

0

0 :

0

0 :

1

9 :

4

7 19.47

25 Memasang sekrup kiri ke bumper belakang chasis assy

0

0 :

0

4 :

0

6 :

5

2

0

0 :

0

4 :

2

5 :

0

8

0

0 :

0

0 :

1

8 :

5

6 18.56

Roller depan kanan

26 Memasang baut ke bantalan roller

0

0 :

0

4 :

2

9 :

0

3

0

0 :

0

4 :

3

5 :

8

5

0

0 :

0

0 :

0

6 :

8

2 6.82

27 Memasang bantalan roller assy ke roler besar

0

0 :

0

4 :

3

6 :

4

3

0

0 :

0

4 :

3

9 :

8

7

0

0 :

0

0 :

0

3 :

4

4 3.44

28 Memasang ring ke roller besar assy

0

0 :

0

4 :

4

0 :

6

5

0

0 :

0

4 :

4

3 :

8

5

0

0 :

0

0 :

0

3 :

2

0 3.2

29 Memasang roller besar assy ke chasis assy 0 : 0 : 4 : 8 0 : 0 : 0 : 7 0 : 0 : 1 : 9 16.91

Page 41: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

41

0 4 4 7 0 5 1 8 0 0 6 1

Roller depan kiri

30 Memasang baut ke bantalan roller

0

0 :

0

5 :

0

3 :

9

1

0

0 :

0

5 :

0

8 :

3

7

0

0 :

0

0 :

0

4 :

4

6 4.46

31 Memasang bantalan roller assy ke roler besar

0

0 :

0

5 :

0

8 :

8

1

0

0 :

0

5 :

1

3 :

2

6

0

0 :

0

0 :

0

4 :

4

5 4.45

32 Memasang ring ke roller besar assy

0

0 :

0

5 :

1

4 :

2

5

0

0 :

0

5 :

1

8 :

0

4

0

0 :

0

0 :

0

3 :

7

9 3.79

33 Memasang roller besar assy ke chasis assy

0

0 :

0

5 :

2

0 :

4

5

0

0 :

0

5 :

4

3 :

8

5

0

0 :

0

0 :

2

3 :

4

0 23.4

Roller tengah kanan

34 Memasang baut ke roler kecil

0

0 :

0

5 :

4

7 :

6

4

0

0 :

0

5 :

5

3 :

4

4

0

0 :

0

0 :

0

5 :

8

0 5.8

35 Memasang ring ke roller assy

0

0 :

0

5 :

5

4 :

3

6

0

0 :

0

5 :

5

7 :

6

5

0

0 :

0

0 :

0

3 :

2

9 3.29

36 Memasang roller assy ke samping kanan chasis assy 0 : 0 : 5 : 3 0 : 0 : 2 : 1 0 : 0 : 2 : 8 24.83

Page 42: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

42

0 5 9 3 0 6 4 6 0 0 4 3

Roller tengah kiri

37 Memasang baut ke roller kecil

0

0 :

0

6 :

2

7 :

7

5

0

0 :

0

6 :

3

0 :

5

0

0

0 :

0

0 :

0

2 :

7

5 2.75

38 Memasang ring kecil ke roller assy

0

0 :

0

6 :

3

1 :

7

0

0

0 :

0

6 :

3

5 :

3

7

0

0 :

0

0 :

0

3 :

6

7 3.67

39 Memasang roller assy ke bumper tengah kiri chasis assy

0

0 :

0

6 :

3

6 :

7

8

0

0 :

0

7 :

0

3 :

9

9

0

0 :

0

0 :

2

7 :

2

1 27.21

Roller belakang kanan

40 Memasang baut ke bantalan roller

0

0 :

0

7 :

0

7 :

3

4

0

0 :

0

7 :

1

1 :

1

0

0

0 :

0

0 :

0

3 :

7

6 3.76

41 Memasang bantalan roller assy ke roler besar

0

0 :

0

7 :

1

1 :

6

4

0

0 :

0

7 :

1

3 :

5

4

0

0 :

0

0 :

0

1 :

9

0 1.9

42 Memasang ring ke roller besar assy

0

0 :

