LAPORAN MAGANG PTPN 2

106
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai implementasi SK Dirjen DIKTI No. 163 / DIKTI / KEP / 2007. Program Studi (PS) ini Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran menjadi 2 (dua) PS yaitu Program Studi Agroteknologi dan Agribisnis. PS Agroteknologi merupakan merger dari 4 Program Studi ( PS Agronomi, PS Pemuliaan Tanaman, PS Hama dan Penyakit Tanaman dan PS Ilmu Tanah). Program studi merupakan integral dari Fakultas Pertanian dan Universitas Padjadjaran, dalam menyusun strategi dan upaya pengembangannya, selalu mengacu pada Renstra Unpad. Di dalam Renstra Unpad tertera Grand Strategy Pengembangan Unpad 2007 – 2026 terbagi ke dalam empat periode tahapan dengan masing – masing temannya sebagai berikut : (1) menjadi universitas pembelajaran unggul; (2) peraihan kemandirian dan riset bermutu; (3) peraihan daya saing regional dan;(4) peraihan daya saing internasional. Berdasarkan Renstra ini, Unpad semakin menegaskan visinya untuk : “Menjadi Universitas Unggul Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Kelas Dunia”. Dalam mencapai visi tersebut, Unpad melaksanakan misi : (1) menyelenggarakan pendidikan (pengajaran,penelitian,dan 1

Transcript of LAPORAN MAGANG PTPN 2

Page 1: LAPORAN MAGANG PTPN 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai implementasi SK Dirjen DIKTI No. 163 / DIKTI / KEP / 2007.

Program Studi (PS) ini Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran menjadi 2

(dua) PS yaitu Program Studi Agroteknologi dan Agribisnis. PS Agroteknologi

merupakan merger dari 4 Program Studi ( PS Agronomi, PS Pemuliaan Tanaman,

PS Hama dan Penyakit Tanaman dan PS Ilmu Tanah). Program studi merupakan

integral dari Fakultas Pertanian dan Universitas Padjadjaran, dalam menyusun

strategi dan upaya pengembangannya, selalu mengacu pada Renstra Unpad. Di

dalam Renstra Unpad tertera Grand Strategy Pengembangan Unpad 2007 – 2026

terbagi ke dalam empat periode tahapan dengan masing – masing temannya

sebagai berikut : (1) menjadi universitas pembelajaran unggul; (2) peraihan

kemandirian dan riset bermutu; (3) peraihan daya saing regional dan;(4) peraihan

daya saing internasional.

Berdasarkan Renstra ini, Unpad semakin menegaskan visinya untuk :

“Menjadi Universitas Unggul Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Kelas Dunia”.

Dalam mencapai visi tersebut, Unpad melaksanakan misi : (1) menyelenggarakan

pendidikan (pengajaran,penelitian,dan pengembangan ilmu pengetahuan,serta

pengabdian masyarakat) yang mampu memenuhi tuntutan masyarakat penggunan

jasa pendidikan tinggi ; (2) menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berdaya

saing internasional dan relevan dengan tuntutan pengguna jasa pendidikan dalam

memajukan perkembangan intelektual dan kesejahteraan masyarakat; dan

(3)menyelenggarakan pengelolaan pendidikan yang profesional dan akuntabel

untuk meningkatkan citra perguruan tinggi.

Sejalan dengan visi dan misi Unpad, maka visi PS Agroteknologi Fakultas

Pertanian Unpad mempunyai visi menjadi pusat pendidikan pertanian yang

berbasis pada teknologi modern dan kearifan lokal dengan berorientasi pada

system pertanian berkelanjutan guna menghasilkan sumberdaya yang berkualitas

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai visi

1

Page 2: LAPORAN MAGANG PTPN 2

tersebut, maka Fakultas Pertanian Unpad melaksanakan misi yaitu : (1) secara

terus menerus memperbaiki dan meningkatkan aspek L-RA/SE (Leader,

Relevance,Academic,Amosphere,Internal Management, Sustainability, dan

Efficiency), (2) berupaya mencapai dan mempertahankan akuntibilitas pendidikan

dan pengajaran, (3) mengupayakan optimalisasi penelitian dan pengabdian

masyarakat, serta (4) menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga baik didalam

negeri maupun luar negeri.

Sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki Fakultas Pertanian Unpad

diatas, mahasiswa PS Agroteknologi harus mengikuti serangkaian pendidikan

yang terdiri dari kuliah, pratikum, diskusi, seminar, kuliah lapangan, dan magang.

Khusus dalam magang secara harafiah diartikan sebagai latihan (uji coba)

bagi calon pegawai sebelum orang tersebut resmi diangkat menjadi pegawai tetap.

Dalam hal ini yang dimaksud magang bagi mahasiswa Agroteknologi adalah

suatu proses pendidikan yang ditempuh di instansi / perusahaan tertentu guna

memperoleh pengalaman kerja.

Bagi instansi / perushaan/ usaha pertanian, tempat mahasiswa melakukan

kegiatan magang mempunyai arti tersendiri antara lain :

1. Berpatisipasi aktif dalam menunjang program pendidikan dan membantu

mempersiapkan tenaga terdidik serta pengabdian masyarakat, melalui

fasilitas magang

2. Memperkenalkan diri (promosi) keberadaan perusahaan/ instansi/ usaha

pertanian tersebut.

3. Memperoleh tenaga terdidik walaupun waktu yang singkat

1.2 Tujuan Penulisan Laporan

Secara umum :

Magang adalah suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh mahasiswa

dengan tujuan agar mahasiswa mampu mengindetifikasi, memecahkan

masalah dalam perusahaan, terampil dalam menggunakan alat dalam suasana

kerja sebenarnya serta dapat mengelolah suatu usaha

Secara khusus :

2

Page 3: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Agar mahasiswa lebih memahami dan dapat melakukan praktek – pratek

budidaya (persiapan media tumbuh, persemaian, pembibitan, pemeliharaan,

penanganan panen dan pasca panen, dll) dan manajemen usaha pertanian atau

agribisnis (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling)

Agar mahasiswa memperoleh masukan – masukan baru yang tidak diperoleh

dibangku kuliah sebagai bahan untuk membuat laporan, diskusi, dan seminar

yang akan dilakukan oleh mahasiswa

Mampu merancang bangun dan merekayasa teknologi yang efisien ( cost

reducing technologie).

1.3 Rumusan Masalah

Adapun dalam penyusunan laporan ini kami memiliki kerangka pikiran

yang telah dirumuskan dalam beberapa bagian, sebagai berikut ?

Bagaimana gambaran umum dari perusahaan/instansi/ usaha pertanian

yang ada ?

Apa yang menjadi komoditas produksi utama dari perusahaan / instansi /

usaha pertanian yang ada ?

Bagaimana alur kerja di lapangan dari perusahaan / instansi / usaha

pertanian yang ada?

Apa yang menjadi masalah utama dilapangan dalam pelaksanaan kegiatan

keprofesian ?

1.4 Manfaat Penulisan

Dalam penyusunan laporan ini kami mengharapkan adanya manfaat yang

ingin dicapai dalam beberapa bagian, yakni :

Sebagai prasyarat tugas mata kuliah KKP ( Kuliah Kerja Profesi) pada

semester ganjil

Sebagai sumber informasi bagi pembaca dalam pelaksanaan kegiatan

keprofesian selanjutnya.

Sebagai sumber inspirasi bagi pembaca dalam menambah wawasan

mengenai kegiatan produksi komoditas kelapa sawit sehingga adanya

timbal balik informasi refrensi penulisan laporan selanjutnya.

3

Page 4: LAPORAN MAGANG PTPN 2

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PTPN II merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sebelumnya perusahaan ini dikuasai oleh Verenigde Dely Me (VDM) yang

merupakan salah satu maskapai milik Belanda yang terbatas pada Perkebunan

Tembakau Deli dan setelah menjadi peralihan kekuasaan Belanda kepada

Indonesia perusahaan ini dikenal dengan nama N.V. Deli Maskapai

(MODTHCHAPPY) yang berkantor pusat di Medan. Kemudian dengan peraturan

pemerintah perusahaan ini diberi nama Perusahaan Negara Tembakau Deli

(PPNTD-I).

Pada awalnya berdirinya Perkebunan Nasional Pagar Marbau adalah di

bawah naungan PTPN IX, namun dalam perkembangannya PTPN IX bergabung

dengan PTPN II. Awalnya perkebunan PTPN IX hanya menanam tembakau

sebagai hasil utama. Namun sesuai dengan izin diversifikasi usaha dari Menteri

Pertanian dengan surat Keputusan No.393/KPTS/UM/1970 tanggal 16 Agustus

1970 untuk Pagar Marbau dan Kuala Namu maka kebun tembakau dikonversikan

menjadi kebun kelapa sawit. Kebun-kebun tembakau yang dikonversikan adalah

kebun dengan jenis tanah yang digolongkan kelas tiga untuk tembakau yang

produksinya rendah disebabkan derajat penyakit layu yang tinggi. Dengan

perkataan lain jika perkebunan tersebut dipertahankan untuk penanamantembakau

akan menimbulkan kerugian terus-menerus.

Realisasi diversifikasi usaha dimulai dengan penanaman kelapa sawit

secara bertahap yaitu :

1971 : 325 Ha

1972 : 1000 Ha

1973 : 1175 Ha

1974 : 1000 Ha

1975 : 1000 Ha

1976 : 1000 Ha

Jumlah : 5500 Ha

4

Page 5: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Pembiayaan penanaman kelapa sawit dari tahun 1971 sampai dengan 1973

seluruhnya dari PTP-DC. Untuk penanaman seterusnya beserta pembangunan

pabrik diperoleh dari Departemen Keuangan. Untuk tahun-tahun selanjutnya

perluasan tanaman juga dilakukan dibeberapa kebun lainnya sehingga jumlah

keseluruhan tanaman terdapat pada tabel 1.1 di bawah ini :

Tabel 1.1 Data Perluasan Tanaman Sawit di PTPN IX

Kebun Luas (Ha)

Pagar Marbau

Batang Kuis

Klumpang

Bandar Klippa

Sampali

Saentis

Helvetia

7693,34

680,89

601,47

32

44

14

146

Jumlah 9211,70

PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Pagar Marbau direncanakan pada tahun 1974

oleh Direksi PTPN IX. Pada tahun 1975 pembangunan pabrik dimulai dengan

kapasitas produksi awal 30 tahu TBS ( Tandan Buah Segar)/ jam dari yang telah

direncanakan 60 ton TBS/ jam. Sebagai supplier adalah USINE DE WECKER,

Luxemburg (UDW), dan dalam hal ini menunjuk PT. Admindo Medan sebagai

sub kontraktor yang melakukan sebagian besar fabrikasi. Sedangkan pekerjaan

lain diluar apply UDW seperti water treatment plant, laboratorium, workshop,

incinerataor, kantor, drainase, dll dikerjakan oleh pemborong lokal. Untuk

menjamin supply berkualitas baik, PT. Narada Consultant Bandung ditunjuk

sebagai konsultan PT. Perkebuan IX.

Penyelesaian pembangunan pabrik pada akhir November 1976 dan

kemudian dilakukan individual tes, pemanasan perlahan-lahan, pembersihan, dan

trial run. Pada awal Januari 1977 pabrik mulai beroperasi secara berangsur-angsur

untuk kemudian mencapai kapasitas penuh (30 ton TBS/jam) pada awal Februari

1977 dan dilanjutkan dengan Commisionong pada akhir Februari 1977.

5

Page 6: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Pabrik Kelapa Sawit Pagar Marbau diresmikan secara simbolis oleh Bapak

Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 4 April 1977 dengan

penandatangan prasasti di perkebunan Adolina PTPN-IV. Dalam usaha

peningkatan kapasitas pabrik dari 30 ton TBS/jam menjadi 60 ton TBS/jam telah

dibangun secara bertahap instalasi kedua (second line) mulai tahun 1983 dan

selesai pada tahun 1985.

Pada awalnya PKS Pagar Marbau dipimpin oleh seorang administratur,

namun pada perkembangan selanjutnya dilakukan pemisahan antara kebun dan

pabrik, dimana kebun dipimpin oleh seorang administrator dan pabrik dipimpin

oleh seorang manager pabrik sesuai dengan SKPTS Direksi PTPN II

No.11/KPTS/R.3/1999 tanggal 30 April 1999.

Walaupun terjadi pemisahan antara pabrik dan kebun, namun keduanya

saling mendukung karena pengadaan persediaan bahan baku untuk diolah setiap

harinya sebagian besar berasal dari kebun itu sendiri. Dengan kata lain pabrik

tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kebun dan sebaliknya kebun tidak

akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan pabrik.

Adapun jenis bibit yang dipergunakan adalah persilangan antara jenis

Durra dan Psifera, Durra dengan Tanera, Tanera dan Pisifera. Pembiayaan

penanaman kelapa sawit dari tahun 1971 sampai 1972 seluruhnya dari PTPN IX

yang pada tanggal 11 Maret 1996 menjadi PTP Nusantara II (Persero).

2.2 Size and Layout Perusahaan

PTP.Nusantara II PKS Pagar Marbau berada pada ketinggian 50 meter dari

permukaan laut dan letak diantara kota Lubuk Pakam dan Kota Galang. Dari kota

Lubuk Pakam berjarak sekitar 4 km, dan 32 km dari pusat kota Medan.

2.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah sekumpulan orang – orang yang mempunyai tujuan

tertentu dan diantara mereka dilakukan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan

tersebut. Dalam menjalankan suatu organisasi perlu dibuat suatu struktur

organisasi. Struktur organisasi perusahaan akan memberikan kejelasan hubungan

kerja antara bagian – bagian yang ada di dalam organisasi tersebut. Metode

pembagian tugas memunculkan 3 (tiga) jenis hubungan kerja dalam organisasi

6

Page 7: LAPORAN MAGANG PTPN 2

yaitu struktur organisasi garis, fungsional dan staf, serta penggabungan antara

keduanya yang disebut dengan struktur organisasi matriks. Secara definitive,

struktur organisasi adalah gambaran skematik tentang hubungan kerja antara

fungsi – fungsi, unit – unit / bagian – bagian maupun individu – individu masing –

masing mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang tertentu dalam

mencapai tujuan.

Dalam menjalankan kegiatan ataupun aktivitas suatu organisasi terdapat

hubungan diantara orang – orang yang menjalankan aktivitas tersebut. Semakin

banyak kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi, maka semakin kompleks

pula hubungan yang ada. Oleh sebab itu, perlu dibuat suatu bagan yang

menggambarkan tentang hubungan serta uraian yang jelas dari setiap orang atau

unit organisasi yang terlibat tersebut termasuk hubungan antara masing – masing

kegiatan.

Dengan adanya struktur organisasi maka diperoleh suatu kejelasan arah

dan koordinasi setiap tugas dan kegiatan yang dapat disistribusikan secara efisien,

teratur, terarah untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan dimana masing –

masing personil dan kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan hasil

pekerjaannya. Jadi tugas seorang karyawan dapat diuraikan atas beberapa fungsi.

Atasan dari seorang bawahan adalah orang – orang yang bertanggung jwab atas

terselenggaranya fungsi – fungsi tersebut.

7

Page 8: LAPORAN MAGANG PTPN 2

BAB III

KEGIATAN KERJA

3.1 Tanaman Ulang

Tanaman ulang (replanting) adalah suatu bentuk pekerjaan dengan tujuan

mengganti tanaman yang telah tua dan kurang menguntungkan dari segi

produktivitasnya dengan tanaman baru. Bila telah sampai pada keadaan seperti ini

tanaman harus diremajakan. Dalam hal ini penggantian/peremajaan tanaman

dimaksud adalah dengan jenis tanaman yang sama.

