laporan kel A S-1
-
Upload
alber-dian-megan -
Category
Documents
-
view
61 -
download
4
Transcript of laporan kel A S-1
GIGI TIRUAN PENUH SEDERHANA DAN KELAINAN/PENYAKIT NEUROLOGIS
OROMAKSILOFASIAL
LAPORAN HASIL DISKUSI
SKENARIO 1 BLOK 1.6.12
KELOMPOK PBL 1
KETUA :
Riyan Hadikusuma (0810740048)
SEKRETARIS :
R Putri Noer P (0810740044)
ANGGOTA :
Agatha Rufina (0810740003)
Ajeng Poerborani (0810740005)
Dewi Ayuningtyas (0810740013)
Dwita Budiarti (0810740018)
Janice (0810740027)
Mutiara Tungga Dewi (0810740034)
Nuzulya Puspasari (0810740040)
Eko Wicaksono (0810743005)
Lenny Samalo (0810740030)
Fasilitator : drg. Wahyu Susilaningtyas, Sp.Pros
DK 1 : 26 April 2011
DK 2 : 29 April 2011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
APRIL 2011
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Ilmu prostodonsia merupakan ilmu yang mempelajari tentang pembuatan gigi anasir
baik cekat, lepasan, sebagian, ataupun penuh. Namun, dalam topic kali ini akan
difokuskan pada gigi tiruan penuh. Gigi tiruan penuh digunakan untuk mengganti gigi-
gigi yang hilang pada seluruh rahang hal ini bertujuan untuk mngembalikan fungsi
estetik, mastikasi, dan fonetik. Hal ini tentu saja berkaitan dengan naluri manusia yang
ingin penampilannya sama seperti orang pada umumnya. Namun, pada praktiknya, gigi
tiruan penuh banyak sekali digunakan oleh pasien geriatric (pasien orang tua) sehingga
membutuhkan manajemen khusus untuk menanganinya mengingat banyaknya tipe
kepribadian mereka. Dalam scenario ini akan dibahas secara rinci mengenai gigi tiruan
penuh secara umum serta bagaimana memanajemen pasien dan penyakit neurologis.
2. BATASAN MASALAH
1. Menjelaskan tentang gigi tiruan penuh
a. Definisi
b. Tujuan
c. Indikasi dan kontraindikasi
d. Syarat ideal GTP
e. Anatomical landmark intraoral dan ekstraoral
f. Prinsip dasar gigi tiruan lepasan (stabilisasi, retensi, support)
g. Factor yang mempengaruhi perawatan dan prognosis
1. Sikap dan perilaku
Tipe kepribadian dan manajemen perilaku terkait persepsi dan
penerimaan pasien
2. Kondisi sistemik
3. Factor local
4. Riwayat kesehatan gigi dan mulut
h. Perubahan pada pasien geriatric (anatomi, fisiologi, psikologi, nutrisi, diet)
i. Interpretasi radiologi ekstraoral pada rahang tidak bergigi
j. Variasi anatomis
2. Kelainan / penyakit neurologis oromaksilofasial
a. Definisi
b. Etiologi
c. Sign dan symptom
d. Pathogenesis
e. Perawatan penunjang
f. Treatment dan prognosis
1. GIGI TIRUAN PENUH
A. DEFINISI GTP
Gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi asli beserta bagian
jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang telah hilang semua gigi geliginya,
maka dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik, dan dapat
mempengaruhi psikis.
B. TUJUAN GIGI TIRUAN PENUH (GTP)
Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.
Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh
keadaan edentulous
mencegah pengerutan / atropi processus alveolaris (residual ridge),
mencegah berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan turunnya otot-otot
pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik
C. INDIKASI GIGI TIRUAN PENUH (GTP)
1. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
2. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena
kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.
3. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.
4. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.
5. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh
D. FAKTOR YANG MENYEBABKAN GIGI TIRUAN PENUH EFISIEN
1. Jaringan pendukung memadai (support)
2. Retensi yang memadai
3. Keseimbangan yang memadai dengan otot-otot
4. Kesimbangan oklusi yang memadai
Jaringan pendukung
Adalah jaringan yang merupakan tempat gigi tiruan bertumpu. Ini terdiri dari jaringan
yang menerima beban pengunyahan yang jatuh pada gigi tiruan.
Retensi
Adalah ketahanan gigi tiruan untuk melawan upaya pengelepasannya dari mulut.
Seimbang dengan otot
Berarti bahawa tekanan otot-otot lidah, bibir dan pipi yang bekerja pada gigi tiruan
selama gerakan fungsional dengan gigi tidak dalam keadaan berkontak, tidak
menyebabkan terlepasnya gigi tiruan.
