LAPORAN KINERJA - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN BB-PASCAPANEN...
Transcript of LAPORAN KINERJA - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN BB-PASCAPANEN...
LAPORAN KINERJA
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN
PERTANIANTAHUN 2015
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2016
iiiBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Laporan Kinerja Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB-
Pascapanen) Tahun 2015 disusun dalam rangka
memenuhi Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Penyusunannya mengacu pada
Permenpan dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja,
dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.
Laporan ini merupakan media komunikasi pencapaian tujuan dan sasaran strategis
organisasi kepada para pengguna yang dibuat sebagai perwujudan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada BB-
Pascapanen berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014.
Semoga laporan ini dapat memenuhi harapan masyarakat dan dalam rangka
membangun kinerja khususnya dalam kegiatan penelitian dan pengembangan
pertanian sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pengembangan Iptek
pascapanen pertanian.
Bogor, Januari 2016
Plt. Kepala Balai Besar,
Dr. Dedi Nursyamsi, MAgr.
KATA PENGANTAR
ix
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kata Pengantar .....................................................................................
Daftar Tabel .........................................................................................
Ikhtisar Eksekutif ..................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA .............................
2.1. Perencanaan Strategis ....................................................
2.2. Perjanjian Kinerja ..........................................................
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA .......................................................
3.1. Pengukuran Kinerja ....................................................
3.2. Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas Kinerja ....................
3.3. Akuntabilitas Keuangan .................................................
BAB IV. PENUTUP ..................................................................................
Lampiran ..............................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................
Daftar Lampiran ....................................................................................
Halaman
iii
vi
ix
1
7
7
12
15
15
17
44
47
49
v
vii
vBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
DAFTAR ISI
Halaman
Tabel 1. Target dan rencana kinerja tahunan BB - Pascapanen tahun 2015
- 2019 ........................................................................................
Tabel 2. Perjanjian Kinerja (PK) BB-Pascapanen TA. 2015 ...........................
Tabel 3. Matriks tingkat capaian kinerja BB-Pascapanen TA. 2015 ...............
Tabel 4. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 1 tahun 2015 ............
Tabel 5. Perbandingan capaian indikator kinerja 1 tahun 2015 dengan tahun
2010–2014 ....................................................................................
Tabel 6. Perbandingan capaian indikator kinerja 1 tahun 2015 dengan target
pada Renstra 2015 –2019 .............................................................
Tabel 7. Target dan realisasi pencapaian indikator kinerja 2 tahun 2015 ........
Tabel 8. Perbandingan capaian indikator kinerja 2 tahun 2015 dengan 2010-
2015...............................................................................................
Tabel 9. Perbandingan capaian indikator kinerja 2 tahun 2015 dengan target
pada Renstra 2015 –2019...............................................................
Tabel 10. Target dan realisasi pencapaian indikator kinerja 3 tahun 2015........
Tabel 11. Perbandingan capaian indikator kinerja 3 tahun 2015 dengan
tahun 2010-2014 ..……..................................................................
Tabel 12. Perbandingan capaian indikator kinerja 3tahun 2015 dengan
target pada Renstra 2015 –2019.....................................................
Tabel 13. Target dan realisasi pencapaian indikator kinerja 4 tahun 2015 .......
Tabel 14. Kelompok tani/UD yang telah menggunakan unit revitalisasi
penggilingan padi kecil (PPK)............................................................
Tabel 15. Kelompok tani yang telah menggunakan unit revitalisasi
penanganan pascapanen jagung dan kedelai ...................................
Tabel 16. Pagu dan realisasi anggaran BB-Pascapanen tahun 2015 masing-
masing indikator kinerja………………...................................................
9
13
16
17
18
19
26
27
27
29
30
30
34
37
37
45vi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
DAFTAR TABEL
vii
Lampiran 1. Struktur Organisasi BB-Pascapanen....................................
Lampiran 2. Sumberdaya Manusia dan Anggaran BB-Pascapanen .........
Lampiran 3. Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2015...............................
Lampiran 4. Perjanjian Kinerja Tahun 2015............................... ...........
Lampiran 5. Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2015……....................
Lampiran 6. Pengukuran Kinerja Tahun 2015.......................................
Lampiran 7. Produk yang Dihasilkan dari Indikator Kinerja “Teknologi
Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) ......................
Lampiran 8. Dokumen (foto) kegiatan pada Indikator Kinerja “Model
Agrobioindustri Terpadu”.................................................
Lampiran 9. Dokumen (foto) kegiatan pada Indikator Kinerja “Rekomendasi
Kebijakan Pengembangan Pascapanen
Pertanian”......................................................................
Lampiran 10. Dokumen (foto) kegiatan pada Indikator Kinerja “Model
Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil, Penanganan
Pascapanen Jagung dan Kedelai”......................................
Lampiran 11. Dokumen (foto) kegiatan yang menghasilkan outcome ......
Lampiran 12. Dokumen (Foto) Kinerja Lainnya (Kegiatan Diseminasi Teknologi,
Kerjasama dan Penghargaan)...........................................
Lampiran 13. Komposisi Pagu Anggaran DIPA Tahun 2015 dan Realisasi PNBP
Jasa Laboratorium.......................................................
Halaman
51
52
53
54
56
58
60
64
66
67
68
70
71
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
DAFTAR LAMPIRAN
viii Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
ixBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
IKHTISAR EKSEKUTIF
Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misinya, dalam kurun
waktu 2015 – 2019 BB-Pascapanen menetapkan tujuan sebagai berikut:
a) Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen dan
pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam
upaya mendukung sistem pertanian bio-industri berkelanjutan terutama melalui
pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika; b) Menyusun
rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah
dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri berkelanjutan;
c) Melaksanakan diseminasi teknologi pascapanen serta kerjasama nasional dan
internasional; dan d) Menghasilkan publikasi di jurnal ilmiah nasional dan
internasional serta Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).
Sasaran BB-Pascapanen dalam kurun waktu 2015 – 2019 adalah sebagai
berikut: a) Tersedianya teknologi pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan
nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri
berkelanjutan terutama melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing
dan bioinformatika; b) Tersedianya rekomendasi kebijakan pascapanen hasil
pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung
sistem pertanian bio-industri berkelanjutan; c) Meningkatnya diseminasi teknologi
pascapanen serta kerjasama nasional dan internasional; d) Meningkatnya jumlah
publikasi di jurnal ilmiah nasional dan internasional serta Hak Kekayaan Intelektual
(HaKI).
BB-Pascapanen telah menetapkan satu sasaran strategis, yang diukur dengan
empat indikator kinerja sasaran, yaitu : a) Teknologi Pascapanen (Penanganan dan
Pengolahan), b) Model Agrobioindustri Terpadu, c) Rekomendasi Kebijakan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, dan d) Model Revitalisasi Penggilingan Padi
Kecil, Penanganan Pascapanen Jagung dan Kedelai. Berdasarkan hasil pengukuran
kinerja dengan membandingkan antara target dan capaian, seluruh indikator kinerja
sasaran tersebut dapat dicapai dengan kategori berhasil (capaian 100%). Hal
tersebut menunjukkan bahwa BB-Pascapanen telah melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan baik.
Indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan
Pengolahan)” berhasil memperoleh 16 teknologi sesuai target, yang meliputi :
a) Teknologi produksi gula cair dari sorgum manis skala pilot (50 liter);
b) Teknologi produksi gula cair dari pati biji sorgum manis skala pilot (50 liter);
c) Teknologi fermentasi untuk peningkatan flavour kakao;
d) Teknologi pengolahan kakao (bubuk dan cokelat bar);
e) Teknologi produksi starter siap pakai yoghurt probiotik;
f) Teknologi produksi yoghurt powder probiotik diperkaya nano vitamin A;
g) Teknologi pengolahan pisang off grade;
h) Teknologi penanganan segar rambutan untuk ekspor;
i) Teknologi produksi biokomposit dari pati termoplastis untuk kemasan ramah
lingkungan;
j) Teknologi produksi biofoam dari biomassa pertanian untuk kemasan ramah
lingkungan;
k) Pupuk majemuk berbasis nano untuk tanaman padi;
l) Nano-silika dari limbah sekam padi untuk aplikasi pada industri pangan,
m) Premix nano-nutrien dan nano-bioselulosa dari air kelapa untuk fortifikan pada
aneka pangan;
o) Teknologi pengolahan beras indeks glikemik rendah (IGR) organik;
p) Teknolologi pengolahan beras berkualitas premium dan pengolahan limbahnya,
q) Teknologi produksi bioetanol dari limbah tongkol jagung pada skala pilot (200 liter).
Indikator kinerja sasaran “Model Agrobioindustri Terpadu” berhasil
memperoleh 2 model sesuai target, yang meliputi :a) Model bioindustri jagung yang
menghasilkan grit (berasan jagung) dan tepung jagung bermutu tinggi; dan b) Model
pertanian bioindustri sagu di Kabupaten Sorong Selatan.
Indikator kinerja sasaran “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan
Pascapanen Pertanian” berhasil memperoleh 4 rekomendasi kebijakan sesuai target,
yang meliputi :a) Rekomendasi penyediaan dan pemanfaatan pangan lokal
berkelanjutan untuk memperbaiki status gizi masyarakat dan ketahanan pangan; b)
Rekomendasi kebijakan pengendalian mikotoksin (aflaktoksin) pada pala; c)
Rekomendasi kebijakan pengendalian kontaminan logam berat pada kakao; dan d)
Rekomendasi pemanfaatan padi varietas unggul berdasarkan karakteristik
fisikokimianya.
Indikator kinerja sasaran “Model Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil,
Penanganan Pascapanen Jagung dan Kedelai” berhasil memperoleh 1 model sesuai
target, yaitu : Model Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK) untuk peningkatan
x Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
rendemen dan mutu beras serta penurunan susut hasil jagung dan kedelai.
Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut didukung oleh berbagai faktor, yaitu
sumberdaya manusia (peneliti dan teknisi) sebagai penghasil teknologi, sumberdaya
sarana dan prasarana penelitian serta sumberdaya anggaran. Dari aspek tata kelola,
BB-Pascapanen telah menyelaraskan sistem manajemennya dengan standar
manajemen penelitian yang ditetapkan oleh Komite Nasional Akreditasi Pranata
Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) untuk meningkatkan jaminan mutu hasil
litbang, termasuk didalamnya aspek monitoring dan evaluasi.
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan, terdapat beberapa
kendala yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan, antara lain :
a) Ketersediaan bahan baku penelitian yang sangat tergantung pada musim panen; b)
Pengadaan bahan kimia spesifik yang sulit diperoleh dan harus inden sehingga perlu
waktu yang agak lama; c) Jadwal pemakaian beberapa peralatan laboratorium dan
analisis sangat padat sehingga terjadi antrian pemakaian; dan d) Pembayaran jasa
analisis laboratotium oleh customer banyak yang terlambat sehingga mengganggu
pencapaian target PNBP.
Beberapa kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan telah
diupayakan untuk diatasi, dan langkah-langkah yang telah ditempuh tersebut dapat
dijadikan langkah antisipatif dalam mengatasi hambatan dan kendala yang mungkin
dihadapi pada pelaksanaan kegiatan tahun mendatang. Langkah-langkah yang telah
dilaksanakan tersebut, yaitu : a) Merencanakan dan mempersiapkan kegiatan secara
cermat; b) Mempertimbangkan musim panen dan memprioritaskan pendanaan pada
kegiatan penelitian yang memiliki musim panen kritis (panen awal dan akhir tahun); c)
Meningkatkan kompetensi SDM peneliti dan teknisi dalam rangka pencapaian sasaran
mutu yang diharapkan; d) Menyusun analisis dan penanganan risiko secara cermat
untuk mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan
kegiatan; dan e) Menetapkan kebijakan pembayaran di muka untuk jasa analisis
laboratorium.
Untuk membiayai operasional, TA. 2015 BB-Pascapanen mendapat anggaran
sebesar Rp 32.214.907.000,-. DIPA BB-Pascapanen pada TA. 2015 mengalami
beberapa kali revisi anggaran, baik penambahan maupun pengurangan. Penambahan
anggaran karena BB-Pascapanen mendapat tugas tambahan untuk melaksanakan
kegiatan strategis, yaitu : 1) Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan
Dukungan Teknologi Upsus, TSP dan TTP, dan 2) Model revitalisasi PPK serta
xiBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
penanganan pascapanen jagung dan kedelai. Sedangkan revisi pengurangan
anggaran digunakan untuk pembayaran tunjangan kinerja. Secara keseluruhan
realisasi anggaran BB-Pascapanen sampai dengan 31 Desember 2015 sebesar Rp
31.242.108.343,- (96,98%), yang terdiri atas pegawai 98,05%, belanja barang
95,73%, dan belanja modal 99,41%.
Pagu anggaran tahun 2015 untuk 4 (empat) indikator kinerja yang ada pada
perjanjian kinerja (PK) bekisar antara Rp 453.533.000 – Rp 2.693.477.000. Realisasi
anggaran untuk masing-masing indikator kinerja cukup tinggi, yaitu berkisar antara
96,86 – 98,39%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan dapat berjalan sesuai dengan
rencana dan output yang direncanakan dapat dihasilkan dengan baik.
xii Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
1Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
BAB I .
PENDAHULUAN
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
(BB-Pascapanen) merupakan salah satu unit kerja yang berada dibawah Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian.
Sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 36/Permentan /OT.140/3/2013 tanggal 11
Maret 2013 yang merupakan penyempurnaan dari Keputusan Menteri Pertanian No.
632/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30 Desember 2003, BB-Pascapanen mempunyai
tugas yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen
pertanian. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang tertuang dalam SK Menteri
Pertanian tersebut, BB-Pascapanen menyelenggarakan fungsi: 1) Pelaksanaan
penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan pelaporan litbang
teknologi pascapanen, 2) Pelaksanaan penelitian identifikasi dan karakterisasi sifat
fungsional dan mutu hasil pertanian, 3) Pelaksanaan penelitian pengolahan hasil,
perbaikan mutu, pemanfaatan limbah, dan pengembangan produk baru, 4)
Pelaksanaan penelitian teknologi proses fisik, kimia dan biologi hasil pertanian,
5) Pelaksanaan penelitian keamanan pangan hasil pertanian dan pengembangan
mutu pascapanen produk pertanian, 6) Pelaksanaan analisis kebijakan pascapanen
pertanian, 7) Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis
bidang pascapanen pertanian, 8) Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil
penelitian pascapanen pertanian, 9) Pelaksanaan pengembangan sistem informasi
hasil penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian, dan 10) Pengelolaan
urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, dan perlengkapan BB - Pascapanen.
Berbagai dinamika lingkungan strategis antara lain semakin meningkatnya
permintaan terhadap komoditas pertanian karena pesatnya pertumbuhan penduduk,
semakin langkanya energi fosil, perubahan iklim, semakin cepatnya alih fungsi lahan
serta adanya persaingan bahan baku untuk pangan, pakan, serat, dan energi telah
diantisipasi oleh Kementerian Pertanian dengan menyusun Strategi Induk
Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013-2045. Dalam SIPP 2013-2045 tersebut
tergambar visi pembangunan pertanian ke depan yaitu “Terwujudnya sistem pertanian
bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk
bernilai tambah tinggi dari sumberdaya hayati pertanian dan kelautan tropika”. Dari
visi ini, nampaknya ada beberapa kata kunci penting seperti bioindustri,
berkelanjutan, pangan sehat, dan nilai tambah yang berkaitan erat dengan BB-
Pascapanen, sehingga kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen ke depan
harus diarahkan pada hal tersebut. Untuk itu, BB-Pascapanen perlu terus berinisiatif
melakukan langkah-langkah visioner melalui optimalisasi pemanfaatan dan
peningkatan sumberdaya penelitian yang dimiliki.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi, berdasarkan Keputusan
Menteri Pertanian No. 36/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013, BB-
Pascapanen memiliki struktur organisasi yang terdiri atas tiga Bagian/Bidang dengan
tujuh Sub Bagian/Seksi dan Kelompok Jabatan Fungsional (Lampiran 1). Kelompok
Jabatan Fungsional terdiri atas Peneliti, Perekayasa, Teknisi Litkayasa, Arsiparis, dan
Pustakawan. Kelompok jabatan fungsional peneliti terdiri atas tiga kelompok peneliti
(kelti) berdasarkan bidang masalah yaitu Kelti Teknologi Biomaterial, Kelti Teknologi
Bioprosesing dan Kelti Teknologi Disain Proses dan Biosistem, yang ditetapkan dengan
SK Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nomor
23/Kpts/KP.460/I/1/2014 tanggal 7 Januari 2014. Surat Keputusan tersebut
merupakan penyempurnaan dari SK Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Nomor 62/Kpts/KP.460/I/5/08 tanggal 15 Mei 2008 tentang Pembentukan
Kelompok Peneliti pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian dalam rangka mengantisipasi dinamika lingkungan strategis, khususnya
perkembangan Iptek yang sangat pesat.