Untuk mengetahui areal tanaman kelapa sawit yang akan ditanam ulang

(replanting) perlu dilakukan analisa produksi terhadap areal yang akan ditanam

ulang, hal ini dapat dilihat dari umur tanaman yang telah lanjut dan diikuti dengan

berkurangknya jumlah pohon per ha, penurunan produksi yang dihasilkan dan

pada titik tertentu tidak menguntungkan lagi. Bila telah sampai pada keadaan

seperti ini tanaman harus diremajakan. Pengambilan keputusan untuk melaksakan

tanam ulang (replanting) kriterianya berdasar kepada:

a. Produktivitas tanaman sampai pada satu titik keadaan atau tahun anggaran

(perencanaan).

b. Volume produksi dalam upaya menjaga keseimbangan produksi (TBS)

dengan kapasitas pabrik.

c. Break even point (BEP) analisis biayan produksi dengan penerimaan.

d. Berkaitan dengan produktivitas lahan mencakup faktor :

a. Kerapatan pohon per ha

b. Serangan hama dan penyakit

c. Jenis persilangan tanaman

d. Pemupukan sebagai komponen biaya terbesar dalam biaya

tanaman.

e. Komposisi Umur tanaman.

Komposisi ideal antara TM, TBM, dan TU adalah sebagai berikut :

TM : 86 %

TBM : 10%

8

Page 9: LAPORAN MAGANG PTPN 2

TU : 4 %

Pada tanggal 1 Agustus 2011 Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau

melaksanakan kegiatan Tanam Ulang (Replanting) pada salah satu Afdelingnya

yaitu Afdeling 1 pada Blok I dan Blok II. Tanaman kelapa sawit yang ditanam

ulang adalah tanaman kelapa sawit tahun tanam 1985. Di salah satu blok ada

tanaman kelapa sawit tahun tanam 1984. Seharusnya tanaman ini sudah dapat

dilakukan tanam ulang namun karena produksi masih tinggi kegiatan tanam ulang

dialihkan ke tanaman tahun tanam 1985.

Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Survei /mengukur areal

Kegiatan ini berlangsung sekitar 1,5 bulan, ditujukan terutama untuk

menginventarisasi areal dalam hal jumlah pokok, kondisi gulma dan lain-

lain. Pada saat yang bersamaan jika diperlukan dapat dilakukan

pengukuran ulang terhadap luas areal yang akan diremajakan tersebut.

2. Pemancangan

Kegiatan memancang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menentukan posisi atau letak pohon di dalam areal yang tercermin dalam

bentuk jarak tanam. Pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi jumlah

pohon per ha. Jarak tanam yang umum di anjurkan oleh Balai Penelitian

adalah :

9,09 x 7,692 meter = 143 pokok per ha

9,09 x 8,33 meter = 132 pokok per ha

Dalam hal ini, kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau menggunakan jarak

tanam 9,09 x 7,692 meter dengan jumlah pokok per ha 143 pokok.

Sebelumnya kebun ini menggunakan jarak 9,09 x 8,33 meter pada

lahannya. Pemancangan yang dilakukan pada kebun ini ada dua jenis

yaitu pancang kepala dan pancang rencik. Pancang kepala dibuat dengan

meletakkan patok dari pelepah kelapa sawit dengan jarak antar patok

sebesar 100 m (tergantung keinginan). Agar letak antar patok lurus maka

digunakan sebuah alat untuk membidik patok lainnya. Setelah pancang

kepala selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah membuat pancang

rencik di antara pancang kepala.

9

Page 10: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Bongkar Tumbang Pokok

Pada kegiatan ini semua tanaman tua ditumbang dengan cara membongkar

batang pohon berikut dengan akarnya dengan tujuan menjaga akar

tanaman muda yang akan ditanam nanti dapat terhindar dari kemungkinan

timbulnya serangan penyakit akar (Ganoderma). Cendawan (Ganoderma)

adalah jamur yang tidak tahan terhadap udara terbuka dan cahaya matahari

langsung. Pekerjaan bongkar tumbang pokok termasuk dalam kategori

pekerjaan berat, sehingga dipergunakan alat-alat mekanis seperti traktor

yang bertujuan :

Memudahkan pelaksanaan penumbangan

Memepercepat masa kerja

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pembongkaran atau

penumbangan pokok adalah :

Jatuhnya pohon disusun searah menurut arah yang sama misalnya utara

dan selatan dan

Akar pohon harus ikut terbongkar dan digeser kurang lebih 1 meter dari

tepat tegak semula

Tumbangan pohon yang dapat menghalangi kelancaran transportasi

disingkirkan segera setelah penumbangan pohon tersebut

Pada pelaksanaan ini traktor yang digunakan adalah traktor Avance PC

2000 Komatsu. Pelaksanaan ini dilakukan dengan borongan sistem tender yang

dilakukan oleh kantor pusat. Di lapangan pohon yang tumbang disebabkan 2

faktor yaitu karena ditumbang dengan traktor atau karena tumbang sendiri akibat

serangan cendawan ganoderma.

Pelaksanaan tumbang pokok yang dilakukan dilapangan adalah sebagai berikut:

1. Pohon ditumbang dengan traktor kemudian disusun rapi

2. Tanah dan akar yang diangkut diletakkan pada sisi kanan lubang.

3. Akar yang masih ada di tanah kemudian di bongkar dengan lebar 1,5 m

x 1,5 m hingga tidak ada akar yang tertinggal.

10

Page 11: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Gambar 1. Batang pohon yang ditumbang disusun rapi

11

Page 12: LAPORAN MAGANG PTPN 2

3.2 Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit adalah suatu tempat (areal) dimana untuk

sementara waktu (± 12 bulan) bibit ditanam, dipelihara (merumput, menyiram,

memupuk, memberantas hama, dll) serta dilaksanakan seleksi sebelum bibit

tersebut memenuhi syarat untuk ditanam di lapangan. Untuk mendapatkan hasil

yang baik dalam rangka penanaman kecambah atau kultur jaringan, pemindahan

ke pembibitan utama dan pemindahan ke lapangan diperlukan perlakuan kultur

teknis gulma menghindari kerugian yang ditimbulkan akibat kesalahan dalam

pelaksanaannya.

Sistem pembibitan kelapa sawit ada 2 jenis yaitu pembibitan satu tahap

(single stage system) dan pembibitan dua tahap (double stage system). Pada

pembibitan satu tahap, kecambah langsung ditanam di large polybag dipelihara

10-12 bulan. Pada pembibitan dua tahap, kecambah yang diterima ditanam pada 2

tahap pembibitan yang terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan

utama (main nursery). Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau dalam hal ini

menggunakan sistem pembibitan dua tahap karena dinilai lebih mudah

pengawasan, pemeliharaan meliputi pemupukan, penyiraman dan pengendalian

hama penyakit. Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa single stage system

sebelumnya telah dilaksanakan dikebun seberang pada tanggal 17 Oktober 1988

dengan jumlah bibit sebanyak 2887 pk dimana langsung ditanam dalam kantong

plastik (polybag) dengan jarak tanam 80 cm x 80 cm. Akan tetapi, sistem ini tidak

dianjurkan lagi karena sesuai pengalaman bahwa bibit banyak yang mati

walaupun pertumbuhan tanaman lebih baik dibandingkan dengan double stage.

3.2.1 Tahapan Pembibitan Dua Tahap Kebun Tanjung Garbus Pagar

Merbau

Tahap pembibitan dua tahap terdiri dari persiapan pembibitan meliputi

pembibitan awal, pembibitan utama dan pemeliharaan pembibitan meliputi

pembibitan awal dan pembibitan utama.

a. Persiapan pembibitan

Dalam merencanakan membuka suatu pembibitan memilihi lokasi

pembibitan merupakan pekerjaan awal dari setiap rencana pengembangan

12

Page 13: LAPORAN MAGANG PTPN 2

penanaman kelapa sawit karena pembibitan ini harus dapat digunakan untuk masa

minimal 5 tahun rencana.

Beberapa syarat penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi

pembibitan yaitu :

Lokasi dekat sumber air

Topografi rata dan bukan daerah banjir

Dekat dengan lokasi penanaman

Terhindar dari gangguan sumber OPT

Mudah didatangi (jalan ke tempat tersebut harus baik)

Dekat dari kantor sehingga pengawasan dapat dilakukan lebih sering

Untuk syarat topografi, lahan pembibitan di afdeling 6 sedikit bergelombang dan

merupakan bekas pembibitan sebelumnya.

1. Persiapan kecambah

Untuk kecambah saat ini kebun Tanjung Garbus menggunakan kecambah

varietas tenera hasil persilangan dura dan pisifera yang dibeli dari PPKS Marihat.

Jenis ini memiliki inti lebih kecil tetapi cangkang lebih tipis, daging buah lebih

tebal dan kandungan minyak lebih tinggi hampir mencapai 22-23 %. Varietas ini

lebih baik dibandingkan dengan hasil persilangan Pisifera x Dura , Dura x Tenera

atau Tenera x Dura yang hanya berkisar 16 -18 % dan 18-20 % kandungan

minyaknya. Berdasarkan infomasi yang diperoleh dari petugas lapangan,

sebelumnya kebun ini pernah memakai kecambah yang berasal PTPP Lonsum.

Dalam proses persiapan kecambah, biji yang dikecambahkan berasal dari

pokok induk yang memenuhi beberapa persyaratan atau sifat tertentu antara lain

vegetatif, generatif serta kualitas dan kuantitas minyak yang baik.

2. Pemesanan kebutuhan kecambah

Dalam pemesanan kecambah harus sudah diajukan selambat-lambatnya 3

bulan sebelum penerimaan. Hal ini dikarenakan jadwal dan banyak pengiriman

supaya diperhitungkan sebaik-baiknya. Perhitungan yang tepat untuk kebutuhan

bahan tanaman sangat diperlukan supaya tidak kekurangan maupun berlebihan.

Hal ini perlu dikaji berdasar data-data sebagai berikut:

1. Luas areal yang akan ditanami

2. Jarak tanam yang dianjurkan

13

Page 14: LAPORAN MAGANG PTPN 2

3. Kemampuan kultur teknis pembibitan

4. Kebutuhan penyisipan dilapangan

5. Serangan hama dan penyakit

Berdasarkan pengalaman pembibitan, kebutuhan biji kecambah untuk setiap

ha/tanaman di lapangan adalah sebagai berikut:

Jarak Tanam (m) Kerapatan Pokok/ha (pkk) Jumlah kecambah/ha (st)

3,5 x 7,4 158/160 210 (131 %)

9 x 7,8 143 190 (133 %)

9,1 x 7,9 138/139 180 (130 %)

9,42 x 8,16 130 170 (131 %)

9,5 x 8,2 127/128 170 (133 %)

10 x 8,7 115/116 150 (130 %)

Jumlah kecambah yang dipesan disesuaikan dengan luasan lahan yang akan

ditanam ulang. Dalam hal pemesanan kecambah, jumlah yang dipesan dilebihkan.

Bidang pembibitan kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau, biasanya memesan

kecambah dengan melebihkan jumlahnya sebesar 31 % dari jumlah sebenarnya.

Persentase ini didapat dengan perhitungan di bawah ini :

1. Tanaman utama = 130 pokok/ha

2. Seleksi kecambah 1 % x 130 = 1,3

3. Seleksi Pre Nursery 10 % x 130 = 13

4. Seleksi Main Nursery 15 % x 130 = 19,5

5. Sisipan 5 % x 130 = 6,5

Jumlah 31 % = 170,3 ~ 170 kecambah/ha

6. Media Tanah

Agar diperoleh bibit yang baik pertumbuhannya, tanah yang digunakan

adalah tanah atas (top soil) : 0-10 cm untuk Pre Nursery dan 0-20 cm untuk Main

Nursery. Bidang pembibitan di Afdeling 6 saat ini menggunakan tanah yang

diambil dari sekitar perakaran bawah pohon kelapa sawit yang bebas dari

ganoderma dan mengandung banyak bahan organik. Tanah yang dianjurkan untuk

pembibitan adalah tanah yang mengandung cukup banyak bahan organik, berpasir

14

Page 15: LAPORAN MAGANG PTPN 2

(30-50 %) dan berliat. Tanah sebelumnya di ayak dengan ayakan ukuran mesh 0,5

x 0,5 cm untuk Pre Nursery dan ukuran mesh 1 x 1 cm untuk Main Nursery

dengan tujuan untuk membuang sisa kayu, akar, batu, dan lain-lain. Kebutuhan

tanah 1 m3 menghasilkan 666 polybag yang berisi tanah dan 40 large polybag

yang berisi tanah.

7. Kantong Plastik

Pembibitan awal menggunakan kantong plastik hitam dengan ukuran 14 x

22 cm dengan ketebalan 0,10 mm. Untuk 1 kg kantong plastik ini dibutuhkan

kecambah sebanyak 166 kecambah. Untuk pembibitan utama digunakan kantong

plastik hitam dengan ukuran 40 x 50 cm dan tebalnya 0,2 mm. Untuk 1 kg

kantong plastik dibutuhkan 13 kecambah kelapa sawit. Tiap kantong plastik

memiliki lubang berukuran 0,3 cm dengan jarak antar lubang 5 cm . Lubang ini

berfungsi untuk mengalirkan air yang berlebihan agar tidak menggenang di dalam

kantong tersebut.

b. Kegiatan Pembibitan Pre Nursery

1. Membuat bedengan

Bedengan dibuat di areal yang sudah diratakan, diberi dinding papan atau

kayu setinggi kantong plastik (20-25 cm ) agar kantong plastik dapat disusun

tegak. Bambu kurang dianjurkan untuk daerah (areal) yang banyak tikus karena

dikhawatirkan menjadi sarang tikus atau semut.

Ukuran bedengan yang dianjurkan adalah lebar 120 cm dan panjang

tergantung lokasi bibitan tersebut. Lebar bedengan ini mampu memuat 14 buah

polybag kecil. Antara bedengan satu dengan bedengan lain dibuat jalan kontrol

dan pembuangan air yang berlebihan waktu penyiraman atau waktu hujan dengan

lebar 75 cm. Untuk ukuran bedengan, pembibitan kebun Tanjung Garbus Pagar

Merbau menggunakan lebar 120 cm sesuai dengan yang di atas dan panjang 30 m.

Luas pembibitan awal (pre nursery) adalah sebesar 0,032-0,033 % dari luas

pertanaman yang direncanakan.

15

Page 16: LAPORAN MAGANG PTPN 2

2. Naungan (pelindung)

Salah satu sifat kecambah adalah tidak tahan terkena sinar matahari

langsung karena dapat menyebabkan pembakaran. Untuk mencegah pembakaran

sinar matahari langsung maupun tekanan curah hujan maka diperlukan naungan.

Naungan ini dapat dibuat dengan 2 cara yaitu menutupi seluruh pembibitan awal

(over head shade) atau hanya menutupi setiap bedengan. Dari dua cara tersebut,

cara pertama lebih dianjurkan karena lebih mudah membuatnya. Pembibitan

kebun Tanjung Garbus menggunakan bambu sebagai tiang naungan dengan

ketinggian 2-2,5 meter dari tanah agar pekerja lebih bebas bergerak dan sirkulasi

udara tidak lembab. Untuk atap digunakan dau kelapa sawit. Sebelum daun ini

digunakan terlebih dahulu dilakukan penyemprotan Decis dengan konsentrasi 0,2

%. Jenis atap ini akan mengering berangsur-angsur dan secara otomatis mengatur

intensitas cahaya matahari langsung dan mudah untuk dikurangi. Setiap meter

bedengan memerlukan 4-5 pelepah daun kelapa sawit. Setelah bibit berumur 1,5

bulan naungan dikurangi sebesar 25 % kemudian setiap minggunya dilakukan

pengurangan hingga 100 % sampai bibit akan dipindahkan ke pembibitan utama

(main nursery).

