laporan jadi K3

138
1

Transcript of laporan jadi K3

Page 1: laporan jadi K3

1

Page 2: laporan jadi K3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup, terbuka,

bergerak ataupun tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering

dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat

sumber-sumber bahaya (UU 1/1970 tentang Keselamatan Kerja). Sumber

bahaya yang ditemukan di tempat kerja sangat beragam, salah satunya

adalah bahaya kondisi fisik berupa iklim kerja panas. Kondisi ini hampir

pasti ditemui di industri di Indonesia seperti industri besi dan pengecoran

logam baja, batu bata dan keramik, konstruksi, pertambangan, kaca dan

gelas, tekstil, dll. Namun sangat disayangkan hingga saat ini masih belum

terlihat upaya maksimal untuk mengatasi hal tersebut.

Negara Indonesia merupakan negara tropis dengan ciri utamanya

adalah suhu dan kelembaban yang tinggi, kondisi awal seperti ini

seharusnya sudah menjadi perhatian karena iklim kerja yang panas dapat

mempengaruhi kondisi pekerja. Karena Iklim kerja panas merupakan

beban bagi tubuh ditambah lagi apabila pekerja harus mengerjakan

pekerjaan-pekerjaan fisik yang berat, dapat memperburuk kondisi

kesehatan dan stamina pekerja.

Respon-respon fisiologis akan nampak jelas terhadap pekerja

dengan iklim kerja panas tersebut, seperti peningkatan tekanan darah dan

denyut nadi seperti hasil penelitian Saridewi (2002) yang menyatakan

2

Page 3: laporan jadi K3

bahwa terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah yang signifikan pada

tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas, yang jelas sekali akan

memperburuk kondisi pekerja. Selain respon tekanan darah dan denyut

nadi, sistem termoregulator di otak (hypothalamus) akan merespon dengan

beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi, konveksi, radiasi, dan

evaporasi dengan tujuan untuk mempertahankan suhu tubuh sekitar 360C -

370C. Namun apabila paparan dibiarkan terus menerus akan menyebabkan

kelelahan (fatigue) dan akan menyebabkan mekanisme kontrol ini tidak

lagi bekerja yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya efek heat

stress (Erwin D,2004)

Agar tenaga kerja berada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang

berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas setinggi-

tingginya maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor

yaitu beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja, dan

kapasitas kerja (Suma’mur PK, 1993).

Untuk mengatasi permasalahan dengan kondisi ini, Menteri Tenaga

Kerja RI mengeluarkan standar NAB (Nilai Ambang Batas) untuk

lingkungan fisik di tempat kerja, yang salah satunya adalah NAB untuk

iklim kerja dengan menggunakan ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) adopsi

dari ACGIH (American Governmental of Industrial Hygienists).

Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mengetahui berapa Indeks

Suhu Basa dan Suhu Bola maka dilakukan percobaan menggunakan alat

Heat Stress Monitor tentang pengukuran ISBB dengan menggunakan

3

Page 4: laporan jadi K3

parameter Bola Basa (WB), Bola Kering (DB), dan Bola Radiasi (GT).

Dengan menggunakan alat higrometer untuk memeriksa kelembaban,

Anemometer untuk mengukur kecepatan udara dalam ruang.

1.2. Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui iklim pada lingkungan kerja baik di luar ruang

maupun di luar ruang.

2. Untuk mengetahui cara pengoperasian alat ukur suhu/iklim kerja yaitu

Anemometer, Precision Humidity dan Heat Stress Monitor.

4

Page 5: laporan jadi K3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Iklim Kerja

Iklim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua arti.

Pertama, iklim diartikan sebagai keadaan hawa (suhu, kelembaban, awan,

hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang

agak lama (30 tahun). Kedua, iklim diartikan secara lebih umum yaitu

suasana atau keadaan.

Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup, terbuka,

bergerak ataupun tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering

dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat

sumber-sumber bahaya (UU 1/1970 tentang Keselamatan Kerja). Sumber

bahaya yang ditemukan di tempat kerja sangat beragam, salah satunya

adalah bahaya kondisi fisik berupa iklim kerja panas.

Kondisi ini hampir pasti ditemui di industri di Indonesia seperti

industri besi dan pengecoran logam baja, batu bata dan keramik,

konstruksi, pertambangan, kaca dan gelas, tekstil, dll. Namun sangat

disayangkan hingga saat ini masih belum terlihat upaya maksimal untuk

mengatasi hal tersebut. Padahal Indonesia telah memperhatikan

permasalahan keselamatan kerja sejak tahun 1969, yaitu awal dari

REPELITA pertama. Namun sampai saat ini program ini terlihat belum

populer dalam komunitas bisnis, tenaga kerja maupun masyarakat secara

umum (Erwin D,2004)

5

Page 6: laporan jadi K3

Lingkungan kerja yang panas diukur dengan beberapa pengukuran

seperti suhu kering, suhu basah, suhu bola, kecepatan angin dan

kelembaban udara. Gabungan dari pengukuran suhu basah, suhu kering,

suhu bola, kelembaban udara dan kecepatan angin disebut dengan iklim

kerja (Haryuti et al.,1987).

Efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah

nikmat kerja, jadi tidak dingin dan kepanasan. Cuaca kerja adalah

kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan, dan

suhu radiasi. Untuk ukuran suhu nikmat bagi orang Indonesia adalah 24 –

26°C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau

kurangnya koordinasi otot. Suhu panas berakibat terutama menurunnya

prestasi kerja pikir. Penurunan sangat hebat sesudah 32°C. Suhu panas

mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu

pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu

koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang

(Suma’mur P.K., 1996).

Kelembaban sangat dipengaruhi oleh suhu udara. Suatu keadaan

dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan

pengurangan panas secara besar-besaran (karena sistem penguapan).

Pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena semakin

aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen.

Apabila pasokan oksigen tidak mencukupi kekurangan oksigen jika terus

menerus, maka terjadi akumulasi yang selanjutnya terjadi metabolisme

6

Page 7: laporan jadi K3

anaerobik dimana akan menghasilkan asam laktat yang mempercepat

kelelahan (Gempur Santoso, 2004:48).

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep -

51/MEN/1999, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat

Kerja, pasal 1 ayat 5 berbunyi: “Iklim kerja adalah hasil perpaduan

antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi

dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuhtenaga kerja sebagai akibat

pekerjaannya”.

Pengukuran suhu basah dan suhu kering menggunakan peralatan

yang sama yaitu thermometer suhu udara, perbedaannya terletak pada

pemasangan kain katun pada bola (bulb) thermometer tersebut. Suhu basah

menunjukkan keadaan uap air dan angin di udara. Suhu bola atau suhu

radiasi merupakan pengukuran suhu akibat adanya radiasi panas di

lingkungan. Radiasi panas bisa berasal dari sinar matahari, proses produksi

ataupun proses metabolisme tubuh.

Kelembaban udara mengukur banyaknyanya uap air yang berada di

udara sedangkan kecepatan gerakan udara atau angin merupakan

pengukuran terhadap gerakan udara. Di Indonesia, parameter yang

digunakan untuk menilai tingkat iklim kerja adalah Indeks Suhu Basah dan

Bola (ISBB). (Widiyanto,2004)

Hal ini telah ditentukan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja

Nomor: Kep- 51/MEN/1999, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

Di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 9 berbunyi : “Indeks suhu Basah dan Bola

7

Page 8: laporan jadi K3

(Wet Bulb Globe Temperature Index) yang disingkat ISBB adalah

parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil

perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola”.

Iklim kerja adalah keadaan lingkungan kerja yang dirasakan secara

langsung ataupun tidak langsung oleh pekerja yang bekerja dalam

lingkungannya dan diperkirakan menjadi pendorong yang utama dalam

mempengaruhi kerja mereka.

Beberapa definisi yang terdapat dalam Keputusan Menteri Tenaga

Kerja KepMen/Kep- 51.Men/1999 (Pasal 1) adalah sebagai berikut :

a. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

gerakan udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas

dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya

b. Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang dapat

diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan

kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8

jam sehari atau 40 jam seminggu

c. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai tingkat

iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara

kering, suhu basah alami, dan suhu bola

d. Suhu udara kering : suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu

kering

e. Suhu Basah Alami : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola

basah alami

8

Page 9: laporan jadi K3

f. Suhu Bola : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola

Apabila kondisi iklim kerja mengakibatkan gangguan terhadap tingkat

pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja, maka akan terjadi heat

strain yang merupakan efek dari heat

stress atau tekanan panas.

2.2. Tinjauan Tentang Macam Iklim Kerja

Kemajuan teknologi dan proses produksi didalam industri telah

menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca

tertentu, yang dapat berupa iklim keja panas dan iklim kerja dingin.

a. Iklim Kerja Panas

Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja

yang dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara,

suhu radiasi dan sinar matahari (AM.Sugeng Budiono, 2003).

Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang

secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping

metabolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan kelingkungan sekitar.

1) Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-benda

sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan

menghilangkan panas dari tubuh apabila benda-benda sekitar

lebih dingin suhunya, dan akan menambah panas kepada tubuh

apabila benda-benda sekitar lebih panas dari tubuh manusia.

9

Page 10: laporan jadi K3

2) Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan

melalui kontak udara dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan

panas terbawa oleh udara sekitar tubuh.

3) Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik

dengan panjang gelombang lebih panjang dari sinar matahari.

4) Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepat

menguap bila udara diluar badan kering dan terdapat aliran angin

sehingga terjadi pelepasan panas dipermukan kulit, maka cepat

terjadi penguapan yang akhirnya suhu badan bisa menurun.

Terhadap paparan cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan

berusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut

tidak berhasil akan timbul efek yang membahayakan. Karena

kegagalan tubuh dalam menyesuaikan dengan lingkungan panas maka

timbul keluhan-keluhan sepert kelelahan, heat Cramps, Heat

exhaustion, dan Heat stroke.

b. Iklim Kerja Dingin

Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi kerja dengan

keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Kondisi semacam ini

dapat meningkatkan tingkat kelelahan seseorang.

2.3. Tinjauan Tentang Metode Pengukuran Iklim Kerja

Untuk mengetahui iklim kerja disuatu tempat kerja dilakukan

pengukuran besarnya tekanan panas salah satunya dengan mengukur ISBB

10

Page 11: laporan jadi K3

atau Indeks Suhu Basah dan Bola (Tim Hiperkes, 2004), macamnya

adalah:

1. Untuk pekerjaan diluar gedung

ISBB = 0,7 WB + 0,2 GT + 0,1 DB

2. Untuk pekerjaan didalam gedung

ISBB = 0,7 WB + 0,3 GT

Alat yang dapat digunakan adalah Heat Stress Monitor untuk

mengukur suhu basah, temometer kata untuk mengukur kecepatan udara

dan termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Adapun standar Nilai

Ambang Batas (NAB) iklim kerja adalah 280C (Kep.Men

no.51/Men/1999).

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja

mengeluarkan KepMen/Kep-51.Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika di Tempat Kerja yang didalamnya mengatur tentang Nilai

Ambang Batas untuk iklim kerja panas.

