Laporan Kromatografi

download Laporan Kromatografi

of 20

description

laporan kromatografi

Transcript of Laporan Kromatografi

PEMISAHAN MOLEKUL DALAM PROTOPLASMA DENGAN KROMATOGRAFI

LAPORAN PRAKTIKUMUntuk memenuhi tugas matakuliah teknik laboratorium

Yang dibina oleh bapak Sarwono

Oleh :

Kelompok 1

Offering B

Edy Kurniawan

(130341614816)

Firdausi Nuzuliya

(130341614785)Immas Siva Fauza

(130341603377)Intan Sartika

(130341614811)Nur Istiqlalial

(130341614808)Sari Rahma Putri

(100341400696)

The Learning UniversityUNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

November 2013A. TOPIK

: Pemisahan Molekul dalam Protoplasma dengan Kromatografi.B. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM : Kamis, 21 November 2013.

C. TUJUAN

1. Mengetahui prosedur pemisahan molekuk dengan kromatografi2. Memperoleh hasil pemisahan.D. DASAR TEORI

Kromatografi adalah metode pemisahan yang didasarkan atas distribusi diferensial komponen sampel diantara dua fasa. Menurut pengertian ini kromatigrafi selalu melibatkan dua fasa yaitu fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobile phase). Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben). Sedangkan fasa gerak dapat berupa cairan yang disebut eluen atau pelarut atau gas pembawa yang inert. Gerakan fasa gerak ini mengakibatkan terjadinya migras diferensial komponen komponen dalam sampel (Mimir. 2011).

Teknik kromatografi mulai dikenal saat adanya gebrakan baru yang dilakukan oleh kimiawan Rusia yang bernama Mikhail Semnovich Tsvet (1872-1919). Takeutchi (2009) mengatakan bahwa di awal abad ke-20, kimiawan itu menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan campuran pigmen tanaman yang dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan membentuk lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi pada teknik pemisahan baru ini (1906). Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin Willsttter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni khlorofil untuk menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak perhatian diberikan pada kromatografi.

Komponen utama kromatografi adalah fasa stationer dan fasa mobil dan kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya. Beberapa contoh kromatografi yang sering digunakan di laboratorium diberikan di bawah ini.a. Kromatografi partisiPrinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar partikel yang ter adsorbsi. Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik.

b. Paper kromatografiMekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan. Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka. Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi.

c. Kromatografi gasCampuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair). Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini. Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu. Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.

d. HPLCAkhir-akhir ini, untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa organik skala besar, HPLC (high precision liquid chromatography atau high performance liquid chromatography) secara ekstensif digunakan. Bila zat melarut dengan pelarut yang cocok, zat tersebut dapat dianalisis. Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fasa mobil kedalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar. Silika gel atau oktadesilsilan yang terikat pada silika gel digunakan sebagai fasa stationer. Fasa stationer cair tidak populer. Kolom yang digunakan untuk HPLC lebih pendek daripada kolom yang digunakan untuk kromatografi gas. Sebagian besar kolom lebih pendek dari 1 m. Kromatografi penukar ion menggunakan bahan penukar ion sebagai fasa diam dan telah berhasil digunakan untuk analisis kation, anion dan ion organik (Handayani, 2011).

Selain contoh kromatografi di atas, ada beberapa jenis kromatografi yang pantas kita kenal. Anonim (2011) mengatakan bahwa kromatografi ada dua jenis, yaitu kromatografi cair atau Liquid Chromatography dan kromatografi Kromatografi Pertukaran Ion (Ion-Exchange Chromatography).