3. Pengisian tanah ke polybag

Tanah yang digunakan untuk media tanam adalah tanah yang berasal dari

sekitar perakaran kelapa sawit yang sehat. Setiap kantong plastik membutuhkan

1,5 kg tanah. Tanah yang digunakan adalah top soil (0-10 cm), bahan organik

banyak, berpasir (30-50 %) dan berliat. Sebelum digunakan tanah ini diayak

terlebih dahulu dengan ayakan 0,5 cm x 0,5 cm untuk memisahkan dari kayu dan

batuan yang terikut, kemudian dicampur dengan pupuk Rock Phosfat (RP). Untuk

setiap 1 m3 tanah dicampur dengan 10 kg pupuk RP sehingga untuk setiap

polybag kecil dosisnya 15 gr. Pengisian tanah harus cukup dan padat agar tidak

terjadi rongga-rongga atau kantongan air. Pada bagian atas kantongan disisakan

1,5-1 cm untuk mencegah terjadinya lossis pupuk pada saat pemupukan dan

penyiraman air.

4. Penanaman kecambah

Sebelum kecambah ditanam dipolybag, dilakukan seleksi kecambah

sebesar 1%. Kecambah yang diseleksi adalah kecambah yang kurang bagus

16

Page 17: LAPORAN MAGANG PTPN 2

misalnya plumula atau radiculanya patah. Setelah ini dibuat lubang tanam dengan

menggunakan tugal kecil dengan kedalaman tertentu. Setelah itu kecambah

ditanam dengan posisi plumula di atas dan radicula di bawah. Letak kecambah

yang ditanam harus sama arahnya agar penampilan dan pertumbuhannya bibit

bagus. Setelah ditanam kecambah ditutup lagi dengan tanah. Sore harinya

dilakukan penyiraman kembali.

5. Pemeliharaan bibit

Setelah bibit berumur 1 bulan, dilakukan pemupukan urea dengan cara

disemprot. Bidang pembibitan kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau

menggunakan pupuk urea dengan dosis 3 gr/L air. Sebelum dilakukan

pemupukan, pupuk dilarutkan terlebih dahulu dengan air, setelah itu disemprotkan

ke bibit kelapa sawit. Untuk 10 liter larutan pupuk digunakan untuk untuk

memupuk 100 bibit kelapa sawit. Setelah 5 minggu, bibit dipupuk lagi dengan

menggunakan pupuk NPK-Mg (12:12:17:2) dengan dosis 3 gr/L air. Pupk

dilarutkan dengan air kemudian disemprotkan kebibit, Setelah disiram pupuk,

bibit disiram lagi dengan air untuk mencegah terjadinya pembakaran pada daun.

Pada umur dua bulan bibit diseleksi misalnya pertumbuhan yang abnormal dan

terkena serangan penyakit karat daun. Pada saat pindah tanam dilakukan seleksi

lagi. Bibit yang terkena serangan penyakit dilakukan penyemprotan fungisida

Mankozeb, sedangkan bibit yang terkena serangan hama dilakukan penyemprotan

insektisida Sevin 85 S.

c. Pembibitan Utama (Main Nursery)

1. Letak dan dan luas pembibitan utama

1.1 Letak dan pemilihan lokasi

Sebelum menentukan lokasi pembibitan, perlu dilakukan peninjauan ke

lokasi rencana penanaman terutama pada lokasi yang baru dibuka. Syarat dalam

menentukan lokasi pembibitan adalah sebagaui berikut:

Dekat dengan sumber air dan bebas dari banjir. Perhitungan kebutuhan air

pada musim kemarau harus diperhatikan dimana tiap bibit membutuhkan

air 3-4 liter /hari pada umur 9-12 bulan dan sebelumnya 1-3 liter/hari atau

dengan kata lain 5-7 mm/hari (50-70 m3/ha/hari).

17

Page 18: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Areal datar atau berombak dengan drainase baik untuk mempermudah

pembangunan jalan di dalam lokasi pembibitan dan pemasangan instalasi

air terutama system sprinkler.

Letaknya tidak jauh dari lokasi penanaman karena biaya angkut bibit

cukup mahal.

Dekat dari kantor atau pemukiman sehingga pengawasan dapat dilakukan

lebih intensif.

Bebas dari gangguan ternak

Jauh dari sumber hama dan penyakit.

Karena persiapan pembibitan utama ini membutuhkan waktu yang cukup lama

maka persiapannya harus sudah dimulai serempak dengan persiapan pembibitan

awal.

1.2 Luas pembibitan utama

Luas pembibitan tergantung pada rencana luas penanaman di lapangan,

jarak tanam yang dianut dibibitan, umur/lamanya bibit di pembibitan uutama dan

sarana untuk tapak jalan, kantor dan lainnya. Jika bibit akan ditanam di lapangan

umur 10 bulan maka jarak tanam ibit minimal (70x 70 x70) cm dan untuk bibit umur 12

bulan minimal (90x 90 x 90) cm. Dengan demikian luas areal yang dibutuhkan untuk

rencana penanaman seluas 1000 ha adalah :

Jarak Tanam

(cm)

Luas Pembibitan

(ha)

Perbandingan terhadap

luas penanaman (TU/TB)

Keterangan

70 x 70 x 70

90 x 90 x 90

10

14

1:100

1:75

Belum termasuk

sarana lain-lain

Menurut Balai Penelitian Perkebunan Medan, luas pembibitan utama kira-kira 1-

1,5 % dari luas pertanaman yang direncanakan. Untuk luas ini diusahakan

dilebihkan untuk mencegah kekurangan jika sewaktu-waktu rencana penanaman

diperbesar.

18

Page 19: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Tabel Perbandingan Luas Pre Nursery, Main Nursery, dan Lapangan

Jarak

Tanam (cm)

Luas Pre Nursery

(ha)

Luas Main Nursery (ha) Luas Lapangan

(ha)

70 x 70 x 70

90 x 90 x 90

0,033

0,025

1

1

100

75

Saat ini kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau memiliki luas areal pembibitan

sebesar 13 ha dengan perincian 7,5 ha bibit lama dan 5,5 ha bibit baru. Pembibitan

kebun ini memiliki satu kantor kira-kira 10 meter jaraknya

2. Persiapan lapangan

Untuk mempersiapkan lapangan pembibitan utama mulai dari menentukan

lokasi dampai dengan siap untuk dipergunakan akan memakan waktu 6-8 bulan.

Pekerjaan meratakan tanah pembibitan dilakukan dengan system mekanis.

Manfaat sistem ini adalah mengurangi pertumbuhan rumput-rumputan, sisa akar

kayu dan mempermudah pengaturan lay out pembibitan. Setelah areal rata,

dilakukan pembuatan jalan utama dan tiap blok (1 ha) dibuat jalan lebar 8 m dan

sekelilingnya dibuat parit drainase dengan ukuran (50 x 40 x 50) cm. Tiap blok

dibagi dalam 22 bedengan dan dari tiap bedengan terdiri dari 5 petak. Tiap petak

dibuat jalan kontrol 130 cm dan antar bedengan selebar 156 cm serta antar

bedengan dibuat parit dengan ukuran (25 x 30 x 25) cm. Dari 13 ha luas

pembibitan kebun Tanjung Garbus, 10 % diantaranya digunakan sebagai jalan

potong.

3. Persiapan Tanam

3.1 Pemancangan

Pemancangan dilakukan beberapa hari sebelum penyusunan kantongan

plastik dengan pancang bambu atau bersamaan pada hari penyusunan. Jarak tanam

adalah (90 x 90 x 90) cm untuk bibit yang akan di tanam sampai 12 bulan dan (70

x 70 x 70) cm untuk bibit yang akan ditanam sampai 10 bulan. Tiap petak disusun

5 baris dengan 40-50 pokok memanjang. Antara tiap petak dikosongkan 1 baris

untuk jalan.

19

Page 20: LAPORAN MAGANG PTPN 2

3.2 Pengisian tanah

Setiap kantong palstik membutuhkan 20-25 kg tanah. Tanah yang diisi ke

dalam large polybag haruslah top soil yang telah diayak. Sebelum dimasukkan ke

polybag tanah dicampur terlebih dahulu dengan pupuk Rock Phosfat dengan

perbandingan yang sama dengan media tanam pembibitan awal. Sewaktu

pengisian kantongan plastik perlu diguncang agar tanahnya turun dan setelah

pengisian perlu disiram setiap hari selama 7-10 hari sebelum penanaman.

Pengisian tanah tidak penuh, lebih kurang 2-3 cm di bagian atas disisakan agar

air, pupuk, tidak melimpah keluar.

3.3 Penanaman

Seminggu sebelum bibit dipindahkan, tanah pada large polybag di

pembibitan utama harus disiram setiap hari dengan tujuan :

Agar tanahnya menjadi lebih padat dan tidak membentuk kantongan air.

Agar membuat lubang besar dipolybag lebih mudah dengan alat bor tanah

atau alat lainnya.

Agar bibit yang dipindahkan tidak mengalami langsung kekeringan.

Pembuatan lubang tanam pada polybag ada bebera cara yaitu:

Mengorek dengan bambu

Skop yang ukurannya sedikit lebih besar dari kantungan plastik kecil

Dengan tugal dari kayu

Dengan bor tanah

Untuk memudahkan pengangkatan bibit dan agar bibit tidak rusak dianjurkan

untuk menyediakan kotak kayu berukuran 70 x 50 x 20 cm. Bibit dimasukkan ke

dalam lubang tanam setelah plastiknya dibuang (dikoyak dengan pisau). Setelah

bibit dimasukkan, tanah sekeliling lubang harus ditekan sehingga padat dan

terpadu. Pada bagian atas ditambah tanah sampai bagian teratas dari leher akar

bibit tertutupi.

4. Pemeliharaan pembibitan utama

4.1 Penyiraman

Oleh karena bibit tidak mempunyai hubungan dengan air tanah, maka

penyiraman sangat diperlukan. Pekerjaan penyiraman dibibitan adalah pekerjaan

yang terpenting dan menggunakan biaya yang cukup tinggi mencapai 45 % dari

20

Page 21: LAPORAN MAGANG PTPN 2

biaya pemeliharaan. Kebutuhan air sangat tergantung dari umur bibit, semakin tua

akan membutuhkan air yang lebih banyak. Bibit yang berumur 3-4 bulan

memerlukan air sebanyak 2-3 L/bibit/hari sedangkan yang berumur 5-12 bulan

memerlukan air sebanyak 4-5 L/bibit/hari. Menurut PPKS Marihat penyiraman

cukup antara 5-7 mm/hari (50-70 m3/ha/hari) atau setiap kali penyiraman

membutuhkan air 1,5-2 liter. Menyiram pada pagi hari dilaksanakan dari pukul

06.00 – 10.00 pagi dan sore pukul 15.00 – 18.00 wib. Pelaksanaan penyiraman

bibit dilakukan sebagai berikut :

Umur bibit Jumlah penyiraman dalam

sehari

Jumlah air per bibit (ltr)

setiap penyiraman

0 – 3

3 – 6

6 – 9

2 x

1 x

1 x

0,5

2

3

Penyiraman merupakan pemeliharaan yang terpenting di pembibitan. Penyiraman

yang kurang tepat akan memberikan dampak negatif terhadap kualitas bibit.

Penyiraman terlalu sedikit menyebabkan terjadinya kelayuan bibit. Hal ini

disebabkan karena jumlah air yang diberikan tidak mencukupi untuk menutupi

kebutuhan air dalam proses asimilasi dan kehilangan air akibat proses transpirasi,

epavorasi, dan guttasi. Apabila hal ini berkelanjutan Penyiraman terlalu lama

terjadinya pencucian unsur hara terutama N sehingga tanaman berwarna pucat dan

terjadinya genangan adi di dalam kantongan sehingga bibit dapat membusuk jika

penyiraman terlalu banya

4.2 Penyiangan

Menyiang dilakukan mulai dari bulan pertama sesudah penanaman di

pembibitan. Penyiangan dilakukan untuk menjaga agar areal bibitan tetap bersih.

Penyiangan dilakukan terus menerus sampai bibit berumur 12 bulan/dipindahkan

ke lapangan. Rotasi dua kali dalam sebulan dikerjakan dengan sistem manual atau

dengan sistem khemis dengan rotasi sekali dalam dua bulan. Khusus penyiangan

21

Page 22: LAPORAN MAGANG PTPN 2

dengan sistem khemis berpedoman kepada SI/SE yang berlaku. Penyiangan dapat

dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a) Penyiangan dalam polybag, tujuannya adalah mencabut rumput, menambah

tanah dan menggemburkan tanah dengan kayu (akar bibit jangan sampai

rusak). Rotasi 2 kali 1 bulan

b) Penyiangan di luar polybag, dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Dengan sistem manual

Dilakukan dengan cara menggaruk rumput – rumputan yang tumbuh

diantara polybag, pusingan 2 kali sebulan

2. Dengan sistem khemis

Pemberantasan gulma secara khemis ditujukan guna menghindari

pemakaian tenaga manusia yang banyak serta untuk mengurangi kerusakan

polybag yang diakibatkan oleh garuk dengan pusingan 1 x 1 bulan.

Sebelum diadakan penyemprotan dengan herbisida, lapangan harus kering

tidak ada permukaan tanah tergenang atau becek.

Bahan herbisida yang dipakai adalah herbisida pra tumbuh (pre

emergence) dan herbisida purna tumbuh (post emergence) misalnya jenis

herbisida glyphosat (garam isopropina/amina dari N (phosphometyl)

glycine dan dalapon dengan merk dagang Dawpon M, Round Up, dan

lain– lain.

4.3 Pemupukan

Pemberian pupuk pada bibit sangat jelas memberikan penagruh terhadap

pertumbuhan, namun jika pemebrian berlebihan akan berpengaruh menekan

pertumbuhan.

Umur bibit Jumlah pupuk (gram/pohon) Semprot melalui daun

22

Page 23: LAPORAN MAGANG PTPN 2

di MN

minggu Compound

20.12.5.2

Compund

12.12.17.2

Bay Folan/Grenzet

Konsentrasi 0,3%

(cc/bbt)

4

6

8

10

12

14

16

18

20

22

24

28

32

36

40

7,5

10

-

15

-

15

20

-

25

-

-

30

-

35

-

-

10

-

-

15

-

20

-

25

-

-

-

35

-

35

-

15

-

-

20

-

-

25

-

-

-

-

-

-

-

Pemupukan dilakukan berpedoman pada anjuran balai penelitian dan norma baku

(SE/SI) yang berlaku.

Cara pemberian pupuk

a) Pupuk harus diberikan tepat pada waktunya sesuai dengan dosis dan umur

bibit. Pupuk ditabur melingkar di atas tanah polybag dengan jarak 4 – 5

cm dari pangkal bibit.

b) Mandor bibitan harus mengetahui umur dan dosis pemupukan untuk tiap

blok dan petak yang akan dipupuk tiap bulannya termasuk menchek

tanggal penanaman kecambah dan tanggal pemebrian pupuk sebelumnya.

c) Barchart pemupukan dipasanang di dinding kantor bibitan beserta tanggal

pemupukan

23

Page 24: LAPORAN MAGANG PTPN 2

d) Karyawan yang melaksanakan pemupukan harus menguasai cara – cara

pemberian pupuk

e) Taburkan pupuk sesuai dengan takaran melingkar di pangkal bibit dan

jangan mengenai daun atau akar

f) Akar yang terbuka lebih dahulu di bumbun dengan tanah halus

g) Kalau ada polybag yang miring lebih dahulu ditegakkan

h) Alat takaran pupuk yang sesuai dengan dosis harus disediakan satu takaran

maksimum 2 kali tabur agar pelaksanaannya mudah

i) Pemupukan dilakukan dan diselesaikan petak demi petak

j) Permintaan pupuk dari gudang harus sesuai dengan program pemupukan

hari itu dan diecer pada “Central Supply Point” di pembibitan

k) Pemupukan dilakukan pada jam penyiraman pertama, hindarkan

penyiraman yang berlebih agar tidak terjadi pencucian pupuk

4.4 Pemberantasan hama dan penyakit

Jenis hama dan penyakit yang menyerang bibit di areal main nursery,

umumnya adalah sama dnegan yang ada di pre nursery, untuk mencegah

timbulnya kerusakan bibit akibat serangan hama dan penyakit ini maka

pengamatan situasi hama harus ma harus dilakukan secara kontinyu. Jika terdapat

tanda – tanda adanya serangan, segera dilakukan tindakan pemebrantasan

seperlunya.