0

7 :

1

4 :

3

1

0

0 :

0

7 :

1

7 :

7

9

0

0 :

0

0 :

0

3 :

4

8 3.48

43 Memasang roller besar assy ke chasis assy 0 : 0 : 1 : 0 0 : 0 : 4 : 1 0 : 0 : 2 : 1 21.11

Page 43: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

43

0 7 9 4 0 7 0 5 0 0 1 1

Roller belakang kiri

44 Memasang baut ke bantalan roller

0

0 :

0

7 :

4

0 :

9

3

0

0 :

0

7 :

4

8 :

0

6

0

0 :

0

0 :

0

7 :

1

3 7.13

45 Memasang bantalan roller assy ke roler besar

0

0 :

0

7 :

5

0 :

3

1

0

0 :

0

7 :

5

3 :

0

1

0

0 :

0

0 :

0

2 :

7

0 2.7

46 Memasang ring ke roller besar assy

0

0 :

0

7 :

5

3 :

4

9

0

0 :

0

7 :

5

6 :

3

4

0

0 :

0

0 :

0

2 :

8

5 2.85

47 Memasang roller besar assy ke bumper chasis assy

belakang kiri

0

0 :

0

7 :

5

8 :

8

2

0

0 :

0

8 :

2

7 :

7

4

0

0 :

0

0 :

2

8 :

9

2 28.92

48 Memasang baterai ke chasis assy

0

0 :

0

8 :

2

9 :

0

8

0

0 :

0

8 :

3

9 :

2

5

0

0 :

0

0 :

1

0 :

1

7 10.17

49 Memasang penutup baterai ke chasis assy

0

0 :

0

8 :

4

0 :

3

3

0

0 :

0

8 :

5

8 :

5

6

0

0 :

0

0 :

1

8 :

2

3 18.23

50 Memasang body ke chasis assy

0

0 :

0

9 :

0

2 :

4

5

0

0 :

0

9 :

0

8 :

2

9

0

0 :

0

0 :

0

5 :

8

4 5.84

Page 44: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

44

51 Memasang pengunci body ke chasis assy

0

0 :

0

9 :

0

9 :

3

5

0

0 :

0

9 :

1

6 :

6

3

0

0 :

0

0 :

0

7 :

2

8 7.28

52 Melakukan inspeksi

0

0 :

0

9 :

1

8 :

4

4

0

0 :

0

9 :

2

3 :

3

4

0

0 :

0

0 :

0

4 :

9

0 4.9

Page 45: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

45

4.3 Assembly Chart

Page 46: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

46

Page 47: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

47

Gambar 4.1 Assembly Chart

Page 48: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

48

4.4 Peta Proses Operasi (OPC)

Operation Process Chart Digambar oleh : Kelompok 3 Praktikum PTI 2010

Tanggal pemetaan : 12 November 2010

Operator : Hendry Janitra

Waktu:

Total : Operasi : 51..............................................454,7 detik

Inspeksi : 1................................................4,90 detik

Page 49: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

49

4.5 Precedence Diagram

Di bawah ini adalah tabel predecessor dari operasi kerja perakitan mini 4WD : Tabel 4.4 Predecessor Operasi Kerja Perakitan Mini 4WD

No.

Operasi

Kerja Predecessor

1 1 None

2 2 None

3 3 None

4 4 1,2

5 5 None

6 6 None

7 7 6

8 8 5,7

9 9 8

10 10 9

11 11 3,4

12 12 None

13 13 10,11,12

14 14 None

15 15 None

16 16 15

17 17 14,16

18 18 17

19 19 18

20 20 None

21 21 None

22 22 12,19,20,21

23 23 None

24 24 23

Page 50: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

50

25 25 23

26 26 None

27 27 26

28 28 27

29 29 28

30 30 None

31 31 30

32 32 31

33 33 32

34 34 None

35 35 None

36 36 34,35

37 37 None

38 38 None

39 39 37,38

40 40 None

41 41 40

42 42 41

43 43 24,25,42

44 44 None

45 45 44

46 46 45

47 47 24,25,46

48 48 13,21

49 49 48

50 50 13,22,29,33,36,39,43,47,49

51 51 50

52 52 51

Page 51: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

51

1

2

3

4

5

6 7

8 9 10

11

5"54"’