11

Page 12: laporan jadi K3

Beberapa definisi yang terdapat dalam Keputusan Menteri Tenaga

Kerja KepMen/Kep- 51.Men/1999 (Pasal 1) adalah sebagai berikut :

1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

gerakan udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas

dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya

2. Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang dapat

diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan

kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8

jam sehari atau 40 jam seminggu

3. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai tingkat

iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara

kering, suhu basah alami, dan suhu bola

4. Suhu udara kering : suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu

kering

5. Suhu Basah Alami : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola

basah alami

6. Suhu Bola : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola

Apabila kondisi iklim kerja mengakibatkan gangguan terhadap

tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja, maka akan terjadi

heat strain yang merupakan efek dari heat stress atau tekanan panas.

12

Page 13: laporan jadi K3

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

1. Heat Stress Monitor

2. Anemometer

3. Higrometer/Precision Humidity Meter

4. Stopwacth

3.2. Prinsip Percobaan

1) Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur pergerakan

percepatan udara di tepat kerja. Pada prinsipnya cara kerja

anemometer yaitu dengan menempatkan alat ini pada tempat yang

memiliki pergerakan percepatan udara seperti AC.

2) Precision Humidity Meter adalah alat yang digunakan untuk

mengukur tingkat kelembapan udara di tempat kerja. Pada prinsipnya

cara kerja Precision Humidity Meter sama dengan anemometer yaitu

dengan menempatkan alat tersebut di tempat yang memiliki tingkat

kelembapan udara.

3) Heat Stress Monitor adalah alat untuk melihat suhu udara pada suatu

tempat yang dilengkapi dengan tiga thermometer yaitu: thermometer

basa, thermometer kering dan thermometer radiasi. Pada prinsipnya

cara kerja alat tersebut yaitu dengan melihat lansung angka yang

muncul pada setiap thermometer basa, kering dan radiasi.

13

Page 14: laporan jadi K3

3.3. Prosedur Kerja

1. Ukurlah udara di dalam ruangan yang diukur dengan cara

menghidupkan alat ukur yaitu anemometer, precision humidity meter

dan heat stress monitor. Semua alat dalam keadaan “on”.

2. Untuk Heat Stress Monitor, alat tersebut diletakkan pada titik tengah

ruangan laboratorium letakkan di atas meja lalu diamkan selama 15

menit. Setelah itu catat nilai yang terdapat pada monitor alat tersebut.

3. Untuk Anemometer dan precision humidity meter , pengukuran

dilakukan dengan cara mengarahkan alat ukur ke sumber udara (AC)

dalam ruang kerja yang ingin diukur.

4. Untuk Anemometer dan precision humidity meter, pengukuran

dilakukan sebanyak 1 kali dalam jangka waktu 1 menit

14

Page 15: laporan jadi K3

ISBB = 0,7 WB + 0,2 GT + 0,1 DB

ISBB = 0,7 WB + 0,3 GT

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan pengamatan terhadap sampel alat, diperoleh hasil

pengukuran suhu dalam ruang selama 15 menit dengan menggunkan alat

Heat Stress Monitor adalah sebagai berikut :

Tabel Hasil Pengukuran Iklim Kerja Dalam Ruang Laboratorium

No Paramater

Suhu

Dalam Ruangan

In WBGT (23,9 0C)

Luar Ruangan

Out WBGT (26,3 0C)

1 Bola Basah (WB) 22,6 0C 24,2 0C

2 Bola Kering (DB) - 30,2 0C

3 Bola Radiasi (GT) 28,3 0C 31,8 0C

Tabel Pengukuran ISBB

No PengukuranPercobaan

Dalam Ruangan Luar Ruangan

1 ISBB 24.31 0C 29,32 0C

Rumus ISBB untuk didalam ruangan (Indoor) :

Rumus ISBB untuk diluar ruangan (Outdoor) :

Keterangan : WB = Suhu Basah

GT = Suhu Radiasi

15

Page 16: laporan jadi K3

DB = Suhu Kering

Perhitungan ISBB

Indoor = 0,7 WB + 0,3 GT

= 0,7 (22,6 0C) + 0,3 (28,30C)

=15,82 + 8,49

= 24,31 0C

Outdoor = 0,7 WB + 0,2 GT + 0,1 DB

= 0,7 (24,2 0C) + 0,2 (31,8 0C) + 0,1 (30,2 0C)

= 16,94 + 6,36 + 3,02

= 29,32 0C

Tabel Hasil Pengukuran nilai Kecepatan Angin (Anemometer)

No. PengukuranPercobaan

Dalam Ruangan Luar Ruangan1. Kecepatan Angin 0,96 m/s2 0,11 m/s2

2. Suhu 32,0 0C 28,9 0C3 Suhu Maksimum 31,1 0C 28,4 0C4 Suhu Minimum 31,6 0C 28,2 0C

Tabel Higrometer/precission Humidity Meter

No. PengukuranPercobaan

Dalam Ruangan Luar Ruangan1. Kelembaban 66,70 RH 61,27 RH2. Suhu 27,71 0C 30,65 0C

4.1. Pembahasan

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep -

51/MEN/1999, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat

Kerja, pasal 1 ayat 5 berbunyi: “Iklim kerja adalah hasil perpaduan

antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi

16

Page 17: laporan jadi K3

dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuhtenaga kerja sebagai akibat

pekerjaannya”.

Berdasarkan tabel hasil pengukuran suhu basah alami, suhu bola, dan

suhu kering (iklim kerja) dalam ruang laboratorium dengan mengunakan

alat Heat Stress Monitor, masing-masing yaitu : 22,6 oC, 28,3 oC, dan 30,2

oC, sedangkan hasil pengukuran Indeks Suhu Basah dan Bola dalam ruang

yaitu 24,31 oC dan Indeks Suhu Basah dan Bola diluar ruangan yaitu 29,32

oC .

Berdasakan surat keputusan Menteri Tenaga Kerja KEP.

51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basa

dan Bola (ISBB), dengan nilai ISBB Indoor 24,31 oC maka iklim kerja

dalam ruang laboratorium terpadu FKM UH bahwa pengaturan waktu

kerja yang diperlukan oleh pegawai/pekerja laboratorium untuk istrahat

dan berkeja adalah berbanding 25% :75%, dengan inetensitas beban kerja

sedang.

17

Page 18: laporan jadi K3

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,

kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran

panas dari tubuhtenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.

2. Intensitas suhu basa alami, suhu bola, dan suhu kering (iklim kerja)

dalam ruang laboratorium dengan mengunakan alat Heat Stress

Monitor, masing-masing yaitu : 22,4 oC, 27,6 oC, dan 32,1 oC.

sedangkan hasil pengukuran Indeks Suhu Basa dan Bola (ISBB)

dalam ruang yaitu 23,96 oC.

3. Berdasarkan KepMenaker tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja

dalam ruang ISBB maka ruang laboratorium terpadu FKM UH

tegolong ruangan dengan beban kerja sedang dengan pembagian

waktu kerja dan istirahat yaitu harus seimbang.

5.2. Saran

1. Diharapkan dalam memberikan pengarahan dalam pelaksanaan

praktek, pengajar harus lebih mengatur tempo berbicara.

2. Diharapkan alat praktikum lebih di perlengkap guna mendapatkan

hasil yang lebih efektif dalam melakukan pengukuran.

3. Agar tetap mempertahankan suhu dalam ruangan tetap normal demi

kenyamanan para pekerja

18

Page 19: laporan jadi K3

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2012. Penuntun Praktikum Kesehatan Mayarakat Dasar, diterbitkan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.

Erwin, D, 2004. Hygiene Perusahaan dan Tenaga Kerja. (online) diakses

pada tanggal 3 juli 2012.

KEPMENKER,1999. Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat

Kerja, Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. (online)

diakses pada tanggal 3 juli 2012.

Sugeng Budiono, AM, 2003. Tinjauan Iklim Kerja Terhadap Tenaga Kerja

Dalam Industri, Surakarta. (online) diakses pada tanggal 3 juli 2012.

Widyanto, 2004. Analisis Mengenai Hygiene Perusahaan di Industri Textil,

(online) diakses pada tanggal 3 juli 2012.

19

Page 20: laporan jadi K3

FOTO-FOTO / DOKUMENTASI

Gambar . Heat Stress Monitor

Gambar. Anemometer

Gambar . Higrometer Gambar. Anemometer

20

Page 21: laporan jadi K3

21

Page 22: laporan jadi K3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses industrialisasi dan modernisasi teknologi selalu disertai

mesin-mesin atau alat-alat mekanis lainnya yang dijalankan dengan suatu

motor. Hal ini menyebabkan semakin luas pemaparan terhadap getaran

mekanik. Saat ini banyak alat mekanik yang digunakan dalam berbagai

industri seperti industri logam/perbengkelan, industri kayu , perakitan

kendaraan bermotor, industri pertanian serta bangunan dan angkutan.

Sesuai dengan pertumbuhan industri, dapat diperkirakan setiap tahun akan

meningkat penggunaan alat mekanik dan akan semakin luas pemaparan

terhadap getaran mekanik sehingga masalah ini mungkin akan menjadi

masalah sosial.

Getaran merupakan fenomena yang banyak terjadi di dalam

dimensi kehidupan manusia. Memahami getaran suatu obyek dapat

memberikan informasi mengenai keadaan yang sedang dan akan terjadi

pada obyek tersebut dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Dengan

melakukan analisa getaran yang dihasilkan suatu obyek, manusia dapat

mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melakukan tindakan yang

paling tepat.

Komponen-komponen dari suatu sistem pengukuran getaran terdiri

dari elemen-elemen mekanik atau kombinasi mekanik,elektrik dan optik.

Sistem yang biasa digunakan memakai vibration pick-up untuk

22

Page 23: laporan jadi K3

mentransformasikan gerakan mekanik menjadi suatu signal elektrik,

kemudian signal tersebut diperkuat dengan mempergunakan amplifier dan

untuk menyeleksi dan mengukur getaran dalam spesifik range-frekuensi

mempergunakan analizer dan untuk mengukur unit getaran (Hz)

menggunakan vibration record(metering). (Haryono.dkk, 2007)

Berbagai jenis sensor untuk melakukan pengukuran getaran telah

banyak dikembangkan, mulai metode mekanik, elektrik, akustik maupun

optik. Metode optik adalah salah satu yang dipakai untuk mengatasi

kendala pengukuran dalam kondisi yang terbatas, misalnya suhu atau

tekanan yang sangat tinggi, jaraknya yang jauh, dan sebagainya. Metode

optik memiliki respon pengukuran yang sangat cepat dan presisinya yang

sangat tinggi tanpa melakukan kontak langsung dengan objek pengukuran.

Pengukuran dengan metode optik juga memiliki tingkat akurasi

yang tinggi karena dapat mendeteksi hingga setengah dari panjang

gelombang laser yang digunakan sedangkan Getaran melkanik yang

dihantarkan ke tangan dengan lengan diketahui dapat menimbulkan

penyakit akibat kerjayang dikenal sebagai Vibration Sindrome yang

meliputi penyakit-penyakit pembuluh darah perifer, syaraf perifer, tulang

dan sendi.