4.5 Pemulsaan

Agar tidak terjadi pencucian pupuk tanah perlu ditutup dengan mulching

(penutup tanah). Pemberian mulsa dalam bentuk tandan kosong yang dicincang

(dicacah) atau cangkang yang telah kering (berumur ± 6 bulan) dengan ketebalan

± 2 cm.

4.6 Seleksi (Thinning Out)

Seleksi bibit adalah pekerjaan memisahkan bibit yang baik dan

menyingkirkan atau memusnahkan bibit – bibit yang tidak normal dan sakit. Hal

ini perlu dilakukan agar yang ditanam nantinya adalah bibit yang baik. Untuk

seleksi ini agar dipedomani norma baku (SE/SI) yang berlaku. Di pembibitan

pekerjaan seleksi dilakukan dalam 3 tahap yaitu :

24

Page 25: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Tahap I

Seleksi dilaksanakan sampai dengan umur bibit 3 bulan

Tahap II

Sewaktu bibit dipindahkan ke lapangan (Transplanting). Bentuk – bentuk bibit

yang tidak normal di pembibitan pendahuluan maupun pembibitan utama harus

dimusnahkan (Thinning Out) adalah sebagai berikut : Symtom (tanda – tanda)

Pembibitan awal

1. Bibit yang pertumbuhannya terlambat. Pada umur 3 bulan harus memeiliki 3

– 4 daun muda yang belum sempurna terbentuk

2. Anak daun memanjang dan sempit

3. Anak daun menggulung

4. Anak daun menguncup

5. Anak daun (leaf let) tidak normal

6. Anak daun mengkerut

7. Bibit kerdil

8. Bibit tumbuh meninggi

9. Bibit terputar

10. Terserang berat hama dan penaykit

Pembibitan utama

1. Bibit memanjang dan kaku melebihi rata – rata. Sudut antara pelepah dan dan

batang tajam

2. Bibit bermahkota rata. Hal ini terjadi karena daun muda lebih pendek dari

daun tua sehingga dari atas kelihatan rata

3. Bibit yang daunnya terkulai atau merunduk

4. Bibit yang daunnya tidak membelah menjadi bentuk pinnate

5. Bibit yang pertumbuhan anak daunnya abnormal seperti : bibit – bibit afkir

kemudian dikumpulkan pada tempat tersendiri untuk dimusnahkan.

Persentase bibit afkir seluruhnya dari seleksi penerimaan kecambah di

persemaian sampai dengan ditanam di lapangan ±20% (170 kecambah/ha

untuk kerapatan 130 pk/ha)

25

Page 26: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Organisasi seleksi

- Seleksi dipimpin oleh seorang mandor yang telah berpengalaman

- Bibit yang akan disingkirkan atau tidak terpakai diberi tanda dengan cat

warna oleh amndor petak demi petak

- Penyingkiran bibit di lapangan oleh karyawan harian tetap (KHT)

- Bibit yang diafkir dikumpulkan pada suatu tempat diperiksa oelh asisten

bibitan apakah kriteria seleksi telah benar

- Seleksi pengafkiran dilengkapi dengan berita acara yang terlebih dahulu

disaksikan oleh bagian tanaman tahunan

- Khusus untuk bibit sisipan (5%) dibuat jarak tanaman khusus 1,5 x 1,5 meter

- Perkembangan bibit harus dimonitor setiap bulan mulai umur 3 bulan dan

yang diukur adalah :

o Tinggi bibit (dari permukaan tanah polybag sampai dengan ujung daun

terpanjang)

o Lingkar batang (pada permukaan tanah polybag)

o Jumlah daun atau pelepah (termasuk daun tombak)

Tunas akar

Sebelum bibit dipindah ke lapangan, akar sudah menembus polybag dan perlu

dilakukan pemangkasan/tunas akar agar bibit tidak rusak pada saat

mengangkut bibit. Bibit yang paling baik untuk ditanam di lapangan ialah

bibit dengan umur 10 – 12 bulan di pembibitan. Toleransi yang dapat

dibenarkan sampai bibit berumur 15 bulan.

3.3 Pemeliharaan TBM dan TM

3.3.1 Pemeliharaan TBM

Pada tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua fase, yaitu tanaman

belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Tanaman belum

menghasilkan (TBM) adalah tanaman yang dipelihara sejak bulan penanaman

pertama (TBM 1) sampai panen pada umur 28- 38 bulan (TBM 3). Pemeliharaan

TBM adalah usaha untuk mendorong pertumbuhan vegetatif guna memperpendek

masa tidak produktif. Pada masa TBM merupakan masa pemeliharaan yang

banyak memerlukan tenaga dan biaya, karena pada dasarnya merupakan

26

Page 27: LAPORAN MAGANG PTPN 2

penyempurnaan dari pembukaan lahan dan persiapan tanaman, selain itu pada

masa ini sangat menentukan keberhasilan pada masa TM.

Beberapa bentuk atau jenis tanaman belum menghaslkan (TBM) :

1. TBM 0 adalah tanamna belum menghasilkan yang ditnam saat bulan

tanam sampai dengan bulan Desember.

2. TBM 1 adalah tanaman belum menghasulkan yang dipelihara setelah

TBM 0 sampai dengan 12 bulan.

3. TBM 2 adalah tanaman belum menghasilkan yang dipelihara setelah TBM

1 sampai dengan 12 bulan berikutnya.

4. TBM 3 adalah tanaman belum menghasilkan yang diipelihara setelah

TBM 2 sampai dengan 12 bulan berikutnya.

Pekerjaan yang dilakukan pada masa TBM adalah sebagai berikut :

1. Konsolidasi, penyulaman/penyisipan, inventaris tanaman

2. Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit dan lain- lain

3. Pemberantasan lalang

4. Penyiangan

- Pemeliharaan Penutup tanah (LCC)

- Pemeliharaan gawangan dan piringan pokok

5. Pemupukan

Pemupukan merupakan satu bagian dari pemeliharaan tanaman yang

sangat penting dan sangat menentukan kesehatan, kejaguran dan produktivitas

tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara yang dibutuhkan

tanaman untuk proses pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Biaya

pemupukan dan pupuk relatif cukup tinggi jika dibandingkan dengan total

biaya pemeliharaan tanaman tanaman kelapa sawit yaitu sebesar 60 % dari

total biaya pemeliharaan tanaman.

Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan kelepa sawit (TBM I, II dan III)Dosis gram/pohon adalah sebagai berikut :

27

Page 28: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Umur Setelah Tanam (Bln)

Jumlah pupuk Gram/pohon

Urea RP MoP Kiess Boron

5 150 - 100 - -

7 400 - 500 - -

9 400 500 - 250 20

12 400 - 500 - -

Jumlah 1.350 500 1.100 250 20

16 750 - 750 500 30

20 750 750 750 750 -

24 750 - 750 500 50

Jumlah 2.250 750 2.250 1.750 80

28 750 - 750 - -

32 750 1.000 750 750 -

Jumlah 1.500 1.000 1.500 750 -

Total 5.100 2.250 4.850 2.750 100

Penjelasan kelompok umur dan aplikasi pemupukan

1. Periode TBM 1 : adalah tanaman yang berumur sampai dengan 12

bulan sejak ditanam mendapat 4 (empat) aplikasi pemupukan.

2. Periode TBM 2 : adalah tanaman yang berumur 13- 24 bulan sejak

ditanam, mendapat 3 (Tiga) aplikasi pemupukan.

3. Periode TBM 3 : dalah tanaman yang berumur 25- 32 bulan sejak

ditanam, mendapat 2 (dua) aplikasi pemupukan.

Letak dan tehnis penaburan pupuk

1. TBM 1 : Jarak penaburan pupuk kurang lebih 25 cm dari pohon

dengan lebar penaburan kurang lebih 25 cm.

28

Page 29: LAPORAN MAGANG PTPN 2

2. TBM 2 : Jarak penaburan pupuk kurang lebih 50 cm dari pohon

dengan lebar penaburan kurang lebih 25 cm.

3. TBM 3 : Jarak penaburan pupuk kurang lebih 75 cm dari pohon

dengan lebar penaburan kurang lebih 25 cm.

Teknis Pelaksanaan

Untuk setiap pelaksanaan pemupukan, guna mencapai efektivitas dan

efisiensi pemupukan perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut :

1. Penempatan pupuk dan urutan pemupukan dimulai dari bagian

dalam/batas blok menuju keluar/jalan MR, TR dan CR.

2. Pembukaan goni pupuk dilakukan di dalam blok, jangan di jalan MR,

TR, atau CR untuk menghindari tercecernya pupuk di jalan.

3. Pupuk yang sudah diecer harus diselesaikan pelaksanakannya pada

hari tersebut dan hindarkan terjadinya pupuk menginap dilapangan.

4. Pemupukan harus dilaksanakan pokok per pokok, dan hindarkan

adanya penaburan pupuk mengenai pokok dan menggumpal.

5. Pelaksanaan diupayakan dilaksanakan tepat waktu, tepat dosis dan

tepat cara.

6. Kapasitas kendaraan untuk mengangkut pupuk agar dimanfaatkan

secara optimum .

Alat dan Perlengkapan

Setiap melaksanakan pemupukan, alat dan perlengkapan yang harus

dibawa dan dilengkapi yakni takaran dosis per pohon, ember plastik isi 20-

30 liter, dan kayu pemukul/ pemecah untuk menghaluskan pupuk yang

mengumpal.

Pengawasan

Pemupukan diawasi langsung oleh mandor pemupukan, mandor I dan

asisten afdeling serta petugas hansip. Asisten kepala dan administratur

serta staf kandir mengawasi secara insidentil. Seluruh goni eks pupuk

dikumpulkan dan diserahkan kembali ke kantor afdeling sesuai dengan

jumlah yang diterima.

6. Kastrasi/sanitasi

29

Page 30: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Kastrasi atau ablasi adalah pengebirian bunga jantan dan betina dengan

membuang malai bunga yang dilakukan sebulan sekali, dimulai pada tanaman

berumur 14 bulan dan berlangsung selama 10 - 12 bulan atau 6 bulan sebelum

panen perdana dimulai. Tanaman yang baik akan mulai berbunga pada umur 8 -

14 bulan. Bunga yang muda umumnya masih kecil, belum sempurna, sering

aborsi dan tidak efesien dipertahankan untuk menghasilkan tandan.

Kastrasi dilakukan dengan tujuan :

Merangsang pertumbuhan vegetatif, menghemat penggunaan unsur hara

dan air terutama pada daerah yang curah hujannya rendah

Membersihkan tanaman sehingga mengurangi resiko kemungkinan

terserrang hama penyakit seperti tirathaba, Tikus, tupai dan penyakit

Marasmius sp.

Kastrasi yang diikuti dengan penyerbukan bantuan pada panen pertama

akan menghasilkan tandan yang lebih sempurna.

7. Tunas pasir

Tunas pasir dilaksanakan pada saat akan dimulainya panen awal. Pelepah-

pelepah yang dibuang pada tunasan pasir ini sebagai berikut :

Pelepah eks bibitan

Pelepah yang kering (asimilasi tidak berfungsi lagi)

Pada pelaksanaan tunasan ini sekaligus juga buang buah- buah busuk.

Pelaksanaan penunasan pelepah harus dilakukan serapat mungkin ke pokok

dengan bentuk tapak kuda keluar. Semua pelepah dan tandan bekas tunasan harus

dirumpuk dan disusun telungkup secara teratur dan rapi di gawangan kosong. Alat

yang digunakan untuk tunas pasir adalah dodos kecil dan arit tunas.

8. Pemberantasan hama penyakit

Hama dan penyakit tanaman adalah organisme yang menyebabkan

kerugian pada tanaman. Beberapa faktor penyebab berkembangnya hama dan

penyakit adalah:

- Perubahan iklim

- Tidak tersedianya musuh alami

- Masuknya hama penyakit dari daerah lain

- Kepekaan hama

30

Page 31: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Pengendalian hama dan penyakit tanaman selalu dikaitkan dengan

pertimbangan ekonomi. Penggunaan insektisida dalam pengendalian apabila luas

serangan telah melampaui ambang ekonomi. Pada tanaman belum menghasilkan

umunya serangan disebabkan oleh serangga pemakan daun dan batang.

Sedangkan pada areal pembukaan baru, hama yang merusak tanaman adalah babi

hutan, tikus, landak, gajah, dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang umum

menyerang antara lain busuk tandan, jamur akar putih, layu pucuk, bercak daun,

dll.

9. Persiapan panen

TPH adalah tempat untuk mengumpulkan hasil (TBS) sebelum diangkut

ke pabrik. Kegunaan TPH adalah :

Memudahkan transportasi buah dari lapangan ke pabrik

Memudahkan pengawasan mutu tandan dan brondolan yang dipanen

Memudahkan pencatatan/pendataan data panen per blok.

TPH dibuat untuk setiap 2,5 hektar satu buah dengan ukuran 3x9 m dan

diletakkan ditengah-tengah dari areal 2,5 hektar tersebut. Tenaga yang dibutuhkan

untuk membuat TPH adalah tenaga laki-laki dengan prestasi 2 Hk/buah.

Selambatnya satu bulan sebelum panen dimulai TPH harus sudah selesai

pembuatannya.

10. Peralihan (mutasi TBM menjadi TM)

Tanaman kelapa sawit muda, biasanya pada umur 30- 36 bulan telah dapat

beralih dari TBM- TM. Namun terdapat beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan untuk menentukan apakah suatu areal TBM telah dapat dialihkan

menjadi areal TM antara lain sebagai berikut :

Suatu areal tanaman kelapa sawit sudah dapat dinyatakan dipanen apabila

60% dari jumlah seluruh pohon yang hidup di dalam satu blok sudah

mencapai kriteria matang panen

Matang panen pohon adalah pohon kelapa sawit yang telah mempunyai

paling sedikit dua lingkaran tandan buah yang membusuk dan satu

lingkaran tandan buah yang sudah matang panen tandan.

31

Page 32: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Matang Panen tandan adalah apabila sebagian dari buah sudah

memberondol secara alami dan berat rata- rata tandan sudah mencapai

minimal kurang lebih 3 kg.

3.3.2 Pemeliharaan TM

Pemeliharaan tanaman menghasilkan adalah usaha untuk mendorong

pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, untuk dapat/mampu berproduksi

seoptimal mungkin. Pemeliharaan tanaman menghasilkan dimasukkan ke dalam

pembiayaan exploitasi tanaman. Jenis- jenis kegiatan pemeliharaan tanaman

menghasilkan yang utama meliputi :

1. Pemeliharaan jalan

Diarahkan untuk mempertahankan kondisi jalan tetap dalam kondisi baik

sepanjang tahun, sehingga transportasi dan produksi dapat berjalan lancar. Jalan

ini akan dilalui oleh truk berkapasitas 5- 6 ton minimal sekali seminggu untuk

pengangkutan panen, demikian juga untuk pengangkutan pupuk dan lain- lain.

