Laporan Manajemen keperawatan

92
LAPORAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG INTERNA 1 RSU DAERAH KOTA TANGERANG Disusun Oleh : 1. NenengSatriani.S (Nim: 14311010) 2. Nuraliyani (Nim: 14311012) 3. Nurjazilah (Nim: 14311008) 4. Rukmana (Nim: 14311019) MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS TAHUN 2014-2015 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI TANGERANGTAHUN 2015

description

manajemen keperawatan

Transcript of Laporan Manajemen keperawatan

LAPORAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG INTERNA 1 RSU DAERAH KOTA

TANGERANG

Disusun Oleh :

1. NenengSatriani.S (Nim: 14311010)

2. Nuraliyani (Nim: 14311012)

3. Nurjazilah (Nim: 14311008)

4. Rukmana (Nim: 14311019)

MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS TAHUN 2014-2015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI

TANGERANGTAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya

kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul Laporan Stase Manajemen

Keperawatan. Tugas ini disusun untuk memenuhi sistem pembelajaran untuk Gerbong

Manajement Keperawatan di STIKes YATSI Tangerang Program Profesi (Ners).

Dalam pembuatan tugas ini kami mendapatkan hambatan dan kesulitan,

namun berkat kerja sama dan usaha dalam kelompok serta dukungan dari semua

pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Oleh karena itu

pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada :

1. Ibu. Ida Faridah, S.Kp, M.Kes selaku Ketua STIKes YATSI Tangerang sekaligus sebagai CI Akademik Stase Manajemen Keperawatan.

2. Ibu Ns. Dian Perwita, S.Kep.M. Kes . selaku Pembimbing Lahan Praktik Stase Managemen

3. Bapak Adil Laksana Dewa, AMK selaku Kepala Ruangan Interna 1

4. Ibu. Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep selaku Koordinator Program Profesi (Ners)

Atas semua bantuan dan dukungan semua pihak kepada kami, kiranya Allah

SWT , akan membalas semua kebaikan yang telah di berikan. Oleh karena itu pada

kesempatan ini kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta

memberikan motivasi untuk kedepannya.

Tangerang, 21 Mei 2015

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................. 1

B. Tujuan ......................................................................................... 2

C. Waktu dan Tempat Praktek ....................................................... 2

D. Cara Pengumpulan Data.............................................................. 3

E. Peserta Praktek ............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4

BAB III HASIL PENGKAJIAN...................................................................... 18

BAB III INVENTARIS, PRIORITAS MASALAH DAN POA...................... 124

A. Inventaris Masalah....................................................................... 124

B. Prioritas Masalah ........................................................................ 124

C. Tabel Plan Of Action .................................................................. 125

BAB IV PELAKSANAAN DAN EVALUASI ............................................... 127

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 135

A. Kesimpulan ................................................................................. 135

B. Saran ........................................................................................... 135

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana menggunakan

sumber daya secara aktif, inovatif dan kreatif serta rasional untuk mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup

kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam

mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

professional. Keperawatan professional dalam pelayanannya diperlukan adanya

pengembangan keperawatan secara professional. Dalam mengoptimalkan peran

dan manajemen keperawatan perlu adanya strategi yang salah satunya adalah

dengan harapan adanya faktor pengelolaan yang optimal serta mampu

meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan.

Suatu organisasi dalam mencapai tujuan perlu didukung oleh pengelolaan

faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode dan Material.

Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima faktor tersebut akan memberikan

kepuasan kepada klien dan pelanggan rumah sakit. Kelima standar rumah sakit

tersebut harusnya telah dimiliki oleh rumah sakit yang telah terakreditasi.

Di dalam suatu rumah sakit unit pelayanan kesehatan terkecil adalah suatu

ruangan yang merupakan pelayanan kesehatan tempat perawat untuk menerapkan

ilmu dan asuhan keperawatanya secara optimal. Akan tetapi, tanpa adanya tata

kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari

semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi

suatu teori. Untuk itu perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan

Model Praktek Keperawatan Profesional yang merupakan penataan sistem

pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan model praktik

keperawatan.

Model praktek keperawatan professional salah satunya adalah dengan

adanya posisi perawat sebagai seorang kepala ruangan, ketua tim atau perawat

pelaksana, dalam suatu bagian perlu adanya suatu pemahaman tentang bagaimana

mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan

yang berkualitas. Mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhui

1

2

standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan

keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan

tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek

sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan

dihormati. Kemampuan manajerial dapat dimiliki melalui berbagai cara salah

satunya untuk dapat ditempuh dengan meningkatkan ketrampilan melalui bangku

kuliah yang harus melalui pembelajaran dilahan praktek.

Ruang interna 1 di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang merupakan salah

satu ruang perawatan membutuhkan manajemen keperawatan yang baik demi

tercapainya mutu pelayanan yang optimal. Khususnya Ruang interna 1

merupakan ruang rawat inap penyakit dalam yang terdiri dari 1 ruang khusus

perawat 1 ruang isolasi dan 5 kamar dengan single class atau non class dan setiap

kamar berisi 5 tempat tidur.

maka perlu dilakukan sebuah studi tentang proses keperawatan di Ruang

Interna 1 dimana salah satu terbentuknya adalah praktek stase manajemen

keperawatan.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Tempat praktek mahasiswa profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan

dilaksanakan di Ruang Interna 1 Rumah Sakit Umum Kota Tangerang mulai

tanggal 30 Maret- 10 April 2014.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Interna 1 Rumah

Sakit Umum Kota Tangerang selama 12 hari diharapkan mahasiswa mampu

menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan pada unit pelayanan

kesehatan secara nyata dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Interna 1

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang mahasiswa mampu :

a. Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data

masalah dalam pengorganisasian asuhan keperawatan

3

b. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan

c. Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan

d. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di ruangan

e. Memperkenalkan perubahan kecil yang bermanfaat untuk ruangan

f. Mengidentifikasi masalah yang terjadi

g. Merencanakan beberapa alternatif penyelesaian masalah

h. Mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada manajer

keperawatan

i. Mengevaluasi hasil penerapan alternatif pemecahan masalah

D. Cara Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi masalah

dilakukan dengan metode :

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk dapat memperoleh data kondisi fisik ruangan,

proses pelayanan, inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang langsung

dilakukan ke pasien.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat, dan keluarga pasien

untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan

pasien.

3. Studi Dokumentasi

Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien,

ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur

tetap ruangan, dan inventaris ruangan.

E. Peserta Praktek

Mahasiswa tahap profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan YATSI Tangerang dengan anggota :

1. Neneng Satriani Sokhibah

2. Nuraliyani

3. Nurjazilah

4. Rukmana

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Menejemen

Manajemen keperawatan mengacu pada pengertian manajemen secara umum.

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain.

Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya

staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa

aman kepada pasien, keluarga, masyarakat

Manajemen adalah pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen

rumah sakit harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen

lainnya, sehingga rumah sakit dapat berfungsi sebagaimana diharapkan. Lingkup

manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan yaitu merencanakan,

mengorganisir, mengarahkan, dan mengawasi sumber daya keperawatan. Fungsi-

fungsi manajemen keperawatan adalah perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengawasan, yang harus dilakukan oleh manajer dalam bentuk

supervisi. Supervisi yang dilakukan oleh manajer keperawatan secara baik dan

terus menerus dapat memastikan pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan

standar praktek keperawatan ( Depkes RI, 1994 ). Dengan supervisi kepala

ruangan sebagai manajer dapat mempengaruhi kinerja perawat pelaksana.

Sebagaimana kita ketahui bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas

khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada,

baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan

keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

2.2 Teori Kepemimpinan dalam Manajemen

2.2.1 Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )

Kepemimpinan merupakan suatu teori sifat-sifat dari aliran perilaku pemikiran

psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya

dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman

4

5

a. Kecerdasan

Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang

tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai

kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya

memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pengikutnya.

b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal

maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang

matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah

dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi

serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin

pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

d. Sikap Hubungan Kemanusiaan

Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para

pengikutnya mampu berpihak kepadanya.

2.2.2 Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori

ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal, yaitu :

Pertama (teori X) yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan

seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh

gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada

bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.

Kedua ( teori Y) disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang

pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat ,

bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan

dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana

seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap

hasil yang tinggi pula.

6

2.2.3 Teori Kewibawaan Pemimpin

Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan,

sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku

orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut

bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

2.2.4 Teori Kepemimpinan Situasi

Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus

bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan

bawahan.

2.3 Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan sebagai

berikut (Mustiksari: 2007)

Masing-masing fungsi logistik tersebut saling berhubungan satu dengan

yang lain.