Keimbangan oklusi
Apabila tekanan yang dikeluarkan oleh gigi tiruan yang satu kepada gigi tiruan
lawannya selama gerak fungsional dengan gigi-giginya dalam keadaan berkontak, tidak
menyebabkan terlepasnya gigi tiruan tersebut.
1. KESTABILAN = keseimbangan = lateral
Adalah sifat GT untuk tetap bertahan di tempatnya melawan tekanan fungsional yang
menggerakkannya.
Kestabilan GT:
Daya tahan GT untuk bertahan di tempatnya melawan gerakan-gerakan
Sifat GT untuk tetap dalam keadaan seimbang terhadap jaringan pendukungnya dan
atau gigi penjangkarannya
2. RETENSI
Pertimbangan –pertimbangan umum
Definsi retensi ialah sebagai ketahanan gigi tiruan terhadap pengangkatnya dari mulut.
Pemeriksaan retensi dilakukan dengan memasang gigi tiruan kuat-kuat di dalam mulut,
dan mencoba melepaskannya dengan gaya yang tegak lurus pada bidang oklusal. Bila
gigi tiruan dapat bertahan terhadap gaya tersebut, gigi tiruan mempunyai retensi yang
cukup baik.
1. Tekanan Permukaan
Tekanan permukaan meliputi adhesi antara saliva dan gigi tiruan serta mukosa. Suatu
kondisi fisik untuk mendapatkan adhesi yang baik adalah pembasahan yan gbaik dari
subtract yang akan menggunakan adhesi tersebut.
2. Gaya-gaya dalam cairan
Seperti tegangan permukaan saliva, gaya-gaya kohesi di dalam cairan saliva, dan
viskositas saliva, semua mempnunyai ketepatan kontak basis terhadap jaringan .
Jadi , gaya retensi antara kedua lempeng berbanding lurus dengan luas lempeng,
viskositas dan tegangan permukaan cairan serta berbanding terbalik dengan pangkat
dua dari jarak antara kedua lempeng tersebut.
3. Tekanan atmosir
Tekanan atmosfir menahan gaya-gaya yang akan melepaskan gigi tiruan asalkan ada
pengap perifer yang utuh. Retensi basis sangat berkurang tanpa pengap perifer.
Retensi bertambah dengan adanya faktor-faktor yang menghalangi aliran cairan, dan
berkurang dengan adanya faktor-faktor yang membantu aliran tersebut.
Retensi terutama dipengaruhi oleh tiga faktor dalam disain gigi tiruan yaitu :
1. Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dan mukosa mulut
Untuk mendapatkan retensi maksimal, gigi tiruan harus pas/ tepat sesuai dengan
permukaan mukosa yang tidak tertekan. Sebaliknya, untuk mendapatkan dukungan
yang maksimal, gigi tiruan harus pas pada jaringan yang tertekan.
2. Perluasan basis gigi tiruan
Retensi gigi tiruan berbanding lurus dengan daerah yang tertutup oleh basis gigi tiruan.
3. Pengap perifer
Efektifitas pengap perifer sangat mempengaruhi efek retentive dari tekanan
atmosfir.posisi terbaik bagi penutupan tepi di sekililing tepi gigi tiruan ialah pada
permukaan bukal gigi . tiruan atas, dan pada permukaan bukal serta lingual gigi tiruan
bawah
3. SUPPORT
definisi
Support atau pendukung didefinisikan sebagai dasar tempat gigi tiruan bersandar dan jaringan yang menahan beban kunyah yang menimpa gigi tiruan
Faktor yang mempengaruhi dukungan gigi tiruan lengkap
Faktor yang mempengaruhi dukungan gigi tiruan lengkap dibagi menjadi dua
kelompok yaitu:
a. Faktor yang berhubungan dengan jaringan pendukung
b. Faktor yang berhubungan dengan gigi tiruan atau basis gigi tiruannya
Jaringan pendukung ini terdiri dari tulang yang ditutupi oleh mukosa dan submukosa dengan ketebalan yang berbeda beda
Pada pemeriksaan pendahuluan perlu sekali diperkirakan kemampuan jaringan ini untuk menahan beban pengunyahan. Pemeriksaan yeng paling mudah dilakukan dengan cara menekan kuat kuat seluruh daerah yang akan ditutupi gigi tiruan.
a. apabila pasien merasa nyeri pada penekanan dengan jari, maka diperkirakan
rasa nyeri ini akan bertambah bila ditutupi oleh gigi tiruan akrilik yeng keras.