Perbaikan/rehabilitasi jalan diselesaikan pada semester 1 (sebelum panen puncak).

Pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat-

alat berat maupun manual menggunakan tenaga manusia.

2. Pemeliharaan saluran air/drainase, teras dan tapak kuda

Teknis pemeliharaan

- Pemeliharaan parit dilaksanakan dengan membersihkan parit untuk

kelancaran aliran pembuangan air, dan sekaligus mengembalikan

ukuran dan dalam parit seperti semula.

- Rumput atau gulma yang berada pada dasar ataupun dinding parit

dibersihkan

- Pemeliharaan parit batas/isolasi diprioritaskan pada daerah yang

berdekatan dengan areal kampung untuk mempertegas batas areal dan

mencegah terjadinya penggarapan areal.

Pemeliharaan Teras

Pemeliharaan dan perawatan teras, tapak kuda dan bunket perlu dilakukan

dengan teratur pada semester 1 , hal ini dimaksudkan agar teras dapat berfungsi

32

Page 33: LAPORAN MAGANG PTPN 2

dengan baik. Rorak dipelihara dengan menggali keluar tanah yang masuk kedalam

rorak dan meletakkan kembali keatas benteng. LCC yang merambat ke benteng

disibakkan dan arahnya dialihkan.

3. Pemberantasan lalang

Pemberantasan lalang dengan sistem manual (0,5- 0,75 hk/ha/rot) dengan

rotasi 14 - 30 hari. Dapat juga digunakan sistem wiping lalang dengan

menggunakan herbisida Round up. Wiping berarti menyapu/melap bagian lalang

yang timbul dari permukaan tanah dengan menggunakan campuran/larutan bahan

seperti Round Up. Wiping dilakukan dengan rotasi 30 hari. Teknis wiping lalang

yakni lalang dilap dengan menggunakan kain lap setelah terlebih dahulu

dicelupkan kedalam larutan Round Up. Wiping dimulai dari pangkal batang

lalang, kemudian berhenti di bagian tengah lalang untuk memasukkan larutan

bahan ke dalam lapisan lalang dan dilanjutkan pengelapan daun lalng hingga

sampai ke bagian ujung daun.

4. Mendongkel kayuan

Teknis Pelaksanaan

- Semua tumbuhan berkayu didongkel sampai akarnya terbongkar

keluar.

- Semua jenis keladi didongkel diletakkan diatas anjang- anjang atau

dijepit dengan cagak kayu dengan maksud agar tidak bersentuhan

dengan tanah dan cepat kering.

- Rotasi dongkelan 180 hari

- Pengendalian pakis kawat yang masih ada secara sporalis dikendalikan

dengan cara membabat pandas atau dengan menggunakan bahan kimia.

5. Menyiang piringan dan pasar pikul

Kegiatan menyiang pada tanaman menghasilkan bertujuan untuk

membersihkan tumbuhan pengganggu yang tumbuh di piringan, pasar pikul, tapak

kuda maupun diteras kontur dengan maksud :

- Menghindarkan persaingan pengambilan hara oleh tanaman.

- Memudahkan pelaksanaan/kegiatan panen dan pemeliharaan lainnya.

33

Page 34: LAPORAN MAGANG PTPN 2

- Memudahkan pengumpulan berondolan

- Penempatan pupuk agar pupuk yang diberikan dapat mencapai sasaran

yang optimal

- Memudahkan fungsi pengawasan

6. Penunasan atau pemangkasan

Pemangkasan adalah pembuangan pelepah daun (frond). Kriteria

penunasan antara lain :

- Kurang lebih 15 bulan setelah Main Nursery.

- Jika sudah mencapai tinggi kurang lebih 4 meter.

- Pemangkasan dimulai kurang lebih 130 cm dari bonggol bawah.

- Pelepah yang dipotong adalah pelepah yang sudah tua dan tidak

berfungsi lagi melakukan asimilasi.

- Pelepah yang masih muda tidak boleh dipotong karena daya

asimilasinya masih tinggi dan mengandung banyak zat makanan

karena menjelang kering, zat makanan dari pelepah tua ditransfer ke

pelepah yang lebih muda untuk memacu pertumbuhan tanaman

terutama unsur yang sangat mobil seperti K dan Mg.

Tujuan Penunasan :

- Menjaga keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif

- Mempermudah pelaksanaan panen dan pengamatan buah masak

- Mengurangi rintangan penyerbukan secara alami

- Pemasukan cahaya yang lebih merata untuk proses asimilasi dan

sirkulasi angin yang baik

- Mendorong penyerapan zat hara oleh tanaman pada daun- daun yang

lebih produktif.

- Mengurangi kehilangan brondolan

- Menekan permkembangan ephypite (pakis dan tumbuhan liar) dan

serangan hama.

Pada prakteknya penunasan pelepah kelapa sawit sebagai berikut :

34

Page 35: LAPORAN MAGANG PTPN 2

a. Tunas Pasir

Tunas pasir dilaksanakan kurang lebih 3 bulan sebelum tanaman akan

memulai panen awal atau dasar. Pelepah- pelepah yang dibuang pada tunas pasir

ini adalah pelepah ekxbibitan yaitu pelepah yang paling bawah dan yang rapat ke

tanah serta pelepah yang berada dibawah dua lingkaran tandan dan dianggap tidak

berfungsi secara asimilasi lagi. Pada penunasan ini sekaligus juga buang buah

busuk dan buah pasir.

b. Tunas Pemeliharaan

Pada tanaman menghasilkan (TM) yang masih muda hingga panen tahun

ke lima pelaksanaan penunasan dilaksanakan dengan meninggalkan pelepah

sebanyak empat pelepah berada di bawah tandan yang tertua dan ini disebut

dengan sistem penunasan songgo tiga. Pelepah yang langsung berada dibawah

tandan disebut pelepah kursi sedangkan pelepah kedua, ketiga dan ke empat

merupakan pelepah penyangga buah (tandan) atau songgo dua.

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam penunasan kelapa sawit

adalah :Bidang tebasan tunasan merupakan tapak kuda yang miring keluar dengan

sudut 15° - 30° terhadap bidang datar

- Pangkal pelepah bekas tunasan yang menempel pada pohon harus

kurang dari 5 cm untuk menghindari tersangkutnya berondolan dan air

tidak tertahan.

- Pelepah daun yang ditunas harus dipotong 3 bagian dan disusun pada

gawang yang kosong, dimana bagian pangkal pelepah berada di

sebelah bawah sedangkan bagian tengah dan ujung berada di sebelah

atas agar kegiatan panen dan pemeliharaan lainnya tidak terganggu.

- Dalam penunasan juga sekaligus dibuang bunga jantan yang telah

mengering dan pakis- pakisan.

7. Pemeliharaan TPH dan penomoran Blok

Pemeliharaan TPH

TPH harus bebas dari rumput, batu dan benda- benda lain yang

dapat terkontaminasi dengan TBS ataupun brondolan.

35

Page 36: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Penomoran Blok

Untuk setiap blok tanaman kelapa sawit pada semua tahun tanam

perlu dilakukan identifikasi yang memuat data nomor blok, tahun tanam,

luas hektar dan varietas tanaman dengan tujuan untuk memudahkan

pelaksanaan pekerjaan. Pembuatan nomor blok di lapangan biasanya

langsung dibuat di batang kelapa sawit pada blok yang bersangkutan

dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan, informasi blok yidak hilang

dan tidak menambah biaya pembuatan plang.

Contoh nomor blok :

Blok A/1 1974

20Ha DxP

8. Pemupukan

Tehnik aplikasi, dosis, jenis pupuk dan lain- lain tergantung pada

beberapa hal seperti:

1. Jenis tanah

2. Umur tanaman

3. Tingkat produksi yang dicapai

4. Realisasi pemupukan sebelumnya

5. Jenis pupuk yang akan dipakai

6. Tenaga kerja yang tersedia

7. Keadaan penutup tanah

8. Analisa kadar hara pada daun, dan lain- lain

Status hara tanah dan tanaman harus dapat dipertahankan secara

berkesinambungan. Pemupukan priode TM dilaksanakan berdasarkan

rekomendasi pemupukan yang disusun oleh balai penelitian dengan

mempertimbangkan hasil analisa tanah, daun dan produktivitas tanaman.

Pemupukan pada TM kelapa sawit umumnya dilaksanakan 2 atau 3 kali aplikasi

setahun. Bulan pemupukan disesuaikan dengan curah hujan. Pemupukan yang

36

Page 37: LAPORAN MAGANG PTPN 2

baik dilaksanakan pada musim hujan kecil sehingga pelarutan pupuk lebih cepat

dan dapat dihisap oleh tanaman. Pemupukan dilaksanakan secara tabur dan poket,

disesuaikan dengan keadaan masing- masing kebun, daerah rendahan dan berbukit

dilaksanakan dengan sistem poket sedangkan daerah rata dengan sistem tabur.

Sebelum pemupukan dilaksanakan persiapan- persiapan yang harus

dilakukan antara lain :

1. Persiapan lapangan

- Piringan harus bersih dari gulma dengan lebar piringan harus cukup

- Untuk areal yang dipoket, lobang poket sudah harus dipersiapkan

2. Peralatan

- Mangkok untuk memupuk yang telah diberi takaran

- Ember untuk tempat pupuk

- Cangkul/sekop untuk buat poket

- Pupuk yang menggumpal harus dihancurkan

- Perencanaan pemupukan

3. Pengangkutan

- Angkutan pupk telah dipersiapkan sehari sebelumnya

- Pengenceran pupuk dilaksanakan sesuai dengan patok yang telah

diatur untuk kebutuhan areal tersebut

4. Pengawasan

- Pupuk yang telah diecer harus diawasi

- Pelaksanaan pemupukan harus diawasi oleh mandor pemupukan,

mandor 1, hansip, centeng dan asisten.

5. Tenaga pemupuk

- Tenaga pemupukan diusahakan oleh tenaga kariawan tetap dengan

perbandingan tenaga laki- laki dan perempuan 1 : 2

6. Cara Pemberian pupuk

- Pupuk diusahakan oleh tenaga kariawan tetap dengan perbandingan

tenaga laki- laki dan perempuan 1 : 2

37

Page 38: LAPORAN MAGANG PTPN 2

9. Inventaris pokok

Tujuan inventaris pokok atau tanaman adalah agar semua

perencanaan yang berhubungan biaya produksi serta perencanaan

pekerjaan teknis kontur dapat disusun sebaik- baiknya. Hasil inventarisasi

tanaman dari kertas pembantu langsung dicetakkan atau dituang pada

kertas grafik yang sudah disiapkan untuk menghindari hilangnya data atau

faktor lupa. Hasil dari penuangan data- data yang berasal dari lapangan

dan berupa simbol- simbol pada kertas grafik akan menggambarkan peta

areal yang bercerita tentang luas areal, jumlah tanaman yang baik dan lain

–lain. Hasil dari inventarisasi tanaman ini merupakan dokumen yang

sangat penting bagi afdeling, karena setiap tegakan tanaman yang terdata

akan menjadi pendukung /pedoman untuk pekerjaan lainnya seperti panen,

pemupukan dan lain- lain.

3.4 Panen TBS

Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang

panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta

menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya.

Tujuan panen adalah memperoleh minyak sawit dan inti sawit yang optimal dari

tandan buah segar (TBS) dengan mutu ALB (Asam Lemak Bebas) yang standart.

3.4.1 Kriteria Panen

Kriteria panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan untuk

dapat dipanen. Tingkat kematangan buah yang terbaik dipanen adalah tingkat

matang 1-3. TBS yang sudah berada pada kriteria matang panen dengan jumlah

brondolan yang ditentukan, serta standart perbandingan antar fraksi yang

diharapkan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

38

Page 39: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Tabel Kriteria Matang Panen Dan Standart Antar Fraksi

Berat

Tandan

Fraksi

Mentah Matang normal Lewat Matang

BuahBrondol

an0 00 I II III IV V

≤ 5

Kg

Tidak

Memberon

dol/warna

hitam

1 – 4

bron

dola

n

5 brondolan

sd 12,5%

buah luar

memberond

ol

12,5% sd 24%

buah luar

memberondol

25% - 49%

buah luar

memberon

dol

50 -75%

buah luar

membero

ndol

76- 100%

buah luar

memberon

dol

Gagang

membusuk

dan buah

dalam

memberon

dol

> 5

Kg

Tidak

Memberon

dol/warna

hitam

1 – 9

Bron

dola

n

10

brondolan sd

12,5% buah

luar

memberond

ol

12,51% sd

24% buah luar

memberondol

25% - 49%

buah luar

memberon

dol

50 -75%

buah luar

membero

ndol

76- 100%

buah luar

memberon

dol

Gagang

membusuk

dan buah

dalam

memberon

dol

Stand

art0% 40% 40% 14% 5,5% 0,5% 0%

4 –

8%

Waktu panen akan mempengaruhi jumlah serta mutu minyak yang dihasilkan.

Dengan menggunakan kriteria matang panen maka komposisi TBS antar fraksi

yang diharapkan diterima di pabrik seperti tercantum tabel 1 di atas. Hubungan

antara fraksi kematangan, rendemen minyak dan kadar FFA dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel Hubungan Tingkat Kematangan , Kadar Minyak dan Kadar FFA Buah Kelapa Sawit

Fraksi Rendemen Minyak (%) Kadar FFA

0 16,0 1,6

1 21,4 1,7

2 22,1 1,8

3 22,2 2,1

39

Page 40: LAPORAN MAGANG PTPN 2

4 22,2 2,6

5 21,9 3,8

3.4.2 Ancak Panen

`Ancak panen adalah luasan areal yang menjadi tanggung jawab dari setiap

pemanen pada setiap hari. Pemberian ancak kepada pemanen didasarkan pada

kerapatan tandan yang matang. Cara penentuan luas hancak seorang pemanen

didasarkan pada :

o Kerapatan buah

o Kapasitas pemanen

o Topografi areal

o Ketinggian pohon

Tujuan ancak panen adalah untuk memperoleh efektivitas kerja yang optimum

didasarkan atas beberapa faktor antara lain potensi produksi, keadaan areal dan

tenaga kerja. Dalam praktek sehari – hari dikarena ancak tetap dan ancak giring.

1. Ancak tetap

Kepada setiap pemanen ditetapkan ancak panen untuk hari itu sekaligus. Jadi

dalam membagi ancak mandor panen tinggal menyebutkan pemanenan No. 1,

baris 1 s/d 8, pemanen No.2 baris 9 s/d 17, pemanen No.3 baris 17 s/d 25, dst.

Keuntungan sistem ini :

1. Pemanen tidak perlu berpindah-pindah sehingga kemungkinan jalan

tidak jauh

2. Mandor mempunyai cukup waktu untuk kontrol

3. Pencatatan hasil relatif sederhana

Kerugian/kelemahan sistem ini:

1. Pengangkutan TBS kurang efektif terutama apabila tidak ada

keharusan pemanenan untuk segera mengangkut TBS ke TPH.

2. Mandor kurang efektif dalam usaha pengaturan kerja yang lebih

efektif.

40

Page 41: LAPORAN MAGANG PTPN 2

2. Ancak giring

Perbedaan panen dengan ancak tetap dan ancak giring adalah dalam hal

pemberian tugas kepada pemanen. Bila dilaksanakan dengan ancak giring

pemanen akan berpindah ancak 2 atau 3 kali. Ancak panen yang biasa

digunakan adalah ancak giring. Dengan ancak giring panen bisa diselesaikan

blok per blok karena ancak bagi pemanen diberikan dengan 2 atau 3 kali

pindah. Dengan demikian areal yang diawasi mandor lebih kecil

dibandingkan dengan ancak tetap.

