Laporan Kasus Diare Nina Ami Aloy

55
Laporan Diskusi Kasus Diare Modul Elektif Farmakologi Oleh : Aida Julia Ulfah Amaliah Harumi Karim Ahmad Hudan Eka Annissa kallista Karlina Sari Sujana Manda Pisilia M. Fernando Pratama Nadia Entus Nurazmina Alwi Tiara Lachtaria PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1

description

diare

Transcript of Laporan Kasus Diare Nina Ami Aloy

Laporan Diskusi Kasus Diare

Modul Elektif Farmakologi

Oleh :

Aida Julia Ulfah

Amaliah Harumi KarimAhmad Hudan EkaAnnissa kallista

Karlina Sari Sujana

Manda Pisilia

M. Fernando PratamaNadia EntusNurazmina Alwi

Tiara LachtariaPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Diskusi Kasus 1 (5 Maret 2015)

Seorang ibu menggendong anaknya yang berusia 1,5 tahun. BB 11 kg, datang ke klinik anda dengan keluhan anaknya mengalami mencret lebih dari 6 kali sehari sejak 1h hari yang lalu. Mencret tidak disertai darah atau lendir. Hari ini anaknya masih mencret dan badannya menjadi panas. Tidak ada muntah dan anaknya masih bisa minum. Ibu belum memberikan pengobatan.

Dari hasil pemeriksaan anda , BB 11 kg, suhu 38,40 C, diagnosis pasien tersebut : Diare akut dengan dehidrasi ringan.

Berdasarkan pertimbangan farmakologi, resep apa yang akan anda buat, seandainya di apotik langganan anda tersedia :

Parasetamol, ibuprofen, diazepam, oralit, kotrimoksazol, siprofloksasin, metronidazol, sefiksim, amoxicilin, deksametason, domperidon, loperamid, kaopectat, metokloperamid, attapulgit, lacto-B dan tablet zink.

1. Cari 3 etiologi diare akut yang terbanyak pada anak?

2. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi diare pada anak3. Bagaimana tatalaksana pasien tersebut?

4. Kalau pada pasien ini perlu diberikan obat, obat apa saja yang akan anda resepkan dan apa pertimbangannya?

5. Tentukan Dosis, frekuensi pemberian dan sediaan dari obat-obat yang anda pilih dan buatlah resepnya

6. Bagaimana mekanisme kerja indikasi , kontraindikasi, efek samping, dan interaksi obat yang anda resepkan

7. Kapan pasien diminta untuk kontrol?

8. Jika setelah 3 hari tidak ada perbaikan dan pada pemeriksaan tinja ditemukan basil gram (-) dan leukosit (+++) , obat apa yang anda akan resepkan ? (kembali ke pertanyaan 2,3,4, dan 5)

Jawaban :

1. Etiologi Diare akutPenyebab tersering diare pada anak adalah terbanyak pada anak adalah infeksi virus rotavirus, bakteri Escherichia coli dan Shigella, dan malabsoprsi makanan. Dari anamnesis didapatkan informasi yaitu mencret 6 kali sehari dengan onset 1 hari yang lalu,hal ini menunjukkan diare akut. tidak ada darah ataupun lendir, mual namun tidak muntah dan perut terasa sakit. Semua data tersebut menunjukkan ke arah infeksi virus.

2. Klasifikasi diare pada anak

Klasifikasi diare berdasarkan onsetnya:

Diare akut ( diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

Diare kronik / persisten ( diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih

Klasifikasi diare berdasarkan derajat dehidrasi :

Pada anak ini karena diare berlangsung 1 hari yang lalu, maka berdasarkan klasifikasi diare berdasarkan onset, anak ini mengalami diare akut dan berdasarkan kasus derajat diare yakni ringan-sedang.3. Tatalaksana

Terdapat lima hal tatalaksana pada pasien diare :

1. Rehidrasi

Tabel 1. Pedoman Tatalaksana diare berdasarkan dehidrasi.Derajat Dehidrasi, % defisitRehidrasiPenggantian cairan

Tanpa dehidrasi

( 10% BB)Cairan intravena:

12 bulan : 30ml/kg/30 menit kemudia 70 ml/kg/2 jam.10 ml/kg tiap diare

2-5 ml/kg tiap muntah

Tunjukkan pada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu sendok teh setiap 1 2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun; dan pada anak yang lebih besar, berikan minuman oralit lebih sering dengan menggunakan cangkir. Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit; lalu beri larutan oralit lebih lambat (misalnya 1 sendok setiap 2 3 menit). Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan beri minum air matang atau ASI. Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang terlihat sebelumnya

Pada pasien ini derajat dehidrasi ringan-sedang , maka kita memberikan terapi rehidrasi oral 825 cc selama 3 jam pertama, kemudian dinilai lagi derajat dehidrasinya. Bila anak masih haus dan ingin minum lagi, maka minum haru diberikan lagi. Jika dehidrasi membaik menjadi tanpa dehidrasi maka dapat diberikan 110 cc oralit setiap diare dan 22-55 cc tiap kali muntah.

2. Dukungan nutrisi

Hal ini dimaksudkan untuk mengganti nutrisi yang hilang serta untuk menghindari terjadinya gizi buruk digiling. Berikut adalah makanan yang direkomendasikan:

Sereal atau makanan lain yang mengandung zat tepung dicampur dengan kacang-kacangan, sayuran dan daging/ikan, jika mungkin, dengan 1-2 sendok teh minyak sayur yang ditambahkan ke dalam setiap sajian.

Makanan Pendamping ASI lokal yang direkomendasikan dalam pedoman

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di daerah tersebut.

Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat diberikan untuk penambahan kalium.

Bujuk anak untuk makan dengan memberikan makanan setidaknya 6 kali sehari. Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan tambahan per harinya selama 2 minggu.3. Suplemen Zinc

Dosis pemberian zinc pada yang dianjurkan oleh WHO dan UNICEF pada tahun 2004 adalah pada bayi kurang dari 6 bulan dengan dosis 10 mg. Dan pada anak pada usia di atas 6 bulan sebanyak 20 mg per hari. Pemberian Zinc dilakukan hingga 10 hari. Caranya larutkan tablet zinc ke dalam sendok yang berisi air matang atau asi atau cairan oralit hingga larut baru diminum. Dapat juga dikunyah jika pasien mampu. Pemberian seperti ini, telah terbukti mencegah berulangnya diare 2-3 bulan. Nafsu makan pada anak juga dapat kembali dengan pemberian zinc.Ada beberapa mekanisme kerja zinc yang dapat menangulangi diare. mekanisme tersebut adalah :

Zinc merupakan kofaktor enzim yang superoxide dismutase (SOD). Enzim SOD hampir terdapat pada seluruh sel pada tubuh. Dalam setiap sel, ketika terjadi transport elektron untuk mensintetis ATP selalu timbul hasil sampingan yaitu anion super oksida. Anion Superoksida merupakan radikal bebas yang sangat kuat yang dapat merusak semua struktur dalam sel. untuk melindungi dirinya dari kerusakan, setiap sel mengespresikan SOD. SOD mengubah anion superoksida menjadi H2O2 selanjutnya senyawa H2O2 diubah menjadi senyawa yang lebih aman, yaitu H2O dan O2 oleh enzim katalase; atau bisa juga diubah menjadi H2O oleh enzim glutation peroksidase. dengan demikian SOD sangat penting untuk menjaga integritas epitel usus. Zinc dapat menjadi antioksidan secara langsung. Zinc bekerja sebagai stabilisator interamolekular, mencegah ikatan disulfida, dan berkompetisi dengan Cu dan Fe. Cu dan Fe bebas dapat menjadi radikal bebas.