Sumberdaya Manusia. Dalam upaya mewujudkan BB-Pascapanen sebagai
pranata penelitian dan pengembangan yang terakreditasi dan mampu berperan
sebagai inisiator teknologi pascapanen yang diakui pada skala nasional dan
internasional, BB-Pascapanen telah memperoleh akreditasi ISO 9001:2008 sejak
tahun 2010 dan akreditasi KNAPPP sejak tahun 2013. Untuk penerapan dan
pelaksanaan akreditasi ini diperlukan dukungan sumber daya manusia berkualitas
yang memiliki kompetensi tinggi, profesional dan amanah. Kompetensi merupakan
persyaratan mutlak bagi SDM BB-Pascapanen untuk menjamin terselenggaranya
kegiatan penelitian dan pengembangan yang berkualitas. BB-Pascapanen
memberikan prioritas tinggi terhadap peningkatan kualitas SDM dalam upaya
menjamin tersedianya tenaga profesional dalam melaksanakan program penelitian
pascapanen pertanian. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan BB-Pascapanen yang
terakreditasi secara berkelanjutan serta mampu memberikan kontribusi nyata dalam
inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian. Pembinaan SDM
2 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
antara lain dilakukan dengan mendorong setiap pegawai untuk memasuki jenjang
fungsional sebagai peneliti dan teknisi litkayasa, meningkatkan kegiatan pelatihan
internal serta melaksanakan kegiatan seminar secara berkala. Pengembangan SDM
dilakukan pula dengan cara memberikan kesempatan kepada pegawai BB-
Pascapanen untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan
mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan di dalam maupun luar
negeri.
Pada akhir tahun 2015, jumlah pegawai BB-Pascapanen sebanyak 137 orang.
Dari sisi kuantitas, jumlah pegawai BB-Pascapanen mengalami penurunan
dikarenakan banyak pegawai yang memasuki masa pensiun dan beberapa pegawai
meninggal dunia, sedangkan penerimaan pegawai baru sangat terbatas. Jabatan
fungsional di BB-Pascapanen terdiri atas jabatan fungsional peneliti, teknisi litkayasa,
arsiparis, pustakawan, dan fungsional umum. Kelompok jabatan fungsional peneliti
berjumlah 56 orang, terdiri atas Peneliti Utama 9 orang (sebanyak 3 orang merupakan
Profesor Riset), Peneliti Madya 14 orang, Peneliti Muda 17 orang, dan Peneliti Pertama
16 orang. Dari jumlah tenaga fungsional peneliti terdapat 4 orang yang merangkap
jabatan sebagai pejabat struktural. Kelompok fungsional teknisi litkayasa berjumlah
16 orang, yang terdiri atas Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 4 orang dan Teknisi
Likayasa Pelaksana 12 orang. Selain itu terdapat jabatan fungsional lain, yaitu 1 orang
arsiparis dan 1 orang pustakawan. Komposisi pegawai BB-Pascapanen berdasarkan
pendidikan dan jabatan fungsional disajikan pada Lampiran 2.
Sumberdaya Sarana/Prasarana. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, BB-Pascapanen memiliki sarana penelitian berupa laboratorium
penelitian/pengujian dan laboratorium pengembangan yang berlokasi di Bogor dan
Karawang. Laboratorium penelitian/pengujian di Bogor merupakan laboratorium
induk dengan akurasi tinggi, terdiri atas laboratorium kimia, fisik, mikrobiologi,
organoleptik, dan laboratorium nanoteknologi. Laboratorium di Karawang merupakan
laboratorium fisik untuk komoditas padi dan serealia lainnya.
Laboratorium penelitian/pengujian BB-Pascapanen telah mendapatkan
Akreditasi ISO 17025:2008 dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) sebagai
laboratorium penguji terakreditasi yang mengimplementasikan SNI ISO/IEC
17025:2008 dengan Nomor LP-366-IDN pada tanggal 27 Juli 2007 untuk ruang
lingkup pengujian penetapan sifat amilografi. Dalam rangka meningkatkan
penjaminan mutu kepada customer baik internal maupun eksternal, laboratorium
3Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
pengujian BB-Pascapanen telah mendapatkan perluasan ruang lingkup pengujian
berdasarkan surat Komite Akreditasi Nasional Nomor 374/3.a2/LP/01/12 tanggal 30
Januari 2012, yang terdiri atas uji proksimat biskuit, gula total untuk makanan dan
minuman, pengawet benzoat dan sorbat untuk minuman serta mutu gabah dan beras.
Laboratorium nanoteknologi saat ini telah memiliki peralatan dengan presisi sangat
tinggi, diantaranya Transmission Electron Microscope (TEM), Scanning Electron
Microscope (SEM), Particle Size Analyzer, X-Ray Difraction (XRD), Differential
Scanning Colorimetry (DSC), NanoSpray Dryer, Ultrafine Grinder, Nanomilling, High
Pressure Homogenizer (HPH), ultrasonik, dan lain-lain. Laboratorium nanoteknologi
ini difokuskan pada pangan dan pertanian.
Laboratorium pengembangan terdiri dari laboratorium penanganan bahan dan
pengolahan. Laboratorium penanganan bahan memiliki unit penanganan segar
komoditas tanaman pangan (serealia, aneka kacang, aneka umbi), hortikultura (buah,
sayuran, tanaman hias dan biofarmaka), dan peternakan (daging, susu dan telur).
Laboratorium pengolahan memiliki unit pengolahan rerotian dan mi, pengolahan
minuman, pengolahan tahu, ekstraksi bahan aktif dan minyak atsiri, pengolahan
daging dan susu serta unit pengemasan produk. Pada tahun 2014, telah dilakukan
penguatan laboratorium pengembangan di Karawang melalui pengembangan Unit
Bioindustri Padi, yang meliputi Unit Penggilingan Padi Skala 2 ton, Unit Pengolahan
Beras Indeks Glikemik Rendah (IGr), dan unit pengolahan limbahnya.
Pengembangan laboratorium BB-Pascapanen terus dilakukan baik di Bogor
maupun Karawang, sebagai upaya mengikuti pesatnya perkembangan Iptek bidang
pascapanen, perubahan isu global, serta semakin pentingnya posisi dan peran
pascapanen dalam pembangunan agroindustri nasional, sehingga BB-Pascapanen
diharapkan semakin berperan nyata dan menjadi trend setter atau center of excellent
di bidang pascapanen hasil pertanian pada tingkat nasional dan internasional. Selain
itu, ketersediaan laboratorium tersebut dapat meningkatkan pendapatan negara
bukan pajak (PNBP) sebagai bentuk optimalisasi aset negara untuk kepentingan
pembangunan nasional.
Sumberdaya Keuangan. Sumberdaya keuangan merupakan faktor yang
menentukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi guna merealisasikan tujuan dan
sasaran organisasi yang telah ditetapkan. Selama periode 2010-2015, BB-Pascapanen
mengelola dana DIPA yang terus meningkat (Lampiran 2). Anggaran pada TA. 2013
merupakan tertinggi selama periode 2010-2015. Hal ini karena pada TA. 2013
4 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
dilakukan peningkatan sarana dan prasarana litbang (a.l. gedung laboratorium dan
peralatan/mesin) sejalan dengan program Badan Litbang Pertanian dalam memasuki
kurva kedua (2nd Curve) yaitu meningkatkan sinergisme program serta pengelolaan
dan pemanfaatan aset agar lebih berhasil dan berdaya guna dalam mendukung
pencapaian target sukses pembangunan pertanian.
Pada TA. 2015, BB-Pascapanen mengelola anggaran DIPA sebesar
Rp 32.214.907.000,-. Alokasi anggaran tersebut digunakan untuk mendanai kegiatan
utama BB-Pascapanen, yaitu kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen
pertanian dan kegiatan manajemen (penunjang) lainnya. Kegiatan manajemen lebih
ditekankan pada pengelolaan satker yang bersifat rutin dan pelayanan terhadap
seluruh pegawai BB-Pascapanen. Selain melalui dana DIPA, anggaran penelitian
diperoleh melalui dana non-DIPA (kerjasama). Upaya peningkatan pendanaan melalui
non-DIPA dalam rangka memenuhi pembiayaan penelitian terus dilakukan antara lain
melalui peningkatan kerjasama penelitian dan pemanfaatan hasil penelitian baik dari
dalam maupun luar negeri (ACIAR, KKP3N, Ristek Sinas, dll).
Tata Kelola. Implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran
sebagai manifestasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara mengisyaratkan bahwa penyusunan strategi
pembangunan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang menjamin konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan. Penyusunan kebijakan,
rencana program dan kegiatan harus mengedepankan semangat yang berpijak pada
sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi perspektif jangka
menengah dan berbasis kinerja yang mencakup 3 (tiga) aspek berupa unified
budgeting, performance based budgeting, dan medium term expenditure frame work.
Untuk menjamin tercapainya good governance dan clean government di BB-
Pascapanen, pelaksanaan program dan anggaran dikawal dengan penerapan Sistem
Pengendalian Intern (SPI). Dalam rangka pelaksanaan SPI untuk mendukung
reformasi birokrasi, BB-Pascapanen telah membentuk Tim Satuan Pelaksana
Pengendalian Intern (Satlak PI), menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP),
serta melakukan Analisis Jabatan (Anjab) dan Analisis Beban Kerja (ABK). BB-
Pascapanen telah memperoleh Sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
pada tanggal 1 Maret 2010 sebagai komitmen dalam melaksanakan penataan
aparatur melalui SPI, SOP, Anjab, ABK serta penerapan ISO 9001:2008, yang akan
5Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
berdampak pada efektifitas dan efisiensi organisasi dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Akreditasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 telah beberapa kali
berhasil diperpanjang dan terakhir pada tahun 2014. Selain itu, BB-Pascapanen telah
menerapkan manajemen korporasi dan menyelaraskan sistem manajemennya
dengan standar manajemen penelitian yang ditetapkan oleh Komite Nasional
Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) untuk meningkatkan
jaminan mutu hasil litbang. BB-Pascapanen mendapatkan akreditasi dari KNAPPP
dengan Nomor PLM 040-INA pada tanggal 18 Desember 2013 dengan masa berlaku
akreditasi selama 3 tahun.
Dalam pelaksanaan SPI, peran monitoring dan evaluasi (monev) yang
dilakukan secara periodik dan terus menerus sangat penting untuk menjamin
kelancaran dan tercapainya target pelaksanaan program/kegiatan dan anggaran.
Monitoring dilaksanakan untuk memantau proses pelaksanaan dan kemajuan yang
telah dicapai dari setiap program/kegiatan yang dituangkan di dalam Renstra beserta
turunannya yaitu rencana kerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). Evaluasi
ditujukan dalam rangka pengawasan dan penilaian terhadap perencanaan,
pelaksanan program agar berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan
pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien. Hasil monev menjadi dasar
pertimbangan bagi pengambil keputusan untuk melakukan penyempurnaan
kebijakan dan perencanaan pada masa mendatang, serta pelaksanaan program yang
sedang berjalan.
6 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
7Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. Perencanaan Strategis
Rencana Strategis (Renstra) BB-Pascapanen disusun dalam rangka memenuhi
amanat Perpres No. 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Renstra Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
(BB-Pascapanen) periode 2015-2019 disusun dengan mengacu pada Renstra Badan
Litbang Pertanian dan Kementerian Pertanian periode 2015-2019 serta program
Nawacita pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Renstra BB-Pascapanen periode tahun 2015-2019 merupakan dokumen
perencanaan yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program,
dan kegiatan penelitian dan pengembangan yang akan dilaksanakan selama lima
tahun. Dokumen ini disusun berdasarkan analisis strategis atas potensi, peluang,
tantangan dan permasalahan termasuk isu strategis terkini yang dihadapi
pembangunan pertanian dan perkembangan Iptek dalam lima tahun ke depan.
Renstra ini selanjutnya menjadi acuan dan arahan di lingkup BB-Pascapanen dalam
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan serta
manajemensumber daya untuk mendukung pencapaian sasaran strategis BB-
Pascapanen selama kurun waktu 2015-2019.
a. Visi dan Misi
BB-Pascapanen menetapkan visinya sejalan dengan visi pembangunan
pertanian dan visi Badan Litbang Pertanian. Visi BB-Pascapanen dirumuskan
berdasarkan kajian orientasi masa depan, perubahan paradigma pembangunan
pertanian, serta kebutuhan institusi yang profesional. Visi BB-Pascapanen dalam
jangka panjang “Menjadi institusi penelitian dan pengembangan berkelas
dunia”.
Sedangkan visi kurun waktu 2015-2019 ditetapkan sebagai berikut:
“Terwujudnya sistem inovasi pascapanen pertanian dalam rangka
memperkokoh fondasi sistem pertanian bioindustri berkelanjutan”
Dalam upaya mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi
sebagai suatu kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai visi. Misi
BB-Pascapanen dirumuskan sebagai berikut :
1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pascapanen pertanian unggul,
berdaya saing dalam mewujudkan sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan;
2. Meningkatkan kualitas dan pengelolaan sumber daya penelitian dan pengembangan
pascapanen pertanian dalam menghasilkan sains, teknologi dan inovasi;
3. Mengembangkan jejaring kerjasama nasional dan internasional dalam rangka
penguasaan sains dan teknologi pascapanen dan pemanfaatannya dalam
pembangunan pertanian.
b. Tujuan
Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misinya, dalam kurun waktu
2015-2019 BB-Pascapanen menetapkan tujuan sebagai berikut:
1. Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen dan pengolahan
hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya
mendukung sistem pertanian bio-industri berkelanjutan terutama melalui
pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika;
2. Menyusun rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan
nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri
berkelanjutan;
3. Melaksanakan diseminasi teknologi pascapanen serta kerjasama nasional dan
internasional;
4. Menghasilkan publikasi di jurnal ilmiah nasional dan internasional serta Hak
Kekayaan Intelektual (HaKI).
c. Sasaran
Sasaran BB-Pascapanen dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya teknologi pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai
tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri
berkelanjutan terutama melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi,
bioprosesing dan bioinformatika;
2. Tersedianya rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan
nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri
berkelanjutan;
3. Meningkatnya diseminasi teknologi pascapanen serta kerjasama nasional dan
internasional;
4. Meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah nasional dan internasional serta Hak
Kekayaan Intelektual (HaKI).
8 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
Untuk mencapai sasaran BB-Pascapanen tahun 2015-2019, maka disusun
langkah operasional berupa rencana tindak pembangunan jangka menengah BB-
Pascapanen tahun 2015 - 2019. Dalam rencana tindak pembangunan jangka
menengah tersebut telah ditetapkan target dan indikator kinerja yang akan dicapai
secara bertahap dalam kurun waktu 2015-2019 (Tabel 1), sebagai berikut :
e. Arah Kebijakan dan Strategi Litbang Pascapanen Pertanian
Arah kebijakan dan strategi litbang pertanian ke depan disusun dengan
mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2015-2019 melalui
peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) yang inovatif, efisien dan efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah dan
berkontribusi terhadap perkembangan Iptek. Kebijakan tersebut diimplementasikan
melalui pemanfaatan sumber daya penelitian secara optimal dan meningkatkan
jejaring kerjasama dengan institusi lain baik nasional maupun internasional.
Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran pembangunan pertanian,
rumusan arah kebijakan litbang pertanian dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kategori
sesuai dengan 4 (empat) target sukses Kementerian Pertanian, yaitu : 1) Pencapaian
swasembada dan swasembada berkelanjutan; 2) Peningkatan diversifikasi pangan; 3)
Sasaran Indikator Kinerja Target
2015 2016 2017 2018 2019 Total
Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan, antara lain melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika
a. Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)
13 15 17 19 21 85
b. Jumlah model agrobioindustri terpadu
2 2 2 3 3 12
c. Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian
3 3 3 3 3 15
Tabel 1. Target dan rencana kinerja tahunan BB-Pascapanen tahun 2015 - 2019
9Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; dan 4) Peningkatan kesejahteraan
petani.
Arah Kebijakan Litbang Pascapanen Pertanian
Arah kebijakan Litbang Pascapanen Pertanian 2015–2019 meliputi:
a. Memperkuat kebijakan biobased teknologi seperti ketahanan pangan berbasis
sumber daya lokal dan energi alternatif untuk mendukung sistem inovasi
pascapanen, pengolahan, logistik dan distribusi;
b. Mempercepat implementasi kebijakan penciptaan advanced technology (frontier),
pemanfaatan biomassa dan limbah organik menuju pertanian zero waste yang
ramah lingkungan;
c. Mengembangkan sistem litkajibangrap teknologi pascapanen pertanian untuk
mendukung pembangunan pertanian-bioindustri berkelanjutan;
d. Merumuskan rekomendasi bahan kebijakan pascapanen pertanian dalam
mempercepat penciptaan advanced-biobased technology;
e. Meningkatkan scientific recognition dan impact recognition dengan mendorong
adopsi teknologi pascapanen pertanian, baik secara nasional maupun
internasional;
f. Mengembangankan teknologi pascapanen dengan memperhatikan aspek sosio
ekonomi pengguna (sosio teknologi pascapanen)
g. Mengembangkan teknologi pascapanen dengan memperhatikan perkembangan
bioscience dan engineering system, merespon dinamika iklim dan menerapkan
teknologi informasi untuk hulu hilir pertanian.