3.4.3 Penyebaran Panen dan Rotasi Panen

3.4.3.1 Penyebaran panen

Penyebaran panen adalah perhitungan tingkat kerapatan TBS matang yang

akan dipanen pada kapveld tertentu. Dihitung/diperiksa satu hari sebelum hari

panen. Atas dasar tingkat kerapatan panen/buah ini dapat diduga berapa besarnya

jumlah produksi yang dihasilkan oleh kapveld tertentu. Tujuan mengetahui

kerapatan buah/panen adalah untuk :

1. Meramalkan jumlah produksi (TBS) keesokan harinya.

2. Menentukan jumlah tenaga panen

3. Menentukan kebutuhan jumlah armada/angkutan truk/lori yang

mengangkut TBS ke pabrik

4. Merencanakan pengolahan TBS di PKS

Pedoman cara pengamatan perhitungan tandan buah matang, untuk meramalkan

produksi harian:

a) Pohon sampel dan perhitungan kerapatan buah

1. Jika luas kapveld rencana panen esok hari luasnya 150 ha

2. Dari luas 150 ha, terdiri dari 6 blok

3. Sampel yang harus diambil perhari 110 pokok/blok (3,25 %)

4. Untuk luas 150 ha diambil sampel 6 x 110 pkk = 660 pkk

5. Bila dari pokok sampel 660 pkk diperoleh 130 tandan matang panen, maka

diperoleh kerapatan buah 660/130 = 5 pokok

6. Atau 1:5 dengan pengertian bahwa setiap menjalani 5 pokok kelapa sawit

akan diperoleh 1 buah tandan matang panen.

b) Jumlah produksi

41

Page 42: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Produksi = (jlh pkk diareal yang dipanen/kerapatan pokok) x berat tandan

(kg/tandan)

= (150/120/ha x 20 kg/tandan) = 72.000 kg

5

c) Kebutuhan tenaga panen

Misal : prestasi panen = 1.200 kg/Hk

Jumlah tenaga pemanen = ramalan produksi

Prestasi

= 72.000/1.200 x 1 hk

= 60 hk

3.4.3.2 Rotasi Panen

Rotasi panen adalah selang waktu atau interval antara 1 perlakuan panen

dengan perlakuan panen berikutnya yang dinyatakan dalam hari. Rotasi panen

berkaitan dengan penyebaran kematangan buah dimana variasi penyebaran

kematangan dari bulan ke bulan berbeda akibat :

- Faktor iklim

- Umur tanaman

- Tempat

- Pemupukan dan lain-lain

Untuk dapat mencapai hasil panen yang optimal diperlukan suatu

modifikasi rotasi panen yang didasarkan pada situasi kerapatan buah. Modifikasi

rotasi panen tersebut adalah:

a) Panen puncak : antara bulan agustus-november kerapatan buah 1:1 sampai

dengan 1:4. Rotasi panen yang dipakai adalah 4/5 atau 4/6.

b) Panen sedang : antara bulan Desember – Maret. Kerapatan buah 1:5

sampai dengan 1:7. Rotasi panen yang dipakai adalah 5:7 atau 5:8.

c) Panen rendah : antara bulan April – Juli. Kerapatan buah 1:8 sampai

dengan 1:20. Rotasi panen yang dipakai adalah 7/9, 8/10 atau 9/11.

Dengan rotasi panen di atas dimaksudkan agar mutu TBS yang dipanen akan

relatif sama, dimana pada musim panen rendah rotasi panen diperpanjang

42

Page 43: LAPORAN MAGANG PTPN 2

sehingga kerapatan masak buah lebih banyak dan pada musim produksi tinggi

rotasi panen duiperpendek sehingga kemungkinan buah tinggal/buah busuk dapat

dihindari.

3.4.4 Organisasi Panen

Pengorganisasia panen sangat penting sehingga TBS yang dipanen untuk

hari yang direncakan dapat diselesaikan dengan baik. Untuk mendapatkan hasil

yang maksimal, panen kelapa sawit yang dilakukan sebagai berikut:

1. Tenaga panen yang disediakan menurut kebutuhan perhitungan kerapatan

buah

2. Seorang mandor mengawasi kurang lebih 15 orang dan maksimum 20

orang

3. Untuk memudahkan pemeriksaan, pada setiap ancak pemanen harus dibuat

patok-patok pengenal yang terbuat dari pangkal pelepah buah sawit

4. Patok-patok ini harus memuat data, nomor pemanen dan tanggal potong.

Patok ini dipancangkan dipinggir jalan/blok pada pasar pikul yang menjadi

ancaknya.

3.4.5 Teknik panen

Panen pada tanaman TM awal (remaja) mulai panen sampai dengan umur 8 tahun

1. Pengambilan tandan pada tanaman ini dilakukan hanya memakai alat

dodos tanpa merusak pelepah-pelepah yang berada di sekitar tandan.

2. Tandan yang sudah memberondol ditebas dengan menggunakan dodos,

kemudian disongket dan diletakkan di pasar pikul dan selanjutnya

dikumpulkan di TPH

3. Tanaman baru dapat ditunas apabila tandan yang sudah matang berada

pada ketinggian lebih dari 1 meter

4. Pelepah daun kelapa sawit pada tanaman pada umur tersebut di atas harus

berjumlah kurang lebih 56 pelepah.

Panen pada TM biasa umur 9-12 tahun

43

Page 44: LAPORAN MAGANG PTPN 2

1. Pengambilan tandan pada tanaman ini sudah menggunakan alat egrek

2. Sebelum pemotongan, tandan pelepah yang menyokong tandan terlebih

dahulu dibuang untuk memudahkan pengambilan pemanenan. Setelah

pelepah dipotong dilanjutkan dengan pemotongan tandan dengan hati-hati,

kemudian diletakkan pada pasar pikul dan selanjutnya dikumpulkan di

TPH.

3. Tandan yang dipotong adalah tandan yang sudah memberondol menurut

kriteria matang panen

4. Pelepah yang harus ada pada tanaman umur tersebut di atas harus

berjumlah kurang lebih 48 -56 pelepah.

Panen pada TM dewasa umur lebih dari 13 tahun

1. Pengambilan tandan pada tanaman ini prinsip kerjanya sama dengan TM

dewasa umur 9-12 tahun

2. Tandan yang dipotong adalah tandan yang sudah memberondol menurut

krtiteria matang panen

3. Pelepah yang harus ada pada tanaman dengan umur tersebut di atas harus

berjumlah kurang lebih 48 pelepah

4. TBS yang sudah memberondol tetapi belum mencukupi kriteria matang

panen tidak diijinkan panen. TBS yang sudah terlanjur panen, dihitung

salah tetapi tandan dikirim ke pabrik yang sebelumnya harus

dipotong/dibelah dengan maksud menghindari pemeriksaan di pabrik.

5. Tandan yang belum memberondol yang disebut buah afkir tidak diijinkan

dipanen, jika terlanjur telah dipotong segera dicincang.

6. Semua tandan buah yang tidak dipotong dalam ancak-ancak yang telah

ditunjuk untuk dipanen, baik tandan-tandan yang sempurna yang telah

mencapai kriteria matang panen maupun tandan yang sudah

busuk/arbortus harus dibersihkan.dipotong dari pokok sekaligus

membersihkan/memotong pelepah-pelepah agar panen berikutnya tidak

mengalami kerusakan.

7. Semua berondolan baik yang dipringan atau yang digawangan diusahakan

agar dikutip. Ketentuan jumlah brondolan (persentase brondolan) sesuai

point terdahulu.

44

Page 45: LAPORAN MAGANG PTPN 2

3.4.5.1 Teknik pemotongan pelepah

1. Tanaman yang belum boleh ditunas harus memiliki songgo 3

2. Tanaman yang diijinkan ditunas dengan sistem songgo 2 pada TM dewasa

umur 9-12 tahun dan TM dewasa umur lebih dari 13 tahun

3. Semua pelepah penyangga tandan yang sudah dapat dipanen diharuskan

dipotong.

4. Untuk tanaman umur lebih dari 17 tahun diperkenankan dengan sistem

songgo 1, dengan tujuan memudahkan pemanen.

5. Semua bekas tebasan pelepah berbentuk tapak kuda keluar.Jarak yang

ditinggalkan adalah 10 -15 cm dari batang atau 5-10 cm dari bekas tunasan

pelepah sebelumnya.

6. Untuk mempercepat pembusukkan pelepah dipotong 3 bagian. Pelepah

disusun pada gawangan kosong dengan duri pelepah menghadap

membujur ke bawah. Dan khusus untuk daerah bergelombang/bukit

pelepah disusun searah kontur teras untuk mengurangi erosi dan

penyangga TBS supaya tidak meluncur ke bawah.

3.4.5.2 Pelaksanaan panen

1. Pemanen tiba jam 6.00 di ancadk masing-masing dengan peralatan

lengkap.

2. Memasang patok nomor dan tanggal potong setiap pinggir jalan dan ancak

masing-masing.

3. Berjalan dari pohon ke pohon di pasar pikul sambil mencari dan

menentukan buah matang.

4. Memotong semua pelepah songgoh buah, baru dipotong tandan matang

tersebut.

5. Merencek pelepah menjadi 3 bagian serta menyusun strip merumpuknya

di tengah gawangan pasar mati. Untuk piringan disusun sejajar dengan

arah kontur teras.

6. Tidak dibenarkan adanya pelepah sengkleh.

7. Semua buah dan brondolan dipikul ke TPH.

45

Page 46: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Gambar a. Memanen kelapa sawit

Gambar b. TBS yang dipanen Gambar c. Pengangkutan ke TPH

Gambar d. Brondolan yang lepas dari tandan dan pengutipan brondolan

46

Page 47: LAPORAN MAGANG PTPN 2

3.4.5.3 Menyusun tandan di TPH

Tandan disusun berbaris 5-10 tandan ke belakang. Semua tandan yang bersusun

harus:

1. Gagang menghadap ke atas dengan panjangnya < 2 cm

2. Gagang tandan ditulis nomor potong pemanen dan tanggal potong. Contoh

: “17.A/6” artinya nomor 17.A, tanggal potong 6.

3. Bebas dari tandan mentah, tandan abortus, tandan busuk, tandan kecil (<3

kg) dan peraman.

4. Brondolan dimasukkan ke dalam goni yang bersih dari sampah pasir/batu

dan diletakkan tepat di belakang susunan tandan masing-masing pemane.

5. Tidak dibenarkan meletakkan tandan dan brondolan disembarang tempat

(TPH liar).

Gambar Pengumpulan TBS di TPH

Gambar Pengumpulan TBS ke TPH

3.4.6 Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)

TBS yang dipanen harus diangkut dan sampai ke pabrik pada hari itu juga

maksimum 12 jam setelah panen. Hal ini untuk menjaga kualitas minyak sawit

yang dihasilkan terutama terhadap asam lemak bebas (ALB) adapun beberapa

ketentuan pengangkutan TBS sebagai berikut :

- Pengangkut buah harus bertanggungjawab mengangkut buah dari lapangan

hingga ke pabrik dan tidak dibenarkan buah tinggal dalam truk

- Truk pengangkut buah diwajibkan menggunakan jaring penutup truk untuk

menghindari jatuhnya buah47

Page 48: LAPORAN MAGANG PTPN 2

- Pengangkut buah wajib mengangkut buah yang dipanen berdasarkan

pusingan panen.

- Buah tidak dibenarkan menginap dilapangan untuk itu agar dipersiapkan

kebutuhan alat kendaraan dengan memperhitungkan jumlah produksi TBS,

kapasitas alat angkut dan jarak lokasi ke pabrik

- Untuk mengangkut brondolan tidak dibenarkan memakai sekop dan seluruh

berondolan harus dikutip.

3.5 Pengolahan TBS di PKS

Produk utama yang dihasilkan PKS Pagar Merbau berupa minyak sawit

menyah atau sering disebut dengan crude palm oil (CPO), sedangkan produk

sampingannya berupa inti sawit palm kernel oil (PKO). CPO terdiri dari unsur –

unsur C, H, dan O seperti pada jenis minyak lainnya. CPO terdiri dari fraksi padat

dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri

dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%), asam palmitat (45%), dan

asam stearate. Sedangkan penyusun fraksi cair adalah asam lemak tidak jenuh

yang terdiri dari asam oleat (39%), dan asam linoleat (11%).

Penguraian tentang proses produksi merupakan hal yang mendasar bagi

seorang teknik, mulai dari bahan baku dan ketersediaannya aktivitas perubahan

(pengolahan) bahan itu menjadi produk setengah jadi, system control operasi, dan

kualitas produk. System produksi adalah system integral yang terdiri dari

komponen struktural (bahan, mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal energi,

informasi, tanah, dan lain – lain).

Adapun proses produksi pada PKS Pagar Marbau PTPN II terbagi atas

beberapa stasiun antara lain : stasiun penerimaan, stasiun perbusan, satsiun

penebahan (theressing), stasiun pengempaan (presser), stasiun pemurnian

(clarification), stasiun kernel (biji).

Stasiun Penerimaan

a. Pos Security

Sebelum dilakukan penimbangan pertama kali setiap truk TBS yang masuk harus

melapor terlebih dahulu ke pos satpam.

48

Page 49: LAPORAN MAGANG PTPN 2

b. Timbangan

Timbangan adalah alat ukur yang berfungsi untuk menimbang atau menegtahui

berat tandan segar yang akan diolah dan untuk menimbang hasil produk lainnya.

Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk dilah

lebih lanjut. Setiap truk pengangkut buah sawit yang tiba di pabrik ditimbang

terlebih dahulu yang bertujuan untuk pengawasan pengolahan, rendeman minyak

yag dihasilkan, pembayaran upah pekerja, kapasitas bahan baku dan kapasitas

produksi. Setelah selesai penimbangan data yang telah diolah di dalam komputer

dicetak pada kertas faktur sebagai bukti dari penimbangan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi ketepatan penimbangan antara lain :

1. Pada musim penghujan, air dalam fit – fat harus dipompa terus – menerus

untuk menghindari kerusakan alat timbang

2. Melakukan pembersihan alat penimbangan setiap hari

3. Kendaraan yang masuk dan keluar harus berhati – hati sehingga timbangan

terhindar dari goncangan

Gambar Timbangan PKS Pagar Merbau

c. Sortasi

Untuk memenuhi mutu buah yang akan diolah maka perlu diketahui

keadaan TBS. Hal ini dilakukan dengan cara pemgambilan sampel sesuai dengan

kriteria panen. Dimana dilakukan pemisahan terhadap TBS yang akan diterima

dari masing – masing afdeling berdasarkan standar kematangan buah emnjadi

49

Page 50: LAPORAN MAGANG PTPN 2

asam lemak bebas dan gliserol. Kerja enzim tersebut aktif bila struktur sel buah

matang mengalami kerusakan. Oleh karena itu pengangkutan TBS ke pabrik

mempunyai peranan yang sangat penting. Pada saat pembongkaran TBS dalam

loading ramp dilakukan sortasi yang didasarkan pada kriteria panen tandan buah

segar yang merupakan derajat kematangan TBS yang diterima pabrik.

Faktor yang perlu diperhatikan pada loading ramp adalah pengisian pada

loading ramp yang terlalu penuh dapat mengakibatkan pintu palt bengkok,

sehingga buah bertindihan dan tandan buah atau berondolan jatuh ke tanah. Hal

ini mengakibatkan losses, serta adanya kesulitan pada saat menurunkan buah ke

lori. Adapun pemeliharaan alat ini adalah pembersihan di sekitar pintu laoding

ramp adri timbunan TBS yang menempel serta mengelas pipa yang bocor.

