Laporan Kasus Paru COPD

63
LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT DALAM COPD Oleh : Roza Kurnia Wahyuningrum. 102011101037 Pembimbing : Dr. Edi Nurtjahja., Sp. P FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2015

description

lapsus

Transcript of Laporan Kasus Paru COPD

LAPORAN KASUSILMU PENYAKIT DALAMCOPD

Oleh :Roza Kurnia Wahyuningrum.102011101037Pembimbing :Dr. Edi Nurtjahja., Sp. P

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER2015DAFTAR ISI

Halaman sampul ...................................................................................................1Daftar Isi ...............................................................................................................2BAB I Pendahuluan ..............................................................................................3BAB II Laporan Kasus .........................................................................................42.1 Identitas Pasien .....................................................................................52.2 Anamnesis ..............................................................................................42.3 Pemeriksaan fisik ...................................................................................62.4 Pemeriksaan penunjang .........................................................................92.5 Resume ................................................................................................112.6 Diagnosis Kerja ...................................................................................122.7 Penatalaksanaan ...................................................................................122.8 Prognosis ..............................................................................................122.9 Follow up ..............................................................................................13BAB III Tinjauan Pustaka ................................................................................173.1 Definisi.................................................................................................173.2 Etiologi dan faktor resiko .....................................................................183.3 Patofisiologi .........................................................................................193.4 Patologi ..............................................................................................233.5 Klasifikasi ...........................................................................................243.6 Diagnosis .............................................................................................253.7 Diagnosis Banding ...............................................................................273.8 Penatalakaksanaan ................................................................................283.9 Komplikasi ............................................................................................373.10 Prognosis ............................................................................................37 Daftar Pustaka ...............................................................................................38

BAB IPENDAHULUAN

PPOK adalah suatu penyakit paru kronik yang ditandai oleh adanya hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversible. Penyakit tersebut biasanya progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi abnormal paru terhadap partikel berbahaya atau gas beracun.1 Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko, seperti faktor pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja.2 Penatalaksanaan PPOK secara umum bertujuan untuk mencegah progresivitas dari penyakit, mengurangi gejala, meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, meningkatkan status kesehatan, mencegah dan menangani komplikasi, mencegah dan menangani eksaserbasi, dan menurunkan angka kematian.1,2

BAB IILAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIENNama : Tn. AUsia: 50 tahunJenis Kelamin: Laki-laki Pekerjaan: -Agama: IslamStatus perkawinan: MenikahSuku: Jawa Alamat: Krajan, Silo Tanggal MRS: 09 Maret 2015Tanggal KRS: 20 Maret 2015

2.2 ANAMNESIS Autoanamnesis dan heteroanamnesis dilakukan kepada pasien pada tanggal 10 Maret 2015 di Ruang Sakura RSD dr Soebandi Jember.2.2.1 KELUHAN UTAMA : Sesak nafas2.2.2 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Sesak nafas dialami sejak 2 bulan terakhir tetapi 1 minggu ini sesak nafas dirasakan semakin memberat, bahkan untuk ganti baju saja pasien sudah merasa sesak sekali. Sesak dialami terus-menerus dan tidak memberat dengan cuaca dingin. Sesak nafas akan berkurang jika dibuat istirahat sehingga untuk tidur pasien harus menggunakan 2 bantal dan dalam posisi duduk. Riwayat sesak sebelumnya ada. Dalam keluarga tidak ada yang menderita keluhan yang sama dengan dengan penderita. Sesak nafas dirasakan seperti perasaan tidak nyaman dan susah untuk bernafas, terkadang sesak nafas juga diikuti nyeri dada yang menjalar ke punggung hingga dagu. Sejak 2 bulan terakhir memang pasien sudah tidak mampu bekerja sama sekali karena kakinya mulai bengkak hingga tidak kuat untuk berjalan. Terkadang sesak nafas diikuti perasaan berdebar-debar dan keluar keringat dingin Penderita juga mengalami batuk dialami sejak 1 bulan yang lalu,hanya memberat sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, Lendir warna putih.Penurunan berat badan drastis disangkal, tidak ada,nafsu makan hanya makan sekali dalam sehari. Nyeri abdomen tidak ada, BAB & BAK lancar. Pasien memang perokok berat sejak SMP hingga sekarang 1 hari hampir 2 kotak bungkus rokok dihabiskannya.

