..Laporan Limbah Padat Rumah Sakit Unhas'
-
Upload
rezki-malinda-kiki-ii -
Category
Documents
-
view
459 -
download
24
Transcript of ..Laporan Limbah Padat Rumah Sakit Unhas'
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan diadakannya kunjungan lapangan di Rumah Sakit Pendidikaan
Universitas Hasanuddin pada tanggal17 April 2012, kita dapat memperoleh data-
data tentang pengolahan limbah cair dan limbah padat maka dengan adanya surat
ini data-data tersebut dapat dipublikasikan dalam mata kuliah yang bersangkutan.
Makassar, 23 April 2012
Dir. Pendidikan Pelatihan & Penelitian
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
(dr. Kurnia Bintang, Sp. MARS)
1 | P a g e
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas limpahan rahmat dan taufik-Nya sehingga Laporan Lengkap”
Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit Pendidikan UNHAS ” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Pengelolaan Limbah Padat” yang merupakan salah satu penilaian yang diberikan
oleh dosen mata kuliah.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pembimbing mata
kuliah ini yang telah memberi banyak bimbingan dan masukan yang sangat
berharga.
Penulis berharap agar laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan praktikum selanjutnya.
Makassar, Maret 2012
Penulis
2 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam upaya menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di
kota-kota besar semakin meningkat pendirian rumah sakit (RS). Sebagai akibat
kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat. Limbah rumah sakit
dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat
menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit
dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia
termasuk demam typoid, kholera, disentri dan hepatitis sehingga limbah harus
diolah sebelum dibuang ke lingkungan (BAPEDAL, 1999).
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara
umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
Pelayanan kesehatan dikembangkan dengan terus mendorong peran serta
aktif masyarakat termasuk dunia usaha. Usaha perbaikan kesehatan masyarakat
terus dikembangkan antara lain melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih,
penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Perlindungan
terhadap bahaya pencemaran dari manapun juga perlu diberikan perhatian khusus.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengelolaan limbah rumah sakit yang
merupakan bagian dari penyehatan lingkungan dirumah sakit juga mempunyai
tujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang
bersumber dari limbah rumah sakit infeksi nosoknominal dilingkungan rumah
sakit, perlu diupayakan bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit.
3 | P a g e
2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di ats maka tujuan yang ingin dicapai adalah
mengetahu jenis-jenis limbah padat yang dihasilkan oleh RS. Pendidikan UNHAS
serta cara pengelolaannya
3. Manfaat
Dengan mengetahui jenis-jenis limbah padat yang dihasilkan oleh Rumah
Sakit maka memudahkan untuk memilah yang mana harus di insenerasi
atau yang langsung dibuang ke TPA ataupun yang bisa dilakukan
pengelolaan seperti recycle dan semacamnya.
Selanjutnya bisa mereduksi dampak negatif limbah padat terhadap
lingkungan sekitar karena diterapkan pengelolaan yang maksimal
4 | P a g e
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Limbah Padat
Menurut Soemirat (2002), sampah ialah segala sesuatu yang tidak
dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sedangkan menurut defenisi
WHO, pengertian sampah adalah segala sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Badan lingkungan hidup menyatakan
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat.
Pengetian lain menyebutkan bahwa adalah sesuatu bahan padat yang
terjadi karena berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak
disenangi dan dibuang secara saniter, kecuali buangan yang berasal dari tubuh
manusia. (Kusnoputranto, 1986).
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena
pembuangansampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga
merupakan suatu bahanyang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak
mengetahui bahwa limbah juga bisamenjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat
jika diproses secara baik dan benar. Limbah atausampah juga bisa berarti sesuatu
yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang,mereka menganggapnya
sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lamamaka akan
menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah secara benar maka
bisamenjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis.
