Laporan Kasus Bedah Orchitis

36
1 STATUS PASIEN A. IDENTITAS PENDERITA 1. Nama : Tn.S 2. Umur : 24 tahun 3. Jenis kelamin : Laki-laki 4. Suku : Aceh 5. Agama : Islam 6. Pekerjaan : Petani 7. Alamat : Nibong 8. Tanggal pemeriksaan : 13 Agustus 2013 9. Tanggal masuk RS : 13 Agustus 2013 10.No. MR : 04 74 60 B. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama : Nyeri Perut dan BAB cair 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD Cut Meutia dengan keluhan sakit di seluruh perut sejak 2 hari SMRS. Pasien mengaku sakit perut sudah berlangsung sejak ± 1

description

Laporan Kasus Bedah Orchitis

Transcript of Laporan Kasus Bedah Orchitis

Page 1: Laporan Kasus Bedah Orchitis

1

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PENDERITA

1. Nama : Tn.S

2. Umur : 24 tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Suku : Aceh

5. Agama : Islam

6. Pekerjaan : Petani

7. Alamat : Nibong

8. Tanggal pemeriksaan : 13 Agustus 2013

9. Tanggal masuk RS : 13 Agustus 2013

10. No. MR : 04 74 60

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Nyeri Perut dan BAB cair

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUD Cut Meutia dengan keluhan sakit di

seluruh perut sejak 2 hari SMRS. Pasien mengaku sakit perut sudah berlangsung

sejak ± 1 bulan yang lalu dan semakin lama semakin parah terutama sejak 1 hari

SMRS. Sakit perutnya terjadi tiba-tiba dan terus-menerus, sakit dirasakan seperti

mules di seluruh perut. Nyeri ketika makan kemudian merasa kembung nyeri

menjalar ke seluruh bagian perut. Os juga mengeluh mencret sejak ± 2 minggu

yang lalu. Mencret kurang lebih dari 4x sehari, kurang lebih setengah gelas aqua

setiap mencret, konsistensi cair, tidak terdapat ampas, berwarna kekuningan,

1

Page 2: Laporan Kasus Bedah Orchitis

2

terdapat darah di sangkal dan lendir di sangkal. Keluhan disertai mual tetapi muntah

disangkal. Os juga mengeluh batuk berdahak berwarna putih kadang timbul

kehijauan sejak 1 tahun yang lalu. Batuk kurang lebih 10x/hari sebanyak kira-kira

20cc. Batuk berkurang jika os minum obat yang diberikan mantri. Batuk darah (-),

sesak (-), os mengeluh berkeringat di malam hari, demam (+), dan penurunan

berat badan sejak sebulan yang lalu. Cepat lelah (+) Clubbing finger (-). BAK

tidak ada keluhan. Flatus (+).

3. Riwayat Penyakit dahulu : Hipertensi (-) DM (-)

4. Riwayat Pengobatan : Os sering berobat ke mantri untuk batuk

berdahaknya. Tetapi os lupa nama obatnya

5. Riwayat penyakit keluarga : Orangtua laki-laki os menderita Tb Paru

C. STATUS PRESENT

I. KESAN UMUM

A. Keadaan Umum : Lemah

Kesan Sakit : Sedang Tinggi Badan : 155cm

Kesadaran : Compos Mentis Berat Badan : 35 kg

Lain lain : (-) Gizi : 14,56 (underweight)

B. Keadaan Sirkulasi

TekananDarah : 90/60 mmHg

Nadi : 100 x/menit

- Tipe : normal

- Isi : Penuh

Page 3: Laporan Kasus Bedah Orchitis

3

- Irama : Reguler

C . Keadaan Pernafasan

Frekuensi : 32 x/menit

Corak Pernafasan : Thorakoabdominal

Bau Nafas (Foetor) : (-)

II. PEMERIKSAAN KHUSUS

A. KEPALA :

1. Tengkorak : Normocephali

2. Muka : Simetris

3. Mata :

Letak : Ortophoria Pergerakan : (+/+)

Palpebra : dbn Reaksi Cahaya : (+/+)

Kornea : Jernih Reflek kornea : (+/+)

Pupil : Isokor, RC (+) 2-3mm Reaksi Konvergen : dbn

Sclera : Ikterik (-/-)

Konjungtiva : Pucat (+/+)