Metode mekanik merupakan merupakan salah satu penyakit kerja

akibat getaran mekanik karena kerusakan pembulu darah perifer.

Meskipun fenomena raynaud ini lebih sering ditemukan di Negara

beriklim dingin, kemungkinan kasus ini terjadi di Indonesia tidak dapat

23

Page 24: laporan jadi K3

diabaikan. Penyakit ini disebabkan oleh getaran yang dihantarkan dari

perkakas ke tangan dan lengan. Gejalah awal penyakit ini yaitu terjadinya

serangan berupa vosokontrikksi pembuluh darah pada penderitadan

mengakibatkan tangan penderita menjadi pucat disertai rasa nyeri.

Untuk lingkungan sekitar kita banyak alat yang menimbulkan

getaran terpapar oleh tubuh kita. Keadaan ini tidak akan dapat kita hindari

atau sulit kita hindari di eraa modern sekaarang, karenaa semua pekerjaan

didasarkan atas dasar mesin dan berbau mekanik. Keadaan seperti ini akan

dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi tubuh apabila alat tersebut

terlalu lama terpapar dengan tubuh pekerja.

Keterpaparan terhadap tubuh ini akibat dari kurang pengetahuan

kita terhadap masalah nilai ambang batas yang dihasilkan oleh alat yang

bergetar. Maka dari itu perlu dilakukan pengukuran tentang nilai getaran

masing-masing benda atau alat. Pengukuran dilakukan terhadap alat-alat

yang sering di gunakan sehari hari yang sering digunakan pekerja dalam

melaakukan aktivitas kerjanya dan relaksasinya.

1.2. Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui nilai/tingkat getaran pada beberapa alat yang akan

di ukur.

2. Untuk mengetahui cara pengoperasian alat yaitu Vibration Meter.

24

Page 25: laporan jadi K3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Getaran

Getaran dapat diartikan sebagai gerakan ossilasi, gerakan tersebut

dapat berupa gerakan yang harmonis, sederhana, dapat pula sangat

kompleks; sifatnya dapat periodik atau random; kontinyu atau intermiten.

(Haryono,2005). Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval

waktu tertentu. Semua benda yang mempunyai massa dan elastisitas

mampu bergetar, jadi kebanyakan mesin dan struktur rekayasa

(engineering) mengalami getaran sampai derajat tertentu dan

rancangannya biasanya memerlukan pertimbangan sifat osilasinya

Getaran mekanik dari perkakas (handtools) yang dihantarkan

ketangan dan lengan dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja dalam

bentuk gangguan pembuluh darah perifer, syaraf perifer, otot, tendo serta

tulang dan sendi. Fenomena Raynaud merupakan salah satu penyakit kerja

akibat getaran mekanik karena kerusakan pembuluh darah perifer.

Fenomena ini sering terjadi pada daerah yang beriklim dingin tetapi

kemungkinan kasus ini terjadi di Indonesia tidak dapat diabaikan. Adapun

sebab-sebab dari gejala getaran adalah :

1. Efek mekanis kepada jaringan, dimana sel-sel jaringan mungkin rusak

atau metabolismenya tenganggu

2. Rangsangan reseptor syaraf di dalam jaringan, gangguan terjadi

mungkin melalui syaraf sentral atau langsung pada sistem autonom.

25

Page 26: laporan jadi K3

Pada efek getaran mekanis ada beberapa tingkatan (Gilbert,1995)

yaitu, gangguan kenikmatan artinya dalam hal ini pengaruh getaran hanya

terbatas pada terganggunya nikamt kerja, Terganggunya tugas yang terjadi

bersama-sama dengan cepatnya kelelahan dan bahaya terhadap kesehatan.

2.2. Tinjauan Tentang Sumber Getaran

Menurut (Tambunan, oleh Heru,dkk ; 2005) sumber getaran terdiri

atas dua sumber, yaitu :

1. Alam, merupakan fenomena geologi yang mengakibatkan gelombang

(gerakan bumi) sehingga menimbulkan masalah pencemaran getaran.

Yang bersumber dari getaran tektonik dan getaran vulkanik.

2. Aktivitas manusia, getaran berasal dari getaran/gerakan mesin dan

alat-alat kerja lain yang menimbulkan getaran. Seperti mesin-mesim

produksi, mesin bor pneumatik, pahat, gerenda, gergaji serta aktivitas

mesin yang menimbulkan gesekan dan getaran.

2.3. Tinjauan Tentang Pengaruh Getaran Mekanik

Pengaruh getaran mekanik terhadap tubuh manusia dibedakan

menjadi efek getaran seluruh tubuh dan efek getaran terhadap sebagian

anggota badan lain seperti kaki, tangan dan lengan.

1. Efek Getaran Seluruh Tubuh

Efek getaran seluruh tubuh terutama disebabkan sifat resonansi

organ-organ tubuh. Setiap organ tubuh mempunyai frekensi tersendiri.

Apabila tubuh menerima getaran maka organ tubuh yang mempunyai

26

Page 27: laporan jadi K3

frekuensi yang sama akan beresonansi. Resonansi ini yang akan

menimbulkan perasaan subyektif tertentu pada organ yang

bersangkutan, misalnya rasa nyeri, rasa tidak nyaman, dan sebagainya.

Ada beberapa hal yang menyebabkan efek getaran terhadap seluruh

tubuh (Depkes, on-line) diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Aspek fisik

Getaran seluruh badan terutama terjadi pada alat-alat

pengangkutan seperti getaran pada alat-alat pengakutan industri,

truk, traktor pertanian dan alat-alat traktor yang untuk

mengejakan tanah. Selain itu, getaran dari alat-alat berat dapat

pula dipindahan ke seluruh badan lewat getaran lanta melalui

kaki.

Tenaga getaran mekanis pada alat-alat pengangkutan biasanya

berfrekuensi 1-20 Hz, namun tidak menutup kemungkinan dapat

meningkat menajdi beberapa ratus Hz, berkisar 0,1-0,3g.

Sedangkan getaran-getaran pada pembangunan dan traktor

pertanian sering melebihi 1g (9,81 m/det).

Pada dasarnya getaran tempat duduk dan topangan kaki yang

penting karena akan cepat diteruskan ke badan. Jika peredaman

kurang baik akan terjadi resonansi yang mingkin beberapa kali

memperbesar getaran tersebut. Badan Manusia merupakan

susunan elastis yang kompleks dengan tulang sebagai penyokong

dari alat-akat dan landasan kekuatan dari kerja otot. Kerangka,

27

Page 28: laporan jadi K3

alat-alat, urat-urat dan otot-otot memiliki sifat elastis dan

kelambanan secara bersama-sama. Untuk getaran, susunan

demikian merupakan massa peredam dan sekaligus penghantar.

b. Efek fisologis

Hal ini timbul karena tubuh manusia bereaksi terhadap

rangsangan yang diterima oleh macam-macam reseptor seperti

ujung-ujung syaraf, reseptor rasa raba disalurkan melalui susunan

syaraf dan mengendalikan reaksi tubuh dan bagian-bagiannya.

Persepsi getaran diterima oleh sistem pendengaran, sistem

vestibular yang terdiri kalnis semisirkularis dan otolit, sejumlah

reseptor mekanik yang terdapat dikulit dan sistem proprioseptif.

2. Efek Getaran Terhadap Lengan

Alat-alat yang pada waktu kerjanya bergetar dan

mengakibatkan getaran-getaran pada lengan atau tangan banyak dalam

perusahaan. Selama bekerja dengan alat-alat itu sifatnya kadang-

kadang, sedangkan getarannya tidak seberapa, alat-alat demikian tidak

mendatangakan bahaya. Tetapi ada pekerjaan-pekerjaan dalam

industri, kehutanan, pembangunan dan pertambangan yang

menggunakan alat-alata bergetar secara terus-menerus.

Dalam pertambangan, alat demikian adalah tukul dan pengebor

kempa yang di negara-negara maju diganti dengan mesin besar. Di

pabrik baja dan pengecoran logam sering dipakai gerinda yang

sebaiknya digabit denga gerina mesin. Tukul-tukul mekanis sering

28

Page 29: laporan jadi K3

diganit dengan mesin kempa yang dikerjakan secara otomatis. Dalam

kehutanan dipakai gergaji listrik yang menimbulkan getaran lengan

pemakainya. Ada dua gejala sehubungan dengan akibat-akibat getaran

mekanis kepada lengan (Wahyu,1999) adalah :

a. Kelainan-kelainan pada peredaran darah dan persyarafan

Gejala kelainan pada peredaran darah dan persyarafan sangat

mirip dengan Fenomena Raynaund (terjadi gejala pada frekuensi

30-40 Hz) yang diberikan perbatasan sebagai keadaan pucat dan

biru yang berulang dari anggota badan dengan mulai tampak pada

saat anggota badan kedinginan, tanpa adanya secara klinis

penyembuhan dari pembluh darah type dan kelainan-kelainan gizi

yang terbatas pada kulit.

Gejala-gejala awal adalah pemucatan dan kekauan ujung-ujung

jari yang terjadi berulang secara teratur yang sering sekali akibat

kedinginan. Mula-mula pada sebelah tangan kemudian dapat

meluas kepada kedua tangan secara assimetris. Serangan

berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam denagn tingkat

yang berbeda dalam hal sakit, kehilangan daya pegang dan

pengendalian otot.

Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit

masih memungkinkan mereka bekerja dengan alat-alat yang

bergetar. Namun pada berbagai hal penyakit akan memburuk

sehingga kapasitas kerja sama sekali teganggu dan tenaga kerja

29

Page 30: laporan jadi K3

harus menghentikan pekerjaannya. Dari sudut cacat kerja,

perasaan nyeri menjadi tidak penting dibanding denagan

hilangnya kemampuan tangan dan bekerja seperti yang

seharusnya. Hal ini biasanya dirasakan pada pekerja tangan yang

memerlukan ketelitia terutama dengan alat kecil yang berputar.

Otot-otot yang menjadi lemah biasanya pada abduktor jari

kelingking,otot-otot interossea, dan fleksor dari jari-jari.

Serangan akan hilang, jika peredaran darah telah normal. Hal

ini dapat terjadi denagan melakukan pemanasan tangan dalam air

hangat, pemijatan, meniupkan udara panas ke tangan dan

mengerakkkan tangan secara berputar. Namun pemulihan

seutuhnya belum terjadi dan gejala-gejala masih nampak meski

pekerja tidak lagi mengalami getaran.

b. Kerusakan-kerusakan pada persendian dan tulang-tulang.

Getaran-getaran mekanis dengan frekuensi-frekuensi yang

renda dan amplitudo yang besar menjadi penyebab kerusakan

tulah dan persendian. Kelainan persendian dan tulah pada pekerja

dengan tukul pneumatik dan alat-alat frekuensi rendah adalah

peristiwa lain dari Raynund. Sebab utama kerusakan tulang dan

persendian adalah kekerasan kepada tulang rawan oleh getaran.

Gajala-gejala subyektif adalah nyeri dan keterbatasan gerak

pada sendi-sendi. Kelainan-kelainan klinis yang ditemukan

mungkin osteochrondosis dissecans yaitu kerusakan kepala tulang

30

Page 31: laporan jadi K3

radius dan persendian karpometakarpal pertama. Namun sendi

bahu lebih jarang terganggu dibanding dengan sendi-sendi

pergelangan tangan dan siku.

