Laporan Kimia Farmasi Analisis II

27
LAPORAN KIMIA FARMASI ANALISIS II KUANTITATIF Penetapan Kadar Kloralhidrat dengan Metode Titrasi Argentometri 7 Maret 2012 Oleh : Kelompok 4 Esa J Sukma NIM 31109047 Hilda Safitri NIM 31109049 Lia Nurmayasari NIM 31109051 Ramdani Adinata NIM 31109056 Yoga Kevan Rahmat NIM 31109071 PRODI FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2012 No. praktikum : 04 aktikum : Penetapan Kadar Kloralhidrat dengan Metode Titrasi Argentometri Hari/ tanggal praktikum : Rabu/ 7 Maret 2012 Sampel : Kloralhidrat II

description

method

Transcript of Laporan Kimia Farmasi Analisis II

Page 1: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

LAPORAN KIMIA FARMASI ANALISIS II

KUANTITATIF

Penetapan Kadar Kloralhidrat dengan Metode Titrasi Argentometri

7 Maret 2012

Oleh :

Kelompok 4

               Esa J Sukma NIM 31109047

               Hilda Safitri NIM 31109049

               Lia Nurmayasari NIM 31109051

               Ramdani Adinata NIM 31109056

               Yoga Kevan Rahmat NIM 31109071

PRODI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2012

No. praktikum : 04

Judul praktikum : Penetapan Kadar Kloralhidrat dengan

Metode Titrasi Argentometri

Hari/ tanggal praktikum : Rabu/ 7 Maret 2012

Sampel : Kloralhidrat II

A.    Prinsip Percobaan

Prinsip kerja dari penetapan penentuan kadar Kloralhidrat ini adalah titrasi Mohr secara

tidak langsung dengan menambahkan AgNO3 berlebih kedalam sampel. Kemudian penambahan

AgNO3 berlebih tersebut dititrasi dengan NaCl. Penambahan AgNO3 ini berfungsi untuk

Page 2: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

mengendapkan sampel Kloralhidrat sampai jenuh. Sehingga endapan akan mengendap dibawah

dan larutan pada bagian atas menjadi bening. Baru kemudian dilakukan titrasi kembali endapan

NaCl menggunakan indikator Kalium kromat (KCrO4), sehingga akan terbentuk endapan AgCl

dengan menghasilkan perubahan warna (titik akhir titrasi) dari endapan merah menjadi endapan

kuning. Ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak

mudah larut dalam AgCl.

Ag(NO3)(aq)  +  NaCl(aq) AgCl(s)  + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi

dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan

indikator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir

titrasi dapat diamati.

B.     Reaksi Kimia

Reaksi Kimia Pembakuan NaOH dengan Asam Oksalat

AgNO3 + NaCl ↓ AgCl + NaNO3

  Reaksi Kimia Antara Perak Nitrat dengan Indikator KCrO4

Reaksi Kimia Penetapan Kadar Sampel Kloralhidrat

  Reaksi Kimia Kloralhidrat dengan NaCl

C.    Metode Analisis

Page 3: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

Dalam penentuan kadar Kloralhidrat dilakukan titrasi argentometri metode Mohr (tidak

langsung). Hal tersebut dikarenakan kloralhidrat merupakan asam kuat dan mempunyai atom

klor (Cl) yang mudah atau dapat dilepas sehingga dapat bereaksi dengan perak (Ag+) membentuk

endapan. Oleh karena itu, Kloralhidrat dapat ditetapkan kadarnya menggunakan metode titrasi

argentometri. Metode Mohr digunakan dalam penentuan klorida. Klorida dititrasi dengan larutan

standar AgNO3. Garam soluble kromat ditambahkan sebagai indikator, akan dihasilkan warna

kuning. Pada saat reaksi sempurna, sedikit kelebihan Ag+ akan bereaksi dengan indikator

menghasilkan endapan perak kromat berwarna merah.

CrO42- + 2 Ag+ Ag2CrO4

kuning merah

D.    Dasar Teori :

a.      Teori Umum Titrasi Argentometri

Titrasi pengendapan adalah anilisis titrimetri berdasarkan proses terbentuknya endapan

antara reagen dengan analit dan reagen dengan indikator dengan warna yang berbeda. Hal dasar

yang diperlukan dari titrasi pengendapan adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang

cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu

titrasi, tetapi ditambah dengan titik akhir titrasi yang mudah diamati.