a. Kromatografi Cair (Liquid Chromatography)Kromatografi cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau molekul yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan sampel berinteraksi dengan fase stasioner, maka molekul-molekul didalamnya berinteraksi dengan fase stasioner; namun interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan daya serap (adsorption), pertukaran ion (ion exchange), partisi (partitioning), atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya waktu transit komponen tersebut melewati kolom. Terdapat beberapa jenis kromatografi cair, diantaranya: reverse phase chromatography, High Performance Liquid Chromatography (HPLC), size exclusion chromatography, serta supercritical fluid chromatography. Reverse phase chromatographyReverse phase chromatography merupakan alat analitikal yang kuat dengan memadukan sifat hidrofobik serta rendahnya polaritas fase stasioner yang terikat secara kimia pada padatan inert seperti silika. Metode ini biasa digunakan untuk proses ekstraksi dan pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap (non-volatile). High performance liquid chromatographyHigh performance liquid chromatography (HPLC) mempunyai prinsip yang mirip dengan reverse phase. Hanya saja dalam metode ini, digunakan tekanan dan kecepatan yang tinggi. Kolom yang digunakan dalam HPLC lebih pendek dan berdiameter kecil, namun dapat menghasilkan beberapa tingkatan equilibrium dalam jumlah besar. Size exclusion chromatographySize exclusion chromatography, atau yang dikenal juga dengan gel permeation atau filtration chromatography biasa digunakan untuk memisahkan dan memurnikan protein. Metode ini tidak melibatkan berbagai macam penyerapan dan sangat cepat. Perangkat kromatografi berupa gel berpori yang dapat memisahkan molekul besar dan molekul kecil. Molekul besar akan terelusi terlebih dahulu karena molekul tersebut tidak dapat penetrasi pada pori-pori. b. Kromatografi Pertukaran Ion (Ion-Exchange Chromatography)Kromatografi pertukaran ion (ion-exchange chromatography) biasa digukanan untuk pemurnian materi biologis, seperti asam amino, peptida, protein. Metode ini dapat dilakukan dalam dua tipe, yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar). Terdapat dua tipe pertukaran ion, yaitu pertukaran kation (cation exchange) dan pertukaran anion (anion exchange). Pada pertukaran kation, fase stasioner bermuatan negatif; sedangkan pada pertukaran anion, fase stasioner bermuatan positif. Molekul bermuatan yang berada pada fase cair akan melewati kolom. Jika muatan pada molekul sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan terelusi. Namun jika muatan pada molekul tidak sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan membentuk ikatan ionik dengan kolom. Untuk mengelusi molekul yang menempel pada kolom diperlukan penambahan larutan dengan pH dan kekuatan ionik tertentu. Pemisahan dengan metode ini sangat selektif dan karena biaya untuk menjalankan metode ini murah serta kapasitasnya tinggi, maka metode ini biasa digunakan pada awal proses keseluruhan.Contoh kromatografi yang paling sederhana adalah kromatografi kertas yang dapat dibuat dari kertas saring biasa, bahkan dari kertas tissue. Kromatografi kertas dapat digunakan untuk memisahkan campuran zat warna (Meggy, 2008).E. ALAT DAN BAHAN

1. Alat-alat

Beaker glass ukuran 100 ml dan 500 ml Gelas ukur ukuran 10 ml dan 100 ml Tabung reaksi Tabung reaksi berpenutup

Labu erlenmeyer

Corong kaca

Gelas arloji

Mortar

Pistis

Corong pemisah Neraca analitik Pipet tetes Pipa kapiler

Kertas saring

Kertas kromatografi

Spatula

Gunting

Pensil2. Bahan

Daun berwarna hijau (Passiflora edulis) Daun berwarna merah

Daun berwarna kuning Petroleum eter

Aseton

Aquades.F. PROSEDUR KERJA

1. Kromatografi daun berwarna hijau (Passiflora edulis) Pelarut

Kertas kromatigrafi

Daun berwarna hijau (Passiflora edulis)

2. Kromatografi daun berwarna unguPada dasarnya sama dengan langkah kromatografi pada daun berwarna hijau (Passiflora edulis) yang membedakan adalah pada perlakuan terhadap daun, khususnya poin j, lapisan yang terbentuk dari proses pencucian adalah lapisan bening dan merah pekat.3. Kromatografi daun berwarna kuningPada dasarnya sama dengan langkah kromatografi pada daun berwarna hijau (Passiflora edulis) yang membedakan adalah yang membedakan adalah pada perlakuan terhadap daun, khususnya poin j, lapisan yang terbentuk dari proses pencucian adalah lapisan bening dan kuning pekat.G. DATA PENGAMATAN1. Kromatografi daun berwarna hijau (Passiflora edulis)No.WarnaPanjang lapisan (cm)Rf = ...

1.