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur
atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari
kegiatan industri dandomestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk
limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,
5 | P a g e
peternakan, pertanian serta dari tempat-tempatumum. Jenis-jenis limbah padat:
kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca,organik, bakteri,
kulit telur, dll
2. Limbah Padat Rumah Sakit
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang disebut sebagai
sampah medis adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan
unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan
gangguan kesehataan bagi manusia, yakni pasien maupun masyarakat.
Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan
penanganan dapat pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu
mendisinfeksi sampah medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah,
secara teknis tidak rumit dan rendah pencemarannya bila dibandingkan dengan
insinerator.
Sampah Medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan
diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kajian tersebut
juga kegiatan medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi dan
ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis.
3. Sumber Limbah Padat Rumah Sakit
Pada dasarnya jenis dan sumber sampah di rumah sakit dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Tabel 1. Jenis Sampah Rumah Sakit Berdasarkan Sumber
No Sumber/ Area Jenis Sampah
1 Kantor/ administrasi Kertas
2 Unit
obstetrik dan
Dressing sponge,placenta, ampul termasuk kapsul
perak nitrat, jarum syringe, masker
6 | P a g e
ruang
perawatan
obstetrik
disposable, disposable drapes,sanitary
napkin, blood lancet disposable, disposable
chateter, disposable unit enema, disposable,
underpad dansarung tangan disposable.
3
Unit emergency dan
bedah termasuk
ruang perawatan
Dressing, sponge, jaringan tubuh,
termasuk
amputasi, ampul bekas, jarum dan syringe drapes,
masker disposable, blood lancet
disposable,
disposablekantong emesis, levin
tubes,
disposable chateter, drainase set, kantong
colosiomy disposable unit enema, disposable,
underpad dans arung bedah.
4
Unit
Laboratorium,
ruang
mayat,
pathologi dan autopsi
Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petri dish,
wadah specimen, slide spedimen, jaringan tubuh,
organ, tulang.
5 Unit Isolasi
Bahan-bahan kertas yang mengandung buangan
nasal dan
sputum, dressing dan bandages, masker disposable,
sisa makanan dan perlengkapan makan
6 Unit perawatan Ampul, jarum disposable dan syringe, kertas
7 | P a g e
7 Unit pelayananKarton, kertas bungkus, kaleng, botol, sampah dari
ruang umum pasien, sisa makanan buangan
8 Unit gizi/ dapurSisa pembungkus, sisa makanan/ bahan makanan
sayuran.
9 Halaman Sisa pembukung, daun, ranting, debu.
Sumber : Depkes RI, 2002
4. Jenis Dan Klasifikasi Limbah Padat Rumah Sakit
Limbah medis dapat digolong-golongkan menjadi (Djojodibroto, 1997) :
1) Limbah benda tajam, Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang
memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong
atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet
pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi
bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-
benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,
bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif (Wisaksono, 2001). Dapat
berupa jarum, pipet, pecahan kaca dan pisau bedah. Benda-benda ini
mempunyai potensi menularkan penyakit.
2) Limbah Infeksius, Sampah infeksius merupakan limbah yang dicurigai
mengandung bahan pathogen. Sampah infeksius meliputi limbah yang
berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta
limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk
limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia,
benda tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah
raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan
terkontaminasi (medical wast). Dapat dihasilkan oleh laboratorium, kamar
isolasi, kamar perawatan, dan sangat berbahaya karena bisa juga menularkan
8 | P a g e
penyakit. Limbah infeksius mencakup limbah yang berkaitan dengan pasien
yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah
laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik
dan ruang perawatan atau isolasi penyakit menular.
3) Limbah jaringan tubuh, Sampah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh,
organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat
pembedahan dan autopsi. Sampah jaringan tubuh tidak memerlukan
pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan
dibuang ke incinerator. Berupa darah, anggota badan hasil amputasi, cairan
tubuh, dan plasenta.
4) Limbah sitotoksik, Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau
mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Sampah citotoksik adalah bahan
yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi obat citotoksik selama
peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Sampah yang terdapat
sampah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu
diatas 1000°C.