4. Telinga : Sekret (-/-)

5. Hidung : Pernafasan cuping hidung : (-), Sekret (-/-)

6. Bibir : Sianosis (-), kering (-)

7. Gigi dan gusi : dbn

8. Lidah : Pergerakan : dbn, Permukaan : dbn Tremor : (-)

9. Rongga mulut : dbn

10.Rongga Leher : Faring : Hiperemis (-/-),granul (-/-)

Page 4: Laporan Kasus Bedah Orchitis

4

Tonsil : dbn

11. Kelenjar Parotis : dbn

B. LEHER

- Inspeksi : Kelenjar Tiroid : dbn

Pembesaran Vena : Tidak ditemukan

Pulsasi Vena : dbn

Refluks Hepatojugular : Tidak ditemukan

C. KETIAK : Pembesaran KGB (-)

D. THORAKS :

1. Thoraks Depan

Inspeksi

Bentuk Umum : Simetris

Sudut Epigastrium : Tajam

Sela Iga : Melebar (+/+)

Frontal dan sagital : dbn

Pergerakan : Simetris

Skletal : dbn

Kulit : dbn

Ictus Cordis : ICS V 1 jari medial linea midklavikula sinistra

Tumor : (-)

Pembesaran vena : (-)

Palpasi

Kulit : dbn

Page 5: Laporan Kasus Bedah Orchitis

5

Muskulus : dbn

Vocal Fremitus : SF mengeras pada kanan

Mamae : dbn

Ictus Cordis : di ICS V 1 jari medial linea midklavikula sinistra,

intensitas normal, pelebaran (-),irama reguler dan

thrill (-)

Perkusi

Paru : Kanan : Hipersonor pada apeks

Kiri : Hipersonor pada apeks

Batas Paru Hati : ICS VI midklavikula dextra

Peranjakan : dbn

Cor : Batas Atas : ICS II linea parasternal sinistra

Batas Kanan : ICS IV linea parasternal dekstra

Batas Kiri : ICS V 1 jari medial linea midklavikula sinistra

Auskultasi

Paru : Rhonki basah, Rhonki basah

Vesikuler Vesikuler

Vesikuler Vesikuler

Cor : Bunyi jantung : M1 > M2,A2 >A1,P2 > P1,A2>P2

Murmur (-)

2. Thoraks Belakang

Inspeksi : Bentuk Umum : Simetris

Pergerakan : Simetris

Page 6: Laporan Kasus Bedah Orchitis

6

Skletal : dbn

Palpasi : Vocal Fremitus : SF mengeras pada kanan

Perkusi : Paru : Kanan : Hipersonor pada apeks

: Kiri : Hipersonor pada apeks

Auskultasi : Paru : Rhonki basah, Rhonki basah

Vesikuler Vesikuler

Vesikuler Vesikuler

E. ABDOMEN :

Inspeksi

Bentuk : simetris(+) Pergerakan saat bernafas : dbn

Kulit : dbn

Palpasi : distensi (+), fenomena papan catur (+) , nyeri tekan di

seluruh abdomen, Pembesaran hepar (-), Pembesaran lien (-

), Pembesaran ginjal (-)

Perkusi : Redup di seluruh lapang abdomen

Auskultasi : Bising Usus (+) , bruit (-).

F. LIPAT PAHA

Pembesaran Kelenjar (-), tumor (-) , Pulsasi a. Femoralis (+)

G. KAKI DAN TANGAN

Inspeksi

Bentuk : simetris(+) Palmar eritem : (-)

Kulit : dbn Clubbing finger : (-)

Pergerakan : dbn Udema : (-)

Page 7: Laporan Kasus Bedah Orchitis

7

Palpasi : kulit hangat (+),dbn

H. SENDI

Kelainan bentuk (-), tanda radang (-), Pergerakan dbn

I. NEUROLOGIS

Reflek fisologis : APR (+/+) KPR (+/+)

Reflek patologis : (-)

Rangsangan meningeal : (-)

KESIMPULAN

Seorang laki-laki, 24 tahun datang dengan keluhan nyeri di seluruh lapangan

abdomen sejak ± 2 bulan yang lalu dengan keluhan sakit di seluruh perut sejak 2

hari SMRS. Pasien mengaku sakit perut sudah berlangsung sejak ± 1 bulan yang

lalu dan semakin lama semakin parah terutama sejak 1 hari SMRS. Sakit perutnya

terjadi tiba-tiba dan terus-menerus, sakit dirasakan seperti mules di seluruh perut.