2.Hijau

Kuning99,6Rf = = 0,9Rf = = 1

2. Kromatografi daun berwarna unguNo.Warna Panjang lapisan (cm)Rf = ...

1.

Hijau

10

Rf = = 1

3. Kromatografi daun berwarna kuning

No.WarnaPanjang lapisan (cm)Rf = ...

1.Kuning8,1Rf = = 0,81

H. ANALISIS DATA

Dari data pengamatan kromatografi pada daun berwarna hijau (Passiflora edulis) dapat diketahui bahwa setelah kertas kromatografi dicelupkan ke pelarut berupa campuran petroleum eter dan aseton dengan rasio 1:1 spektrum warna yang dihasilkan ada dua jenis, yaitu warna hijau dan kuning. Warna hijau memiliki ketinggian 9 cm, dihitung dari garis letak spot hingga batas akhir warna hijaubdan warna kuning memiliki ketinggian 10 cm, dihitung dari garis letak spot hingga batas akhir warna kuning. Kemudian, kedua warna tersebut dicari nilai Rf nya dengan cara membagi masing-masing ketinggian dengan 10. Angka 10 didapat dengan mengukur ketinggian 10 cm dari garis ketinggian 2 cm. Akhirnya didapatkan data nilai Rf untuk warna hijau sebesar 0,9 dan kuning sebesar 1.Pada daun berwarna ungu dapat diketahui bahwa setelah kertas kromatografi dicelupkan ke pelarut berupa campuran petroleum eter dan aseton dengan rasio 1:1 spektrum warna yang dihasilkan ada satu jenis, hijau. Warna hijau memiliki ketinggian 10 cm, dihitung dari garis letak spot hingga batas akhir warna hijau. Kemudian, warna tersebut dicari nilai Rf nya dengan cara membagi ketinggian dengan 10. Angka 10 didapat dengan mengukur ketinggian 10 cm dari garis ketinggian 2 cm. Akhirnya, didapatkan data nilai Rf untuk warna hijau sebesar 1.Pada daun berwarna kuning dapat diketahui bahwa setelah kertas kromatografi dicelupkan ke pelarut berupa campuran petroleum eter dan aseton dengan rasio 1:1 spektrum warna yang dihasilkan ada satu jenis, yaitu warna kuning. Warna tersebut memiliki ketinggian 8,1 cm, dihitung dari garis letak spot hingga batas akhir warna tersebut. Kemudian, dicari nilai Rf nya dengan cara membagi ketinggian dengan 10. Angka 10 didapat dengan mengukur ketinggian 10 cm dari garis ketinggian 2 cm. Akhirnya, didapatkan data nilai Rf besarnya 0,81 .

I. PEMBAHASANPemisahan molekul protoplasma pada daun menggunakan terknik kromatografi. Takeuchi (2009) mengatakan bahwa kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa stationer. Pada percobaan kali ini, objek yang menjadi pusat pengamatan adalah plastida untuk menemukan jenis pigmen klorofil apa saja yang terkandung di dalamnya.Tahap awal yang dilakukan adalah dengan menimbang daun sebanyak 2 g, baik itu daun berwarna merah, kuning, maupun hijau. Kemudian, daun tersebut dicacah atau dipotong kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan mortar dan pistis. Tujuan dari pengguntingan kecil-kecil adalah untuk mempermudah proses penghalusan. Dilanjutkan dengan mencampurkan pelarut berupa petroleum eter dan aseton sebanyak 1:1. Pada kali ini, kami membuat campuran pelarut berupa 25 ml petroleum eter dan 25 ml aseton. Pencampuran pelarut dengan daun tersebut bertujuan untuk mempermudah perlarutan. Setelah merata dimasukkkan ke dalam corong pemisah dan dicuci sebanyak 3 sampai 4 kali untuk memperoleh hasil yang maksimal. Posisi corong pemisah saat dilakukan pengocokan adalah dengan posisi tertidur dan pengocokan dilakukan dengan memutar. Setelah selesai proses pengocokan, didapatkan lapisan bening dan hijau pekat. Lapisan bening itu dibuang secara perlahan dengan membuka kran. Membuka kran jangan terlalu besar agar lapisan hijau pekat tidak terbuang. Lapisan hijau pekat tadi diuapkan di gelas arloji hingga terbentuk jell, lalu diambil 1 spot menggunakan pipa kapiler. Mengapa menggunakan pipa kapiler? Agar spot yang diambil tidak terlalu besar. Sebenarnya, jika tidak ada pipa kapiler bisa menggunakan tusuk gigi dengan peran yang sama. Spot tadi diusapkan ke kertas kromatografi harus tepat di tengah garis dengan tinggi 2 cm. Ketinggian ini diukur dari ujung bawah kertas. Di kertas kromatografi juga diberi tanda garis menggunakan pensil diukur setinggi 10 cm dari garis hitam setinggi 2 cm. Saat mencelupkan kertas ke pelarut dalam tabung rekasi, spot tidak boleh mengenai pelarut dan pergerakan pelarut jangan melebihi batas garis tinggi 10 cm, agar spektrum warna yang terbentuk akurat. Tabung reaksi untuk menampung pelarut menggunakan tabung reaksi berpenutup. Tujuan dari penutupan tabung reaksi adalah untuk menghindari penguapan pada pelarut atau desakan keluar.Dari percobaan didapatkan data percobaan sebagai berikut :

