LAPORAN JADI
-
Upload
novi-asrianti-tekimnolenam -
Category
Documents
-
view
558 -
download
0
Transcript of LAPORAN JADI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada masa sekarang kecendrungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi
sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin
menipis. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif lain bahan yang dapat digunakan
sebagai pengganti minyak bumi. Penggunaan bioethanol sebagai bahan bakar
merupakan salah satu jalan pemecahan masalah energi pada saat ini.
Saat ini sedang diusahakan secara intensif pemanfaatan bahan-bahan yang
mengandung serat kasar dengan karbohidrat yang tinggi, dimana semua bahan
yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi bioethanol. Misalnya umbi
kayu, ubi jalar, pisang, kulit pisang, dan lain-lain. Bioethanol dapat dihasilkan dari
tanaman yang banyak mengandung senyawa selulosa dengan menggunakan
bantuan dari aktivitas mikroba.
Pisang (Musa paradisiacal) merupakan jenis buah-buahan tropis yang
sangat banyak dihasilkan di indonesia. Pulau Jawa dan Madura mempunyai
kapasitas produksi kira-kira 180.153 ton pertahun (Anonymous). Dari keseluruhan
jumlah tersebut terdapat jenis buah pisang yang sering diolah dalam bentuk
gorengan, salah satunya pisang kepok. Kulit dari buah pisang kepok biasanya oleh
masyarakat hanya dibuang dan hal itu menjadi permasalahan limbah di alam
karena akan meningkatkan keasaman tanah dan mencemarkan lingkungan.
Berdasarkan permasalahan itulah penelitian tentang pengolahan limbah kulit
pisang kepok ini dilakukan agar nilai gunanya lebih tinggi untuk masyarakat.
Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007).
Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat,
dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) dengan
beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara enzimatis.
1
Metode hidrolisis secara enzimatis lebih sering digunakan karena lebih ramah
lingkungan dibandingkan dengan katalis asam. Glukosa yang diperoleh
selanjutnya dilakukan proses fermentasi atau peragian dengan menambahkan
yeast atau ragi sehingga diperoleh bioetanol.
B. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk membuat bioethanol (alkohol) dari limbah
kulit pisang dengan variasi waktu fermentasi dan penambahan berat ragi, serta
mencari kondisi optimumnya.
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Bahan Baku
Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat dalam
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang disimpan dalam akar, batang buah, kulit,
dan biji sebagai cadangan makanan. Pati adalah polimer D-glukosa dan ditemukan
sebagai karbohidrat simpanan dalam tumbuh-tumbuhan, misalnya ketela pohon,
pisang, jagung,dan lain-lain (Anna Poedjiadi, 1994).
Kulit pisang kepok digunakan karena mengandung karbohidrat.
Karbohidrat tersebut diurai terlebih dahulu melalui proses hidrolisis kemudian di
fermentasi dengan menggunakan Saccharomyces cereviseae menjadi alkohol.
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007). Bioetanol diartikan
juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung pati,
seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari
minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium (Khairani, 2007).
2
Kandungan kulit pisang ditunjukan pada tabel 1.
Tabel 1: Kandungan Kulit Pisang
Unsur Komposisi
Air
Karbohidrat
Lemak
Protein
Kalsium
Pospor
Besi
Vitamin B
Vitamin C
69,80 %
18,50%
2,11%
0,32%
715mg/100gr
117mg/100gr
0,6mg/100gr
0,12mg/100gr
17,5mg/100gr
Sumber : Data Bahan Pusat Statistik,2000
Berdasarkan tabel 1, komposisi terbanyak kedua pada kulit pisang adalah
karbohidrat. Mengingat akan hal tersebut dan prospek yang baik di masa yang
akan datang, maka penyusun mencoba mencari peluang untuk memanfaatkan kulit
pisang sebagai bahan baku dalam pembuatan bioethanol (Prescott and Dunn,
1959).
2. Mikroorganisme untuk fermentasi
Alkohol dapat diproduksi dari beberapa bahan secara fermentasi dengan
bantuan mikroorganisme, sebagai penghasil enzim zimosa yang mengkatalis
reaksi biokimia pada perubahan substrat organic. Mikroorganisme yang dapat
digunakan untuk fermentasi terdiri dari yeast (ragi), khamir,jamur, dan bakteri.
Mikroorganisme tersebut tidak mempunyai klorofil, tidak mampu
memproduksi makanannya dengan cara fermentasi, dan menggunakan substrat
organic untuk sebagai makanan.
Saccharomyces cereviseae lebih banyak digunakanuntuk memproduksi
alkohol secara komersial dibandingkan dengan bakteri dan jamur. Hal ini
disebabkan karena Saccharomyces cereviseae dapat memproduksi alkohol dalam 3
jumlah besar dan mempunyai toleransi pada kadar alcohol yang tinggi. Kadar
alcohol yang dihasilkan sebesar 8-20% pada kondisi optimum. Saccharomyces
cereviseae yang bersifat stabil, tidak berbahaya atau menimbulkan racun, mudah
di dapat dan malah mudah dalam pemeliharaan. Bakteri tidak banyak digunakan
untuk memproduksi alkohol secara komersial, karena kebanyakan bakteri tidak
dapat tahan pada kadar alkohol yang tinggi (Sudarmadji Kasmidjo, 1989).
3. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang
menghasilkan satu zat baru atau lebih dan juga dekomposisi suatu larutan dengan
menggunakan air. Proses ini melibatkan pengionan molekul air ataupun peruraian
senyawa yang lain (Pudjaatmaka dan Qodratillah, 2002).
Hidrolisis diterapkan pada reaksi kimia yang berupa organic atau
anorganik dimana air mempengaruhi dekomposisi ganda dengan campuran yang
lain, hydrogen akan membentuk satu komponen dan hidroksil ke komponen yang
lain.
XY + H2O HY + XOH (1)
KCN + H2O HCN + KOH (2)
C5H11Cl + H2O HCl + C5H11OH (3)
(Groggins, 1958)
Reaksi hidrolisis pati berlangsung menurut persamaan reaksi sebagai
berikut :
(C6H10O5)n + nH2O n(C6H12O6) (4)
Pati air glukosa
Karena reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, maka
untuk memperbesar kecepatan reaksinya diperlukan penambahan katalisator.
Penambahan katalisator ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air, sehingga
reaksi hidrolisis tersebut berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering digunakan
adalah asam sulfat, asam nitrat, dan asam klorida.
4
Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam klorida sehingga persamaan
reaksi yang terbentuk sebagai berikut :
(C6H10O5)n + nH2O n(C6H12O6) (5)
Pati air glukosa
(Agra dkk, 1973)
4. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih atau
anaerob sebagian. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan seperti natrium
klorida bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan
mencegah pertumbuhan sebagian besar organisme yang lain. Suatu fermentasi
yang busuk biasanya adalah fermentasi yang mengalami kontaminasi, sedangkan
fermentasi yang normal adalah perubahan karbohidrat menjadi alkohol.
Mikroba yang digunakan untuk fermentasi dapat berasal dari makanan
tersebut dan dibuat pemupukan terhadapnya. Tetapi cara tersebut biasanya
berlangsung agak lambat dan banyak menanggung resiko pertumbuhan mikroba
yang tidak dikehendaki lebuh cepat. Maka untuk mempercepat perkembangbiakan
biasanya ditambahkan mikroba dari luar dalam bentuk kultur murni ataupun
starter (bahan yang telah mengalami fermentasi serupa).
Manusia memanfaatkan Saccharomyces cereviseae untuk melangsungkan
fermentasi, baik dalam makanan maupun dalam minuman yang mengandung
alcohol. Jenis mikroba ini mampu mengubah cairan yang mengandung gula
menjadi alcohol dan gas CO2 secara cepat dan efisien (Sudarmadji Kasmidjo,
1989).
Peoses metabolisme pada Saccharomyces cereviseae merupakan rangkaian
reaksi yang terarah yang berlangsung pada sel. Pada proses ini terjadi serangkaian
reaksi yang bersifat merombak suatu bahan tertentu dan menghasilkan energy
serta serangkaian reaksi lain yang bersifat mensintesis senyawa-senyawa tertentu
dengan membutuhkan energi. Saccharomyces cereviseae sebenarnya tidak mampu
langsung melakukan fermentasi terhadap makromolekul seperti karbohidrat, tetapi
5
karena mikroba tersebut memiliki enzim yang disekresikan mampu memutuskan
ikatan glikosida sehingga dapat difermentasi menjadi alcohol atau asam.
Fermentasi bioethanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula
menjadi bioethanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan
oleh massa sel mikroba.
Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah:
Perubahan glukosa menjadi bioethanol oleh sel-sel Saccharomyces
cereviseae.
C6H12O6 Saccharomyces cereviseae 2C2H5OH + 2CO2 (6)
Glukosa enzim zimosa etanol karbondioksida.
(Sudarmadji Kasmidjo, 1989)
Fermentasi bioethanol dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain:
a) Media
Pada umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik terutama
glukosa dan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi
bioethanol (Prescott and Dunn, 1959)
b) Suhu
Suhu optimum bagi pertumbuhan Saccharomyces cereviseae dan
aktivitasinya adalah 25-35oC. suhu memegang peranan penting, karena secara
langsung dapat mempengaruhi aktivitas Saccharomyces cereviseae dan secra
tidak langsung akan mempengaruhi kadar bioethanol yang dihasilkan (Prescott
and Dunn, 1959)
Pada penelitian ini pertumbuhan Saccharomyces cereviseae dijaga pada
suhu 27 oC (Laporan penelitian Rhonny.A dan Danang Jati.W, 2003).
c) Nutrisi
Selain sumber karbon, Saccharomyces cereviseae juga memerlukan
sumber nitrogen (N), vitamin dan mineral dalam pertumbuhannya. Pada
umumnya sebagian besar Saccharomyces cereviseae memerlukan vitamin seperti
6
biotin dan thiamin yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Beberapa mineral
juga harus ada untuk pertumbuhan Saccharomyces cereviseae seperti phospat,
kalium, sulfur, dan sejumlah kecil senyawa besi dan tembaga (Prescott and
Dunn,1959).