Penyebab rasa nyeri ini harus dicari dan dihilangkan penyebabnya sebelum
dibuatkan cetakan.
b. Bila mukosanya lunak dan mudah bergerak bila ditekan, perlu teknik
pencetakan khusus atau terapi yang lain sebelum gigi tiruan dibuat
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GTP
1. Faktor fisis
a. Peripheral seal
b. Postdam
Diletakkan tepat di sebelah anterior garis getar dari palatum molle dekat fovea
palatine.
2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut.
Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari
efektifitas, gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama-sama dikenal
sebagai adhesi selektif.
3. Residual ridge
Karena di sini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan terutama
pada rahang atas.
4. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang di bawahnya untuk menghindari
rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi
F. ANATOMICAL LANDMARK
INTRA ORAL
MAXILLARY
The form of the maxillary arch affects retention – advise the patient if retention will be
Rahang Atas
1: incisal papilla
2: large palatal ridge
3: centre of alveolar ridge
4: midline
5: tuber maxilaris
6: palatal vibrating line
7: canine point
56
27
3
1
4Rahang Bawah
1: retromolar triangle
2: centre of alveolar ridge, front
3: centre of alveolar ridge, lateral
4: midline
5: border line for the distal sides of the last molars1
5
3
compromised
A. Posterior border of denture:
Hamular notches - posterior denture border – palpate position, visually
deceiving
- Over extension - extreme pain
- Under extension - non-retentive
- Must be captured
2. Vibrating line - identified when the patient says "ah"
- At junction of the movable and non-movable portions of the soft palate
- Don’t want denture on movable soft palate - it may be displaced
- Fovea - rough guide to the position of the vibrating line
- Throat form can affect breadth of vibrating line
3. Pterygomandibular raphe
- Behind hamular notches - significant rarely
- Have patient open wide as possible
- Can displace denture – requires relief in extreme cases
B. Tuberosity
- Displaceability
- If undercut - use elastomeric impression material – palpate for undercuts
C. Ridge form
- Advise patient if poor, since it will affect retention and stability
D. Labial/Buccal vestibule - 2-4 mm thick
- Buccal vestibule - zygomatic process - can be prominent
- When flat ridge - use care in accurately registering the vestibule to maximize
retention
E. Frena - check prominence:
- Buccal frenum - usually broader
- Thin labial frenum
F. Bony areas, tori - mid palatal suture
- Don’t want binding or fulcruming on the midline
- Fulcruming will cause discomfort, loss of retention and possible fracture of the
denture
MANDIBULAR
Form of the mandibular arch is even more critical than in the maxilla, since there is less
surface area for retention, and the moveable structures of the tongue and floor of the
mouth can cause denture displacement if the denture is overextended- inform patients
of
any potential retentive problems.
A. Retromolar pad
- Terminal border of the denture base
- Compressible soft tissue – affects comfort and denture peripheral seal
- Must be captured in impression
B. Buccal shelf
- Check width - alginate will almost always overextend - painful
- Custom tray, border molded - not felt extraorally
- External oblique ridge sometimes prominent - do not cover - painful
C. Labial/Buccal vestibule
- Easy to overextend
- Check with minimal manipulation of lips
- Masseter - affects distobuccal border
- if more prominent - concave border of denture
D. Frena
- Labial and buccal frena - narrow and wide respectively
- Lingual frenum - must allow for movement - or displaces easily
E. Retromylohyoid fossa
- Need to capture - especially when there is a severely resorbed ridge
- Mylohyoid muscle - raises floor of mouth during activity – in some cases there
may be large differences between level at rest and level when active
- Affects length of flange.
- Mylohyoid ridge - palpate - if prominent, it will probably require relief
F. Tori
- Rarely need surgery unless large
- May require relief once dentures are delivered - advise patient
G. Genial tubercles
- Bony insertion for the genioglossus muscle
- May be projecting above the residual ridge if there has been severe resorption
EKSTRA ORAL
Definitions
1. Frankfort horizontal plane: A plane established by the lowest point on the margin of
the right or left bony orbit and the highest point in the margin of the left or right auditory
meatus.
2. Camper's plane: imagined plane through both tragus points5 and the spina
nasalis anterior (anterior nasal spine). This runs parallel to the occlusal plane and forms
an angle of 15 – 20 ° with the Frankfort horizontal plane.
3. Occlusal plane: is represented by the following three points on the
dentulous jaw:
- contact point of the incisal edges of the lower central
incisors (incisal point),
- tips of the distobuccal cusps of the second lower
molars. This is mostly situated at the height of the lip closure line.
4. Simon's orbitals: plane through the orbit at a right angle to the Frankfort
horizontal plane; is used for determining sagittal variations.