Gambar Kegiatan Sortasi di Loading Ramp

Gambar Pengutipan Brondolan yang Jatuh Saat Proses Memasukkan TBS ke Lori

50

Page 51: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Stasiun Perebusan (Sterelizer)

Perebusan atau sterilisasi merupakan tahap awal ekstraksi minyak dari

TBS perbus disebut sterilizer yaitu suatu alat berupa bejana bertekanan yang

berbentuk silinder dilengkapi denga dua buah pintu pada kedua ujungnya (masing

– masing sebagai pintu pemasukan dan pengeluaran lori). Lori tersebut ditarik

dengan menggunakan capstand yang digerakkan menggunakan elektrik motor

hingga memasuki sterilizer. Lori yang ada disusun dan disesuaikan dengan

sterilizer mana yang akan digunakan. Sterilizer yang digunakan dapat menampung

10 lori per unit. Dalam PKS Pagar Marbau terdapat 4 unit sterilizer yang

digunakan untuk merebus. Kapasitas olah sterilizer tersebut adalah 25 ton

TBS/jam.

Gambar Sterilizer di Stasiun Perebusan

Pada stasiun ini lori yang berisi TBS direbus dengan steam mencapai

tekanan dengan tujuan :

Menonaktifkan enzim yang dapat menghidrolisis minyak sehingga dapat

menghentikan peningkatan jumlah asam lemak bebas

Melunakkan daging buah sehingga daging buah mudah lepas dari biji

sewaktu diaduk dalam digester dan pengempaan dalam screw press

51

Page 52: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Untuk menyempurnakan pengolahan inti sawit dengan berkurangnya

kadar air dalam biji sebagian daya lekat antara inti dengan cangkang

berkurang

Memudahkan buah lepas dari tandannya pada waktu penebahan pada

thresser, akibat zat – zat polisakarida yang bersifat sebagai perekat akan

terhidrolisis dan pecah membentuk banyak molekul monosakarida yang

melarut

Hidrolisa zat – zat lendir (mulcilaginous matter), zat – zat karbohidrat

yang ada sebagai koloid dalam protoplasma sel – sel dipecah menjadi

glukosa yang dapat larut dan menghasilkan tekanan osmotis, yang

membantu memecahkan dinding – dinding sel sehingga minyaknya dapat

keluar

Mengurangi kadar air dalam buah, supaya menjadi lemak sehingga minyak

mudah diperas dari dalamnya pada waktu pengempaan

Di PKS PTPN II Pagar Marbau sistem perebusannya menggunakan sistem

double peak (dua tingkat) dengan suhu 1100 – 1300C selama 100 menit. Cara

pengoperasin rebusan :

Masukkan lori ke dalam rebusan (10 lori/rebusan)

Sebelum pintu rebusan ditutup, periksa kebersihan pintu dari

kotoran/berondolan sawit terutama packing pintu agar tidak terjadi kebocoran

steam

Proses perebusan kemudian berjalan dengan mengikuti program sebagai

berikut :

1. Masukkan steam untuk mengurangi udara dingin

2. Masukkan steam hingga P = 1,5kg/cm2 menuju puncak I

3. Masukkan kembali steam hingga puncak II P = 2,8 – 3,0 kg/cm2

4. Buang steam puncak hingga P= 0 kg/cm2

5. Tahan tekanan sistem pada tekanan P = 2,8 – 3,0 kg/cm2

6. Buang air kondensat rebusan

7. Stop kondesat dan naikkan sistem

8. Naikkan kembali steam P = 2,8 – 3,0 kg/cm2

9. Buang sistem hingga tekanan P = 0 kg/cm2

52

Page 53: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Gambar Grafik Sistem Perebusan Double Peak

Faktor – faktor yang mempengaruhi perebusan adalah tekanan dan waktu

perebusan. Tekanan yang terlalu tinggi serta waktu perebusan yang terlalu lama

akan menyebabkan warna minyak yang diperoleh terlalu tua sehingga sukar

dipucatkan. Selain itu losses minyak pada air rebusan semakin banyak Tekanan

yang terlalu rendah dan waktu perebusan yang singkat akan menimbulkan

beberapa hal yang cukup merugikan antara lain :

1. Buah kurang masak sehingga sebagian berondolan tidak lepas dari tandan

(USB tinggi)

2. Pelumatan dalam digester tidak sempurna sehingga sebagian daging buah

tidak lepas dari biji sehingga losses pada ampas dan biji bertambah

3. Nut tidak bersih

4. ALB (Asam Lemak Bebas) tinggi karena enzim masih aktif

Stasiun rebusan merupakan salah satu sumber losses minyak yang perlu mendapat

perhatian. Untuk itu norma yang diizinkan dari stasiun rebusan adalah :

1. Oil losses pada kondensat : maks 0,60%

2. USB (unstrip bunch) : maks 2,0%

Perawatan yang dilakukan untuk menjaga kestabilan pengoperasian alat rebusan

adalah :

1. Pemeriksaan rutin tentang kemungkinan adanya kebocoran

53

Page 54: LAPORAN MAGANG PTPN 2

2. Pembersihan bagian dalam rebusan secara rutin dari berondolan buah yang

jatuh maupun sampah agar pipa kondensat tidak tersumbat

3. Pemeriksaan pengamanan seperti manometer dan termometer

54

Page 55: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Gambar Bagian-bagian Sterilizer

Stasiun Penebahan (threshing)

Stasiun penebahan adalah stasiun pemisahan berondolan dengan janjang

kosong yang bertujuan untuk melepaskan seluruh berondolan dari janjang secara

maksimal sehingga kehilangan berondolan dalam janjang dapat dikurangi.

Pada prinsipnya kegiatan pemisahan brondolan ada 3 bagian operasi, yaitu

1. Penuangan umpan melalui hoisting crane ke hopper dan auto feeder

2. Pemisahan brondolan dari tandannya menggunakan thresher

3. Pengangkutan material yang dipisahkan yakni brondolan ke digester dan

tandan kosong ke empty brunch hopper

Proses pelepasan/perontokan akibat adanya bantingan tandan buah di dalam alat

penebah yang berputar dengan kecepatan 22 – 24 rpm. Di dalam pengoperasian

alat penebah, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

Sewaktu diputar tandan buah dalam alat penebah ahrus dapat mencapai

ketinggian yang maksimal baru jatuh

Pengaturan buah yang masuk ke dalam alat penebah disesuaikan dengan

kapasitas alat sehingga tidak terjadi kelebihan kapasitas

Hal –hal yang menyebabkan hasil penebahan kurang sempurna antara lain

Tandan buah dari lapangan/afdeling terlalu mentah atau sakit (buah

bangkong)

55

Page 56: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Tandan buah kurang masak dalam proses perebusan

Susunan brondolan dalam tandan sangat rapat dan padat sehingga uap

tidak dapat mencapai bagian dalam tandan

Hoisting Crane

Setelah buah dalam rebusan matang maka lori ditarik keluar menuju

landasan hoisting crane, kemudian diangkat dan dituang ke dalam hopper dan

kemudian dijalankan dnegan auto feeder dengan menggunakan hoisting crane lalu

menurunkan lori kosong ke posisi rel semula menuju pintu loading ramp. Hal

yang perlu diperhatikan dalam pengoperasiannya adalah :

Hindari goncangan saat mengangkat lori

Periksa keadaan cling cable down and up apakah masih baik

Pemasangan rantai pada lori harus seimbang kedudukannya

Saat pengoperasian tidak boleh ada orang yang melintas di bawah

PKS pagar Marbau memiliki hoisting crane sebanyak 3 unit dengan kapasitas

angkut sebesar 5 ton, 12 meter

Auto Feeder

Buah yang diangkut dengan hoisting crane dituang dalam auto feeder yang

merupakan wadah sementara penampungan janjang buah sebelum dibawa ke

thresher yang bergerak perlahan sehingga buah dapat jatuh ke bawah menuju

thresher.

56

Page 57: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Gambar Auto Feeder

Thresher / stripper

Thresher merupakan alat yang berfungsi untuk melepaskan brondolan dari

janjang buah dengan cara bantingan. Buah dari auto feeder dimasukkan ke dalam

thresher drum yang berputar dengan bantuan kisi – kisi yang ada di dalam drum,

buah terangkat dan jatuh terbanting dengan bantuan kisi – kisi yanga da di dalam

janjang. Alat ini memiliki kisi – kisi yang berputar dengan kecepatan 20 25 rpm,

diameter sekitar 2,1 m dan panjang 4 – 5 m. Jarak antarkisi adalah sekitar 40 – 50

mm. Pada PKS PTPN II Pagar Marbau memiliki 3 unit thresher. Kapasitas kerja

thresher yang terdapat pada pabrik adalah 35 ton TBS/unit/jam.

57

Page 58: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Gambar Threser

Empty Bunch Conveyor

Empty bunch conveyor berfungsi untuk membawa janjang kosong dari

thresher menuju empty bunch hopper. Memiliki panjang 59 m, kemiringan 20 dan

kapasitas 30 ton/jam. Menggunakan electromotor dengan tenaga 10 KW, tegangan

380 volt, arus 15,5 A, dan putaran 930 rpm.

Gambar Empty Bunch Conveyor

Fruit Conveyor

Fruit conveyor merupakan alat yang berada di bawah alat thresher yang

berfungsi untuk menampung buah hasil thresher yang kemudian disalurkan ke

58

Page 59: LAPORAN MAGANG PTPN 2

fruit elevator. Alat ini berupa pisau ulir yang digerakkan dengan motor sehingga

buah dapat bergerak mengalir ke fruit elecator.

Fruit Elevator

Fruit elevator merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut buah

dari fruit conveyor ke distributing conveyor untuk selanjutnya dimasukkan ke

dalam digester. Alat ini berupa timba – timba yang dilekatkan dengan rantai dan

digerakkan oleh motor sehingga timba – timba tersebut dapat naik ke atas.

Kapasitas dari fruit elevator yaitu 30 ton/jam, tinggi 11 m. Menggunakan

electromotor dengan tenaga 3 KW, tegangan 415 volt, putaran 1420 rpm, dan

frekuensi 50 Hz.

Distributing Conveyor

Merupakan alat yang diguanakan untuk menyalurkan buah dari fruit

elevator ke dalam alat digester. Kapasitas dari distributing conveyor yaitu 30

ton/jam, panjang 8,046, lebar 0,55 m, dan diameter 0,5m. Menggunakan

elektromotor dengan tenaga 4 KW, tegangan 380 volt, putaran 1420 rpm, dan

frekuensi 50 Hz.

Faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja di stasiun penebahan

antara lain:

Freeding yaitu kualitas (ukuran buah) dan kuantitas (jumlah umpan ke

stasiun thresher)

Kecepatan stripper drum. Kecepatan yang digunakan adlaah 24 rpm. Jika

putaran terlalu lambat maka antara tandan yang satu dan tandan yang lain

akan berbenturan sehingga beban stripper drum akan semakin berat. Ini

akan menimbulkan losses. Dengan adanya putaran searah, buah akan

terbanting dan brondolan akan lepas. Buah akan masuk ke Conveyor under

thresher.

Kebersihan kisi – kisi tempat keluarnya brondolan

Sudut pengarah berfungsi mengarahkan janjang agar tidak menjadi beban

dalam stripper drum

Spike berfungsi untuk mengurangi terjadinya USF (unstrap fruit)

59

Page 60: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Hal – hal yang mengakibatkan hasil pembrondolan kurang sempurna

antara lain:

Tandan buah kurang matang dalam perebusan

Pengeluaran udara kurang sempurna dalam sterilizer

Susunan brondolan dalam tandan sangat rapat sehingga uap tidak dapat

mencapai bagian dalam tandan

Stasiun Pengempaan (Presser)

Stasiun pengempaan adalah stasiun pertama dimulainya pengambilan

minyak dari buah dengan jalan melumat dan mengempa. Melalui proses

pengadukan dan pengempaan diharapkan diperoleh minyak dari daging buah

secara maksimal dengan oil losses serendah mungkin dan broken nut yang

minimum.

Digester

Digester adalah alat untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah

terlepas dari biji. Alat ini berbentuk silinder dengan as putar yang dilengkapi

dengan pisau – pisau pengaduk. Dalam digester buah sawit direncah dengan pisau

– pisau pengaduk yang berputar pada as sehingga daging buah (pericarp) pecah

dan terlepas dari biji (nut). Buah yang masuk ke fruit conveyor dikirm melalui

fruit elevator ke digester melalui distributing conveyor.

Fungsi digester adalah :

Melumatkan daging buah agar pada proses pengepresan minyak dengan

mudah untuk dipisahkan dari serabut dan biji

Melepaskan/memecah sel – sel minyak dari daging buah/pericarp

Menghasilkan ekstraksi minyak yang optimum pada saat pengepresan

Memisahkan daging buah dan biji

Homogenize

Penirisan minyak

Mengurangi biji yang pecah dengan memperhatikan steam yang masuk

Hal – hal yang perlu diperhatikan pada digester adalah :

Pelunakan (peremasan) buah harus baik, berarti daging buah dengan

sempurna lepas dari bijinya

60

Page 61: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Masa adukan jangan terlalu lumat, serat – serat buah harus masih jelas

kelihatan, namun lumatan harus homogen

Suhu pemanasan digester : >900C melalui injeksi uap

Waktu peremasan 15 – 20 menit

Pengadukan dilakukan dengan pemutaran 34 rpm

Drain digester harus kontinyu/lancar

Parit digester jangan sampai tersumbat

Saluran minyak keluar harus tetap bersih agar minyak mengalir dengan

lancar

Screw Press

Setelah melalui proses pengadukan maka selanjutnya dipress (kempa).

Adapun tujuan pengepresan adalah untuk memeras (mengeluarkan) minyak

kelapa sawit yang terdapat pada daging buah (serat – serat) brondolan dengan

memperhatikan kehilangan minyak pada ampas hasil presan (fibre) dan kadar biji

pecah.

Pengempa (press) dipakai untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari

daging buah. Alat ini terdiri dari sebuah selinder (press cylinder) yang berlubang

– lubang dan di dalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang berputar

berlawanan arah. Tekanan pada kempa diatur oleh dua buah konus (cones) yang

berada pada bagian ujung pengempa yang dapat digerakkan maju mundur secara

hidrolik.

Selama proses pengepresan, air panas ditambahkan melalui pipa kecil ke

dalam screw press untuk pengenceran. Tujuan dari pengenceran ini adlaah untuk

memperkecil masa buah hasil cacahan sehingga mempermudah prses pemisahan.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian screw press adalah

Ampas kempa (press cake) harus keluar merata di skeitar konus

Tekanan pada acculator adalah sekitar 50 – 60 kg/cm2

Tekanan kempa yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kadar inti pecah

bertambah dan kerugian inti bertambah

Tekanan kempa terlalu rendah mengakibatkan ;

1. Cake basah

2. Loses minyak pada ampas dan bii bertambah

61

Page 62: LAPORAN MAGANG PTPN 2

3. Pemisahan ampas dan biji tidak sempurna

4. Bahan bakar ampas basah sehingga pembakaran dalam boiler tidak sempurna

Kebersihan air suplesi pengencer pada screw press ±2 m3/jam dan suhu air

suplesi >900C

Bila screw press harus berhenti pada waktu yang lama, screw press harus

dikosongkan

Standar minyak yaitu :

o Pada ampas : 5 – 6 % / contoh

o Pada biji : 0,3 – 0,6% / contoh

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan press adalah :

Kualitas hasil rebusan

Putaran screw press usahakan sesuia dengan kapasitas proses sehingga

efisiensi ekstraksi dapat optimal

Tekanan hidrolik cone harus sesuai dengan beban dorongan press cake dari

screw press untuk menghindari kerugian dalam ekstaksi minyak dan inti

pecah

Kapasitas pengumpan digester

Temperatur water dilution harus berkisar 90 – 950C

Air delusi berfungsi untuk mempermudah proses pemasakan minyak dan air.