Pada penelitian ini menggunakan 6 gr Za dan 6 gr urea sebagai nutrisinya
dan selanjutnya dipasteurisasa pada suhu 121oC (Laporan penelitian Rhonny.A
dan Danang Jati.W, 2003)
d) pH
pH substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan kehidupan Saccharomyces cereviseae. Salah satu sifat
Saccharomyces cereviseae adalah bahwa pertumbuhan dapat berlangsung dengan
baik pada kondisi pH 4 – 6 (Prescott and Dunn, 1959).
Pada penelitian ini pH media fermentasi ( filtrat ) dijaga pada kondisi
pH 5 (Laporan penelitian Rhonny.A dan Danang Jati.W, 2003).
e) Volume starter
Volume starter yang ditambahkan 3-7% dari volume media fermentasi.
Jumlah volume starter tersebut sangat baik dan efektif untuk fermentasi serta
dapat menghasilkan kadar alcohol yang relative tinggi (Monick. John A, 1968).
Penambahan volume starter yang sesuai pada proses fermentasi adalah 5%
dari volume fermentasi (Prescott and Dunn, 1959).
Volume starter yang terlalu sedikit akan mengakibatkan produktivitas
menurun karena menjadi lelah dan keadaan ini memperbesar terjadinya
kontaminasi. Peningkatan volume starter akan mempercepat terjadinya fermentasi
terutama bila digunakan substrat berkadar tinggi. Tetapi jika volume starter
berlebihan akan mengakibatkan hilangnya kemampuan bakteri untuk hidup
sehingga tingkat kematian bakteri sangat tinggi (Norman W. Desrosier, 1988).
f) Waktu fermentasi
7
Waktu fermentasi yang biasa dilakukan 3-14 hari. Jika waktunya terlalu
cepat Saccharomyces cereviseae masi dalam masa pertumbuhan sehingga alcohol
yang dihasilkan dalam jumlah sedikit dan jika terlalu lama Saccharomyces
cereviseae akan mati maka alcohol yang dihasilkan tidak maksimal (Prescott and
Dunn, 1959).
g) Konsentrasi gula
Konsentrasi gula akan berpengaruh terhadap aktifitas Saccharomyces
cereviseae. Konsentrasi gula yang sesuai kira-kira 10-18%. Konsentrasi gula yang
terlalu tinggi akan menghambat aktivitas Saccharomyces cereviseae, sebaliknya
jika konsentrasinya rendah akan menyebabkan fermentasi tidak optimal..(Prescott
and Dunn, 1959)
5. Alkohol
Alkohol dapat dihasilkan dari tanaman yang banyak mengandung pati
dengan menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba. Bioethanol merupakan
senyawa organik yang mengandung gugus hidroksida dan mempunyai rumus
umum CnHn+1OH. Istilah bioethanol dalam industri digunakan untuk senyawa
etanol atau etil bioethanol dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol termasuk
bioethanol primer yaitu bioethanol yanh gugus hidroksinya terikat pada atom
karbon primer.
Sifat-sifat bioethanol yang mudah menguap, udah terbakar, berbau
spesifik, cairannya tidak berwarna, dan mudah larut dalam : air, eter, chloroform,
dan aseton (Laporan penelitian Rhonny.A dan Danang Jati.W, 2003).
D. BATASAN MASALAH
1. pH yang digunakan 4,5
2. Berat ragi dalam penelitian 1 ose dianggap sama yaitu 0,0312 gr.
3. Dianggap semua hasil fermentasi adalah alkohol
4. Suhu kamar dianggap tetap (±27ºC).
8
E. LANDASAN TEORI
Berdasarkan prinsip di atas, maka pati kulit pisang yang mengandung
karbohidrat dapat diproses kembali menjadi bioethanol. Tahapan yang dilakukan
dalam proses pengolahan bioethanol adalah proses hidrolisa pati kulit pisang
dengan menggunakan larutan asam klorida encer menurut persamaan reaksi :
(C6H10O5)n + nH2O n(C6H12O6) (7)
Pati air glukosa
Setelah pemecahan ikatan rantai karbohidrat menjadi glukosa maka dilakukan
proses fermentasi oleh bakteri Saccharomyces cereviseae yang mempunyai
kemampuan mengurai glukosa menjadi bioethanol.
C6H12O6 Saccharomyces cereviseae 2C2H5OH + 2CO2 (8)
Glukosa enzim zimosa etanol karbondioksida
Apabila proses di atas dapat dilakukan pada kondisi yang optimum maka
akan di peroleh hasil bioethanol yang optimal (Laporan penelitian Rhonny.A dan
Danang Jati.W, 2003).