5) Limbah Farmasi, Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat
kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi
spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh
pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh
institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-
obatan. Berupa obat-obatan atau bahan yamg telah kadaluarsa, obat-obat yang
terkontaminasi, obat yang dikembalikan pasien atau tidak digunakan.
6) Limbah Kimia, Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan
bahan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
Sampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,
9 | P a g e
vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi
limbah farmasi dan limbah citotoksik. Dapat berbahaya dan tidak berbahaya
dan juga limbah yang bisa meledak atau yang hanya bersifat korosif.
7) Limbah Radioaktif, Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi
dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio
nukleida. Limbah ini berbentuk padat, cair atau gas yang berasal dari tindakan
kedokteran nuklir, radioimunoassay dan bakteriologis. Merupakan bahan yang
terkontaminasi dengan radio-isotof. Limbah ini harus dikelola sesuai dengan
peraturan yang diwajibkan.
8) Sampah Non Medis, adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis
yang dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti kantor/ administrasi, unit
perlengkapan, ruang tunggu, ruang inap, unit gizi/dapur, halaman parkir,
taman, dan unit pelayanan. Limbah non klinis, selain sampah klinis, dari
kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau
dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor atau administrasi (kertas), unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol),
sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa
pembungkus, sisa makanan atau bahan makanan, sayur dan lain-lain).
5. Teknologi Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit
Metode Pembuangan Sampah Medis
Sebagian besar limbah klinis dan yang sejenis itu dibuang dengan ins
inerator atau landfill. Metode yang digunakan tergantung pada faktor-faktor
khusus yang sesuai dengan institusi, peraturan yang berlaku dan aspek
lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat.Dalam metode
penanganan sampah sebelum dibuang untuk sampah yang berasal dari rumah
sakit perlu mendapat perlakuan agarlimbah infeksius dapat dibuang
ke landfill yakni :
10 | P a g e
Autoclaving
Autoclaving sering dilakukan untuk perlakuan limbah infeksius.
Limbah dipanasi dengan uap dibawah tekanan. Namun dalam volume
sampahyang besar saat dipadatkan, penetrasi uap secara lengkap pada suhu
yang diperlukan sering tidak terjadi dengan demikian
tujuan autoclaving (sterilisasi) tidak tercapai. Perlakuan dengan suhu
tinggi pada periode singkat akan membunuh bakteri vegetatif dan
mikroorganisme lain yang bisa membahayakan penjamah sampah.
Kantong limbah plastik biasa hendaknya tidak digunakan karena
tidak tahan panas dan akan meleleh selama autoclaving. Karena itu
diperlukan kantong autoclaving. Pada kantong ini terdapat indikator,
seperti pita autoclave yang menunjukkan bahwa kantong telah mengalami
perlakuan panas yang cukup. Autoclave yang digunakan secara rutin untuk
limbah biologis harus diuji minimal setahun sekali untuk menjamin hasil
yang optimal.
Disinfeksi dengan Bahan Kimia
Peranan disinfeksi untuk institusi yang besar tampaknya terbatas
penggunanya, misalnya digunakan setelah mengepel lantai atau membasuh
tumpahan dan mencuci kendaraan limbah. Limbah infeksius dengan
jumlah kecil dapat didesinfeksi (membunuh mikroorganisme tapi tidak
membunuh spora bakteri) dengan bahan kimia seperti
hypochloite atau permanganate. Limbah dapat menyerap cairan disinfeksi
sehingga akan menambah masalah penanganan.
Pembuangan dan Pemusnahan Sampah Rumah Sakit, dapat ditempuh
melalui dua alternative yaitu:
11 | P a g e
1. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis secara
terpisah. Pemisahan ini dimungkinkan bila Dinas Kebersihan dapat
diandalkan sehingga beban rumah sakit tinggal memusnahkan sampah
medis.
2. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis dijadikan
satu.