5. Median plane: an imaginary plane passing longitudinally through the
body, from front to back, and dividing it into left and right halves.
2
1
3
4
Nb: 5tragus point: soft tissue on the chondrically stiffened skin flap in front of the
auditory canal, which covers
this to some extent.
G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GTP
1. SIKAP dan PERILAKU
Philosophical patient
a. Merupakan sikap yang paling baik dalam penerimaan gigi tiruan.
b. Tipe pasien ini : rasional, bijaksana, tenang, dan sabar dalam
menghadapi situasi sulit.
c. Pasien ini menginginkan gigi tiruan untuk menjaga kesehatan dan
penampilan dan merasa bahwa memiliki gigi pengganti adalah normal
dan prosedurnya dapat diterima.
d. Pasien tipe ini mampu mengatasi konflik dan mengatur waktu serta
kebiasaannya dengan baik, mereka menyingkirkan rasa frustasi dan
mudah membiasakan diri.
Exacting patient
a. Tipe pasien ini bisa memiliki semua sifat baik dari tipe filosofikal, akan
tetapi pasien ini perlu perhatian lebih, upaya, dan kesabaran dari
dokter gigi.
b. Tipe pasien ini : metodikal, seksama, dan akurat, terkadang membuat
permintaan aneh. Mereka menginginkan setiap tahap perawatan
dijelaskan dengan detail.
c. Bila pasien ini merupakan pasien pintar dan mengerti tipe yang
baik.
d. Bila pasien kurang pintar dan kurang mengerti menghabiskan waktu
ekstra terutama pada perawatan, untuk edukasi pasien sampai pasien
mengerti.
Indifferent patient
a. Tipe ini memiliki prognosis yang tidak menguntungkan.
b. Tipe pasien ini : tidak perhatian, tidak acuh, tidak tertarik, dan kurang
motivasi. Pasien ini tidak memperhatikan instruksi, tidak akan
kooperatif, dan cenderung menyalahkan dokter gigi akan buruknya
kesehatan gigi.
c. Biasanya dijumpai pada pasien muda.
d. Rencana perawatan sebelum pembuatan gigi tiruan : program edukasi
mengenai kondisi gigi dan perawatan gigi. Bila ketertarikan tidak dapat
distimulasi, lebih baik menolak pasien dengan harapan ketertarikan
dapat distimulasi oleh orang lain.
Hysterical patient
a. Secara emosional tidak stabil, terlalu gelisah berlebihan, dan
hypertensive.
b. Prognosis seringkali tidak menguntungkan. Membutuhkan perawatan
tambahan dari psikiater sebelum dan selama perawatan.
c. Pasien ini harus dibuat waspada bahwa problem utamanya
merupakan kondisi sistemik, dan kebanyakan gejalanya bukan karena
gigi tiruan.
2. STATUS SISTEMIK
Dokter gigi tidak boleh melakukan prosedur prosto sebelum evaluasi status sistemik.
- Debilitating disease
Seperti DM, TBC, Kelainan darah. Harus kontrol dulu. Butuh instruksi ekstra
untuk mempertahankan Oral Hygiene, kebiasaan makan, dan istirahat.
- Disease of the joint
Osteoarthritis menimbulkan masalah masalah pembuatan gigi tiruan. Apabila
Mandibula gerak sakit. Pada kasus parah, indikasi untuk bedah.
- CVD
Harus kontrol dulu ke cardiologis pasien.
- Penyakit kulit
Pemphigus mucosa yang terkena pemphigus jadi sangat sakit.
- Kelainan saraf
Bell’s palsy dan parkinson disease Bisa dirawat, tapi penting untuk pasien
mengerti mengenai penyakit mereka.
- Keganasan Oral
Bila ada tanda-tanda keganasan biopsi lalu di eradikasi.
Pencetakkan akurat sebelum bedah atau radiasi sangat membantu ketika
treatment prostodonsi diperlukan.
- Menopause
Biasanya terjadi osteoporosis menyeluruh , gangguan mental mulai ringan –
parah. Hot flashes, burning palate, burning tongue, kecenderungan muntah,
ketidakmampuan mengatur dan terdapat area pain yang samar-samar.
