LAPORAN KASUS

74
LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PADA ANAK Oleh: Dea Lita Barozha Lita Marlinda Prianggara Rostu P. Rizqun Nisa A.

description

laporan kasus

Transcript of LAPORAN KASUS

Page 1: LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUSTUBERKULOSIS PADA ANAK

Oleh:Dea Lita BarozhaLita MarlindaPrianggara Rostu P.Rizqun Nisa A.

Page 2: LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIENNama : An. RUmur : 6 tahunJenis kelamin : PerempuanAgama : IslamSuku : JawaAlamat : Sukaraja III, Kec. Gedong Tataan, Kel. Sukaraja, PesawaranNama Orangtua: Tn. ATanggal Masuk RS: 8 Juni 2015

KeluhanKeluhan Utama : batukKeluhan Tambahan: demam, berat badan turun

Page 3: LAPORAN KASUS

Riwayat Penyakit SekarangOs mengeluh mengalami batuk sejak ±3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Batuk disertai lendir yang berwarna kuning. Batuk disertai darah dialami penderita sejak ±1 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk dengan darah segar, volume ± ¼ gelas aqua. Batuk tidak disertai sesak. Os juga mengaku mengalami demam yang sudah dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Demam hilang-timbul dan sempat turun setelah diberi obat demam dan kemudian naik kembali . Penderita juga sering berkeringat malam sampai harus mengganti baju ± 2 kali dalam semalam. Bengkak di leher dialami penderita sejak ± 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Os mengaku berat badan menurun dalam 1 bulan ini dari 24 kg menjadi 20 kg, nafsu makan menurun. BAK dan BAB normal. Os mengaku terdapat keluarga yang menderita batuk lama dan hanya melakukan pengobatan selama 1 bulan.

Page 4: LAPORAN KASUS

RiwayatPenyakit dahulu

Peyakit keluarga

Kelamilan ibu Kelahiran

Os tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.

Ayah pasien menderita tuberkulosis, riwayat kontak (+)

Pemeriksaan kehamilan ke bidan, tidak teratur .Kuantitas dan kualitas makanan selama hamil cukup.Tidak ada riwayat minum obat / jamu, penyinaran, merokok atau minuman beralkoholLama hamil cukup bulan.

Anak ke 3 dari tiga bersaudara, lahir spontan ditolong bidan, BBL 3400 gram, PBL 49 cm, langsung menangis kuat, riwayat kuning tidak ada, biru tidak ada, kejang tidak ada.

Page 5: LAPORAN KASUS

Riwayat Makanan dan MinumanASI : lahir - 12 bulanPASI : 4 bulan - 12 bulanBubur susu : 4 bulan - 12 bulanBubur saring : 8 bulan - 12 bulanBubur halus : 8 bulan - 12 bulanNasi lembek : 12 bulan - 24 bulan

Page 6: LAPORAN KASUS

Riwayat ImunisasiTidak lengkap dan tidak diketahui secara pasti.

Riwayat Sosial Ayah penderita berusia 50 tahun, pekerjaan sebagai pedagang di pasar dengan pendidikan terakhir SMP. Ibu penderita berusia 40 tahun, juga bekerja sebagai pedagang pasar dengan pendidikan terakhir SMP. Penderita merupakan anak ketiga. Ayah penderita mengalami penyakit tuberkulosis dengan BTA sputum (+).

Page 7: LAPORAN KASUS

PEMERIKSAAN FISIKStatus Gizi :Berat badan : 20 kgTinggi badan : 125 cmStatus Gizi (Z-score) : BMI = BB (kg) : TB (m)2

= 20 : (1,25)2

= 12,82 kg/m2

Terletak pada persentil -2 s/d -3 SD (Standar Deviasi) yang menunjukkan penderita berada dalam gizi kurang (kurus).*berdasarkan BMI age percentil (WHO)

Page 8: LAPORAN KASUS

Status GeneralisKeadaan Umum : tampak sakit sedangKesadaran : compos mentis Tekanan Darah : 100/70 mmhgFrekuensi Nadi : 89 x/menitFrekuensi Nafas : 26 x/menit Suhu : 37,9oCBerat Badan : 20 kgTinggi Badan : 125 cm