Nyeri ketika makan kemudian merasa kembung nyeri menjalar ke seluruh bagian

perut. Os juga mengeluh mencret sejak ± 2 minggu yang lalu. Mencret kurang

lebih dari 4x sehari, kurang lebih setengah gelas aqua setiap mencret, konsistensi

cair, tidak terdapat ampas, berwarna kekuningan, terdapat darah di sangkal dan

lendir di sangkal. Keluhan disertai mual tetapi muntah disangkal. Os juga mengeluh

batuk berdahak berwarna putih kadang timbul kehijauan sejak 1 tahun yang lalu.

Batuk kurang lebih 10x/hari sebanyak kira-kira 20cc. Batuk berkurang jika os

minum obat yang diberikan mantri. Batuk darah (-), sesak (-), os mengeluh

berkeringat di malam hari, demam (+), dan penurunan berat badan sejak sebulan

yang lalu. Cepat lelah (+) Clubbing finger (-). BAK tidak ada keluhan. Flatus (+).

Page 8: Laporan Kasus Bedah Orchitis

8

A. Keadaan Umum : Lemah

Kesan Sakit : Sedang Tinggi Badan : 155cm

Kesadaran : Compos Mentis Berat Badan : 35 kg

TekananDarah : 90/60 mmHg Gizi :14,56 (underweight)

Nadi : 100 x/menit

RR : 32x/menit

KEPALA : Konjungtiva Pucat (+/+), Pupil Isokor, RC (+) 2-3mm

LEHER : Kelenjar Tiroid dbn, Pembesaran KGB (-)

THORAKS :

Inspeksi : Simetris (+) Sela IgaMelebar (+/+)

Palpasi : Vocal Fremitus SF mengeras pada kanan

Perkusi : Kanan : Hipersonor pada apeks

Kiri : Hipersonor pada apeks

Auskultasi :

Paru : Rhonki basah, Rhonki basah

Vesikuler Vesikuler

Vesikuler Vesikuler

JANTUNG :

Inspeksi : Iktus kordis : Terlihat

Palpasi : Iktus kordis : Teraba 1 jari linea midklavikula kiri, ICS

Perkusi : Batas Atas : ICS II linea parasternal sinistra

Batas Kanan : ICS IV linea parasternal dekstra

Batas Kiri : ICS V 1 jari medial linea midklavikula sinistra

Page 9: Laporan Kasus Bedah Orchitis

9

Auskultasi : M1 > M2,A2 >A1,P2 > P1,A2>P2

ABDOMEN :

Inspeksi :simetris(+)

Palpasi : distensi (+),fenomena papan catur (+) nyeri tekan di

seluruh abdomen, Pembesaran hepar (-), Pembesaran lien (-

), Pembesaran ginjal (-)

Perkusi : Redup di seluruh lapang abdomen

Auskultasi : Bising Usus (+) , bruit (-).

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Urin rutin

- Darah rutin

- Foto Thoraks AP/Lat

- USG

- CT SCAN

- Peritoneskopi

Page 10: Laporan Kasus Bedah Orchitis

10

Gambar Abdomen

E. DIAGNOSIS BANDING

- Tb peritoneal

- Tb Paru

- Ileus Obstruksi

- Peritonitis

F. DIAGNOSA KERJA

Tb Peritoneal + Tb Paru

G. TERAPI

Diet TKTP

IVFD 20 tts/i

Ciprofloxacin 1 fls/12jam

Metoclorpramide 1 amp/8jam

Ranitidin 1 amp/12jam

Page 11: Laporan Kasus Bedah Orchitis

11

INH 300 mg 1x1

Rifamfisin 450 mg 1x1

Pirazinamid 750 mg 2x1

Etambutol 1000 mg 2x1

H. PROGNOSIS

Quod ad vitam : dubia et bonam

Quod ad sanam : dubia et malam

Quod ad fungsionam : dubia et malam

FOLLOW UP

Tangga

l

S O A P

14 Agustus 2013

- Lemas-BAB cair frekuensi 4x/i-batuk berdahak (+)- Nyeri perut- perut kembung (+)- tidak mau makan - Mual