Strategi Litbang Pascapanen Pertanian
Strategi penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dalam tahun
2015-2019 sebagai berikut:
a. Menyusun prioritas penelitian, rencana kegiatan penelitian, serta sinkronisasi
kegiatan penelitian pascapanen pertanian sesuai dengan kebutuhan
stakeholders, termasuk sistem pasar nasional dan internasional dengan
menyusun dan menerapkan bussiness plan utuk mendasari perencanaan
kegiatan;
b. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian
secara terpadu dan lintas bidang masalah (biomaterial, bioproses, desain proses
dan biosistem) yang mencakup penelitian dasar, terapan dan Model Agroindustri
baik berorientasi HaKI maupun public domain;
10 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
c. Mengefektifkan sumberdaya peneliti pascapanen melalui pengembangan kegiatan
litbang koordinatif lingkup Badan Litbang Pertanian;
d. Mengefektifkan penggunaan sumber daya penelitian melalui monitoring dan
evaluasi, sistem pengendalian internal (SPI) serta mengimplementasikan
standar pranata litbang baik nasional maupun internasional seperti KNAPPP,
ISO 9001 2008, SNI ISO/IEC 17025:2008;
e. Meningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya penelitian pascapanen pertanian
sesuai dengan perkembangan Iptek, Sistem Akuntansi Instansi, SIMAK-BMN dan
dinamika lingkungan strategis lainnya;
f. Memanfaatkan advanced technology untuk mempercepat penciptaan inovasi
teknologi pascapanen pertanian mendukung pengembangan sistem pertanian-
bioindustri berkelanjutan;
g. Meningkatkan pendayagunaan hasil penelitian pascapanen pertanian melalui
media/sarana publikasi (jurnal, buletin, buku teknologi, poster, leaflet, gerai,
media elektronik dan jejaring sosial), kegiatan promosi (business meeting,
pameran dan ekspose), pengiriman tenaga ahli/narasumber, dan pertemuan
ilmiah.
h. Membangun dan mengembangkan kegiatan kerja sama penelitian dan
pengembangan pascapanen pertanian melalui jejar ing publ ic-
private–partnership (PPP) dengan lembaga nasional seperti Dirjen Teknis,
Perguruan Tinggi, Lembaga Riset Nasional, Swasta dan lembaga internasional
seperti IRRI, ACIAR, FAO, CIGR.
f. Kegiatan
Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen difokuskan untuk
menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian
mendukung pencapaian target diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya
saing dan ekspor. Kegiatan dilakukan baik dalam skala laboratorium, pilot maupun
skala komersial. Untuk menciptakan teknologi skala komersial akan dilakukan difusi,
diseminasi, kerjasama penelitian dan kemitraan.
Penelitian penanganan segar dan pengolahan produk pertanian akan
menerapkan iptek mutakhir antara lain teknologi nano, bioprosesing, teknologi non-
destructive dan bioprosesing untuk menghasilkan produk baru, formulasi baru, bahan
aktif, anti mikroba, anti-senesence, sediaan enzim dan kemasan aktif serta produk
baru lainnya yang inovatif.
11Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Selain kegiatan penelitian dan pengembangan yang menghasilkan inovasi
teknologi, juga akan dilakukan kegiatan analisis kebijakan untuk menghasilkan
rumusan kebijakan di bidang pascapanen sebagai bahan rekomendasi bagi pemangku
kepentingan.
2.2. Perjanjian Kinerja
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan
dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, pada TA. 2015 BB-Pascapanen telah
menetapkan target yang akan dicapai dalam bentuk perjanjian kinerja. Perjanjian
kinerja merupakan dokumen yang berisi penugasan dari pimpinan instansi yang lebih
tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja
tersebut terwujud komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan
pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, wewenang
serta sumber daya yang tersedia.
Perjanjian kinerja TA. 2015 disusun setelah disetujui dan diterbitkannya DIPA
TA. 2015 berdasarkan RKT yang disusun pada tahun sebelumnya (tahun 2014).
Namun demikian, target pada perjanjian kinerja TA. 2015 mengalami peningkatan
pada dua indikator kinerja, yaitu indikator kinerja teknologi pascapanen meningkat
dari 13 pada RKT menjadi 16 pada perjanjian kinerja dan indikator kinerja
rekomendasi kebijakan meningkat dari 3 pada RKT menjadi 4 pada perjanjian kinerja.
Selain itu, terdapat penambahan indikator kinerja baru, yaitu model revitalisasi
penggilingan padi kecil (PPK) dan penanganan pascapanen jagung dan kedelai
sebanyak 1 model. Kegiatan ini merupakan kegiatan strategis Badan Litbang Pertanian
yang ditugaskan kepada BB-Pascapanen. Dari kegiatan ini diharapkan diperoleh model
revitalisasi PPK untuk meningkatkan rendemen dan mutu beras serta model
revitalisasi penanganan pascapanen jagung dan kedelai untuk menekan susut hasil
yang selanjutnya diharapkan menjadi model untuk direplikasi di lokasi lainnya.
Perjanjian kinerja BB-Pascapanen TA. 2015 disahkan oleh Kepala
BB-Pascapanen dan Kepala Badan Litbang Pertanian pada bulan Maret 2015.
Perjanjian kinerja BB-Pascapanen TA. 2015 didukung oleh anggaran yang berjumlah
Rp. 32.568.907.000,-. Namun selama pelaksanaan kegiatan TA. 2015, pagu anggaran
BB-Pascapanen mengalami revisi menjadi Rp 32.214.907.000,-. Revisi tersebut karena
adanya penggeseran alokasi anggaran untuk pembayaran tunjangan kinerja.
Perjanjian kinerja BB-Pascapanen TA. 2015 disajikan pada Tabel 2.
12 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian -bioindustri berkelanjutan, antara lain melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika
Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)
16 teknologi
Jumlah model agrobioindustri terpadu 2 model
Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian
4 rekomendasi
Model revitalisasi penggilingan padi kecil dan penanganan pascapanen jagung dan kedelai
1 model
Tabel 2. Perjanjian Kinerja (PK) BB-Pascapanen TA. 2015
13Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
14 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
15Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pengukuran Kinerja
BB-Pascapanen senantiasa berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja yang
dilaksanakan dengan menggunakan indikator kinerja yang meliputi efisiensi masukan
(input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan (proses) dan keluaran (output). Metode
yang digunakan dalam pengukuran pencapaian kinerja sasaran adalah
membandingkan antara target indikator kinerja setiap sasaran dengan realisasinya.
Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diperoleh informasi capaian kinerja setiap
sasaran pada tahun 2015. Informasi ini menjadi bahan tindak lanjut untuk perbaikan
perencanaan dan dimanfaatkan untuk memberi gambaran kepada pihak internal dan
eksternal mengenai sejauh mana pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam
mewujudkan tujuan, misi, dan visi BB-Pascapanen.
Pada Renstra tahun 2015 - 2019, BB-Pascapanen telah menetapkan 1 (satu)
sasaran yang akan dicapai. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut diukur dengan 4
(empat) indikator kinerja sasaran. Berdasarkan data hasil akhir kegiatan lingkup BB-
Pascapanen, capaian indikator kinerja sasaran kegiatan utama BB-Pascapanen tahun
2015 disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut, capaian indikator kinerja
sasaran BB-Pascapanen tahun 2015 rata-rata sebesar 100% atau termasuk dalam
kategori berhasil. Penetapan kategori keberhasilan tersebut sesuai dengan kriteria
yang telah disepakati oleh seluruh unit eselon I lingkup Kementerian Pertanian. Empat
kategori keberhasilan dalam pengkuran kinerja sasaran, yaitu : 1) sangat berhasil
jika capaian> 100%; 2) berhasil jika capaian 80-100%; 3) cukup berhasil jika
capaian 60-79%; dan tidak berhasil jika capaian 0-59%.
Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut didukung oleh berbagai faktor, yaitu
sumberdaya manusia (peneliti dan teknisi) sebagai penghasil teknologi, sumberdaya
sarana dan prasarana penelitian serta sumberdaya anggaran. Dari aspek tata kelola,
BB-Pascapanen telah menyelaraskan sistem manajemennya dengan standar
manajemen penelitian yang ditetapkan oleh Komite Nasional Akreditasi Pranata
Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) untuk meningkatkan jaminan mutu hasil
litbang, termasuk didalamnya aspek monitoring dan evaluasi.
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Persen-
tase (%) Uraian Target Realisasi
1.
Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan, antara lain melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika
Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)
16
Teknologi
16
Teknologi 100
Jumlah model agrobioindustri terpadu
2
Model
2
Model 100
Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian
4
Rekomendasi
4
Rekomendasi 100
Model revitalisasi penggilingan padi kecil dan penanganan pascapanen jagung dan kedelai
1
Model
1
Model 100
Tabel 3. Matriks tingkat capaian kinerja BB-Pascapanen TA. 2015
Penerapan monitoring dan evaluasi kegiatan litbang pascapanen dilakukan
secara periodik mulai tahap perencanaan hingga tahap akhir kegiatan, sehingga
fungsi pengawasan pada setiap tahapan kegiatan dapat berjalan dengan baik.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk memastikan
tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan adalah dengan memantau
kemajuan pelaksanaan kegiatan dan capaian kinerjanya secara bulanan, triwulanan,
semesteran, dan tahunan beserta kendala dan permasalahan yang dihadapi. Dengan
demikian, kemungkinan tidak tercapainya target suatu indikator dapat diantisipasi
sejak awal.
16 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
3.2. Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas Kinerja
Evaluasi dan analisis capaian kinerja BB-Pascapanen tahun 2015 dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan 4 (empat) indikator kinerja
sasaran, yaitu : 1) Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan), 2)
Jumlah model agrobioindustri terpadu, 3) Jumlah rekomendasi kebijakan
pengembangan pascapanen pertanian, dan 4) Model revitalisasi penggilingan padi
kecil dan penanganan pascapanen jagung dan kedelai.
Indikator Kinerja 1 : Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)
Pencapaian target indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen
(Penanganan dan Pengolahan)” disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data realisasi
indikator kinerja tersebut, pada tahun 2015 BB-Pascapanen berhasil memperoleh 16
teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) dari 16 teknologi yang
ditargetkan (realisasi 100%), atau termasuk dalam kategori berhasil. Anggaran yang
dialokasikan untuk mencapai indikator kinerja ini sebesar Rp 2.693.477.000,
sedangkan realisasinya sebesar Rp 2.650.119.160 (98,39%) yang melibatkan
sumberdaya peneliti dan teknisi sebanyak 96 orang.
Pada Renstra BB-Pascapanen 2015 – 2019 terjadi perubahan indikator kinerja
dengan menggabungkan 3 (tiga) indikator kinerja “teknologi” pada Renstra 2010 –
2014 menjadi 1 (satu) indikator kinerja “teknologi” pada Renstra 2015-2019, yaitu
indikator kinerja “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)”. Indikator
Sasaran : Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan
pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai
tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem
pertanian-bioindustri berkelanjutan , antara lain melalui
pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan
bioinformatika
Indikator Kinerja Target (teknologi)
Realisasi (teknologi)
Persentase (%)
Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)
16 16 100
Tabel 4. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 1 tahun 2015
17Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
kinerja yang baru pada Renstra 2015 – 2019 yaitu indikator “Rekomendasi Kebijakan
Pengembangan Pascapanen” dan “Model Agrobioindustri Terpadu”. Hal ini mengacu
pada SK Menteri Pertanian terbaru, yaitu Surat Keputusan No.
36/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013 tentang Organisasi dan Tata
Kerja BB-Pascapanen dimana salah satu tugas dan fungsinya adalah melaksanakan
analisis kebijakan pascapanen pertanian, sedangkan indikator “model agrobioindustri
terpadu” dilaksanakan sesuai dengan amanat pada Strategi Induk Pembangunan
Pertanian (SIPP) 2013-2045.
Tabel 5 menyajikan perbandingan target dan realisasi capaian indikator kinerja
“Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)” setiap tahun selama periode
tahun 2010-2015. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, target dan
realisasi capaian tahun 2015 sedikit lebih rendah dari tahun 2013 dan 2014. Hal ini
karena sebagian dari anggaran kegiatan litbang pascapanen digunakan untuk
melaksanakan kegiatan analisis kebijakan yang akan menghasilkan rekomendasi
kebijakan pengembangan pascapanen dan kegiatan membangun model
agrobioindustri terpadu yang keduanya belum dikerjakan pada Renstra 2010 – 2014.
Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan Renstra 2015-2019.
Realisasi capaian indikator kinerja “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan
Pengolahan)” pada tahun 2015 sebanyak 16 teknologi atau 18,82% dari total target
pada Renstra 2015 – 2019. Jika dibandingkan dengan target tahunan (tahun 2015)
maka jumlah teknologi yang dihasilkan tersebut melebihi target (123,08%) (Tabel 6).
Hal ini karena adanya peningkatan target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015
menjadi 16 teknologi dari target awal pada dokumen Renstra 2015-2019 sebanyak 13
teknologi. Hal ini karena meningkatnya jumlah anggaran pada tahun 2015.
Tabel 5. Perbandingan capaian indikator kinerja 1 tahun 2015 dengan tahun 2010-
2014
Indikator Kinerja Renstra 2010 – 2014*)
Renstra 2015-2019
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)
Target :
- Teknologi 13 13 14 16 18 16
Realisasi :
- Teknolog i 14 15 15 17 18 16
*)Catatan : Jumlah teknologi gabungan dari 3 indikator kinerja pada Renstra 2010 – 2014
18 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
Indikator Kinerja
Target Renstra 2015-2019
Realisasi Tahun 2015
Persentase Terhadap (%)
Tahun 2015
Total Tahun 2015
Total
Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)
13 85 16 123,08 18,82
Tabel 6. Perbandingan capaian indikator kinerja 1 tahun 2015 dengan target pada
Renstra 2015-2019
Secara lengkap rincian kegiatan dan output teknologi yang dihasilkan pada
indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)”
tahun 2015,sebagai berikut :
a. Teknologi Pengolahan Sorgum Manis Mendukung Pengembangan
Pertanian Bioindustri (2 Teknologi)
Nira batang sorgum manis selain untuk bahan baku pengolahan gula kristal,
berpotensi pula untuk diolah menjadi gula cair. Kelebihan gula cair dibandingkan gula
kristal antara lain rendemen lebih tinggi, lebih mudah larut, proses produksi dan biaya
pengolahan lebih murah. Selain nira batang sorgum manis, pati biji sorgum dapat
dimanfaatkan untuk produksi gula karena komposisi pati sorgum tersebut sangat
berpotensi sebagai sumber gula cair.
Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 2
(dua) teknologi, yaitu : 1) Teknologi produksi gula cair dari sorgum manis skala pilot
(50 liter), dan 2) Teknologi produksi gula cair dari pati biji sorgum manis skala pilot (50
liter).
Teknologi produksi gula cair dari sorgum manis skala pilot (50 liter).
Pemanasan nira menggunakan vacuum evaporator dengan penambahan enzim
α–amylase 1,0 ml/liter pada kondisi pH 7 dan arang aktif 1 % menghasikan gula ocair dengan rendemen 62,1%, nilai TPT 57,7 Brix, dan kadar gula total 54,6%
serta kadar logam yang rendah.
Teknologi produksi gula cair dari pati biji sorgum manis skala pilot (50
liter). Pati biji sorgum manis diencerkan dengan perbandingan 1:4, dipanaskan
dengan vacuum evaporator, penambahan enzim (α–amylase 1,2% + glukoamilase o1,2%) menghasilkan gula cair dengan rendemen 83%, TPT 56,3 Brix, dan kadar
gula total 52,7%.
19Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
b. Peningkatan Nilai Tambah Kakao Melalui Penerapan Teknologi
Penanganan dan Pengolahan (2 Teknologi)
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia dari sub-sektor
perkebunan. Kakao Indonesia dinilai bermutu rendah sehingga di pasar dunia
mendapat harga yang lebih rendah dari negara produsen lain terutama Pantai Gading
dan Ghana. Hal ini karena sebagian besar biji kakao tidak difermentasi, dan hanya
sekitar 10% biji kakao yang difermentasi. Peningkatan produksi kakao sejauh ini juga
belum diikuti dengan peningkatan nilai tambah di tingkat petani, karena sebagian
besar produk cokelat diolah oleh industri besar. Hal ini perlu diatasi dengan
menyediakan teknologi fermentasi yang mudah dan murah serta pengembangan
teknologi diversifikasi produk cokelat untuk industri kecil.
Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 2
(dua) teknologi, yaitu : 1) Teknologi fermentasi untuk peningkatan flavour kakao, dan
2) Teknologi pengolahan kakao (bubuk dan cokelat bar).
Teknologi fermentasi untuk peningkatan flavour kakao. Proses fermentasi
kakao menggunakan starter S. cerevisiae dan L. plantarum optimal pada hari ke-5,
berdasarkan parameter indeks fermentasi dan kadar lemak. Nilai indeks fermentasi
pada hari ke-5 diatas 1,0 yang menunjukkan fermentasi sudah sempurna,
sedangkan dan kadar lemaknya sebesar 22,03%.
