Laporan Kunjungan Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak

12
LAPORAN KUNJUNGAN KERATON KESULTANAN KADRIYAH PONTIANAK Disusun oleh : Edoardo Erlangga Saputra Ina Puji Lestari Syaibah Kelas : XII Multimedia SMK Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Pelajaran 2014/2015

description

Laporan

Transcript of Laporan Kunjungan Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak

LAPORAN KUNJUNGANKERATON KESULTANAN KADRIYAH PONTIANAK

Disusun oleh :

Edoardo Erlangga Saputra

Ina

Puji Lestari

SyaibahKelas :XII Multimedia

SMK Negeri 1 Sungai Raya

Kabupaten Kubu Raya

Tahun Pelajaran 2014/2015KERATON KESULTANAN KADRIYAH PONTIANAK

Gambar 1.1 Keraton Kesultanan Kadriyah PontianakPontianak ternyata juga memiliki sejarah kesultanan, dibuktikan dengan adanya istana keraton peninggalan sultan dan juga makam tempat peristirahatan terakhir para sultan. Sebenarnya silsilah sultan Kadriah inilah yang merupakan cikal bakal dari kota Pontianak.

Sedikit memilah sejarah berdirinya kota Pontianak, keturunan Kadriah yang bernama Sultan Syarif Abdurahman Kadriah inilah yang menjadi pendiri kota Pontianak. Pontianak dulunya bukanlah sebuah kota apalagi berbentuk pemukiman, dulunya Pontianak masih berupa hutan dan datanglah Sultan Syarif Abdurahman Kadriah untuk mendirikan pemukiman di tanah yang sekarang di sebut Pontianak.

Istana Kesultanan Kadriah ini pada awalnya dibangun pada tahun 1771 dan selalu senantiasa dibangun sambil direnovasi hingga resmi selesai pada tahun 1778. Istana ini terletak tidak jauh dari Masjid Jami, masjid yang cukup menjadi icon di Pontianak mungkin jaraknya tidak lebih dari 300 meter.

Gambar 1.2 Masjid Jami

Lokasinya dekat jalan Tritura, yang merupakan pertemuan dari 3 sungai. Nama daerahnya kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Pontianak Timur. Dari titik nol kota Pontianak jaraknya sekitar 7 kilometer berjalan menuju arah timur dan harus menyebrang sungai yang bisa dicapai lewat jembatan atau pun menggunakan perahu.

Istana kesultanan Kadriah ini memang bukan lokasi wisata yang sangat ramai hingga padat dikunjungi wisatawan. Namun bukan berarti sepi, istana keraton ini meskipun pengunjungnya tidak pernah ramai tetapi pengunjung selalu berdatangan dan tidak pernah sepi.

Memasuki pintu gerbang menuju istana keraton akan tampak bangunan 2 tingkat yang dibangun dari kayu belian, kayu ini sangat terkenal di kalimantan. Kayu ini memiliki struktur kayu yang sangat keras dan anti rayap oleh karena itu sering disebut-sebut juga sebagai kayu besi.

Gambar 1.3 Gapura Menuju Istana

Rumah dari kayu ini terlihat sedikit kuno dengan penggabungan arsitektur pada jaman Belanda, yang memadukan unsur melayu dan islam. Warna istana keraton ini didominasi warna kuning dan putih pada bagian dinding dan warna coklat gelap pada bagian atap.

Warna kuning yang mendominasi disini memberikan makna kemakmuran. Berjalan mendekati istana keraton mungkin harus melewati sekitar 30 meter jalan masuk dan disamping kanan-kiri terdapat halaman yang dihiasi oleh meriam peninggalan penjajah, jumlah meriam ada 13, pada meriam menunjukan bahwa meriam tersebut adalah milik Portugis dan Prancis.

Gambar 1.4 Meriam kecil didepan IstanaSebelum memasuki pintu masuk istana keraton kita akan melewati anjungan atau seperti teras, dimana dulunya tempat ini digunakan oleh sultan dan keluargannya untuk menikmati indahnya pemandangan sungai, karena letaknya yang perada pada percabangan sungai, dari sini kita dapat melihat ketiga sungai tersebut yaitu sungai Landak, sungai Kapuas dan sungai Kapuas Hulu.

Dari sini kita juga dapat kemegahan masjid jami yang merupakan keindahan yang dapat dibanggakan oleh Pontianak. Memasuki pintu utama istana keraton, pengunjung disambut dengan fentilasi yang berbentuk 3 bulan bintang besar yang masing-masing didalamnya disusun oleh 5 bulan bintang kecil.

Dan diatas fentilasi tersebut juga masih ada 1 bulan bintang kecil. Hal ini menunjukan betapa darah islam sangat mengalir pada diri Sultan Kadriah. Pintu masuknya seperti pintu-pintu rumah jaman belanda, yang sebagian besarnya adalah kaca yang berbentuk kotak (persegi).

Seperti persegi empat yang dibagi 4 oleh batang kayu horizontal dan vertikal menjadi persegi yang lebih kecil. Dari pintu masuk utama langsung memasuki ruangan besar yang bisa dikatakan mungkin sebagai ruang penerima tamu, namun dapat menampung banyak tamu. Di istana Kadriah juga masih tersimpan singgasana bekas para sultan terdahulu, lengkap dengan singgasana buat putra-putrinya yang masih tertata dengan baik.