Sens : CMTD : 90/60 mmHgHR : 100x/iRR : 38x/iTemp : 35 C

Px FisikMata CA (+/+)Abdomen Inspeksi : distensi (+) Palpasi : NT (+) fenomena papan catur (+)Perkusi : Redup di seluruh lapang abdomenAuskultasi : Bising Usus (+)

Tb Peritoneal + TbParu

Diet TKTP IVFD 20 tts/i Ciprofloxacin 1

amp/12jam Metoclopramide 1

amp/8jam Ranitidin 1

amp/12jam INH 300 mg 1x1 Rifamfisin 450 mg

1x1 Pirazinamid 750 mg

2x1 Etambutol 1000 mg

2x1- Foto thoraks- Urin darah rutin

15 Agustus 2013

-BAB cair frekuensi 3x/i

Sens : CMTD : 100/60 mmHg

Tb Peritoneal +

Diet TKTP IVFD 20 tts/i Ciprofloxacin 1

Page 12: Laporan Kasus Bedah Orchitis

12

-batuk berdahak (+)- Nyeri perut- perut kembung (+)- tidak mau makan - Mual- Muntah hijau >5x/i berisi bercampur makanan- keringat malam dan mengigil

HR : 120x/iRR : 32x/iTemp : 34 C

Px FisikMata CA (+/+)Abdomen Inspeksi : distensi (+) Palpasi : NT (+) fenomena papan catur (+)Perkusi : Redup di seluruh lapang abdomenAuskultasi : Bising Usus (+)

TbParu fls/12jam Cairan nutrisi /hari Ranitidin 1

amp/12jam Metil prednisolon

1amp/12jam INH 300 mg 1x1 Rifamfisin 450 mg

1x1 Pirazinamid 750 mg

2x1 Etambutol 1000 mg

2x1

16 Agustus 2013

-BAB cair frekuensi 3x/i-batuk berdarah (+)- Nyeri perut- perut kembung (+)- tidak mau makan - keringat malam dan mengigil

Sens : CMTD : 100/60 mmHgHR : 110x/iRR : 34x/iTemp : 33 C

Px FisikMata CA (+/+)Abdomen Inspeksi : distensi (+) Palpasi : NT (+) fenomena papan catur (+)Perkusi : Redup di seluruh lapang abdomenAuskultasi : Bising Usus (+)

Tb Peritoneal + TbParu

Diet TKTP IVFD 20 tts/i Cairan nutrisi /hari Ciprofloxacin 1

fls/12jam Ranitidin 1

amp/12jam Metil prednisolon

1amp/12jam INH 300 mg 1x1 Rifamfisin 450 mg

1x1 Pirazinamid 750 mg

2x1 Etambutol 1000 mg

2x1- Pasien PAPS 16.00

BAB 1

Page 13: Laporan Kasus Bedah Orchitis

13

PENDAHULUAN

Tuberculosis peritoneal merupakan suatu peradangan peritoneum parietal

atau visceral yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, dan

terlihat penyakit ini juga sering mengenai seluruh peritoneum, alat-alat system

gastrointestinal, mesenterium dan organ genitalia interna.(1)

Penyakit ini jarang berdiri sendiri dan biasanya merupakan kelanjutan

proses tuberkulosa di tempat lain terutama dari tuberkulosa paru, namun sering

ditemukan bahwa pada waktu diagnose ditegakkan proses tuberkulosa diparu

sudah tidak kelihatan lagi. Hal ini bisa terjadi karena proses tuberkulosa di paru

mungkin sudah sembuh terlebih dahulu sedangkan penyebaran masih berlangsung

di tempat lain.(2)

Di Negara yang masih berkembang tuberkulosis peritoneal masih sering

dijumpai termasuk di Indonesia, sedangkan di Negara Amerika dan Negara Barat

lainnya walaupun sudah jarang ada kecenderungan meningkat dengan

meningkatnya penderita AIDS dan imigran. Karena perjalanan penyakitnya yang

berlangsung secara perlahan-lahan dan sering tanpa keluhan atau gejala yang jelas

maka diagnose sering tidah terdiagnosa atau terlambat ditegakkan

BAB 210

Page 14: Laporan Kasus Bedah Orchitis

14

TINJAUAN PUSTAKA

a. Insidensi

Tuberculosis peritoneal lebih sering dijumpai pada Wanita dibanding Pria

dengan perbandingan 1,5:1 dan lebih sering decade ke 3 dan 4 .(4,5)