12

13

14

15 16 17 18 19

20

21

22

26 27 28 29

30 31 32 33

34

35

36

37

38

39

40 41 42

44 45 46

48 49

50

23

24

25

43

47

51 52

8"49"’

5"69"’

12"04"’ 13"85"’

6"22'” 7"40"’ 3"20"’ 7"27"’ 11"21"’

9"62"’ 3"15"’

6"63"’

3"58"’

2"20"’ 5"53"’ 6"84"’5"98"’

8"27"’

4"59"’

15"58"’

10"17"’ 18"23"’

6"82"’ 3"44"’

4"46"’ 4"45"’

3"20"’

3"79"’

16"91"’

23"40"’

24"83"’

27"21"’

21"11"’

3"29"’

5"80"’

3"67"’

2"75"’

3"76"’ 1"90"’ 3"48"’

19"47"’

2"96"’

18"56"’

8"54"’

7"13"’ 2"70"’ 2"85"’ 28"92"’

5"84"’ 7"28"’ 4"90"’

Gambar 4.2 Precedence Diagram Mini 4wd

Page 52: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

52

Keterangan:

= Stasiun 1

= Stasiun 2

= Stasiun 3

= Stasiun 4

= Stasiun 5

= Stasiun 6

= Stasiun 7

= Stasiun 8

= Stasiun 9

= Stasiun 10

= Stasiun 11

= Stasiun 12

= Stasiun 13

= Stasiun 14

Gambar 4.3 Stasiun Kerja

1

2

3

4

5

6 7

8 9 10

11

5"54"’

12

13

14

15 16 17 18 19

20

21

22

26 27 28 29

30 31 32 33

34

35

36

37

38

39

40 41 42

44 45 46

48 49

50

23

24

25

43

47

51 52

8"49"’

5"69"’

12"04"’ 13"85"’

6"22'” 7"40"’ 3"20"’ 7"27"’ 11"21"’

9"62"’ 3"15"’

6"63"’

3"58"’

2"20"’ 5"53"’ 6"84"’5"98"’

8"27"’

4"59"’

15"58"’

10"17"’ 18"23"’

6"82"’ 3"44"’

4"46"’ 4"45"’

3"20"’

3"79"’

16"91"’

23"40"’

24"83"’

27"21"’

21"11"’

3"29"’

5"80"’

3"67"’

2"75"’

3"76"’ 1"90"’ 3"48"’

19"47"’

2"96"’

18"56"’

8"54"’

7"13"’ 2"70"’ 2"85"’ 28"92"’

5"84"’ 7"28"’ 4"90"’

Page 53: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

53

4.6 Penentuan Stasiun Kerja

Berikut ini adalah tabel dari stasiun kerja pada perakitan mini 4WD : Tabel 4.5 Stasiun Kerja Mini 4WD