Pengendalian (control)

Pengadaan

Perencanaan

Penghapusan Penganggaran

Penyimpanan

Pendistribusian

7

2.3.1 Perencanaan

Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan

menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah

merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua

calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di

masing- masing organisasi( Mustikasari: 2007). Subagya menyatakan

perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan,

pengetahuan, pengalaman dan keadaan atau lingkungan yang merupakan cara

terencana dalam memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan

pedoman tindakan

Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam

pelaksanannya sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak

didasari oleh perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya

sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi

sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang

terjadi.

Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan

pencapaian tujuan ( Sasaran ) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara

pimpinan / staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing

kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh

kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran)

organisasi.

Perencanaan dapat dibagi ke dalam periode-periode sebagai berikut:

a. Rencana jangka panjang (Long range)

b. Rencana jangka menengah (Mid range)

c. Rencana jangka pendek (Short range)

Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha

penentuan skala perioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak

lanjut yang terperinci. Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan

ini akan menghasilkan antara lain:

a. Rencana Pembelian

b. Rencana Rehabilitasi

8

c. Rencana Dislokasi

d. Rencana Sewa

e. Rencana Pembuatan.

Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan

menyimpulkan pernyataan sebagai berikut:

a. Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat

b. Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan

jumlah yang tepat

c. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat

d. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat

e. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk

menentukan orang atau unit yang tepat

f. Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat

g. Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di

ambil benar-benar tepat

2.3.2 Penganggaran

Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk

merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu/skala

standar yaitu skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya & Mustikasari).

Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi

perencanaan dan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan

dengan besarnya biaya dari dana-dana yang tersedia. Dengan mengetahui

hambatan-hambatan dan keterbatasan yang dikaji secara seksama maka

anggaran tersebut merupakan anggaran yang reliable.

Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek

berulang kali dan diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana

biaya keseluruhan, maka penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu

lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa.

Pengaturan keuangan yang jelas, sederhan dan tidak rumit akan sangat

membantu kegiatan.

Dalam menyususn anggaran terdapat beberapa hal yang harus di

perhatikan antara lain adalah:

a. Peraturan–peraturan terkait

9

b. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan tehnologi

c. Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran

d. Pengaturan anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan

pegaturan logistik

Sumber anggaran di suatu rumah sakit bermacam-macam, tergantung

pada institusi yang ada apakah milik pemerintah atau swasta. Pada Rumah

sakit Pemerintah, sumber anggaran dapat berasal dari Dana Subsidi

(Bappenas, Depkes, Pemda) dan dari penerimaan rumah sakit. Sedangkan

pada rumah sakit swasta sumber anggaran berasal dari Dana Subsidi

(Yayasan dan Donatur), Penerimaan rumah sakit dan Dana dari pihak ketiga

(Mustikasari).

Alokasi anggaran logistik Rumah Sakit 40 % - 50 % dalam bentuk

obat-obatan dan bahan farmasi, alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga,

bahan makanan, alat kebersihan dan suku cadang.

2.3.3 Pengadaan

Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan

memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku

dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan

ini termasuk dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah

ada dalam batas-batas efisiensi. (Subagya: 1994). Sedangkan Mustikasari

berpendapat fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi atau

mewujudkan kebutuhan yang telah direncanakan atau telah disetujui

sebelumnya.

Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi

didasarkan dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien

untuk kepentingan organisasi. Cara–cara yang dapat dilakukan untuk

menjalankan fungsi pengadaan adalah:

a. Pembelian

b. Penyewaan

c. Peminjaman

d. Pemberian ( hibah )

e. Penukaran

f. Pembuatan

10

g. Perbaikan

Proses pengadan peralatan dan perlengkapan pada umumnya

dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan

b. Penyususnan dokumen tender

c. Pengiklanan/penyampaian uandangan lelang

d. Pemasukan dan pembukuan penawaran

e. Evaluasi penawaran

f. Pengusulan dan penentuan pemenang

g. Masa sanggah

h. Penunjukan pemenang

i. Pengaturan kontrak

j. Pelaksanaan kontrak

Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi tehnis yang menyangkut

pihak luar maka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan

perhatian. Pengendalian dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan

pemeliharaan. Kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pengadaan

barang adalah Keppres No. 80 tahun 2003.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:

a. Kode etik pengadaan

Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara

lain:

Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seorang

pembeli harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan

Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun.

Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika

b. Pelelangan pengadaan barang

Setiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus dibentuk

panitia pengadaan dan pelangan milik negara yang ditentukan sebagai

berikut:

Keanggotaan panitia sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari unsur:

Perencana, pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penaggung jawab

keuangan, penanggung jawab perlengkapan, penanggung jawab tehnis.

11

Dilarang duduk sebagai anggota panitia adalah: Kepala kantor/satuan

pekerja/pemimpin proyek, pegawai pada inspektorat jenderal atau unit-

unit yang berfungsi sebagai pemeriksa.

Panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor/satuan

pekerja/pemimpin proyek

Masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang

pelelangan ditunjuk (Subagya:1994)

2.3.4 Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan

pngelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. (Mustikasari: 2007)

Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan

dalam fungsi-fungsi sebelumya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan

biaya serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai

pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain

adalah: Kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari

kerusakan, pencarian barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari

pencuri.

Faktor – faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi

penyimpanan adalah:

a. Pemilihan lokasi

Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung

barang yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.

b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)

Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam:

Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat, brankar, kursi

roda dll.

Barang khusus: Obat-obatan, alat-alat medis dll.

c. Pengaturan ruang

Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan

ruang secara efisien dan pengawasan ruangan.

d. Prosedur/sistem penyimpanan

Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu

pemeriksaan, cara pengambilan barang, pengawetan dll.

12

e. Penggunaan alat bantu

f. Pengamanan dan keselamatan

Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap

kecelakan, gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.

2.3.5 Penyaluran (Distribusi)

Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk

mengelola pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya:

1994). Faktor yang mempengaruhi penyaluran barang antara lain:

a. Proses Administrasi

b. Proses penyampaian berita (data-data informasi)

c. Proses pengeluaran fisik barang

d. Proses angkutan

e. Proses pembongkaran dan pemuatan

f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan

Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah penyaluran

merupakan unsur yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang

diharapkan.

2.3.6 Penghapusan

Penghapusan adalah kgiatan atau usaha pembebasan barang dari

pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

(Subagya: 1994). Alasan penghapusan barang antaralain:

a. Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam,

administrasi yang salah, tercecer atau tidak ditemukan

b. Tehnis dan ekonomis: Setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya.

Keadaan tersebut disebabkan faktor-faktor: Kerusakaan yang tidak dapat

diperbaiki, obsolete (meningkatkan efisiensi atau efektifitas), kadaluarsa

yaitu suatu barang tidak boleh dipergunakan lagi menurut ketentuan waktu

yang ditetapkan, aus atau deteriorasi yaitu barang mengurang karena susut,

menguap atau hadling, Busuk karena tidak memenuhi spesifikasi sehingga

barang tidak dapat dipergunakan lagi.

c. Surplus dan ekses

d. Tidak bertuan: Barang-barang yang tidak diurus

13

e. Rampasan yaitu barang-barang bukti dari suatu perkara

Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek antara lain:

a. Aspek yuridis, administrasi dan prosedur

Dalam aspek yuridis mencakup hal-ha: Pembentukan panitia penilai,

identifikasi dan inventarisasi peraturan-peraturan yang mengikat,

persyaratan atau ketentuan terhadap barang yang dihapus, penyelesaian

kewajiban sebelum barang dihapus.

b. Aspek rencana pelaksana tehnis

Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak

lanjut. Cara-cara penghapusan yang lazim dilakukan antaralain:

Pemanfaatan langsung: Usaha merehabilitasi/merekondisi komponen-

komponen yang masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan sebagai

barang persediaan baru.

Pemanfaatan kembali: Usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang

yang dihapus menjadi barang lain

Pemindahan:Mutasi kepada instansi yang memerlukan dalam rangka

pemanfaatan langsung

Hibah: Pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badan

atau pihak di luar instansi (Pemerintah)

Penjualan/Pelelangan: Dijual baik di bawah tangan atau dilelang

Pemusnahan: Menyangkut keamanan dan keselamatan lingkungan

2.3.7 Pengendalian

Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian,

pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen logistik

yang sedang atau telah berlangsung (Mustikasari: 2007). Bentuk kegiatan

pengendalian antara lain:

a. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma,

instruksi dan prosedur lain

b. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna

mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan

jalannya pelaksanaan dari rencana

c. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara pelaksanaan

dalam rangka pencapaian tujuan

14

d. Melakukan supervisi

Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik diperlukan

sarana-sarana pengendalian sebagai berikut:

a. Struktur organisasi yang baik

b. Sistem informasi yang memadai

c. Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standardisasi

d. Pendidikan dan pelatihan

BAB III

HASIL PENGKAJIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Kota Tangerang

1. Profile RSU Kota Tangerang

RSU Kota Tangerang dibentuk berdasarkan perda kota Tangerang No

12 Tahun 2012 sebagai upaya tindak lanjut pemerintah daerah dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat

kota tangerang, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Rumah sakit umum daerah kota tangerang

berlokasi di pusat kota tangerang tepatnya di Jl. Pulau Putri Raya No 101

Kelurahan Kelapa Indah Kecamatan Tangerang. Pengembangan pelayanan

berdasarkan standar Rumah Sakit Umum kelas C dengan kapasitas 300

tempat tidur yang dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah

sakit.