G. HIPOTESIS
1. Semakin lama fermentasi maka kadar etanol yang dihasilkan semakin
tinggi sampai waktu tertentu.
2. Semakin banyak penambahan ragi maka kadar etanol yang dihasilkan
semakin rendah.
9
BAB II
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. BAHAN-BAHAN
1. Bahan utama
a. Kulit pisang kepok
b. Bakteri Saccharomyces cereviseae
c. Larutan H2SO4 0,5 N
2. Bahan pembantu
a. Aquadest
b. Za
c. Urea
B. ALAT-ALAT
1. Timbangan elektrik 12. Pengaduk
2. Kertas pH 13. Pengaduk merkuri
3. Pipet tetes 14. Gelas ukur
4. Gelas piala 15. Pendingin balik
5. Blender 16. Piknometer
6. Kertas saring 17. Tabung reaksi
7. Oven 18. Gelas arloji
8. Jarum ose
9. Kompor listrik
10. Labu Erlenmeyer
11. Labu leher tiga
10
C. CARA PENELITIAN
Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses,
yaitu: Persiapan Bahan , hidrolis, fermentasi, dan pengambilan cuplikan.
1. Persiapan Bahan
Kulit pisang di potong-potong menjadi kecil, kemudian diblender dan di
saring dan diambil filtratnya serta diendapkan. Kemudian hasil endapan disaring
dan dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kering. Jika cuaca tidak
memungkinkan maka pengeringan dapat dilakukan dalam oven dengan suhu 45-
50˚C. Setelah kering, pati kulit pisang tersebut dianalisis kadar air dan kadar
patinya.
2. Tahap hidrolisis
Pati kulit pisang dengan berat tertentu di hidrolisis di dalam labu leher tiga
dengan menambahkan larutan H2SO4 0,5 N. Menutup dengan pendingin balik dan
dipanaskan sampai 100˚C selama 2,5 jam. Setelah itu didinginkan sampai dengan
suhu ruangan. Hasil hidrolisis disaring, sehingga didapatkan filtratnya. Filtrat
hasil hasil hidrolisis pati kulit pisang diatur pH nya antara 4 – 6, kemudian
difermentasi.
3. Tahap Fermentasi
Filtrat sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan 6 gr Za dan 6 gr urea sebagai nutrisi. Selanjutnya di pasteurisasi
pada suhu 120˚C selama 15 menit lalu didinginkan. Memasukkan starter
( inokulum awal ) dengan volume tertentu dengan berbagai variasi ke dalam
11
medium fermentasi. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar yang berkisar antara
27-30 oC selama waktu tertentu dengan menutup rapat labu Erlenmeyer.
Kemudian percobaan ini diulangi untuk waktu fermentasi dan banyaknya
pati dengan berat yang berbeda-beda. Pertama dilakukan percobaan untuk
menentukan waktu opitimum fermentasi. Setelah dapat waktu optimum
fermentasi dengan berat tertentu, maka dilakukan lagi cara kerja tersebut tetapi
dengan variasi berat dan di fermentasi dengan waktu optimum yang sudah
diketahui dari percobaan sebelumnya.
4. Pengambilan cuplikan
Pengambilan cuplikan dilakukan pada hari yang telah ditentukan setelah
pemberian inokulum. Kemudian cuplikan di analisis kadar bioethanolnya dalam
setiap variasi.
12
D. DIAGRAM ALIR PELAKSANAAN PENELITIAN
1. Tahap penbuatan pati kulit pisang
Sortir Kulit pisang
Kulit pisang tersortir
Air
Analisis II
Pati kulit pisang
Analisis I dan II: Analisis kadar air, kadar pati
13
Analisis I
Pengkerokan
diblender
pengendapan
Pengeringan dengan matahari atau oven
Analisis II
2. Tahap Hidrolisis
Pati kulit pisang
Aquadest
Larutan H2SO4 0,5 N
Analisis III
Filtrat
Analisis III : Analisis kadar glukosa
14
Hidrolisis pada T = 100oC dengan waktu 2,5 jam
Analisis III
3. Tahap Fermentasi
Filtrat
Za
Urea
starter
Alkohol yang sudah dianalisa
Analisis IV : Analisis kadar bioetanol
15
Analisis IV
Inkubasi
Fermentasi
Pasteurisasi 121oC selama 15 menit
Pemberian nutrisi
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Bahan Baku
Analisis bahan baku ada dua macam, yaitu analisis terhadap kulit pisang dan
analisis pati kulit pisang.