Adapun dalam titrasi pengendapan terdapat kelebihan dan kekurangan yang signifikan,

diantaranya :

1)      Jumlah metode titrasi pengendapan tidak sebanyak titrasi asam-basa ataupun titrasi reduksi-

oksidasi (redoks).

2)      Kesulitan dalam mencari indikator yang sesuai dalam titrasi pengendapan.

3)      Komposisi endapan pada titrasi pengendapan seringkali tidak diketahui pasti, terutama jika

terdapat efek kopresipitasi.

Larutan jenuh dalam titrasi pengendapan dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam

pelarut secara terus menerus hingga zat tidak melarut lagi, atau dengan cara menaikkan

konsentrasi ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan. Sedangkan kelarutan itu sendiri dapat

diartikan sebagai konsentrasi larutan jenuh zat padat (kristal) di dalam suatu pelarut pada suhu

Page 4: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

tertentu. Titrasi pengendapan tersebut berkaitan erat dengan konsentrasi kelarutan yang pada

akhirnya akan membentuk suatu endapan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan dalam titrasi pengendapan, diantaranya :

1)      Suhu.

2)      Sifat Pelarut.

3)      Ion Sejenis.

4)      Aktivitas Ion.

5)      pH.

6)      Hidrolisis.

7)      Hidroksida Logam.

8)      Pembentukan Senyawa Kompleks.

Penjelasan dalam faktor-faktor diatas yang mempengaruhi kelarutan dalam titrasi

pengendapan adalah sebagai berikut :

1)      Efek suhu larutan

Pada kebanyakan garam anorganik, kelarutan meningkat jika suhu naik. Sebaiknya proses

pengendapan, penyaringan dan pencucian endapan dilakukan dalam keadaan larutan panas.

Kecuali untuk endapan yang dalam larutan panas memiliki kelarutan kecil (misalnya: Hg2Cl2,

MgNH4PO4) cukup disaring setelah terlebih dahulu didinginkan di lemari es.

2)      Efek sifat pelarut

Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik. Air

memiliki momen dipol yang besar dan tertarik oleh kation dan anion membentuk ion hidrat.

Sebagaimana ion hidrogen yang membentuk H3O+, energi yang dibebaskan pada saat interaksi

ion dengan pelarut akan membantu meningkatkan gaya tarik ion terhadap kerangka padat

endapan. Ion-ion dalam kristal tidak memiliki gaya tarik terhadap pelarut organik, sehingga

Page 5: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

kelarutannya lebih kecil daripada kelarutan dalam air. Pada analisis kimia, perbedaan kelarutan

menjadi dasar untuk pemisahan senyawa. Sebagai contoh: campuran kering Ca(NO3)2 + Sr(NO3)2

dipisahkan dalam campuran alkohol + eter, hasilnya Ca(NO3)2 larut, sedangkan Sr(NO3)2 tidak

larut.

3)      Efek ion sejenis

Endapan lebih mudah larut dalam air daripada dalam larutan yang mengandung

ion sejenis. Misalnya pada AgCl, [Ag+][Cl-] tidak lebih besar dari tetapan (Ksp AgCl = 1 x 10 -10)

di dalam air murni di mana [Ag+] = [Cl-] = 1 x 10-5 M; jika ditambahkan AgNO3 hingga [Ag+] =

1 x 10-4 M, maka [Cl-] turun menjadi 1 x 10-6 M, sehingga reaksi bergeser ke kanan sesuai arah:

Ag+ + Cl- AgCl. Ke dalam endapan terjadi penambahan garam, sedangkan jumlah Cl - dalam

larutan menurun.

Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh analis untuk tujuan :

a)      Menyempurnakan pengendapan.

b)      Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis dengan endapan.

Jika kelebihan ion sejenis cukup besar, maka kelarutan endapan lebih besar dari harga

yang diperkirakan dari Ksp, oleh sebab itu penambahan ion sejenis dibatasi hingga 10%.

4)      Efek aktivitas ion

Banyak endapan yang kelarutannya naik di dalam larutan yang mengandung ion-ion yang

tidak bereaksi dengan ion-ion pembentuk endapan. Fenomena ini disebut efek aktivitas ion atau

efek ion berlainan (diverse ion effect) atau efek garam netral. Misalnya kelarutan antara AgCl

dan BaSO4 dalam larutan KNO3.