Rumah sakit umum daerah kota tangerang dibangun oleh pemerintah

kota tangerang melalui 2 (dua) tahap. Tahap pertama pada tahun 2012

yaitu tahap pembangunan struktur RS yang dilaksanakan sampai dengan

lantai 5, tahap kedua yaitu tahap penyelesaian ditambah 3 lantai sehingga

menjadi 8 lantai dan selesai pembangunannya pada bulan November 2013.

RSUD Kota Tangerang berdiri diatas lahan seluas 14.000 m2 dengan

tinggi bangunan 8 lantai, merupakan Rumah Sakit Tipe C non kelas.

Fasilitas yang disediakan terdiri dari instalasi gawat darurat, instalasi rawat

jalan dengan 4 bidang spesiaistik dasar dan 6 bidang spesialistik tambahan

lainnya, instalasi rawat inap dengan 300 tempat tidur, HCU, ICU, PICU,

NICU, OK, VK, Hemodialisa, Radiologi, Laboratorium, Farmasi,

Rehabilitasi Medik, Ruang Jenazah, Workshop, Dapur, Laundry, CSSD,

Ipal, Ruang Administrasi, Rumah sakit, Ruang Medical Record, dan

Ruang Keamanan.

2. Visi dan Misi RSU Kota Tangerang

a. Visi RSU Kota Tangerang

“Menjadi Rumah Sakit pilihan Masyarakat Kota Tangerang

dengan pelayanan yang terbaik dan paripurna”

15

16

b. Misi RSU Kota Tangerang

1) Mewujudkan tata kelola kelembagaan yang berkualitas dan sumber

daya aparatur yang professional.

2) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

3) Mewujudkan kesehatan lingkungan rumah sakit yang berkualitas.

A. gambaran Umum Ruang Interna 1 RSU Kota Tangerang

1. Visi dan Misi Ruang Interna 1

Hasil :

- Wawancara : menurut karu visi dan misi ruangan belum dibuat, yang

ada dalam ruanagan adalah visi dan misi rumah rumah sakit.

- Observasi : berdasarkan pengamatan tidak ada visi dan misi ruangan

ditempel

Visi misi di ruang interna 1 belum ada, sehingga perlu adanya

pembuatan visi misi tersebut untuk mencapai tujuan bersama, untuk itu

mahasiswa menawarkan diri untuk membuat visi misi ruangan yang kemudian

disetujui bersama kepala ruangan dan seluruh staf di ruang interna 1sebagai

berikut :

a. Visi

Ruangan terbaik dengan pelayanan asuhan keperawatan yang

komprehensip, terapeutik dan protective.

b. Misi

1) Menjalankan Asuhan keperawatan penyakit dalam secara holistik

2)Melakukan asuhan keperawatan yang berbasis bio, psiko, sosio dan

spiritual.

3)Mengutamakan perlindungan terhadap kenyamanan dan keamanan

klien.

4)Meningkatkan komunikasi terapeutik dalam setiap tindakan

keperawatan.

5) Proteksi terhadap infeksi nosokomial yang dapat terjadi.

17

2. Program dan Fungsi Manajemen di Ruangan Interna 1

a. Perencanaan ( Planning )

1. Jangka Pendek

Perencanaan yang dilakukan di Ruang Interna 1 yaitu dengan

melakukan pre komference setiap pergantian shift, didalam pre

koference dibicarakan mengenai keadaan pasien, perencanaan pada

pasien yang masih di rawat maupun yang akan pulang, tindakan yang

sudah dilakukan oleh perawat sebelumnya dan tindakan yang belum

dilakukan maka akan dilanjutkan oleh perawat sift selanjutnya.

2. Jangka Panjang

Didalam pre konference diruang Interna 1 dipimpin oleh PJ sift.

Kepala ruangan hanya mengontrol ruangan untuk mengetahuai

kekurangan dan kebutuhan yang ada diruangan Interna 1 serta

mengidentifikasi seluruh kondisi klien, jika ada kekurangan kepala

ruangan mengajukan proposal ke bagian manager pembiayaan pusat

di RSUD Kota Tangerang. Contohnya pengajuan untuk jangka

panjang yaitu kekurangan alat-alat medis, sarana dan prasarana pasien

b. Pengorganisasian (organizing)

Diruang Interna 1 pengorganisasiannya menggunakan PJ Sift, dimana

dalam setiap sift terdapat 1 penanggung jawab. Setiap penanggung

jawab pada sift tersebut bertanggung jawab pada SDM ( sumber daya

manusia) dan inventaris ruangan. PJ atau penanggung jawab sift

bertugas mengatur dan menentukan tugas-tugas yang akan dilakukan

oleh perawat pelaksana. Ruang Interna 1 terdiri dari 7 ruangan dengan

rincian 1 kamar isolasi; 5 kamar Ruang rawat inap khusus penyakit

dalam dengan jenis kelamin laki laki.

c. Penggerak (actuating)

Kepala ruang Interna 1 bersifat terbuka dan demokrasi kepada semua

perawat diruang Interna 1 sehingga semua perawat diruang Interna 1

terjalin keakraban satu sama lain.

18

d. Pengendalian / pengawasan (controling)

1. Jangka Pendek

Contoh Kepala ruang Interna 1 selalu mengawasi perawat

pelaksana agar mengetahui sejauh mana pekerjaan yang sudah

dilakukan dan masalah-masalah apa saja yang ada.

Contohnya kepala ruang Interna 1 selalu bertanya kepada

perawat ruang Interna 1 ada permasalah atau tidak dalam tugas yang

diberikannya.

2. Jangka panjang

Kepala ruang Interna 1 selalu pengontrolan evaluasi tenaga

kerja. atau barang biasanya dilakukan pengawasan 1 kali dalam

seminggu.

e. Penilaian (evaluasi)

Diruang interna 1 evaluasi dilakukan oleh kepala ruangan pada saat

post konferens, dimana PJ sift pertama melakukan operan dengan PJ Sift

selanjutnya.

Contohnya Kepala ruang Interna 1 mengecek kembali

pendokumentasian yang telah ditulis oleh perawat-perawat pelaksana.

3. Deskriptif Ruangan

Nama RS : RSU Kota Tangerang

Nama Ruangan : Interna 1

Jenis type / kelas : Tipe non class

Kapasitas Ruangan : 5 Ruang perawatan dan 1 ruang isolasi, 1

Ruang perawat

Jumlah Klien : 26 Orang

Jenis Penyakit : Penyakit Dalam

Jumlah perawat : 15 Orang (2 lulusan S1 Ners, 12 lulusan D3

keperawatan, 1 orang lulusan SPK).

19

4. Struktur Organisasi Ruangan

PJ Shift PJ Shift PJ Shift PJ Shift

Asper

KASI Keperawatan

Pelaksanaan Pelayanann

Mutu

KARU

KAINS Ranap

Administrasi

pp pp pp pp pp pp pp pppppp

16

Keterangan :

1. Kepala Ruangan

Br. Adil Laksana Dewa, AMK

2. PJ shift

Zr. Erna, AMK

Zr. Nani, AMK

Zr. Sugiarti, AMK

Zr. Tri, AMK

3. Anggota

Ns. Nizar, S.Kep

Br. Oji, AmK

Ns. Heri, S.Kep

Zr. Dewi AmK

Br. Adi, AmK

Zr. Aryani, AmK

Br. Syarif, AMK

Zr. Maidah,AmK

Asper Evi

5. Fasilitas untuk pasien

17

a) Tempat tidur pasien

b) Kasur busa, satu bantal dan selimut

c) Meja dan almari

d) Kursi

e) Kursi roda

f) Kipas angin

g) Kamar mandi pasien atau keluarga

h) Wastafel

i) Tempat sampah

j) Meja laci

k) Tiang infus

l) Oksigen

6. Fasilitas untuk petugas kesehatan

a) Ruang jaga perawat

b) Kamar mandi

c) Lemari penyimpanan alat

d) Loker pribadi perawat

e) Komputer

f) Kulkas

18

g) TV

h) Dapur (piring, gelas, dll)

i) Dispenser

j) Kipas angin

19

. 9. Tinjauan ruangan berdasarkan analisis SWOT

NO ANALISA STRENGTH WEAKNEES OPPORTUNITYTHREATS / ANCAMAN

1 Man

a. Ketenagaan - Ketenagaan

Ka.Ru = 1 org PJ.shift= 4

org PP = 9 org Asper = 1 org

- Jumlah perawat yang masih kurang menyebabkan adanya pekerjaan perawat yang dikerjakan oleh administrasi contoh : menjelaskan obat pulang klien yang harusnya dilakukan oleh perawat tapi di jelaskan oleh administrasi.