Teknologi pengolahan kakao (bubuk dan cokelat bar). Telah diperoleh oteknologi pengolahan bubuk kakao yang meliputi penyangraian (suhu 110 C
selama 30 menit), pemisahan nib dan kulit ari, pengepresan hidraulik (tekanan
400-500 bar dengan suhu 90-100°C) serta penghalusan dan pengayakan untuk
memperoleh ukuran partikel bubuk yang seragam. Rendemen bubuk kakao
sebesar 71,28% dengan kadar lemak 10-22%. Teknologi pengolahan cokelat bar
meliputi proses pelelehan bahan baku (bubuk dan lemak cokelat), pencampuran
dengan bahan tambahan dan penghalusan serta pencetakan. Formula cokelat bar
yang paling disukai panelis dari segi rasa, aroma, dan kesukaan adalah formula
dengan komposisi 22 g bubuk kakao; 45 g lemak kakao; 15 g gula, 7,5 g susu
skim; 2,5 g tepung kedelai; dan 0,25 g vanilli.
c. Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Olahan Susu untuk
Pengembangan Model Pertanian Bioindustri Susu (2 Teknologi)
Teknologi pengolahan susu segar menjadi produk turunannya memerlukan
ketersediaan starter yang selama ini masih tergantung dengan impor. Penggunaan
20 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
kultur starter cair membutuhkan penanganan khusus untuk menjaga kualitas dari
kontaminasi. Hal ini perlu diatasi dengan menyediakan starter alternatif dalam bentuk
kering, yaitu dengan pembuatan kultur starter kering dalam bentuk granul.
Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 2
(dua) teknologi, yaitu : 1) Teknologi produksi starter siap pakai yoghurt probiotik, dan
2) Teknologi produksi yoghurt powder probiotik diperkaya nano vitamin A.
Teknologi produksi starter siap pakai yoghurt probiotik. Telah diperoleh
teknologi pembuatan starter kering dalam bentuk beads. Bahan pengkapsul susu
skim-alginat (1:2) menghasilkan starter kering terbaik berdasarkan karakteristik
matrik beads,nilai viabilitas probiotik B. longum dan L. casei (97,48 dan 499,55%), jumlah sel bakteri pada beads kering L. casei (1,64 x 10 cfu/g) dan
7B. longum (8,99 x 10 cfu/g) serta persentase ketahanan sel L. casei (41,27%)
dan B. longum (88,11%) selama proses pengeringan.
Teknologi produksi yoghurt powder probiotik diperkaya nano vitamin A.
Teknologi pembuatan yoghurt powder probiotik dengan bahan enkapsulan susu
skim memiliki kemampuan yang baik dalam mempertahankan jumlah bakteri asam
laktat selama proses pengeringan dengan spray dryer. Jumlah bakteri asam laktat 12(BAL) pada yoghurt powder sebesar 2,05x 10 cfu/g dengan kadar air 5,82%; total
asam 0,0098; pH 3,3; dan kadar abu 5,00%. Komponen flavour yang dominan
pada yoghurt powder adalah senyawa golongan alkanoat.
d. Bioindustri Buah Pisang dan Rambutan Berbasis Penanganan Segar
untuk Pemasaran Ekspor (2 Teknologi)
BB-Pascapanen telah mengembangkan berbagai teknologi pascapanen yang
bermula dari skala laboratorium, kemudian skala bangsal (pilot), dan pada akhirnya
perlu dikembangkan teknologi penanganan buah skala ekspor atau transportasi antar
pulau. Dalam konsep pertanian bioindustri, produksi buah di kawasan hortikultura baik
untuk pengiriman antar pulau maupun ekspor, perlu diikuti dengan pengolahan buah
off grade dan limbahnya menuju pertanian zero waste yang ramah lingkungan.
Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 2
(dua) teknologi, yaitu :1) Teknologi pengolahan pisang off grade, dan 2) Teknologi
penanganan segar rambutan untuk ekspor.
Teknologi pengolahan pisang off-grade. Telah dihasilkan teknologi pembuatan
tepung/pati resisten dan tepung pisang instan dari pisang off-grade serta produk
olahannya (fruity mie dan fruity breakfast meal). Tepung/pati resisten dihasilkan dari
21Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
tepung pisang Mas Kirana termodifikasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dengan 9 konsentrasi awal L. casei 10 CFU/ml, waktu fermentasi 24 jam, waktu retrogradasi
36 jam. Produksi tepung instan dihasilkan dari formula tepung pisang 30%, tapioka
11% dan asam sitrat 225 ppm. Produk olahan fruity mie dihasilkan dari formula 50%
tepung pisang, 0,25% kalsium karbonat dan pewarna (hijau), sedangkan fruity
breakfast meal dihasilkan dari formula tepung pisang 30%, telor 15%, dan tepung
kacang hijau sebesar 20%.
Teknologi penanganan segar rambutan untuk ekspor. Telah diperoleh
teknologi penanganan segar rambutan melalui perlakuan Hot Water Treatment
(HWT), fumigasi SO , dan etil format. Perlakuan HWT dengan suhu dan lama 2
operendaman yang sesuai (40-50 C dengan waktu 2-8 menit) memberikan
pengaruh nyata terhadap kesegaran buah rambutan. Perlakuan fumigasi SO 2
mampu menahan laju perubahan warna buah rambutan, menghambat
perkembangan noda hitam, dan menurunkan susut bobot. Perlakuan dengan etil
format, menghasilkan kecenderungan kulit yang tetap berwarna merah 3dibandingkan kontrol. Pada konsentrasi etil format 7,7 g/m menghasilkan
susut bobot terendah (3,31%).
e. Pemanfaatan Biomassa Pertanian untuk Pengembangan Bioindustri
Kemasan Ramah Lingkungan (2 Teknologi)
Pemanfaatan limbah pertanian sebagai sumber bahan baku selulosa dapat
dilakukan dalam berbagai aplikasi termasuk sebagai reinforcement filler untuk
kemasan ramah lingkungan. Isolasi selulosa dari bahan baku melalui tahapan yaitu
delignifikasi dan penghilangan hemiselulosa dengan proses panas dan secara kimiawi.
Selulosa yang diperoleh diproses menjadi berukuran nano melalui metode gabungan
fisik dan kimia menggunakan wet milling process.
Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 2
(dua) teknologi, yaitu :1) Teknologi produksi biokomposit dari pati termoplastis untuk
kemasan ramah lingkungan, dan 2) Teknologi produksi biofoam dari biomassa
pertanian untuk kemasan ramah lingkungan.
Teknologi produksi bioplastik dari pati termoplastis untuk kemasan
ramah lingkungan. Pembuatan pati termoplastis (TPS) sebagai bahan
bioplastik menggunakan plastisizer gliserol menghasilkan TPS dengan sifat
mekanis yang lebih baik dan homogen. Bioplastik yang dibuat dari TPS dengan
penambahan nanoselulosa dapat meningkatkan sifat mekanis dan
22 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
permeabilitasnya. Nanoselulosa abaca menghasilkan bioplastik terbaik
dibandingkan nanoselulosa kenaf dan rami ditinjau dari nilai WVTR yang rendah
(2,57 g/m2/24 jam); break strain tertinggi (360%) dan kristalinitas tertinggi
(59,6%).
Teknologi produksi biofoam dari biomassa pertanian untuk kemasan
ramah lingkungan. Penambahan selulosa dan nanoselulosa kenaf
menghasilkan struktur morfologi biofoam yang homogen sehingga memiliki okuat tekan terbaik (16,19% dan 13,57%); melting point tertinggi (95 C) serta
hidrofobisitas yang baik hingga pengamatan pada menit ke-9.
f. Penelitian dan Pengembangan Nano Pertanian Bioindustri
(3 Teknologi)
Aplikasi nanoteknologi dalam pengembangan bioindustri pertanian meliputi
aspek pra-panen dan pascapanen. Aplikasi pada aspek pra-panen yang mendesak
adalah penyediaan pupuk nano dengan daya serap tinggi dan bersifat controlled
release. Perancangan delivery system pupuk dalam matrik berstruktur nano
diharapkan mampu menyediakan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman tanpa
aplikasi berlebihan. Pada aspek pascapanen, pengembangan nanoteknologi
diarahkan pada penyediaan ingredien pangan sehat dan bergizi. Kebutuhan
masyarakat akan pangan sehat dan bergizi dapat dipenuhi dengan fortifikasi
mikronutrien (vitamin dan mineral termasuk asam folat) yang diformulasikan dalam
bentuk premix dan berstruktur nano sehingga memiliki stabilitas simpan serta
bioavailabilitasnya yang tinggi untuk memastikan penyerapannya dalam tubuh sesuai
kebutuhan.
Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 3
(tiga) teknologi, yaitu :1) Pupuk majemuk berbasis nano untuk tanaman padi, 2)
Nano-silika dari limbah sekam padi untuk aplikasi pada industri pangan, dan 3) Premix
nano-nutrien dan nano-bioselulosa dari air kelapa untuk fortifikan pada aneka
pangan.
Pupuk majemuk berbasis nano untuk tanaman padi. Formulasi pupuk
majemuk berbasis nano dilakukan dengan menjerapkan hara nitrogen (N),
kalium (K) dan fosfor (P) pada zeolit berstruktur nano (rata-rata <402nm) yang
berfungsi sebagai penghantar. Produk akhir berupa nano-zeolit N, nano-zeolit P
dan nano-zeolit K yang digunakan sebagai penghantar pupuk/hara N,P,K.
Penggunaan zeolit berukuran rata-rata <402nm dapat meningkatkan retensi N,
23Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
P dan K tiga kali atau lebih tinggi dibandingkan pada zeolit berukuran >80mesh.
Proses aktivasi dan modifikasi dapat meningkatkan retensi N, P dan K hingga 10
kali lebih tinggi. Aplikasi nano-zeolit N dengan dosis 50% menghasilkan tinggi
tanaman, jumlah anakan dan jumlah klorofil padi yang relatif sama
dibandingkan penggunaan dosis N urea 100%.
Nano-silika dari limbah sekam padi untuk aplikasi pada industri pangan.
Teknologi ekstraksi nano-silika dari sekam padi dilakukan dengan metode sol-gel
tanpa melibatkan energi tinggi. Ekstraksi dengan KOH 7% selama 90 menit
menghasilkan rendemen 9,05% dengan whiteness index 93,39, dan kandungan
SiO 94,63%. Kandungan SiO sedikit lebih kecil dari kandungan SiO silika 2 2 2
komersial (95,37%), namun ukuran partikelnya (8,2-23,5 µm) jauh lebih kecil dari
ukuran partikel silika komersial (45,4 µm). Ekstraksi nano-silika dengan metode
pirolisis pada suhu 500-1000°C dengan pembakaran maupun tanpa pembakaran
menghasilkan nanosilika dengan tingkat kemurnian 90,25-96,91%.
Premix nano-nutrien dan nano-bioselulosa dari air kelapa untuk
fortifikan pada aneka pangan. Teknologi premix nano-nutrien
menghasilkan nutrien terenkapsulasi berstruktur nano yang terdiri atas
campuran nutrien vitamin A, zat besi dan folat. Nano-nutrien vitamin A dan zat
besi dibuat melalui proses emulsifikasi dan enkapsulasi dengan enkapsulan
kombinasi maltodekstrin dan whey protein (3:2) dengan rendemen berturut-
turut 89,41% dan 99,19% dan ukuran nanoemulsi 127,2-157,8 nm, sedangkan
nano-nutrien folat dibuat dengan teknik nano-spray drying dengan bahan
enkapsulan maltodekstrin dan whey protein (3:1) dengan rendemen 112%.
Dalam bentuk nanoenkapsulasi, nutrien memiliki stabilitas yang tinggi untuk
aplikasi pada aneka pangan. Nanobioselulosa diproduksi dari limbah air kelapa
melalui proses fermentasi dan fibrilasi mekanis. Teknologi ini menghasilkan
produk nata de coco sebagai matriks bioselulosa yang disintesis dari bahan
yang aman pangan, yaitu sumber nitrogen dari limbah whey tahu sebagai
pengganti pupuk ZA dan vinegar air kelapa sebagai pengatur pH pengganti
asam asetat glasial. Nata de coco yang dihasilkan tersusun dari serat selulosa
berstruktur nano (60-80 nm) yang saling bertumpuk pada arah yang tidak
beraturan. Fibrilasi dengan ultra-fine grinding menghasilkan gel nano-
bioselulosa yang siap untuk diaplikasikan aneka pangan untuk memperkaya
kandungan serat.
24 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
g. Teknologi Pengolahan Beras Fungsional dan Pemanfaatan Hasil Samping
(2 Teknologi)
Salah satu usaha dalam mempertahankan swasembada pangan khususnya
beras, dapat dilakukan dengan meningkatkan rendemen, mutu, dan menekan susut
penggilingan. Untuk meningkatkan rendemen, mutu, dan menekan susut
penggilingan maka perlu perbaikan teknologi penggilingan sehingga dapat
menghasilkan beras berkualitas premium, antara lain dengan perbaikan konfigurasi
proses penggilingan. Teknologi produksi beras IGr yang telah dikembangkan saat ini
menggunakan bahan baku gabah kering giling (GKG). Untuk meningkatkan efisiensi
proses pengolahannya, perlu dikaji peluang penggunaan bahan baku gabah kering
panen (GKP). Penggunaan bahan baku GKP diharapkan lebih efisien karena gabah
tidak perlu dilakukan pengeringan terlebih dahulu tetapi bisa langsung diproses
pratanak.
Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 2
(dua) teknologi, yaitu : 1) Teknologi pengolahan beras indeks glikemik rendah (IGR)
organik, dan 2) Teknolologi pengolahan beras berkualitas (beras premium) dan
pengolahan limbahnya (minyak dedak).
Teknologi pengolahan beras indeks glikemik rendah (IGR) organik. Mutu
beras IGR yang diolah dari bahan baku GKP dan GKG tidak berbeda nyata sehingga
beras IGR dapat diolah dari gabah kering panen (GKP). Penggunaan GKP lebih
efisien karena gabah tidak perlu dilakukan pengeringan terlebih dahulu. Proses opembuatan beras IGR dengan perendaman pada suhu 60 C selama 3 jam yang
odilanjutkan dengan pengeringan pada suhu 45-50 C sebanyak 1 kali menghasilkan
tingkat keretakan beras yang lebih rendah dibandingkan dengan pengeringan 2 kali.
Teknologi pengolahan beras berkualitas (beras premium) dan
pengolahan limbahnya (minyak dedak). Teknologi pembuatan beras
premium dengan konfigurasi proses penggilingan Cleaner-Husker-
Separator-Polisher-Polisher-Grader (C-H-S-P-P-G), yang disertai dengan
pemberian kabut air selama proses penyosohan dan penggantian komponen
penyosoh dengan stailess steel dapat meningkatkan rendemen beras
sebesar 3-4% dan mutu berasnya. Teknologi pembuatan minyak dedak
secara kimiawi menghasilkan rendemen minyak dedak (8,3%) yang lebih
tinggi dibanding secara mekanis (7%). Kadar vitamin E minyak dedak yang
dihasilkan melalui proses kimiawi dan mekanis masing-masing sebesar
110,998 dan 103,834 ppm dan sudah sesuai standar Codex.
25Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
h. Penggandaan Skala Produksi Bioetanol Berbasis Limbah Jagung (1
Teknologi)
Penggunaan bahan berlignoselulosa seperti limbah jagung untuk produksi
bioetanol mendapatkan perhatian khusus terutama untuk mendorong pengembangan
energi terbarukan dan menekan biaya produksi karena harganya murah. Bioetanol
diketahui dapat menjadi campuran bahan bakar kendaraan bermotor dengan
keunggulan nilai angka oktan dan panas penguapan.
Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 1
(satu) teknologi, yaitu : Teknologi produksi bioetanol dari limbah tongkol jagung pada
skala pilot (200 liter). Rendemen bioetanol yang dihasilkan sebesar 16% dengan kadar
etanol 90%. Perhitungan dasar penggandaan skala produksi bioetanol dengan
kapasitas bioreaktor 200 liter, didapatkan volume kerja 65% sebanyak 130 liter, tinggi
cairan fermentasi 0,84 m, diameter tangki bioreaktor 0,44 m dan diameter pengaduk
jenis turbin pipih 0,18 m. Kecepatan agitasi sebesar 66,34 rpm. Hasil analisis finansial
menunjukkan bahwa produksi bioetanol dari tongkol jagung layak dengan nilai Net
B/C = 1,41 pada skala produksi 1.000 liter untuk sekali proses. Waktu pengembalian
modal (Pay Back Period) selama 3 tahun 2 bulan.
Indikator Kinerja 2 : Model Agrobioindustri Terpadu
Indikator kinerja sasaran “Model Agrobioindustri Terpadu” yang ditargetkan
pada tahun 2015 telah tercapai seluruhnya sesuai target (realisasi 100%), yaitu
sebanyak 2 model seperti disajikan pada Tabel 7. Anggaran yang dialokasikan untuk
mencapai indikator kinerja ini sebesar Rp 680.401.000,- sedangkan realisasinya Rp
659.058.300,- (96,86%) yang melibatkan sumberdaya peneliti dan teknisi sebanyak
20 orang.
Indikator kinerja “Model Agrobioindustri Terpadu” merupakan indikator kinerja
baru yang mulai direncanakan pada Renstra BB-Pascapanen 2015-2019 mengacu
Indikator Kinerja Target (model)
Realisasi (model)
Persentase (%)
Model agrobioindustri terpadu 2 2 100
Tabel 7. Target dan realisasi pencapaian indikator kinerja 2 tahun 2015
26 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
pada Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013-2045, Kementerian
Pertanian. Oleh karena itu, tidak ada pembanding capaian kinerjanya pada pada
Renstra 2010-2014 (Tabel 8).
