Laporan Magang B2P2VRP (Duver)
-
Upload
exalted-wahyoedie -
Category
Documents
-
view
253 -
download
11
description
Transcript of Laporan Magang B2P2VRP (Duver)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan
angka kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya
semakin meningkat. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan
adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yang cukup
tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan
sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan
lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan
berkembang biaknya vector dan reservoir penyakit (Menkes, 2010).
Reservoir adalah organisme hidup/mati, dimana penyebab penyakit
hidup normal dan berkembang biak. Reservoir dapat berupa manusia,
binatang, tumbuhan serta lingkungan lainnya. Reservoir merupakan pusat
penyakit menular, karena merupakan komponen utama dari lingkaran
penularan dan sekaligus sebagai sumber penularan (Sulis, 2010).
Penyakit yang ditularkan melalui reservoir masih menjadi penyakit
endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat
menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan
upaya pengendalian atas penyebaran reservoir tersebut. Lingkaran penularan
penyakit yang sangat sederhana, reservoir manusia serta penularan dari
manusia ke manusia. Upaya penanggulangan masalah kesehatan tersebut
perlu dilakukan secara terpusat agar terjadi kesinambungan antara masing–
masing upaya. Departemen Kesehatan telah melakukan sejumlah program
intervensi di bidang kesehatan dan perbaikan organisasi serta manajemen.
Namun belum banyak ada kemajuan yang dicapai dibandingkan dengan
negara-negara lain di Asia Tenggara (Adnan A., 2011).
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir
Penyakit (B2P2VRP) merupakan salah satu unit pelaksana kesehatan di bawah
1
Balitbang Kementrian Kesehatan RI. B2P2VRP sebagai pusat penelitian dan
pengembangan tentu saja harus didukung dengan ketersediaan alat dan SDM
yang memadai agar kegiatan–kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai
dengan target yang telah ditetapkan. Dimana visi dari balai besar ini adalah
menjadi isntitusi unggulan penelitian dan pengembangan metode
pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir, serta penyakit bersumber
binatang yang lain secara rasional, efisien, efektif, berkesinambungan dan
diterima masyarakat.
Salah satu unit penunjang untuk melaksanakan visi dari B2P2VRP
tersebut adalah Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit (DUVER). Tujuan dari
DUVER ini merupakan pusat informasi, dokumentasi, display/peragaan
ekologi dan biologi maupun pengendalian vektor dan reservoir penyakit.
Selain itu serta menjadi wahana sarana pembelajar ilmiah para pengunjungnya
guna memasyaratkan cara pencegahan penyakit bersumber vektor dan
reservoir. Dalam memudahkan pengetahuan pengunjung perlu didampingi
oleh pemandu serta dibutuhkan media informasi yang dapat mempermudah
proses belajar dari tiap anjungan yang ada di DUVER.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penyusunan laporan ini
berjudul “Pengadaan Media Informasi dalam bentuk Buku Panduan Sebagai
Sarana Edukasi dan Informasi Mengenai Anjungan Reservoir di DUVER
(Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit) B2P2VRP Salatiga Tahun 2012”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah :
1. Bagaimanakah gambaran kondisi DUVER di B2P2VRP Salatiga ?
2. Bagaimanakah gambaran kondisi DUVER B2P2VRP Salatiga di bagian
anjungan reservoir ?
3. Masalah apa saja yang ada di DUVER B2P2VRP Salatiga pada bagian
anjungan reservoir ?
2
4. Apakah penyebab masalah yang terjadi di DUVER di B2P2VRP Salatiga
pada bagian anjungan reservoir ?
5. Alternatif apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan penyebab
masalah beserta intervensinya ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan permasalahan yang
terjadi di DUVER di B2P2VRP Salatiga dan merencanakan program
untuk memecahkan permasalahan tersebut dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan menambah pengalaman tentang reservoir penyakit di
DUVER B2P2VRP Salatiga.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penyusunan laporan di DUVER di
B2P2VRP Salatiga ini, antara lain adalah :
1. Mengetahui gambaran kondisi DUVER di B2P2VRP
Salatiga
2. Mengetahui gambaran kondisi DUVER B2P2VRP
Salatiga pada bagian anjungan reservoir.