- Jam visit dokter yang tidak tetap menyebabkan penumpukan kerja perawat di pagi hari, sehingga perawat di pagi hari kelebihan beban kerja.

- Berdasarkan penghitungan ketenagaan menurut Thailand & Philiphine :Jumlah jam perawatan /pasien = 7 jamTenaga yang dibutuhkan =

Koreksi = 25% Tenaga yang dibutuhkan =

jml tenaga yang di butuhkan + 25 %

Faktor koreksi = 38,87 x 25 % = 9,71 10 Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan : 17 + 10 = 27 orang Saat ini tenaga perawat di Ruang interna 1= 14 + 1 Ka.ru

- Adanya peluang dalam penerimaan perawat baru.

Kekurangan perawat dapat menimbulkan peningkatan kelebihan beban kerja perawat sehingga terjadi penurunan kinerja perawat dan kualitas asuhan keperawatan.

20

NO ANALISA STRENGTH WEAKNEES OPPORTUNITYTHREATS / ANCAMAN

b. Latar Belakang Pendidikan

- Tingkat Pendidikan

S1 Kep Ns = 2 org D3 Kep = 12 org SPK = 1 org

- Perawat dengan tingkat pendidikan S1 Ners 2 orang dan 12 orang dengan latar belakang hanya dengan pendidikan Diploma Keperawatan

- Kesempatan dalam melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi terbatas.

- Belum adanya perbedaan antara perawat lulusan DIII dengan perawat lulusan S1dalam tugas keperawatannya.

- Adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

- Adanya pre conference sebelum memulai asuhan keperawatan

- Adanya post conference di akhir.

- Adanya sharing dengan kepala ruangan

- Adanya rapat bulanan sebgai evaluasi.

Tuntunan masyarakat dalam pelayanan yang optimal dan holistic.

c. Pendidikan dan Pelatihan

- Adanya motivasi dari kepala ruangan.

- Motivasi perawat dalam mengembangkan diri

- PJ shift dan perawat pelaksana diikutsertakan dalam pelatihan-pelatihan

- Adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

- Kesempatan dalam mengikuti pelatihan / seminar terbatas

- Informasi yang kurang tentang pelatihan dan seminar diluar RS

- Tidak adanya reward yang significant bagi karyawan yang berprestasi

- Perawat mempunyai peluang untuk mengikuti seminar/ pelatihan

- Kesempatan dalam meningkatkan Sumber daya perawat.

Adanya keterbatasan perawat dan kemampuan perawat dalam kualitas pelayanan.

21

NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN WEAKNEES / KELEMAHANOPPORTUNITY / KESEMPATAN

THREATS / ANCAMAN

d. Karakteristik pasien

- Klien di interna 1 memiliki tingkat ketrgantungan yang berbeda-beda mulai dari yang yang minimal care sampai total care. Namun rata-rata memiliki tingkat ketergantungan minimal care.

- Tenaga perawat yang terbatas dan jam visite dokter yang tidak tetap

- Tidak ada data karakteristik pasien sesuai tingkat ketergantungan pasien

- Tingkat ketergantungan klien yang berbeda dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam memberikan Asuhan keperawatan.

- Rumah sakit swasta di kota Tangerang yang memiliki ruangan dan asuhan keperawatan yang berkualitas.

e. Kedisiplinan - Kejelasan jadwal mulai dari ketepatan waktu datang dan jadwal dinas.

- Adanya kejelasan waktu berkunjung dan batas umur pengunjung.

- Ketidak disiplinan perawat dalam hal kehadiran (ketepatan waktu datang)

- Banyaknya keluarga klien yang berkunjung tidak patuh terhadap peraturan batas waktu berkunjung dan jumlah penunggu

- Kedisiplinan yang tinggi akan tercipta suasana yang nyaman bagi pasien dan perawat.

- Ketidakdisiplinan perawat terhadap kehadiran akan menghambat proses pelayanan asuhan keperawatan.

- Ketidakpatuhan keluarga pasien terhadap peraturan batas waktu berkunjung dan jumlah penunggu akan menimbulkan infeksi nosokomial dan menghambat asuhan keperawatan.

22

NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN WEAKNEES / KELEMAHANOPPORTUNITY / KESEMPATAN

THREATS / ANCAMAN

f. Jumlah pasien - Jumlah BOR pada bulan februari 2015 = 86,58%

- Hanya klien jenis kelamin laki-laki yang dapat dirawat di ruang interna 1.

- Adanya Peningkatan mutu pelayanan.

- Peningkatan BOR dari klien yang di kirim oleh IGD dan poli penyakit dalam.

- Banyaknya RS yang berlokasikan di kota tangerang sehingga masyarakat bebas memilih pelayanan yang merasa dapat memberikan pelayanan yang optimal.

g. Kinerja - Perawat ruangan memiliki sikap yang baik, ramah kepada klien dan keluarga klien.

- Masih adanya tenaga perawat yang kurang ramah, kurang sabar terhadap klien dan keluarga klien.

- Klien dan keluarga klien yang merasa puas dengan pelayanan perawat interna 1.

- Sikap perawat yang kurang baik dapat mengakibatkan pelayanan yang kurang optimal.

23

NO ANALISA STRENGTH / KEKUATANWEAKNEES / KELEMAHAN

OPPORTUNITY / KESEMPATAN

THREATS / ANCAMAN

2Materiala. Ruang Rawat - Ruang Interna 1 adalah ruang

perawatan penyakit dalam laki-laki non class dengan kapasitas 26 tempat tidur, terdiri dari 5 ruangan perawatan dan 1 Ruang isolasi, setiap ruangan berisi 1 TV dan 2 unit AC, wastafel dan km mandi, 1 TT dilengkapi 1 meja pasien

- Terdapat Hand Hygiene di depan masing-masing ruangan.

- Cleaning service terbatas- Hordeng ruangan hanya

satu.

- Adanya dana untuk penambahn cleaning service

- Adanya pembagian jadwal yang jelas cleaning service

- Adanya kesempatan untuk merenovasi dan ruangan

- Banyaknya RS berdiri di Tangerang dengan kondisi ruangan yang lebih nyaman dan lebih menarik

b. Ruang Perawat - Ruang ka.Ru dan ruang perawat menjadi satu km ganti dan tempat sholat petugas

- Terdapat lemari Obat, alat medis dan lemari obat emergency

- Adanya Ners station di ruang Interna 1

- Terdapat gudang yang berfungsi meletakkan tempat sampah medis dan nonmedis, penyimpanan alat kesehatan

- Dalam pelaksanaannya masih terdapat penyatuan pembuangan sampah medis dan non medis

- Kondisi lemari tempat penyinmpanan Obat perlu perbaikan/pergantian karena masih kekurangan tempat untuk peyimpanan obat pasien

- Adanya kesempatan untuk permintaan lemari Obat

- Adanya kesempatan permohonan dibuatkan kamar ganti dan tempat sholat petugas

- Kolaborasi ruangan dengan management RS

- Membahayakan bagian lain bila sampah medis dan nonmedis sampai menyatu

- Ketidaknyamanan ruang kerja, kamar ganti dan tempat sholat dapat menurunkan motivasi kerja perawat

24

NO ANALISA STRENGTH / KEKUATANWEAKNEES / KELEMAHAN

OPPORTUNITY / KESEMPATAN

THREATS / ANCAMAN

- Adanya tempat sampah yang sudah terpisah medis dan non medis

- Sudah terlaksananya cara pembuangan spuit.

- Tersedianya alat-alat pelindung di ruangan (masker dan handscoon)

- Permintaan bahan medis (APD) terbatas

Perlu sosialisasi tentang maksud tujuan dari prosedur pemakaian APD

Resiko pada keselamatan kerja bagi petugas terutama perawat.

3. Metodea. Penugasan

Kerja- Metode yang digunakan adalah

metode PJ shift, Karu = 1 Orang, PJ shift 4 orang, Pelaksana = 9 orang dan 1 Asper

- Pelaksanaan penugasan metode PJ shift belum optimal dan bersifat fungsional

- Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan secara menyeluruh, setiap pelaksana mempunyai peluang untuk bertanggung jawab pada pasien.

- Kurang meratanya pengetahuan perawat diruangan dapat menurunkan kualitas askep

- Operan shift sudah dilaksanakan di nurse station dan keliling melihat kondisi klien

- Materi Operan shift belum berfokus pada masalah keperawatan.

- Ciptakan komunikasi yang lebih baik dalam tukar informasi pasien saat Operan shift

- Isi dari operan shift yang tidak lengkap dan belum berfokus pada masalah keperawatan menyebabkan perawat yang dinas selanjutnya tidak mengetahui kondisi klien secara menyeluruh.