Analisis kulit pisang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Kulit Pisang
Jenis Analisis Kadar (%)
Kadar air
Kadar pati
91,4374
2,30
Analisis pati kulit pisang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Pati Kulit Pisang
Jenis Analisis Kadar (%)
Kadar air
Kadar pati
93,8610
3,68
B. Analisa Hasil Hidrolisis
Dari hidrolisa kulit pisang didapat :
Volume hidrolisa = 1000 ml
Kadar glukosa = 3.13 %
16
C. Analisa Hasil Fermentasi
1. Variabel Waktu Fermentasi
Suhu = +27 oC
Banyak yeast = 0,0624 gr = 2 ose
Tabel 4. Hasil Penelitian dengan Variabel Waktu Fermentasi
Waktu
fermentasi (jam)
Berat alkohol +
berat pikno (gr)
Berat
alkohol (gr)
Densitas
(gr/ml)
Kadar
alkohol (%)
48
96
144
192
16,9545
16,9248
16,8839
16,8837
4,7502
4,7205
4,6796
4,6794
0,9894
0,9832
0,9747
0,9746
3,8737
7,7828
13,5406
13,4416
Dari data variasi waktu fermentasi diperoleh kadar alkohol optimum sebesar
13,5406 % pada waktu fermentasi selama 144 jam. Adapun grafik hubungan
waktu fermentasi terhadap kadar alkohol dapat dilihat pada Gambar 3.
40 60 80 100 120 140 160 180 2000
2
4
6
8
10
12
14
16
Y data
Waktu Fermentasi (Jam)
Kada
r A
lkoh
ol (%
)
Gambar 3. Grafik Hubungan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Alkohol
17
Hubungan antara waktu fermentasi terhadap kadar alkohol dinyatakan
dalam persamaan 1, sebagai berikut :
y = 7,568ln(x) – 25,65 (9)
Pada Gambar 3, fermentasi selama 48 jam menghasilkan kadar alkohol
sebanyak 3,8738 %. Grafik naik pada waktu fermentasi 96 dan 144 jam.
Menghasilkan kadar alkohol masing-masing 7,7828 % dan 13,5406 %. Grafik
menurun pada waktu 192 jam dengan kadar alkohol 13,4416 %. Sehingga dapat
terlihat waktu optimum pada fermentasi ini adalah 144 jam dengan kadar alkohol
13,5406 %. Pada waktu fermentasi selama 48 dan 96 jam kadar alkohol yang
diperoleh lebih kecil, hal ini disebabkan bakteri belum mengadakan pembiakan
secara maksimal, sehingga kadar alkohol yang dihasilkan belum optimal. Kadar
alkohol tertinggi terjadi pada waktu fermentasi 144 jam, hal ini disebabkan
pembiakan bakteri sudah berkembang secara maksimal. Sedangkan pada waktu
fermentasi selama 192 jam kadar etanol turun, hal ini disebabkan adanya
pembentukan asam asetat. Dapat terlihat adanya gelembung - gelembung udara
dan banyaknya bakteri yang tidak beraktivitas karena nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembiakan sudah habis.
2. Variabel Banyak Ragi
Suhu = +27oC
Lama fermentasi = 144 jam
Tabel 5. Hasil Penelitian dengan Variabel Berat Ragi
Banyak ragi
(gr)
Berat alkohol +
berat pikno (gr)
Berat
alkohol (gr)
Densitas
(g/ml)
Kadar
alkohol(%)
0,0624
0,0936
16,8921
16,9167
4,6640
4,6886
0,9745
0,9796
13,5353
12,4325
18
0,1248
0,1560
16,8998
16,9187
4,6717
4,6906
0,9761
0,9801
10,0759
9,8266
Dari data variasi berat ragi, diperoleh kadar alkohol optimum sebesar
13,5353% dengan berat ragi 0,0624 gr. Grafik hubungan berat ragi terhadap kadar
alkohol ditunjukan pada gambar 2.
Gambar 4. Grafik Hubungan Berat Ragi terhadap Kadar Alkohol
Hubungan antara berat ragi terhadap kadar alkohol dinyatakan dalam
persamaan 2, sebagai berikut :
y = -4,42ln(x) + 1,423 (10)
Pada gambar 4, penambahan berat ragi sebanyak 0,0624 gr menghasilkan
kadar alkohol sebanyak 13,5353 %. Grafik menurun pada penambahan berat ragi
sebanyak 0,0936 gr dengan kadar alkohol 12,4325 %. Grafik terus menurun pada
penambahan ragi sebanyak 0,1248 gr dengan kadar alkohol 10,0759 % dan
terlihat konstan pada penambahan berat ragi sebanyak 0,1560 gr dengan kadar
alkohol 9,8266 %. Penambahan berat ragi sebanyak 0,0624 gr dengan kadar
alkohol 13,5353% merupakan titik tertinggi. Hal ini disebabkan perbandingan
19
0.04 0.06 0.08 0.10 0.12 0.14 0.16 0.180.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Y data
Berat Ragi (gr)
Kada
r A
lkoh
ol (%
)
nutrisi yang tersedia sebanding dengan banyaknya Saccharomyces cereviseae
yang ada. Sedangkan pada penambahan ragi sebanyak 0,0936 gr; 0,1248 gr dan
0,1560 gr, kadar etanol yang dihasilkan semakin turun. Hal ini disebabkan
Saccharomyces cereviseae yang ada lebih banyak dibanding nutrisi yang tersedia,
sehingga Saccharomyces cereviseae lebih banyak menggunakan nutrisi tersebut
untuk bertahan hidup dari pada merombak gula manjadi alkohol.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Semakin lama waktu fermentasi maka kadar etanol yang dihasilkan
semakin tinggi sampai waktu tertentu.