3.FAKTOR LOKAL
1. Bentuk ridge kotak tanpa underkut dan kelainan tulang.
2. Palatum yang luas dan dalam
3. Buccal shelf yang lebar dan retromolar pad yang padat
4. Frenulum RA yang tinggi dan RB yang rendah.
5. Batas vestibulum yang jelas tanpa perlekatan otot
6. Lingual sulkus yang jelas.
7. Perluasan ke retromylohyoid
8. Kepadatan mucosa yang menutupi denture bearing area
9. Mukosa di daerah vestibulum dan dasar mulut yang longgar serta
perlekatannya bias bergerak sebagai seal gigi tiruan
10.Lidah yang normal dalam bentuk, posisi, dan bentuk
11.Relasi maksilomandibula normal
12.Tonus otot dan koordinasi pada pergerakan mandibula baik
13.Ruang antar ridge untuk penempatan gigi anasir
14.Viskositas dan jumlah saliva yang memadai
15.Jaringan keras dan lunak tanpa kelainan patologis
H. PERUBAHAN PADA PASIEN GERIATRI
A. Perubahan Fisiologis
1. Sistem Saraf Pusat
Lansia tetap sigap dan terus mempunyai penilaian yang kuat, tapi terjadi
sedikit penurunan dalam kecerdasan mentalnya.
Dengan bertambahnya usia, secara progresif terjadi kehilangan neuron
dan sinapsis dalam korteks serebri.
Dalam sistem sensoris, umur menyebabkan kemunduran dalam indera
perasa khususnya penciuman.
Dalam sistem motorik, da kecenderungan akan terganggunya
keseimbangan serta sedikit tremor postural.
2. Jaringan Pendukung
Umumnya menyebabkan beberapa kemunduran
Epitel menjadi lebih tipis, jaringan ikat menjadi kurang kenyal dan
kemampuan penyembuhan mukosa terganggu.
3. Saliva
Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa sekresi saliva berkurang dengan
bertambahnya umur
4. Penyakit sistemik
Angina
Dapat menyebabkan nyeri yang dirasakan di sekitar RB sebelah kiri atau
bahkan sisi kiri palatum.
Gagal jantung kongestif, bronkitis kronis, emfisema
Pasien lansia cenderung sesak napas bila kursinya dimiringkan ke posisi
berbaring.
Kerusakan serebrovaskular
Terjadinya ‘stroke’ dapat menyebabkan kelumpuhan unilateral dari oto-
otot wajah, sehingga lebih menyulitkan pasie bagi pasien untuk
mengendalikan gigi tiruannya, khususnya RB.
Penyakit parkinson
Seperti halnya termor lain, yang cenderung terjadi pada lansia
memberikan pengaruh buruk pada pengendalian yang tepat dari
mandibula, sehingga lebih sulit untuk mendapatkan pencatatan hubungan
antar rahang secra akurat.
Diabetes
Biasanya terjadi pada lansia. Cenderung menyebabkan infeksi di dalam
mulut oleh candida albicans.
Osteoporosis
Tidak hanya pada tulang rangka yang terkena, tapi juga rahang bawah
akan berkurang kepadatannya.
Artritis
Menyebabkan pasien merasa sangat sulit atau bahkan sama sekali tidak
bisa pergi ke dokter gigi.
Gangguan nutrisi
Kekurangan nutrisi vitamin B kompleks, asam folat dan zat besi lazim
pada lansia.
B. psikologis
Bertambahnya umur menimbulkan perubahan-perubahan yang tidak dapat dihindari,
yang harus diperhatikan bila merawat pasien-pasien lansia.Pasien lansia biasanya
merasa sulit untuk melakukan gerakan-gerakan yang cepat. Perlu disadari pula bahwa
pasien memerlukan waktu lebih lama untuk belajar melaksanakan tugas baru atau
untuk mengingat informasi baru yang tidak diberikan secara jelas atau yang tidak
tampak hubungannya secara langsung.
Depresi merupakan keadaan yang umum. Salah satu penyebab umum adalah
perubahan peran yang timbul akibat bertambahnya usia. Misalnya, anak-anak tidak lagi
bergantung kepada orang tuanya, masa pension menimbulkan kehidupan baru dengan
penghasilan yang berkurang, kehidupan berubah secara dramatis akibat meninggalnya
suami, menurunnya kesehatan dan orang menjadi kurang mampu mengasuh dirinya
sendiri.
Lansia kurang mampu menerima keadaan-keadaan baru, baik perubahan dalam
bentuk gigi tiruan, dokter gigi baru, ataupun perubahan dalam waktu perjanjian untuk
perawatan. Ada kecenderungan bahwa lansia menjadi lebih egois.