Parameter besarnya bahaya-bahaya dari getaran-getaran

mekanik frekuensi rendah adalah tenaga yang disalurkan kepada

tangan dan terbesar adalah dar frekuensi 30 Hz. Maka hal ini

mejadi sulit karena untuk kebaikan tangan dan persendian

dianjurkan frekuensi yang lebih tinggi.

2.4. Tinjauan Tentang Pengukuran Getaran

Komponen-komponen dari suatu sistem pengukuran getaran terdiri

dari elemen-elemen mekanik atau kombinasi mekanik,elektrik dan optik.

Sistem yang biasa digunakan memakai vibration pick-up untuk

mentransformasikan gerakan mekanik menjadi suatu signal elektrik,

kemudian signal tersebut diperkuat dengan mempergunakan amplifier dan

untuk menyeleksi dan mengukur getaran dalam spesifik range-frekuensi

mempergunakan analizer dan untuk mengukur unit getaran (Hz)

menggunakan vibration record.

Beberapa cara untuk mengontrol/mrngurangi getaran (Wahyu,

1999) adalah sebagai berikut :

1. Isolasi sumber getaran

Mempergunakan bahan isolator yang mempunyai kemampuan

yang baik untuk meredam yang ditransmisikan sumber (mesin)

terhadap isolator. Isolator yang baik untuk meredam getaran tersebut

31

Page 32: laporan jadi K3

dari material yang baik mempunyai frekuensi resonansi lebih kecil

dari frekuensi sumber, biasanya dipergunakan bahan yang tidak kaku,

frekuensi isolator akan saling meredam dengan frekuensi sumber.

2. Damping (meredam getaran)

Damping adalah suatu mekanisme untuk meredam getaran

dengan cara menempelkan suatu sistem resonan pada sumbu getaran,

dengan sistem resonan ini getaran dapat dikurangi atau dihilangkan

sama sekali. Beberapa cara damping dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Dengan cara interface damping

b. Dengan cara penerapan suatu lapisan meterial

c. Dengan cara memakai bahan sandwich sebagai pengganti bahan

utama pada sumber getaran.

Lapisan material dapat dilakukan dengan mempergunakan

bahan yang lunak misalnya asphalt. Asphalt mempunyai frekuensi

resonansi yang sangat rendah, sehingga dapat meredam getaran yang

ditimbulkan oleh mesin. Sandwich material dilakukan dengan

menyisipkan lapisan material yang elastis diantara dua lapisan plat

yang dipakai sebagai sostem resonan. Pebedaan frekuensi resonansi

dari dua macam material tersebut dapat meredam getaran yang

dikeluarkan oleh mesin.

3. Mengurangi gangguan mekanik yang menyebabkan getaran

Gangguan mekanik yang menyebabkan timbulnya getaran

dapat diokntrol dengan mengurangi pengaruh gesekan pada roda-roda

32

Page 33: laporan jadi K3

dudukan mesin atau keseimbangan/pemantapan dudukan mesin dan

lain-lain. Seringkali mesin dapat dikurangi dengan cara mengatur

keseimbangan putaran mesin dan lain-lain.

2.5. Tinjauan Tentang Pengendalian Getaran

Tindakan untuk mencegah penyakit akibat getaran mekanik

(Suma’mur,1996) mencakup tindakan pada,

1. Jarak pemaparan

Semakin jauh jarak seseorang dari sumber getaran akan

semakin kecil intensitas yang diterima orang tersebut, tetapi berbeda

dengan faktor-faktor fisik lainnya dimana jarak pemaparan ini bisa

diperbesar, pada getaran mekanik sulit dipraktekkan karena pada

umumnya selalu ada kontrak antara sumber getaran dengan bagian

tubuh dalam mengoperasikan alat kerja tersebut, kecuali bila alat

bekerja secara otomatis atau dengan pengendalian jarak jauh. Pada

alat-alat yang besar seperti gerinda, kontak ini tidak dapat

dihindarkan. Hal ini mungkin pada alat-alat yang besar seperti alat

pemancang untuk fondasi bangunan, tetapi tidak mungkin pada alat-

alat pegangan yang mudah dibawa.

2. Intensitas getaran alat

Untuk mengurangi akibat yang timbul karena getaranmekanik

ini perlu dipilih alat kerja yang menghasilkan intensitas pemaparan

yang tidak terlalu tinggi. Cara subtitusi mulai digunakan untuk

mengurangi pemaparan ini. Pada getaran yang bersifat steady state

33

Page 34: laporan jadi K3

dapat diusahakan mengurangi intensitasnya dengan menetralisisr gaya

atau kopel couter balance untuk gaya atau kopel tersebut dalam

keadaan dinamik. Selain itu, dapat diusahan mengisolir getaran dari

badan ke bagian tangan atau bagian-bagian yang berhubungan dengan

bagian tubuh lainnya seperti tempat duduk, tempat berpijak atau

sandaran punggung kepala. Untuk mengisolir getaran ini dapat

digunakan bermacam-macam bahan seperti karet alam/ sitesis, pegas

metal, dan bahan lain seperti gabus, karet busa atau gumpalan wol.

Fungsi isolator adalah untuk mengurangi gaya yang

dihantarkan atau amplitudo getaran yang besarnya tergantung dari

transmissibilltynya yaitu ratio antara gaya sumber getaran dengan

gaya yang diteruskan atau ratio amplitudo sumber getaran denag

aplitudo yang diteruskan.

3. Waktu pemaparan

Energi yang dipindahkan oleh suatu getaran tergantung pada

lama pemaparan. Semakin panjang waktu pemaparan akan semakin

banyak energi yang dipindahkan Untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya penyakit akibat getaran mekanik, waktu pemaparan

terhadap getaran mekanik ini tidak lebih dari 2 jam sehari. Hal yang

sama juga diajukan oleh ILO (1976). Tahun 1979 ± 50 menerbitkan

rancangan yang memuat pedoman waktu pemaparan untuk getaran

yang diantarkan ke lengan.(Iwata,1999)

4. Alat pelindung perorangan

34

Page 35: laporan jadi K3

Perlindungan dapat mengurangi energi getaran yang

dihantarkan bagian tubuh manusia. Untuk peredam umumnya

digunakan bahan-bahan yang kenyal seperti karet, karet busa,plastik

busa,wool dan sebagianya. Efektivitas peredam tergantung dari

kekenyalan bahan, yang terbaik dengan kekenyalan sedang.

5. Pengendalian lingkungan

Faktor lingkungan terutama iklim kerja, banyak mempengaruhi

timbulnya dan perjlanan penyakit akibat getaran yang mengenai

pembuluh darah perifer. Karena itu pada tempat kerja yang beriklim

dingin perlu diambil langkah-langkah perlindungan seperlunya.

2.6. Tinjauan Nilai Ambang Batas Getaran

Nilai ambang batas getaran untuk pemajanan lengan dan tangan

menurut surat keputusan menteri tenaga kerja no. Kep.51/MEN/1999,

adalah seperti tabel.

Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemajanan Lengan Dan Tangan

Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51/Men/1999

Jumlah waktu pemajanan

per hari kerja

Nilai percepatan pada frekuensi dominan

m/det²Gram

(1gram + 9,81 m/det²)

4 jam dan < 8 jam

2 jam dan < 4 jam

1 jam dan < 2 jam

< 1 jam

4

6

8

12

0,40

0,61

0,81

1,22

Nilai ambang batas ini sesuai dengan NAB yang dikeluarkan American

Cobference of Govermental Industrial Hygienist 1992.

35

Page 36: laporan jadi K3

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

1. Kendaraan Bermotor

2. Blender

3. Stopwatch

4. Vibration meter

3.2. Prosedur Kerja

1. Segmental Vibration

a. Nyalakan (Tekan tombol on) pada Vibration meter

b. Ujung dari magnet vibration meter diletakkan pada alat yang akan

diukur yaitu pada tempat pegangan bila tenaga kerja

menggunakan alat tersebut

c. Operasikan alat kerja yang diukur

d. Tekan tombol HOLD pada vibration meter pada detik ke 30 dan

catat hasil tingkat getaran pada vibration meter

e. Lakukan kembali sebanyak 5 kali percobaan dalam hitungan 30

detik

2. Whole Body Vibration

a. Nyalakan (Tekan tombol on) pada Vibration meter

b. Letakkan vibration pada lantai dimana biasanya tenaga kerja

duduk atau berdiri pada kendaraan operasional yang dipakai

36

Page 37: laporan jadi K3

c. Operasikan/jalankan kendaraan tersebut

d. Tekan tombol HOLD pada vibration meter pada menit ke 5 dan

catat hasil tingkat getaran pada vibration meter

e. Lakukan kembali sebanyak 5 kali percobaan dalam hitungan 30

detik

3.3. Prinsip Percobaan

Pada prinsipnya vibration meter bekerja untuk mengukur nilai

getaran yang dihasilkan oleh percobaan efek getaran Segmental Vibration

maupun Whole Body Vibration yang dilakukan.

37

Page 38: laporan jadi K3

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan pengamatan terhadap sampel alat, diperoleh hasil

pengukuran Intensitas getaran dari masing-masing alat percobaan, yaitu

Tabel Hasil Tingkat Getaran blender (Segmental Vibaration)

Percobaan I

30 Detik

I II III IV V Rata-rata

2,0 m/s2 2,1 m/s2 0,8 m/s2 1,8 m/s2 1,3 m/s2 1,6 m/s2

Rata-rata nilai getaran yang dihasilkan Alat blender pada segmental

vibration:

r=Σ Hasil Kecepatan High5

¿ 8,0 m /s25

¿1,6 m /s 2

Percobaan II

30 Detik

I II III IV V Rata-rata

0,4 m/s2 0,8 m/s2 0,4 m/s2 0,3 m/s2 1,0 m/s2 0,58 m/s2

Rata-rata nilai getaran yang dihasilkan Alat blender pada segmental

vibration:

r=Σ Hasil Kecepatan High5

¿ 2,9 m /s25

¿0,58 m /s 2

Percobaan III

30 Detik

I II III IV V Rata-rata

0,7 m/s2 0,4 m/s2 0,4 m/s2 0,4 m/s2 0,5 m/s2 0,48 m/s2

38

Page 39: laporan jadi K3

Rata-rata nilai getaran yang dihasilkan Alat blender pada segmental

vibration:

r=Σ Hasil Kecepatan High5

¿ 2,4 m /s 25

¿0,48 m /s 2

Tabel Hasil Tingkat Getaran pada Whole Body Vibration dengan

menggunakan kendaraan motor

Percobaan

2 menit

I II III IV V Rata-rata

31,7 m/s2 31,3 m/s2 31,3 m/s2 31,1 m/s2 31,7 m/s2 31,42 m/s2

Rata-rata nilai getaran yang dihasilkan untuk alat vacum cleaner

r=Σ NilaiGetaranVacumCleaner5

¿ 157,1m / s25

¿31 , 42 m /s2

4.2. Pembahasan

Getaran dapat diartikan sebagai gerakan dari suatau sistem bolak-

balik, gerakan tersebut dapat berupa gerakan yang harmonis, sederhana,

dapat pula sangat kompleks; sifatnya dapat periodik atau random; kontinyu

atau intermiten.