Perbandingan capaian indikator kinerja “Model Agrobioindustri Terpadu” tahun
2015 dengan target pada Renstra 2015-2019 disajikan pada Tabel 9. Realisasi capaian
indikator kinerja “Model Agrobioindustri Terpadu” pada tahun 2015 sebanyak 2 model
atau 16,67% dari total target Renstra tahun 2015 - 2019. Jika dibandingkan dengan
target tahunan Renstra 2015-2019, maka realisasi tahun 2015 sesuai dengan target
(100%) (Tabel 9).
Secara lengkap rincian kegiatan dan output model yang dihasilkan pada
indikator kinerja sasaran “Model Agrobioindustri Terpadu”, sebagai berikut :
a. Model Pertanian Bioindustri Jagung (1 Model)
Model pengembangan pertanian bioindustri berbasis jagung diharapkan
mampu memberikan daya ungkit dan kontribusi nyata dalam upaya mewujudkan
kemandirian pangan. Teknologi penanganan dan pengolahan pascapanen jagung
memegang peran utama dalam memberikan nilai tambah dan daya saing dalam model
pengembangan dimaksud. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun model
Indikator Kinerja Renstra 2010 – 2014
Renstra 2015-2019
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Model agrobioindustri terpadu
Target :
- Teknologi 0 0 0 0 0 2
Realisasi :
- Teknolog i 0 0 0 0 0 2
Tabel 8. Perbandingan capaian indikator kinerja 2 tahun 2015 dengan 2010-2015
Indikator Kinerja
Target Renstra 2015-2019
Realisasi Tahun 2015
Persentase Terhadap (%)
Tahun 2015
Total Tahun 2015
Total
Model agrobioindustri terpadu
2 12 2 100 16,67
Tabel 9. Perbandingan capaian indikator kinerja 2 tahun 2015 dengan target pada
Renstra 2015 -2019
27Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
bioindustri berbasis jagung di sentra produksi jagung (NTT) yang mampu memberikan
kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi tingkat perdesaan.
Target kegiatan ini telah tercapai dengan diperolehnya output 1 (model), yaitu :
Model bioindustri jagung yang menghasilkan grit (berasan jagung) dan tepung jagung
bermutu tinggi. Model bioindustri jagung dibangun di Kec. Kupang Timur, Kab.
Kupang, NTT. Model bioindustri jagung yang dikembangkan meliputi : a) Model
produksi, b) Model ekonomi, dan c) Model kelembagaan. Model produksi bertempat di
bangunan milik KWT Bougenvile yang dinamakan “Rumah Jagung”. Model produksi
dirancang mampu memproduksi grit dan tepung jagung, dengan teknologi dan mesin
pembuatan grit mendapat dukungan dari BB-Pascapanen dan BPTP NTT. Model
ekonomi dengan basis perhitungan setiap 100 kg bahan baku jagung pipilan. Secara
ekonomi, produksi grit dan tepung jagung menguntungan jika harga jualnya Rp
15.000,-. Pada tingkat harga tersebut akan diperoleh : a) Return of investment (ROI)
4,84 %/bulan; b) Titik pulang pokok (BEP) 10.377 kg/tahun; dan c) Keuntungan Rp
3.915/kg. Kelembagaan harus selalu mendapatkan penguatan melalui pembinaan
dari lembaga terkait di daerah, sehingga secara perlahan terus berkembang dan pada
akhirnya model bioindustri jagung ini dapat direplikasi oleh UKM lainnya.
b. Model Pertanian Bioindustri Sagu (1 Model)
Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat mempunyai potensi yang cukup besar
(750.000 hektar luas hutan sagu) untuk mengembangkan bioindustri sagu
berkelanjutan. Namun demikian, sagu sebagai bahan pangan lokal di Kabupaten
Sorong Selatan belum dikembangkan secara optimal, sehingga sering terjadi krisis
pangan. Melalui pengembangan model pertanian bioindustri sagu dapat dihasilkan
bahan baku (pati sagu), produk olahan sagu (mi sagu, gula cair), dan pemanfaatan
limbah untuk energi. Model pertanian bioindustri sagu merupakan pembangunan
kawasan dengan memanfaatkan sumber bahan baku lokal sagu dan limbah hasil
olahan yang diproses menghasilkan produk pangan dan energi yang mempunyai nilai
tambah, ramah lingkungan, dan zero waste untuk kesejahteraan masyarakat
setempat.
Target kegiatan ini telah tercapai dengan diperolehnya output 1 (model), yaitu :
Model pertanian bioindustri sagu di Kabupaten Sorong Selatan. Model bioindustri sagu
berlokasi di Distrik Teminabuan, Kabupaten Sorong Selatan Papua Barat, dibangun
dengan memperhatikan beberapa aspek, antara lain aspek produksi, ekonomi, dan
kelembagaan. Pembangunan model bioindusti ini, diinisiasi oleh pendirian pabrik mini
28 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
plan pati sagu berkapasitas 2 batang per hari. Pabrik mini plan pati sagu berpotensi
meningkatkan pendapatan 3-4 kali lipat dibanding cara produksi pati sagu
konvensional yang dikerjakan oleh masyarakat lokal. Pada pengembangan model
bioindustri sagu ini dilakukan super impose teknologi, yaitu teknologi ekstraksi pati,
pembuatan mi dan papeda serta pembuatan gula cair dan briket. Semua produk
tersebut bersifat marketable sehingga sagu mampu berkontribusi dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Sebagai media promosi dan pemasaran,
pemda setempat telah menyediakan outlet rumah sagu gallery dan resto. Sistem
kelembagaan model bioindustri sagu mendapatkan penguatan melalui pembinaan
dari lembaga terkait di daerah (BPTP, Koperasi, PKK, dan Wanita Gereja) sehingga
secara perlahan dapat terus berkembang dan pada akhirnya dapat direplikasi di lokasi
lainnya.
Indikator Kinerja 3 : Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen
Pertanian
Indikator kinerja sasaran “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan
Pascapanen Pertanian” yang ditargetkan pada tahun 2015 telah tercapai seluruhnya
sesuai target (realisasi 100%), yaitu sebanyak 4 rekomendasi seperti disajikan pada
Tabel 10. Anggaran yang dialokasikan untuk mencapai indikator kinerja ini sebesar Rp
453.533.000,- sedangkan realisasinya sebesar Rp 439.370.715,- (96,88%) yang
melibatkan sumberdaya peneliti dan teknisi sebanyak 32 orang.
Indikator kinerja “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen
Pertanian” juga merupakan indikator kinerja baru pada Renstra BB-Pascapanen 2015
– 2019 sehingga belum ada pembanding capaian kinerjanya pada Renstra 2010 – 2019
(Tabel 11). Indikator kinerja ini sesuai dengan rincian tugas dan fungsi BB-Pascapanen
pada SK Menteri Pertanian No. 36/Permentan/ OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013
tentang Organisasi dan Tata Kerja BB-Pascapanen.
Indikator Kinerja Target (rekomendasi)
Realisasi (rekomendasi)
Persentase (%)
Rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen
pertanian
4 4 100
Tabel 10. Target dan realisasi pencapaian indikator kinerja 3 tahun 2015
29Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Realisasi capaian indikator kinerja “Rekomendasi kebijakan pengembangan
pascapanen pertanian” pada tahun 2015 sebesar 26,67% dari total target pada
Renstra 2015-2019. Dibandingkan dengan target tahunan (tahun 2015) maka jumlah
rekomendasi yang dihasilkan pada tahun 2015 melebihi target (133,33%) (Tabel 12).
Hal ini karena adanya peningkatan target pada dokumen perjanjian kinerja (4
rekomendasi) dibandingkan dengan target pada dokumen Renstra 2015-2019 (3
rekomendasi) karena meningkatnya jumlah anggaran tahun 2015.
Secara lengkap rincian kegiatan dan output rekomendasi yang dihasilkan pada
indikator kinerja sasaran “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen
Pertanian” tahun 2015, sebagai berikut:
1. Analisis Kebijakan Teknologi Pascapanen Berbasis Komoditas Lokal
Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan (1 Rekomendasi)
Beras merupakan bahan pangan sumber kalori (karbohidrat) yang relatif
murah dan mudah didapat. Meskipun produksi pangan (beras) nasional dinyatakan
cukup, namun kasus kekurangan gizi masih terjadi di Indonesia dan beberapa negara
Indikator Kinerja Renstra 2010 – 2014
Renstra 2015-2019
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian
Target :
- Teknologi 0 0 0 0 0 4
Realisasi :
- Teknolog i 0 0 0 0 0 4
Tabel 11. Perbandingan capaian indikator kinerja 3 tahun 2015 dengan tahun 2010-
2014
Indikator Kinerja
Target Renstra 2015-2019
Realisasi Tahun 2015
Persentase Terhadap (%)
Tahun 2015
Total Tahun 2015
Total
Rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian
3 15 4 133,33 26,67
Tabel 12. Perbandingan capaian indikator kinerja 3 tahun 2015 dengan target pada
Renstra 2015 -2019
30 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
di dunia. Kondisi tersebut memberikan peluang besar bagi pemanfaatan komoditas
lokal dalam memberikan kontribusi untuk memperbaiki status gizi masyarakat.
Kementerian Pertanian, telah menyusun peta pangan lokal spesifik yang dapat
digunakan sebagai dasar pengembangan lebih lanjut.
Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 1
(satu) rekomendasi kebijakan, yaitu : Rekomendasi penyediaan dan pemanfaatan
pangan lokal berkelanjutan untuk memperbaiki status gizi masyarakat dan ketahanan
pangan. Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan sebagai berikut : Penyediaan dan
pemanfaatan pangan lokal perlu disinergikan dengan perilaku konsumsi dan tingkat
kemudahan dalam mengaksesnya. Konsumsi pangan lokal perlu didorong pada level
rumah tangga diantaranya dengan cara mengintroduksikan beragam pangan lokal
melalui kuliner. Pangan lokal dikembangkan untuk memenuhi segmen-segmen
khusus sesuai dengan functionality di dalamnya. Partisipasi pelaku usaha sangat
dibutuhkan untuk memfasilitasi akses pangan terhadap pangan lokal. Reorientasi
program riset pertanian/pangan sedemikian rupa sehingga program tersebut juga
mengakomodasi pangan lokal. Penyediaan dan pemanfaatan pangan lokal
didasarkan pada science driven dan demand driving untuk diversifikasi pangan,
peningkatan daya saing dan nilai tambah.
2. Analisis Kebijakan Teknologi Pengendalian Kontaminan Utama untuk
Peningkatan Keamanan Pangan Komoditas Pertanian (2 Rekomendasi)
Pangan yang dikonsumsi sehari-hari merupakan hasil pertanian yang
seharusnya memenuhi kriteria aman, sehat, utuh dan halal. Mutu dan keamanan
pangan berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat. Kontaminan yang
biasa mencemari pangan adalah logam berat, mikotoksin, residu pestisida dan bahan
tambahan pangan. Kontaminan pada pangan telah menjadi isu penting yang banyak
dipakai sebagai alat untuk melindungi kesehatan rakyat sebuah negara dari pangan
impor yang tidak aman. Isu ini juga dipakai sebagai technical barrier untuk menolak
produk dari luar demi memenangkan persaingan perdagangan produk pangan di
sebuah negara. Mengingat pentingnya isu keamanan pangan tersebut maka
diperlukan suatu analisis untuk menentukan kebijakan dalam pengendalian
kontaminan utama, antara lain kontaminan aflatoksin pada biji pala dan logam berat
kadmium pada biji kakao.
Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 2
31Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
(dua) rekomendasi kebijakan, yaitu : 1) Rekomendasi kebijakan pengendalian
mikotoksin (aflaktoksin) pada pala, dan 2) Rekomendasi kebijakan pengendalian
kontaminan logam berat pada kakao.
Rekomendasi kebijakan pengendalian mikotoksin (aflaktoksin) pada
pala. Jenis bahaya yang mengancam selama budidaya dan proses pengolahan
pala adalah bahaya mikrobiologis berupa tumbuhnya jamur penghasil
mikotoksin khususnya aflatoksin, dan juga adanya jamur karena serangan hama
penyakit pada saat budidaya, selain adanya infestasi oleh serangga. Bahaya fisik
antara lain disebabkan kontaminasi kotoran dan benda asing seperti tanah,
debu atau batu. Pengeringan, penyimpanan dan sortasi merupakan tahapan
penting agar kontaminasi dapat dicegah. Pengeringan harus dilakukan dengan
kondisi yang baik, sinar matahari cukup, tempat yang bersih, terhindar dari debu
yang bertebaran (karena dapat meningkatkan penyebaran spora jamur), dan
dijauhkan dari segala serangan insekta dan rodensia. Penyimpanan harus
dilakukan ditempat yang bersih dan kering, sedapat mungkin pada kelembaban
(RH) 70%. Strategi yang tepat bila ditemukan adanya pala yang terkontaminasi
aflatoksin adalah segera memisahkan dan memusnahkan biji pala yang
terkontaminasi dengan cara dibakar atau dikubur dalam tanah.
Rekomendasi kebijakan pengendalian kontaminan logam berat pada
kakao. Logam berat kadmium (Cd) pada kakao berasal baik dari pencemaran
lingkungan maupun dalam proses pengolahan seperti peralatan yang digunakan,
penyimpanan, dan transportasi. Untuk itu diperlukan penerapan prinsip-prinsip
GAP/GHP pada budidaya dan pascapanen kakao, serta menerapkan HACCP pada
proses pengolahannya. Logam berat secara umum masuk ke lingkungan dengan dua
cara, yakni secara natural dan antropogenik (campur tangan manusia). Kondisi alami
terlepasnya logam berat di lingkungan akibat adanya pelapukan sedimen cuaca,
erosi, serta aktivitas vulkanik. Sedangkan terlepasnya logam berat secara
antropogenik akibat aktivitas manusia diantaranya electroplating/pelapisan logam,
pertambangan, peleburan, penggunaan pestisida, pupuk penyubur tanah, dan lain
sebagainya. Untuk itu agar menghindari budidaya kakao dilahan berdekatan dengan
pegunungan dan pabrik metal (misalnya senjata, kendaraan bermotor), mengurangi
penggunaan pestisida yang berlebihan yang akan menimbulkan residu, dan
menghindari atau bebas polusi kendaraan bermotor baik saat budidaya maupun pada
proses pengolahan kakao.
32 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
Rekomendasi kebijakan beras plastik
Dalam upaya menyikapi dan meningkatkan kewaspadaan serta antisipasi terhadap
peredaran beras sintetis, dilakukan pertemuan yang membahas peningkatan
kewaspadaan terhadap beras sintetis. Pertemuan dihadiri perwakilan Eselon I
lingkup Kementerian Pertanian, Badan POM, Dinas Pertanian, BKP Provinsi Jawa
Barat dan BKP Propinsi Banten. Kementerian Pertanian telah menugaskan Badan
Litbang Pertanian dalam hal ini BB Pascapanen untuk meneliti beras plastik dan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan hasil analisis visual dan
pewarnaan May-Grunwald terhadap sampel beras yang diduga tercampur plastik,
keempat sampel memiliki kemiripan yang mengacu kepada karakter beras asli. Dua
sampel beras A dan B tidak mengandung Phtalate dan merupakan beras asli
dengan beras kontrol C (varietas Mekongga).
3. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Varietas Unggul Baru Padi
(1 Rekomendasi)
Pemerintah melalui Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian terus
mengembangkan varietas unggul baru padi yang mempunyai daya hasil dan
produktivitas tinggi sesuai dengan tipe agroekosistem. Meski demikian masih banyak
varietas unggul baru yang belum berkembang di masyarakat. Kelambanan adopsi
terhadap varietas unggul baru tersebut umumnya disebabkan kurangnya informasi
yang diterima oleh masyarakat terhadap sifat-sifat keunggulan yang dimiliki oleh
masing-masing varietas. Deskripsi karakteristik agronomis beberapa varietas unggul
baru telah dirilis oleh Badan Litbang Pertanian, sedangkan sifat fisikokimianya
dikarakterisasi oleh BB-Pascapanen agar dapat memberikan rekomendasi
pemanfaatan padi varietas unggul baru berdasarkan karakteristik fisikokimianya.
Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 1
(satu) rekomendasi kebijakan, yaitu : Rekomendasi pemanfaatan padi varietas unggul
berdasarkan karakteristik fisikokimianya. Rekomendasi kebijakan pengembangan
varietas unggul padi, sebagai berikut :
Berdasarkan tingkat kepulenan nasi beberapa varietas unggul yang sesuai
dikembangkan di daerah yang masyarakatnya menyukai nasi yang pulen (seperti
Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi, Bali dan Lombok), antara lain varietas : Inpari
23, Hipa 18, Inpari 31, Inpara 6, Ciherang, Inpari 28, Inpari 15, Inpari 30,
Ciliwung, Lok Ulo, Inpago 9, Situ Patenggang, IR 66, Inpari 27, Mekongga, Inpara
5, Inpari 16, Inpari 21, Situ Bagendit, Inpari 20, Cigeulis, Inpari 14, Inpari 32,
33Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Inpari 10, Inpari 33, Hipa Jatim 2, Inpari 13, Hipa 8, Inpari 24, Batu tegi, Inpara 2,
Inpago 10, Inpari 17, Hwang Hwuazaan, Sintanur, Inpago 4, Inpari 29, Indra giri,
Inpari 7, Zhongzu, Sarinah, Inpara 1, Inpari 4, PB 42, Inpari 6, Inpago 5, Limboto,
Inpago 8, Way Apo buru, dan Inpari 3.