1. Perubahan anatomi
a) Mukosa oral
Mukosa yang halus, kering dan tipis disertai kehilangan elastisitas dan
stippling
Tidak ada lapisan keratin sehingga mudah terjadi injury
Jaringan penyambung lebih sukar menutup bila terjadi luka
b) Gigi
Perubahan gigi meliputi diskolorisasi gigi dan kehilangan enamel karena
atrisi, abrasi dan erosi
Dentin yang tersekpose karena trauma, karies atau tekanan mastikasi
Usia yang bertambah biasanya menyebabkan penurunan sensitivitas
dentin terhadap perubahan suhu, osmotik dan nyeri
Penurunan ketebalan sementum dan dimensi pulpa
OH menurun sehingga penumpukan plak meningkatkan risiko karies
mahkota dan akar
c) Periodontium
Resesi gingiva dan kehilangan PDL serta tulang alveolar
DM juga menyebabkan penyakit PDL
d) Kelenjar saliva
Kebanyakan pada pasien geriatri terjadi penurunan sekresi saliva yang
dapat menyebabkan karies, infeksi mukosa oral, gangguan sensory,
disfungsi bicara, penurunan intake nutrisi, dan kesulitan mengunyah,
menelan dan retensi protesa
e) Sense
Beberapa pasien mengeluhkan rasa dan bau makanan yang berkurang
Medikasi, kemoterapi, radioterapi, trauma, bedah neurologi bisa
menyebankan perubahan sensasi yang sementara maupun permanen
Hilangnya atau berkurangnya sensasi rasa dan bau bisa meningkatkan
defisit nutrisi
f) Mastikasi dan menelan
Perubahan kemampuan mastikasi bisa mempengaruhi keadaan pasien
manula dengan edentulous penuh atau sebagian, mobilitas gigi karena
karies atau penyakit periodontal, nyeri dan penurunan sekresi saliva
Penyakit cerebrovascular dan saraf (Parkinson, Alzheimer), kanker kepala
dan leherdan terapi pada kelainan sistemik lain ( arthritis dan DM),
medikasi bisa menyebabkan penurunan sekresi saliva dan menyulitkan
proses menelan
g) Orofacial Pain
Sensasi nyeri pada pasien tua berhubungan dengan perubahan
kemampuan fungsional dari komponen neurofisiologis
C. NUTRISI
Meskipun malnutrisi relatif jarang, perlu dipertegas bahwa diet yang tidak cukup dapat
menyebabkan berkurangnya daya tahan jaringan mulut terhadap pemakaian dan
gesekan normal, dan bahwa penurunan daya tahan ini selanjutnya akan mengakibatkan
penyesuaian yang buruk terhadap gigi tiruan.
Tidak adanya gigi atau gigi tiruan yang tidak memuaskan cenderung memberikan
pengaruh buruk pada konsumsi makanan dengan mengubah pilihan makanan. Orang
dengan fungsi kunyah yang menurun cenderung makan makanan yang kurang
berserat, kurang daging, dan sedikit sayuran serta buah-buahan.
Kemampuan mengunyah yang kurang baik berbanding langsung dengan meningkatnya
prevalensi peradangan gastrointestinal dan dapat berpengaruh buruk pada pencernaan
bila kapasitas pencernaan normal telah terganggu oleh proses penyakit yang lain.
I. VARIASI ANATOMIS
RESIDUAL RIDGE: A square arch is the most favorable for retention and stability. The
ovoid arch is slightly less favorable and 'the tapering arch is the least favorable. A broad
ridge is the most favorable. Irregular ridges with undercuts or sharp projections may
require surgical correction. A flat lower ridge is usually difficult but can be managed if
the patient has a favorable tongue position and a wide buccal shelf. The most difficult
ridge is thin and knife-edged, especially the mandibular. This is usually seen in a
tapered arch with sharp mylohyoid ridges and narrow buccal shelves.
Ridge contour
Sebaiknya dipalpasi dan diinspeksi. Ridge dipalapsi untuk bony spicules yang
menyebabkan sakit pada palpasi.