2. Waktu optimum fermentasi yang diperoleh yaitu selama 144 jam dengan
kadar etanol 13,5406 %.
3. Semakin banyak ragi yang ditambahkan maka kadar etanol yang
dihasilkan semakin rendah.
4. Penambahan berat ragi yang relatif baik yaitu sebanyak 0,0624gr dengan
kadar alkohol 13,5353 %.
5. Grafik hubungan antara waktu fermentasi terhadap kadar etanol, diperoleh
persamaan y = 7,568ln(x) – 25,65.
6. Grafik hubungan antara berat ragi terhadap kadar etanol, diperoleh
persamaan y = -4,42ln(x) + 1,423.
20
LAMPIRAN
A. Perhitungan Kadar Air
1. Kulit Pisang
Berat sebelum dikeringkan = 50 gr
Berat setelah dikerinkan = 4,2813 gr
Menghitung kadar air = W awal−W ak h ir
W awal
x100 %
¿ 50 gr−4,2813 gr50 gr
x100 %
= 91,4374 %
2. Pati Kulit Pisang
Berat sebelum dikeringkan = 50 gr
Berat setelah dikeringkan = 3,0695 gr
Menghitung kadar air = W awal−W ak h ir
W awal
x100 %
¿ 50 gr−3,0695 gr50 gr
x100 %
= 93.8610 %
B. Perhitungan Kadar Pati
1. Kulit Pisang
21
Penentuan kadar pati dengan metode anthrone. Contoh ditimbang sebanyak 5
mg, Kemudian ditambah 2 ml aquades dan dimasukkan kedalam tabung
sentrifuge. Setelah itu contoh dipanaskan dalam air mendidih selama 15
menit kemudian ditambah 2 ml asam perklorat 9,2 N. Sambil diaduk atau
digoyang hingga volume 10 ml, selanjutnya disentrifuge selama 30 menit
dengan kecepatan 500 rpm. Supernatannya ditampung dalam labu ukur 50
ml. Residu yang ada pada tabung sentrifuge ditambahkan 2 ml asam per klorat
4,6 N dan digoyang selama 15 menit. Volumenya dijadikan 50 ml dengan
menambahkan aquadest dan kemudian disentrifuge lagi selama 30 menit pada
kecepatan 500 rpm. Supernatannya disatukan dengan supernatan yang tadi
dan diencerkan sampai volume 50 ml. Supernatan yang telah siap, diambil 5 ml
dan diencerkan lagi sampai 100 ml, diambil lagi dan ditambahkan antrone 10 ml,
sambil direndam dalam air dingin. Dipanaskan pada air mendidih selama 7,5
menit, didinginkan kembali pada air dingin dan diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 630 nm.
Perhitungan :
|.|conto h|.1|ppm
× 0,9
Berat conto h× pengenceran×
100100−Ka
C. Variabel Waktu Fermentasi
1. Standarisasi Asam Sulfat (H2SO4) 0,5 N
a) Ambil 5 mL larutan boraks Na2B4O7 0,004 N ke dalam labu
erlenmeyer, tambahkan 2 sampai 3 tetes indikator SM.
b) Titrasi dengan larutan asam sulfat, H2SO4 0,004 N sampai
tepat terjadi perubahan warna larutan menjadi merah kekuningan.
Catat volum H2SO4 yang digunakan
c) Lakukan pengujian blanko dengan menggunakan air suling
sesuai butir a dan b. Catat volum H2SO4 yang digunakan
d) Hitung konsentrasi H2SO4 setelah standardisasi sesuai rumus sebagai
22
berikut:
Na=V b × Nb
V a
2. Menghitung Kadar Etanol
Suhu = ± 27 ºC
Berat ragi = 0,0624 gr
Berat pikno kosong = 12,2043 gr
Volume pikno = 4,8011 ml
Menghitung densitas :
ρ=mV
Berat etanol = ( berat etanol + pikno ) – berat pikno kosong
Untuk data 1 :
Berat etanol + pikno = 16,9545 gr
Berat etanol = 4,75020 gr
ρ=mV
= 4,7502 gr4,8022 ml