Berdasarkan kandungan amilosa yang sangat rendah (2-3%) beberapa varietas
padi yang sesuai untuk diolah menjadi produk pasta antara lain varietas Lusi dan
Stail.
Berdasarkan rendemen giling beberapa varietas padi yang potensial untuk
dikembangkan, antara lain : Inpari 13, Inpara 2, Inpago 10, Inpari 17, Sintanur,
Inpari 29, Indra giri, Inpari 7, dan Way Apo Buru.
Indikator Kinerja 4 : Model Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil,
Penanganan Pascapanen Jagung dan Kedelai
Indikator kinerja “Model Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil, Penanganan
Pascapanen Jagung dan Kedelai” yang ditargetkan pada tahun 2015 telah tercapai
seluruhnya sesuai target (realisasi 100%), yaitu sebanyak 1 model seperti disajikan
pada Tabel 13. Anggaran yang dialokasikan untuk mencapai indikator kinerja ini
sebesar Rp 2.500.000.000,- sedangkan realisasinya sebesar Rp 2.434.298.111
(97,37%) yang melibatkan sumberdaya peneliti dan teknisi sebanyak 13 orang.
Indikator kinerja ini terdiri atas 1 (satu) kegiatan, yaitu Model revitalisasi penggilingan
padi kecil (PPK) dan penanganan pascapanen jagung dan kedelai. Dari kegiatan ini
diperoleh sebuah model revitalisasi PPK yang dapat meningkatkan rendemen dan
mutu beras serta model revitalisasi penanganan pascapanen jagung dan kedelai yang
dapat menekan susut hasil. Kegiatan ini merupakan tugas khusus dari Badan Litbang
Pertanian kepada BB-Pascapanen pada tahun 2015 dan menjadi indikator kinerja
tersendiri.
Indikator Kinerja Target
(model)
Realisasi
(model)
Persentase
(%)
Model revitalisasi penggilingan padi
kecil, penanganan pascapanen
jagung dan kedelai
1 1 100
Tabel 13. Target dan realisasi pencapaian indikator kinerja 4 tahun 2015
34 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
Secara lengkap rincian kegiatan dan output yang dihasilkan pada indikator
kinerja sasaran “Model Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil, Penanganan Pascapanen
Jagung dan Kedelai” tahun 2015, yaitu 1 (satu) Model Revitalisasi Penggilingan Padi
Kecil, Penanganan Pascapanen Jagung dan Kedelai.
Strategi kegiatan revitalisasi adalah dengan pendekatan memperbaiki
sebagian dari tahap proses penggilingan untuk menghasilkan beras berkualitas
dengan rendemen yang tinggi, serta dapat menekan susut hasil jagung dan kedelai.
Penggilingan padi yang dipilih adalah penggilingan padi kecil (PPK) yang masih tetap
eksis dalam memproses dan memasarkan hasil gabah petani.
Target kegiatan ini telah tercapai seluruhnya dengan diperolehnya 1 (satu)
model, yaitu: Model revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK) untuk peningkatan
rendemen dan mutu beras serta penanganan pascapanen untuk penurunan susut
hasil jagung dan kedelai.
Model revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK) untuk meningkatkan
rendemen dan mutu beras. Strategi kegiatan revitalisasi adalah memperbaiki
aspek teknologi, keterampilan sumber daya manusia, dan manajemen sistem
kelembagaan PPK. Dari aspek teknologi, perbaikan konfigurasi penggilingan padi
existing dengan konfigurasi yang dianjurkan, yaitu Cleaner-Husker-Separator-
Polisher-Polisher-Grader (C-H-S-P-P-G) dapat meningkatkan rendemen beras
rata-rata dari 59,32% sebelum revitalisasi menjadi rata-rata 66,24% setelah
revitalisasi dan menurunkan susut penggilingan dari rata-rata 5,47% sebelum
revitalisasi menjadi rata-rata 2,05% setelah revitalisasi. Model revitalisasi PPK
telah implementasikan di 7 kabupaten/propinsi yaitu Kabupaten Karawang (Jawa
Barat); Tegal (Jawa Tengah); Lamongan (Jawa Timur); Banyuasin (Sumatera
Selatan); Pulang Pisau (Kalimantan Tengah); Bone (Sulawesi Selatan); dan
Tabanan (Bali).
Model revitalisasi penanganan pascapanen jagung dan kedelai untuk
menekan susut hasil. Revitalisasi penanganan pascapanen jagung dilakukan
dengan memperbaiki proses pemipilan jagung yaitu jagung yang masih berkelobot
(kondisi basah) dan langsung dikeringkan dalam bentuk jagung pipil. Proses ini
dapat mempercepat waktu pengeringan, menurunkan susut dan butir rusak
masing-masing dari 6,44% dan 3,11% sebelum revitalisasi menjadi 5,22% dan
0,49% setelah revitalisasi. Model revitalisasi penanganan pascapanen jagung telah
35Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
dilaksanakan di 3 kabupaten/propinsi yaitu Kab. Soppeng (Sulsel); Kab. Kupang
(NTT); dan Kab. Minahasa (Sulut). Revitalisasi penanganan pascapanen kedelai
dilakukan melalui perbaikan proses pengeringan, yaitu dengan pengeringan
brangkasan. Proses ini dapat mempercepat perontokan dan menurunkan susut hasil
dari 5,48% sebelum revitalisasi menjadi 4,56% setelah revitalisasi. Model
revitalisasi penanganan pascapanen kedelai telah dilaksanakan di 3
kabupaten/propinsi yaitu Kab. Majalengka (Jabar); Kab. Banyuasin (Sumsel); dan
Kab. Grobogran (Jateng).
Outcome BB-Pascapanen
Secara rinci capaian outcome pada tahun 2015 yang dihasilkan dari output
kegiatan tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya, sebagai berikut :
a. Teknologi produksi minuman buah manggis. Unit pengolahan hasil (UPH)
minuman buah manggis yang meliputi gedung dan peralatan pengolahannya
dibangun tahun 2013-2014 dengan dana APBD Propinsi Lampung dan Ditjen P2HP,
dengan menggunakan teknologi yang dihasilkan oleh BB-Pascapanen. UPH yang
dibangun tersebut berlokasi di Gapoktan Sepakat, Kabupaten Tanggamus.
Kapasitas produksi unit ini sebanyak 500 botol minuman setiap hari dengan jenis
minuman yang diproduksi adalah puree buah manggis dan minuman ekstrak kulit
buah manggis.
b. Teknologi produksi saus cabai dan tomat. Unit pengolahan saus cabai dan
tomat di Gapoktan Reje Kumala, Kabupaten Benner Meriah, Aceh dibangun pada
tahun 2014 dengan dana dari Badan Litbang Pertanian. Teknologi pengolahan
saus dan cabai yang diintroduksikan merupakan hasil penelitian BB-Pascapanen.
Namun demikian, unit produksi yang dibangun tersebut tidak hanya untuk
memproduksi saus cabai dan tomat tetapi dapat digunakan untuk memproduksi
aneka olahan lainnya seperti pasta cabai, cabai kering, cabai bubuk, pasta
tomat, sari buah tomat sehingga dalam perkembangan ke depan gapoktan
sangat memungkinkan melakukan diversifikasi produk. Dari analisis kelayakan
finansial menunjukan bahwa usaha pembuatan saos cabai dan tomat cukup
menguntungkan dengan B/C rasio 1,47.
c. Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK). Lokasi revitalisasi PPK dan
kelompok tani/UD yang mendapat bantuan peralatan revitalisasi disajikan pada
Tabel 14. Peralatan revitalisasi PPK yang diintroduksikan di masing-masing
kelompok tani/UD terdiri atas cleaner, separator serta komponen penyosoh
36 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
stainless steel dan pengkabutan air (water polish) untuk melengkapi unit PPK
yang sudah ada. Unit revitalisasi PPK ini telah digunakan oleh kelompok tani/UD
sehingga rendemen mutu beras yang dihasilkan meningkat.
d. Revitalisasi Penanganan Pascapanen Jagung dan Kedelai. Lokasi
revitalisasi penanganan pascapanen jagung dan kedelai dan kelompok tani yang
mendapat bantuan peralatan revitalisasi disajikan pada Tabel 15. Peralatan
revitalisasi jagung yang yang diintroduksikan di masing-masing kelompok tani
terdiri atas mesin pemipil jagung dan pengering, sedangkan peralatan revitalisasi
kedelai terdiri atas perontok kedelai dan pengering. Unit revitalisasi jagung dan
kedelai ini telah digunakan oleh kelompok tani sehingga susut pascapanen jagung
dan kedelai dapat diminimalkan.
Realisasi output sampai akhir TA. 2015 menunjukkan bahwa indikator kinerja
sasaran seluruhnya dapat dicapai dengan hasil baik. Tercapainya kinerja sasaran
No Kelompok Tani/UD Lokasi
1. UD. Jembar Jaya Kec. Karawang Timur, Kab. Karawang, Jawa Barat
2. UD. Mitra Sejahtera Kec. Lebak Siu, Kab. Tegal, Jawa Tengah
3. UD. Sri Muncul Jaya Kec. Kedungpring, Kab. Lamongan, Jawa Timur
4. UD. Sinar Ladang Kec. Tanjung Lago, Kab . Banyuasin, Sumatera Selatan
5. UD. Mujiono Kec. Pande Batu, Kab. Pulang Pisau, Kalimantan Tengah
6. UD. Mutiara Kec. Tanete Riattang Timur, Kab. Bone,Sulawesi Selatan
7. UD. Karyanadi Kec. Tabanan, Kab . Tabanan, Bali
Tabel 14. Kelompok tani/UD yang telah menggunakan unit revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK)
No Kelompok Tani Lokasi
Jagung
1. Maka Aruyen Kec. Tondano Utara, Kab. Minahasa, Sulawesi Utara
2. Ale Marajae Kec. Lilirilau, Kab. Soppeng, Sulawesi Selatan
3. Bougenvil Kec. Kupang Timur, Kab. Kupang, NTT
Kedelai
4. Jangkar Kec. Jatiwangi, Kab. Majalengka, Jawa Barat
5. Sido Rukun Kec. Ngaringan, Kab. Grobogan, Jawa Tengah
6. Sido Makmur A. Kec. Air Saleh, Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan
Tabel 15. Kelompok tani yang telah menggunakan unit revitalisasi penanganan pascapanen jagung dan kedelai
37Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
yang telah ditetapkan dipengaruhi baik oleh faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi, antara lain :
a. Diterapkannya monitoring dan evaluasi kegiatan secara periodik, mulai tahap
perencanaan hingga tahap akhir sehingga fungsi pengawasan pada setiap
tahapan kegiatan berjalan dengan baik.
b. Sarana dan prasarana penelitian serta sumberdaya anggaran cukup memadai
untuk mendukung kegiatan penelitian, seperti laboratorium, perpustakaan,
pengolah data, jaringan internet, dan lain-lain.
c. Tata kelola yang selaras dengan standar manajemen ISO 9001:2008, SNI ISO/IEC
17025:2008, dan manajemen penelitian Komite Nasional Akreditasi Pranata
Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP).
Faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan penelitian
diantaranya adalah telah terjalinnya komunikasi dan koordinasi dengan instansi
terkait, baik di lingkup Kementerian Pertanian maupun dengan kementerian lain serta
Pemerintah Daerah. Hal ini memudahkan dalam pengumpulan data dan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian.
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian kinerja
sasaran, beberapa kendala yang menjadi hambatan pada pelaksanaan kegiatan,
antara lain :
a. Bahan baku yang diperlukan pada beberapa kegiatan penelitian ketersediaannya
sangat tergantung pada musim panen,
b. Pengadaan bahan yang harus inden dan sulit didapat sehingga perlu waktu yang
agak lama,
c. Jadwal pemakaian beberapa peralatan laboratorium dan analisis sangat padat
sehingga terjadi antrian pemakaian.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi hambatan dan
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ke depan, yaitu :
a. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan kegiatan secara cermat,
b. Mempertimbangkan musim panen dan memprioritaskan pendanaan pada kegiatan
penelitian yang memiliki musim panen kritis (panen awal dan akhir tahun
anggaran),
c. Meningkatkan kompetensi SDM peneliti dan teknisi dalam rangka pencapaian
sasaran mutu yang diharapkan,
d. Menyusun analisis dan penanganan risiko secara cermat untuk mengantisipasi
kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan kegiatan.
38 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
Kegiatan penunjang penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian
adalah diseminasi inovasi teknologi pascapanen pertanian dan kerjasama.
Balitbangtan dan UK/UPT dibawahnya mengacu kepada Sistem Diseminasi Multi
Channel (SDMC) dalam menyebarluaskan hasil-hasil penelitiannya. Artinya
penyebarluasan hasil-hasil penelitian yang menonjol kepada para penggunanya
dilakukan melalui berbagai channel komunikasi seperti pembuat kebijakan di pusat
dan daerah, penyuluh, petani, swasta serta melalui berbagai kegiatan seperti
publikasi, ekspose/pameran, seminar ilmiah, dan kerjasama.
Kegiatan diseminasi yang dilaksanakan BB-Pascapanen selama tahun 2015,
antara lain melalui : a) Pengelolaan dan Pengembangan Publikasi, b) Pengembangan
dan Tindaklanjut Kerjasama Litbang Pascapanen serta Partisipasi
Ekspose/Pameran/Gelar Teknologi, c) Pengelolaan Gerai Inovasi Pascapanen, d)
Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi Upsus PJK,
TSP dan TTP, e) Dukungan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri, dan f) Seminar
Internasional.
a. Pengelolaan dan Pengembangan Publikasi
Capaian output kegiatan pengelolaan dan pengembangan publikasi (ilmiah,
semi populer dan populer) tahun 2015, yaitu :
1. Jurnal Pascapanen Pertanian sebanyak 1 Volume dengan 3 Nomor, yaitu Volume
12 No. 1, 2 dan 3 (realisasi 100%),
2. Buku Inovasi Teknologi Pascapanen Pertanian Bioindustri, 500 eksemplar (realisasi
100%),
3. Penerbitan buku sebanyak 2 judul yang terdiri atas : 1) Buku Laporan Tahunan
2014, dan 2) Buku Laporan Kinerja 2010-2014 (realisasi 100%),
4. Leaflet/brosur teknologi sebanyak 15 judul (realisasi 100%),
5. Poster teknologi sebanyak 15 judul (realisasi 100%),
6. Pembuatan Baliho sebanyak 2 buah (realisasi 100%),
7. Burning CD Buku Inovasi Teknologi Pascapanen Pertanian Bioindustri, 500 keping
(realisasi 100%),
8. Pelaksanaan seminar berkala/bulanan 10 kali (realisasi 100%)
9. Pengelolaan website 1 paket (realisasi 100%)
10. Pengelolaan perpusatakaan digital 1 paket (realisasi 100%)
11. Blocking space 10 halaman Majalah Sains Indonesia edisi September 2015.
Kinerja Lainnya : Diseminasi Teknologi, Kerjasama dan Penghargaan
39Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
b. Pengembangan dan Tindaklanjut Kerjasama Litbang Pascapanen serta
Partisipasi Ekspose/Pameran/Gelar Teknologi
Kegiatan tindaklanjut kerjasama litbang pascapanen yang telah dilaksanakan,
yaitu : a) Penerapan teknologi pengolahan cabai dan tomat di Kab. Bener Meriah,Aceh,
berupa pendampingan teknologi dan pengurusan sertifikasi produksi pangan industri
rumah tangga (PIRT) dan sertifikat halal, b) Verifikasi kegiatan kerjasama teknologi
beras indeks glikemik rendah (IGR), c) Pendampingan teknologi penyosohan jagung
dengan Pemda NTT, dan d) Pendampingan pengembangan bioindustri di Kabupaten
Karawang.
Pada tahun 2015, BB-Pascapanen berpartisipasi dalam 14 kegiatan
ekspose/pameran/gelar teknologi. Selain itu, BB-Pascapanen juga melaksanakan
bimbingan teknis dan menerima kunjungan dari berbagai instansi, mitra swasta
maupun petani. Ke-14 kegiatan gelar teknologi/ekspose/pameran yang telah diikuti,
yaitu : a) Mini Expo di Kemenkop, b) Jakarta Food Security Summit-3 (JFSS) di JCC, c)
Gelar Teknologi dan Pengolahan Hasil Pertanian, d) Mini Expo South-South
Cooperation, e) Gelar Teknologi Agrinex 2015, f) Pekan Inovasi Sumatera Utara, g)
Bogor Expo, h) Hari Susu Nusantara, i) Pameran dalam rangka Panen Raya Jagung,
Lamongan, j) Pameran Ritech Expo 2015 dalam Rangka Memperingati Hakteknas Ke-
20, k) Agro Inovasi Fair 2015, l) Kipnas XI dan Indonesian Science Expo (ISE) 2015,
m) Hari Pangan Sedunia ke-35, n) Gelar Teknologi Pertanian Modern di Subang.
c. Pengelolaan Gerai Inovasi Pascapanen
Gerai inovasi berfungsi sebagai suatu media pusat informasi dan outlet untuk
promosi produk-produk inovasi dan sekaligus produk yang telah dikembangkan
bersama mitra binaan. Promosi untuk meningkatkan peran gerai telah dilakukan
melalui media internet dan media sosial (website, facebook, instagram dan twitter),
temu forum wartawan (forwatan), dan promosi langsung dengan masyarakat.