Zink dapat menghambat sintetis Nitric Oxide (NO). NO di induksi oleh IL-1dari sel imun dan LPS (lipopolisakarida) dari bakteri. NO berperan untuk menghancurkan kuman. Namun NO yang berlebih dapat merusak berbagai macam struktur dalam sel.

Zinc dapat berperan dalam menginduksi sel imun. telah terbukti bahwa zinc berperan dalam memodulasi sel T dan sel B.

Zinc juga dapat berperan dalam aktivasi limfosit T, karena zinc berperan sebagai kofaktor dari protein-protein sistem transduksi signal dalam sel T. Protein ini misalnya fosfolipase C. Aktivasi sel T mengenali antigen.

Zinc dapat menjaga keutuhan epitel usus. Zinc berperan sebagai kofaktor berbagai faktor transkipsi, sehingga transkripsi dalam usus dapat terjaga.

4. Antibiotik selektif

Pada umumnya antibiotik tidak dibutuhkan pada diare akut. diare akut paling banyak disebabkan oleh Rotavirus yang bersifat self limited. Pada pasien ini berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda dan gejala diare karena bakteri Maka kami tidak memberikan antibiotik pada pasien ini.5. Edukasi orang tua

Edukasi orang tua atau pengasuh cara pemberian rehidrasi di rumah. Selain itu faktor prilaku yang dapat memicu diare perlu juga untuk diketahui oleh orang tua.

Nasihati ibu atau pengasuh untuk kembali segera ke rumah sakit bila ada demam, tinja berdarah, badan lemas, muntah berulang, makan atau minum yang sedikit, sangat haus, malas minum, mata cekung, diare makin sering atau belum membaik dalam waktu 3 hari.4. Kalau pasien ini perlu diberikan obat, obat apa saja yang anda resepkan, dan apa pertimbangan nya?

Obat yang akan diresepkan sesuai dengan 5 pilar tatalaksana diare diatas, sehingga pada pasien ini perlu diresepkan : Parasetamol, Oralit, Zink, dan Lacto-B.

-Oralit diberikan dengan alasan sebagai rehidrasi.Pada pasien didiagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang sehingga pemberian oralit untuk menggantikan cairan yang hilang melalui diare.-Parasetamol diberikan karena untuk menurunkan demam. Demam dapat disebabkan karena infeksi maupun dehidrasi.-Zink diberikan untuk proses re-epitelisasi epitel-epitel usus pada pasien diare. Diharapkan zink dapat mengurangi lama dan beratnya diare, zink juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Zink juga dapat menurukan insidensi diare hingga 2-3 bulan berikutnya.

-Lacto-B berisi lactobacillus acidophilus sebagai probiotik, bertujuan untuk mengurangi frekuensi, jumlah, dan durasi diare. Probiotik potential mempunyai efek protektif terhadap diare, dengan mekanisme : competitive inhibitor, perubahan lingkungan mikro lumen usus (pH, oksigen), produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen usus, kompetisi nutrient, mencegah adhesi kuman patogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan imunomodulasi.

5. Tentukan Dosis, frekuensi pemberian dan sediaan dari obat-obat yang anda pilih dan buatlah resepnya

PARASETAMOL

Dosis:

Dewasa: 300 mg 1g per kali, dengan maksimum 4g per hari.

Anak: Bayi dibawah 1 tahun 60 mg/kali, anak 1-6 tahun 60-120 mg/kali, anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, dengan maksimum 1,2 g/hari. Berdasarkan berat badan 10-15 mg/kgBB. Frekuensi: maksimum pemberian 6 kali sehari

Sediaan obat: tersedia dalam obat tunggal, tablet 500 mg atau sirup 120mg/5 mL.

ORALIT

Dosis: Dehidrasi Ringan-Sedang 75mg/kgBB dalam 3 jam pertama

Frekuensi: Pada dehidrasi ringan-sedang diberikan oralit 75mg/kgBB selama 3 jam untuk rehidrasi. Setelah 3 jam, dipantau kembali tanda-tanda dehidrasi. Jika masih BAB cair, berikan 10mg/kgBB tiap setelah BAB, dan 5 mg/kgBB tiap setelah muntah.

Sediaan: Sachet 200 mg

ZINC

Dosis: < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg) / hari

6 bulan: 1 tablet (20mg) / hari

Frekuensi: 1 kali per hari selama 10-14 hari berturut-turut

Sediaan: obat zinc berupa tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Tersedia sediaan sirup, 1 Fl. 60ml dengan 20 mg/5mL dan serbuk dalam bentuk sachet.

LACTO-B

Dosis dan Frekuensi:

Dibawah 1 tahun : 2 sachet per hari.

Usia 1-6 tahun : 3 sachet per hari.

Dapat diberikan langsung atau dicampur dengan susu, makanan bayi atau air.

Sediaan: Sachet Komposisi Per Sachet mengandung : lactobacillus acidophilus, bifidobacterium longun, streptococcus themophilus, vit C 10mg, vit B 2 0,5mg, vit B6 0,5mg, niacin 2mg, protein 0,02mg, fat 0,1mg, energy 3,4kalResep

Klinik UIN Medikadr. AhepSIP 08992020/2014

Jalan Graha Bukit Cinere, Jakarta SelatanTelpon: 021-7225473

Jakarta, 05 Maret 2015R/ Oralit sach No.XV Suc

R/ Zink syrup 60 ml fls No. I S.1.dd. cth I pc

R/ Paracetamol syrup 60 ml fls No. I

S.3.dd. I cth. Prn. pcR/ Lacto-B Sach No. XV S.3.dd. sach I D.C

Pro

: An. Rani (BB: 11 kg)

Usia

: 1,5 tahun

Alamat

: Jl. Anuraga6. Bagaimana mekanisme kerja indikasi , kontraindikasi, efek samping, dan interaksi obat yang anda resepkan?-Antipiretik