Molaritas merupakan aktivitas yang terjadi dalam larutan yang sangat encer, jika

konsentrasi larutan makin pekat maka koefisien aktivitas (f) menurun cepat, akibat gaya tarik

lebih besar yang terjadi antar ion yang berbeda muatan. Efektivitas ion-ion (pada kondisi

setimbang) juga menurun dan penambahan endapan harus dilakukan agar aktivitas kembali ke

semula.

Page 6: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

Jika koefisien aktivitas kedua ion kecil, maka hasil kali konsentrasi molar besar.

Kenaikan kelarutan BaSO4 lebih besar daripada AgCl, karena koefisien aktivitas ion divalen

lebih kecil daripada ion univalent. Dalam larutan sangat encer f = 1, maka Ksp = Kosp.

5)      Efek pH

Kelarutan garam dari asam lemah tergantung kepada pH larutan. Contoh : oksalat,

sulfida, hidroksida, karbonat, dan fosfat. Proton bereaksi dengan anion membentuk asam lemah

sehingga mempertinggi kelarutan garam.

6)      Efek hidrolisis

Jika garam dari asam lemah dilarutkan di dalam air maka akan terjadi perubahan pH

larutan.

MA M+ + A-

A- + H2O HA + OH-

Jika HA sangat lemah, MA tidak larut, maka Ka dan Ksp kecil. Jika [A-] kecil, maka

reaksi hidrolisis lebih sempurna. Dapat terjadi 2 ekstrim yang bergantung pada besarnya harga

Ksp, diantaranya :

a) Kelarutan sangat kecil di mana pH air tidak berubah karena terjadi hidrolisis.

b) Kelarutan cukup besar di mana ion OH- yang bersumber dari air dapat diabaikan.

7)      Efek hidroksida logam

Jika hidroksida logam dilarutkan di dalam air, terjadi seperti pada efek hidrolisis tetapi

pH tidak berubah.

M(OH)2 M2+ + 2 OH

OH- + H2O H3O+ + OH-

[M2+][OH-]2 = Ksp

[H3O+][OH-] = Kw

Charge balance : 2 [M2+] + [H3O+] = [OH-]

Page 7: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

Dari 3 persamaan tersebut dapat dihitung kelarutan molar. Pada saat M(OH)2 larut maka [OH-]

naik, sehingga menggeser [OH-] pada kesetimbangan disosiasi air ke kiri :

M(OH)2 (p) M2+ + 2 OH-

2 H2O H3O+ + OH-

Dapat terjadi 2 kondisi ekstrim yang masing-masing tergantung kepada besarnya

kelarutan ion hidroksida, yaitu :

a)      Kelarutan sangat kecil di mana pH tidak berubah.

b)      Kelarutan cukup besar mengakibatkan kenaikan [OH-], sedangkan [H3O+] sangat kecil

(diabaikan).

8)      Efek pembentukan senyawa kompleks

Kelarutan ‘garam sukar larut’ dipengaruhi oleh zat-zat yang dapat membentuk senyawa

kompleks dengan kationnya. Ion pengkompleks dapat berupa anion atau molekul netral, baik

sejenis maupun tidak sejenis dengan endapan. Misalnya efek hidrolisis di mana OH- sebagai ion

pengkompleks.

Berdasarkan pada cara penentuan titik akhirnya, ada beberapa metode-metode dalam

titrasi pengendapan, diantaranya :

a)      Argentometri

Argentometri adalah titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya)

dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3. Titrasi pengendapan yang paling

banyak dipakai adalah Argentometri, karena hasil kali kelarutan garam perak halida

(pseudohalida) sangat kecil :

Ksp AgCl = 1,82 . 10-10 Ksp AgCN = 2,2 . 10-16

Ksp AgCNS = 1,1 . 10-12 Ksp AgI = 8,3 . 10-17

Ksp AgBr = 5,0 . 10-13

Terdapat tiga cara dalam penentuan titik akhir titrasi, yaitu :

1)      Cara Mohr indikator CrO4-2 (pembentukan endapan berwarna pada titik akhir).

Page 8: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

2)      Cara Volhard indikator Fe3+ (terbentuknya kompleks berwarna yang larut pada titik akhir).