2.2.3 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Hipertensi disangkal Diabetes Melitus disangkal Stroke disangkal Asma disangkal Gagal Jantung disangkal Gagal ginjal disangkal2.2.4 RIWAYAT PENGOBATAN Disangkal

2.2.5 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Disangkal2.3 PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum: LemahKesadaran: Compos MentisVital sign:Tekanan Darah : 130/80 mmHgNadi : 100 x / menitPernafasan : 42 x / menitSuhu aksila : 37,2 o C Status gizi:BB: 85 kgTB:165 cmBMI:31,1

Pernafasan: sesak (+), batuk (+), pernafasan cuping hidung (+) Kulit: pucat (-), turgor kulit 20% dan minimal 250 mg.

c. AntibiotikaHanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :- Lini I : Amoksisilin. Makrolid.- Lini II : Amoksisilin dan asam klavulanat. Sefalosporin. Kuinolon. Makrolid baru.Perawatan di Rumah Sakit :- Amoksilin dan klavulanat.- Sefalosporin generasi II & III per injeksi.- Kuinolon per oral.Anti pseudomonas : - Aminoglikose per injeksi.- Kuinolon per injeksi. - Sefalosporin generasi IV per injeksi.

d. AntioksidanDapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N-asetil-sistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin.

e. MukolitikHanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.f. Antitusif

3. Terapi OksigenPada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ lainnya.Manfaat oksigen : - Mengurangi sesak.- Memperbaiki aktiviti.- Mengurangi hipertensi pulmonal.- Mengurangi vasokonstriksi.- Mengurangi hematokrit.- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri.- Meningkatkan kualiti hidup.

Indikasi terapi oksigen : - PaO2 < 60mmHg atau Saturasi O2 < 90%.- Pa O2 diantara 55 - 59 mmHg atau Saturasi O2> 89% disertai Kor Pulmonal perubahan P pulmonal, Hematokrit > 55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain. Macam macam terapi oksigen :- Pemberian oksigen jangka panjang.- Pemberian oksigen pada waktu aktiviti.- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak.- Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas.4. Ventilasi MekanikVentilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah. Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara :- Ventilasi mekanik dengan intubasi dan ventilasi mekanik tanpa intubasi.5. NutrisiMalnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapnia menyebabkan terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortalitas PPOK karena berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah.Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :- Penurunan berat badan, kadar albumin darah.- Antropometri, pengukuran kekuatan otot (kekuatan otot pipi).- Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia).

6. Rehabilitasi PPOKTujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK.Program rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihan pernapasan.1. Tatalaksana PPOK stabil (PDPI, 2006). Terapi Farmakologisa. Bronkodilator Secara inhalasi (MDI), kecuali preparat tak tersedia / tak terjangkau. Rutin (bila gejala menetap) atau hanya bila diperlukan (gejala intermitten). 3 golongan : Agonis -2: fenopterol, salbutamol, albuterol, terbutalin, formoterol, salmeterol. Antikolinergik: ipratropium bromid, oksitroprium bromid. Metilxantin: teofilin lepas lambat, bila kombinasi -2 dan steroid belum memuaskan. Dianjurkan bronkodilator kombinasi daripada meningkatkan dosis bronkodilator monoterapi.

b. Steroid PPOK yang menunjukkan respon pada uji steroid. PPOK dengan VEP1 < 50% prediksi (derajat III dan IV) Eksaserbasi akut.

c. Obat-obat tambahan lain Mukolitik (mukokinetik, mukoregulator) : ambroksol, karbosistein, gliserol iodida. Antioksidan : N-Asetil-sistein. Imunoregulator (imunostimulator, imunomodulator): tidak rutin. Antitusif : tidak rutin. Vaksinasi : influenza, pneumokokus.