Parasetamol (asetaminofen)

Mekanisme kerja: menghambat enzim siklooksigenase (COX 1 dan COX 2 ) sehingga menghambat pembentukan prostaglandin

Indikasi : sebagai analgesik dan antipiretik

Kontraindikasi: Penyakit hati kronik, hipersensitivitas asetaminofen

Efek samping :

Alergi terhadap para-aminofenol

Anemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimun, defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit abnormal

Methemoglobinemia dan sulfhemoglobinemia

Nekrosis hati

Nekrosis tubuli renalis

Koma hipoglikemik

Hepatotoksik pada dosis tunggal ( 200- 250 mg/ kgBB)

P-Drug Paracetamol, analgesik antipiretik

EfficacySafetySuitabilityCost

FD

Hambat enzim siklooksigenase

FK

Absorbsi, cepat & sempurna melalui GI Tract

Distribusi, Cmax jam, T1/2 1-3 jam. Tersebar keseluruh cairan tubuh

Metabolisme, oleh enzim mikrosom hati, sebagian 80% di konjugasi asam glukoronat, sebagian lagi dengan asam sulfat. Ia juga mengalami hidroksilasi dengan metablit methemoglobin

Eksresi, ginjal dengan sebagian kecil sebagai paracetamol 3%, sisanya bentuk konjugasi ESO

Hepatotoksisitas, Hipersensitivitas, methemoglobinemia, toksisitas akutKI

Penyakit hati kronik, hipersensitivitas asetaminofen, rush

Ketersediaan

Tablet 500 mg

Syrup 60 ml (125 mg/5 ml)

Drop 15 ml (60mg/0,6ml)Sanmol

Tablet

500mgx25x4=20000

Syrup

120mg/5cc/60ml=5000

Drop

60mg/0,6mlx15mlx1=11580

Kesimpulan P-drug Paracetamol

Obat EfficacySafetySuitabilityCost

Paracetamol++++++++++++

-Lacto-BMekanisme KerjaIndikasiKontraindikasiEfek Samping

-Probiotik menghambat pertumbuhan dan kolonisasi berbagai patogen potensial dengan asam laktat dan asetat sebagai PAM (produk akhir metabolisme) yang menurunkan pH menidum. Di samping itu juga membentuk PAM yang secara langsung bersifat inhibitorik terhadap sejumlah bakteri patogen (gram positif maupun gram negatif)

-Pada pasien penderita diare, terjadi kerusakan brush border pada usus. Brush border tersusun atas protein, seperti galectin, myosin, occludin dan lain-lain. Ketika terjadi infeksi, lapisan protein menipis dan rusak, dan ternyata pemberian probiotik mampu memperbaiki kerusakan itu dengan cara pengguliran sinyal melalui jalur ERK

dan JNK.Diare yng disebabkan oleh infeksi viral dan bakteri.

Anak dengan riwayat Atopic

Infeksi bakteri divaginaPasien dengan kondisi imunosupressanFlatus

Interaksi obat

Lacobasilus berinteraksi dengan antibiotik. Efektivitas lactobacilus akan turun jika digunakan bersamaan dengan antibiotik. Antibiotik tidak hanya mereduksi bakteri jahat di tubuh, tetapi juga bakteri baik. Untuk menghindari efek reduksi lactobacilus, berikan lactobacilus 2 jam setelah atau sebelum penggunaan antibiotik. P-Drug Lacto B

EfficacySafetySuitabilityCost

Farmakodinamik

GIT ( Kompetisi nutrisi dengan bakteri patogen. Probiotik juga memiliki kemampuan

menempel pada sel epitel mukosa usus

(enterosit) dan berkompetisi dengan

mikroorganisme patogen untuk reseptor

adhesi.ESO

Flatus

KI

Pasien dengan imunocomprimise

Ketersediaan

1 sach ( 107 CFU/gr (Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium longun, Streptococcus themophillus)Rp. 4,950/ sachet

(novelpharma)

-Zink dan oralit

Zink

MekanismeIndikasiKIEfek samping

Kofaktor enzim metabolisme asam nukleat dan protein untuk sintesis DNA sehingga mempercepat reepitalisasi usus. Suplement diet, tatalaksana defisiensi zink - Mual, muntah (tergantung dosis)

Oralit

MekanismeIndikasiKIESO

Mengembalikan kehilangan cairan dan elektrolit Keadaan yang beresiko kehilangan elektrolit--

Tabel P-drug (Zink)

EfikasiSafetySuitabilitycost

++++++ +++ +++

Tabel P-drug (Oralit)

EfikasiSafetySuitabilitycost

++++++ +++ +++

7. Kapan pasien diminta untuk kontrol?

Pada pasien ini disarankan untuk kontrol jika ditemukan :

Tanda-tanda dehidrasi berat : seperti malas minum, kedua mata cekung, jika menangis air mata tidak keluar, cenderung mengantuk atau lemas, daerah mulut atau lidah kering dan air kencing sedikit. Gejala diare yang tidak membaik atau semakin memberat maka diperlukan terapi tambahan.

BAB menjadi berdarah, berlendir Tanda-tanda sulit makan dan juga mual muntah yang semakin memberat.

Kegagalan terapi walaupun sudah dilakukan terapi adekuat. Yaitu masih terjadi diare dan dehidrasi pada pasien. Ada reaksi alergi dari obat yang diberikan

8. Jika setelah 3 hari tidak ada perbaikan dan pada pemeriksaan tinja ditemukan basil gram (-) dan leukosit (+++), obat apa yang anda akan resepkan ? (kembali ke pertanyaan 2,3,4, dan 5)

Pada pasien ini setelah 3 hari pemberian terapi ternyata tidak mengalami perbaikan sehingga dibawa untuk control kembali. Dan pada pemeriksaan penunjang didapatkan basil bakteri gram negative (-) dan leukosit (+++). Hal ini menunjukkan kemungkinan penyebab diare bukanlah virus, melainkan bakteri, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik utamanya yang spesifik terhadap kuman gram negative (-).

Tujuan farmakoterapi antimikroba pada kasus gastroenteritis adalah untuk menurunkan angka morbiditas dan mencegah komplikasi, mengeradikasi bakteri penyebab diare. Berikut adalah daftar penatalaksanaan antimikroba untuk gastroenteritis.A. KOTRIMOKSAZOL (SULFONAMID DAN TRIMETOPRIM)

Penemuanan kombinasi antimikroba ini merupakan kemajuan penting dalam usaha meningkatkan efektivitas klinik antimikroba. Kombinasi ini lebih dikenal dengan nama kotrimoksazol. Karena kerja dari dua antimikroba Trimetoprim dan Sulfametoksazol dalam menghambat reaksi enzimatik obligat berurutan sehingga kombinasi antimikroba ini memberikan efek sinergi.Farmakodinamik

a. Spektrum Antibakteri

Beberapa macam mikroba yang sensitif terhadap kombinasi antimikroba kotrimoksazol ialah: Str. Pneumoniae, C. diphteriae, dan N. meningitis, 50-59% strain S. aureus, S. epidermidis, Str. pyogenes, Str. viridans, Str. faecalis, E. coli, Pr. mirabilis, Pr. morganii, Pr. rettgeri, Enterobacter, Aerobacter spesies, Salmonella, Shigella, Serratia dan Alcaligenes spesies dan Klebsiella spesies.