3. Mengidentifikasi masalah yang ada di DUVER
B2P2VRP Salatiga pada bagian anjungan reservoir.
4. Mengetahui penyebab masalah yang terjadi di DUVER
di B2P2VRP Salatiga pada bagian anjungan reservoir.
5. Mengetahui alternatif yang akan digunakan untuk
menyelesaikan penyebab masalah beserta intervensinya
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang reservoir penyakit.
2. Menambah pengalaman serta menerapkan pengetahuan yang
diperoleh dalam kegiatan magang.
3
1.4.2 Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
1. Menjalin kerjasama dengan salah satu instansi kesehatan untuk
pengembangan jurusan IKM.
2. Laporan Magang dapat menjadi salah satu audit internal kualitas
pengajaran di jurusan IKM.
1.4.3 Bagi Instansi
Sebagai tambahan pengetahuan dan masukan mengenai
masalah yang berkaitan dengan reservoir penyakit yang terjadi di
DUVER B2P2VRP Salatiga.
4
BAB II
ANALISIS SITUASI
2.1 Analisis Situasi Umum
2.1.1 Sejarah B2P2VRP
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir
Penyakit atau lazim disingkat B2P2VRP, pada mulanya merupakan
suatu Unit Penelitian Biologi dan Pemberantasan Vektor (UPBPV)
yang berdiri di Semarang tahun 1976 atas kerjasama WHO dan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Tujuan pendirian UPBPV
adalah untuk memecahkan masalah-masalah dalam pemberantasan
penyakit bersumber binatang (khususnya malaria, terutama timbulnya
resistensi vektor terhadap DDT). Dengan berakhirnya kerjasama
tersebut, tenaga dan semua sarana yang dimiliki UPBPV digunakan
sebagai sarana awal B2P2VRP yang merupakan sarana penelitian
vektor penyakit satu-satunya di Indonesia.
Pada tanggal 7 April 1984, unit penelitian ini dipersiapkan untuk
dikembangkan menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) badan Litbang
Kesehatan dan berkedudukan di Balai Latihan Kesehatan (BLK)
Suwakul Ungaran Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah. Tugas
dan fungsinya adalah sebagai pelaksana teknis untuk studi pengendalian
dan pemberantasan vektor penyakit.
Tahun 1987 diterbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 556/Menkes/SK/VII/1987 yang meresmikan
Unit Lapangan menjadi Stasiun Penelitian Vektor Penyakit (SPVP),
yang berlokasi di Salatiga Jawa Tengah. Tujuan SPVP adalah
melakukan studi pengendalian vektor yang lokal dan spesifik.
Selanjutnya pada tahun 1999 berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan No.1351/MENKES/SK/XII/1999, SPVP
5
dikembangkan menjadi Balai Penelitian Vektor dan Reservoir penyakit
(BPVRP), yang ditugaskan mengkoordinir 6 stasiun lapangan Unit Pe-
laksana Fungsional Penelitian Vektor dan Reservoir penyakit
(UPFPVRP), masing-masing di Banjarnegara (Jateng), Pangandaran
(Jawa Barat), Baturaja (Sumsel), Kotabaru (Kalsel), Donggala (Sulsel)
dan Waikabubak (Sumba Barat NTT).
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 2005 No. 1353/MENKES/PER/IX/2005,
BPVRP ditingkatkan menjadi Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Vektor dan Resevoir Penyakit (B2P2VRP). Perubahan
nama ini dilakukan untuk mempertegas Core Bussiness B2P2VRP yaitu
penelitian dan pengembangan vektor dan resevoir penyakit serta
pengendaliannya, berikut IPTEK terapan yang mendukungnya. Dengan
berakhirnya kerjasama tersebut, tenaga dan semua sarana yang dimiliki
UPBVP digunakan sebagai sarana awal B2P2VRP yang merupakan
sarana penelitian vektor penyakit satu-satunya di Indonesia.