Page 9: LAPORAN KASUS

Status GeneralisKepala : Normocephal, rambut hitam, tidak

mudah dicabutMata : Konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, refleks kornea kesan normal, refleks cahaya normal,

lensa jernih, pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm/3 mmTelinga : Tidak dijumpai adanya sekretHidung : Tidak dijumpai deviasi septum,

pernafasan cuping hidung tidak ada, tidak dijumpai adanya sekret

Page 10: LAPORAN KASUS

Mulut :Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies

dentis Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Leher :Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, nyeri tekan (-)

Toraks :Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada retraksi

Page 11: LAPORAN KASUS

INSPEKSI PALPASI AUSKULTASI

PERKUSI

PARU-PARU normochest, simetris

fremitus normal sama kiri/kanan

vesikuler, ronkhi +/+, wheezing (-)

sonor

JANTUNG ictus cordis tidak terlihat

ictus cordis teraba di medial linea midklavikula sinistra ICS V

irama teratur, bising tidak ada

batas jantung atas : RIC II, kiri : medial linea miklavikula sinistra RIC V, kanan : linea sternalis dextra

ABDOMEN tidak membuncit, distensi tidak ada

Supel, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba

bising usus (+) normal

timpani

Page 12: LAPORAN KASUS

Punggung : tidak ada kelainanOrgan Genitalia : tidak ada kelainan.Anus : colok dubur tidak dilakukanEkstremitas : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”, kekuatan otot normal refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak dijumpai edema.

Page 13: LAPORAN KASUS

Hasil Laboratorium (18 Juni 2014) :Hematokrit : 37 % (37 - 47%)Hb : 12,7 gr/dL (12 - 16 gr/dl)Eritrosit : 3,99 x 106 mm3 (3,6 x 106 - 5,8 x 106 mm3)Leukosit : 12.800/µL (4.000 - 10.000/µL)Trombosit : 302.000/µL (150.000 - 450.000/µL)LED : 16 mm/jam

Page 14: LAPORAN KASUS

RadiologiJantung : normalParu-paru : gambaran sarang tawon di kedua lapang paru-paru dengan noda-noda keras dan garis-garis fibrotik curiga masih berbercak.Kesan: Kp Aktif

Page 15: LAPORAN KASUS

SCORING TB Riwayat kontak : 3Batuk ≥ 3 minggu : 1Demam ≥ 2 minggu : 1Pembesaran KGB : 1Gizi kurang : 1TB tulang/sendi : 0Tes Mantoux : belum dilakukan tesRontgen toraks : 1TOTAL SKOR : 8

Page 16: LAPORAN KASUS

PROGNOSISQuo ad Vitam : dubia ad bonamQuo ad Functionam : dubia ad bonamQuo ad Sanationam : dubia ad malam

Page 17: LAPORAN KASUS

ResumeBatuk dialami penderita sejak ±3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Batuk disertai lendir yang berwarna kuning. Batuk disertai darah dialami penderita sejak ±1 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk dengan darah segar, volume ± ¼ gelas aqua. Batuk tidak disertai sesak.Os juga mengalami demam yang sudah dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. demam hilang-timbul dan sempat turun setelah diberi obat demam. Penderita juga sering berkeringat malam sampai harus mengganti baju ± 2 kali dalam semalam. BB anak menurun 1 bulan ini dari 24 kg menjadi 20 kg.

BAK dan BAB penderita penderita normal. Os mengaku terdapat riwayat kontak dengan ayah yang menderita batuk lama dan telah melakukan pengobatan selama satu bulan namun tidak dilanjutkan kembali. Dari pemeriksaan didapatkan Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 89 x/menit, suhu 37,9 0C, respirasi 26 x/menit. Pemeriksaan fisik tidak didapatkan retraksi dinding dada, pergerakan dada simetris, vocal fremitus normal. Suara tambahan ronki kering +/+, jantung normal. Hasil laboratorium Hb 12,7 gr/dl, Leukosit 12.800/mm3, trombosit 302.000/mm3, Ht 37 gr%. Radiologi ditemukan gambaran sarang tawon di kedua lapang paru-paru dengan noda-noda keras dan garis-garis fibrotik.