Gambar 1.5 Singgasana sang Raja dan ratu

Disini banyak foto-foto sultan dan keluarganya, juga ada singgasana sultan dan permaisuri. Dan untuk sedikit informasi, istana keraton ini masih ditinggali oleh ahli waris yaitu keturunan sultan. Cukup disayangkan karena sebagai aset yang sangat bernilai sebaiknya pemerintah daerah memuseumkan rumah ini, supaya rumah yang sudah lama ini bisa lebih awet dan menjadi warisan sejarah.

Gambar1.6 Lukisan dan terkait KerajaanKembali keruang utama, disamping ruang utama ini terdapat 6 kamar yang dahulu salah satu diantaranya menjadi kamar sultan, dan sekarang beberapa dipakai untuk tinggal ahli warisnya. Sebenarnya ahli waris atau keturunan sultan sudah tidak sejaya dulu lagi, mungkin karena efek globalisasi atau entah karena efek pemerintahan yang ada mereka jadi kurang disegani seperti dulu, hidup mereka terlihat seperti kurang terawat dan tidak dihiraukan kesejahteraannya oleh pemerintah.

Gambar 1.7 Kamar tempat tidur Sultan

Entah bagaimana seharusnya, namum sepertinya tidak enak dirasakan kalau keturunan sultan yang berdarah biru hidupnya kini tidak terawat. Berjalan ke belakang, kita ditunjukan koleksi-koleksi istana keraton, ada senjata sultan yang digunakan jaman dulu, ada arca-arca, terdapat juga baju peninggalan sultan dan permaisurinya yang terlihat nilai kewibawaannya.Dibagian dinding juga dipajang foto-foto keluarga sultan yang masih hidup sampai saat ini yang beberapa diantaranya menjadi penjaga sekaligus tinggal di istana keraton ini. Oya, di istana keraton ini memang sangat kental nilai islaminya, terdapat juga peninggalan Al-quran tulis tangan yang benar-benar di tulis sendiri oleh Sultan Syarif Abdurahman Kadriah.

Gambar 1.8 Al-Quran tulis tangan Sultan

Pembuatan ornamennya pun juga mengandung nilai-nilai islami seperti fentilasi di daun pintu memiliki 15 lubang angin pada masing-masing daun pintu kanan dan kiri yang mengisyaratkan jumlah juz dalam Al-quran. Ada juga lima garis pada hiasan ornamen yang ada pada atas daun pintu dan fentilasi diatas pintu yang masing-masing ada 5 garis mengisyaratkan 5 rukun islam dan 5 rukun iman yang diajarkan pada agama islam.

Tempat yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi ini biasanya ramai pada saat liburan saja dan akan lebih ramai jika ada event yang sengaja dibuat pemerintah di depan istana keraton ini. Karena bukan tempat wisata yang untuk bersenag-senang disini tidak disediakan penjual makanan, minuman apalagi souvenir, jadi jika ingin datang kemari sebaiknya membawa bekal sendiri.

Untuk memasuki istana keraton ini tidak dipungut biaya resmi, hanya disediakan kotak didekat pintu yang sebaiknya (diharapkan) diisi seikhlasnya oleh pengunjung. Para keluarga yang tinggal mengatakan uang ini akan digunakan untuk perawatan istana keraton ini. Karena memang pemerintah sepertinya kurang memberikan bantuan untuk perawatan aset ini.Kesultanan Kadriyah1771-1950

Bendera

Ibu Kota

: Pontianak

Pemerintahan

: Monarki absolut Islam

Sejarah Didirikan

: 23 Oktober 1771 Penabalan

: 1 September 1778 Tragedi Mandor : 1950Sultan-Sultan Kadriyah PontianakNo.Nama SultanMasa Pemerintahan

1Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie bin Habib Husein Alkadrie1 September 1778 28 Februari 1808

2Sultan Syarif Kasim Alkadrie bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie28 Februari 1808 25 Februari 1819

3Sultan Syarif Usman Alkadrie bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie25 Februari 1819 12 April 1855

4Sultan Syarif Hamid Alkadrie bin Sultan Syarif Usman Alkadrie12 April 1855 22 Agustus 1872

5Sultan Syarif Yusuf Alkadrie bin Sultan Syarif Hamid Alkadrie22 Agustus 1872 15 Maret 1895

6Sultan Syarif Muhammad Alkadrie bin Sultan Syarif Yusuf Alkadrie15 Maret 1895 24 Juni 1944

7Syarif Taha Alkadrie24 Juni 1944 29 Oktober 1945

8Mayjen KNIL Sultan Hamid II (Sultan Syarif Hamid Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad Alkadrie)29 Oktober 1945 30 Maret 1978

*Interregnum30 Maret 1978 15 Januari 2004

8Sultan Syarif Abubakar Alkadrie bin Syarif Mahmud Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad Alkadrie15 Januari 2004 Sekarang

Dokumentasi :

Plank Istana Kadriyah

Bangunan Istana Kadriyah Lonceng Istana Kadriyah

Mewawancarai Pengunjung

Kedatangan Pengunjung di Istana Kadriyah

Pengunjung Berfoto di teras IstanaFoto Kelompok