Dari pengukuran yang dilakukan selama tiga kali percobaan pada

alat kerja, diperoleh tiga rata-rata. Berdasarkan hasil pengukuran nilai

getaran pada segmental vibration dengan menggunakan alat kerja vibration

meter yaitu 1,6 m/s2 0,58 m/s2 dan 0,48 m/s2. Maka tingkat pemajanan

getaran bagi tubuh pekerja tidak terlalu berbahaya jika digunakan terlalu

lama / paling lama alat tersebut dapat digunakan lebih dari 8 jam waktu

kerja. Hal ini tersirat dalam surat keputusan menteri tenaga kerja no.

39

Page 40: laporan jadi K3

Kep.51/men/1999 tentang nilai ambang batas getaran untuk pemajanan

lengan dan tangan yaitu 4 - < 8 jam 4 m/s2. Dengan nilai getaran yang

sangat tinggi tersebut juga akan dapat memberikan dampak bagi kesehatan

manusia seperti gejala awal sakit kepala.

Untuk Whole Body Vibration nilai rata-rata kecepatan getaran

yang dihasilkan sebanyak 5 kali percobaan yaitu 31,42 m/s2. Hasil ini

melebihi nilai percepatan alat (nilai ambang batas) getaran berdasarkan

surat keputusan menteri tenaga kerja no. Kep.51/men/1999 yaitu < 1 jam

12 m/s2. Jadi alat ini sangat berbahaya jika terpajan terlalu lama dengan

tubuh manusia/paling lama < 1 jam saja.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Dari pengukuran yang dilakukan pada alat kerja pada segemental

vibration dengan melakukan 5 kali percobaan dalam hitungan 30 detik,

diperoleh rata-rata hasil intensitas getaran yaitu 1,6 m/s2 0,58 m/s2 dan

40

Page 41: laporan jadi K3

0,48 m/s2 dan berdasarkan surat keputusan menteri tenaga kerja no.

Kep.51/men/1999, alat tersebut hanya bisa terpajan dengan tubuh tiap

hari kerja apabila lebih dari 8 jam waktu kerja

2. Dari pengukuran yang dilakukan pada alat kerja dengan melakukan 5

kali percobaan dalam hitungan 2 menit dengan menggunkan kendaraan

motor untuk mengetahui whole body vibration, diperoleh rata-rata

hasil intensitas getaran yaitu 31,42 m/s2 dan berdasarkan nilai ambang

batas getaran sesuai dengan keputusan menteri tenaga kerja no.

Kep.51/men/1999, waktu alat tersebut hanya dapat terpajan dengan

tubuh kurang dari 1 jam. Apabila melebihi 1 jam maka akan

menimbulkan gangguan kesehatan pada tubuh seseorang

5.2. Saran

Dalam pengunaan alat-alat yang berpotensi intensitas getaran yang

sangat tinggi maka perlu pengurangan intensitas alat getar yaitu

mengurangi kecepatan kerja alat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2012. Penuntun Praktikum Kesehatan Mayarakat Dasar, diterbitkan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.

Gabriel, JF1995. Fisika Kedokteran Vibrasi, EGC, Jakarta. (online) diakses

pada tanggal 3 juli 2012.

41

Page 42: laporan jadi K3

KEPMENKER,1999. Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat

Kerja, Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. (online)

diakses pada tanggal 3 juli 2012.

Widyanto, 2004. Analisis Mengenai Hygiene Perusahaan di Industri Textil,

(online) diakses pada tanggal 3 juli 2012.

Subari Heru, dkk, 2007. Higiene Lingkungan Kerja, Mitra Cendikia,

yogyakarta. (online) diakses pada tanggal 3 juli 2012.

FOTO-FOTO / DOKUMENTASI

42

Page 43: laporan jadi K3

Gambar. Vibration Meter

43

Page 44: laporan jadi K3

BAB I

44

Page 45: laporan jadi K3

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan yang terus mengalami perkembangan akan

senantiasa mengahasilkan produk-produk teknologi yang baru. Sebagai

konsumen dari produk-produk tersebut kita tentu saja merasakan

perkembangan teknilogi yang sekarang ini sudah memasuki era teknologi

canggih. Hal ini ditandai dengan produk baru yang memang lebih baik dari

produk sebelumnya.

Radiasi merupakan energi yang dihantarkan/diserap dan

dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Efek dari radiasi ini

pada jaringan hidup beraneka ragam, tetapi kemampuan energy ini untuk

mengionisasi jaringan sasaran membedakan dua bagian utama gelombang

elektromagnetik, yaitu radiasi penguin dan radiasi non penguin.

Efek kesehatan oleh radiasi dapat dibagi menjadi efek non-

stokastik dan stokastik. Pada efek non-stokastik, ada ambang progresivitas

beratnya efek sejalan dengan dosis. Pada efek stokastik, tidak ada ambang.

Pada radiasi non penguin demi praktisinya, dua sumber paling penting

ialah laser dan gelombang mikro. Keduanya mampu menghasilkan

pemanasan local pada jaringan yang mungkin sangat berat dan berbahaya.

Keduanya mungkin berupa gelombang continue dan berdenyut.

Suatu pancaran gelombang (gangguan medan elektris dan

magnetis) yang bisa menyebabkan perubahan struktur dalam atom dari

bahan-bahan yang dilaluinya. Setiap muatan listrik tentu memiliki

45

Page 46: laporan jadi K3

percepatan memancarkan radiasi elektromagnetik, saat ini banyak alat

elektronik yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat

yang bersumber dari radiasi elektromagnetik.

1.2. Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui radiasi pancaran dari bebarapa handphone / ponsel,

monitor computer dan CPU computer yang merupakan peralatan yang

sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari utamanya pada saat

bekerja

2. Untuk mengetahui cara pengoperasian alat ukur radiasi yaitu

Electromagnetic field radiation tester.

46

Page 47: laporan jadi K3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Pengertian Radiasi

Radiasi berarti pemaparan atau penyinaran yang merupakan

penyebaran partikel-partikel elementer dan energi radiasi dari suatu

sumber radiasi. Radiasi adalah energi yang dihantarkan, diserap dan

dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang.

Energi radiasi dapat mengeluarkan elektron dari inti atom dan sisa

atom yang dapat menjadi muatan positif dan disebut ion positif. Sementara

itu elektron yang dikeluarkan itu dapat tinggal bebas atau mengikat atom

netral lainnya dan membentuk ion negative. Ionisasi yaitu peristiwa

pembantukan ion positif dan ion negative ini sangat penting sekali

diketahui karena malalui proses ionisasi ini jaringan tubuh akan

mengalami kelainan atau merasakan pada sel-sel tubuh.

Pada dasarnya pengertian radiasi mencakup hal yang sangat luas

seperti cahaya dan gelombang radio dan gelombang mikro,Namun secara

umum kata radiasi diartikan sebagai “radiasi pengion”, yaitu radiasi yang

mengubah kondisi fisik sebuah atom menjadi ion. Adanya “ion” ini pada

umumnya dapat mengganggu proses biologi, dan karenanya dapat

menimbulkan bahaya buruk terhadap kesehatan manusia contohnya mual

atau pusing bagi seseorang yang berinteraksi didekatnya.Sehingga perlu di

47

Page 48: laporan jadi K3

atur supaya tidak membawa dampak negative bagi orang lain yang

mengancam kesehatan & keselamatannya.

2.2. Tinjauan Tentang Jenis-Jenis Radiasi

Berdasarkan terjadi atau tidaknya ionisai maka radiasi dapat

digolongkan menjadi (Gabriel, 1996) :

1. Radiasi yang tidak menimbulkan ionisasi, yaitu sinar ultra violet,

sinar infra merah dan gelombang ultrasonik.

2. Radiasi yang dapat menimbulkan ionisasi, antara lain sinar alfa,

sinar beta, sinar gamma, sinar-X, dan proton.

Adapun 2 jenis radiasi berdasarkan sumbernya yang biasa dikenal

yatu radiasi alam, diantaranya yaitu radiasi kosmogenis dan radiasi

primordial (teresterial).

2.3. Tinjauan Tentang Dampak Radiasi

1. Gangguan electrical sensitivity.

Electrical sensitivity adalah gangguan fisiologis dengan tanda

dan gejala neurologis maupun kepekaan, berupa berbagai gejala dan

keluhan. Gangguan ini umumnya disebabkan oleh radiasi

elektromagnetik yang berasal dari jaringan listrik tegangan tinggi atau

ekstra tinggi, peralatan elektronik di rumah, di kantor maupun

industri. Termasuk telepon seluler (ponsel) maupun microwave oven,

ternyata sangat potensial menimbulkan berbagai keluhan tersebut.

48

Page 49: laporan jadi K3

Potensi gangguan kesehatan yang timbul akibat pajanan medan

elektromagnetik dapat terjadi pada berbagai sistem tubuh, antara lain:

(1) sistem darah, (2) sistem reproduksi, (3) sistem saraf, (4) sistem

kardiovaskular, (5) sistem endokrin, (6) psikologis, dan (7)

hipersensitivitas. Sedangkan manifestasi dari hipersensitivitas dikenal

pula dengan istilah electrical sensitivity, yang menggambarkan

gangguan fisiologis berupa tanda dan gejala neurologis maupun

kepekaan terhadap medan elektromagnetik, dengan gejala-gejala yang

khas (Riedlinger, 2004)

Gejala-gejala yang menunjukkan adanya electrical sensitivity

sebenarnya banyak sekali, tetapi yang khas antara lain berupa sakit

kepala (headache), pening (dizziness), keletihan (fatigue). Tanda dan

gejala lain yang dapat dijumpai, misalnya, jantung berdebar-debar

(cardiac palpitations), gangguan tidur (sleep disturbances), gangguan

konsentrasi (difficulty in concentrating), rasa mual dan gangguan

pencernaan lain (nausea and digestive problems) yang tidak jelas

penyebabnya, telinga berdenging (tinnitus), muka terbakar (facial

burning), dan kulit meruam (rashes), kejang otot (muscle spasme),

kebingungan (confusion), serta gangguan kejiwaan berupa depresi

(depression). (Rea, 1991; Bergdahl, 1995; Grant, 1995)

2. Gangguan yang disebabkan oleh radiasi monitor

Beberapa gangguan kesehatan dicurigai dari radiasi monitor

dan CPU diantaranya katarak, epilepsy, cacat bawaan bahkan sampai

49

Page 50: laporan jadi K3

kepada gangguan seksual. Jika kita telaah ternyata katarak disebabkan

oleh proses menua dan sinar ultraviolet, sementara hasil kajian

menunjukkan bahwa batas ambangnya normal. Sementara nyeri pada

mata ataupun mata berair disebabkan oleh mata yang lelah. Walaupun

demikian mata lelah dapat disebabkan oleh terlalu lama berada di

depan layar monitor computer.