Page 18: LAPORAN KASUS

Assessment TB Paru Gizi Kurang

Page 19: LAPORAN KASUS

 Planning1. Pemberian OAT 2 bulan fase intensif, 4 bulan

fase lanjutan2. Paduan OAT TB anak fase intensif INH 1x100 mg,

Rifampisin 2x75 mg, Piranzinamid 2x200 mg3. Vitamin B6 1x10 mg4. Paracetamol 3 x 250 mg5. Ambroxol (tolong cariin dosisnya)

Page 20: LAPORAN KASUS

Tanggal

Follow up Instruksi

8 Juni 2015

Keluhan : batuk disertai darah (+), benjolan di leher kiri (+)Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda vital : Tekanan darah = 100/60 mmHgNadi = 108 x/menit, reguler isi cukupRespirasi = 28 x/menitSuhu badan = 36,50CMata: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm/3 mmHidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak ada, tidak dijumpai adanya sekretMulut :Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis. Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemisLeher :Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat pus, krusta, nyeri tekan (-) Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio kolli ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobileToraks :Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada retraksiJantung : Denyut jantung 108 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar adanya bisingParu-paru :Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya ronki maupun wheezingAbdomen :Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba

Diagnosa kerja : Tuberkulosis paru, sklofuloderma dan gizi kurang

Terapi : - IVFD NaCl 0,45% in D5 (1/2 HS) : 34 - 35 cc/jam 11 - 12 gtt/menit -Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (hari I) -Rencana OAT : INH 10 mg/kgBB/hari 240 mgRifampisin 10 mg/ kgBB/hari 240 mgPirazinamid 20 mg/kgBB/hari 500 mg

Anjuran : Matoux testPeriksa Differential Count, BT, PT, CRP, kultur darahKonsul Subdivisi Respiratologi

Page 21: LAPORAN KASUS

Tanggal Follow up Instruksi9 Juni 2015

Keluhan :batuk disertai darah (+), benjolan di leher kiri (+), demam (+)Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHgNadi = 120 x/menit, reguler isi cukupRespirasi = 32x/menitSuhu badan = 380C

Terapi : IVFD NaCl 0,45% in D5 (1/2 HS) : 34 - 35 cc/jam 11 – 12 gtt/menit -Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (hari II) -Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas) -Rencana OAT : INH 10 mg/kgBB/hari 240 mgRifampisin 10 mg/ kgBB/hari 240 mgPirazinamid 20 mg/kgBB/hari 500 mg

Anjuran : Matoux testBT, PT, CRP, kultur darahSputum BTA

Hasil konsul Subdivisi Respiratologi :Periksa Mantoux test, sputum BTAFNABPeriksa Darah Lengkap, LED, Differential count, SGOT, SGPT, ureum, kreatininTerapi OAT : INH 240 mg 1 x 240 mgRifampisin 360 mg 1 x 360 mgPirazinamid 500 mg 1 x 500 mgB6 1 x 1 tab

Page 22: LAPORAN KASUS

Tanggal

Follow up Instruksi

10 Juni 2015

Keluhan : batuk disertai darah (+), benjolan di leher kiri (+), demam (-)Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda vital : Tekanan darah = 100/70 mmHgNadi = 100 x/menit, reguler isi cukupRespirasi = 28x/menitSuhu badan = 37,30C

Terapi : IVFD NaCl 0,45% in D5 (1/2 HS) : 34 - 35 cc/jam 11 - 12 gtt/menit -Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (hari III) - Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas) - OAT : INH 240 mg + B6 480 mg 2 x 1 pulv Rifampisin 10 mg/ kgBB/hari 1 x 240 mg pulvPirazinamid 20 mg/kgBB/hari 1 x 500 mg pulv

Anjuran : Matoux testBT, PT, CRP, kultur darahSputum BTA

Hasil Mantoux test : Positif Indurasi : 25 mm

Page 23: LAPORAN KASUS

Tanggal

Follow up Instruksi

11 Juni 2015

Keluhan : batuk disertai darah (+), benjolan di leher kiri (+), demam (-)Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda vital : Tekanan darah = 100/70 mmHgNadi = 96 x/menit, reguler isi cukupRespirasi = 32x/menitSuhu badan = 36,30C

Terapi : IVFD NaCl 0,45% in D5 (1/2 HS) : 34 - 35 cc/jam 11 - 12 gtt/menit -Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (hari III) - Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas) - OAT : INH 240 mg + B6 480 mg 2 x 1 pulv Rifampisin 10 mg/ kgBB/hari 1 x 240 mg pulvPirazinamid 20 mg/kgBB/hari 1 x 500 mg pulv

Anjuran : FNABSputum BTAUrinalisis lengkap, feses lengkapHasil Blood smear, LED, Differential count :Blood smear :Kesan : Anemia ringan; normokromik normositik, leukosit normal, trombosit normal suspek Anemia Penyakit KronisLED (0 - 20 mm/jam) : Jam I = 65 mm