Pemusnahan sampah rumah sakit dapat dilakukan dengan metode sebagai
berikut:
Insinerator
Insinerator merupakan alat yang digunakan untuk memusnahkan
sampah dengan membakar sampah tersebut dalam satu tungku pada suhu 1500-
1800 0F dan dapat mengurangi sampah 70%. Dalam penggunaan insinerator di
rumah sakit, maka beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah ukuran,
desain yang disesuaikan dengan peraturan pengendalian pencemaran udara,
penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam
komplek rumah sakit dan jalur pembuangan abu dan sarana gedung untuk
melindungi insinerator dari bahaya kebakaran. Insinerator hanya digunakan
untuk memusnahkan limbah klinis atau medis. Ukuran insinerator disesuaikan
dengan jumlah dan kualitas sampah. Sementara untuk memperkirakan ukuran
dan kapasitas ins inerator perlu mengetahui jumlah puncak produksi sampah.
Lokasi Penguburan
Khusus untuk limbah medis, seperti plasenta atau sisa potongan
anggota tubuh dari ruang operasi atau otopsi yang mudah membusuk, perlu
segera dikubur. (Chandra, 2007).
12 | P a g e
Sanitary Landfill
Pembuangan sampah medis dapat juga dibuang ke lokasi pembuangan
sampah akhir dengan menggunakan cara sanitary landfill. Sampah medis
terlebih dahulu dilakukan sterilialisasi atau disinfeksi kemudian dibuang dan
dipadatkan ditutup dengan lapisan tanah setiap akhir hari kerja.
Metode Pengangkutan Sampah Medis
Pengangkutan sampah dimulai dengan pengosongan bak sampah di
setiap unit dan diangkut ke pengumpulan lokal atau ke tempat pemusnahan.
Pengangkutan biasanya dengan kereta, sedang untuk bangunan bertingkat
dapat dibantu dengan menyediakan cerobong sampah atau lift pada tiap sudut
bangunan.
Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan
khusus. Kantong sampah sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut
harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup. Kantong sampah
juga harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang.(Depkes. RI,
2004).
Beberapa jenis alat angkut yang dapat digunakan diantaranya kereta,
cerobong sampah, dan perpipaan.
1. Kereta adalah alat angkut yang umum digunakan dan dalam
merencanakan pengangkutan perlu mempertimbangkan :
Penyebaran tempat penampungan sampah
Jalur jalan dalam rumah sakit
Jenis dan jumlah sampah
13 | P a g e
Jumlah dan tenaga dan sarana yang tersedia
Kereta pengangkut disarankan terpisah antara sampah medis dan non
medis agar tidak kesulitan didalam pembuangan dan pemusnahannya.
Kereta pengangkut hendaknya memenuhi syarat :
permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air
mudah dibersihkan
mudah diisi dengan dikosongkan
2. Sarana cerobong sampah biasanya tersedia di gedung modern bertingkat
untuk efisiensi pengangkutan sampah dalam gedung. Namun penggunaan
cerobong sampah ini banyak mengandung resiko, antara lain dapat
menjadi tempat perkembangbiakan kuman, bahaya kebakaran, pencemaran
udara, dan kesulitan lain, misalnya untuk pembersihannya dan penyediaan
sarana penanggulangan kebakaran. Karena itu bila menggunakan sarana
tersebut perlu ada perhatian khusus antara lain dengan menggunakan
kantong plastik yang kuat.
3. Sarana perpipaan digunakan untuk sampah yang berbentuk bubur yang
dialirkan secara gravitasi ataupun bertekanan. Walau beberapa rumah sakit
menggunakan perpipaan (chute) untuk pengangkutan sampah internal,
tetapi pipa tidak disarankan karena alasan keamanan, teknis dan hygienis
terutama untuk pengangkutan sampah benda-benda tajam, jaringan tubuh,
infeksius, citotoksik, dan radioaktif.
4. Tempat Pengumpulan Sementara. Sarana ini harus disediakan dalam
ukuran yang memadai dan dengan kondisi baik (tidak bocor, tertutup rapat,
dan terkunci). Sarana ini bisa ditempatkan dalam atau di luar gedung.