25

NO ANALISA STRENGTH / KEKUATANWEAKNEES / KELEMAHAN

OPPORTUNITY / KESEMPATAN

THREATS / ANCAMAN

b. Protap - Adanya SPO Belum adanya SAK - Meminimalkan terjadinya kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan dengan protap.

Kesalahan kerja dapat terjadi kapan saja dalam pemberian Asuhan Keperawatan diruang rawat

c. Pendokumen tasian

- Adanya pendokumentasian pengkajian, diagnosa keperawatan dan catatan perkembangan pasien

- Terdapat ketidakrelevanan pendokumentasian antara diagnosa keperawatan yang ditegakkan dengan catatan keperawatan dan perkembangan.

- Adanya pendoku- mentasian yang jelas dan akurat dapat meminimalisir kesalahan

- Keterbatasan waktu dalam pendokumen-tasian menyebabkan pendokumentasian askep tidak berkesinambungan

- Ketidakrelevanan diagnosa yang ditegakkan dengan rencana tindakan keperawatan yang dilakukan menyebabkan askep tidak maksimal dan komprehensif

26

NO ANALISA STRENGTH / KEKUATANWEAKNEES / KELEMAHAN

OPPORTUNITY / KESEMPATAN

THREATS / ANCAMAN

5. Machinea. Peralatan - Adanya alat TPRS.

- Terdapat alat neubulizer 1 buahTerdapat alat suction disetiap TTAdanya fasilitas AC di ruang visite dr, serta lemari es untuk penyimpanan obat

- Terdapat tabung oxigen yang dapat membantu dalam memberikan askep secara kolaboratif.

- Adanya 2 buah rostour

- Alat sering rusak

- Hilang alat

.

- Mempermudah dalam pemberian Askep

- Kalibrasi alat secara berkala / 6 bulan dan rutin dapat meminimalisir angka kerusakan alat.

- Alat suction, alat neubulizer, bila perawatannya kurang baik dapat berisiko meningkatkan angka infeksi nosokomial bila angka perbaikannya lebih tinggi menimbulkan kerugian bagi RS

27

Gambaran BOR, LOS, TOI, dan BTO

Maret tahun

2015

Tahun BOR LOS TOI BTO

2015 86,58% 4,02 0,60 6,96

Sumber : data primer

Berdasarkan tabel 2 di atas yang didapatkan pada bulan februari didapatkan hasil BOR

rata-rata 86,58%, LOS rata-rata 4,02 TOI 0,60 , BTO 6,96

1. BOR 86,58%, yang berarti sudah sesuai standar nasional 60 – 85 %

2. LOS 4,02 yang berarti sudah sesuai standar nasional 4 – 7 hari

3. TOI 0,60 yang berarti belum sesuai standar nasional 1-3 hari

4. BTO 6,96 kali yang berarti belum sesuai nilai standar nasional 40 – 50 kali

11. Unsur Input

a. Pasien :

Hasil Wawancara : Kepala rungan interna 1 mengatakan data demografi

pasien dan asal rujukan pasien belum di buat, karu mengatakan seharusnya

setiap ruangan terdapat data demografi pasien dan asal rujukan, tetapi didalam

ruang interna 1 tidak ada . Asal rujukan yang terdapat d ruang inerna 1 adalah

dari IGD dan poli penyakit dalam. Didalam ruang interna1 terdapat jumlah

penyakit terbanyak yaitu :

1. DM : 12 kasus

2. Febris : 10 kasus

3. Ge : 11 kasus

4. DHF : 7 kasus

5. Anemia : 9 kasus

6. Anemia : 5 kasus

7. Hemel : 7 kasus

8. Hepatitis A : 6 Kasus

9. CKD : 3 kasus

10. HIV : 2 kasus

( Data bulan Maret 2015)

28

- Observasi : di dalam ruang interna 1 belum ada data demografi dan data asal

rujukan pasien yang biasanya berasal dari IGD dan poli penyakit dalam

- Masalah : tidak ada data demografi pasien dan asal rujukan pasien.

b. Instrumental : 5 M (Man, Money, Method, Material, Mechine)

1) Man/tenaga : Kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan

a) Kuantitas Tenaga Keperawatan

Kajian Teori

Kebutuhan tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan karakteristik

klien, model penugasan, dan kompetensi yang dipersyaratkan untuk mencapai

tujuan pelayanan keperawatan. Kesesuaian tenaga keperawatan yang

mencakup jumlah, jenis, dan kualifikasi dengan kebutuhan pelayanan

diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang efektif dan

efisien. Untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dapat

menggunakan beberapa rumus, antara lain:

Menurut Depkes (2002) klasifikasi kategori asuhan keperawatan :

1. Asuhan keperawatan minimal

a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

b. Makan dan minum dilakukan sendiri

c. Ambulasi dengan pengawasan

d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift

e. Pengobatan minimal, status psikologi stabil

2. Asuhan keperawatan sedang

a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

b. Observasi tanda-tanda vital tiap empat jam

c.Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

3. Asuhan keperawatan agak berat

a. Sebagian besar aktivitas dibantu

b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali

c. Terpasang folley kateter, intake output dicatat

d. Terpasang infus

e. Pengobatan lebih dari sekali

f. Persiapan pengobatan perlu prosedur

29

4. Perawatan maksimal

a. Segala aktivitas diberikan perawat

b. Posisi diatur

c. Observasi tanda-tanda vital tiap dua jam

d. Makan memerlukan NGT, terapi intra vena

e. Penggunaan suction

f. Gelisah/ disorientasi

Penghitungan tenaga perawat berdasarkan :

a. Tingkat ketergantungan pada pasien berdasarkan jenis kasus

b. Rata-rata pasien perhari

c. Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien

d. Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari

e. Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari

Kualitas Tenaga Keperawatan

a) Kajian Teori

kualitas pelayanan Rumah Sakit Salah satunya adalah pemberian

asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas

diperlukan sumber daya manusia yang sesuai dengan kualitas dan

profesionalitas perawat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Praktik

profesional yang merupakan ciri profesi yang harus dipelihara dan

ditingkatkan dalam rangka mempertahankan akuntabilitas kinerja yang tinggi.

Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM yang

disebut Human Resource Development mempunyai 3 program yaitu:

(1) Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan kepada

pekerjaan saat ini.

(2) Education, yaitu aktivitas dimana proses diarahkan pada pekerjaan

yang akan datang.

(3) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar tidak diarahkan

untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.

Bagi tenaga profesional di RS menurut Djojodibroto (1997) pelatihan,

kursus dan lokakarya yang di perlukan untuk para medis :

(1) Etika komunikasi

(2) Komunikasi terapeutik dalam keperawatan

(3) Etika keperawatan

30

(4) Manajemen keperawatan

(5) Hospital management training

(6) Audit medik

(7) Pencegahan infeksi nosokomial

(8) Sanitasi rumah sakit

b) Kajian Data

Tenaga keperawatan di ruang interna 1 berdasarkan tingkat pendidikan dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3

Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan

Ruang Interna 1 RSU Daerah Tangerang

No Jenis Pendidikan Jumlah %

1

2

DIII Keperawatan

S1 Keperawatan

12

2

90%

10%

Jumlah 14 100%

Sumber: Wawancara langsung pada kepala Ruangan Interna 1

Analisa data :

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan perawat di i n te rna

1 jenjang DIII mendominasi di ruang Interna 1 sebanyak 12 orang dan S1

Keperawatan sebanyak 2 orang namun hal ini tidak berpengaruh pada manajeman

keperawatan karena perawat di Ruang Interna 1 mayoritas telah berpengalaman atau

mempunyai masa kerja lebih dari diatas 5 tahun. Hal ini berarti sesuai dengan standar

profesi bahwa batas minimal dengan jenjang pendidikan DIII Keperawatan.

Masalah : ketenagaan di ruang interna 1 kurang memadai, namun dari segi penglaman

ketenagaan perawat d ruang interna 1 sudah cukup baik.

c. Dana

1). Kajian Teori

Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun nonmedis merupakan

salah satu fungsi rumah sakit agar pelayanan rumah sakit tersebut dapat berjalan

secara optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat untuk itu rumah sakit

perlu mempersiapkan peralatan atau bahan medis, dan non medis.

31

2). Kajian Data

RSUD Tangerang merupakan RS pemerintah dan merupakan Badan pelayanan

Kesehatan Kota Tangerang, sumber dana berasal dari :

a) APBD Kota Tangerang untuk kegiatan belanja langsung dan belanja tidak

langsung.

b) Klien berbayar (BPJS dan Multiguna)

e . Metode

1. Kebijakan

a) Kajian Teori

standar sebagai pernyataan diskriptif tentang tingkat penampilan yang

dipakai untuk menilai kualitas struktur, proses, dan hasil.