2.1.2 Gambaran Umum B2P2VRP
2.1.2.1 Lokasi
B2P2VRP terletak di Jalan Hasanudin No. 123 Kelurahan
Mangunsari , Kecamatan Sidomukti, Desa Ngawen, Kota Salatiga,
Jawa Tengah, dibangun di atas tanah seluas 2,75 Ha.
2.1.2.2 Tugas dan Fungsi
a. Penelitian vektor dan reservoir penyakit.
b. Pengembangan metode pengendalian vektor dan reservoir
penyakit.
c. Sebagai tempat magang/pelatihan cara pengendalian vektor lokal
dan spesifik.
d. Pelayanan masyarakat untuk uji efikasi insektisida rumah tangga
atau program.
e. Penatalaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga institusi.
6
2.1.2.3 Visi dan Misi
Visi :
Menjadi institusi unggulan penelitian dan pengembangan
metode pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir, serta
penyakit bersumber binatang yang lain secara rasional, efisien,
efektif, berkesinambungan dan diterima masyarakat.
Misi :
1. Penelitian dan pengembangan metode penelitian dan reservoir
dengan memanfaatkan iptek dan mengkoordinasikan sumber daya
penelitian yang ada secara teratur dan berkesinambungan.
2. Pendampingan unit utama dalam pemberdayaan masyarakat
dalam penggunaan dan aplikasi metode pengendalian vektor dan
reservoir yang unggul.
3. Pengembangan lingkungan kerja kondusif bagi peneliti dan
masyarakat agar dapat berkarya secara profesional. Tata nilai:
Pusat unggulan IPTEK vektor dan reservoir penyakit serta
pengendaliannya.
2.2 Analisis Situasi Khusus Pada Unit Penelitian
2.2.1 Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit (DUVER)
2.2.1.1 Lokasi Anjungan Reservoir
Lokasi Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit berada pada
gedung utama.
2.2.1.2 Tujuan
Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para
pemandu di DUVER mengenai reservoir penyakit, persebaran
penyakit serta pencegahan dan pengobatannya.
7
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
3.1. Identifikasi Masalah
3.1.1 Identifikasi Masalah di DUVER bagian reservoir
Identifikasi masalah merupakan penjabaran keseluruhan per-
masalahan yang terjadi di suatu tempat. Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan di DUVER bagian reservoir B2P2VRP Salatiga dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
Tabel 2. Identifikasi Masalah
No. Masalah
1. 2.3.4. 5.
Informasi tentang penjelasan vektor yang kurang lengkapKurangnya petugas pemandu di DUVER Tidak semua pemandu paham tentang isi di DUVERKurang lengkapnya media buku panduanRusaknya spesimen karena kurangnya perawatan
3.2 Prioritas Masalah Dengan Menggunakan Metode Yang Sesuai
Dalam menentukan prioritas masalah menggunakan Metode Hanlon
Kuantitatif yang terdiri dari:
1) Kriteria A (Besar Masalah)
Yaitu penetapan besarnya masalah diukur dari besarnya penduduk
yang terkena efek secara langsung (insidensi/prevalensi).
Pemberian skor diberikan antara 1 sampai dengan 5 dari yang
terkecil sampai yang terbesar.
Kategori penilaianya adalah sebagai berikut :
5 = sangat kuat
4 = kuat
8
3 = cukup kuat
2 = kurang kuat
1 = sangat kurang kuat
2) Kriteria B (Kegawatan Masalah)
Yaitu perhitungan tingginya angka kesakitan dan kematian serta
kecenderungan dari waktu ke waktu.
Pemberian skor diberikan antara 1 sampai dengan 5 dari yang
terkecil sampai yang terbesar.
Kategori penilaianya adalah sebagai berikut :
5 = sangat gawat
4 = gawat
3 = cukup gawat
2 = kurang gawat
1 = sangat kurang gawat
3) Kriteria C (Efektifitas)
Yaitu penetapan kemudahan dalam penanggulangan dengan
memperhatikan perbandingan atau perkiraan hasil/manfaat dengan sumber
daya yang ada (5M : Man, Material, Methode, Money, Machine).
Pemberian skor diberikan antara 1 sampai dengan 5 dari yang
terkecil sampai yang terbesar.