Tuberculosis peritoneal dijumpai 2% dari seluruh tuberkulosis paru dan

59,8% dari tuberculosis abdominal. (5) Di Amerika Serikat penyakit ini adalah

keenam terbanyak diantara penyakit extra paru sedangkan peneliti lain

menemukan hanya 5-20% dari penderita tuberculosis peritoneal yang mempunyai

TB paru yang aktif. Pada saat ini dilaporkan bahwa kasus tuberculosis peritoneal

di negara maju semakin meningkat dan peningkatan ini sesuai dengan

meningkatnya insidensi AIDS di negara maju. (1)

Di Asia dan Afrika dimana tuberculosis masih banyak dijumpai,

tuberculosis peritoneal masih merupakan masalah yang penting. Manohar dkk

melaporkan di Rumah Sakit King Edward III Durban Afrika Selatan menemukan

145 kasus tuberculosis peritoneal selama periode 5 tahun (1984-1988) sedangkan

dengan cara peritonoskopi (5). Daldiono menemukan sebanyak 15 kasus di

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta selama periode 1975-1979

menemukan sebanyak 30 kasus tuberkulosa peritoneal. Begitu juga Sibuea dkk

melaporkan ada 11 kasus Tuberkulosis Peritoneal di Rumah Sakit Tjikini Jakarta

untuk periode 1975-1977. (7) Sedangkan di Medan Zain LH melaporkan ada 8

kasus selama periode 1993-1955.

b. Patogenese

Page 15: Laporan Kasus Bedah Orchitis

15

Peritoneum dapat dikenai oleh tuberculosis melalui beberapa cara (9)

1. Melalui penyebaran hematogen terutama dari paru-paru

2. Melalui dinding usus yang terinfeksi

3. Dari kelenjar limfe mesenterium

4. Melalui tuba falopi yang terinfeksi

Pada kebanyakan kasus tuberculosis peritoneal terjadi bukan sebagai

akibat penyebaran perkontinuitatum tapi sering karena reaktifasi proses laten yang

terjadi pada peritoneum yang diperoleh melalui penyebaran hematogen proses

primer terlebih dahulu ( infeksi laten “Dorman infection”).Seperti diketahui lesi

tuberkulosa bisa mengalami supresi dan menyembuh, infeksi masih dalam fase

laten dimana ia bisa menetap laten selama hidup namun infeksi tadi bisa

berkembang menjadi tuberkulosa pada setiap saat. Jika organism intraseluler tadi

mulai bermultiplikasi secara cepat.

c. Patologi

Terdapat 3 bentuk peritonitis tuberkulosa:

1. Bentuk eksudatif

Bentuk ini dikenal juga sebagai bentuk yang basah atau bentuk asites yang

banyak. Gejala menonjol ialah perut membesar dan berisi cairan (asites). Pada

bentuk ini perlengketan tidak banyak dijumpai. Tuberkel sering dijumpai kecil-

kecil berwarna putih kekuning-kuningan milier, tampak tersebar di peritoneum

atau pada alat-alat tubuh yang berada di rongga peritoneum.

2. Bentuk adhesive

Page 16: Laporan Kasus Bedah Orchitis

16

Disebut juga bentuk kering atau plastik dimana cairan tidak banyak

dibentuk. Pada jenis ini lebih banyak terjadi perlengketan-perlengketan.

Perlengketan yang luas antara usus dan peritoneum sering memberikan

gambaran seperti tumor, kadang-kadang terbentuk fistel. Hal ini disebabkan

karena adanya perlengketan-perlengketan dinding usus dan peritoneum parietal

kemudian timbul proses nekrosis. Bentuk ini sering menimbulkan keadaan ileus

obstruksi. Tuberkel-tuberkel ini biasanya lebih besar.

3. Bentuk campuran

Bentuk ini kadang-kadang disebut bentuk kista. Pembentukan kista terjadi

melalui proses eksudasi bersama-sama dengan adhesi sehingga terbentuk cairan

dalam kantong-kantong perlengketan tersebut.Beberapa penulis menganggap

bahwa pembagian ini lebih bersifat untuk melihat tindakan penyakit, dimana

pada mulanya terjadi bentuk exudatif dan kemudian bentuk adhesive.