No

Operasi Operasi Kerja

Waktu

Proses

Total

Waktu

Stasiun

Kerja

1 Memasang plat belakang besar ke

rumah dinamo 5.54

2 Memasang plat belakang kecil ke

rumah dinamo assy 8.49

3 Memasang gear dinamo ke dinamo 5.69

4 Memasang dinamo assy ke rumah

dinamo assy 12.04

5 Memasang gear besar ke chasis 6.22

37.98 1

6 Memasang roda kanan ke as roda

belakang 9.62

7 Memasang eyelet kanan ke as roda

assy belakang 3.15

8 Memasang as roda assy belakang

ke chasis assy 7.4

9 Memasang rumah dinamo assy ke

chasis assy 13.85

34.02 2

10 Memasang gardan ke chasis assy 6.63

11 Memasang gear kecil ke chasis

assy 3.58

12 Memasang eyelet kiri ke as roda

chasis assy belakang 3.2

13 Memasang roda kiri ke as roda

chasis assy belakang 7.27

14 Memasang penutup dinamo ke

rumah dinamo chasis assy 11.21

31.89 3

15 Memasang roda kanan ke as roda

5.98 33.68 4

Page 54: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

54

depan

16 Memasang eyelet kanan ke as roda

assy depan 2.2

17 Memasukkan as roda assy depan

ke chasis assy 8.54

18 Memasang eyelet kiri ke as roda

chasis assy depan 5.53

19 Memasang roda kiri ke as roda

chasis assy depan 6.84

20 Memasang plat depan ke chasis

assy 4.59

21 Memasang tuas on-off pada chasis

assy 8.27

22 Memasang penutup plat depan ke

chasis assy 15.58

23 Memasang baterai ke chasis assy 10.17

34.02 5

24 Memasang bumper belakang ke

chasis assy 2.96

25 Memasang sekrup kanan ke

bumper belakang chasis assy 19.47

22.43 6

26 Memasang sekrup kiri ke bumper

belakang chasis assy 18.56

27 Memasang baut ke bantalan roller 7.13

28 Memasang bantalan roller assy ke

roler besar 2.7

29 Memasang ring ke roller besar assy 2.85

31.24 7

30 Memasang roller besar assy ke

bumper chasis assy belakang kiri 28.92 28.92 8

31 Memasang baut ke bantalan roller

belakang kanan 3.76 30.25 9

32 Memasang bantalan roller assy ke 1.9

Page 55: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

55

roler besar belakang kanan

33 Memasang ring ke roller besar assy

belakang kanan 3.48

34 Memasang roller besar assy

belakang kanan ke chasis assy 21.11

35 Memasang baut ke bantalan roller

depan kanan 6.82

36 Memasang bantalan roller assy ke

roler besar depan kanan 3.44

37 Memasang ring ke roller besar assy

depan kanan 3.2

38 Memasang roller besar assy depan

kanan ke chasis assy 16.91

30.37 10

39 Memasang baut ke bantalan roller

depan kiri 4.46

40 Memasang bantalan roller assy ke

roler besar depan kiri 4.45

41 Memasang ring ke roller besar assy

depan kiri 3.79

42 Memasang roller besar assy depan

kiri ke chasis assy 23.4

36.1 11

43 Memasang baut ke roler kecil

tengah kanan 5.8

44 Memasang ring ke roller assy

tengah kanan 3.29

45 Memasang roller assy ke tengah

kanan chasis assy 24.83

33.92 12

46 Memasang baut ke roller kecil

tengah kiri 2.75

47 Memasang ring kecil ke roller assy

tengah kiri 3.67

48 Memasang roller assy ke bumper 27.21

33.63 13

Page 56: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

56

tengah kiri chasis assy

49 Memasang penutup baterai ke

chasis assy 18.23

50 Memasang body ke chasis assy 5.84

51 Memasang pengunci body ke

chasis assy 7.28

52 Melakukan inspeksi 4.9

36.25 14

4.7 Flow Diagram

Flow Diagram menggambarkan aliran proses perakitan mini 4WD.

Stasiun kerjanya didapatkan pada precedence diagram sebelumnya.

Gambar 4.4 Flow Diagram Mini 4WD

Page 57: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

57

BAB V

ANALISA

5.1 Analisis Operasi Kerja

Operasi kerja merupakan kumpulan dari beberapa elemen kerja. Elemen kerja

meliputi gerakan Therblig seperti menjangkau, memegang, dll. Sedangkan operasi kerja

contohnya memasang plat belakang besar ke rumah dinamo. Aktivitas elemen kerja

lebih sedikit dari pada aktivitas pada operasi.

Pada operasi kerja perakitan mini 4WD ini, terdapat 52 operasi kerja, dimulai dari

pemasangan plat belakang besar pada rumah dinamo, sampai dengan inspeksi terhadap

mini 4WD yang telah selesai dirakit.

5.2 Analisis Assembly Chart

Peta Rakitan ( Assembly Chart ) adalah gambaran grafis dari urutan-urutan aliran

komponen dan rakitan-bagian (sub assembly) ke rakitan suatu produk. Dalam hal ini

kami membuat Assembly Chart dari mobil mini4WD atau biasa disebut Mini 4WD.