Kelainan bawaan pada bayi ataupun gangguan seksual ternyata

bukanlah diakibatkan oleh radiasi monitor computer. Salah satu

gangguan kesehatan yang langsung disebabkan oleh radiasi maonitor

computer adalah dermatitis pada muka. Warna kemerahan pada muka

akan terjadi setelah seseorang bekerja antara 2 jam – 6 jam di depan

computer serta di tempat yang mempunyai kelembaban yang rendah.

2.4. Tinjauan Tentang Nilai Ambang Batas Radiasi

Masa Pemaparan per Hari Iradiasi Efektif (Eeff)

4 jam 0,22 jam 0,41 jam 0,8

30 menit 1,715 menit 3,310 menit 55 menit 101 menit 5030 detik 10010 detik 3001 detik 3000

0,5 detik 60000,1 detik 30000

Sumber : KEPMENAKER NOMOR KEP.51/MEN/1999 TANGGAL 16 APRIL 1999

50

Page 51: laporan jadi K3

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini , antara lain :

1. Handphone (type Blackberry Curve 8520)

2. Monitor computer

3. CPU Komputer

4. Laptop

5. Alat mengukur radiasi yaitu Electromagnetic field radiator tester

3.2. Prosedur Kerja

1. Alat ukur diaktifkan dengan menggeser tombol ke arah “ON”

2. Setelah itu hadapkan sensor ke sumber/sampel yang akan diukur

3. Tombol pada kisaran nilai, diarahkan ke nilai 200 µT. Namun, apabila

pada layar masih tertera angka 00,00 maka tombol dipindahkan ke

kisaran nilai 20µT.

4. Ukurlah radiasi pada setiap peralatan atau benda yang memancarkan

radiasi dengan menggunakan alat Electromagnetic field radiator

tester.

5. Kenudian catatlah angka yang tertera pada layar

51

Page 52: laporan jadi K3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

No Sumber Radiasi Paparan Radiasi

1 Handpone 0,01 µT

2 Layar leptop 0,01 µT

3 Kipas laptop 0,01 µT

4 Layar computer 0,01 µT

5 Kipas komputer 0,01 µT

6 Oven 0,07 µT

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil dari alat ukur Electromagnetic field radiator

tester, nilai radiasi pada handphone, layar dan kipas laptop, layar dan kipas

komputer yaitu 0,01 µT sedangkan untuk oven nilai intensitas radiasi

sebesar 0.07 µT. Salah satu dampak yang terjadi jika sudah terpajan sangat

lama dengan radiasi electromagnetic khususnya pada handphone/ponsel,

yaitu gangguan electrical sensitivity.

Electrical sensitivity adalah gangguan fisiologis dengan tanda dan

gejala neurologis maupun kepekaan, berupa berbagai gejala dan keluhan.

Salah satu gangguan kesehatan yang langsung disebabkan oleh radiasi

maonitor computer adalah dermatitis pada muka. Warna kemerahan pada

muka akan terjadi setelah seseorang bekerja antara 2 jam – 6 jam di depan

computer serta di tempat yang mempunyai kelembaban yang rendah.

52

Page 53: laporan jadi K3

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Radiasi adalah energi yang dihantarkan, diserap dan dipancarkan

dalam bentuk partikel atau gelombang. Berdasarkan hasil dari alat ukur

Electromagnetic field radiator tester, nilai radiasi yang paling tinggi dari

kelima paparan radiasi tersebut adalah oven 0,07 04 µT.

5.2. Saran

Adapun saran kami yaitu menghimbau kepada para pemakai

komputer disarankan jangan terlalu berlama-lama mengoperasikan

komputer. Jika terpaksa harus bekerja dalam waktu yang lama misalnya,

maka disarankan untuk mengambil waktu jeda supaya membolehkan mata

melakukan istirahat, misalnya dengan melihat pepohonan hijau.

53

Page 54: laporan jadi K3

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2012. Penuntun Praktikum Kesehatan Mayarakat Dasar, diterbitkan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.

Gabriel, JF1995. Fisika Kedokteran Vibrasi, EGC, Jakarta. (online) diakses

pada tanggal 3 juli 2012.

KEPMENKER,1999. Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat

Kerja, Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. (online)

diakses pada tanggal 3 juli 2012.

Riedlinger, 2005. Analisis Mengenai Bahaya dan Dampak dari Paparan

Radiasi (online) di akses pada tanggal 13 juli 2010

54

Page 55: laporan jadi K3

FOTO-FOTO / DOKUMENTASI

Gambar . Electromagnetic Field Radiator Tester

55

Page 56: laporan jadi K3

56

Page 57: laporan jadi K3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada saat melihat atau mengamati suatu benda dan sekitarnya kita

selalu mempergunakan indera penglihatan atau mata. Benda-benda

tersebut dapat dilihat atau diamati disebabkan karena mata menerima

rangsangan-rangsangan yang berasal dari cahaya atau sinar yang datang

dari benda-benda tersebut, baik yang dipancarkan secara langsung maupun

dipantulkan dari sumber penerangan (cahaya) yang mengenai benda-benda

tersebut (Atjo Wahyu, 2003).

Cahaya atau visible light yang dapat terlihat oleh mata adalah

radiasi spectrum elektromagnetik yang terletak diantara segmen-segmen

infra merah atau ultra violet. Secara umum penerangan yang baik adalah

penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat obyek yang

dikerjakan secara jelas, cepat tanpa upaya yana tidak perlu.

Penerapan tempat kerja yang memadai itu (good lighting)

mempengaruhi kualitas dan kualitas dari penglihatan (quality of vision).

Demikian pula dekorasi pada tempat kerja ikut menentukan tingkat dari

pencahayaannya. Pada umumnya pekerjaan memerlukan upaya

penglihatan. Untuk melihat manusia memerlukan pencahayaan. Hanya

pekerjaan-pekerjaan tertentu, mungkin tidak memerlukan pencahayaan.

Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan di tempat kerja harus

diperhatikanadalah pencahayaan. Pencahayaan yang kurang memadai

57

Page 58: laporan jadi K3

dapat merupakan beban tambahannbagi si pekerja. Dengan demikian,

dapat menimbulkan gangguan performance (penampilan) kerja serta pada

akhirnya dapat memberikan pangaruh terhadap kesehatan dan keselamata

kerja. Sehubungan dengan masalah tersebut, maka perlu dilakukan

perhitungan intensitas pencahayaan di sebuah ruangan baik itu in door

maupun out door.

1.2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai tingkat atau derajat

cahaya yang ada di ruangan baik in door maupun out door

2. Untuk mengetahui pengoperasian alat ukur pencahayaan yaitu Digital

Lux Meter.

BAB II

58

Page 59: laporan jadi K3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Pencahayaan

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan

keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan

produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang

dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga

kerja dapat melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, tanpa upaya yang

tidak perlu serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat

dan menyenangkan.

Alat untuk mengukur intensitas cahaya digunakan Light Meter atau

Lux Meter. Satuan-satuan yang berhubungan dengan pencahayaan adalah

lilin, lumen (lm), lux. Lilin adalah suatu kesatuan kekuatan sumber cahaya.

Lumen adalah arus cahaya yang ditimbulkan oleh sumber cahaya kesemua

arah. Sedangkan Lux adalah satuan pencahayaan yang per m2 jatuh arus

cahaya 1 lumen. Adapun sifat-sifat dari pencahayaan yang baik, ditentukan

oleh (Tim Pengajar Analisis Kualitas Lingkungan FKM UMI, 2012) :

a. Pembagian luminensi dalam lapangan penglihatan

b. Pencegahan kesilauan

c. Arah sinar

d. Warna

e. Panas pencahayaan terhadap keadaan lingkungan

59

Page 60: laporan jadi K3

2.2. Tinjauan Tentang Sumber-Sumber Pencahayaan

1. Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal

dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan,

selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk

mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-

jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6

daripada luas lantai.

Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif

dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena

intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas

terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar

penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:

a. Variasi intensitas cahaya matahari

b. Distribusi dari terangnya cahaya

c. Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan

d. Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung

2. Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh

sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat

diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan

alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok

pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun

60

Page 61: laporan jadi K3

yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai

berikut:

1) Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat

secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara

mudah dan tepat

2) Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah

dan aman

3) Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan

pada tempat kerja

4) Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar

secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak

menimbulkan bayang-bayang.

5) Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan

prestasi.

6) Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan

penggunaan pencahayaan untuk suatu lingkungan kerja maka

perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini :

a) Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk

menunjang dan melengkapi pencahayaan alami.

b) Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk

pencahayaan tempat kerja yang memerlukan tugas visual

tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum

61

Page 62: laporan jadi K3

c) Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam

keseluruhan interior, apakah menyebar atau tefokus pada satu

arah

d) Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk

dan kepribadian ruangan yang diterangi atau tidak

e) Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek

warna dari cahaya

f) Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin

diterangi, apakah tinggi atau rendah.

Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara

umum dapat dibedakan atas 3 macam yakni:

1. Sistem Pencahayaan Merata

Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh

ruangan. Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak

dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus. Pada sistem

ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langi-

langit.

2. Sistem Pencahayaan Terarah

Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari

salah satu arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau

penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari

itu, pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek tersebut

berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar,

62

Page 63: laporan jadi K3

yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat

juga digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena

bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang mungkin

ditimbulkan oleh pencahayaan merata.

3. Sistem Pencahayaan Setempat

Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu

misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual. Sistem

pencahayaan ini sangat bermanfaat untuk :

a. Memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti

b. Mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan

cahaya dari arah tertentu.

c. Melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai

ruangan khusus yang ingin diterangi

d. Membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya

penglihatannya.

e. Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak

direncanakan untuk ruangan tersebut.

2.3. Tinjauan Tentang Dampak Pencahayaan Terhadap Kesehatan

63

Page 64: laporan jadi K3

Penerangan tempat kerja yang jelek (poor lighting) secara

langsung tidak akan menimbulkan kerusakan pada mata, namun sering

menimbulkan beberapa gangguan diantaranya :

a. Kelelahan dan ketidaknyamanan pada mata (eye fatigue and

discomfort) yang dapat mengakibatkan berkurangnya daya dan

efisiensi kerja

64

Page 65: laporan jadi K3

b. Kelelahan mental yang akan berpengaruh pada kelelahan fisik

c. Keluhan pegal-pegal dan sakit kepala di sekitar mata

d. Meningkatkan terjadinya kecelakaan

Sedangkan penerangan atau pencahayaan yang terlalu kuat juga

tidak kita kehendaki disebabkan karena keadaan ini dapat menimbulkan

kesilauan pada mata.

2.4. Tinjauan Tentang Nilai Ambang Batas Pencahayaan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002,

pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan

minimal yang dibutuhkan menurut jenis kegiatanya seperti berikut :

Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja

Jenis KegiatanTingkat

Pencahayaan (Lux)Keterangan

Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus

100

Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi

yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu

Pekerjaan kasar dan terus menerus

200Pekerjaan dengan mesin

dan perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin &

perakitanPekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau

bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan

65

Page 66: laporan jadi K3

pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000

Pemilihan warna, pemrosesan teksti,

pekerjaan mesin halus & perakitan halus

Pekerjaan amat halus1500

Tidak menimbulkan bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan

mesin dan perakitan yang sangat halus

Pekerjaan terinci3000

Tidak menimbulkan bayangan

Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02

Dibawah ini merupakan standar dari pencahayaan di tempat kerja.