Pemeriksaan histopatologi jaringan biopsy peritoneum akan memperlihatkan

jaringan granulasi tuberkulosa yang terdiri dari sel-sel epiteloid dan sel datia

langerhans, dan perkejuan umunya ditemukan.

d. Gejala klinis

Gejala klinis bervariasi, pada umunya keluhan dan gejala timbul perlahan-

lahan sampai berbulan-bulan, sering penderita tidak menyadari keadaan ini. Pada

penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo lama keluhan

berkisar dari 2 minggu s/d 2 tahun dengan rata-rata lebih dari 16 minggu. Keluhan

terjadi secara perlahan lahan sampai berbulan-bulan disertai nyeri perut,

pembengkakan perut, disusul tidak ada nafsu makan.

Page 17: Laporan Kasus Bedah Orchitis

17

Tabel 1.Keluhan pasien tuberculosis peritoneal menurut beberapa penulis

Keluhan Sulaiman A Sandikci Manohar dkk1975-1979 1984-198830% pasien 135% pasien 45% pasien

Sakit perut 57 82 35,9Pembengkakan perut 50 96 73,1Batuk 40 - -Demam 30 69 53,9Keringat malam 26 - -Anoreksia 30 73 46,9Berat badan menurun 23 80 44,1Mencret 20 - -

Pada pemeriksaan jasmani gejala yang sering dijumpai adalah asites,

demam, pembengkakan perut, nyeri perut, pucat dan kelelahan, tergantung

lamanya keluhan. Keadaan umum pasien biasa masih cukup baik sampai keadaan

yang kurus dan kahexia, pada wanita lebih sering dijumpai tuberkulosa

peritoneum disertai oleh proses tuberculosis pada ovarium atau tuba, sehingga alat

genital bias ditemukan tanda-tanda peradangan yang sering sukar dibedakan

dengan kista ovarium.

Tabel 2: Pemeriksaan jasmani pada 30 penderita peritonitis tuberkulosa di rumah sakit Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 1975-1979

Gejala Presentase

Pembengkakan perut dan nyeri 51%Asites 43%Hepatomegali 43%Ronchi pada paru (kanan) 33%Pleura effuse 27%Splenomegali 30%Tumor intra abdomen 20%Fenomena papan catur 13%Limfadenopati 13%

Page 18: Laporan Kasus Bedah Orchitis

18

Terlibatnya paru dan pleura 63%(atas dasar foto torax)

Fenomena papan catur yang selalu dikatakan karakteristik pada penderita

peritonitis tuberkulosa ternyata tidak sering dijumpai (13%).

e.Diagnosis

-Laboratorium :

Pemeriksaan darah tepi sering dijumpai adanya anemia penyakit kronis,

leukositosis ringan ataupun leucopenia, trombositosis, gangguan faal hati dan

sering dijumpai laju endapan darah (LED) yang meningkat, sedangkan pada

pemeriksaan tes tuberculin hasilnya sering negative.

Pada pemeriksaan analisa cairan asites umunya memperlihatkan exudat

dengan protein > 3gr/dl jumlah sel diatas 100-3000 sel/ml. biasanya lebih dari

90% adalah limfosit, LDH biasanya meningkat. cairan asites yang purulen dapat

ditemukan begitu juga cairan asites yang bercampur darah (serosanguinous).

Pemeriksaan Basil tahan asam (BTA) didapati hasilnya kurang dari 5% yang

positif dan dengan kultur cairan ditemukan kurang dari 20% hasilnya yang positif.

(13) Ada beberapa penelitian yang mendapatkan hampir 66% kultur BTA nya

yang positif dan akan lebih meningkat lagi sampai 83% bila menggunakan kultur

cairan asites yang telah disentrifuge dengan jumlah cairan lebih dari 1 liter. Dan

hasil kultur cairan asites ini dapat diperoleh dalam waktu 4-8minggu.

Perbandingan serum asites albumin (SAAG) pada tuberculosis peritoneal

ditemukan rasionya < 1,1gr/dl namun hal ini juga bisa dijumpai pada keadaan

keganasan, syndrome nefrotik, penyakit pancreas, kandung empedu atau jaringan

Page 19: Laporan Kasus Bedah Orchitis

19

ikat sedangkan bila ditemukan > 1,1gr/dl ini merupakan cairan asites akibat portal

hipertensi.