Menurut Undang-undang RI. No.23 tahun 1992 tentang kesehatan

dalam penjelasan pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai

“pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan

profesi secara baik” atau secara singkat dapat dikatakan standar adalah

pedoman agar pekerjaan dapat berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan

inilah maka adanya standar pelayanan dan asuhan keperawatan yang identik

dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk

mengukur keberhasilan dan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan.

a) Kajian data

Kebijakan di Ruang Interna 1 dapat dilihat pada tabel berikut:

Kebijakan di Ruang Interna 1 RSUD Tangerang

No Kebijakan

1. Biaya perawatan pelayanan kesehatan di Ruang Interna 1

RSUD Tangerang

2. Pengangkatan kepala ruang

3. Wewenang bagi kepala ruang mengatur manajemen ruang.

Analisa Data :

32

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data sudah ada kebijakan – kebijakan perawatan

yang dikeluarkan oleh RSUD Tangerang sehingga koordinasi ruang dapat berjalan

dengan lebih baik lagi.

2. SAK ( Standar Asuhan Keperawatan )

a) Kajian teori

Menurut Nursalam (2002) standar merupakan pernyataan yang absah,

model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan

mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima dengan layak.

Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu

pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar yang

dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai

tolok ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam,

2002).

1) Standar asuhan keperawatan terdiri dari kriteria-kriteria yang harus

dipenuhi dalam pemberian asuhan keperawatan, apabila kriteria-kriteria

tersebut dapat dipenuhi maka mutu asuhan keperawatan dapat dipertanggung

jawabkan secara profesional dengan memahami dan mematuhi kriteria dalam

standar asuhan keperawatan yang selanjutnya diterapkan dalam pemberian

asuhan keperawatan maka bukan hanya keprofesian yang dapat dijaga dan

ditingkatkan, tetapi juga meliputi pemenuhan kebutuhan dalam aspek-aspek

keamanan dan kenyamanan pasien.

2) Suatu ruang perawatan di sebuah rumah sakit idealnya mempunyai

prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi yang dipahami

dan diterapkan oleh seluruh staf di ruangan tersebut. Ruang perawatan harus

mempunyai prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar

Asuhan Keperawatan) minimal 10 penyakit terbanyak yang sering muncul di

ruang tersebut.

b)Kajian Data

Berdasarkan pengkajian dan observasi yang kelompok lakukan bahwa di

ruang Interna 1 tidak ditemukan SAK namun protap mengenai 10 penyakit

terbanyak.

33

3. Standar Operating Prosedur (SOP)

Protap tindakan keperawatan pasien di ruang Interna 1 menggunakan pedoman

perawatan dasar tahun 2013 yang berisi :

Standar Operasional Prosedur ( SOP )

di Ruang Interna 1 RSUD Tangerang

No Nama SAK Nomor DokumenTanggal

Diterbitkan

1 Memasang kanul rectal 003/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

2 Memberikan obat secara

intravena

081/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

3 Petunjuk memberikan obat 037/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

4 Mencuci tangan 062/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

5 Identifikasi pasien 065/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

6 Penggunaan alat pelindung diri

(APD)

063/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

7 Memberikan glycerin spuid 061/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

8 Mengukur blance cairan 073/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

9 Mengukur suhu tubuh melalui

aksila dengan mengunakan

termometer digital

001/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

10 Mengukur tekanan darah 002/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

11 Menimbang berat badan dan

mengukur tinggi badan

003/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

12 Mengukur lingkar perut 004/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

13 Menghitung denyut nadi 005/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

14 Menghitung pernafasan 006/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

15 Menciptakan terapi lingkungan 007/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

16 Melaksanakan kompres hangat 008/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

17 Melaksanakan kompres dingin 009/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

18 Memberikan obat secara 010/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

34

intracutan

19 Memberikan obat subcutan 011/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

20 Melaksanakan pemberian obat

secara intramuscular

012/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

21 Menyiapkan tempat tidur

terbuka untuk pasien baru

064/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

22 Memberikan obat secara oral 013/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

23 Memberikan obat mata 014/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

24 Memandikan pasien dengan

posisi berbaring

015/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

25 Membantu pasien mandi di

tempat tidur dengan posisi

duduk

016/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

26 Memelihara kebersihan mulut

dan gigi (oral hygine)

017/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

27 Memelihara rambut 018/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

28 Memelihara kuku 019/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

29 Mengganti alat tenun dengan

pasien ditempat tidur

020/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

30 Mengganti alat tenun dengan

pasien diatasnya

021/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

31 Memberikan makanan cair

melalui naso gathric tube

(NGT)

022/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

32 Memasang infus 023/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

33 Melepas infus 024/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

34 Mengganti infus set 025/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

35 Pemberian oksigen 026/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

36 Membantu memperlancar BAK 027/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

37 Membantu pasien eliminasi

BAK dan BAB

028/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

38 Mengeluarkan feses secara

manual

029/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

35

39 Pemasangan kateter tetap 030/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

40 Pemberian huknah rendah 031/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

41 Pemberian huknah tinggi 032/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

42 Membantu pasien melakukan

mobilisasi di tempat tidur

034/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

43 Melakukan restrain kepada

pasien

035/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

44 Membantu pasien dari tempat

tidur kekursi roda

036/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

45 Mennganti baju pada pasien

dengan terpasang infus

038/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

46 Mengganti cairan infus 039/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

47 Menerima pasien baru diruang

perawatan rawat inap

040/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

48 Memindahkan pasien dari

ruang perawatan ke unit

perawatan ke unik perawatan

intensif

042/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

49 Pencegahan infeksi luka infus /

phlebitis pada tindakan

pemasangan intravena kateter

043/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

50 Memasang kateter urethra 044/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

51 Melepas kateter urethra 045/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

52 Pedoman pencegahan

nosokomial infeksi saluran

kemih ( ISK ) pada prosedur

peawatan kateter urethra

046/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

53 Memasang naso gastric tube 047/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

54 Melepas naso gastric tube

(NGT)

048/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

55 Memberi makanan cair melalui

naso gastrik tube secara

049/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

36

kontinyu drip

56 Pencegahan infeksi pada

prosedur pemasangan

nasogastric tube ( NGT )

050/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

57 Memberikan oksigen melalui

nasal kanul

051/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

58 Memindahkan pasien dari

brancard ketempat tidur

052/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

59 Melakukan perawatan jenazah 053/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

60 Pengambilan spesimen urine 054/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

61 Serah terima diruang rawaat 055/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

62 Melaksanakan pergantian shif 056/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

63 Menilai bayi baru lahir 057/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

64 Melakukan irigasi bladder

secara terus menerus dengan

sistem tertutup

058/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

65 Mengeluarkan urine bag 059/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

66 Melaksanakan program

orientasi pasien baru

060/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

67 Penatalaksanaan laporan

insiden

066/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

68 Memindahkan pasien antar

ruang perawatan

067/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

69 Pengelolaan linen 078/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

70 Pelaporan insiden 068/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

37

71 Mempesiapkan pasien pulang 069/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

72 Memenuhi kebutuhan spritual 071/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

73 Melakukan suctioning 072/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

74Melaksanakan pemulangan

pasien ( patient discharge )

041/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

75 Memberikan oksigen melalui

sungkup muka sederhana

074/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

76 Membantu pasien latihan

berjalan

075/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

77 Melakanakan pemulangan

pasien (patient discharge)

041/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

78 Komunikasi efektif ;melakukan

SBAR saat pelaporan

080/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

79 CODE BLUE 082/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

80 Melarutkan obat powder 083/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

81 Memberikan obat supositoria 084/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

82 Drug side effects reporting 079/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

83 Menambahkan obat kedalam

botol cairan infus yang sedang

berlangsung

077/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

84 Pelaporan kejadian tentang

kesalahan dalam pengobatan

(medication error)

087/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013

Sumber : data primer RSU Kota Tangerang

38

Analisa Data :

Berdasarkan hasil observasi di ruang Interna 1 penggunaan SOP menggunakan

acuan tahun 2013. SOP ruang di Interna 1 sudah sesuai dengan standar operasional

prosedur.

f. Material

a) Kajian Teori

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

kesehatan di RS dan puskesmas sehingga mutu pelayanan kesehatan RS atau

Puskesmas juga ditentukan oleh mutu pelayanan keperawatan secara professional.

Mutu pelayanan secara professional ini dapat memberikan kontribusi terhadap citra RS

atau Puskesmas melalui pemberian jasa pelayanan kesehatan yang menyeluruh.

Pengelolaan atau manajemen keperawatan dilaksanakan untuk mencapai

peningkatan mutu pelayanan keperawatan, tersusunnya program pengembangan tenaga

keperawatan dan terlaksananya penelitian keperawatan.

Standar fasilitas dan alat keperawatan adalah penetapan fasilitas dan alat -alat

yang digunakan dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang

Interna 1 RSUD Tangerang.

g. Mesin

Analisa data :

Ruang Interna 1 sudah cukup dan sudah memenuhi standar tetapi dari mesin

itu perlu sekali dilakukan pemeliharaan karena jumlah alat yang terbatas demi

mempertahankan kualitas pelayanan seperti alat kontrol tentang kalibrasi alat, SOP

pemakaian alat.