1. Kromatografi daun berwarna hijau (Passiflora edulis)a. Spektrum warna yang terbentuk : hijau dan kuningb. Ketinggian tiap spektrum warna

Hijau : 9 cm

Kuning : 10cm

Ketinggian spektrum warna diukur dengan cara mengukur batas tiap warna terhadap batas garis dengan ketinggian 2 cm.c. Nilai Rf tiap spektrum warna

Hijau : 0,9 Kuning : 1Nilai Rf setiap spektrum warna diukur dengan cara membagi tiap ketinggian spektrum warna yang dihasilkan dengan angka 10. Angka 10 didapatkan dari pengukuran dari batas garis dengan tinggi 2cm ditarik ke atas hingga 10 cm. Ketinggian 10 cm ini merupakan batas perjalanan pelarut. Jadi, saat pelarut mendekati batas ini, proses perjalanan harus dihentikan dengan mengangkat kertas kromatografi dan mengeluarkannya dari tabung reaksi.d. Nama jenis klorofil yang didapat Hijau: klorofil b

Kuning : xantofil2. Kromatografi daun berwarna ungua. Spektrum warna yang terbentuk : hijau

b. Ketinggian tiap spektrum warna

Hijau : 10 cm

Ketinggian spektrum warna diukur dengan cara mengukur batas tiap warna terhadap batas garis dengan ketinggian 2 cm.c. Nilai Rf tiap spektrum warna Hijau : 10Nilai Rf setiap spektrum warna diukur dengan cara membagi tiap ketinggian spektrum warna yang dihasilkan dengan angka 10. Angka 10 didapatkan dari pengukuran dari batas garis dengan tinggi 2 cm ditarik ke atas hingga 10 cm. Ketinggian 10 cm ini merupakan batas perjalanan pelarut. Jadi, saat pelarut mendekati batas ini, proses perjalanan harus dihentikan dengan mengangkat kertas kromatografi dan mengeluarkannya dari tabung reaksi.

d. Nama jenis klorofil yang didapat Hijau: klorofil b3. Kromatografi daun berwarna kuning

a. Spektrum warna yang terbentuk : kuningb. Ketinggian tiap spektrum warna

Kuning : 8,1 cmKetinggian spektrum warna diukur dengan cara mengukur batas tiap warna terhadap batas garis dengan ketinggian 2 cm.c. Nilai Rf tiap spektrum warna

Kuning : 0,81Nilai Rf setiap spektrum warna diukur dengan cara membagi tiap ketinggian spektrum warna yang dihasilkan dengan angka 10. Angka 10 didapatkan dari pengukuran dari batas garis dengan tinggi 2 cm ditarik ke atas hingga 10 cm. Ketinggian 10 cm ini merupakan batas perjalanan pelarut. Jadi, saat pelarut mendekati batas ini, proses perjalanan harus dihentikan dengan mengangkat kertas kromatografi dan mengeluarkannya dari tabung reaksi.

d. Nama jenis klorofil yang didapat Kuning : xantofil.J. KESIMPULANSetelah kami melakukan percobaan ini, kami menarik kesimpulan bahwa :1. Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen

2. Warna hijau apabila diuraikan menggunakan teknik kromatografi menghasilkan spektrum warna hijau (Klorofil b) dan kuning (Xantofil)3. Warna ungu apabila diuraikan menggunakan teknik kromatografi menghasilkan spektrum warna hijau (klorofil b)4. Warna kuning apabila diuraikan menggunakan teknik kromatografi menghasilkan spektrum warna kuning (Xantofil).K. DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2011. Kromatografi. (Online)

(http://www.merckchemicals.co.id/kromatografi/c_Ttyb.s1Ly6IAAAEWmuAfVhTl, diakses tanggal 6 Desember 2011).