Optimalisasi melalui sistem diseminasi tersebut sudah mendapat respon masyarakat
namun masih perlu ditingkatkan. Kegiatan lain yang dilakukan adalah menjaring mitra
produsen tepung lokal maupun olahannya di Kabupaten Ciamis yakni KWT Sinar
Berkah dan KWT Puncak Asri untuk tepung ganyong, tepung mocaf, tepung ubi, dan
tepung lokal lainnya. Mitra produsen produk olahan tepung lokal yakni Nana mie,
Nanda Cake, Eat Me, Desaqu, dll.
40 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
d. Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan
Teknologi Upsus, TSP dan TTP
Dalam rangka mendukung program swasembada pangan, Kementerian
Pertanian melakukan Upaya Khusus (Upsus) untuk peningkatan produksi pertanian
khususnya padi, jagung, dan kedelai. Pada tahun 2015, BB-Pascapanen mendapat
tugas untuk melaksanakan kegiatan sebagai Tim Pembina Pusat Upsus di Propinsi
Sulawesi Utara. Kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai Tim Pembina Upsus Pusat,
sebagai berikut : a) Merencanakan operasional kegiatan peningkatan produksi padi,
jagung dan kedelai, perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya, b)
Melaksanakan validasi calon petani dan calon lokasi rehabilitasi jaringan irigasi, c)
Melaksanakan supervisi dan pendampingan Satuan Kerja Perangkat Daerah pelaksana
program Upsus, dan d) Menyusun laporan secara periodik setiap bulan.
Pada tahun 2105, Badan Litbang Pertanian mengembangkan 1-NTSTP, 5 TSP
dan 17 TTP. BB-Pascapanen mendapat tugas menjadi penanggungjawab
pembangunan TTP Banturung di Kalimantan Tengah bersama dengan BPTP
Kalimantan Tengah. Selain menjadi penanggung jawab, BB-Pascapanen juga
melakukan pendampingan di lokasi TTP lainnya (TSP Balingtan Jawa Tengah; TSP
Natar, Lampung; TSP Cirebon, Jabar; TTP Kabupaten Bogor, Jabar; TTP Garut, Jabar;
TTP Tegal, Jawa Tengah; TTP Pacitan dan Lamongan, Jatim; TTP Tanah Laut, Kalsel;
TTP Timor Tengah Utara, NTT). Kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai
Penanggungjawab TTP Banturung bersama BPTP Kalteng, sebagai berikut : a)
pembangunan sarana dan prasarana TTP Center, dan b) menyiapkan tenaga
terampil/SDM petani yang mandiri.
e. Kegiatan Kerjasama
Kegiatan rintisan kerjasama merupakan bagian dari proses alih teknologi.
Beberapa rintisan kerjasama yang telah dilakukan pada TA. 2015, sebagai berikut : a)
Rintisan kerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan, Kabupaten Karawang; b)
Rintisan kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada tentang penelitian berbasis
teknologi nano; c) Rintisan kerjasama dengan PT. Sinar Mas mengenai alih teknologi
fortifikasi nano vitamin A dan nano minyak pala sebagai bahan preservative; d)
Rintisan kerjasama dengan Universitas Sahid; e) Rintisan kerjasama dengan
Universitas Djuanda Bogor; f) Rintisan kerjasama dengan Universitas Trilogi tentang
pemanfaatan fasilitas laboratorium praktek mahasiswa; g) Rintisan kerjasama dengan
41Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Kementerian Pertanian dan Perikanan, Timor Leste, yang difasilitasi oleh Japan
Internasional Cooperation Agency; h) Rintisan kerjasama dengan Dinas Pertanian
Kabupaten Lamongan tentang kegiatan penelitian sorgum; dan i) Rintisan Kerjasama
dengan CIRAD Perancis.
Pada tahun 2015, BB-Pascapanen telah memiliki MoU atau Naskah Perjajian
Kerjasama, yang terdiri atas : a) Kerjasama dengan Kementerian Riset dan Teknologi
melalui program Insentif Riset Nasional (InSinas); b) Kerjasama dengan Kementerian
Riset dan Teknologi melalui Kelembagaan Pusat Unggulan Iptek; c) Kerjasama dengan
Badan Litbang Pertanian melalui program Kerjasama Kemitraan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Nasional (KKP3N); d) Kerjasama dengan Badan Litbang
Pertanian melalui dana kemitraan; e) Perjanjian kerjasama lisensi dengan PT. Kalbe
Farma, Tbk tentang teknologi pendeteksi cepat total mikroba pada susu segar (Stick
Test Kit); f) Perjanjian kerjasama dengan Asisten Deputi Urusan Produktivitas dan
Mutu Kemenkop dan UKM tentang penerapan teknologi tepat guna; g) Perjanjian
kerjasama dengan PT. Agri Mandiri Lestari tentang pemanfaatan laboratorium
pengujian untuk analisis mutu sesuai SNI; h) Perjanjian kerjasama dengan Dinas
Pertanian Kabupaten Sorong Selatan tentang pengembangan pemanfaatan sagu
untuk pemberdayaan masyarakat lokal; i) Perjanjian kerjasama dengan KPRI
Pascapanen tentang pemanfaatan hasil BB-Pascapanen; dan j) Perjanjian kerjasama
dengan PT. Gluten Free Indonesia tentang penerapan teknologi produksi tepung
sorgum.
f. Seminar Internasional
BB-Pascapanen bekerjasama dengan Kemenristekdikti dan FAO
menyelenggarakan International Workshop and Conference on Agricultural
Postharvest Handling and Processing dengan tema Reducing Food Losses and
Waste pada tanggal 18-19 November 2015. Acara ini dibuka secara resmi oleh
Sekretaris Balitbangtan yang didampingi oleh Plt. Kepala BB-Pascapanen dan
perwakilan dari FAO. Pada international workshop ini, menghadirkan 5 pembicara dari
luar negeri yaitu : IRRI, Philippines; CIRAD Perancis; FAO Asia; RDA, Republik Korea
dan 7 pembicara dari dalam negeri, yaitu : Unila Lampung; PT. Hero/Giant; PATPI; dan
BB-Pascapanen). Selain makalah utama yang dipresentasikan pada plenary session,
juga terdapat 20 makalah pendukung yang dipresentasikan pada parallel session, dan
38 makalah yang dipresentasikan melalui poster session. International workshop ini
dihadiri oleh 200 peserta.
42 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
g. Pertemuan Koordinasi dengan Instansi Terkait
Selama tahun 2015, BB-Pascapanen telah berpartisipasi dan berkontribusi aktif
dalam pertemuan koordinasi dengan berbagai instansi terkait. Kegiatan pertemuan
koordinasi dengan instansi terkait yang cukup penting, sebagai berikut : a)
Pembahasan First Draft AseanFood Safety Policy (Ditjen P2HP); b) Kegiatan
koordinasi dalam rangka upaya khusus (Upsus) pencapaian swasembada padi, jagung
dan kedelai; c) Konsolidasi data nasional kapasitas penelitian/kajian ilmiah keamanan
pangan (BPOM); d) Koordinasi Kegiatan PUI (BPPT); e) Rapat penyusunan rencana
Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil yang akan dilakukan oleh Ditjen P2HP; f) Rapat
Koordinasi penyusunan Tim dan Suvei lapang kegiatan ASP dan ATP (Kalimantan
Selatan dan Tengah); g) Rapat pembahasan mekanisme koordinasi dalam rangka
kewaspadaan dan penanggulangan masalah keamanan pangan; h) Rapat
Pembahasan Posisi Delri untuk sidang ke 9 CCCF (BPOM); i) Rapat Koordinasi dan
Evaluasi Pimpinan Kelembagaan (Sulawesi Utara); j) Konsolidasi tindak lanjut kegiatan
Upsus (Sulawesi Utara); Koordinasi Agro Techno Park (ATP) (Palangkaraya); k)
Rencana Baseline Survey ATP Kalsel (Kab. Tapin dan Tanah Laut) dan Laboratorium
Lapang Sumatera Utara, Kawasan Industri Pertanian Terpadu Sei Temiang Batam.
Selain itu pertemuan koordinasi antar instansi, banyak permintaan kepada BB-
Pascapanen sebagai nara sumber teknologi dari berbagai instansi terkait. Kegiatan
cukup penting, sebagai berikut : a) Nara sumber Focus Group Discussion Positioning
Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) ke Depan; b)
Seminar Jakarta Food Security Summit (JFSS) ke-3; c) Pembahasan Draft Perpres
Sistim Keamanan Pangan Terpadu; d) Rapat Kerja BB-Biogen; e) Finalisasi posisi
DELRI untuk sidang ke 9 CCCF; f) Rapat FGD Ubi Kayu; g) Pertemuan koordinasi
teknologi penelitian cabai; h) Nara sumber pelatihan peningkatan diplomasi dan
negosiasi Badan Litbang Pertanian; i) Pertemuan Wrap upmeeting MTR dan 5th ISM –
SMARTD; j) Pertemuan Anggota Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman
Indonesia (GAPMMI); k) Rapat koordinasi geospasial dan analisis system (IGAS); l)
Mewakili Mentan untuk presentasi makalah pada acara seminar Kemandirian Pangan
Menyongsong AEC; m) Nara sumber cara penanganan pascapanen kedelai; n)
Pembahasan draft peraturan presiden tentang pelaksanaan keamanan pangan
terpadu (BPOM); o) Rapat penyusunan panduan ECOP laboratorium dan infrastruktur
Balitbangtan; p) Rapat Bilateral Balitbangtan dengan IRRI; q) Rapat Penyusunan
Rencana Pembangunan Kawasan Otorita Pangan Merauke.
43Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
h. Penetapan BB-Pascapanen sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI)
Pengembangan Pusat Unggulan Iptek (PUI) yang dilaksanakan oleh
Kemenristekdikti bertujuan untuk memperkuat kelembagaan iptek. Penguatan
kelembagaan iptek merupakan langkah penting dalam penguatan sistem inovasi
nasional agar lembaga iptek dapat berkinerja tinggi dengan menghasilkan inovasi
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas adopsi pengguna teknologi
(masyarakat, industri, dan pemerintah). BB-Pascapanen merupakan salah satu
lembaga litbang yang telah dibina oleh Kemenristekdikti sejak bulan Desember 2014
untuk menjadi Pusat Unggulan Iptek. Pada tanggal 15 Desember 2015, setelah
melalui penilaian yang sangat ketat, BB-Pascapanen berhasil diakui dan ditetapkan
sebagai Pusat Unggulan Iptek oleh Kemenristekdikti dalam bidang teknologi
pascapanen pertanian. Penghargaan ini diharapkan mampu mendorong BB-
Pascapanen untuk turut berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
3.3. Akuntabilitas Keuangan
Pencapaian kinerja akuntabilitas keuangan BB-Pascapanen berhasil dengan
baik dalam mendukung pencapaian sasaran yang ditargetkan. Untuk membiayai
operasional, BB-Pascapanen pada tahun 2015 mendapat anggaran sebesar Rp
32.214.907.000,-. Selama TA. 2015, DIPA BB-Pascapanen mengalami revisi sebanyak
5 (lima) kali, namun revisi yang merubah pagu anggaran sebanyak 2 (dua) kali. Pada
perubahan pagu anggaran yang pertama, BB-Pascapanen mendapat tambahan
anggaran dari pagu awal sebesar Rp 30.718.907.000,- menjadi Rp 32.568.907.000,-.
Hal ini karena BB-Pascapanen mendapat tugas tambahan untuk melaksanakan
kegiatan strategis, yaitu : 1) Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan
Dukungan Teknologi Upsus, TSP dan TTP, dan 2) Model revitalisasi PPK serta
penanganan pascapanen jagung dan kedelai. Pada perubahan pagu anggaran yang
kedua terjadi pengurangan anggaran dari Rp 32.568.907.000,-menjadi Rp
32.214.907.000,-. Perubahan tersebut karena adanya pengurangan anggaran untuk
pembayaran tunjangan kinerja.
Belanja dalam rangka operasional kegiatan BB-Pascapanen dilakukan dengan
mempertimbangkan prinsip efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya seluruh
kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Pagu anggaran BB-
Pascapanen dialokasikan untuk belanja pegawai Rp 10.069.679.000,- (31,26%),
44 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
belanja barang Rp 17.536.728.000,- (54,44%), dan belanja modal Rp 4.608.500.000,-
(14,31%). Belanja barang terdiri atas belanja barang non operasional Rp
12.885.228.000,- (40,00%) dan belanja barang operasional Rp 4.651.500.000,-
(14,44%). Realisasi anggaran yang berhasil diserap untuk membiayai seluruh
kegiatan BB-Pascapanen sampai dengan 31 Desember 2015 sebesar Rp
31.242.108.343,- (96,98%), dengan realisasi per jenis belanja masing-masing
belanja pegawai Rp 9.873.292.403,- (98,05%), belanja barang Rp 16.787.622.942,-
(95,73%), dan belanja modal Rp 4.581.192.998,- (99,41%). Realisasi belanja barang
sebesar Rp 16.787.622.942, terdiri atas belanja barang non operasional sebesar Rp
12.309.361.388,- dan belanja barang operasional sebesar Rp 4.478.261.554,-
Pagu dan realisasi anggaran tahun 2015 untuk masing-masing indikator
kinerja yang ada pada perjanjian kinerja (PK) disajikan pada Tabel 16. Realisasi
anggaran untuk masing-masing indikator kinerja tersebut cukup tinggi yang berkisar
antara 96,86-98,39%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan output yang direncanakan dapat dihasilkan dengan baik.
45Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Sasaran Indikator Kinerja/
Kegiatan Anggaran
(Rp)
Realisasi s/d 31 Desember 2015
Rp %
Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio -Industri
Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan, antara lain melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika
Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)
2.693.477.000 2.650.119.160 98,39
Model agrobioindustri terpadu
680.401.000 659.058.300 96,86
Rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian
453.533.000 439.370.715 96,88
Model revitalisasi penggilingan padi kecil, penanganan pascapanen jagung dan kedelai
2.500.000.000 2.434.298.111 97,37
Tabel 16. Pagu dan realisasi anggaran BB-Pascapanen tahun 2015 masing-masing indikator kinerja
Sesuai mandat, BB-Pascapanen selain mendapatkan anggaran dari APBN, juga
menerima pendapatan PNBP fungsional dari jasa layanan laboratorium. Penerimaan
PNBP fungsional BB-Pascapanen tahun 2011-2014 berkisar antara Rp 780.104.200-
Rp 1.672.342.288,- atau 78,01-418,1% dari target PNBP. Pada tahun 2015, target
PNBP fungsional sebesar Rp 1.000.000.000,- sedangkan realisasinya sampai dengan
31 Desember 2014 baru mencapai Rp 883.986.000,- (88,40%) sehingga target PNBP
tidak tercapai. Penyebab tidak tercapainya target PNBP tersebut antara lain
disebabkan oleh permintaan jasa analisis dari customer banyak terjadi menjelang
akhir tahun anggaran dan pembayarannya banyak yang terlambat sehingga
mengganggu pencapaian target. Oleh karena itu, disarankan agar pembayaran jasa
analisis laboratorium dilakukan dimuka.
46 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
47Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
BAB IV
PENUTUP
Pada Renstra 2015‐2019, BB-Pascapanen telah menetapkan satu sasaran
yang akan dicapai. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut diukur dengan empat
indikator kinerja sasaran, yaitu : a) Teknologi Pascapanen (Penanganan dan
Pengolahan), b) Model Agrobioindustri Terpadu, c) Rekomendasi Kebijakan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, dan d) Model Revitalisasi Penggilingan Padi
Kecil, Penanganan Pascapanen Jagung dan Kedelai. Berdasarkan hasil pengukuran
kinerja dengan membandingkan antara target dan capaian, seluruh indikator kinerja
sasaran tersebut dapat dicapai dengan kategori berhasil (capaian 100%). Hal
tersebut menunjukkan bahwa BB-Pascapanen telah melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan baik.
Indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan
Pengolahan)” berhasil memperoleh 16 teknologi sesuai target, yang meliputi : a)
Teknologi produksi gula cair dari sorgum manis skala pilot (50 liter); b) Teknologi
produksi gula cair dari patibiji sorgum manis skala pilot (50 liter); c) Teknologi
fermentasi untuk peningkatan flavour kakao; d) Teknologi pengolahan kakao (bubuk
dan cokelat bar); e) Teknologi produksi starter siap pakai yoghurt probiotik; f)
Teknologi produksi yoghurt powder probiotik diperkaya nano vitamin A; g) Teknologi
pengolahan pisang off grade; h) Teknologi penanganan segar rambutan untuk
ekspor; i) Teknologi produksi biokomposit dari pati termoplastis untuk kemasan
ramah lingkungan; j) Teknologi produksi biofoam dari biomassa pertanian untuk
kemasan ramah lingkungan; k) Pupuk majemuk berbasis nano untuk tanaman padi; l)
Nano-silika dari limbah sekam padi untuk aplikasi pada industri pangan; m) Premix
nano-nutrien dan nano-bioselulosa dari air kelapa untuk fortifikan pada aneka
pangan; o) Teknologi pengolahan beras indeks glikemik rendah (IGR) organik; p)
Teknolologi pengolahan beras berkualitas premium dan pengolahan limbahnya; dan
q) Teknologi produksi bioetanol dari limbah tongkol jagung pada skala pilot (200 liter).
Indikator kinerja sasaran “Model Agrobioindustri Terpadu” berhasil
memperoleh 2 model sesuai target, yang meliputi : a) Model bioindustri jagung yang
menghasilkan grit (berasan jagung) dan tepung jagung bermutu tinggi; dan b) Model
pertanian bioindustri sagu di Kabupaten Sorong Selatan.
Indikator kinerja sasaran “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan
Pascapanen Pertanian” berhasil memperoleh 4 rekomendasi kebijakan sesuai target,
yang meliputi : a) Rekomendasi penyediaan dan pemanfaatan pangan lokal
berkelanjutan untuk memperbaiki status gizi masyarakat dan ketahanan pangan; b)
Rekomendasi kebijakan pengendalian mikotoksin (aflaktoksin) pada pala; c)
Rekomendasi kebijakan pengendalian kontaminan logam berat pada kakao; dan d)
Rekomendasi pemanfaatan padi varietas unggul berdasarkan karakteristik
fisikokimianya.
Indikator kinerja sasaran “Model Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil,
Penanganan Pascapanen Jagung dan Kedelai” berhasil memperoleh 1 model sesuai
target, yaitu : Model revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK) untuk peningkatan
rendemen dan mutu beras serta penurunan susut hasil jagung dan kedelai.
Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut didukung oleh berbagai faktor,
yaitu sumberdaya manusia (peneliti dan teknisi) sebagai penghasil teknologi,
sumberdaya sarana dan prasarana penelitian serta sumberdaya anggaran. Dari aspek
tata kelola, BB-Pascapanen telah menyelaraskan sistem manajemennya dengan
standar manajemen penelitian yang ditetapkan oleh Komite Nasional Akreditasi
Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) untuk meningkatkan jaminan mutu
hasil litbang, termasuk didalamnya aspek monitoring dan evaluasi.
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan, terdapat beberapa
kendala yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan, antara lain :
a) Ketersediaan bahan baku penelitian yang sangat tergantung pada musim panen;
b) Pengadaan bahan kimia spesifik yang sulit diperoleh dan harus inden sehingga
perlu waktu yang agak lama; dan c) Jadwal pemakaian beberapa peralatan
laboratorium dan analisis sangat padat sehingga terjadi antrian pemakaian.
Beberapa kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan telah
diupayakan untuk diatasi, dan langkah-langkah yang telah ditempuh tersebut dapat
dijadikan langkah antisipatif dalam mengatasi hambatan dan kendala yang mungkin
dihadapi pada pelaksanaan kegiatan tahun mendatang. Langkah-langkah yang telah
dilaksanakan tersebut, yaitu : a) Merencanakan dan mempersiapkan kegiatan secara
cermat; b) Mempertimbangkan musim panen dan memprioritaskan pendanaan pada
kegiatan penelitian yang memiliki musim panen kritis (panen awal dan akhir tahun); c)
Meningkatkan kompetensi SDM peneliti dan teknisi dalam rangka pencapaian sasaran
mutu yang diharapkan; dan d) Menyusun analisis dan penanganan risiko secara
cermat untuk mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin terjadi selama
pelaksanaan kegiatan.
48 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
LAMPIRAN
49Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
50 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
BAG
IAN
TATA U
SAH
A
SU
BBAG
RU
MAH
TAN
GG
A D
AN
PERLE
NG
KAPAN
KELO
MPO
K J
ABATAN
FU
NG
SIO
NAL
KE
PA
LA
BB
-PA
SC
AP
AN
EN
SU
BBAG
KEPEG
AW
AIA
N
SU
BBAG
KEU
AN
GAN
BID
AN
G P
RO
GRAM
DAN
EVALU
ASI
BID
AN
G K
ERJA
SAM
A D
AN
PEN
DAYAG
UN
AAN
HASIL
PEN
ELI
TIA
N
SEKSI
KERJA
SAM
A
SEKSI
PEN
DAYAG
UN
AAN
H
ASIL
PEN
ELI
TIA
NSEKSI
PRO
GRAM
SEKSI
EVALU
ASI
La
mp
ira
n 1
. S
tru
ktu
r O
rga
nis
asi
BB
-Pa
sca
pa
ne
n
51Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
No Jabatan Fungsional
Pendidikan Jumlah
S3 S2 S1 SM/D3 SLA < SLA
1. Peneliti 12 33 12 57
2. Teknisi Litkayasa - - 1 9 8 - 18
3. Arsiparis - - - - 1 - 1
4. Pustakawan - - 1 - - - 1
5. Fungsional Umum - 1 12 1 35 6 55
6. Struktural - 4 1 - - - 5
Jumlah 12 38 27 10 44 6 137
No. Jabatan
Fungsional 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Peneliti Utama 12 9 8 10 10 9
2. Peneliti Madya 21 21 17 14 16 14
3. Peneliti Muda 6 8 15 15 15 17
4. Peneliti Pertama 18 17 13 18 18 16
5. Peneliti Non Klas 11 12 8 0 0 0
Total 68 67 61 57 59 56
Lampiran 2. Sumberdaya Manusia dan Anggaran BB-Pascapanen
a. Jumlah pegawai BB-Pascapanen tahun 2015 berdasarkan pendidikan dan jabatan fungsional
b. Jumlah peneliti berdasarkan jabatan fungsional periode 2010-2015
Tahun DIPA BB-Pascapanen
(Rp)
Kerjasama (Rp)
2010 15.964.929.000,- 1.686.474.636,-
2011 17.950.140.000, - 2.186.224.273,-
2012 20.101.287.000, - 1.900.000.000,-
2013 44.294.770.000,- 2.212.691.000,-
2014 28.994.602.000,- 2.612.525.000,-
2015 32.214.907.000, - 2.501.872.000,-
c. Anggaran DIPA BB-Pascapanen dan kerjasama TA. 2010-2015
52 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
La
mp
ira
n 3
. R
en
ca
na
Kin
erj
a T
ah
un
an
Ta
hu
n 2
01
5.
53Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Lampiran 4. Perjanjian Kinerja Tahun 2015
54 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
55Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Lampiran 5. Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2015
56
Realisasi s/d 31 Des.
2015
Rp (000) %
Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio -Industri
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
1. Laporan Pengelolaan Satker 12 Lap
- Perencanaan Program dan
Penyusunan Anggaran
411.633 402.533 97,79
- Monev dan Sistem
Pengendalian Intern
165.000 163.123 98,86
- Rapat Kerja, Koordinasi
Institusional, Pengelolaan
Kelembagaan Kelti, Anjak
Litbang Pascapanen dan
Koordinasi Penugasan Peneliiti
1.132.498 1.103.101 97,40
- Pembinaan Organisasi dan
Ketatausahaan
1.438.958 1.191.639 82,81
2. Laporan Pelaksanaan
Diseminasi Teknologi
7 Lap
- Pelaksanaan Diseminasi
Teknologi Litbang Pascapanen
5.838.855 5.629.688 96,42
3. Laporan Pengembangan
Kerjasama
1 Lap
- Pelaksanaan Kerjasama
Litbang Pascapanen Pertanian
70.873 70.729 99,80
4. Jumlah Teknologi Pascapanen
(Penanganan dan Pengolahan)
16
Teknologi
- Teknologi Pascapanen
(Penanganan dan
Pengolahan)
2.693.477 2.650.119 98,39
5. Jumlah Model Agrobioindustri
Terpadu
2 Model
- Model Agrobioindustri
Terpadu
680.401 659.058 96,86
6. Jumlah Rekomendasi Kebijakan
Pengembangan Pascapanen
Pertanian
3
Rekomen-
dasi
- Rekomendasi Kebijakan
Pengembangan Pascapanen
Pertanian
453.533 439.371 96,88
Pagu
Anggaran
(Rp 000)
No Program/Kegiatan/
Output Volume
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
No Program/Kegiatan/
Output Volume
Pagu
Anggaran
(Rp 000)
Realisasi s/d 31 Des.
2015
Rp (000) %
7. Layanan Perkantoran 12 Bulan
- Pelaksanaan Layanan
Perkantoran Litbang
Pascapanen
14.721.179 14.351.554 97,49
8. Kendaraan Bermotor 2 Unit
- Kendaraan Diinas Roda -3 60.600 60.490 99,82
8. Perangkat Pengolah Data dan
Komunikasi
55 Unit
- Peralatan Pengolah Data dan
Komunikasi
866.375 861.083 99,39
9. Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran
81 Unit
- Peralatan dan Fasilitas
Pelaksanaan Perkantoran
1.587.738 1.574.280 99,15
10. Gedung/Bangunan 1.350 M2
- Pengaspalan jalan,
Penerangan, Perapihan saliran
dan taman Halaman kantor
dan interior
2.093.787 2.085.340 99,60
Total 32.214.907 31.242.108 96,98
57Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
58 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
(teknologi) Realisasi
(teknologi) %
(1) (2) (3) (4) (5)
Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan, antara lain melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika
A. Teknologi Pascapanen (Penanganan dan
Pengolahan)
16 16 100
1. Teknologi Pengolahan Sorgum Manis Mendukung Pengembangan Pertanian Bioindustri
2 2 100
2. Peningkatan Nilai Tambah Kakao Melalui Penerapan Teknologi Penanganan dan Pengolahan
2 2 100
3. Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Olahan Susu untuk Pengembangan Model Pertanian Bioindustri Susu
2 2 100
4. Bioindustri Buah Pisang dan Rambutan berbasis Penanganan Segar untuk Pemasaran Ekspor
2 2 100
5. Pemanfaatan Biomassa Pertanian untuk Pengembangan Bioindustri Kemasan Ramah Lingkungan
2 2 100
6. Penelitian dan Pengembangan Nano Pertanian Bioindustri
3 3 100
7. Teknologi Pengolahan Beras Fungsional dan Pemanfaatan Hasil Samping
2 2 100
8. Penggandaan Skala Produksi Bioetanol Berbasis Limbah Jagung
1
1
100
B. Model Agrobioindustri Terpadu
2 2 100
1. Model Pertanian Bioindustri Jagung
1 1 100
2. Model Pertanian Bioindustri Sagu
1 1 100
Lampiran 6. Pengukuran Kinerja Tahun 2015
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
(1) (2) (3) (4) (5)
A. Rekomendasi Kebijakan
Pengembangan Pascapanen Pertanian
4 4 100
1. Analisis Kebijakan Teknologi Pascapanen Berbasis Komoditas Lokal Untuk Meningkatkan Ketahanan
Pangan
1 1 100
2. Analisis Kebijakan Teknologi Pengendalian Kontaminan Utama untuk Peningkatan Keamanan Pangan Komoditas
Pertanian
2 2 100
3. Karakterisasi Sifat Fisikokimia
Varietas Unggul Baru Padi
1 1 100
B. Model Revitalisasi
Penggilingan Padi Kecil, Penanganan Pascapanen Jagung dan Kedelai
1
1
100
1. Model Revitalisasi
Penggilingan Padi Kecil, Penanganan Pascapanen Jagung dan Kedelai
1 1 100
59Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Produk Gula cair dari batang sorgum manis hasil evaporasi dengan
kompordan vacuum evaporator
Lampiran 7. Produk yang Dihasilkan dari Indikator Kinerja "Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)
Produk cokelat bar hasil formulasi (kiri) dan biji kakao hasil fermentasi dengan
starter S. cerevisiae dan L. plantarum (kanan)
a. Kegiatan Teknologi Pengolahan Sorgum Manis Mendukung Pengembangan Pertanian Bioindustri
b. Peningkatan Nilai Tambah Kakao Melalui Penerapan Teknologi Penanganan dan
Pengolahan
60 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
c. Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Olahan Susu untuk Pengembangan Model Pertanian Bioindustri Susu
d. Bioindustri Buah Pisang dan Rambutan berbasis Penanganan Segar untuk Pemasaran Ekspor
Kering
Basah
Produk starter kering dan yoghurt yang dihasilkan (kiri) dan yoghurt powder yang diperkaya nano-vitamin A hasil rehidrasi (kanan)
Produk fruity mie (kiri) dan banana bar dari pisang off-grade (kanan)
61Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
e. Pemanfaatan Biomassa Pertanian untuk Pengembangan Bioindustri Kemasan Ramah Lingkungan
Biofoam selulosa 3% (rami, abaca dan kenaf)
Sekam padi
Komersial
f. Penelitian dan Pengembangan Nano Pertanian Bioindustri
Produk pupuk nano-zeolit K (kiri), nanosilika sekam padi (tengah), dan nanobioselulosa dari limbah air kelapa (kanan)
62 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
g. Teknologi Pengolahan Beras Fungsional dan Pemanfaatan Hasil Samping
Unit produksi beras berkualitas premium (kiri) dan produk beras berkualitas premium (kanan)
63Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Lampiran 8. Dokumen (foto) kegiatan pada Indikator Kinerja “Model Agrobioindustri Terpadu”
a. Model Pertanian Bioindustri Jagung
Aktivitas produksi di "rumah jagung" dan produk yang dihasilkan (berasan dan tepung jagung)
64 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
65Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
b. Model Pertanian Bioindustri Sagu
Aktivitas produksi di "mini plan sagu" dan "rumah sagu" sebagai media promosi dan outlet pemasaran
66 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
Lampiran 9. Dokumen (foto) kegiatan pada Indikator Kinerja "Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian”
a. Analisis Kebijakan Teknologi Pascapanen Berbasis Komoditas Lokal Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan
Kegiatan introduksi pangan lokal kepada kelompok sasaran (Kelompok binaan BB-Pascapanen, PKK Kec. Bogor Tengan dan siswa Sekolah Dasar)
b. Analisis Kebijakan Teknologi Pengendalian Kontaminan Utama untuk Peningkatan Keamanan Pangan Komoditas Pertanian
Contoh biji pala terserang jamur penghasil aflatoksin (kiri) dan pengeringan biji kakao yang tidak sesuai dengan Good Handling Practices (GHP)
GKG bersih ka 14%
GKG(40%)PK (60%)
Sekam
GKG
PK
Milling dan Spiral diganti
dgn stainless steel
Beras kls 3
Beras kls 2
Beras kls 1
KRISTAL
BLOWER
PENGABUT
Gabah yg baikmenghasilkan
60 % PK
HUSKER
SEPARATOR
POLISHER
Lampiran 10. Dokumen (foto) kegiatan pada Indikator Kinerja “Model Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil, Penanganan Pascapanen Jagung dan Kedelai”
Model revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK) yang diintroduksikan
67Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Lampiran 11. Dokumen (foto) kegiatan yang menghasilkan outcome
a. Teknologi Produksi Minuman Buah Manggis
Unit pengolahan hasil (UPH) minuman buah manggis dan label kemasan produknya di Gapoktan Sepakat, Kabupaten Tanggamus
b. Teknologi Produksi Saus Cabai dan Tomat
Produk saos cabai dan tomat hasil produksi Gapoktan Reje Kumala, Kabupaten Benner Meriah, Propinsi Aceh
68 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
c. Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)
B A
C
Contoh unit revitalisasi PPK dengan penambahan unit cleaner (A), separator (B), penyosoh yang dilengkapi water polish (C)
d. Revitalisasi Penanganan Pascapanen Jagung dan Kedelai
Kegiatan pascapanen jagung di Kec. Tondano Utara, Kab. Minahasa setelah revitalisasi (atas) dan pascapanen kedelai di Kec. Jatiwangi, Kab. Majalengka, Jawa
Barat
69Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
b. Penetapan BB-Pascapanen sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI)
a. Seminar Internasional
Lampiran 12. Dokumen (Foto) Kinerja Lainnya (Kegiatan Diseminasi Teknologi, Kerjasama dan Penghargaan)
Pembukaan International Workshop oleh Sekretaris Balitbangtan (kiri) dan plenary session (kanan)
Penyerahan sertifikat Pusat Unggulan Iptek oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
70 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB- Pascapanen Tahun 2015
a. Pagu Anggaran
Komposisi pagu anggaran BB-Pascapanen TA. 2015 per jenis belanja
Lampiran 13. Komposisi Pagu Anggaran DIPA Tahun 2015 dan Realisasi PNBP Jasa Laboratorium
Target dan realisasi PNBP tahun 2011 - 2015
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
02011 2012 2013 2014 2015
Target (Rp. 000)
Realisasi (Rp. 000)Targ
et
dan r
ealis
asi
b. Realisasi PNBP
71Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB-Pascapanen Tahun 2015
Belanja PegawaiBelanja BarangBelanja Modal
14,31%
31,25%
54,44%