12. Unsur Proses

1. Proses Manejemen Asuhan Keperawatan

a. Kajian teori

1) Penerapan Standar Asuhan Keperawatan

Standar Asuhan Keperawatan identik dengan standar profesi keperawatan,

berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu asuhan

keperawatan

Standar I : Pengkajian keperawatan

39

Standar II : Diagnosa keperawatan

Standar III : Perencanaan keperawatan

Standar IV : Intervensi keperawatan

Standar V : Evaluasi keperawatan

Standar VI : Catatan asuhan keperawatan

2) Penerapan Standar Asuhan Keperawatan

Standar pelayanan dan standar asuhan keperawatan tersebut berfungsi

sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan apakah

pelayanan/asuhan keperawatan yang diselenggarkan di rumah sakit sudah

mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam

standar tersebut.

Hasil observasi tindakan di ruang Interna 1 terhadap tindakan keperawatan

kurang baik, karena belum adanya SAK yang jelas.

2. Pengelolaaan Sampah

Perawat telah membuang sampah pada tempatnya. Perawat membuang

limbah medis benda non tajam di tempat limbah medis benda non tajam tetapi

ada juga sebagian perawat tidak membuang limbah medis benda tajam di

tempat limbah medis benda tajam dan untuk pembuangan jarum sebagian

besar tidak di pisahkan dengan spuitnya melainkan dijadikan satu dengan

ampul, flakon dan spuit, selain itu sampah flabot sebagian masih dibuang di

tempat sampah domestik

3. Proses menejemen pelayanan keperawatan

1) Perencanaan (Planing)

Setiap bulan Kepala Ruangan telah membuat perencanaan bulanan seperti rapat

bulanan di ruangan. Kepala ruang menyusun jadual dinas dalam satu bulan.

Mengenai pengembangan SDM, kepala ruangan dilibatkan dalam menyusun

rencana pendidikan dan pielatihan dan dilibatkan dalam penentuan perawat untuk

pelatihan yang ada.

2) Organizing

Hasil observasi tugas kepala ruang di ruang Interna 1 menunjukkan bahwa tugas kepala

sudah berjalan dengan baik di ruang Interna 1 sudah mengacu pada standar yang ada dan

40

perlu untuk lebih ditingkatkan. Oleh karena itu, kepala ruang sangat berperan penting

dalam peningkatan mutu asuhan keperawatan.

41

EVALUASI KUALITAS PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING

DI RUANG INTERNA 1 RSUD TANGERANG

No Kegiatan Observasi

Ya Tidak

A Pre interaksi

1 Mengidentifikasi data pasien (tingkat pendidikan dan pengeahuan

pasien/keluarga)

V

2 Mengidentifikasi kebutuhan perawatan lanjutan pasien di rumah V

3 Menyiapkan tempat untuk memberikan discharge planning V

4 Menyiapkan bahan pemberian discharge planning (pedoman

pemberian discharge palnnin, leaflet), suratkontrol dsb

V

B Orientasi

1 Memberi salam dengan senyum V

2 Memperkenalkan diri (nama dan peran) dan menjelaskan tugas perawat

(karu)

V

3 Menanyakan perasaan pasien/keluarga V

4 Menanyakan kegiatan yang akan dilakukan V

5 Menjelaskan tujuan kegiatan V

6 Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan

pemberian discharge palanning

V

C Kerja

1 Memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk klarifikasi informasi

yang telah disampaikan

V

2 Menjelaskan informasi discharge palnning secara urut sesuai pedoman V

a. Masalah keperawtan yangperlu tindak lanjut dirumah

b.Penyuluhan kesehatan

- Cara poemakaian obat

- Cara makan dan minum/pengaturan diet

- Cara pengaturan aktivitas dan istirahat

c. Perikasa ulang/kontrol

3 Mengklarifikasi informasi yang telah diberikan V

4 Menanyakan kejelasan informasi discharge planning yang telah

disampaikan pada pasien/keluarga

V

42

D Terminasi

1 Mengevaluasi pengetahuan pasien/keluarga tentang informasi

discharge planning yang diberikan

V

2 Memberikan reinforcement positif pada pasien /keluarga V

3 Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam V

E Dokumentasi

1 Perawat dan pasien/keluarga menandatangani bukti pemberian

disharge planning di blanko rekam medik yang telah disediakan

V

Total 16 2

Prosentase 87,89% 12,11%

Sumber data: data primer pengkajian 30 Maret-03 April 2015

Analisa Data:

Hasil observasi discharge planning di ruang Interna 1 menunjukkan hasil 88,89%. Hal

ini menunjukkan bahwa discharge planning di ruang Interna 1 dikategorikan baik atau sudah

mengacu pada standar yang ada dan perlu untuk lebih ditingkatkan. Oleh karen itu dengan

hasil yang sudah baik perawat perlu untuk menyiapkan tempat untuk digunakan discharge

planing dan dapat mengevaluasi pada keluarga tentang informasi yang telah diberikan.

.

43

BAB IV

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Sesuai dengan rencana kegiatan atau Plan Of Action (POA) yang telah disusun sebelumnya,

pelaksanaan dan evaluasi kegiatan berdasarkan prioritas masalah di Ruang Ranap Interna 1

RSUD Kota Tangerang adalah sebagai berikut:

A. Pelaksanaan

Adapun diketahui mulai tanggal 6 - 10 April 2015 di ruang Interna 1 Setiap pasien

dengan diagnosa Hiperglikemi diberikan intervensi dan penyuluhan tentang cara cara

pemberian insulin dengan benar selama 15 menit.

Kamar Nama Diagnosa Sebelum dilakukan

Intervensi

Sesudah dilakukan

intervensi

408-1 Tn. A Selulitis

Hiperglikemi

GDS : 288

Belum dapat memberikan

insulin dengan mandiri

GDS : 125

Sudah dapat

memberikan insulin

dengan mandiri

408-3 Tn. S Diabetes mellitus

Hipetensi

Vertigo

GDS : 192

Sudah dapat memberikan

insulin dengan mandiri

GDS : 123

Sudah dapat

memberikan insulin

dengan mandiri

409-1 Tn.

AA

CKD

Dipsnea

Hiperglikemi

GDS : 362

Sudah dapat memberikan

insulin dengan mandiri

GDS : 232

Sudah dapat

memberikan insulin

dengan mandiri

409-2 Tn. M Hemiparesedex

SNH

Hiperglikemi

GDS : 257

Belum dapat memberikan

insulin dengan mandiri

GDS :173

Sudah dapat

memberikan insulin

dengan mandiri

409-5 Tn. W Hipertensi

Vomitus

DVT

Hiperglikemi

GDS : 341

Sudah dapat memberikan

insulin dengan mandiri

GDS : 327

Sudah dapat

memberikan insulin

dengan mandiri

44

410-1 Tn. D Edema anasarka

CHF

Hipertensi

Hiperglikemi

GDS : 337

Belum dapat memberikan

insulin dengan mandiri

GDS : 291

Sudah dapat

memberikan insulin

dengan mandiri

410-2 Tn.

Muh

Edema anasarka

CKD

Hipertensi

Hiperglikemi

GDS : 227

Belum dapat memberikan

insulin dengan mandiri

GDS : 125

Sudah dapat

memberikan insulin

dengan mandiri

410-3 Tn. K Diabetes mellitus

Penurunan

kesadaran

GDS : 159

Belum dapat memberikan

insulin dengan mandiri

GDS : 74

Belum dapat

memberikan insulin

dengan mandiri

B. Evaluasi

Setelah diberikan penyuluhan dan intervensi seperti :

Menganjurkan pasien mengurangi makanan yang manis-manis

Menganjurkan klien untuk mengontol gula darah seminggu sekali

Mengajarkan klien dan keluarganya yang tinggal satu rumah dengan klien cara

memberikan insulin dengan benar .

Didapat hasil bahwa adanya hubungan antara intervensi dan penyuluhan tentang cara

memberikan insulin dengan benar di ruang interna 1 yaitu hasil sebelum dan sesudah

dilakukannya intervensi sebagai berikut:

1. Tn. A dengan diagnose Selulitis Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi dengan

nilai GDS 288 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri. Kemudian setelah

dilakukan intervensi GDS 125 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.

2. Tn. S Diabetes melitus dengan diagnose hipetensi Vertigo sebelum dilakukan

intervensi dengan nilai GDS 192 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.

Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 123 Sudah dapat memberikan insulin

dengan mandiri.

3. Tn. AA dengan diagnose CKD Dipsnea Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi

dengan nilai GDS 362 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri .

45

Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 232 sudah dapat memberikan insulin

dengan mandiri.

4. Tn. M dengan diagnose Hemiparesedex SNH Hiperglikemi sebelum dilakukan

intervensi dengan nilai GDS 257 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri.

Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 173 sudah dapat memberikan insulin

dengan mandiri.

5. Tn. W dengan diagnose Hipertensi Vomitus DVT Hiperglikemi sebelum dilakukan

intervensi dengan nilai GDS 341 Sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.

Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 327 sudah dapat memberikan insulin

dengan mandiri.

6. Tn. D dengan diagnose Edema anasarka CHF Hipertensi Hiperglikemi

sebelum dilakukan intervensi dengan nilai GDS 337 belum dapat memberikan

insulin dengan mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 291 sudah

dapat memberikan insulin dengan mandiri.

7. Tn. Muh dengan diagnose edema anasarka CKD Hipertensi Hiperglikemi

sebelum dilakukan intervensi dengan nilai GDS 227 belum dapat memberikan

insulin dengan mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 125 sudah

dapat memberikan insulin dengan mandiri.

8. Tn. K dengan diagnose Diabetes mellitus Penurunan kesadaran sebelum

dilakukan intervensi dengan nilai GDS 159 belum dapat memberikan insulin dengan

mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi nilai GDS 74 belum dapat

memberikan insulin dengan mandiri

Analisa Data

Dari hasil evaluasi diatas, bahwa saat dilakukan pengkajian Kadang-kadang

masih ada perawat yang belum melakukan sosialisasi tentang cara pemberian insulin

dengan benar ke pasien, dan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 yang telah

sosialisasi tentang cara pemberian insulin dengan benar sebanyak 97%. Hal ini

didukung dengan kepala ruang yang selalu mengingatkan para perawat untuk selalu

mensosialisasikan tentang cara pemberian insulin dengan benar pada klien dengan

diagnose hiperglikemi, selain itu para perawat juga saling mengingatkan antar

perawat satu dengan yang lain untuk selalu bisa bersosialisasi dengan pasien dan

keluarga pasien.

46

Para ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur tentang pemberian insulin,

untuk mengingatkan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 agar selalu memberikan

sosialisasi pada pasien hiperglikemi, selain itu dengan adanya karikatur dan leaflet,

dapat mengoptimalkan para perawat untuk dengan mudah mensosialisasikan tentang

hiperglikemi. Karikatur yang digunakan telah dikonsulkan dengan kepala ruang dan

bidang keperawatan, setelah disetujui para ners muda kemudian memberikan pada

kepala ruang untuk ditindak lanjuti. Adapun faktor pendukung dan penghambat

adalah sebagai berikut :

a. Faktor Pendukung

1) Adanya dukungan dari Kepala Ruangan dan Pembimbing

2) Perawat bersedia melakukan Sosialisasi tentang Hiperglikemi kepada Pasien

dan Keluarga Pasien

b. Faktor Penghambat

1) Belum adanya Poster/Leaftlet tentang Diabetes Melitus

C. Pelaksanaan pembuatan Poster dan Leaflet tentang DM

Saat ini Sudah ada diruangan Ranap Interna 1

D. Penyuluhan tentang DM

Telah dilakukan pada tanggal 06 April 2015 – 10 April 2015 sebelum makan siang

sekitar jam 11.00 – jam 12.00 WIB dan di ikuti oleh pasien dan keluarga

E. Pelaksanaan Magang Kepala Ruang Di Ruang Kenanga RSU Daerah Tangerang

1. Tahap Persiapan

a. Pengkajian data di Ruang Ranap Interna1

b. Menyusun POA sesuai dengan masalah dan presentasi hasil dari pengkajian data

di Ruang Ranap Interna 1 pada tanggal 3 April 2015

c. Mempelajari uraian tugas Kepala Ruang yang ada di Ruang Ranap Interna 1

RSUD Kota Tangerang pada tanggal 3 April 2015

2. Tahap Pelaksanaan

a. Membuat jadwal magang Kepala Ruang pada tanggal 30 Maret 2015

47

b. Melakukan diskusi dan konsultasi dengan Kepala Ruang mengenai jadwal

magang Kepala Ruang pada tanggal 01 April 2015

c. Pelaksanaan magang kepala ruang mulai tanggal 30 Maret - 11 April 2015

3. Tahap Evaluasi

a. Melakukan evaluasi magang kepala ruang pada tanggal 11 April 2015

Jadwal Magang Kepala Ruang

Tabel

Jadwal Magang Kepala Ruang di Ruang Kenanga RSUD Tangerang

Tanggal Maret – April 2015

Karu

30 Maret – 1

April

02-04 April 06-08

April

09-011 April

Rukmana Nurjazilah Nuraliyani Neneng Satriani S

Sumber : Data Primer

Analisa Data

Dari tabel diatas dapat dianalisa bahwa para ners muda telah melakukan

magang kepala ruang interna 1, di mana jadwal telah di tetapkan oleh

Pembimbing Akademik.

50

TABEL PLAN OF ACTION (POA)

MasalahPokok

KegiatanUraian Kegiatan Tujuan Sasaran

Target

Waktu

Pelaksanaan

Penanggung

jawabOrang yang terkait

Hiperglikemi

(Kenaikan

Kadar Gula

dalam Darah)

Untuk

menstabilkan

kembali kadar

gula dalam

darah.

Lakukan

Pemeriksaan

kadar glukosa

Anjurkan Pasien

untuk

membatasi

makan-

makanan yang

manis.

Anjurkan klien

untuk patuh

menyuntikkan

insulin.

Tn. D dengan dx,

hiperglikemi

Tn. M dengan dx.

Hiperglikemi

Tn. K dengan dx.

Diabetes Melitus

Tn. W

denganHiperglikemi

Tn. AA

denganHiperglikemi

Tn. S dengan

Diabetes Melitus

Tn. M

denganHiperglikemi

Pelaksanaan

dilakukan

padatanggal

6-8

siangHari

Siang hari

Siang hari

Neneng Satriani

Nuraliyani

Nurjazilah

Rukmana

Kepala Ruangan

Ketua Tim

Perawat Pelaksana

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka KelompokNers Manajemen

Keperawatan STIKES YATSI Tangerang dapat menyimpulkan sebagai berikut:

a. Dalam pelaksanaan Universal Precaution didapatkan hasil bahwa saat memberikan

insulin terkadang masih ada perawat yang belum mengajarkan pemberian insulin dengan

benar kepada klien, dan setelah di lakukan sosialisasi perawat telah mengajarkan cara

pemberian insulin dengan benar kepada klien dan para perawat di Ruang Interna 1 telah

saling mengingatkan untuk mengajarkan pemberian insulin kepada klien saat

memberikan insulin kepada klien.

Para Ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur dan poster tentang diabetes

mellitus dan pemberian insulin dengan benar, untuk mengingatkan para perawat di Ruang

Interna 1 agar selalu mengajarkan klien cara memberikan insulin dengan benar saat

membeikan insulin, selain itu dengan adanya karikatur dan poster, dapat mengoptimalkan

para perawat untuk mengajarkan cara memberikan insulin dengan benar.

b. Dalam pembuatan baganVisi dan Misi di Ruang Interna 1dengan target awal 100%,

criteria keberhasilanya itu telah tersusun baganVisi dan Misi di Ruang Interna 1 sesuai

kondisi saat ini. Dari hasil pelaksanaan didapatkan hasil 100% yang artinya bahwa bagan

Visi dan Misi telah dilaksanakan dengan baik.

c. Dalam proses magang kepala ruang didapatkan hasil bahwa ners muda yang belum

berpengalaman menjadi kepala ruang, setelah magang menjadi kepala ruang telah

mendapatkan gambaran menjadi kepala ruang.

B. SARAN

Dari hasil evaluasi dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka kami memiliki beberapa

saran antara lain :

a. SAK Diabetes Melitus, SNH dan TB Paru belum tersusun, diharapkan rumah sakit dapat

segera menyususn SAK Diabetes Melitus agar dapat mengaplikasikan dan

mengoptimalkan SAK tersebut sesuai dengan SAK yang telah ada.

51

b. Sebelum melakukan tindakan keperawatan agar perawat tetap selalu mengajarkan cara

penyuntikan insulin untuk pasien yang akan pulang kerumah.

c. Bagan Visi dan Misi yang telah di buat semoga dapat dirawat dengan baik dan dapat

menjadikan patokan dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada pasien. Selain itu dapat

memberikan semangat kepada seluruh petugas di ruang interna 1

d. Setelah para ners muda melakukan magang kepala ruang, untuk kedepannya agar waktu

dalam magang sebagai kepala ruang dapat ditambahkan waktu untuk praktek manajemen

dari pihak akademik, untuk lebih memahami tugas kepala ruang dan menambah

pengalaman ners muda.

52

DAFTAR PUSTAKA

- Nursalam. 2000.Manajemen Jeperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan

professional edisi 2 .Jakarta : EGC

- Rangkuti.2006. Analisis SWOT : Teknik membedah kasus bisnis. Jakarta :

Gramedia Pustaka

- Swanburg. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk

perawat klinis. EGC

53