3)      Cara Fajans Fluorescein (indikator adsorpsi pada endapan).

b)      Merkurimetri

Merkurimetri adalah titrasi pengendapan yang mengguanakan ion Hg2+ sebagai pentiter

dan dapat dipakai untuk menentukan klorida.

Hg2+ + 2 Cl- HgCl2 (berlaku untuk halida lain)

Jika ion halida dititrasi dengan merkuri nitrat, pada TE tidak ada [Hg2+] karena selama

titrasi terbentuk endapan HgCl2, namun setelah TE terjadi kenaikan [Hg2+] yg segera bereaksi

dengan indikator membentuk kompleks Hg-Indikator; misalnya indikator nitroprusid membentuk

endapan putih, indikator difenilkarbazid atau difenilkarbazon dalam asam membentuk warna

ungu intensif. Diperlukan koreksi dengan titrasi blanko : 0,17 ml Hg(NO3)2 0,1 N untuk 50 ml

HgCl2 0,05 N. Volume titrasi blanko bervariasi sesuai besarnya [HgCl2] TE karena [Hg2+]

berlebih akan beraksi dg HgCl2 :

HgCl2 + Hg2+ 2 HgCl+

c)      Titrasi Kolthoff

Penentuan kadar Zn2+ (sebagai titran) diendapkan dengan larutan baku K-Ferosianida

TAT dapat ditentukan dengan indikator eksternal seperti uranil nitrat, ammonium molibdat,

FeCl3, dll. Namun diperlukan keterampilan khusus; sehingga lebih baik menggunakan indikator

internal seperti difenilamin, difenilbenzidin, difenilamin sulfonat, dll. Reaksi redoks Fe2+, Fe3+

mempunyai potensial reduksi (pada 30oC) sebagai berikut :

E = Eo + 0,060 log [Fe(CN)63-] / [Fe(CN)6

4-]

Campuran fero-ferisianida dalam asam memiliki potensial reduksi jauh lebih kecil

daripada yang diperlukan untuk mengoksidasi indikator, hingga diperoleh bentuk teroksidasi

berwarna intensif. Jika ke dalam campuran tersebut ditambahkan Zn2+ akan terjadi endapan Zn-

ferosianida, diikuti kenaikan potensial reduksi karena Fe(CN)64- hilang dari larutan. Setelah

Fe(CN)64- bereaksi sempurna akan terjadi kenaikan tajam potensial reduksi dan muncul warna

biru (bentuk indikator teroksidasi) akibat adanya kelebihan Zn2+. Pada TAT akan muncul warna

biru telor asin.

E.     Alat dan Bahan

a.       Alat :

Page 9: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

1.      Buret

2.      Statif

3.      Klem

4.      Pipet volume 10 ml

5.      Erlenmeyer 250 ml

6.      Corong

7.      Gelas kimia 500 mL

8.      Pipet tetes

9.      Kertas saring

10.  Timbangan Analitik

11.  Bulf

12.  Gelas ukur 50 ml

13.  Kertas perkamen

b.      Bahan :

1.      Sampel ( Kloralhidrat II)

2.      AgNO3 0,1 N

3.      NaCl 0,1 N

4.      Indikator KCrO4 5%

5.      NaOH

6.      H2SO4

7.      Aqua DM

Page 10: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

F.     Prosedur Kerja

Page 11: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

  Prosedur Kerja

a.      Pembuatan Larutan Indikator KCrO4 5%

 

        

 

5 gr KCrO4 100 ml Aqua DM

Page 12: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

Sediaan KCrO4

b.      Pembuatan Larutan Standar AgNO3 0,1 N

 

   

 

17 gr AgNO3 AgNO3 + 50 mL Aqua DM Ad sampai 1000 mL Sediaan

c.       Pembakuan larutan NaCl 0,1 N dengan AgNO3 0.1 N

 

Page 13: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

 

 

 

        

Page 14: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

10 mL NaCl 25 mL aqua DM 1 mL indikator

Titrasi dengan AgNO3 + 25 mL aqua DM + 1 mL indikator, titrasi add endapan merah bata. Catat volume AgNO3

yang berkurang ! Titrasi dilakukan triplo

d.      Penetapan

Kadar Sampel

 

Page 15: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

 

       

 

30 mL sample Ad 50 mL

aqua DM Ambil 10 mL Add 100 mL Pipet 10 mL

e.       Penetapan Kadar Sampel

 

Page 16: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

       

10 mL Sample 30 mL AgNO3 1 mL indikator

NaCl

Titrasi dengan NaCl + 10 mL sample + 30 mL AgNO3 + 1 ml indicator, titrasi ad warna kuning muda. Catat volume

NaCl yang berkurang ! Titrasi dilakukan triplo.