Jam II = 110 mm Differential count : 0/2/2/64/22/10Hasil pemeriksaan kimia darah :SGOT : 12 U/L (2 - 31 U/L)SGPT : 8 U/L (2 - 34 U/L)Fe (SI) : 58 µg/dL (40 - 175 µg/dL) TIBC : 284 µg/dL (250 - 400 µg/dL)

UIBC : 226 µg/dL (150 - 300 µg/dL)Saturasi Transferin : 20% (20 - 45 %)

Page 24: LAPORAN KASUS

Tanggal

Follow up Instruksi

12 Juni 2015

Keluhan : batuk (+) disertai darah (-), benjolan di leher kiri (+), demam (-)Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda vital : Tekanan darah = 100/70 mmHgNadi = 110 x/menit, reguler isi cukupRespirasi = 32x/menitSuhu badan = 36,50C

Terapi : IVFD NaCl 0,45% in D5 (1/2 HS) : 34 - 35 cc/jam 11 - 12 gtt/menit -Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (hari III) - Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas) - OAT : INH 240 mg + B6 480 mg 2 x 1 pulv Rifampisin 10 mg/ kgBB/hari 1 x 240 mg pulvPirazinamid 20 mg/kgBB/hari 1 x 500 mg pulv

Anjuran : Sputum BTAUrinalisis lengkap, feses lengkapKonsul Subdivisi GiziKonsul KulitKonsul Mata

Page 25: LAPORAN KASUS

Hasil Konsul Gizi : BB : 24 kgBB Ideal : 33 kgKebutuhan energi : 1.551 kkal/hariKebutuhan protein : 33 gr/hariKebutuhan lemak : 99 - 132 gr/hariKebutuhan cairan : 2.310 - 2.805 ml/hari

Hasil Pemeriksaan Sputum I :Makroskopis Warna : putih keabuanMikroskopis BTA : negatif

Page 26: LAPORAN KASUS

Hasil Urinalisis :

Warna : kuning tua Kejernihan : agak keruh

Sedimen Sel epitel : positif (+)Leukosit : 3 - 5/LPBEritrosit : 0 - 1/LPBSilinder : negatifKristal : negatifKomponen lain : negatif

Uji Carik Celup Berat jenis : 1,015pH : 6Leukosit : positif (+)Nitrit : negatif Protein : negatif Glukosa : normalKeton : negatifUrobilinogen : positif (+)Bilirubin : negatifDarah : negatif

Page 27: LAPORAN KASUS

Tanggal Follow up Instruksi13 Juni 2015

Keluhan : batuk (+) disertai darah (-), benjolan di leher kiri (+), demam (-)Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda vital : Tekanan darah = 100/70 mmHgNadi = 110 x/menit, reguler isi cukupRespirasi = 32x/menitSuhu badan = 36,50C

Terapi :

Aff infus - Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas) - OAT : INH 240 mg + B6 480 mg 1 x 1 pulv Rifampisin 1 x 360 mg pulvPirazinamid 1 x 500 mg pulv

Page 28: LAPORAN KASUS

Hasil Pemeriksaan Sputum (II) :Makroskopis Warna : putih keabuan

Mikroskopis BTA : negatif Hasil Konsul Kulit :Regio kolli sinistra terdapat nodul soliter ukuran diameter 2 cm, erosi (+), tertutup krusta kekuningan, pus (-)

Hasil Konsul Mata :Tidak ditemukan kelainan yang dikeluhkan

Page 29: LAPORAN KASUS

Tanggal Follow up Instruksi14 Juni 2015

Keluhan : batuk (+) disertai darah (-), benjolan di leher kiri (+), demam (-)Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHgNadi = 80 x/menit, reguler isi cukupRespirasi = 28x/menitSuhu badan = 36,10C

Terapi :

- Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas) - OAT : INH 240 mg + B6 480 mg 1 x 1 pulv Rifampisin 1 x 360 mg pulvPirazinamid 1 x 500 mg pulv

Page 30: LAPORAN KASUS

Tanggal Follow up Instruksi15 Juni 2015

Keluhan : batuk (+) disertai darah (-), benjolan di leher kiri (+), demam (-)Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHgNadi = 88 x/menit, reguler isi cukupRespirasi = 28x/menitSuhu badan = 36,40C

Terapi :

-Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas) -OAT : INH 240 mg + B6 480 mg 1 x 1 pulv Rifampisin 1 x 360 mg pulvPirazinamid 1 x 500 mg pulv

Hasil FNAB :Limfadenitis tuberkulosa dengan infeksi sekunder.