Kategori penilaianya adalah sebagai berikut :
5 = sangat kuat
4 = kuat
3 = cukup kuat
2 = kurang kuat
1 = sangat kurang kuat
4) Kriteria D (Pearl Faktor)
Yaitu kriteria .dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat
atau tidaknya suatu program dapat dilaksanakan, yaitu terdiri dari faktor :
9
P : Propriateness ( Kesesuaian)
Kesesuaian masalah/alternatif dengan prioritas kebijakan program
pemerintah/kegiatan instansi terkait.
E: Econimic Feasibility (Secara ekonomi murah)
Kelayakan dari segi pembayaran, ada tidaknya biaya yang tersedia.
A: Acceptability ( Dapat diterima )
Situasi penerimaan masyarakat dalam instansi terkait, kesesuaian
dengan tata nilai yang ada di lingkungan.
R: Resources Availability ( Tersedianya sumber )
Ketersediaan sumber daya untuk mmemecahkan.
L: Legality ( Legalitas terjamin )
Dukungan aspek-aspek hukum dan perundangan yang berlaku dan
terkait.
Kriteria yang dapat dilaksanakan dari masing-masing factor diberi
skor 1 dan yang tidak dapat dilaksanakan diberi skor 0, dimana skor 0
menunjukkan adanya keterbatasan dari criteria tersebut sehingga program
tidak dapat dilaksanakan.
Setelah berbagai Kriteria diisi dan diberikan skoring maka langkah
berikutnya adalah menghitung nilai NPD dan NPT dengan rumus :
NPD : Nilai Prioritas Dasar = (A+B) x C
NPT : Nilai Prioritas Total (A=B) x C x PEARL
Prioritas utama adalah alternatif yang mempunyai nilai NPT tertinggi.
Dari identifikasi masalah di atas dapat di lihat hasil perhitungan
dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif sebagai berikut :
10
Tabel 3. Hanlon Kuantitatif pada anjungan reservoir di DUVER
NoInventarisasi
Masalah
Skor Kriteria
Skor D ( PEARL )NPD NPT Prioritas
A B C P E A R L
1
Informasi tentang penjelasan reservoir yang kurang lengkap
2 2 3 1 1 1 1 1 12 12 2
2Kurangnya Petugas Pemandu di DUVER
2 1 2 1 1 1 1 1 6 6 5
3
Tidak semua pemandu paham tentang isi di DUVER
1 2 3 1 1 1 1 1 9 9 3
4Kurang lengkapnya media buku panduan
3 2 3 1 1 1 1 1 15 15 1
5Rusaknya spesimen karena kurangnya perawatan
2 2 2 1 1 1 1 1 8 8 4
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh bahwa prioritas
masalah utama di Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit B2P2VRP adalah
kurang lengkapnya buku panduan.
11
3.3 Pembahasan Prioritas Masalah yang Dikaitkan dengan Kondisi di
Lapangan, Teori, serta Kerugian Dampak yang Dapat Ditimbulkan
3.3.1 DUVER bagian reservoir
DUVER bagian reservoir mempunyai fungsi sebagai display
yang memuat tentang reservoir yang ada di Indonesia, seperti tikus,
kelelawar dan bajing. Pada display yang ada di DUVER memuat
tentang:
1. Contoh-contoh awetan spesimen tikus, kelelawar dan bajing dari
berbagai jenis dan berbagai wilayah di Indonesia
2. Display pengendalian reservoir
3.3.2 Media
Media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Dalam ilmu
komunikasi, media bisa diartikan sebagai saluran, sarana penghubung,
dan alat-alat komunikasi. Kalimat media sebenarnya berasal dari
bahasa latin yang secara harafiah mempunyai arti perantara atau
pengantar.
Menurut Santoso S. Hamidjojo dalam Amir Achsin (1980), me-
dia adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide,
sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima (Anonim,2011).