Juga beberapa strain stafilokokus yang resisten terhadap Metisilin, Trimetoprim atau Sulfametoksazol sendiri, dan mikroba yang peka terhadap kombinasi antimikroba ini.Kedua antimikroba memperlihatkan interaksi sinergistik (bekerja saling menguatkan). Kombinasi antimikroba ini mungkin efektif walaupun mikroba telah resisten terhadap Sulfonamid (golongan dari Sulfametoksazol) dan agak resisten terhadap. Daya kerja yang sinergi akan maksimal bila mikroba peka terhadap kedua antimikroba tersebut.

b. Mekanisme Kerja

Aktivitas kombinasi antimikroba kotrimoksazol berdasarkan atas kerjanya pada dua tahap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk Asam tetrahidrofolat. Sulfometoksazol menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul Asam folat dan Trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari Asam dihidrofolat menjadi Tetrahidrofolat.Trimetoprim menghambat enzim Dihidrofolat reduktase mikroba secara sangat selektif. Hal ini penting, karena enzim tersebut juga terdapat pada sel manusia. Seperti tergambar pada diagram di bawah ini.Farmakokinetik Rasio kadar sulfametoksazol dan trimetoprim yang ingin dicapai dalam darah adalah sekitar 20:1. Karena sifatnya yang lipofilik, trimetoprim mempunyai volume distribusi yang lebih besar daripada sulfametoksazol. Dengan memberikan sulfametoksazol 800 mg dan trimetoprim 160 mg per oral (rasio sulfametoksazol : trimetoprim= 5:1) dapat diperoleh rasio kadar kedua obat tersebut dalam darah kurang lebih 20:1.

Trimetoprim cepat didistribusi ke dalam jaringan dan kira-kira 40% terikat pada protein plasma dengan adanya sulfametoksazol. Volume distribusi trimetoprim hampir 9 kali lebih besar daripada sulfametoksazol. Obat masuk ke CSS dan saliva dengan mudah. Masing-masing komponen juga ditemukan dalam kadar tinggi di dalam empedu. Kira-kira 65% sulfametoksazol terikat pada protein plasma. Sampai 60% trimetoprim dan 25-50% sulfametoksazol diekskresi melalui urin dalam 24 jam setelah pemberian. Dua pertiga dari sulfonamid tidak mengalami konjugasi. Metabolit trimetoprim ditemukan juga di urin. Pada pasien uremia, kecepatan ekskresi dan kadar urin kedua obat jelas menurun.Efek Samping Mual, diare; sakit kepala; hiperkalemia; ruam (sangat jarang termasuk sindrom steven Johnson, nekrolisis epidermal toksik, fotosensitif)-hentikan pengobatan segera; lebih jarang : muntah; sangat jarang: glositis, stomatitis, anorexia, kerusakan hati (termasuk jaundis dan nekrosis hepar), pancreatitis, colitis berhubungan dengan antibiotik, miokarditis, batuk dan sesak napas, infiltrate paru, meningitis aseptic, depresi, kejang, neuropathy perifer, ataxia, tinnitus, vertigo, halusinasi, hipoglikemia, gangguan darah (termasuk leukopeni, trombositopenia, anemia megaloblastik, eosinofilia), hiponatremia, gangguan ginjal termasuk nefritis interstitialis, artralgia, mialgia, vaskulitis dan lupus eritematosus sistemik (SLE).

Penggunaan Klinik

a. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi ringan saluran kemih bagian bawah. Sediaan kombinasi antimikroba Kotrimoksazol efektif untuk infeksi kronik dan berulang saluran kemih. b. Infeksi Saluran Nafas Antimikroba kombinasi Kotrimoksazol efektif untuk pengobatan otitis media akut pada anak dan sinusitis maksilaris akut pada orang dewasa yang disebabkan strain H. Influenzae dan Str. Pneumoniae yang masih sensitif. c. Infeksi Saluran Cerna

Sediaan antimikroba kombinasi Kotrimoksazol ini berguna untuk pengobatan Shigellosis karena beberapa strain mikroba penyebabnya telah resisten terhadap Smpisilin. Namun akhir-akhir ini dilaporkan terjadinya resistensi mikroba terhadap Sulfametoksazol. Obat ini juga efektif untuk demam Tifoid dan carrier S. Typhi dan Salmonella spesies lain.d. Infeksi oleh Pneumocystis carini

Dengan dosis tinggi efektif untuk infeksi yang berat oleh Pneumocystis carini pada penderita AIDS. Dengan dosis rendah pada penderita Neutropeni. e. Infeksi Genitalia

Digunakan untuk pengobatan Chancroid. f. Infeksi lainnya

Infeksi oleh jamur Norkadia, untuk pengobatan Bruselosis. Juga untuk infeksi berat pada anak. Dosis DEWASA sulfamethoxazole 800 mg dengan trimethoprim 160 mg tiap 12 jam, ditingkatkan sulfamethoxazole 1,2 g dengan trimethoprim 240 mg tiap 12 jam pada infeksi berat; per oral, ANAK 6 minggu-5 bulan, sulfamethoxazole 100 mg dengan trimethoprim 20 mg tiap 12 jam; 6 bulan 5 tahun, sulfamethoxazole 200 mg dengan trimethoprim 40 mg tiap 12 jam; 6-12 tahun, sulfamethoxazole 400 mg dengan trimethoprim 80 mg tiap 12 jam; infuse intravena, ANAK sulfamethoxazole 30 mg/kg sehari dengan trimethoprim 6 mg/kg sehari dibagi dalam 2 dosis terbagi. Sediaan

Antimikroba kombinasi Kotrimoksazol tersedia dalam bentuk tablet oral, mengandung 400 mg Sulfametoksazol dan 80 mg Trimetoprim. Untuk anak tersedia juga bentuk suspensi oral yang mengandung 100 mg sulfametoksazol dan 20 mg trimetoprim, sediaan 200 mg sulfametoksazol dan 40 mg trimethoprim, sediaan 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetroprim. Untuk pemberian intravena tersedia sediaan infus yang mengandung 400 mg Sulfametoksazol dan 80 mg Trimetoprim per 5 ml.KontraindikasiKotrimoxazol sebaiknya tidak diberikan pada penderita :

Penderita dengan gangguan fungsi hati yang parah, insufisiensi ginjal, wanita hamil, wanita menyusui, bayi prematur atau bayi berusia di bawah 2 bulan. Penderita anemia megaloblastik yang terjadi karena kekurangan folat.