Konstruksi tempat pengumpul sampah sementara bisa dari dinding semen
atau container logam dengan syarat tetap yaitu kedap air, mudah
dibersihkan dan bertutup rapat. Ukuran hendaknya tidak terlalu besar
14 | P a g e
sehingga mudah dikosongkan, apabila jumlah sampah yang ditampung
cukup banyak perlu menambah jumlahcontainer.
Tersedia tempat penampungan sampah non medis sementara yang
tidak menjadi sumber bau dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi
saluran untuk cairan lindi dan dikosongkan dan dibersihkan sekurang-
kurangnya 1 x 24 jam. Sedangkan untuk sampah medis bagi rumah sakit
yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar limbahnya
selambat-lambatnya 24 jam. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai
insinerator, maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui
kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai
insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam
apabila disimpan pada suhu ruang (Depkes .RI, 2004).
Teknologi Pengolahan Limbah Rumah Sakit
Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang sering
dioperasikan hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator.
Keduanya sekarang terbukti memiliki nilai negatif besar. Tangki septik
banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan
dapat mencemari tanah. Terkadang ada beberapa rumah sakit yang
membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-
sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat
medis.
Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada
sampah medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan
Lingkungan AS menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama
zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat
dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh.
Hal yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah
ditemukaannya teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi.
Salah satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang
15 | P a g e
direkomendasikan United States Environmental Protection Agency
(U.S.EPA) tahun 1999. Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan
untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain.
a) Insenator
Penunuan limbah (bahasa Inggris: incineration) adalah teknologi
pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik. Insinerasi
dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan
sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah
mengubah sampah menjadi abu,gas sisa hasil pembakaran, partikulat,
dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum
dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan
sebagai energi pembangkit listrik.
Insinerasi dengan energy recovery adalah salah satu
teknologi sampah-ke-energi (waste-to-energy, WtE). Teknologi WtE lainnya
adalah gasifikasi,pirolisis, dan fermentasi anaerobik. Insinerasi juga bisa
dilakukan tanpa energy recovery. Insinerator yang dibangun beberapa puluh
tahun lalu tidak memiliki fasilitas pemisahan material berbahaya dan
fasilitas daur ulang. Insinerator ini dapat menyebabkan bahaya
kesehatan terhadap pekerja insinerator dan lingkungan sekitar karena
tingginya gas berbahaya dari proses pembakaran. Kebanyakan insinerator
jenis ini juga tidak menghasilkanenergi listrik.
Insinerator mengurangi volume sampah hingga 95-96%, tergantung
komposisi dan derajat recovery sampah. Ini berarti insinerasi tidak
sepenuhnya mengganti penggunaan lahan sebagai area pembuangan akhir,
tetapi insinerasi mengurangi volume sampah yang dibuang dalam jumlah
yang signifikan.
Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis
sampah seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di
manapatogen dan racun kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi.
16 | P a g e
Insenerasi adalah proses dengan suhu tinggi untuk mengurangi isi
dan berat sampah. Proses ini biasanya dipilih untuk menangani sampah yang
tidak dapat didaur ulang atau dibuang ke tempat pembuangan sampah atau
tempat kebersihan perataan tanah.
Cara pemakaian insenerator tong yang sederhana untuk pembuangan
sampah adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Jika mungkin, pilihlah lokasi searah angin menjauhi klinik.
Langkah 2 : Buatlah insenerator sederhana dengan bahan-bahan local
seperti tanahatau lumpur atau drum bekas minyak (misalnya
ukuran tong 220 liter)
Langkah 3 : Pastikan bahwa insenerator mempunyai :
o Cukup inlet udara dibawahnya untuk pembakaran yang
baik.
o Untuk memudahkan perluasan, kendurkan susunan
batang besi api
o Bukaan cukup untuk memasukkan sampah baru dan
membuang abu
o Cerobong asap cukup panjang untuk memudahkan
saluran udara dan pembuangan asap dengan baik.