Page 31: LAPORAN KASUS

Tanggal Follow up Instruksi16 Juni 2015

Keluhan : batuk (+) disertai darah (-), benjolan di leher kiri (+), demam (-)Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHgNadi = 80 x/menit, reguler isi cukupRespirasi = 24x/menitSuhu badan = 36,20C

Terapi :

-Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas) -OAT : INH 240 mg + B6 480 mg 1 x 1 pulv Rifampisin 1 x 360 mg pulvPirazinamid 1 x 500 mg pulv

Page 32: LAPORAN KASUS

Tanggal Follow up Instruksi17 Juni 2015

Keluhan : batuk minimal, disertai darah (-), benjolan di leher kiri (+), demam (-)Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHgNadi = 88 x/menit, reguler isi cukupRespirasi = 24x/menitSuhu badan = 36,3 0C

Terapi :

-Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas) -OAT : INH 240 mg + B6 480 mg 1 x 1 pulv Rifampisin 1 x 360 mg pulvPirazinamid 1 x 500 mg pulv

Anjuran : Periksa sputum BTA, biakan sputum

Page 33: LAPORAN KASUS

Tanggal Follow up Instruksi18 Juni 2015

Keluhan : batuk minimal, disertai darah (-), benjolan di leher kiri (+), demam (-)Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHgNadi = 80 x/menit, reguler isi cukupRespirasi = 24x/menitSuhu badan = 36,3 0C

Terapi :

-Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas) -OAT : INH 240 mg + B6 480 mg 1 x 1 pulv Rifampisin 1 x 360 mg pulvPirazinamid 1 x 500 mg pulv

Anjuran : Rawat jalanPeriksa sputum BTA, biakan sputum

Page 34: LAPORAN KASUS

TINJAUAN PUSTAKA

Page 35: LAPORAN KASUS

Definisi Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi M. tuberculosis yang bersifat sistemik

lokasi terbanyak di paru Tuberkulosis primer adalah keradangan paru

yang disebabkan oleh basil tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pernah mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap basil tersebut.

Page 36: LAPORAN KASUS

Epidemiologi

Page 37: LAPORAN KASUS

Etiologi Basil tuberkulosis berukuran sangat kecil berbentuk batang tipis, agak bengkok, bergranular, berpasangan

Panjangnya 1- 4 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,6 mikron.

Tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 37°C dengan tingkat pH optimal (pH 6,4-7,0). Untuk membelah dari 1-2 kuman membutuhkan waktu 14-20 jam.

Kuman tuberkulosis terdiri dari lemak lebih dari 30% berat dinding kuman, asam strearat, asam mikolik, mycosides, sulfolipid serta Cord factor dan protein terdiri dari tuberkuloprotein (tuberkulin).

TB Paru pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh reaktivasi infeksi sebelumnya sedangkan pada anak-anak menunjukkan penularan aktif M. tuberculosis.

Page 38: LAPORAN KASUS
Page 39: LAPORAN KASUS

Faktor resiko1.Resiko infeksi TBanak yang terpajan dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat(higiene dan sanitasi yang tidak membaik), tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara atau panti perawatan lain) yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif. 

Page 40: LAPORAN KASUS

2.Resiko sakit TBfaktor-faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya infeksi TB menjadi sakit TB: Usia

Anak berusia ≤ 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi sakit TB karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur).

Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin (dari negatif menjadi positif) dalam 1 tahun terakhir. 

Sosial ekonomi yang rendah, kepadatan hunian, penghasilan yang kurang, pengangguran, pendidikan yang rendah.

Faktor lain yaitu malnutrisi, imunokompromise (misalnya pada infeksi HIV, keganasan,transplantasi organ dan pengobatan imunosupresi).

Virulensi dari M. Tuberculosis dan dosis infeksinya.

Page 41: LAPORAN KASUS

Patofisiologi

Page 42: LAPORAN KASUS

Penyebarannya dengan beberapa cara yaitu: Perkontinuatum adalah penyebaran kuman

tuberkulosis di sekitar paru yang terserang kuman tuberkulosis tersebut.

Bronkogen adalah penyebaran baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan.

Hematogen dan limfogen adalah penyebaran yang berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat apabila tidak terdapat imunitas yang adekuat.

Page 43: LAPORAN KASUS

Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) : Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi

setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer (infeksi endogen), misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk.

Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

Tuberkulosis pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua (elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien.