Penderita yang hipersensitif/alergi terhadap trimetoprim dan obat-obat golongan sulfonamida. Interaksi Obat

a. Trimetoprim

Anti aritmiaMeningkatkan risiko ventrikel aritmia (VT) saat trimetoprim (cotrimoxazole) diberikan bersama amiodarone- hindari penggunaan bersama dengan cotrimoxazole

AntibakterialKonsentrasi plasma trimetoprim kemungkinan menurun oleh rifampicin; konsentrasi kedua obat mungkin meningkat ketika trimetorpim diberikan dengan dapson

AntikoagulasiTrimetoprim mungkin meningkatkan efek antikoagulasi koumarin

AntidiabetikTrimetoprim mungkin meningkatkan efek hipoglikemia dari repaglinide- pabrik menyarankan untuk menghindari pemakaian bersama; trimetorpim jarang meningkatkan efek dari sulfonylurea

AntiepilepsiTrimetoprim meningkatkan konsentrasi plasma fenitoin (juga meningkatkan efek antifolat)

AntimalariaMeningkatkan efek anti folat saat trimetoprim diberikan bersama pirimetamin

AntiviralTrimetoprim (sebagai cotrimoksazole) meningkatkan konsentrasi plasma lamivudine- hindari penggunaan bersamaan dengan cotrimoxazole dosis tinggi

Glikosida jantungTrimetoprim mungkin meningkatkan konsentrasi plasma digoxin

siklosporinMeningkatkan risiko kerusakan ginjal saat trimetoprim diberikan bersama siklosporin, konsentrasi plasma siklosporin menurun dengan pemberian trimetoprim intravena

SitotoksikMeningkatkan risiko kerusakan darah saat trimetoprim (juga dengan cotrimoxazole) diberikan bersama azatriopin, mercaptopurin atau metotreksate

DiuretikMeningkatkan risiko hiperkalemia saat trimetoprim diberikan dengan eplerenone

EstrogenMungkin mengurangi efek kontrasepsi estrogen

VaksinMenginaktifkan vaksin tifoid oral

b. Sulfametoxazole

AnastesiUmum : sulfonamide meningkatkan efek thiopental

Lokal : meningkatkan risiko methemoglobinemia saat sulfonamide diberikan dengan prilokain

Anti aritmiaMeningkatkan risiko VT saat sulfametoksazole (sebagai cotrimoksazole) diebrikan bersama amiodare- hindari pemberian bersama

AntibakterialMeningkatkan risiko kristaluria saat sulfonamide diberikan bersama metheamine

AntikoagulasiSulfonamide meningkatkan efek antikoagulasi koumarin

AntidiabetikSulfonamide jarang meningkatkan efek sulfonylurea

AntiepilepsiSulfonamide mungkin meningkatkan konsentrasi plasma fenitoin

AntimalariaMeningkatkan efek anti folat saat diberikan bersamaan pirimetamin

AntipsikotikHindari penggunaan bersama dengan clozapin (meningkatkan risiko agranulositosis)

SiklosporinMeningkatkan risiko kerusakan ginjal saat sulfonamide diberikan bersama siklosporin; sulfadiazine mungkin menurunkan konsentrasi plasma siklosporin

SitotoksikMeningkatkan risiko kerusakan darah saat sulfametoksazol (cotrimoxazole) diberikan dengan azatriopin, mercaptopurin, atau metotreksat; sulfonamide meningkatkan efek toksik dari metotreksat

EstrogenMungkin mengurangi efek kontrasepsi dari estrogen

Potassium aminobenzoateEfek sulfonamide dihambat oleh portasium aminobenzoate

VaksinMenginaktifkan vaksin tifoid oral

Nama Dagang

Aditrim, Bactoprim, Bactricid, bactrim, Bactrizol, Bimactrim, Citoprim, Coprim, Cotrim, Decatrim, Dumotrim, Erphatrim, Etamoxul, Fameprim, Fatibact, Fasiprim, Graprima, Gunametrim, Hufacid, Inatrim, Infatrim, Kaftrim, Kemocid, Kemotrim, Lapikot, Licoprima, Maxtrim, Meditrim, Megatrim, Meprotrin, Miratrim, Moxalas, Novatrim, Nufaprim, Omegtrim, ottoprim, Pehatrim, Primadex, Primavon, Primazole, Ratrim, Saltrim, Sanprima, Sisoprim, Septrin, Spectrem, Sulprim, Sultrimmix, System, Toxaprim, Trimezol, Trimeta, Triminex, Trimoxul, Trizole, Ulfaprim, Varfekto, Wiatrim, Xeparim, Yekaprim, Zecatrim, Zoltrim, Zultrop .

Harga Obat

P-drugTujuan: antibiotik pada diare akut ec basil gram negatif dengan leukosit +++ pada anak usia 1 tahun

ObatEfficacySafetySuitabilityCost

KotrimoksazolFarmakodinamik: Efektif untuk bakteri gram negatif.

Sulfometoksazol menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul Asam folat dan Trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari Asam dihidrofolat menjadi Tetrahidrofolat.

Farmakokinetik:Trimetoprim cepat didistribusi ke dalam jaringan dan 40% terikat protein plasma, sedangkan sulfametoxazol 65% terikat pada protein plasma. Obat masuk ke CSS dan saliva dengan mudah.Efek samping:Gangguan pencernaan (mual, muntah, anorexia), Reaksi dermatologi (rash, urticaria, sindrom stevens-johnson), Hematologi (Trombositopeni, anemia megaloblastik), Hepatic (Hepatotoxic), Renal (kristaluria). Kontraindikasi:alergi sulfa, gangguan fungsi hati dan ginjal, wanita hamil dan menyusui, bayi prematur atau bayi berusia di bawah 2 bulan, anemia megaloblastik karena kekurangan folat.

Interaksi Obat:tidak ada interaksi pada obat yang diresepkan.