Pemeriksaan cairan asites lain yang sangat membantu, cepat dan non

invasive adalah pemeriksaan ADA ( adenosine deaminase actifity ), interferon

gama ( IFN γ ) dan PCR. Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan CA-125. CA-125 (

Cancer antigen 125 ) termasuk tumor associated glycoprotein dan terdapat pada

permukaan sel. CA-125 merupakan antigen yang terkait karsinoma ovarium,

antigen ini tidak ditemukan pada ovarium orang dewasa normal

-Pemeriksaan Penunjang

1. Ultrasonografi

Pada pemeriksaan ultrasonografi ( USG ) dapat dilihat adanya cairan

dalam rongga peritoneum yang bebas atau terfiksasi ( dalam bentuk kantong-

kantong ) menurut Rama dan Walter B, gambaran sonografi tuberculosis yang

sering dijumpai antara lain cairan yang bebas atau terlokalisasi dalam rongga

abdomen, abses dalam rongga abdomen, massa didaerah ileosaecal dan

pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal, adanya penebalan mesenterium,

perlengketan lumen usus dan penebalan omentum, mungkin bias dilihat dan harus

diperiksa dengan seksama.

2. CT Scan

Pemeriksaan CT Scan untuk peritoneal tuberculosis tidak ada ditemui

suatu gambaran yang khas, namun secara umum ditemui adanya gambaran

peritoneum yang berpasir dan untuk pembuktiannya perlu dijumpai bersamaan

dengan adanya gejala klinik dari tuberculosis peritoneal.

Page 20: Laporan Kasus Bedah Orchitis

20

Rodriguez E dkk yang melakukan suatu penelitian yang membandingkan

tuberkulosis peritoneal dengan karsinoma peritoneal dimana mereka mendapatkan

penemuan yang paling baik untuk membedakan tuberculosis peritoneal dan

karsinoma peritoneal dengan melihat gambaran CT Scan terhadap peritoneum

parietalis.

Adanya peritoneum yang licin dengan penebalan yang minimal dan

pembesaran yang jelas menunjukan suatu peritoneal tuberculosis sedangkan

adanya nodul yang tertanam dan penebalan peritoneum yang tak teratur

menunjukan suatu peritoneal karsinoma.

Gambar 2. CT-Scan dengan kontras menunjukkan omentum caking dan penebalan usus halus.

3. Peritonoskopi ( Laparaskopi )

Peritonoskopi atau laparoskopi merupakan cara yang relative aman,

mudah dan terbaik untuk mendiagnosa tuberculosis peritoneal terutama bila ada

cairan asites dan sangat berguna untuk mendiagnosa pasien-pasien muda dengan

symptom sakit perut dan tak jelas penyebabnya (27,28) dan cara ini dapat

mnediagnosa tuberculosis peritoneal 85% sampai 95% dan dengan biopsy yang

terarah dapat dilakukan pemeriksaan histologi dan bisa menemukan adanya

Page 21: Laporan Kasus Bedah Orchitis

21

gambaran granuloma sebesar 85% hingga 90% dari seluruh kasus dan bila

dilakukan kultur bias ditemui BTA HAMPIR 75%. Hasil histology yang lebih

penting lagi adalah bila didapat granuloma yang lebih spesifik yaitu jika didapati

granuloma dengan pengkejuan.

Gambaran yang dapat dilihat pada tuberculosis peritoneal:

1. Tuberkel kecil ataupun besar dengan ukuran yang bervariasi yang

dijumpai tersebar luas pada dinding peritoneum dan usus dan dapat pula

dijumpai permukaan hati atau alat lain. Tuberkel dapat bergabung dan

merupakan sebagai nodul.

2. Perlengketan yang dapat bervariasi dari hanya sederhana sampai hebat

(luas) diantara alat-alat didalam rongga peritoneum. Sering keadaan ini

merubah letak anatomi yang normal. Permukaan hati dapat melengket

pada dinding peritoneum dan sulit untuk dikenali. Perlengketan diantara

usus mesenterium dan peritoneum dapat sangat ekstensif.

3. Peritoneum sering mengalami perubahan dan dengan permukaan yang

kasar yang kadang-kadang berubah gambarannya menyerupai suatu nodul.