Page 44: LAPORAN KASUS

KlasifikasiPembagian secara patologis Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis) Tuberkulosis post-primer (adult tuberculosis)

Pembagian secara radiologis (luas lesi) Tuberkulosis minimal. Terdapat sebagian kecil infiltrat

nonkavitas pada satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

Moderately advanced tuberculosis. Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.

Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced tuberculosis.

Page 45: LAPORAN KASUS

Berdasarkan terapi Kategori I, ditujukan terhadap :

Kasus baru dengan sputum positifKasus baru dengan bentuk TB berat

Kategori II, ditujukan terhadap :Kasus kambuhKasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III, ditujukan terhadap :Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luasKasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam

kategori I Kategori IV, ditujukan terhadap : TB kronik

Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif, non aktif, dan

quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)

Page 46: LAPORAN KASUS

Gejala Klinis•Suhu badan meningkat ringan atau subfebril

•Anak tampak sakit dan Nyeri persendian

•Malaise, anoreksia, anak kelihatan lelah dan disertai keluhan nafsu makan menurun

•Uji kulit dengan PPD (tuberkulin) menunjukkan test Mantoux (+)

•pembesaran kelenjar limfe regional sebagai akibat penyebaran limfogen. Saat ini reaksi tubuh bertambah:.  

Page 47: LAPORAN KASUS

Batuk-batuk lama oleh karena ada pembesaran kelenjar yang menekan saluran pernapasan (bronkus)

Foto toraks tampak pembesaran kelenjar limfe di daerah hilus, trakea dan leher.

Juga tampak infiltrat halus yang tersebar luas pada seluruh lapangan paru dan dikenal sebagai tuberculosis paru milier

Page 48: LAPORAN KASUS

Diagnosis Tuberkulosis Paru

Pada anak sulit dilakukan pengambilan sputum, sehingga sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan gambaran klinis, gambaran radiologis, dan uji tuberkulin.

Kontak erat (serumah) dengan penderita TB dengan sputum BTA (+)

Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari.

Page 49: LAPORAN KASUS

Terdapat gejala umum: BB↓ / malnutrisi tanpa sebab yang jelas

atau tidak ↑ dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.

Nafsu makan↓ (anoreksia), gagal tumbuh & BB tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.

Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas disertai keringat malam.

Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multiple, paling sering di daerah leher, aksila dan inguinal.

Page 50: LAPORAN KASUS

Penatalaksanaan

Page 51: LAPORAN KASUS

Tatalaksana TB pada Anak Obat TB diberikan dalam paduan obat tidak boleh diberikan dalam monoterapi

Pemberian gizi yang kuat Mencari penyakit penyerta dan jika ada

ditatalaksana secara simultan.

• Tatalaksana medikamentosa TB anak terdiri dari:– terapi (pengobatan) anak sakit– profilaksis(pencegahan)anak yang kontak TB

(profilaksis primer atau anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB(profilaksis sekunder)).

Page 52: LAPORAN KASUS

Prinsip dasar terapi TB minimal 3 macam obat dan diberikan dalam waktu relatif lama (6-12 bulan).

Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase: fase intensif (2 bulan pertama) (rifampisin,

isoniazid pirazinamid) sisanya sebagai fase lanjutan (4 bulan kecuali

pada TB berat) (rifampisin , isoniazid) Pemberian paduan obat ini ditujukan untuk

mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler. Sedangkan pemberian obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan.

Page 53: LAPORAN KASUS

OAT diberikan setiap hari dengan paduan obat yaitu rifampisin, isoniazid dan pirazinamid.

Untuk kasus TB tertentu yaitu : TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endobronkial,meningitis TB, dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis. Lama adalah 2-4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu yang sama ( mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadinya perlekatan jaringan).

Page 54: LAPORAN KASUS

Nama Obat

Dosis harian(mg/kgBB/hari)

Dosis maksima

l(mg/hari)

Efek samping

Isoniazid (INH) 5-15 300 Hepatitis, neuritis perifer,

hipersensitivitas

Rifampisin

(R)10-20 600

Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,

trombositopenia, peningkatan enzim hati,

cairan tubuh berwarna oranye kemerahan

Pirazinamid (Z)

15-30 2000 Toksisitas hati, artralgia, gastrointestinal

Etambutol

(E)15-20 1250

Neuritis optik, ketajaman mata berkurang,

buta warna merah-hijau, penyempitan lapang

pandang, hipersensitivitas, gastrointestinal

Streptomisin 15-40 1000 Ototoksik, nefrotoksik

Page 55: LAPORAN KASUS

Komplikasi Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s arthropathy Komplikasi lanjut : obstrksi jalan napas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

Page 56: LAPORAN KASUS

Analisis Kasus

Page 57: LAPORAN KASUS

Apakah diagnosis sudah tepat?