Ketersediaan Obat:tablet, suspensi oral, intravenaTerlampir

Kesimpulan untuk Kasus++++++++++

2. SIPROFLOKSASIN

Siprofloksasin merupakan antibiotik golongan kuinolon. Anggota- anggota lama kelompok senyawa antimikroba kuinolon, terutama asam naliksidat sudah tidak terlalu efektif, karena penggunaan terapinya terbatas serta cepatnya perkembangan resistensi bakteri. Berdasarkan hal tersebut , diperkenalkan senyawa yaitu 4-kuinolon terflourinasi seperti ciprofloksasin dan ofloksasin

Farmakodinamik

Mekanisme Kerja

Antibiotik kuinolon bekerja dengan menghambat sintesis DNA dengan menghambat enzim topoisomerase II (DNA girase) dan topoisomnerase IV. Pada banyak gram positif , topoisomerase IV merupakan aktivitas utama yang dihambat oleh kuinolon. Sebaliknya pada banyak bakteri gram negatif (seperti E.coli) target utama kuinolon adalah DNA girase. Inhibisi DNA girase mencegah relaksasi dari puntiran berlebihan DNA yang dibutuhkan untuk transkripsi dan replikasi. Inhibisi topoisomerase IV menganggu pemisahan DNA hasil replikasi replikasi untuk pembentukan sel baru. Bentuk dobel heliks DNA harus dipisahkan menjadi 2 rantai DNA pada saat akan berlangsung replikasi atau transkripsi. Pemisahan ini akan mengakibatkan supercoiling (pembentukan gulungan DNA) positif yang berlebihan. Untuk mengatasi ini , enzim DNA girase bakteri melakukan pengenalan supercoiling negative.

Spektrum Antibiotik

Senyawa florokuinolon merupakan senyawa bakterisida yang kuat terhadap E.coli dan berbagai spesies Salmonella, Shigella, Enterobacter, Campylobacter, dan Neisseria.Konsentrasi hambat minimum florokuinolon untuk 90% galur-galur ini (MIC90) umumnya kurang dari 0,2 g/ml. Siprofloksasin lebih aktif daripada norflokassin terhadap P.aeruginosa. Fluorokuinolon juga memiliki aktifitas baik terhadap stafilokokus. Beberapa bakteri intraseluler dihambat dengan flourokuinolon termasuk diantaranya adalah chlamydia, mycoplasma, legionella, brucella dan mycobacterium (termasuk m. tuberculosis)

Farmakokinetik

Senyawa kuinolon diabsobsi dengan baik setelah pemberian oral dan terdistribusi secara luas dijaringan tubuh. Makanan tidak menganggu absobsi oral, namun dapat menunda waktu tercapainya konsentrasi puncak dalam serum. Kadar puncak flourokuinolon dalam serum dicapai dalam waktu 1 hingga 3 jam pada dosis oral 400 mg, dengan kadar puncak berkisar 1,1g/ml. Waktu paruh siprofloksasin dalam serum berkisar dari 3 sampai 5 jam. Volume distribusi kuinolon tinggi , dengan konsentrasi kuinolon di urin, feses, ginjal, paru, jaringan prostat dan empedu. Konsentrasi kuinolon dalam cairan serebrospinal, tulang dan cairan prostat lebih rendah kadarnya daripada di serum. Siprofloksasi, ofloksasi dan pefloksasi dapat ditemukan di Air Susu Ibu.

Rute eliminasi berbeda antar senyawa kuinolon. Penyesuaian dosis untuk pasien insufisiensi ginjal diperlukan pada pemakaian siprofloksasin, ofloksasin, enoksasin dan norfloksasin. Pada pasien gagal hari, flourokuinolon selain travafloksasin, grepafloksasin atau perfloksasin dapat digunakan.

Efek samping

Kuinolon dan flourokuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Reaksi merugikan yang paling umum terjadi gangguan saluran gastrointestinal, dengan 3 % hingga 17% merasa mual,, muntah dan rasa tidak enak di perut yang ringan. Diare dan colitis akibat diare jarang terjadi. Efek samping pada saluran saraf pusat sekitar 0,9 -11 % mengeluh nyeri kepala. Semua senyawa kuinolon dapat menyebabkan artropati pada beberapa spesies hewan yang belum dewasa. Penggunaan kuinolon akan meningkatkan resiko terjadinya tendinitis dan ruptur tendon. Untuk alasan tersebut maka kuinolon pada anak dan wanita hamil dikontraindikasikan. Artalgia dan pembengkakan sendi pernah terjadi. Pada anak yang diberikan flourokuinolon. Siprofloksasin , gepafloksasin , pefloksasin dan enoksasin menghambat metabolisme teofilin dan toksisitas akibat peningkatan metilxantin dapat terjadi.

Kontraindikasi

Hipersensitifitas terhadap kuinolon

Wanita hamil dan laktasi

Anak usia < 18 tahun atau saat masa pertumbuhan

Dosis dan cara pemberian

Anak : 5-10 mg/ KgBB/ hari terbagi dalam 2 dosis terbagi. Siprofloksasin dapat diberikan bersama makan untuk menghindari rasa tidak nyaman pada GI jangan diberikan bersama Fe, susu dan antasida. Jika dalam bentuk tablet harus ditelan utuh

Sediaan

Tablet: 500 mg 250 mg, syrup , vial 200 mg/100 ml, kapsul 500 mg

Interaksi obat

1. Antacid

Pemberian dengan antasida akan menurunkan efektifitas dari siprofloksasin

2. teofilin

ciprofloksasin dapat meningkatkan kadar teofilin dalam serum dan meningkatkan resiko toksisitas. Siprofloksaisn akan menghambat metabolism teofilin dengan CYP 450

3. antikoagulan oral

dapat meningkatkan resiko perdarahan

4. kortikosteroid

pemberian dengan kortikosteroid akan meningkatkan resiko rupture tendon dan tendinitis. Tendinitis dan rupture tendon paling sering terjadi di tendon achillesDaftar Harga Obat

P-drugTujuan:

antibiotik pada diare akut ec basil gram negatif dengan leukosit +++ pada anak usia 1 tahunObatEfficacySafetySuitabilityCost

KuinolonFarmakodinamik: Efektif untuk bakteri gram negatif.

Antibiotik kuinolon bekerja dengan menghambat sintesis DNA dengan menghambat enzim topoisomerase II (DNA girase) dan topoisomnerase IV.