Assembly Chart ini dimulai dengan membongkar / disassembly mini 4WD menjadi

komponen - komponen tunggal yang nantinya akan dilakukan proses perakitan.

Pada gambar Assembly Chart ini terdapat 28 urutan bagian/part yang dipasang ke

chasis. Bagian – bagian ini disebut A/Assembly Chasis. Dari gambar assembly chart

nampak urutan perakitan mini 4WD secara keseluruhan. Mulai dari perakitan

komponen – komponen menjadi sub assembly sampai terbentuk produk jadi yang

diakhiri dengan inspeksi.

Dalam assembly chart ini terdapat 3 jenis lingkaran dengan diameter yang berbeda.

Yaitu berdiameter 6 mm, 9 mm, dan 12 mm. Diameter 6 mm menunjukkan komponen –

komponen tunggal yang berdiri sendiri. Seperti rumah dinamo, plat belakang besar,

roda, roller, body, dan komponen penyusun yang lain. Diameter 9 mm menunjukkan

sub assembly dari komponen penyusun. Dalam hal ini dilambangkan dengan SA yang

artinya sub assembly. Sub assembly adalah gabungan dari beberapa komponen yang

nantinya akan digabungkan ( dirakit ) ke dalam chasis. Contohnya pada sub assembly as

Page 58: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

58

roda belakang assy yang terdiri dari as roda yang digabung dengan roda belakang

kemudian digabung dengan eyelet. Selanjutnya sub assembly ini (as roda belakng assy)

digabungkan (diassembly) ke dalam chasis. Selain tersusun dari komponen – komponen

tunggal yang digabung, sub assembly juga terdiri dari komponen yang digabung dengan

sub sub assembly ataupun sub sub assembly dengan sub sub assembly yang lain.

Disebut sub sub assembly karena terdiri dari gabungan komponen yang dirakit dan

harus digabung dengan bagian lain untuk dirakit kembali menjadi sub assembly.

Contohnya sub sub assembly as roda belakang digabung dengan eyelet sehingga

menjadi sub assembly as roda belakang yang kemudian dipasang pada chasis. Selain itu

terdapat sub sub sub assembly yang merupakan bagian dari sub sub assembly. Contoh

sub sub sub assembly adalah pada plat belakang besar yang dipasang pada rumah

dinamo. Sedangkan diameter 12 merupakan operasi terakhir yang menunjukkan rakitan

suatu produk. Dalam proses kerja kali ini perakitan dilakukan pada Chasis yang

dilambangkan dengan A (Assembly Chasis ). Assembly chasis adalah seluruh proses

perakitan yang dilakukan pada chasis atau pemasangan komponen maupun sub

assembly pada chasis.

Dari gambar kita dapat mengetahui bahwa dibutuhkan 27 urutan proses A

Assembly Chasis untuk membuat sebuah Mini 4WD Standar, 11 sub assembly yang

tersusun dari sub sub assembly ataupun langsung tersusun dari komponen – komponen

yang digabung, serta proses inspeksi untuk menguji apakah hasilnya layak atau tidak.

Tujuan utama dari peta rakitan adalah untuk menunjukkan keterkaitan antar

komponen – komponen penyusun Mini 4WD yang dapat digambarkan oleh sebuah

gambar-terurai. Sehingga kita dapat mengetahui proses yang harus dilakukan dalam

perakitan suatu produk dan dapat menentukan urutan proses terbaik yang dapat

dilakukan.

5.3 Analisis OPC

OPC merupakan peta operasi proses yang menggambarkan proses pemasangan mini

4WD. Dari OPC yang kami gambarkan, selain memperlihatkan jalannya proses

pemasangan mini 4WD, kita juga dapat melihat waktu proses pada tiap-tiap

Page 59: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

59

pemasangan elemen kerja mini 4WD tersebut. Pada OPC ini terlihat bahwa chasis

diletakkan di sebelah kanan, karena chasis merupakan landasan rakit utama.