G.    Data Hasil Pengamatan dan Perhitungan Kloral Hidrat

Page 17: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

a.      Pembakuan Larutan AgNO3 0,1 N

Volume NaClVolume AgNO3

10 mL 11 mL

10 mL 12 mL

10 mL 12,5 mL

Rata – rata 11,97 mL

Perhitungan Kadar AgNO3

N AgNO ke-1=

=

= 0,09 N

N AgNO ke-2=

=

= 0,08 N

N AgNO ke-3=

=

= 0,07 N

N AgNO3 Rata-rata = = 0,08 N

b.      Penentuan Kadar Sampel ( Kloral Hidrat )

  Pengenceran Sampel

Page 18: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

 

  Perhitungan Pengenceran :

x = 30 kali

pengenceran

  Penentuan Kadar Sampel (Kloral Hidrat)

Volume Sampel Volume NaCl

10 mL 20 mL

10 mL 21,6 mL

10 mL 22 mL

Rata – rata 21,2 mL

  Perhitungan Kadar Sampel ( Kloral hidrat )

Titrasi 1 :

V .Sampel. N sampel = (V AgNO3. N AgNO3) - (V NaCl. N NaCl

10 mL . N Sampel = ( 30 mL . 0,08 N) – ( 20 mL . 0,1 N )

N Sampel = 2,4 – 2/10

N Sample = 0,4/10

N Sample = 0,04 N

Gram Sample = 0,04 x 165,40

= 6,614 gram

Page 19: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

% b/v kadar sample = 6,614/30 ml x 100%

= 22,246%

Titrasi 2 :

V .Sampel. N sampel = (V AgNO3. N AgNO3) - (V NaCl. N NaCl

10 mL . N Sampel = ( 30 mL . 0,08 N) – ( 21,6 mL . 0,1 N )

N Sampel = 2,4 – 2,16/10

N Sample = 0,24/10

N Sample = 0,024 N

Gram Sample = 0,024 x 165,40

= 3,969 gram

% b/v kadar sample = 3,969/30 ml x 100%

= 13,23 %

Titrasi 3 :

V .Sampel. N sampel = (V AgNO3. N AgNO3) - (V NaCl. N NaCl

10 mL . N Sampel = ( 30 mL . 0,08 N) – ( 22 mL . 0,1 N )

N Sampel = 2,4 – 2,2/10

N Sample = 0,2/10

N Sample = 0,02 N

Gram Sample = 0,02 x 165,40

= 3,38 gram

% b/v kadar sample = 3,38/30 ml x 100%

= 11,02%

Rata-rata = = 15,43%

Page 20: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

Persentase Kesalahan

= x 100 %

= x 100 %

= 38,28 %

H.    Pembahasan

Dalam praktikum penetapan kadar sampel kloralhidrat yang telah dilakukan sebelumnya

menggunakan titrasi argentometri metode Mohr tidak langsung. Titrasi argentometri dapat

digunakan untuk menetapkan kadar kloralhidrat sebagai halogenida yang membentuk endapan

dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana netral. Metode Morh yang digunakan dalam

penetapan kadar kloralhidrat ini adalah secara tidak langsung, yaitu dengan menambahkan

AgNO3 secara berlebih dan kelebihan dari AgNO3 agar tersebut akan dititrasi dengan NaCl

membentuk endapan AgCl. Titik akhir titrasinya ditandai dengan terbentuknya endapan

berwarna kuning dengan menggunakan indikator Kalium Kromat.