Langkah 4 : Tempatkan drum pada dasar yang cukup keras untuk dasar
konkrit.
Khusus untuk incinerator, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain : ukuran,
desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan
dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran
udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah
dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap
untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.
Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi
volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah
17 | P a g e
B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang
dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim,
dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah.
Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapat
dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat
menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution
control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).
Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator
dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikular dikeluarkan
melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang
sesuai.
b) Ozonisasi
Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu.
Proses ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali
diperkenalkan Nies dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum
pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang
sangat pesat.
Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300
lokasi pengolahan air minum menggunakan ozonisasi untuk proses
sterilisasinya di Amerika. Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak
dipergunakan untuk sterilisasi bahan makanan, pencucian peralatan
kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan kerja di perkantoran.
Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon yang dikenal
memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya) serta
memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat dengan
mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge.
Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai
macam mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella
enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya
(Crites, 1998). Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding
bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga
18 | P a g e
melalui proses oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2)
dan hydroxyl radical (OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air.
Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak
diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri.
19 | P a g e
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat survey lapangan atau biasa di namakan kunjungan
lapangan. Data yang diperoleh disajikan secara dekriptif sehingga hanya
menggambarkan apa yang menjadi tujuan Penelitian
2. Waktu dan Tempat
Observasi dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian
Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, pada hari Selasa, 17 April
2012
Tempat : Rumah Sakit Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian
Universitas Hasanuddin gedung EF, Jalan Perintis
Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea , Makassar Sulawesi
Selatan
Waktu : Pukul 10.00 WITA-selesai
3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah sistem pengelolaan limbah padat yang
dilakukan oleh R.S Pendidikan Universitas Hasanuddin.
4. Teknik Pengambilan Data
Informasi yang dikumpulkan adalah informasi yang berkaitan dengan
bagaimana pengelolaan limbah padat yang dilakukan oleh Rumah Sakit dalam hal
ini adalah limbah padat R.S Pendidikan Universitas Hasanuddin yang dipandu
oleh Sub Bagian K3 dan KESLING
20 | P a g e
RS Pendidikan UNHAS Gedung EF
Private Care Center
RS Pendidikan UNHAS Gedung ARSU Regional Dr Wahidin Sudirohusodo
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambar.1
Rumah Sakit Unhas terletak di daerah tamalanrea berada di pintu 2
Universitas Hasanuddin. Rumah sakit ini berhadapan dengan Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo.
2. Mapping Lokasi
21 | P a g e
Gambar.2
3. Hasil Wawancara
1. Sumber Limbah Padat
a) Limbah Padat Tidak Berbahaya
Limbah padat (solid waste) adalah semua bahan atau material yang
dibuang dan tidak diinginkan yang tidak berbentuk cair maupun gas.
Limbah padat yang tergolong tidak berbahaya adalah berupa limbah
organic yang berasal dari dapur (domestic), kertas, jarum yang tidak
terkontaminasi, dan lain-lain.
Adapun penggolongan sumber limbah padat di RS Pendidikan Unhas
ini yaitu:
Base Main
Didalam Base Main terdapat ruangan seperti Instalasi Radiologi,
IRD, Instalasi Farmasi, dan Instalasi Gizi. Base Main ini
dimasukkan kedalam salah satu sumber limbah padat yang tidak
berbahaya karena sampah yang dihasilkan dari ruangan-ruangan
tersebut hanya dapat berupa kertas, dll.
Lantai 1
Terdapat Poliklinik, Ruang Manajemen, Instalasi Laboratorium,
Apotek, Toilet, dan Taman. Pengklasifikasian ruangan-ruangan
tersebut kedalam sumber limbah padat tidak berbahaya karena
seperti taman, sampah yang dihasilkannya hanya berupa daun-daun
kering yang tidak berbahaya, dan juga apotek sampah yang
dihasilkannya berupa dos obat yang sama sekali tidak berbahaya
bagi manusia, adapun jarum suntik yang ada dalam apotek tidak
tergolong membahayakan karena penggunaan jarum suntuk
tersebut tidak pada apotek melainkan dalam ruang operasi dan
sebagainya.