= 0,9894 gr/ml
Menggunakan cara yang sama, diperoleh densitas etanol yang ditunjukkan
pada tabel di bawah ini :
Tabel 6. Perhitungan Densitas untuk Variasi Waktu Fermentasi
23
Waktu fermentasi
(jam)
Berat alkohol +
berat pikno (gr)
Berat
alkohol
(gr)
Densitas
(gr/ml)
48
96
144
192
16,9545
16,9248
16,8839
16,8837
4,7502
4,7205
4,6796
4,6794
0,9894
0,9832
0,9747
0,9746
Menghitung kadar etanol:
Untuk data 1:
Menggunakan tabel 2-110 ( perry’s chemical engineering handbook ) maka
diperoleh data sebagai berikut :
Pada kadar 0 %, T = 25 ºC ρ = 0,99708 gr/ml
Pada kadar 0 %, T = 27 ºC ρ = x gr/ml
ada kadar 0 %, T = 30 ºC ρ = 0,99568 gr/ml
30
27
25
0,99568 x0,9970
8
30−2730−25
= 0,99568−x0,99568−0,99708
x = 0, 99652 gr/ml
Pada kadar 3%, T = 25 ºC ρ = 0,99157 gr/ml
24
Pada kadar 3%, T = 27 ºC ρ = x gr/ml
Pada kadar 3%, T = 30 ºC ρ = 0,99014 gr/ml
30
27
25
0,99014 x
0,99157
30−2730−25
= 0,99014−x0,99014−0,99157
X = 0,990998 gr/ml
Pada T= 27 ºC, ρ = 0, 99652 gr/ml kadar etanol = 0%
Pada T = 27 ºC, ρ = 0,98939 gr/ml kadar etanol = X
Pada T = 27 ºC, ρ = 0,990998 gr/ml kadar etanol = 3%
0 %
3 %
x
0,99652 0,990998
0,98939
0−30−x
=0,99652−0,9909980,99652−0,98939
x = 3,87376 %
Menggunakan cara yang sama, maka diperoleh kadar etanol yang ditunjukkan
pada tabel berikut :
Tabel 7. Perhitungan kadar etanol terhadap waktu fermentasi
25
Waktu fermentasi
(jam)
Densitas
(gr/ml)
Kadar alkohol
(%)
48
96
144
192
0,9894
0,9832
0,9747
0,9746
3,8737
7,7828
13,5406
13,4416
Dari data variasi waktu fermentasi diperoleh kadar alkohol optimum
sebesar 13,5406 % pada waktu fermentasi selama 144 jam. Adapun grafik
hubungan waktu fermentasi terhadap kadar alkohol dapat dilihat pada
Gambar 3.
40 60 80 100 120 140 160 180 2000
2
4
6
8
10
12
14
16
Y data
Waktu Fermentasi (Jam)
Kada
r Alk
ohol
(%)
Gambar 3. Grafik Hubungan Waktu Fermentasi terhadap Kadar
Alkohol
Hubungan antara waktu fermentasi terhadap kadar alkohol dinyatakan
dalam persamaan y = 7,568ln(x) – 25,65.
Pada Gambar 3, fermentasi selama 48 jam menghasilkan kadar
alkohol sebanyak 3,8738 %. Grafik naik pada waktu fermentasi 96 dan 144
jam. Menghasilkan kadar alkohol masing-masing 7,7828 % dan 13,5406 %.
26
Grafik menurun pada waktu 192 jam dengan kadar alkohol 13,4416 %.
Sehingga dapat terlihat waktu optimum pada fermentasi ini adalah 144 jam
dengan kadar alkohol 13,5406 %. Pada waktu fermentasi selama 48 dan 96
jam kadar alkohol yang diperoleh lebih kecil, hal ini disebabkan ragi belum
mengadakan pembiakan secara maksimal, sehingga fermentasi belum
optimal. Kadar alkohol tertinggi terjadi pada waktu fermentasi 144 jam, hal
ini disebabkan pembiakan bakteri sudah berkembang secara maksimal.
Sedangkan pada waktu fermentasi selama 192 jam kadar etanol menurun, hal
ini disebabkan adanya pembentukan asam asetat. Dapat terlihat adanya
gelembung - gelembung udara dan banyaknya Saccharomyces cereviseae
yang tidak beraktivitas karena nutrisi yang dibutuhkan untuk pembiakan
sudah habis.