Jika air delusi terlalu sedikit minyak yang dihasilkan lebih murni tetapi losses

minyak tinggi. Temperatur air delusi antara 90 – 950C. Penambahan air

delusi adalah 15 – 20% dari TBS yang diolah.

Minyak hasil pengepresan akan disalurkan melalui oil gutter dari press ke

sand tank sebelum masuk ke dalam vibrating screen / vibro separator yang

bertujuan untuk mengurangi pasir yang masuk ke dalam crude oil tank.

Stasiun Pemurnian (Klarifikasi)

Stasiun pemurnian minyak merupakan stasiun terakhir untuk pengolahan

minyak. Minyak kasar hasil stasiun pengempaan dikirim ke stasiun ini untuk

diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi. Melalui proses

pemurnian minyak di stasiun pemurnian diharapkan dapat diperoleh CPO

produksi yang berkualitas baik dengan kehilangan minyak yang minimal.62

Page 63: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Adapunstandar kualitas yang diharapkan adalah sebagai berikut ;

1. FFA : <2,50%

2. Kadar air : <0,15%

3. Kadar kotoran : <0,015%

4. DOBI : >2,70%

Tujuan dari stasiun klarifikasi yaitu :

Efisiensi pemisahan minyak murni (pure oil) dari crude oil pada tingkat

awal

Efisiensi pemisahan kadar air pada minyak

Pemisahan kadar kotoran

Mendapatkan rendeman minyak yang optimal dengan losses minyak yang

rendah (minimal)

Pada dasarnya prinsip pengolahan pada stasiun adalah berdasarkan:

Perbedaan berat jenis (density)

Sistem pengendapan

Sistem sentrifugal dengan alat putaran tinggi

Sand Trap Tank

Alat ini dibuat dari besi plat berbentuk tangki selinder, dimana di bagian

bawahnya berupa kerucut. Fungsi pengendapan adalah untuk mengendapkan

pasirdari minyak kasar hasil pengempaan, setiap pagi pasir yang terendap pada

sand trap tank di drain. Sand trap tank merupakan tangki dnegan tinggi ± 2 m dan

memiliki pipa down di bawahnya dan pipa inlet dan oulet disampingnya.

Kapasitas kerja alat ini adalah 5 ton/jam. Temperatur pada sand trap tank harus

mencapai 90 – 950C dengan menggunakan steam infection. Jika terlalu dinging

maka pada saat dilakukan blow down NOS yang dikeluarkan akan terlihat sangat

kentan dan masih banyak mengandung minyak. Blow down dilakukan setiap 4

jam sekali. Saat dilakukan blow down harus diperhatikan jangan sampai minyak

terikut bersama NOS.

PKS Pagar Marbau menggunakan 1 unit sand trap tank kapasitas 10m3,

yang ujungnya berbentuk konus. Di dalam sand trap tank terdapat sekat/buffle

untuk mengarahkan aliran minyak kasar ke dasar tangki sehingga memungkinkan

pasir yang terdapat pada minyak kasar mengendap.

63

Page 64: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Vibrating Screen

Alat ini berupa saringan yang bergetar dimana saringan memiliki ukuran

20 dan 40 mesh. Fungsi alat ini adalah untuk menyaring serabut dan kotoran alin

yang terikut dalam minayk kasar dari sand trap tank. Pada vibrating screen akan

dihasilkan minyak dan kotoran. Minyak yang tersaring akan menuju ke crude oil

tank di bagian bawahnya. Kotoran dari vibrating screen dikirim lagi ke bottom

cross fruit conveyor untuk diolah lagi dalam stasiun press.

Crude Oil Tank

Crude oil (30% air, 30% sludge, dan 40% minyak) tank berupa tangki

berbentuk persegi yang terbuat dari bahan stainless steel yang berfungsi untuk

tempat penampungan minyak dari hasil penyaringan di vibrating screen untuk

selanjutnya dipompakan ke VCT (Vertical Continous Tank), suhu crude oil

diusahakan tetap 90 – 950C dengan menggunakan steam injeksi.

Fungsi crude oil tank adalah :

Menurunkan NOS (non oil solid)

Sebagai tansit tank

Dalam COT, campuran tidak bergerak bebas karena adanya buffle

pemisah yang membentuk ruangan COT menjadi 3 bagian. Pada bagian pertama

dan bagian kedua campuran minyak mengalami proses pengendapan dengan

bantuan steam coil yang mempermudah pemisahan minyak dan campuran sludge.

Pada bagian ketiga, minyak sudah bersih dan siap diumpankan ke VCT (vertical

continous tank). Sludge yang merupakan hasil proses pengendapan di blow down

setiap 4 jam sekali.

64

Page 65: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Vertical Continous Tank

Vertival continous tank berfungsi untuk memisahkan dari sludge secara

gravitasi. Alat ini berbentuk tangki selinder dengan bagian bawahnya berbentuk

kerucut untuk mengefektifkan pengendapan pasir.

Temperatur minyak pada vertical continous tank ini adalah 90 – 950C.

Jika suhu berada di bawahnya maka pemisahan minyak lumpur dan air akan sulit,

sedangkan jika suhu terlalu tinggi maka air akan mendidih sehingga lumpur dan

minyak akan bergabung dan ini akan menyulitkan proses pemisahan. Panas yang

diberikan menyebabkan viskositas/kekentalan menurun dan perbedaan berat jenis

larutan semakin besar sehingga terjadi pemisahan larutan dimana lapisan minyak

akan naik (BJ < 1 kg/cm2), sludge (BJ = 1 kg/cm2) pada bagian tengah, serta

pasir dan kotoran lain (BJ > 1 kg/cm2)pada bagian bawah.

Agiator pada VCT berfungsi untuk membantu mempercepat pemisahan

minyak dengan cara mengaduk, memecahkan padatan serta mendorong lapisan

minyak dengan sludge. Kecepatan yang digunakan adalah 4 rpm.

Pada vertical continous tank ini akan terjadi pengendapan sludge. Minyak

yang memiliki berat jenis yang lebih kecil akan berada pada bagian atas untuk

selanjutnya dikirm ke oil tank dan sludge yang berada di bagian bawah akan

disalurkan ke sludge tank.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam vertical continous tank adalah :

Waktu tinggal (retention time) minimal 4 jam dengan suhu ± 90 – 950C

Faktor pegenceran (dilution) yang tepat

Posisi dari level skrimmer untuk minyak benar – benar dijaga (minyak dapat

terkutip bila tebal 25 cm)

Debit antara minyak dan sludge yang masuk dnegan yang keluar harus

balance

Oil Tank

Oil tank berfungsi sebagai penampang sementara minyak murni hasil

pemisahan di vertical continous tank, memanaskan minyak sebelum amsuk ke oil

purifier , dan juga sebagai pengendapan kotoran. Tangki ini berbentuk selinder

65

Page 66: LAPORAN MAGANG PTPN 2

dengan kerucut di bagian bawahnya serta dilengkapi dengan body isolaso.

Temperatur minyak dalam tangki 90 – 950C, kapasitas kerja alat ini 20 ton/jam.

Panas yang ada menyebabkan air dan kotoran yang terikut dari vertical

continous tank akan turun ke lapisan bawah. Kotoran dan air ini di blow down dan

ditampung di sludge drain di sludge tank untuk diproses kembali. Minyak dari oil

tank (masih menhandung kadar air maksimal 0,8% dan kadar kotoran maksimal

0,013%) dialirkan ke oil purifier.

Oil Purifier

Oil purifier merupakan alat yang berfungsi untuk menguragi kadar kotoran

yang terdapat dalam minyak bersih dan sesuai dengan standar yang diinginkan.

Prinsip kerja oil purifier berdasarkan berat jenis dan gaya sentrifugasi.

Akibat adanya gaya sentrifugasi maka minyak yang memiliki berat jenis

lebih kecil akan bergerak ke arah poros dan terdorong ke atas. Oleh karena adanya

tekanan pompa dari purifier maka minyak tersebut akan naik ke atas menuju float

tank untuk selanjutnya masuk ke dalam vacum dryer, sedangkan kotoran yang

berat jenisnya lebih besar akan terdorong ke arah dinding cowl dan dikeluarkan

dengan cara pencucian (back wash). Saat dilakukan back wash kran oulet oil

purifier ke vacum dryer ditutup, dialihkan ke fat sludge tank (parit). Efektivitas

pemisahan dalam oil purifier dikendalikan oleh seal water dan regulating ring.

Pembukaan seal waterbharus ditutup karena apabila kran terbuka maka akan

meningkatkan kadar air dalam minyak meningkat. Regulating ring digunakan

untuk mengatur tekanan outlet minyak yang disesuaikan dengan vacum dryer.

Float Tank

Float tank berfungsi untuk menjaga minyak masuk ke dalam tangki vacum

dryer agar udara luar tidak ikut masuk ke dalam vacum dryer.

Vacum Dryer

Vacum dryer berfungsi utnuk mengurangi kadar air yang terdapat pada

minyak yaitu dengan cara penguapan hampa. Vacum dryer berbentuk tabung

selinder dengan tekanan -18 sampai -29 in Hg. Vacum dryer dilengkapi dengan

66

Page 67: LAPORAN MAGANG PTPN 2

nozzle penyemprot, gelas penduga dan katup apung pengontrol level CPO dari

bahan stainless steel.

Prinsip kerja dari vacum dryer yakni pengurangan kadar air dari minyak

dengan penggunaan vacum diharapkan air menguap tidak dalam suhu tinggi

1000C, melainkan di bawah 1000C berkisar 65 – 700C. Jika suhu mencapai 1000C

lebih maka minyak akan mengalami kerusakan seperti hilangnya nilai DOBI dan

betakaroten.

Oil Transfer Tank

Oil transfer tank merupakan tangki penyimpanan sementara crude oil

murni sebelum disalurkan ke dalam storage tank. Di tangki ini suhu dijaga dengan

kisaran 50 – 550C untuk menjaga kualitas minyak.

Storage Tank

Minyak murni yang telah dihasilkan kemudian disimpan di dalam storage

tank untuk ditimbun dan selanjutnya dipasarkan. Suhu di dalam storage tank

dijaga pada suhu 50 – 550C untuk menjaga kualitas dan mutu minyak. Kondisi

steam coil harus diperiksa secara rutin karena kebocoran pada sistem steam coil

mengakibatkan kadar air CPO meningkat.

Sludge Tank

Lumpur yang masih terdapat minyak pada alat vertical continous tank

kemudia dialirkan ke dalam sludge tank. Tangki ini berebntuk selinder dengan

bentuk kerucut di bagian bawahnya. Sludger dari sludge tank ini kemudian

dialirkan menuji brush strainer disaring dari kotoran.

Brush Strainer

Alat ini berfungsi untuk menyaring kotoran – kotoran dan lumpur yang

terdapat di dalam minyak. Alat ini berbentuk selinder yang bagian dalamnya

terdapat penyikat yang terbuat dari kawat saling yang halus dan kemudian

penyikat ini diputar sehingga lumpur dapat tersaring di penyikat. Minyak yang

keluar dari alat ini kemudian disaring kembali dalam alat precleaner.

Precleaner

Alat ini berupa saringan yang terbuat dari porselen yang dapat menayring

kotoran dalam minyak dengan sangat baik. Fungsi dari brush strainer dan

67

Page 68: LAPORAN MAGANG PTPN 2

precleaner ini adlaah untuk membersihkan minak serta membantu meringankan

kerja dari sludge separator.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

68

Page 69: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Setelah pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (Magang) di

PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II TANJUNG GARBUS PAGAR

MERBAU, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Tanaman ulang (replanting) yang dilakukan di PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA II TANJUNG GARBUS PAGAR MERBAU bertujuan

mengganti tanaman yang telah tua dan kurang menguntungkan dari segi

produktivitasnya dengan tanaman baru.

2. Pembibitan kelapa sawit adalah suatu tempat (areal) dimana untuk

sementara waktu (± 12 bulan) bibit ditanam, dipelihara (merumput,

menyiram, memupuk, memberantas hama, dll) serta dilaksanakan seleksi

sebelum bibit tersebut memenuhi syarat untuk ditanam di lapangan.

3. Pemeliharaan TBM adalah usaha untuk mendorong pertumbuhan vegetatif

guna memperpendek masa tidak produktif sedang pemeliharaan tanaman

menghasilkan (TM) adalah usaha untuk mendorong pertumbuhan vegetatif

dan generatif tanaman, untuk dapat/mampu berproduksi seoptimal

mungkin.

4. Produk utama yang dihasilkan PKS Pagar Merbau berupa minyak sawit

menyah atau sering disebut dengan crude palm oil (CPO), sedangkan

produk sampingannya berupa inti sawit palm kernel oil (PKO).

5. Proses produksi pada PKS Pagar Marbau PTPN II terbagi atas beberapa

stasiun antara lain : stasiun penerimaan, stasiun perbusan, satsiun

penebahan (theressing), stasiun pengempaan (presser), stasiun pemurnian

(clarification), stasiun kernel (biji).

4.2 Saran

Dari kegiatan yang dilakukan di lapangan selama magang, adapun saran

yang dapat diberikan untuk menjadi masukan adalah :

69

Page 70: LAPORAN MAGANG PTPN 2

1) Dalam pekerjaan replanting (tanam ulang) kelapa sawit, sebaiknya dilakukan

pembalikkan tanah untuk membunuh OPT yang ada di dalam tanah dan untuk

meningkatkan proses oksidasi di dalam tanah.

2) Sebaiknya tanaman kelapa sawit yang tidak produktif lagi dilakukan

replanting. Hal ini selain untuk menjaga produksi yang tinggi juga

menghindari terjadinya bibit kelapa sawit yang terlambat tanam. Ini dapat

dilihat di pembibitan masih banyak bibit kelapa sawit yang seharusnya sudah

layak pindah tanam.

3) Dalam hal pemupukan, sebaiknya sebelum aplikasi pupuk dilakukan

pembersihan piringan kelapa sawit agar pupuk yang diaplikasikan merata

jatuh ke tanah dan mencegah terjadinya kompetisi penyerapan unsur hara

dengan gulma.

4) Agar tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan TBS yang berkualitas dan

jumlahnya banyak dilakukan kegiatan pemeliharaan yang baik.

5) Antara asisten dan mandor panen sebaiknya lebih berkoordinasi lagi agar

tidak terjadi buah yang terlambat panen di lapangan serta mencegah

terjadinya peningkatan ALB pada buah.

6) Brondolan yang terlepas dari tandan di TPH sebaiknya diusahakan agar tidak

tertinggal guna meningkatkan rendemen.

7) Lebih dilakukan pengawasan terhadap pemanen di lapangan untuk

menghindari terjadinya panen buah mentah.

DAFTAR PUSTAKA

70

Page 71: LAPORAN MAGANG PTPN 2

Sibagariang, Srinita, dkk.2011. “Laporan Praktek Kerja di Pabrik Kelapa

Sawit (PKS) PT. Perkebunan Nusantara II Pagar Marbau”. PENDIDIKAN

TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN

Soeharjo, H, dkk.1997. “Vademecum Kelapa Sawit”. Penerbit: PT.

Perkebunan Nusantara IV (Persero) Bah Jambi – Pematang Siantar, Sumatera

Utara – Indonesia

Suwandi, H, Ir. 2004. “Buku Pedoman Kerja Kelapa Sawit”. Penerbit: PT.

Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa

71