Lantai 2
Terdapat ruang Kemoterapi, HCU, ICU, RR, OK, dan Auditorium.
Lantai 3
Terdapat ruang perawatan kelas 1 dan kelas 2 serta kelas 3 VIP.
22 | P a g e
Lantai 4
Terdapat ruang perawatan, namun belum digunakan.
b) Sumber Limbah Padat Berbahaya
Sampah berbahaya yang di hasilkan di rumah sakit Unhas tersebut
di bagi menjadi :
1. Kuning ( sitotoksik ) yaitu sampah yang sifatya racun, misalnya
sampah medis)
Gambar.3
2. Ungu ( infeksius ) yaitu sampah yang mengakibatkan seperti
kanker (toksik)
3. Merah ( radioaktif ) yaitu sampah yang sifatnya berupa radiologi
2. Jenis Sampah Rumah Sakit
Sampah Anorganik
Sampah anorganik yang dihasilkan dapat berupa kaca,dll
Sampah Organik
Adapun jenis sampah organiknya dapat berupa garbage dan sampah
mudah terbakar. Untuk garbage itu sendiri dapat berasal dari kantin
rumah sakit yang berupa sisa makanan, kertas-kertas, dos kotak obat
yang dari apotek, dan lain sebagainya.
3. Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit
a) Pengumpulan Sampah
23 | P a g e
Pengumpulan sampah dimulai dari titik-titik sumber sampah yang masing-
masing sudah dipilah berdasarkan jenisnya. Adapun teknik pemilahan yang
diterapkan Rumah sakit ini yaitu dengan pemisahan jenis sampah berdasarkan
tempat sampahnya, seperti:
Gambar.4
Tempat sampah yang berwarna merah dan memiliki lambang seperti
gambar diatas itu merupakan tempat sampah untuk sampah medik infeksius
meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular.
Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah
manusia, benda tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei,
limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan
terkontaminasi (medical wast).
24 | P a g eGambar.5
Untuk tempat sampah berwarna hijau merupakan sampah untuk
jenis sampah berupa kasa dan infuse.
Gambar.6
Untuk tempat sampah berwarna kuning merupakan savety box yang
diperuntukkan untuk benda-benda kaca dan langsung di bakar.
Gambar.7
Tempat sampah diatas merupakan tempat sampah percontohan yang
diterapkan di Rumah Sakit Pendidikan Unhas Gedung EF ini. Untuk tempat
sampah diatas (hijau) merupakan tempat untuk sampah domestik sedangkan
(kuning) menujukkan jenis tempat sampah berupa sampah yang sifatnya
infeksius. Misalnya : darah, dan ar kencing pasien.
25 | P a g e
Untuk pengumpulan sampah dilakukan oleh Cleaning Service, namun
sebelum staf kebersihan turun lokasi, sebelumnya dilakukan pembekalan dan
pelatihan terhadap petugas kebersihan mengenai sampah-sampah apa saja yang
berbahaya dan tidak berbahaya juga mengenai penyesuaian sampah dengan
tempat sampah masing-masing.
b) Pengangkutan Sampah
Dikarenakan rumah sakit ini belum memiliki TPS, maka Pengangkutan
sampahnya bekerjasama dengan Rumah Sakit Provinsi yaitu RS Dadi. Adapun
pola pengangkutan sampahnya berupa komunal/individual langsung yaitu sampah
medis yang infeksius diangkut menggunakan mobil kereta merta namun
sebelumnya mobil tersebut harus diklronasi terlebih dahulu karena mobil kerta
merta ini selain bertugas untuk mengangkut sampah medis juga berfungsi untuk
mengantar jenasah. Pengangkutan sampah medis ini tergolong aman untuk
cleaning service dan supir kereta merta karena antara bagian tempat duduk supir
dan sampah itu terpisah.