3.3.2.1 Media Visual
a.) Pengertian
Media visual merupakan media yang memberikan gam-
baran menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak. Media
visual ini lebih bersifat realistis dan dapat dirasakan oleh sebagian
besar panca indera kita khususnya indera penglihatan. Manfaat
yang kita dapat dalam penggunaan media ini adalah pemakaiannya
yang efektif dan efisien, praktis, dan lebih cepat dipahami oleh
pembaca (Arsyad A., 2002)
12
Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak
menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang
lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh atau
disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya ter-
salur melalui indera yang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan peneri-
maan informasi atau bahan pendidikan (Notoatmodjo, 124).
Dengan demikian media visual dapat diartikan sebagai alat
pembelajaran yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar pema-
haman dan memperkuat ingatan akan isi materi pelajaran.
Pendidikan melalui media visual adalah metoda atau cara
untuk memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang da-
pat dilihat daripada sesuatu yang didengar atau dibacanya.
b.) Fungsi Media Visual
Fungsi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian bagi pembaca untuk berkonsentrasi kepada
isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan
atau menyertai teks materi pelajaran. Adapun fungsi tersebut dilihat
dari efektif, kognitif,dan kompensatoris:
Fungsi efektif
Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan pembaca
ketika belajar (membaca) teks yang bergambar.
Fungsi kognitif
Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar.
13
Fungsi kompensatoris
Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memehami teks
membantu pembaca yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali (Abdul, 2008).
Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disam-
paikan kepada pembaca dapat dikembangkan dalam berbagai ben-
tuk, seperti foto, gambar atau ilustrasi, sketsa/gambar garis, grafik,
bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Bahan-ba-
han grafis, gambar dan lain-lain yang ada disekitar kita, seperti ma-
jalah, iklan-iklan, papan informasi, mempunyai banyak gagasan un-
tuk merancang bahan visual yang menyangkut penataan elemen-el-
emen visual yang akan ditampilkan. Tataan dapat dimengerti,
dibaca, dan dapat menarik perhatian sehingga ia mampu menyam-
paikan pesan yang diinginkan oleh penggunaannya.
BAB IV
14
PENYELESAIAN MASALAH
4.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan metode analisa prioritas masalah didapat permasalahan
pada kurangnya media pembelajaran dan pelatihan di B2P2VRP Salatiga.
Untuk mengatasi hal tersebut alternatif pemecahan masalah yang dapat
dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut diantaranya adalah :
1. Pembuatan buku panduan untuk pemandu
2. Pembuatan leaflet
3. Pembuatan poster
4. Pengadaan visualisasi gambar dalam bentuk kalender / flipchart
4.2 Prioritas Penyelesaian Masalah
Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah yang akan
dilaksanakan dipilih dari salah satu alternatif pemecahan dengan
menggunakan Metode Hanlon Kuantitatif yaitu sebagai berikut :
Alternatif Pemecahan Masalah
A : Pengadaan buku panduan untuk pemandu
B : Pembuatan leaflet
C : Pembuatan poster
D : Pengadaan visualisasi gambar dalam bentuk kalender / flipchart
Tabel 4.1 Prioritas Pemecahan MasalahMetode Matriks
No Daftar Alternatif Pemecahan Masalah
Efektivitas Efisiensi JumlahMxIxVCM I V C
1 A 4 4 4 4 162 B 3 3 3 3 93 C 3 4 3 3 124 D 3 3 4 3 12
4.3 Efektivitas Jalan Keluar
15
a) Efektivitas M (Magnitude)
Yaitu besar masalah (magnitude) yang dapat diatasi apabila jalan
keluar tersebut dilaksanakan, untuk setiap alternatif. Makin besar masalah
yang diatasi makin tinggi prioritas jalan keluar tersebut.
Keterangan :
5 = Sangat besar
4 = Besar
3 = Cukup besar
2 = Sedang
1 = Kecil
b) Efektifitas I (Important)
Yaitu pentingnya jalan keluar (importancy) dalam mengatasi
masalah yang dihadapi untuk setiap alternatif. Pentingnya jalan keluar
yang dimaksud disini dikaitkan kelanggengan selesainya masalah. Makin
langgeng selesainya masalah, makin penting jalan keluar tersebut.