Terapi Non-Farmakologisa. Rehabilitasi : latihan fisik, latihan endurance, latihan pernapasan, rehabilitasi psikososial.b. Terapi oksigen jangka panjang (>15 jam sehari) : pada PPOK derajat IV, Analisa Gas Darah : PaO2 < 55 mmHg, atau SaO2 < 88% dengan atau tanpa hiperkapnia. PaO2 55-60 mmHg, atau SaO2 < 88% disertai hipertensi pulmonal, edema perifer karena gagal jantung, polisitemia. Pada pasien PPOK, harus di ingat, bahwa pemberian oksigen harus dipantau secara ketat. Oleh karena, pada pasien PPOK terjadi hiperkapnia kronik yang menyebabkan adaptasi kemoreseptor-kemoreseptor central yang dalam keadaan normal berespons terhadap karbon dioksida. Maka yang menyebabkan pasien terus bernapas adalah rendahnya konsentrasi oksigen di dalam darah arteri yang terus merangsang kemoreseptor-kemoreseptor perifer yang relatif kurang peka. Kemoreseptor perifer ini hanya aktif melepaskan muatan apabila PO2 lebih dari 50 mmHg, maka dorongan untuk bernapas yang tersisa ini akan hilang. Pengidap PPOK biasanya memiliki kadar oksigen yang sangat rendah dan tidak dapat diberi terapi dengan oksigen tinggi. c. Nutrisid. Terapi Pembedahan - Memperbaiki fungsi paru, memperbaiki mekanik paru. - Meningkatkan toleransi terhadap eksaserbasi. - Memperbaiki kualiti hidup.Operasi paru yang dapat dilakukan yaitu : Bulektomi. Bedah reduksi volume paru (BRVP) / lung volume reduction surgey (LVRS) dan transplantasi paru.Tabel 2. Penatalaksanaan menurut derajat PPOK (GOLD, 2012 ; PDPI, 2006).DERAJATKARAKTERISTIKREKOMENDASI PENGOBATAN

Semua derajat Hindari faktor pencetus Vaksinasi influenza

Derajat I (PPOK Ringan)VEP1 / KVP < 70 %VEP1 80% Prediksia. Bronkodilator kerja singkat (SABA, antikolinergik kerja pendek) bila perlub. Pemberian antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaan

Derajat II(PPOK sedang)VEP1 / KVP < 70 %50% VEP1 80% Prediksi dengan atau tanpa gejala1. Pengobatan reguler dengan bronkodilator:a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaanb. LABAc. Simptomatik2. RehabilitasiKortikosteroid inhalasi bila uji steroid positif

Derajat III(PPOK Berat)VEP1 / KVP < 70%; 30% VEP1 50% prediksiDengan atau tanpa gejala1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih bronkodilator:a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaanb. LABAc. Simptomatik2. Rehabilitasi

Kortikosteroid inhalasi bila uji steroid positif atau eksaserbasi berulang

Derajat IV(PPOK sangat berat)VEP1 / KVP < 70%; VEP1 < 30% prediksi atau gagal nafas atau gagal jantung kanan1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih bronkodilator:a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaanb. LABAc. Pengobatan komplikasid. Kortikosteroid inhalasi bila memberikan respons klinis atau eksaserbasi berulang2. Rehabilitasi3. Terapi oksigen jangka panjang bila gagal nafas 4. Pertimbangkan terapi bedah