Ridge diklasifikadikan menjadi :
1. High ridge with flat crest and parallel sides (most ideal)
2. Flat ridge
3. Knife edged ridge
Klasifikasi lain berdasarkan maxillary dan mandibula dipisahkan:
Maxillary :
1. Square to gently rounded
2. Tapering or V shaped
3. Flat
Mandibula :
1. Rounded square ridge
2. Invert ‘U’ shaped
3. Unfavorable
Inverted ‘W’
Short inverted ‘V’
Tall, thin inverted’V’
Undercut
Ridge relation
Didefinisikan sebagai hubungan positif antara mandibular ridge dan maxillary
ridge
Ketikamemeriksa ridge relation, pola resopsi antara maxillary dan mandibular
ridge harus sellau diperhatikan
Angle menglasifikasikan ridge relationship :
1. Normal
2. Retrognatic
3. Prognatic
Ridge parallelism
Kesejajaran ridge merupakan hubungan kesejajaran antara plane dari ridge. Ridge bias
sejajar atau tidak, tetai pengaturan gigi mudah dalam parallel ridge (sejajar)
1. Ridge parallel terhadap oklusal plane
2. Mandibular ridge dibelokan dari oklusal plane secara anterior(anterior deviation
of mandible)
3. Maxilla ridge dibelokkan dari oklusal plane secara anterior (anterior deviation of
maxilla)
2. KELAINAN / PENYAKIT NEUROLOGIS OROMAKSILOFASIAL
A. NEURALGIA TRIGEMINAL ATYPICAL
Neuralgia trigeminal atipikal timbul sebagai suatu rasa nyeri yang hebat yang
berlangsung lama. Kadang-kadang didahului oleh timbulnya neuralgia trigeminal
spasmodic. ‘ Neuralgia pratrigeminal ‘ ini telah dikemukakan oleh Mitchell (1980) dan
pada pasien pemakai gigi tiruan dapat sukar didiagnosis karena biasanya gigi tiruannya
dianggap sebagai penyebab nyeri. Seringkali neuralgia trigeminal atipikal terjadi setelah
serangan Herpes Zoster atau Bells palsy. Nyeri biasanya sangat membandel dan tidak
mempunyai daerah picu. Dalam kategori ini termasuk pula nyeri yang membandel
dalam fossa kanina yang berkaitan dengan tindakan bedah atau asepsis yang berat di
daerah tersebut.
B. TRIGEMINAL NEURALGIA
Merupakan neuralgia orofasial yang penyebab organiknya tidak dapat diketahui.
Insidensi tidak umum. Biasanya pada pasien tua, lebih banyak pada wanita
dibandingkan pria.
Etiologi
Penyebabnya tidak jelas, akan tetapi mungkin diakibatkan oleh pembuluh darah yang
atherosclerotic yang menekan ujung saraf trigeminal
Gambaran klinis
Trigeminal neuralgia merupakan penyebab utama neurological dari rasa sakit
orofasial
Distribusi TN pain : unilateral dan mengikuti distribusi sensori N. cranial V yang
secara khas menyebar ke maksilari (V2) atau mandibula (V3) area.
Karakteristik TN menurut International Headache Society :
- Serangan sakit paroxysmal pada wajah yang berakhir dalam beberapa detik
hingga kurang dari 2 menit, biasanya pada pagi hari, jarang pada malam
hari.
- Rasa sakit memiliki paling tidak 4 karakter:
Distribusi sepanjang 1 atau lebih divisi pada N. trigeminal
Sangat mendadak, sharp superficial, menyebtak atau terasa terbakar
Intensitas sakit : severe
Terdapat “endapan” dari area yang terkena atau karena aktivitas
sehari – hari seperti makan, bicara, dll
Tidak terdapat deficit neurological
The attack are prototype pada pasien
#Severe pain yang khas:
Onset dan berhenti tiba2
Seperti shock elektrik, singkat, seperti tertusuk
Unilateral
Terbatas pada saraf trigeminal, biasanya pada mandibular
Pada beberapa pasien dipicu oleh pengunyahan, berbicara, penelanan,
tersenyum atau akibat perubahan suhu (biasanya udara dingin). Wilayah pemicu
tidak berhubungan secara anatomis dengan area yang sakit, tapi selalu
ipsilateral (pada wilayah yang sama)
#Pain free intervals between attacks
Mungkin ada jeda selama beberapa bulan atau tahun, tapi umumnya rekuren dan dapat
menyebar ke wilayah yang lebih luas dan intervalnya lebih singkat
#tidak ada kelainan neurological
Pemeriksaan neurologis diperlukan
MANAGEMENT
Lebih baik bila di deteksi sejak tahap awal oleh spesialis untuk mengkonfirmasi
diagnosis dan treatment awal
Treatment medis Sukses Anticonvulsant
Dengan carbamazepine bukan analgesic, bila dikonsumsi saat serangan tidak
akan meredakan sakit. Diberikan terus-menerus sebagai profilaksis untuk jangka
waktu yang lama, dimulai dengan 100mg 3x sehari meningkat dengan 100mg
setiap 3 hari sampai maksimum 1000mg/hari. Untuk control rasa sakit dan pada
saat yang sama untuk mencegah efek lebih lanjut.
Carbamazepine harus digunakan hati-hati dan diawasi oleh tenaga medis secara
ketat, karena obat tersebut memiliki efek samping seperti mempengaruhi
keseimbangan usus besar, sumsum tulang (RBC/WBC/Platelet turun). Tekanan
darah meningkat
Pasien harus diperiksa rutin tiap 3 bulan, lalu 6 bulan untuk memeriksa RBC,
WBC dan platelet (jumlahnya), urea dan elektrolit, fungsi liver dan tekanan darah
Bila carbamazepine gagal phenytoin, clonazepam, baclofen
Surgery bila treatment dengan obat2an gagal / efek samping terlalu berbahaya.