Waktu penyusunan operasi kerja tiap operasi dapat kita ketahui dengan melihat

OPC. Dalam perakitan mini 4WD ini total waktu operasinya 454,7 detik, dengan waktu

total operasi untuk roller yaitu 252,29 detik. Waktu total untuk roller memakan waktu

banyak karena pada mini 4WD ini terdapat 6 roller, di mana untuk memasang masing-

masing roller membutuhkan assembly dari ring, bantalan, serta baut.

Waktu operasi kerja terlama pada perakitan mini 4WD ini yaitu ketika memasang

roller besar assy ke bumper chasis assy belakang kiri memakan waktu 28,92 detik, hal

ini karena pada saat memasang baut, mini 4WD dalam posisi miring, tidak di landasan

yang rata, sehingga mempersulit dalam memasang bautnya karena mini 4WD selalu

bergerak. Dan operasi kerja yang tercepat yaitu ketika memasang bantalan roller assy ke

roler besar membutuhkan waktu 1,9 detik, hal ini karena lubang pada roller besar rata,

tidak bergelombang, sehingga mempermudah dalam memasukkan bantalan roller assy

ke roller besar.

Pada perakitan mini 4WD ini, ada beberapa operasi yang sejenis, namun ternyata

waktu operasinya menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan, contohnya pada saat

memasang roller besar assy ke chasis assy bagian depan kanan dan chasis assy bagian

depan kiri. Terdapat perbedaan waktu 6,49 detik, hal ini dikarenakan pada saat

memasang roller besar assy pada bagian depan kiri, posisi mini 4WD sering berubah

karena operator berusaha mencari posisi yang nyaman untuk membaut, sehingga

manambah waktu pada saat memasang roller tersebut.

Dalam gambar tersebut juga terlihat bahwa inspeksi dilakukan selama satu kali pada

operasi terakhir yang dilakukan setelah semua komponen terpasang.

5.4 Analisis Precedence Diagram

Precedence diagram merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja,

serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan

pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait didalamnya. Presedence diagram

merupakan sebuah alat yang dipersiapkan sebelum merancang stasiun kerja. Presedence

Page 60: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

60

diagram adalah prosedur dasar untuk mengalokasikan proses-proses kerja dan melihat

hubungan suatu aktivitas untuk mendahului aktivitas yang lain. Dalam pengambaran

presedence diagram harus memperhatikan urutan pengerjaan dan operasi-operasi kerja

yang terkait. Presedence diagram harus digambarkan secara benar karena presedence

diagram ini akan di gunakan untuk pengelompokan operasi kerja dan pembuatan stasiun

kerja. Selain itu, presedence diagram juga digunakan sebagai alat penyeimbang lintasan

kerja agar ketika dikelompokkan menjadi stasiun kerja dapat seimbang antar staiun

kerja satu dengan yang lainya.

Dalam penggambaran presedence diagram perakitan mini 4Wd ini, hubungan antar

operasi kerja ditunjukkan dengan arah panah dan masing-masing operasi kerja di

tunjukkan dengan lingkaran yang berisikan nomor operasi kerja dan waktu operasi dari

proses tersebut. Dari presedence diagram ini juga dapat diketahui predecessor dari

masing-masing operasi kerja dimana operasi kerja yang harus dilakukan untuk

melakukan operasi kerja yang berikutnya. Dan predecessor ini pada nantinya akan

digunakan sebagai acuan dalam pembuatan stasiun kerja. Contohnya sebelum

melakukan operasi pemasangan dinamo pada rumah dinamo assy maka diperlukan

adanya operasi pemasangan plat besar dan plat kecil pada rumah dinamo terlebih

dahulu. Operasi pemasangan plat besar dan plat kecil pada rumah dinamo inilah yang

disebut predecessor operasi pemasngan dinamo pada rumah dinamo. Tetapi ada juga

operasi kerja yang bersifat independen atau tidak memiliki predecessor seperti

contohnya adalah pada saat operasi pemasangan gear dinamo pada dinamo. Kita tidak

perlu melakukan operasi apapun terlebih dahulu sebelum memasang gear pada dinamo.