2. Tatalaksana PPOK eksaserbasi (PDPI, 2006). Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut di rumah: bronkodilator seperti pada PPOK stabil, dosis 4-6 kali 2-4 hirup sehari. Steroid oral dapat diberikan selama 10-14 ahri. Bila infeksi: diberikan antibiotika spektrum luas (termasuk S.pneumonie, H influenzae, M catarrhalis).Terapi eksaserbasi akut di rumah sakit: Terapi oksigen terkontrol, melalui kanul nasal atau venturi mask. Bronkodilator : inhalasi agonis 2 (dosis & frekwensi ditingkatkan) dan antikolinergik. Pada eksaserbasi akut berat : ditambahkan aminofilin (0,5 mg/kgBB/jam). Steroid : prednisolon 30-40 mg PO selama 10-14 hari. Steroid intravena: pada keadaan berat. Antibiotika terhadap S pneumonie, H influenza, M catarrhalis. Ventilasi mekanik pada: gagal akut atau kronik.

Indikasi rawat inap : Eksaserbasi sedang dan berat. Terdapat komplikasi. Infeksi saluran napas berat. Gagal napas akut pada gagal napas kronik. Gagal jantung kanan.

Indikasi rawat ICU :Sesak berat setelah penanganan adekuat di ruang gawat darurat atau ruang rawat. Kesadaran menurun, letargi, atau kelemahan otot-otot respirasi. Setelah pemberian oksigen tetapi terjadi hipoksemia atau perburukan PaO2 > 50 mmHg memerlukan ventilasi mekanik (invasif atau non invasif).

3.9.KOMPLIKASI (GOLD, 2012 ; PDPI, 2006).1. Gagal napas - Gagal napas kronik. - Gagal napas akut pada gagal napas kronik.2. Infeksi berulang (80 %) Infeksi S. Pneumonia, H. Influenza. (Scharschmidt, B.F, 2007). 3. Kor pulmonal.

3.10.PROGNOSISDubia, tergantung dari stage / derajat, penyakit paru komorbid, penyakit komorbid lain (GOLD, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). PPOK (Penyakit paru Obstruktif Kronik), pedoman praktis diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia; 2011. 2. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global strategy for diagnosis, management and prevention of chronic obstructive lung disease updated 2012. 3. Duerden Martin. The management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Merec Bulletin 2006; 16:17-20. 4. Wiyono WH, Riyadi J, Yunus F, Ratnawati A, Prasetyo S. The benefit of pulmonary rehabilitation againts quality of life alteration and functional capacity of chronic obstructive pulmonary disease (COPD) patient assessed using St Georges respiratory questionnaire (SGRQ) and 6 minute walking distance test (6 MWD). Med J Indones 2005; 15: 165-72. 5. Ikalius, Yunus F, Suradi, Rachma Noer. Perubahan kualitas hidup dan kapasitas fungsional penderita penyakit paru obstruktif kronik setelah rehabilitasi paru. Majalah Kedokt. Indonesia 2007 : 57. 6. Seymour JM, Moore L, Jolley JC. Outpatient pulmonary rehabilitation following acute exacerbations of COPD. Bmj 2010; 65: 423-428. 7. Soemantri S, Budiarso RL, Suhardi, Sarimawar, Bachroen C. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT). Jakarta: Depkes RI; 1995.96-125. 8. Yunus F. Gambaran penderita PPOK yang dirawat di bagian Pulmonologi FKUI/SMF paru RSUP Persahabatan Jakarta. J Respir Indo 2000;20:64-8. 9. Wibisono MJ, Winariani, Hariadi s. Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya, 2010: 37-51. 10. Nanshan Z. COPD vs Asthma making a correct diagnosis. Asia Pasific COPD Round Table Issue, 2003;5:1-2. 11. American Thoracic Society. Standards for diagnosis and care of patients with COPD. Am J Respir Crit Care Med 1995; 152:77-120. 12. Mulyono D. Rehabilitasi pada penderita penyakit paru obstruksi menahun. Cermin Dunia Kedokteran 1997; 33: 33-36.

1