Handayani. 2011. Kromatografi. (Online)

(http://industri18riaty.blog.mercubuana.ac.id/2011/07/06/kromatografi/, diakses tanggal 6 Desember 2011).

Meggy. 2008. Prinsip Perbedaan Keterabsorbsian (Kromatografi). (Online)

(http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Meggy%20Yulia%20A%20060221/prinsip_perbedaan_keterabsorpsian.htmlhttp://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/kromatografi/, diakses tanggal 6 Desember 2011).Mimir. 2011. Kromatografi. (Online)

(http://robbaniryo.com/ilmu-kimia/kromatografi/, diakses tanggal 8 Desember 2011).

Takeutchi. 2011. Kromatografi. (Online)(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar /kromatografi/, diakses tanggal 6 Desember 2011).

Lampiran

No.GambarKeterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

Beaker glass ukuran 100 mlBeaker glass ukuran 500 ml

Gelas ukur ukuran 10 ml

Gelas ukur ukuran 100 ml

Tabung reaksi

Labu erlenmeyer

Corong kaca

Gelas arloji

Mortar dan pistisPipa kapiler

Corong pemisah

Neraca analitik

Pipet tetes

Kertas saring

Kertas kromatografi

Spatula

Gunting

Pensil

Aseton

Aquades

Petroleum eter

Lapisan yang terbentuk setelah pencucian ekstrak daun berwarna hijau

a.Aseton dan petroleum eter

b. Membuat larutan petroleum eter+aseton 1:9

c. Mengambil larutan petroleum eter sebanyak 25 ml dan aseton sebanyak 25 ml menggunakan gelas ukur ukuran 10 ml dan 100 ml

d. Dimasukkan ke dalam beaker glass ukuran 100 ml

e. Mengambil sebagian campuran, memasukkannya ke dalam tabung reaksi berpenutup hingga ketinggian 1 cm, kemudian menutup tabung reaksi

f. Menutup sisa campuran di beaker glass untuk menghindari penguapan

b. Memotong bentuk kecil panjang

a.Kertas kromatografi

c. Memberi tanda garis hitam 2 cm dari ujung bawah kertas dengan pensil

d. Memberi tanda garis hitam 10 cm dari garis 2 cm dengan pensil

a. Daun berwarna hijau (Passiflora edulis)

b. Ditimbang menggunakan neraca analitik sebanyak 2 g

c. Dicacah atau dipotong kecil-kecil menggunakan gunting

d. Dihaluskan menggunakan mortar dan pistis hingga halus

e. Menambahkan sisa campuran petroleum eter dan aseton

f. Mengaduk hingga merata

g. Menyaring dengan kertas saring dan corong

h. Memasukkan ekstrak atau hasil saringan ke dalam corong pemisah

i. Mencuci ekstrak dengan aquades 3-4 kali

j. Terbentuk lapisan hijau pekat dan bening

k. Membuang lapisan bening perlahan

l. Menuangkan lapisan hijau pekat ke gelas arloji

m. Menguapkannya

k. Terbentuk jell

l. Mengambil 1 spot jell menggunakan pipa kapiler

m. Meletakkan ke garis 2 cm tepat di tengah

n. Mencelupkan ke tabung reaksi berpenutup berisi larutan petroleum eter dan aseton dengan rasio 1:1dengan membuka tutup terlebih dahulu, spot jangan sampat tercelup

o. Mengamati pergerakan pelarut

p. Mengangkat kertas kromatografi apabila pelarut mendekati garis tinggi 10 cm

q. Mengamati spektrum warna yang terbentuk

r. Mengukur Rf tiap spektrum warna.