Oleh karena itu operasi ini bersifat independen atau tidak memiliki predecessor.

5.5 Analisis Flow Diagram

Aliran proses perakitan mini 4WD dapat dilihat pada gambar flow diagram di atas.

Dari proses perakitan tersebut terjadi 3 kegiatan, yaitu pergerakan (movement), proses

(process) dan inspeksi (inspection). Lingkaran menunjukkan bahwa material sedang

mengalami proses, contohnya pada stasiun 5 terjadi proses memasang tuas on-off pada

chasis assy, memasang penutup plat depan ke chasis assy dan memasang baterai ke

Page 61: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

61

chasis assy. Arah panah menunjukkan kemana selanjutnya pergerakan proses perakitan

tersebut, contohnya arah panah dari stasiun 1 ke stasiun 2 memiliki arti bahwa setelah

material diproses pada SK 1, material dipindah ke SK 2 untuk mengalami proses

selanjutnya. Dan kotak menunjukkan bahwa objek sedang diinspeksi. Pada SK 14

terdapat symbol inspeksi dan proses, karena pada stasiun tersebut dilakukan proses

pemasangan penutup baterai, proses pemasangan body, proses pemasangan pengunci

body dan terakhir dilakukan inspeksi terhadap produk jadi.

Diagram alir yang kami rancang memiliki arah seperti di atas agar perakitan dengan

tidak memakan banyak tempat. Aliran proses tersebut mempentuk pola U shape. Dipilih

pola seperti ini dengan tujuan agar raw material dan storage final produk letaknya

berdekatan, sehingga pengontrolan terhadap final product bisa dilakukan sewaktu-

waktu serta sesuai untuk lokasi tempat kerja yang terbatas.

Page 62: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

62

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari pelaksanaan praktikum “Perancangan Peta Kerja dan

Precedence Diagram“ ini adalah sebagai berikut:

Operasi kerja merupakan kumpulan dari beberapa elemen kerja. Elemen kerja

meliputi gerakan Therblig seperti menjangkau, memegang, dll. Sedangkan

operasi kerja contohnya memasang plat belakang besar ke rumah dinamo. Pada

operasi kerja perakitan mini 4WD ini, terdapat 52 operasi kerja, dimulai dari

pemasangan plat belakang besar pada rumah dinamo, sampai dengan inspeksi

terhadap mini 4WD yang telah selesai dirakit.

Dalam pembuatan assembly chart harus memperhatikan urutan perakitan

komponen-komponen dari perakitan mini 4WD tersebut.

Presedence diagram merupakan suatu diagram yang menunjukkan hubungan

antara operasi satu dengan operasi lainnya, di mana satu operasi tidak boleh

mendahului operasi sebelumnya. Diagram ini digunakan sebagai dasar untuk

menentukan stasiun kerja.

OPC (Operation Process Chart) merupakan suatu peta yang menggambarkan

urutan kerja mulai dari awal hingga akhir proses. Dalam pembuatan OPC

perakitan mini 4WD ini, kita harus benar-benar mengetahui seluruh operasi

kerja yang ada serta urutannya dan waktunya.

Flow diagram menunjukkan gambaran dari aliran material, dari stasiun yang

satu ke stasiun berikutnya.

Page 63: Laporan Modul3 Fix

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 3 : Perancangan Peta Kerja dan Precedence Diagram

Kelompok 3

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

63

6.2 Saran

Saran dari pelaksanaan praktikum “Perancangan Peta Kerja dan Precedence

Diagram“ ini adalah sebagai berikut:

Praktikan harus mencatat semua operasi yang ada serta mencatat waktu dari

masing-masing operasi untuk mempermudah dalam membuat daftar operasi

kerja.

Dalam membuat daftar operasi kerja, jangan sampai terjadi kesalahan,

karena daftar operasi kerja tersebut akan digunakan untuk membuat peta

kerja keseluruhan.

Sebelum melakukan praktikum modul 3 ini, diharapkan praktikan berlatih

terlebih dahulu dalam merakit mini 4WD agar pada saat praktikum,

praktikan tidak kebingungan dan tidak terjadi kesalahan.