Farmakokinetik:

Efek samping:Hipersensitivitas, Gangguan pencernaan (mual, muntah) tendinitis, gangguan pertumbuhan, ruptur tendon, diare, pseudomembran kolitisKontraindikasi:Hipersensitivitas kuinolon, wanita hamil dan laktasi, anak usia < 18 tahun atau saat masa pertumbuhan

Interaksi Obat:Pemberian siprofloksasin sebaiknya diberiksan tidak bersamaan dengan zink karena akan menganggu absobsi siprofloksasin

Ketersediaan Obat:tablet, suspensi oral, intravenaTerlampir

Kesimpulan untuk Kasus+++---

3. Cefixime

Sefixim adalah termasuk sefalosporin generasi ketiga. Dibandingkan dengan agen generasi kedua, obati ini memiliki cakupan gram negatif yang lebih luas, dan beberapa obat mampu melintasi sawardarah otak. Obat generasi ketiga aktif terhadap sitrobakter, S.marcesens, dan providensia. Sefalosporin generasi ketiga juga efektif terhadap galur hemofilus dan neisseria yang menghasilkan beta laktamase. P.aerugionsa hanya dapat diatasi oleh seftazidim dan sefoperazon. Sefalosporin generasi ketiga dapat dihidrolisis oleh AmpC beta laktamase yang diproduksi secara konstan dan juga tidak dapat diandalkan untuk mengatasi spesies enterobakter. Sefixim adalah agen oral yang memiliki aktivitas yang serupa, kecuali bahwa sefiksim jauh lebih tidak aktif terhadap pneumokokkus (dan sama sekali tidak aktif terhadap galur yang resisten terhadap penisilin), serta kurang aktif terhadap s.aureus. seftriakson dan sefotaksim disetujui penggunaannya untuk terapi meningitis, termasuk meningittis yang disebabkan oleh pneumokokus, meningokokus, H.influenzae, dan batang gram negatif enterik yang rentan, tetapi bukan oleh L monocytogenes. Sefotaksim dan seftriaxone adalah sefalosporin paling aktif terhdap galur pneumokokus yang resisten terhadap penisilin dan direkomendasikan untuk terapi empiris infeksi berat yang mungkin disebabkan oleh galur tersebut. 4. METRONIDAZOLE

Metronidazole merupakan senyawa nitroimidazole yang merupakan terapi pilihan pada pengobatan amebiasis extralumen. Senyawa ini membunuh protozoa dalam bentuk tropozoit namun tidak membunuh kista E.histolytica dan sangat efektif dalam memberantas infeksi jaringan usus serta diluar usus. Tinidazole merupakan senyawa nitroimidazole yang memiliki cara kerja seperti metronidazole namun memiliki efek toksik yang lebih rendah dibanding metronidazole. Regimen dosisnya juga lebih mudah digunakan. Farmakokinetik

Metronidazole dan Tinidazole dapat diserap dan tersebar merata pada seluruh jaringan dengan difus sederhana. Metronidazole tersedia dalam sediaan oral, intravena, intravaginal dan topical. Konsentrasi didalam sel dengan cepat dapat sebanding dengan ekstraseluler. Puncak kadar plasma mencapai 0.25-4 jam yaitu sekitar 8-13ug/mL setelah dosis tunggal 500mg. Dosis dapat diulang setelah 6-8 jam. Ikatan protein senyawa ini cukup rendah sekitar 10%-20%. Untuk metronidazole waktu paruhnya mencapai 7.5 jam dan 12-14jam untuk tinidazole. Metronidazole dan metabolitnya diekskresikan terutama di ginjal, sebgian besar adalah metabolitnya (70%). Kadar obat pada plasma bergantung pada fungsi liver.

Farmakodinamik

Obat ini seara kimia dapat mempengaruhi bakteri anaerob termasuk bakteroides dan clostridium serta beberapa protozoa. Obat ini dapat pula mempengaruhi bakteri gram postif serta gram negative. Metronidazole merupakan prodrug, membutuhkan grup nitro untuk bekerja dari organism yang sensitive. Organisme ini memiliki komponen electron transport seperti ferredoxins protein Fe-S kecil yang dapat memberikan electron bakteri pada metronidazole. Perpindahan electron ini dapat membunuh kuman yang sensitive. Pemberian Oksigen menghambat kerja metronidazole karena dapat bersaing dalam memperebutkan electron. Oleh karena itu oksigen dapat menghambat kerja metronidazole serta mempercepat buangan senyawa tersebut.

Kegunaan secara klinis

Amebiasis

Senyawa ini merupakan obat pilihan untuk pengobatan terhadap infeksi E.histolytica. Senyawa ini kuran gefektif terhadap parasit intralumen dan harus dibantu dengan amebisid intralumen untuk memastikan eradikasi dari kuman tersebut.

Giardiasis

Metronidazole merupakan pengobatan pilihan untuk giardiasis. Dosis pada pengobatan giardiasis lebih rendah daripada penggunaan untuk pengobatan amebiasis. Efikasu setelah pengobatan pertama siktar 90%. Tinidazole memiliki efektivitas yang serupa.

Trikomoniasis

Metronidazole merupakan terapi pilihan. Dosis tunggal 2g efektif pada terapi ini. Pada beberapa kasus terdapat resistensi terhadap metronidazole, tinidazole dapat lebih efektif untuk organism yang resisten terhadap metronidazole.

Efek samping

Mual, sakit kepala, mulut kering, ataupun rasa logam pada mulut pada umumnya muncul. Pada kasus lainnya dapat terjadi muntah, diare, insomnia, kelemahan, pusing, gangguan berkemih, vertigo, parastesi, dan neutropenia. Pada kasus yang jarang dapat terjadi pancreatitis serta toxic pada system saraf pusat. Oleh karena itu pada pasien dengan masalah pada system saraf pusat perlu perhatian khusus. Pada penggunaan intravena jarang terjadi kejang dan neuropati perifer. Dosis harus disesuaikan pada pasien dengan penurunan fungsi liver serta ginjal. Tinidazole memiliki efek yang sama namun pada kenyataan efek tersebut lebih dapat ditoleransi.

Metronidazole dilaporkan dapat memperkuat efek antikoagulan tipe coumarin. Fenitoinn dan fenobarbital dapat mempercepat eleminasi obat, sementara simetidin dapat menurunkan bersihan plasma. Keracunan lithium dapat terjadi bila digunakan bersamaan dengan metronidazole. Metronidazole dan metabolitnya merupakan agen muatasi dari bakteri. Penggunaan kronis pada dosis besar dapat menimbulkan sel tumor pada tikus. Data mengenai teratogenik belum jelas. Metronidazole sebaiknya dihindari pada wanita hamil dan menyusui walaupun data mengenai abnormalitas masih belum jelas pada manusia.

5. AMOKSISILINStruktur Kimia

Struktur dasar penisilin, seperti yang ada pada gambar, terdiri atas cincin tiazolidin (A) dan cincin -lactam dan satu rantai samping. Inti penisilin merupakan struktur yang diperlukan untuk aktifitas biologis, transformasi metabolik, atau perubahan pada struktur molekul ini dapat menghilangkan sifat aktifitas antibakteri yang signifikan. Struktur rantai samping menentukan daya antibakteri dan karakteristik farmakologi dari masing-masing tipe penisilin.

Berikut jenis penisilin berdasarkan struktur kimianya. Amoksilin merupakan derivat aminopenisilin.