Anamnesis pasien:

• Batuk berdahak berwarna kuning

• Batuk berdarah• Demam

• Berkeringat pada malam hari

• Berat badan turun drastis

• Nafsu makan menurun

• Terdapat anggota keluarga menderita

TB

Teori:

• Kontak erat (serumah) dengan

penderita TB dengan sputum

BTA (+)• Terdapat reaksi

kemerahan cepat setelah

penyuntikan BCG dalam 3-7 hari.

• BB↓ / malnutrisi tanpa sebab yang

jelas • Batuk berdahak• Nafsu makan

menurun

Page 58: LAPORAN KASUS

Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat kontak dengan ayah penderita yang tinggal di rumah yang sama dengan penderita, tetapi ini hanya berdasarkan laporan keluarga.

Laporan ini pun tidak jelas karena ibu penderita tidak pernah memeriksakan diri sehingga keluarga tidak tahu pasti apakah ibu penderita menderita penyakit tuberkulosis, hanya didasarkan pada adanya riwayat batuk lama disertai dengan keluarnya darah yang dialami ibu penderita hingga meninggal.

Akan tetapi berdasarkan laporan yang diberikan keluarga, kemungkinan besar ibu penderita menderita penyakit TB paru.

Page 59: LAPORAN KASUS

Pemeriksaan fisik BB: 20kg TB: 125cm terletak pada

persentil -2 s/d -3 SD (Standar Deviasi) gizi kurang,

TD:100/70 mmHgnadi 89 x/menitsuhu 37,9 0Crespirasi 26 x/menit. Pemeriksaan fisik tidak didapatkan retraksi dinding dada, pergerakan dada simetris, vocal fremitus normal. Suara tambahan ronki kering +/+, jantung normal

Page 60: LAPORAN KASUS

teori Suhu badan meningkat ringan atau subfebril Anak tampak sakit Nyeri persendian Malaise, anoreksia Uji kulit dengan PPD (tuberkulin) menunjukkan

reaksi negatif Setelah >12 minggu, setelah timbul kekebalan

spesifik terhadap basil tuberkulosis, maka akan terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sebagai akibat penyebaran limfogen. Saat ini reaksi tubuh bertambah:

Mantoux (+) Batuk-batuk oleh karena ada pembesaran kelenjar

yang menekan saluran pernapasan (bronkus)

Page 61: LAPORAN KASUS

Pemeriksaan penunjang Menentukan diagnosis tuberkulosis pada anak harus

menggunakan skoring TB pada anak, berikut skoring pada pasien.

SCORING TB Riwayat kontak : 2 Batuk ≥ 3 minggu : 1 Demam ≥ 2 minggu : 1 Pembesaran KGB : 1 Gizi kurang : 1 TB tulang/sendi : 0 Tes Mantoux : belum dilakukan tes Rontgen toraks : 1 TOTAL SKOR : 7

Page 62: LAPORAN KASUS

Pemeriksaan Penunjang Hasil laboratorium Hb 12,7 gr/dl, Leukosit 12.800/mm3, trombosit

302.000/mm3, Ht 37 gr%. Radiologi Rx Thorax ditemukan gambaran sarang tawon di kedua

lapang paru-paru dengan noda-noda keras dan garis-garis fibrotic.

Scoring TB 7 Mantoux test (+) FNAB Limfadenitis tuberkulosa dengan infeksi sekunder

Page 63: LAPORAN KASUS

Pembahasan 1. Pada sistem scoring terbaru, skor

tertinggi terletak pada uji tuberkulin dan adanya kontak TB dengan BTA positif. Uji tuberkulin mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai uji tapis dalam menunjang diagnosis.

Page 64: LAPORAN KASUS

2. Pada uji tuberkulin yang dilakukan terhadap penderita, didapatkan hasil berupa indurasi dengan berdiameter 25 mm yang berarti pada penderita sangat mungkin telah terjadi infeksi TB alamiah.