# local cryosurgery pada saraf trigeminal yang terlibat (cryoanalgesia)
#neurosurgery
C. BELL’S PALSY
Pengertian
adalah suatu kelainan pada saraf wajah yang menyebabkan kelemahan atau
kelumpuhan tiba-tiba pada otot di satu sisi wajah dan menyebabkan wajah
miring/mencong. Berbeda dari Gangguan Peredaran Darah Otak, kelumpuhan wajah
sesisi ini tidak dibarengi dengan kelumpuhan anggota badan lainnya
Penyebabnya
Penyebabnya tidak di ketahui, tetapi di duga terjadi pembengkakan pada saraf wajah
sebagai reaksi terhadap virus, penekanan atau berkurangnya aliran darah.
Pemeriksaan :
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejalanya serta dapat dilihat dari riwayat penyakit
atau hasil pemeriksaan CT scan, MRI. Tidak ada pemeriksaan khusus untuk
menegakan diagnosa bell’s palsy.
Gejala
• Bellll’s pallsy terjadi secara tiba – tiba. Beberapa jam sebelum terjadi kelemahan pada
otot wajah,penderiita merasakan nyeri dii belakang telinga. Kelemahan otot yang terjadi
bisa ringan sampai berat,tetapi selalu pada sisi wajah. Sisi wajah yang mengalami
kelumpuhan menjadi datar dan tanpa ekpresi, tetapi penderiita seolah – olah wajahnya
terpuntir.
• Sebagiian besar penderiita mengallamii matii rasa atau merasa ada beban di
wajahnya, meskipun sebetulnya sensasi wajah adalah normal.
• Jika bagiian atas wajah juga terkena, maka penderita juga akan mengalami kesuliitan
dalam menutup matanya di sisiyang trekena.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk bell’s palsy. Beberapa ahli percaya kortikoseteroid
misalnya ” prednison ”harus di berikan dalam waktu tidak lebih dari 2 hari setelah
timbulnya gejala dan di lanjutkan sampai 1 – 2 minggu. Jika kelumpuhan otot wajah
menyebabkan mata tidak dapat tertutup rapat, maka mata harus di lindungi dari
kekeringan.Tetes mata pelumas digunakan setiap beberapa jam. Pada kelumpuhan
yang berat, pemijatan pada otot yang lemah dan perangsangan sarafnya bisa
memebantu terjadinya kekauan otot wajah.
RINGKASAN
GigI tiruan penuh merupakan Gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua
gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang telah
hilang semua gigi geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi
fonetik, fungsi estetik, dan dapat mempengaruhi psikis. Hal ini bertujuan untuk
mengembalikan fungsi mastikasi, estetik, dan fonetik. Gigi tiruan penuh harus memilki
support, retensi dan stabilitas yang cukup dan baik. Untuk bisa membuat gigi tiruan
penuh yang baik maka dibutuhkan pengetahuan mengenai anatomical landmark baik
intraoral maupun ekstraoral. Serta adanya variasi anatomis pada setiap individu juga
harus dipahami
Gigi tiruan penuh banyak digunakan pada geriatric sehingga membutuhkan
manajemen khusus karena adanya tipe kepribadian yang berbeda-beda misalnya tipe
filosophical, indifferent, exacting dan histerical. Selain itu,perlunya pemahaman
mengenai penyakit atau kelainan neurologis yang sering menyerang pasien geriatric
pada umumnya seperti, bell’s palsy, atypical facial pain, dll.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bernard Levin, D.D.S., M.Ed.,. COMPLETE DENTURE PROSTHODONTICS- A
Manual For Clinical Procedures. University of Southern California School of
Dentistry.17th Edition 2002
2. DM Watt, AR MacGregor. Membuat Desain Gigi Tiruan Lengkap (Designing
Complete
Dentures). 1992. Terjemahan Hipokrates.
3. Nallaswamy, Deepak. 2003. Textbook of Prostodontic. India : Jaypee Brothers
4. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral & Maxillofacial Pathology.
2nd ed. 2002.
Philadelphia: WB Saunders
5. RM Basker, J.C. davenport, HR Tomlin ; alih bahasa, Titi S. Soebekti. Perawatan
Prostodontik BAgi PAsien Tidak Bergigi. 1996. Jakarta :EGC
6. Scully, Crispian. 1999. Handbook of Oral Disease. New York :Theme