Pada dasarnya kloralhidrat ini dapat ditetapkan kadarnya dengan menggunakan titrasi

argentometri metode Mohr secara langsung yaitu dengan melakukan titrasi asam-basa tidak

langung terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan titrasi argentometri metode Mohr secara

langusung. Prosedur yang dapat dijelaskan dalam metode ini adalah sampel ditambahkan

berlebih dengan NaOH lalu kelebihan NaOH tersebut dititrasi dengan H2SO4 dengan

menggunakan indikator fenolftalein. Titik akhir titrasinya ditandai dengan perubahan warna

sampel dari merah menjadi tidak berwarna. Setelah proses tersebut larutan hasil titrasi asam dan

basa ini ditambahkan dengan indikator Kalium Kromat dan titrasi dengan larutan baku sekunder

AgNO3 sampai terbentuk endapan merah. Hasil dari penetapan kadar kloralhidrat dengan metode

Mohr secara langsung ini menunjukkan titik akhir titrasi yang sangat cepat, dengan volume akhir

titrasi sebanyak 3 mL. Oleh karena itu, titrasi dilanjutkan/ dicoba dengan menggunakan metode

lain. Metode yang selanjutnya digunakan adalah metode titrasi Mohr secara tidak langsung.

Perubahan metode ini dimaksudkan untuk membuktikan dan membandingkan titik akhir titrasi

antara metode Mohr tidak langsung dengan metode Mohr langsung. Sehingga hasil terbaik yang

Page 21: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

akan diambil untuk menetapkan kadar kloral hidrat. Pada metode titrasi metode Mohr tidak

langsung sampel yang berupa larutan diambil sebanyak 10 mL kemudian ditambahkan AgNO3

berlebih sampai terbentuk endapan yang menjenuhkan sampel tersebut. Setelah itu tambahkan

indikator Kalium Kromat sebanyak 1 mL dan dititrasi dengan larutan baku sekunder NaCl.

Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :

Titik akhir titrasi penetapan kadarnya menunjukkan perubahan warna yang signifikan

dari endapan merah menjadi endapan berwana kuning. Dari kedua hasil tersebut didapat hasil

dari penetapan metode Mohr secara tidak langsung yang lebih baik. Hal ini dapat dibuktikan

karena titik akhir titrasi yang dihasilkan tidak menunjukkan perubahan warna indikator yang

langsung, tetapi terdapat rentang waktu perubahan warna pada indikator. Jadi titrasi Mohr yang

dipilih adalah secara tidak langsung.

Perlakuan awal pada sampel kloralhidrat yang berupa larutan tidak memerlukan cara

yang khusus. Karena sampel kloralhidrat yang didapat adalah berupa larutan dan kloralhidratnya

pun tidak tahan panas. Namun pada perlakuan awalnya sampel yang akan dititrasi diencerkan

terlebih dahulu secara berulang, dengan mengambil 10 mL dari 30 mL sampel lalu diencerkan

dengan dengan 100 mL sampel dan diambil 10 mL untuk dititrasi.

Hasil dari penetapan kadar sampel kloralhidrat dengan metode tidak langsung ini

dilaksanakan dalam prakteknya, meskipun pada dasarnya metode volhard pun dapat digunakan

pada penetapan sampel ini. Hal ini dikarenakan metode Mohr mempunyai banyak kekurangan

diantaranya tidak memberikan titik akhir titrasi yang jelas/ dengan kata lain tidak memberikan

hasil yang sensitif.

Page 22: Laporan Kimia Farmasi Analisis II

Dalam titrasi Mohr secara tidak langsung akan terbentuk endapan AgCl sebagai dasar

reaksi kimia dari titrasi ini. Endapan tersebut menandai titik akhir titrasi dengan bantuan

indikator Kalium Kromat. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :

AgNO3 + NaCl ↓ AgCl

I.       Kesimpulan

Titrasi Argentometri sampel Kloralhidrat menggunakan metode Mohr dengan prinsip

titrasi tidak langsung yaitu dengan penambahan titrant secara berlebih disertai dengan

menggunakan indikator K2CrO4 dalam penetapan titik akhirnya. Perhitungan kadar akhir yang

diperoleh Kloralhidrat adalah 15,43 % dan persentasi kesalahannya sebesar 38,28 %.

J.      Daftar Pustaka

Abdul Rohman, M.Si., Apt. Prof. Dr. Ibnu Ghorib Gandjar, DEA., Apt. (2010). Kimia Farmasi Analisis.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Abdul Rohman. Sudjadi. 2008. Analisis Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

A.     L. Underwood. R. A. Day, JR. (1992). Analisis Kimia Kuantitatif, edisi 5, Erlangga. Jakarta.

Cairins, Donald. 2008. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Direktorat Jendral POM. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Ham,Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboraturium. Bandung : Bumi aksara.

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta. Binarupa Aksara.www://wiki.com/wikipedia.chloralhidrat.html (diakses tanggal 09-04-2012 jam 12.37).