Keterangan :
5 = Sangat langgeng
4 = Langgeng
3 = Cukup langgeng
2 = Sedang
1 = Tidak lenggeng
c) Efektivitas V (Venerability)
Yaitu sensitivitas jalan keluar dalam mengatasi masalah yang
dihadapi, untuk setiap alternatif, sensitivitas disini dikaitkan dengan
kecepatan jalan kelar mengatasi masalah. Makin cepat masalah teratasi,
makin sensitif jalan keluar tersebut.
Keterangan :
5 = Sangat cepat
4 = Cepat
3 = Cukup cepat
16
2 = Sedang
1 = Lambat
d) Efisiensi jalan keluar
Nilai efisiensi (eficiency) biasanya dikaitkan dengan biaya (cost)
yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang
diperlukan makin tidak efisien jalan keluar tersebut.
Keterangan :
5 = Paling efisien
4 = Efisien
3 = Cukup efisien
2 = Kurang efisien
1 = Tidak efisien
Nilai P (prioritas) untuk setiap alternatif jalan keluar, dengan
membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan nilai C. Jalan keluar
dengan nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan keluar terpilih. Hasil
perhitungan prioritas pemecahan masalah di atas didapatkan nilai P
penggunaan dot minum sebesar 16.
Penentuan prioritas pemecahan masalah harus mempertimbangkan
program tersebut sesuai dengan tabel diatas, dimana alternatif yang
nantinya akan dilaksanakan pada saat intervensi yaitu yang mempunyai
nilai tertinggi.
4.5 SWOT ( Strength, Weaknes, Oportunity, and Threat )
Sebelum prioritas pemecahan masalah dilaksanakan dalam intervensi,
maka perlu dilakukan analisis SWOT (Strength, Weaknes, Oportunity, and
Threat), yaitu suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu masalah
sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan yang kuat tentang berbagai
faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan, serta hambatan yang dimiliki dan
atau yang dihadapi oleh suatu kegiatan.
17
Berdasarkan teori analisis SWOT tersebut maka penulis mengambil
alternatif Pembuatan buku panduan untuk pemandu. Berdasarkan analisis
SWOT tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Kekuatan
a. Berisi informasi yang lengkap.
b. Praktis dan mudah
c. Biaya tidak terlalu besar
2. Kelemahan
a. Terlalu tebal
3. Kesempatan
a. Efektif apabila pemandu membaca dan memahami isi buku panduan
4. Hambatan
a. Pemandu enggan untuk membaca
b. Tidak setiap hari pemandu membaca
Intervensi
Adapun perencanaan program intervensi penambahan jumlah media
pembelajaran dan pelatihan di Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit
(DUVER) adalah:
Program : Pengadaan media informasi sebagai tambahan sumber
informasi untuk Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit (DUVER) bagian
anjungan reservoir dalam bentuk buku panduan
1. Tujuan Program
Untuk menambah media informasi yang terdapat di DUVER
khususnya yang berhubungan dengan reservoir penyakit. Dengan adanya
media tersebut maka dapat membantu dan memudahkan pemandu DUVER
dalam memandu pengunjung DUVER dan memudahkan dalam memberikan
penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan reservoir yang
ada pada display duver. Pengunjung juga akan dapat menerima penjelasan
dengan jelas dari petugas. Buku panduan akan berisi tentang reservoir
penyakit, penyakit yang dibawa, persebaran, dan pengobatannya.
18
2. Waktu Pelaksanaan Program
Pelaksanaan pada tanggal 15 Agustus 2012
3. Tempat Pelaksanaan Program
Dunia Vektor dan reservoir Penyakit (DUVER) B2P2VRP Salatiga
4. Sasaran Program
Sasaran program kegiatan ini adalah pemandu pengunjung di DUVER
yang berasal dari tenaga kerja di B2P2VRP Salatiga.