Hal ini didukung dengan umur penderita yaitu tahun, yaitu jika membaca hasil uji tuberkulin pada anak berusia lebih dari 5 tahun maka faktor BCG dapat diabaikan.1,2

Page 65: LAPORAN KASUS

3. Pada penderita ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat pus, krusta, nyeri tekan (-) dan pada regio kolli ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobile. Dari hasil FNAB yang dilakukan diperoleh kesimpulan limfadenitis tuberkulosa dengan infeksi sekunder.

Awalnya penderita didiagnosis tuberkulosis paru dengan sklofuloderma, tetapi setelah dilakukan FNAB ternyata menunjukkan limfadenitis tuberkulosa. Kemungkinan besar ini disebabkan akibat limfadenitis yang sudah dalam keadaan lanjut sehingga pecah sehingga menjadi skrofuloderma.1,2

Page 66: LAPORAN KASUS

4. Hasil pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) menunjukkan terjadi peningkatan. Hal ini menunjukkan adanya infeksi kronis. Akan tetapi nilai LED dapat meningkat pada berbagai keadaan infeksi atau inflamasi kronis sehingga LED tidak menjadi patokan untuk TB.

Page 67: LAPORAN KASUS

5. Gambaran foto Rontgen toraks pada TB tidaklah khas, karena kelainan-kelainan radiologis pada TB dapat juga dijumpai pada penyakit-penyakit lain.

Pemeriksaan foto Rontgen toraks penderita menunjukkan adanya fibroinfiltrat dengan cavitas paru di kiri atas. Ini merupakan salah satu gambaran sugestif TB paru. Gambaran sugestif TB paru diantaranya berupa : Pembesaran kelenjar limfe hilus/paratrakea dengan

atau tanpa infiltrat Atelektasis lobus medius Konsolidasi lobar/segmental Gambaran milier Efusi pleura Kavitas Kalsifikasi (proses lama) Tuberkuloma

Page 68: LAPORAN KASUS

Apakah penatalaksanaan dari kasus ini sudah tepat?

Penatalaksanaan pada pasien ini sudah cukup tepat, karena sesusai dengan alur penatalaksanaan TB pada anak. Setelah didiagnosis TB (skoring TB ≥ 6) langsung mendapatkan terapi Obat Anti Tuberculosis (OAT) selama 6 bulan berturut-turut terdiri dari 2 fase

Page 69: LAPORAN KASUS

Susunan panduan OAT pada anak adalah 2RHZ/4RH yaitu pada fase intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z) yang diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 RHZ) dan fase lanjutan yang terdiri dari Rifampisin (R) dan Isoniazid (H) yang diberikan setiap 4 hari selama 4 bulan. 1,2

Page 70: LAPORAN KASUS

Isoniazid (H)Bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid, dan efek bakterisidnya hanya terlihat pada kuman yang sedang tumbuh aktif. Mempunyai 2 efek toksik utama yaituhepatotoksik dan neuritis perifer.2,9

Rifampisin (R)Bersifat bakterisid pada intra sel dan ekatra sel, dapat memasuki semua jaringan, dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Rifampisin diabsorpsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut sedang kosong. Efek sampingnya lebih sering terjadi dibanding isoniazid yaitu perubahan warna urine, ludah, keringat, sputum, dan air mata berwarna orange kemerahan, serta menyebabakan gangguan gastrointestinal. 2,9

Pirazinamid (Z)Derivat dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan tubuh termasuk CSS, bakterisid hanya pada intra selpada suasana asam,dan diresorbsi baik pada saluran cerna. Pengguanaan pirazinamid aman pada anak. 2,9

Page 71: LAPORAN KASUS

Bagaimana evaluasi hasil terapi? Penilaian hasil terapi dilakukan baik dengan

evaluasi klinis, laboratorium maupun radiologis, namun dasar utama evaluasi terapi adalah keadaan klinis pasien. 1,2

Sejak terdiagnosis hingga mendapatkan terapi yaitu sekitar 10 hari, penderita memperlihatkan perbaikan secara klinis berupa hilangnya demam, berkurangnya batuk, batuk sudah tidak disertai dengan adanya darah dan perbaikan nafsu makan.

Page 72: LAPORAN KASUS

Bagaimana prognosis untuk pasien ini?Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam karena penderita dapat terdeteksi sebelum mengalami komplikasi berat seperti adanya deformitas tulang, gangguan neurologis dan lain-lain.

Diharapkan selain kepatuhan pengobatan penderita, adanya penanganan gizi dapat mendukung proses penyembuhan penderita

Page 73: LAPORAN KASUS

Daftar pustaka

terlampir

Page 74: LAPORAN KASUS

TERIMAKASIH