Gambar.8
c) Pembakaran
Semua sampah yang dihasilkan seperti suntik dan infus dibakar (proses
insenerasi) dengan suhu 1500°c. Rumah Sakit Unhas tidak memiliki sistem
insenerasi tersendiri sehingga sekarang ini masih bekerjasama dengan pihak MOU
(R.S. Daerah Provinsi Sul-Sel: RS. Dadi)
26 | P a g e
4. Pembenahan Sistem Manajemen Kes-Ling
Adapun pembenahan system yang ingin diterapkan rumah sakit ini yang
berkaitan dengan limbah padat yaitu Pembangunan TPS, Pemesanan Incenirator,
serta pemantapan pengelolaan limbah padat tidak berbahaya seperti melakukan
recycle, reuse dll.
Pemantapan pengelolaan limbah padat tidak berbahaya dapat dilakukan
dengan cara mengumpulkan sampah kaca yang tidak terinfeksius kemudian
melakukan autoclave kembali agar dapat digunakan sebagai tempat sample darah
untuk PA (Preparat Autopsi) ini dalam hal recycle.
27 | P a g e
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Jenis Sampah Rumah Sakit
Sampah Anorganik
Sampah anorganik yang dihasilkan dapat berupa kaca,dll
Sampah Organik
Adapun jenis sampah organiknya dapat berupa garbage dan sampah mudah
terbakar. Untuk garbage itu sendiri dapat berasal dari kantin rumah sakit yang
berupa sisa makanan, kertas-kertas, dos kotak obat yang dari apotek.
Sumber Limbah Padat
Limbah padat tidak berbahaya
1. Base main (Instalasi Radiologi, IRD, Instalasi Farmasi, Instalasi
Gizi)
2. Lantai 1 (Poliklinik, Ruang Manajemen, Instalasi Laboratorium,
Apotek, Toilet, Taman)
3. Lantai 2 (Ruang Kemoterasi, HCU, ICU,RR, OK dan Auditorium)
4. Lantai 3 (Ruang Perawatan kelas 1 dan Kelas 2,dan kelas 3 VIP)
5. Lantai 4 (Ruang Peraawatan) Belum digunakan
Limbah padat berbahaya
1) Kuning ( sitotoksik ) yaitu sampah yang sifatya racun, misalnya
sampah medis)
2) Ungu ( infeksius ) yaitu sampah yang mengakibatkan infeksi
infeksi seperti kanker (toksik)
3) Merah ( radioaktif ) yaitu sampah yang sifatnya berupa radiologi
Pengelolaan Limbah Padat
Pengumpulan sampah dimulai dari titik-titik sumber sampah yang
masing-masing sudah dipilah berdasarkan jenisnya. Adapun teknik
pemilahan yang diterapkan Rumah sakit ini yaitu dengan pemisahan
jenis sampah berdasarkan tempat sampahnya
28 | P a g e
Pengangkutan. Pola pengangkutan sampahnya berupa komunal /
individual langsung yaitu sampah medis yang infeksius diangkut
menggunakan mobil kereta merta. Namun sebelumnya mobil tersebut
harus diklronasi terlebih dahulu karena mobil kerta merta ini selain
bertugas untuk mengangkut sampah medis juga berfungsi untuk
mengantar jenasah.
Pembakaran. Semua sampah yang dihasilkan seperti suntik dan infus
dibakar (proses insenerasi) dengan suhu 1500°c. Rumah Sakit Unhas
tidak memiliki sistem insenerasi tersendiri sehingga sekarang ini masih
bekerjasama dengan pihak MOU (R.S. Daerah Provinsi Sul-Sel: RS.
Dadi)
2. Saran
Harusnya dilengkapi fasilitas-fasilitas tempat sampah sesuai pembagian
jenis-jenis sampah agar tidak terjadi kontaminan dengan yang lainnya
Harusnya disediakan mobil pengangkut sampah tersendiri
29 | P a g e