Mekanisme kerja

Golongan -lactam menghambat pertumbuhan bakteri dengan menganggu reaksi transpetidase dari sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel merupakan lapisan yang kaku dari spesies bakteri dan menutupi membran sitoplasma, mempertahankan bentuk sel dan integritas, dan mencegah lisisnya sel dari tekanan osmotik yang tinggi.

Dinding sel terdiri atas rantai kompleks polimer dari polisakarida dan polipeptida, serta peptidoglikan (murein, mukopeptida). Polisakarida mengandung alternatif amino sugar, N-acetylglucosamine dan N-acetylmuramic acid. Asam amino terikat pada gula N-acetylmuramic acid. Peptida ini berakhir pada D-alanyl-D-alanine. Enzim Penicillin-binding protein (PBP) memindahkan rantai alanin saat pembentukan a cross-link dengan peptida terdekat. cross-link memberikan sifat rigiditas pada dinding sel.antibiotik -lactam memiliki struktur analog dengan substrat D-Ala-D-Ala, secara kovalen berikatan pada aktif site dari PBP. Proses ini menghambat reaksi transpeptidase, menghentikan sintesis peptidoglikan, dan kemudian sel mati. Mekanisme pasti kematian sel belum sepenuhnya dimengerti, tetapi proses autolisis dan gangguan morfogrnik dinding sel terlibat. Golongan ini membunuh bakteri hanya pada saat bakteri aktif tumbuh dan mensintesis dinding sel.Spektrum Antibakteri

Ampisilin dan aminopenisilin lainnya bersifat bakteriosid terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Meningokokus dan L. monocytogenes sensitif terhadap jenis obat ini. Secara in vitro golongan pneumokokus memiliki level resistensi yang berbeda terhadap ampisilin. Strain resistan-penisilin harus dipertimbangkan resistensi-ampisilin/amoksilin. H. influenzae dan golongan viridans streptokokus menunjukan derajat resistensi yang bervariasi. Enterokokus dua kali lebih senstitid terhadap penisilin dibandingkan penisilin G (MIC ampisilin 1,5g/ml). Meskipun strain N. gonorrhoeae, E. coli, P. mirabilis, Salmonella, dan Shigella menjadi indikasi penggunaan ampisilin di tahub 1960an, saat ini terjadi peningkatan angka resistensi.Sekitar 30-50% E. coli, P. mirabilis, dan enterobacter tidak sensitif.

Resistensi Salmonella (dimediasi plasmid) juga meningkat di berbagai belahan dunia. Kebanyakan strain Shigella juga resisten. Pseudomonas, Klebsiella, Serratia, Acinetobacter, and indole-positive Proteu juga resisten terhadap kelompok penisilin. Penggunaan -lactamase inhibitor bersama asam klavulanat atau sulbaktam memperluas spektrum aktifitas obat ini.

Farmakokinetik

Amoksilin tahan terhadap asam dan didesain untuk pengunaan oral. Diabsorbsi lebih cepat dan lebih banyak pada saluran cerna dibandingkan ampisilin. Konsentrasi plasma tertinggi amoksilin 2-2,5 kali lebih tinggi daripada ampisilin bila diberikan dengan dosis oral yang sama; tercapai setelah 2 jam pemberian dan sekitar 4g/ml ketika diberikan 250 mg. Makanan tidak mempengaruhi absorbsi. Insidensi efek samoing diare karena amoksilin lebih sedikit daripada ampisilin.Waktu paruhnya hampir sama dengan ampisilin, konsentrasi efektifitas pemberian oral pada amoksilin dideteksi sekitar 2 kali lebih lama di plasma dibandingkan ampisilin. sekitar 20% amoksilin terikat protein plasma. sebagian besar dieksresi melalui urin. Probenesid menghambat eksresi obat.Efek Samping

Reaksi alergi merupakan bentuk efek samping yang tersering dijumpai pada golongan penisilin.Terjadinya reaksi alergi didahului adanya sensitisasi. Mereka yang belum pernah diobati dengan penisilin dapat juga mengalami reaksi alergi. Hal ini diduga sensitisasi akibat pencemaran lingkungan oleh penisilin. Reaksi alergi penisilin terberat adalah anafilaksis. Reaksi alergi lain berupa angioedema, penyakit serum,dan fenomena Arthus. Reaksi alergi ringan sampai sedang berupa kemerahan kulit, dermatitis kontak, glositis, serta gangguan lain pada mukut, demam kadang-kadang yang disertai mengigil.

SediaanAmoksisilin tersedia sebagai kapsul atau tablet berukuran 125, 250, dan 500 mg dan sirup 125mg/5ml atau 250mg/5ml. Dosis sewasa 250-500mg tiga kali sehari, Dosis anak 20-40 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 dosis.

Tabel P-drug (Amoksisilin)

EfikasiSafetySuitabilitycost

Farmakodinamik: bakteriosid terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, namun angka resistensi meningkat.

Farmakokinetik:

Absorbsi saluran cerna baik, distribusi jaringan sedang, eksresi melalui ginjalDapat menimbulkan reaksi alergi.Kontraindikasi pada pasien alergi golongan -lactamase.Probenesid dapat menghambat eksresi amoksisilin

Tersedia untuk pemberian oral dalam bentuk tablet 125mg, 250mg, dan 500mg, serta sirup 125mg/5ml. 1 strip tablet 500mg (10 tablet) Rp6500,00

Sirup 60ml Rp4000,00

++++++

KESIMPULAN

Tabel P drug

Tujuan: Antibiotik untuk eradikasi bakteri penyebab diare pada anak usia 1.5 tahun dengan diare akut dengan hasil pemeriksaan feses ditemukan basil gram negatif dengan leukosit (+++) Nama obatEfficacySafetySuitabilityCost

Kotrimoksazol++++++++++

Siprofloksasin+++---

Amoksisilin+++++++++

Metronidazol----

Cefixime++++++++

Nama obatEfficacySafetySuitabilityCost

Berdasarkan tabel diatas, maka pemilihan obat antibiotik yang kami pilih adalah kotrimoksazol.

Resep obat tambahan :

Klinik UIN Medikadr. AhepSIP 08992020/2014

Jalan Graha bukit CinereTelpon: 021-88456382

Jakarta, 05 Maret 2015R/ Amoxicilin syrup 60 cc fls No. 1

S 8dd cth I p.c

Pro : An. RaniUsia : 1.5 tahun

Alamat : Jl. AnuragaDAFTAR PUSTAKA

1. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia, 2007.

2. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten / Kota. World Health Organization. Jakarta : WHO Indonesia, 2008.

3. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009. Halaman: 599-612.

4. Katzung, B.G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi ke-1. Penerjemah dan Editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Jakarta:Salemba Medika.2001.5. Hardman, Joel G, Et All. Dasar Farmakologi Terapi volume 2 Goodman & Gilman. Jakarta. EGC.2012

PAGE 35