LAPORAN KASUS asfiksia
-
Upload
dengue-puji -
Category
Documents
-
view
155 -
download
3
Transcript of LAPORAN KASUS asfiksia
CATATAN MEDIK BERORIENTASI MASALAHCATATAN MEDIK BERORIENTASI MASALAH
STATUS PASIEN KIA – KBSTATUS PASIEN KIA – KB
UPTD PUSKESMAS CIPEDES – KOTA TASIKMALAYAUPTD PUSKESMAS CIPEDES – KOTA TASIKMALAYA
A. IDENTITAS
No. RegisterNo. Register ::
Tanggal Tanggal : 28 Agustus 2012: 28 Agustus 2012
Jam Jam : 10.15 WIB: 10.15 WIB
Nama penderita : by. Ny. R
Umur/ tgl. Lahir : 0 hari
Jeniskelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Orang Tua
Nama Ayah : Tn. Ato warsito
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Tukang Becak
Pendidikan : SD
Nama Ibu : Ny. Reni rasmini
Umur : 22 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : JL. Bojong Kidul
B. ANAMNESIS
Tanggal periksa : 28 Agustus 2012
Jam periksa : 10.15 WIB
Anamnesis Sistem : Alloanamnesa
1.1. Riwayat PenyakitRiwayat Penyakit
a.a. Keluhan UtamaKeluhan Utama : : Lahir tidak langsung menangis
b.b. Keluhan TambahanKeluhan Tambahan :: Nafas sesak dan tangis merintih
2.2. Riwayat Penyakit SekarangRiwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 28 Agustus 2012 pukul 10.15 WIB lahir bayi perempuan melalui
Secio Cesaria (SC) atas indikasi pengapuran plasenta derajat 3 dari ibu
G2P0A1, usia 22 tahun hamil 34 minggu, ANC (+) di bidan puskesmas
ibu pernah pernah memeriksakan kehamilannya di dokter spesialis
kandungan dan melakukan USG, di dapatkan ada pengapuran plasenta
derajat III, riwayat demam (-), riwayat KPD (-), riwayat KWH (-), riwayat
minum jamu saat hamil (+), riwayat dipijat selama kehamilan (-), trauma
(-), kencing manis 9-), darah tinggi (-) minum obat selain resep dari dokter
(-).
5 jam sebelum melahirkan, Ibu merasakan perutnya mules seperti mau
BAB lalu ibu meminta suaminya menemaninya ke toilet untuk BAB.
Namun setelah BAB ibu masih merasa ingin BAB, tidak lama ibu pergi
ke toilet lagi dan keluar lendir bercampur darah dari jalan lahirnya. Ibu
langsung di bawa ke puskesmas terdekat untuk di tangani bidan. Di
lakukan pemeriksaan oleh bidan dan diberitahu pembukaanya 6 cm,
ketuban belum pecah, namun bidan menyarankan untuk dirujuk ke RSUD
dengan alasan umur kehamilan umur kehamilan yang muda dan adanya
pengapuran plasenta.
Sesampainya di RSUD, ibu menjalani pemeriksaan dalam oleh spesialis
obgyn. Dan ternyata ibu masih pembukaan 6 cm dan kemudian
disarankan kepada ibu untuk memposisikan berbaring kekiri sambil
menunggu persiapan operasi. Ketuban dipecahkan sesaat sebelum
mengeluarkan bayi, warna jernih, jumlah cukup, bau wajar. Lahir bayi
secara SC, lahir tidak langsung menangis, kurang aktif dan biru-biru (-),
APGAR scor 5. Berat badan lahir 2200 gram, PB = 40 cm. Dilakukan
pembersihan jalan nafas, pemberian O2, rangsang taktil. Setelah
persalinan, bayi segera dibersihkan dan disarankan untuk merawat pasien
di rumah sakit karenan berat badan lahir rendah, sehingga memerlukan
perawatan yang lebih intensif. Bayi dirawat didalam incubator dan
dilakukan fototerapi.
Plasenta lahir secara manual, tampak pengapuran plasenta, infark (-),
hematom (-). Setelah 15 menit, telapak tangan dan kaki bayi nampak
kebiruan, nafas sesak, tidak aktif, dan tangis merintih. Tetapi dilakukan
pemberian oksigen dan pencegahan hipotermi. Setelah ± 30 menit
dilakukan resusitasi, kemudian bayi rirawyat di ruang Perinatologi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, hipertensi, asma, penyakit
jantung sebelum hamil disangkal.