D. Variasi berat ragi
Suhu = ± 27 ºC
Waktu fermentasi = 144 Jam
Berat pikno kosong = 12,2281 gr
Volume pikno = 4,7861 ml
Menghitung densitas :
ρ=mV
Berat etanol = ( berat etanol + pikno ) – berat pikno kosong
Untuk data 1 :
Berat etanol + pikno = 16,8921 gr
Berat etanol = 4,6640 gr
ρ=mV
27
= 4,6640 gr4,7861 ml
= 0,97449 gr/ml
Menggunakan cara yang sama, diperoleh densitas etanol yang
ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 7. Perhitungan Densitas untuk Variasi Waktu Fermentasi
Banyak ragi
(gr)
Berat alkohol +
berat pikno (gr)
Berat alkohol
(gr)
Densitas
(g/ml)
Kadar
alkohol(%)
0,0624
0,0936
0,1248
0,1560
16,8921
16,9167
16,8998
16,9187
4,6640
4,6886
4,6717
4,6906
0,9745
0,9796
0,9761
0,9801
13,5353
12,4325
10,0759
9,8266
Menghitung kadar etanol:
Untuk data 1:
Menggunakan tabel 2-110 ( perry’s chemical engineering handbook )
maka diperoleh data sebagai berikut :
Pada kadar 0 %, T = 25 ºC ρ = 0,99708 gr/ml
Pada kadar 0 %, T = 27 ºC ρ = x gr/ml
ada kadar 0 %, T = 30 ºC ρ = 0,99568 gr/ml
28
30
27
25
0,99568 x0,99708
30−2730−25
= 0,99568−x0,99568−0,99708
X = 0, 99652 gr/ml
Pada kadar 13%, T = 25 ºC ρ = 0,97611 gr/ml
Pada kadar 13%, T = 27 ºC ρ = x gr/ml
Pada kadar 13%, T = 30 ºC ρ = 0,97424 gr/ml
302
7
25
0,97424 x
0,97611
30−2730−25
= 0,97424−x0,97424−0,97611
x = 0,97536 gr/ml
Pada T= 27 ºC, ρ = 0, 99652 gr/ml kadar etanol = 0%
Pada T = 27 ºC, ρ = 0,98939 gr/ml kadar etanol = x %
Pada T = 27 ºC, ρ = 0,990998 gr/ml kadar etanol = 13%
0 %
13 %
x %
0,99652 0,97536 0,97449
0−30−x
=0,99652−0,975360,99652−0,97449
29
x = 13,5353%
Menggunakan cara yang sama, maka diperoleh kadar etanol yang
ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 7. Perhitungan kadar etanol terhadap waktu fermentasi
Dari data variasi berat ragi, diperoleh kadar alkohol optimum sebesar
13,5353% dengan berat ragi 0,0624 gr. Grafik hubungan berat ragi terhadap
kadar alkohol ditunjukan pada gambar 2.
Gambar 4. Grafik Hubungan Berat Ragi terhadap Kadar Alkohol
Hubungan antara berat ragi terhadap kadar alkohol dinyatakan dalam
persamaan y = -4,42ln(x) + 1,423
30
0.04 0.06 0.08 0.10 0.12 0.14 0.16 0.180.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Y data
Berat Ragi (gr)
Kada
r Alk
ohol
(%)
Banyak ragi (gr) Densitas
(g/ml)
Kadar
alkohol(%)
0,0624
0,0936
0,1248
0,1560
0,9745
0,9796
0,9761
0,9801
13,5353
12,4325
10,0759
9,8266
Pada gambar 4, penambahan berat ragi sebanyak 0,0624 gr
menghasilkan kadar alkohol sebanyak 13,5353 %. Grafik menurun pada
penambahan berat ragi sebanyak 0,0936 gr denan kadar alkohol 12,4325 %.
Grafik terus menurun pada penambahan ragi sebanyak 0,1248 gr dengan
kadar alkohol 10,0759 % dan terlihat konstan pada penambahan berat ragi
sebanyak 0,1560 gr dengan kadar alkohol 9,8266 %. Penambahan berat ragi
sebanyak 0,0624 gr dengan kadar alkohol 13,5353% merupakan titik
tertinggi. Hal ini disebabkan perbandingan nutrisi yang tersedia sebanding
dengan banyaknya Saccharomyces cereviseae yang ada. Sedangkan pada
penambahan ragi sebanyak 0,0936 gr; 0,1248 gr dan 0,1560 gr, kadar etanol
yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini disebabkan Saccharomyces cereviseae
yang ada lebih banyak dibanding nutrisi yang tersedia, sehingga
Saccharomyces cereviseae lebih banyak menggunakan nutrisi tersebut untuk
bertahan hidup dari pada merombak gula manjadi alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Poedjiadi, 1994, “Dasar-dasar Biokimia”, Universitas Indonesia, Jakarta.
Anynomous, 1978, “Statistika Indonesia”, Biro Pusat Statistika, Jakarta.
Atlas, R. M, 1984, “Teknoligi Pengawetan Pangan”, edisi 3, Universitas Indonesia, Jakarta.
Desroir, Norman., 1988, “ Unit Processing Organic Synthesis”, ed 5, McGraw-Hill Book Company, New York.
Groggin, P. H., 1968, “Alcohols Their Chemistry Properties and Manufacture”, Reinhold Book Corporation, New York.
Prescott, S. G and C. G. Said, 1959, “Industrial Microbiology”, ed 3, McGraw-Hill Book Company, New York.
Pudjatmaka, A. H., dan Qodratillah, M.T., 2002, “Kamus Kimia”, Balai Pustaka, Jakarta.
31
Perry,J.H.,1949,”Chemical Engineers Hand Book”,3 th edition,mc.Grow Hill Book Company.inc.New York,Toronto and London
Rhonny dan Danang, 2003, “Laporan Penelitian Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang”, Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta.
Sudarmadji. S., Haryono. B., dan Suhardi, 1989, “Mikrobiologi Pangan”, PAU Pangan dan Gizi Universitas Gaja Mada, Yogyakarta.
Sudarmadji. S., Haryono. B., dan Suhardi, 1997, “Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian”, PAU Pangan dan Gizi Universitas Gaja Mada, Yogyakarta.
www.plurk.com
http://justiyus.blog.frienster.com
www.bpldjabar.go.id
32