5. Strategi Program
Strategi pelaksanaan program pengadaan visualisasi gambar dan
keterangan-keterangan yang berisi keterangan tentang reservoir penyakit,
penyakit yang dibawa, persebaran, dan pengobatannya dalam bentuk buku
panduan dalam rangka memberikan sarana informasi dan edukasi bagi para
pemandu DUVER yang berisi tentang informasi di anjungan reservoir yang
ada pada display yaitu mengenai Tikus, Kelelawar dan Bajing. Setelah itu
mencari referensi mengenai materi-materi yang berhubungan dengan
reservoir penyakit, penyakit yang dibawa, persebaran, dan pengobatannya
khususnya mengenai Tikus, Kelelawar dan Bajing. Kemudian dilakukan
desain buku panduan yang berisi gambar dan keterangan-keterangan.
Kegiatan ini melibatkan petugas pemandu DUVER dan mahasiswa.
6. Pelaksanaan Intervensi
a. Pelaksanaan
Tabel 4.2 Rencana pelaksanaan Intervensi
Pelaksana Kegiatan
Mahasiswa Magangdan petugas pemandu DUVER
1.Mengumpulkan materi tentang reservoir penyakit, penyakit yang dibawa, pengobatan, dan persebarannya khususnya mengenai tikus, kelelawar dan bajing2. Desain Buku Panduan 3. Pencetakan Buku Panduan4. Penyediaan Buku Panduan di DUVER
19
b. Pemantauan dan Evaluasi
Dari intervensi yang dilakukan, diharapkan program tersebut da-
pat bermanfaat bagi pemandu dan pengunjung, khususnya petugas
DUVER, mahasiswa, teknisi, atau peneliti yang hendak menambah
pengetahuan di DUVER, khususnya mengenai reservoir.
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan magang yang telah dilaksanakan dan intervensi
yang telah diberikan, dapat disimpulkan bahwa :
1) Duver adalah suatu wahana ilmiah dunia vektor dan reservoir penyakit di
B2P2VRP.
2) Permasalahan yang ada di Dunia Vektor dan Reservoir Penyakit (DUVER)
adalah adalah kurang lengkapnya buku panduan yang terdapat pada
anjungan reservoir.
3) Berdasarkan alternatif pemecahan masalah yang dipilih yaitu dengan
menggunakan Metode Hanlon Kuantitatif, maka alternatif pemecahan
masalah yang diambil adalah melalui intervensi dengan melakukan Pen-
gadaan Buku Panduan sebagai sarana edukasi dan informasi tentang
reservoir penyakit, penyakit yang dibawa, persebaran, dan pengobatannya
khususnya mengenai Tikus, Kelelawar dan Bajing. Strategi dalam
pelaksanaan intervensi adalah mengumpulkan materi-materi dan data-data
yang berkaitan dengan reservoir penyakit.
5.2 Saran
Berdasarkan permasalahan yang ada di Dunia Vektor dan Reservoir
Penyakit (DUVER), maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Perlu perhatian khusus dari pihak B2P2VRP terhadap Dunia Vektor dan
Reservoir Penyakit (DUVER) pada bagian anjungan reservoar.
2. Perlu adanya perbaikan dan perawatan spesimen yang ada di setiap display
reservoar.
3. Perlu referensi sebagai penunjang dalam pembelajaran di anjungan
reservoar
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Hamid. 2008. Pembelajaran bahasa arab, pendekatan, metode, strategi,
materi dan media. Malang: UIN Malang press.
Agnesa, Adnan. 2011. Makalah Vektor Penyakit. http://kesmas-
unsoed.blogspot.com/2011/03/makalah-vektor-penyakit.html diakses
tanggal 16 Agustus 2012
Anonim. 2010. Profil B2P2VRP. http: //www.b2p2vrplitbangdepkes.co.id. diakses
tanggal 10 Agustus 2011
Anonim. 2011. Media. http://www.sarjanaku.com/2011/05/pengertian-media-
pemanfaatan-media.html diakses tanggal 16 Agustus 2012
Azhar, Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja grafindo.
B2P2VRP.2010. Leaflet Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Vektor dan
Reservoir Penyakit. Salatiga: B2P2VRP.
B2P2VRP.2010. Instruksi Kerja Pemeriksaan. Salatiga: B2P2VRP Salatiga.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
PT.Rineka Cipta
Sulis. 2011. Penyakit Menular. ://sulis.student.umm.ac.id/2010/07/01/sdjkahdkan/
diakses tanggal 16 Agustus 2012
22