Riwayat Ibu menderita penyakit menular seksual selama kehamilan
atau padasaat proses persalinan seperti gonorea, klamidia,
trikomoniasis, kandidiasis vaginalis disangkal.
Riwayat Ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan
selama istrinya hamil disangkal.
Riwayat ibu menderita demam tinggi selama proses kehamilan
disangkal
Riwayat ibu mendapat transfuse darah selama kehamilan disangkal
Riwayat ibu dan anggota keluarga lain mengidap batuk-batuk lama
lebih dari3 minggu, mendapat pengobatan paru selama 6 bulan dan
membuat kencingbewarna merah disangkal
Riwayat Ibu mengidap HbsAg (+) untuk jangka waktu lebih dari 6
bulan dantetap positif disangkal
Riwayat ayah merokok diakui, Biasanya, ayah merokok diluar rumah,
tidak dekat dengan ibu saat mengandung
3. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang yang mengalami hal seperti ini sebelumnya
4. Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah bekerja sebagai seorang becak dengan penghasilan rata-rata perbulan
Rp. 500.000 ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga. Biaya kesehatan
ditanggung jamkesmas.
Kesan : Sosial Ekonomi kurang
5. Riwayat obstetri
1. HPHT : 4-12-2012
2. Taksiran persalinan : 11-9-2012
3. Gravida, partus, abortus : G2P0A0
4. Umur kehamilan : 34 Minggu
6. Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Prenatal:
Ibu G2P1A0, 28 tahun, hamil 34 Minggu, riwayat haid teratur, siklus 28
hari, lama haid 5-7 hari. Selama kehamilan ibu memeriksakan
kehamilannya ke bidan dipuskesmas terdekat secara rutin 1 bulan sekali
pada awal kehamilan setiap bulan, mendapat 2x TT, selama hamil minum
jamu ± 5 kali selama kehamilan, minum vitamin dan tablet Fe
Natal:
Lahir di tolong dokter spesialis kandungan melalui SC atas indikasi
pengapuran plasenta derajat 3 dari ibu G2P0A1, usia 22 tahun, lahir tidak
langsung menangis, BBL : 2200 gr, PB : 40 cm,
AS : 5
1. Nilai 7 - 10 menunjukkan bahwa by dalam keadaan baik
2. Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang &
membutuhkan tindakan resusitasi
3. Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius &
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi
Postnatal:
Perawatan di ruang Perinatologi RSUD, keadaan anak asfiksia.
7. Riwayat Makan dan Minum
a.a. Makanan/minumanMakanan/minuman
Pasien belum mendapatkan ASI tetapi utnuk sementara diganti dengan
susu formula .
8. Riwayat imunisasi Dasar dan Ulangan
BCG : -
Hepatitis B : -
Polio : -
DPT : -
Campak : -
Kesan : imunisasi dasar belum diberikan
9. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Perkembangan : belum bisa dinilai
Pertumbuhan : BBL 2200 gr usia kehamilan 34-35 minggu
Kesan : Perkembangan belum bisa dinilai
Pertumbuhan sesuai masa kehamilan
10. Riwayat Keluarga Berencana Orang Tua
Ibu penderita tidak memakai KB
B. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 28 Agustus 2012 pukul 10.15 WIB
Seorang anak perempuan, umur 0 hari, BB ; 2200 gr, PB : 40 cm
Keadaan umun : Somnolen, kurang aktif, nafas spontan (+) inadekuat.