Cairan asites sering dijumpai berwarna kuning jernih. Kadang-kadang cairan tidak

jernih lagi tetapi menjadi keruh. Cairan hemorrhagis juga dapat dijumpai

4. Laparatomi

Dahulu laparatomi eksplorasi merupakan tindakan diagnose yang sering

dilakukan, namun saat ini banyak penulis menganggap pembedahan hanya

dilakukan jika dengan cara yang lebih sederhana tidak memberikan kepastian

Page 22: Laporan Kasus Bedah Orchitis

22

diagnose atau jika dijumpai indikasi yang mendesak seperti obstruksi usus,

perforasi, adanya cairan asites yang bernanah.

Gambar 4. Tuberkulosis Peritonitis pada Laparaskopif. Pengobatan

Pada dasarnya pengobatan sama dengan pengobatan tuberculosis paru,

obat-obat seperti Streptomisin, INH, Rifampicin, Pirazinamid memberikan hasil

yang baik. Untuk pengobatan Tuberkulosis pada organ lain, seperti TB perironitis

ini, lama pengobatan dapat diberikan 9-12 bulan. Panduan OAT yang diberikan

adalah 2RHZE/7-10 RH.

Rifampisin dan INH diberikan selama 12 bulan, sedangkan pirazinamid

selama 2 bulan pertama. Kortikosteroid diberikan 1 - 2mg/kgBB selama 1 - 2

minggu pertama. Beberapa penulis berpendapat bahwa kortikosteroid dapat

mengurangi perlengketan peradangan dan mengurangi terjadinya asites. Dan juga

terbukti bahwa kortikosteroid dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian.

Namun pemberian kortikosteroid ini harus dicegah pada daerah endemis dimana

terjadi. Pemberian kortikosteroid sebagai obat tambahan terbukti dapat

mengurangi insidensi sakit perut dan sumbatan pada usus.

Page 23: Laporan Kasus Bedah Orchitis

23

Tabel 6. Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis Primer.

Obat Dosis (Mg/Kg

BB/Hari)

Dosis yg dianjurkan DosisMaks

(mg)

Dosis (mg) / berat badan

(kg)

Harian (mg/

kgBB / hari)

Intermitten

(mg/Kg/

BB/kali)

< 40 40-60 >60

R 8-12 10 10 600 300 450 600

H 4-6 5 10 300 150 300 450

Z 20-30 25 35 750 1000 1500

E 15-20 15 30 750 1000 1500

S 15-18 15 15 1000 Sesuai

BB

750 1000

Tabel 7. Dosis Obat Anti Tuberkulosis kombinasi dosis tetap.BB Fase Intensif Fase Lanjutan

2 bulan 4 bulan Atau 6

bulan

Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu Harian

RHZE

150/75/400/275

RHZ

150/75/400

RHZ

150/150/500

RH

150/75

RH

150/150

EH

400/150

30-37 2 2 2 2 2 1,5

38-54 3 3 3 3 3 2

55-70 4 4 4 4 4 3

>71 5 5 5 5 5 3

Pedoman ISPD tahun 2005 menguraikan secara singkat prinsip-prinsip

dasar dalam manajemen Tuberkulosis Peritonitis. Protokol pengobatan

berdasarkan pengalaman TB ekstraperitoneal pada pasien End Stage Renal

Disease. Pedoman ISPD merekomendasikan empat obat yaitu : rifampisin,

isoniazid, pirazinamid, dan ofloksasin. Pirazinamid dan ofloksasin harus

dihentikan setelah 3 bulan, sedangkan rifampisin dan isoniazid harus dilanjutkan

dengan total 12 bulan. Dosis biasa pada obat ini adalah rifampisin 10 mg / kg

sehari (maksimal 600 mg); isoniazid 3 - 5 mg / kg sehari; pirazinamid 30 mg / kg

3 kali seminggu, dan ofloksasin 200 mg sehari.

g. Prognosis

Peritonitis tuberkulosa jika dapat segera ditegakkan diagnosanya dan mendapat pengobatan umumnya akan menyembuh dengan pengobatan yang adequate.

Page 24: Laporan Kasus Bedah Orchitis

24

BAB 3KESIMPULAN

1. Tuberculosis peritoneal biasanya merupakan proses kelanjutan tuberkulosa

ditempat lain.

2. Oleh karena gejala klinis yang bervariasi dan timbulnya perlahan-lahansering

didiagnosa terlambat baru diketahui.

3. Dengan pemeriksaan diagnostik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang

lainnya dapat membantu menegakkan diagnosa.

4. Dengan pemberian obat anti tuberkulosa yang adequate biasanya pasien akan

sembuh.