Tanda vital : Frek. Nadi : 150x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
Frek. Pernapasan : 68 x/ menit
Suhu : 37.50C
1. STATUS INTERNUS
Anemia : -
Sianotik : -
Ikterik : -
Turgor : kembali cepat
Tonus : hipotoni
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Kulit : sianosis (+)
Edema : -
Serebral : kejang (-)
Dispnu : -
Lingkar kepala: 33 cm (mesosefal)
Ubun-ubun besar : datar
Mata : anemis (-), ikterik (-)
Telinga : tulang rawan belum sempurna
Hidung : nafas cuping hidung (+)
Bibir : sianosis (+)
Mukosa : kering(-)
Mulut : sianosis (+)
Lidah : makroglosi (-)
Gigi-geligi : belum tumbuh
Tenggorokan : sulit dinilai
Leher : pembesaran kelenjar limfe (-)
2. THORAK
Paru-paru
Inspeksi : simetris, retraksi (+) epigastrial
Palpasi : sulit dinilai
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : Suara dasar : Vesikuler +/+
Suara tambahan : Hataran -/- ,
Ronki -/-
Wheezing -/-
3. JANTUNG
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di LMK sinistra
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I/II reguler normal, gallop (-), bising (-)
4. ABDOMEN
Inspeksi : datar, tali pusat layu (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, hati dan limpa tidak teraba
5. GENETALIA
Perempuan, labium mayus belum menutupi labium minus,anus (+)
Anggota Gerak Superior Inferior
Tonus hipotoni hipotoni
Reflek primitif
Sianosis +/+ +/+
Cap refill >2”/>2”
STATUS ATROPOMETRIK
Kurva Lunchenco
Bayi perempuan, preterm 34-35 minggu, BBL = 2200 gr, PB = 40 cm
Kesan : Berat badan lahir sesuai masa kehamilan
Skor Gupte
Prematuritas : 3
Riwayat air ketuban keruh : 0
Asfiksia : 2
Partus lama : 0
Riw pemeriksaan vagina tidak bersih : 0
Ketuban Pecah Dini : 0
Total skor : 5
C. DIAGNOSIS KERJA
1. Asfiksia Sedang
DD : - Faktor Plasenta dan Tali Pusat
DD : Maturasi plasenta grade III
- Faktor Ibu
DD : Toxoplasmosis
- Faktor Janin
DD : Neonatal Preterm
2. BBLR 2200 gr
DD : - Sesuai Masa Kehamilan
- Kecil Masa Kehamilan
3. Neonatus preterm 34-35 minggu
DD : - N. Preterm sesuai masa kehamilan
- N. Aterm
- N. Post term
4. Neonatus infeksi
DD : - early onset
- late onset
D. PROGNOSIS
a. Asfiksia Ringan: Tergantung pada kecepatan penatalaksanaan
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Langkah Awal Resusitasi
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4
pertanyaan:
apakah bayi cukup bulan?
apakah air ketuban jernih?
apakah bayi bernapas atau menangis?
apakah tonus otot bayi baik atau kuat?
Bila semua jawaban ”ya” maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam
prosedur perawatan rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan,
diletakkan di dada ibunya dan diselimuti dengan kain linen kering untuk
menjaga suhu. Bila terdapat jawaban ”tidak” dari salah satu pertanyaan di
atas maka bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini
secara berurutan:
1 langkah awal dalam stabilisasi
(a) Memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam
keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan
memudahkan eksplorasi seluruh tubuh. Bayi dengan BBLR memiliki
kecenderungan tinggi menjadi hipotermi dan harus mendapat
perlakuan khusus.23 Beberapa kepustakaan merekomendasikan
pemberian teknik penghangatan tambahan seperti penggunaan plastik
pembungkus dan meletakkan bayi dibawah pemancar panas pada bayi
kurang bulan dan BBLR.24,25 Alat lain yang bisa digunakan adalah
alas penghangat.
(b) memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi
menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus
yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini adalah posisi
terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan/atau
untuk pemasangan pipa endotrakeal.
(c) Membersihkan jalan napas sesuai keperluan
(d) Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada
posisi yang benar.
Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret, dan
mengeringkan akan memberi rangsang yang cukup pada bayi untuk
memulai pernapasan. Bila setelah posisi yang benar, penghisapan
sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas adekuat, maka
perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentil
telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau
ekstremitas bayi.
3. Penilaian
Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya
resusitasi lanjutan. Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:
(1) Pernapasan
Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi
dan dalamnya pernapasan bertambah setelah rangsang taktil.
Pernapasan yang megap-megap adalah pernapasan yang tidak efektif
dan memerlukan intervensi lanjutan.
(2) Frekuensi jantung
Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi
jantung dilakukan dengan stetoskop selama 6 detik kemudian
dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahui frekuensi jantung
permenit.
(3) Warna kulit
Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh.
Setelah frekuensi jantung normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada
sianosis sentral yang menandakan hipoksemia. Warna kulit bayi yang
berubah dari biru menjadi kemerahan adalah petanda yang paling
cepat akan adanya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat. Sianosis
akral tanpa sianosis sentral belum tentu menandakan kadar oksigen
rendah sehingga tidak perlu diberikan terapi oksigen. Hanya sianosis
sentral yang memerlukan intervensi.
b. Penatalaksanaan BBLR pada prematur murni
Mengingat belum sempurnanya kerja ala-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus, maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan, bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi,
serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
- Atur suhu
BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu suhu tubuhnya
harus dipertahankan dengan ketat. Bias dengan membersihkan cairan
pada tubuh bayi, kemudian dibungkus atau bias juga dengan
meletakkanya di bawah lampu atau dalam incubator. Dan bila listrik
tidak ada, bias dengan metode kangguru, yaitu meletakkan bayi dalam
pelukan ibu (skin to skin).
Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur:
- Bayi berat badan dibawah 2 kg 35°C
- Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg 34°C
Suhu inkubator diturunkan 1°C setiap minggu sampai bayi
dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27°C.
- Cegah sianosis
Cara mencegah sianosis dapat dengan cara pemberian oksigen agar
saturasi oksigen dalam tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas
normal.
- Cegah infeksi
BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya
tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relative belum sanggup untuk
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan belum baik. Oleh karena itu, perlu diperhatikan prinsip-
prinsip pencegahan infeksi, antara lain mencuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi, membersihkan tempat tidur bayi segera
sesuadah tidak dipakai lagi, membersihkan kulit dan tali pusat bayi
dengan baik.
- Pemberian viatamin K
Dosis 1 mg intramuscular, sekali pemberian vitamin K pada bayi
imatur adalah seperti bayi-bayi dengan berat badan dan maturitas yang
normal.
- Intake harus terjamin
Pada bayi-bayi premature, refleks isap, telan dan batuk belum
sempurna. Kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan,
terutama lipase masih kurang maka makanan diberikan dengan pipet
sedikit-sedikit namun lebih sering.. Pemberian minum dimulai pada
waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram
atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat badan
kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau
susu botol, terutama pada hati-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi
minum melalui sonde lambung.
F. PENATALAKSANAAN BERDASARKAN KEDOKTERAN
KOMUNITAS
a. PREVENTIF
Oleh karena itu pencegahan BBLR adalah sangat penting yaitu dengan
pemeriksaan prenatal yang baik dan memperhatikan gizi ibu. Penanganan
dan pemberian asuhan yang baik dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian. Langkah penting yang dapat dilakukan dalam pencegahan/
preventif pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda.
Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang
mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau
dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun) sehingga sebelum terjadinya konsepsi
sudah terlebih dulu memperbaiki status gizi si ibu.
3. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar
mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan
antenatal dan status gizi ibu selama hamil
4. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga mencegah terjadinya
BBLR. Pada ibu hamil mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi
yang. mengandung zat tenaga seperti tahu, tempe, ayam, daging,
hati, kacang hijau. Zat pengatur seperti kangkung, bayan, sawi,
kacang panjang, jeruk, pepaya, mangga dan lain-lain. Perhatikan
jenis makanan pada masa tiap trimester kehamilan, sehingga dapat
mencegah terjadinya persalinan dengan BBLR.
5. Ibu hamil menambah porsi makannya dari biasa karena diperlukan
bagi bayi dikandungannya dan Hindari makanan yang menyebabkan
alergi kecuali atas petunjuk dokter. Bila nafsu makan menurun,
makan dengan porsi sedikit tapi sering dengan makanan yang dibuat
yang diubah tiap harinya.
6. Mengikuti keluarga berencana.
7. Memperhatikan perawatan selama kehamilan agar terhindar dari
infeksi.
8. Anjurkan lebih banyak istirahat, bila kehamilan mendekati aterm,
atau istirahat berbaring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari
kehamilan normal dan kurangi aktivitas berat.
9. Hindari alcohol, narkotika, obat-obatan yang tidak perlu, dan jamu.
10. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat.
11. Memperhatikan jarak kehamilan, sebaiknya > 2 tahun.
b. Promotif
Dalam rangka mendukung pencegahan, upaya promotif dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan,
olahraga, rekreasi dan pendidikan seks. Mempromosikan prosedur
prilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga yang semuanya
mencakup anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya
sendiri dalam kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat yaitu:
1. Pendidikan mengenai gizi seimbang pada ibu hamil
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan.
3. Menciptakan suasana rumah bebas rokok dan polusi
4. Perawatan diri selama kehamilan dengan olahraga yang baik agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik
5. Merencanakan/pemilihan Keluarga berencana yang sesuai
6. Merencankan kehamilan
7. Imunisasi TT pra-nikah, subur dan selama kehamilan
8. Meningkatkan kegiatan kelas ibu hamil
9. Bergotong royong untuk tersedianya air bersih
10. Mencuci tangan dengan sabun.