Aturan PMP Nomor 7 Tahun 1964 sebagai berikut :

1. Penerangan darurat 5 lux

2. Halaman dan jalan di perushaan 20 lux

3. Pekerjaan membedakan barang kasar 50 lux

4. Pekerjaan membedakan barang kecil sepintas lalu 100 lux

5. Pekerjaan membedakan barang kecil agak teliti 200 lux

6. Pekerjaan membedakan yang teliti dari barang kecil dan halus 300 lux

7. Pekerjaan membedakan barang halus dengan kontras sedang dan

dalam waktu yang lama 500-1000 lux

8. Pekerjaan membedakan barang sangat halus dengan kontras kurang

dalam waktu lama 1000 lux

9. Kampus / Sekolah :

a. Tangga darurat 30-75 lux

b. Tangga biasa 75-100 lux

c. Koridor 75-150 lux

66

Page 67: laporan jadi K3

d. Toilet / Auditorium 75-300 lux

e. Ruangan kelas 300-750 lux

f. Laboratorium / perpustakaan 750-1500 lux

10. Kantin :

a. Ruang cuci 150-300 lux

b. Ruang masak / meja makan 300-750 lux

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Digital Lux

Meter dan stopwatch.

3.2. Prinsip Percobaan

67

Page 68: laporan jadi K3

Alat ukur Digital Lux Meter akan menangkap semua cahaya-

cahaya yang terdapat dalam ruangan baik itu cahaya alami atau cahaya

buatan.

3.3. Prosedur Kerja

1. Tentukan tiga titik pada ruangan yang akan diukur pencahayaannya

2. Titik ruangan yang ditentukan merupakan titik-titik yang sering

ditempati oleh para pekerja dalam melakukan aktivitas pekerjaannya.

3. Pemberian perilaku pada ruangan laboratorium dilakukan sebanyak 2

kali kondisi dengan kondisi yang berbeda-beda

4. Kondisi pertama yaitu lampu dinyalakan dan tirai dalam keadaan

terbuka (intensitas cahaya alami +cahaya buatan)

5. Kondisi kedua adalah intensitas cahaya di meja kerja tepatnya depan

komputer

6. Kondisi keempat yaitu intensitas cahaya di tangga baik itu tangga

pada bagian puncak, tengah dan bawah.

7. Alat dihidupkan (on)

8. Photo cell menghadap sumber cahaya, alat dipegangi kurang lebih 85

cm dari lantai.

9. Baca dan catat hasil pengukuran pada masing-masing kondisi dan

titik-titik yang telah ditentukan dengan durasi waktu kurang lebih 2

menit

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran adalah ;

68

Page 69: laporan jadi K3

1. Pengukuran pada bidang horizontal setinggi ± 85 cm di atas lantai

2. Bila pengukuran pada tangga, lux meter diletakkan di lantai/tempat

injakan kaki

3. Pakaian dari surveyor hendaknya berwarna gelap, hal ini untuk

mencegah pentulan cahaya dari surveyor mengenai luxmeter sehingga

hasil pembacaan akurat.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Ruang Laboratorium

TanggaMeja Kerja

Intensitas cahaya alami+buatan

Intensitas cahaya Intensitas

cahayaTengah Bawah PuncakTitik 1 45 282 312 228 99

69

Page 70: laporan jadi K3

Titik 2

Titik 3

Titik 4

Titik 5

72

70

113

96

106

83

95

108

79

96

81

79

71

51

100

97

Jumlah 1245 274 296

a. Rata-rata intensitas cahaya alami+buatan di ruangan laboratorium

r=∑ Intensitas cahayaalami+buatan

15

r=124515

r=83 lux

b. Rata-rata intensitas cahaya buatan pada meja kerja

r=∑ Intensitas cahayabuatan

3

r=2963

r=98.7 lux

c. Rata-rata intensitas cahaya pada tangga (di luar ruangan)

70

Page 71: laporan jadi K3

r=∑ Intensitas cahaya pada bagianbawa h+tengah+ puncak

3

r=282+312+2283

r=8223

r=274 lux

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka kita memperoleh nilai

dari rata-rata intensitas penerangan/cahaya dari 3 kondisi yang telah

ditentukan. Untuk kondisi pertama, yaitu intensitas cahaya dalam ruangan

dimana cahaya alami + buatan yakni sebesar 83 lux. Pada kondisi kedua,

yaitu intensitas cahaya di dalam ruangan pada meja kerja dengan

menggunakan cahaya buatan sebesar 98.7 lux. Sedangkan untuk kondisi 3

intensitas cahaya di luar ruangan yakni di tangga sebesar 274 lux.

Dari hasil tersebut, intensitas cahaya pada kondisi pertama

merupakan intensitas cahaya pada ruang laboratorium yang tergolong

dalam pencahayaan yang tidak memenuhi standar pencahayaan dan pada

kondisi ke dua di meja kerja intensitas cahaya yang diperoleh tidak

memenuhi standar pencahayaan yang baik pada tempat kerja sedangkan

pada kondisi ke tiga yaitu pada tangga, intensitas cahaya yang di dapatkan

melebihi standar intensitas cahaya yang dibutuhkan.

71

Page 72: laporan jadi K3

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan

keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan

produktivitas manusia. Penerangan dapat diperoleh dengan dua cara yaitu

penerangan alami dan penerangan buatan.

Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan Lux meter,

tercatat hasil intensitas penerangan pada kondisi 1 = 83 lux, kondisi 2 =

72

Page 73: laporan jadi K3

98.7 lux, dan kondisi 3 = 274 lux. Jadi, untuk intensitas cahaya pada

kondisi 1 dan 2 merupakan intensitas cahaya pada ruang laboratorium dan

meja kerja yang tergolong dalam pencahayaan yang memerlukan ketelitian

akan tetapi tidak memenuhi standar pencahayaan sedangkan pada kondisi

ke tiga yaitu pada tangga, intensitas cahaya yang di dapatkan melebihi

standar intensitas cahaya yang dibutuhkan.

5.2. Saran

Adapun saran yang kami ajukan yaitu pada pencahayaan disetiap

ruangan sebaiknya disesuaikan dengan fungsi ruangannya, agar tidak

menimbulkan berbagai gangguan atau kaluhan-keluahan bagi pengguna

ruangan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2012. Penuntun Praktikum Kesehatan Mayarakat Dasar, diterbitkan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.

KEPMENAKER, 1999. (online) (www.google.com diakses pada tanggal 3 juli

2012)

Kesehatan Lingkungan, 2009. (online)

(http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/02/kes-ling-kebisingan di

akses pada tanggal 3 juli 2012)

73

Page 74: laporan jadi K3

Wahyu, atjo, 2003. Higiene Perusahaan. Ditebitkan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.

FOTO-FOTO / DOKUMANTASI

74

Page 75: laporan jadi K3

Gambar . Digital Lux Meter

75

Page 76: laporan jadi K3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebisingan merupakan salah satu factor bahaya fisik yang sering

dijumpai di tempat kerja. Di lingkungan kerja, kebisingan merupakan

masalah kesehatan kerja yang selalu timbul pada industri besar, seperti

pabrik-pabrik industry. Seiring dengan proses industrilisasi yang disertai

dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang setiap tahun

76

Page 77: laporan jadi K3

berkembang, maka ancaman terjadinya risiko gangguan akibat kebisingan

juga akan semakin bertambah.

Kebisingan tidak bisa dipisahkan dari perkembangan teknologi dan

kemajuan industrialisasi. Alat-alat yang diciptakan manusia dengan

maksud mengurangi beban kerja baik di industri maupun di rumah,

hampir selau disertai dengan produk kebisingan, seperti alat musik, alat

pembersih lantai, alat penyedot debu, gerida listrik, pesawat jot dan

sebagainya merupakan salah satu pertanda kehidupan dunia modern

sehingga menyebabkan terjadinya sociocusis.

Laju perkembangan industry dibarengi dengan perkembangan

transportasi dan mekanisasi, penggunaan elektrikasi pada pemukiman

seperti bertambahnya jalan bebas hambatan di perkotaan, sepeda motor,

pemotong rumput bermotor dan sebagainya. Keadaan seperti ini akan

meningkatkan jumlah orang yang akan terpapar terhadap sumber

kebisingan. Manusia sebagai kelompok atau individu akan berkedudukan

ganda, yaitu sebagai pelaku dan sebagai penderita akibat pencemaran

bising yang ada. Oleh karena itu diperlukan penggunaan teknologi yang

memilki dampak negative yang sekecil mungkin dan memberikan dampak

positif yang sebesar mungkin.

Hubungan antara kebisingan dengan kemungkinan timbulnya

gangguan terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan, dan lamanya seseorang

77

Page 78: laporan jadi K3

berada di tempat atau di dekat bunyi tersebut, baik dari hari ke hari

ataupun seumur hidupnya.

Kesadaran akan bahaya kebisingan masih kurang dipahami baik

oleh kalangan masyarakat umum maupun para pekerja, padahal dampak

yang diakibatkan oleh kebisingan ditempat kerja sangat besar. Sering

ditemukan bahwa keluhan akibat terjandinya gangguanpendengaran hanya

dikaitkan dengan semakin bertambahnya usia atau karena sebab lain dan

bukan karena pekerjaan di lingkungan bising.

1.2. Tujuan

a. Untuk mengetahui dan memperoleh data rata-rata intensitas

kebisingan pada penerima suara

b. Untuk mengetahui cara pengoperasian alat ukur kebisingan yaitu

Sound Level Meter.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Pengertian Kebisingan

Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga

atau kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat

melalui medium, medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair,

78

Page 79: laporan jadi K3

padat, gas. Sedangkan definisi Suara atau bunyi menurut beberapa ahli

antara lain :

a. Suara berarti gangguan mekanik dalam medium gas, cair atau padat

dikarenakan getaran molekul.

b. Bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh telinga karena getaran

pada media elastis.

c. Suara atau bunyi adalah variasi tekanan yang merambat melalui udara

dan dapat dideteksi oleh telinga manusia.

d. Menurut teori fisika, bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh

syaraf pendengaran yang berasal dari suatu sumber bunyi.

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan

dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang

dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan

sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang

menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang

tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang

pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan

pendengaran.

Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam Keputusan Mentri LH

(1996) menyatakan kebisingan sebagai suara yang tidak diinginkan dari

usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

2.2. Tinjauan Tentang Jenis – Jenis Kebisingan

79

Page 80: laporan jadi K3

Wardhana (2001) membagi kebisingan atas tiga macam

berdasarkan asal sumbernya yaitu:

a. Kebisingan impulsif, yaitu kebisingan yang datangnya tidak secara

terus-menerus akan tetapi sepotong-sepotong.

b. Kebisingan kontinyu / steady state noise, yaitu kebisingan yang datang

secara terus-menerus dalam waktu yang cukup lama.

c. Kebisingan semi kontinyu / intermittent noise, yaitu kebisingan

kontinyu yang hanya sekejap, kemudian hilang dan mungkin akan

datang lagi.

Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat

dibagi sebagai berikut:

1) Bising yang kontinyu

Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB

dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

a) Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang

luas. bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk

periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara

mesin tenun.

b) Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi

hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000,

4000) misalnya gergaji sirkuler, katup gas.

80

Page 81: laporan jadi K3

2) Bising terputus-putus

Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu

bising yang berlangsung secar tidak terus-menerus, melainkan ada

periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang,

kereta api

3) Bising impulsif

Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi

40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan

pendengarnya seperti suara tembakan suara ledakan mercon, meriam.

4) Bising impulsif berulang

Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi

berulang-ulang, misalnya mesin tempa.

Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas :

1) Bising yang mengganggu (Irritating noise).

Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu

keras, misalnya mendengkur.

2) Bising yang menutupi (Masking noise)

Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas,

secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan

keselamatan tenaga kerja , karena teriakan atau isyarat tanda bahaya

tenggelam dalam bising dari sumber lain.

81

Page 82: laporan jadi K3

3) Bising yang merusak (damaging/injurious noise)

Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang

Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi

pendengaran.

2.3. Tinjauan Tentang Penyebab Kebisingan

Penyebab timbulnya kebisingan dapat dibedakan (Atjo Wahyu,

2003), yaitu :

a) Bising yang ditimbulkan oleh Kemajuan Industri

Peningkatan mekanisasi akan mengakibatkan meningkatnya

tingkat kebisingan. Pembangunan modern di suatu industry untuk

meningkatkan produktifitas memberikan dampak terhadap tenaga

kerja oleh karena bunyi yang dihasilkan mesin dalam proses tersebut

akan berdampak tidak baik terhadap tenaga kerja. Salah satu dampak

yang diakibatkan oleh bunyi mesin produksi terhadap terhadap tenaga

kerja adalah menimbulkan bising di tempat kerja sehingga

mengganggu kenyamanan dalam bekerja, atau dapat juga

menyebabkan industry deafness, yaitu kebisingan tersebut dapat

mengakibatkan katulian atau berkurangnya pendengaran yang

disebabkan oleh kebisingan dimana tenaga kerja berada di dalam

lingnkungan yang bising.

b) Kemajuan Transportasi

82

Page 83: laporan jadi K3

Peningkatan lalu lintas darat, laut dan udara akan

meningkatkan sumber bising. Kemajuan transportasi tersebut meliputi

1. Jalan lalu lintas

Kemajuan sektor perhubungan darat banyak mengalami

peningkatan yang besar. Pada perhubungan darat alat transportasi

kendaraan bermotor merupakan sarana komunikasi yang cepat

antar daerah satu dengan daerah yang lainnya. Begitu banyaknya

jumlah kendaraan bermotor yang hilir mudik di jalan lalu lintas

tapi tidak diimbangi dengan pertambahan panjang jalan dari tahun

ke tahun. Maka makin dirasakan gangguan-gangguan akibat jalan

lalu lintas kendaraan bermotor, diantaranya adalah kebisingan

yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor. Tinngkat kebisingan

dari lalu lintas kendaraan bermotor berhubungan sekali dengan

arus lalu lintas dan tingkat kepadatan sehingga menimbulkan

kebisingan.

2. Lalu lintas udara

Kemajuan di bidang teknologi khususnya di bidang

pesawat terbang mengalami perubahan yang pesat. Suara yang

ditimbulkan dari pesawat atau dari mesin akan menimbulkan

kebisingan yang dapat menggau kesehatan bagi mereka yang

bertempat tinggal di sekitar Bandar udara. Apabila kecepatan

83

Page 84: laporan jadi K3

pesawat melebihi kecepatan bunyi maka pesawat seolah-olah

membentur dinding udara, oleh karena itu udara depan pesawat

tiba-tiba sempat berpisah-pisah menurut garis teratur. Akibat dari

benturan itu, timbullah gelombang “Shock” yang tidak lain dari

pada loncatan-loncatan perubahan tekanan, dan inilah yang

merambat dan sampai ketelinga, pesawat terdengar sebagai

ledakan dan ini disebut sonic boon.

c) Elektrifikasi pada pemukiman (Rumah Tangga)

Sumber kebisingan rumah tangga yang berasal dari AC,

unit pengolahan sampah atau tempat pembakaran sampah, kipas

angin, alat pembersih rumah tangga, pemotong rumput bertempur,

dan sebagainya. Peralatan tersebut sering digunakan dan

menimbulkan bising, akhirnya kita sebagai pengguna maupun

orang disekitar kita terpapar kebisingan yang bersumber dari

elektrifikasi rumah tangga tersebut.

d) Mekanisasi lain yang menimbulkan bising

Contoh : penambangan, pembuatan terowongan,

penggalian (peledakan, pengeboran), dan sebagainya.

e) Miscellaneours Source (sumber-sumber lainnya)

Terpisah dari kategori utama dari kebisingan yang sudah

diidentifikasi. Sumber-sumber lain misalnya : dari lapangan

84

Page 85: laporan jadi K3

olahraga, daerah wisata, mesin pemotong rumput, animal,

domestic dan alat-alat pertanian.

2.4. Tinjauan Tentang Dampak Kebisingan

Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising

dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis,

gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang

menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya

gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti

gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya

performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan

terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut:

1) Gangguan Fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu,

apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan

dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan

nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan

kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan

pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang

situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan

menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan

sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,

85

Page 86: laporan jadi K3

keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem

pencernaan dan keseimbangan elektrolit.

2) Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima

dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa

gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.

3) Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect

(bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan

kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan

cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan,

sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak

mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini

secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.

4) Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan

di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan

fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.

5) Efek pada pendengaran

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan

pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek

86

Page 87: laporan jadi K3

ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-

mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan

terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan

tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi

tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada

frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi

sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan

untuk percakapan.

2.5. Tinjauan Tentang Sumber-Sumber Kebisingan

Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap

mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak

bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan

industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat

pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan

dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Mesin

Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.

b. Vibrasi

Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan

akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian

mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan,

bearing, dan lain-lain.

c. Pergerakan udara, gas dan cairan

87

Page 88: laporan jadi K3

Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan

dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur

cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.

2.6. Tinjaun Tentang Nilai Mabang Batas Kebisingan

Sumber : KEPMENAKER NOMOR KEP.51/MEN/1999 TANGGAL 16 APRIL 1999

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Sound Level

Meter dan stopwatch.

88

Page 89: laporan jadi K3

3.2. Prinsip Percobaan

Alat ukur Sound Level Meter akan menangkap semua suara-suara

yang terdapat dalam ruangan baik itu in door maupun out door.

3.3. Prosedur Kerja

Pengukuran ini menggunakan alat Sound Level Meter. Alat ini

dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40 – 130 dB (A) pada

frekuensi antara 20 – 20.000 Hz. Sebelum melakukan pengukuran harus

melakukan counter map lokasi sumber saran dan sekitarnya. Kemudian,

pada waktu mengukuran, “Sound Lever Meter” dipasang pada ketinggian

± (140 – 150 m) atau setinggi telinga. Pengukuran dilakukan di dua lokasi

yaitu Ruang Laboratorium FKM UNHAS, dan di tepi jalan depan FKM

UNHAS. Pengukuran dilakukan selama 5 kali dalam range 30 detik untuk

setiap lokasi pengukuran.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Hasil

Pengukuran Setiap 30 detik

Hasil Pengukuran

Di ruangan Di tepi jalan depan

89

Page 90: laporan jadi K3

laboratorium FKM UNHAS1 92.2 70.32 90.7 70.93 91.6 72.44 91.1 71.35 89.0 71.0

Jumlah 454.6 355.9

Rata-Rata 90.92 71.18

a. Rata-rata intensitas kebisingan di dalam ruangan laboratorium

r=∑ Intensitas kebisingandi dalam ruangan

5

r=454.65

r=90.92 dB

b. Rata-rata intensitas kebisingan di tepi jalan depan FKM UNHAS

r=∑ Intensitas kebisingandiluar ruangan

5

r=355.95

r=71.18 dB

4.3. Pembahasan

Kebisingan merupakan penyakit akibat kerja yang mana data

merugikan kesehatan yang dapat berdampak pada gangguan pendengaran

dan bila terpapar dalam waktu yang lama akan menyebabkan ketulian.

90

Page 91: laporan jadi K3

Berdasarkan hasil dari pengukuran intensitas kebisingan dengan

menggunakan alat ukur Sound Level Mater , maka didapat nilai intensitas

kebisingan dari 2 lokasi yang telah ditentukan. Untuk lokasi di dalam

ruangan laboratorium, intensitas kebisingannya tercatat sebesar 90.92 dB.

Untuk lokasi di luar ruangan atau di tepi jalan depan FKM UNHAS

intensitas kebisingannya sebesar 71.18 dB.

Dari kedua hasil pengukuran intensitas kebisingan tersebut jika

dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas menurut PERMENAKER

NOMOR KEP.51/MEN/1999 tentang kebisingan pada lokasi diluar

ruangan berada dalam posisi normal yaitu dibawah 85 dB sedangkan pada

lokasi di dalam ruangan tidak dalam posisi normal yaitu melebihi 85 dB.

Nilai Ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang

dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari

atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja

adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat

diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang

tetap untuk waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40

jam seminggunya.

Jadi, dari nilai intensitas kebisingan tersebut baik di out door tidak

akan menimbulkan dampak baik bagi mahasiswa di FKM UNHAS karena

nilainya berada pada tingkat normal sedangkan di in door akan

menimbulkan kebisingan yang berdampak buruk bagi mahasiswa di FKM

91

Page 92: laporan jadi K3

UNHAS khususnya didalam laboratorium karena nilainya berada pada

tingkat diatas normal.

BAB V

PENUTUP

5.2. Kesimpulan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber

dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran.

92

Page 93: laporan jadi K3

Secara umum nilai intensitas kebisingan dari hasil pengukuran

dengan alat ukur Sound Level Meter, yaitu sebesar 90,92 dB di dalam

ruangan, dan 71,18 dB di tepi jalan depan FKM UNHAS. Hasil intensitas

kebisingan pada outdoor berada dalam tingkat normal sesuai dengan Nilai

Ambang Batas menurut PERMENAKER NOMOR KEP.51/MEN/1999

tentang kebisingan berada dalam posisi normal yaitu dibawah 85 dB.

Sedangkan pada indoor tidak berada dalam tingkat normal sesuai dengan

Nilai Ambang Batas tersebut akan waktu pemajanan yang di perbolehkan

sekitar ± 2 jam.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan di atas maka saran

yang kami ajukan yaitu diharapakan agar dapat mempertahankan intensitas

kebisingan saat ini pada outdoor sedangkan pada indoor diharapkan dapat

menimimkan intensitas kebisingan pada ruangan laboratorium sehingga

dapat meminimalisasi timbulnya dampak dari kebisingan yang berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2012. Penuntun Praktikum Kesehatan Mayarakat Dasar, diterbitkan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.

KEPMENAKER, 1999. (online) (www.google.com diakses pada tanggal 3 juli

2012)

93

Page 94: laporan jadi K3

Kesehatan Lingkungan, 2009. (online)

(http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/02/kes-ling-kebisingan di

akses pada tanggal 3 juli 2012)

Wahyu, atjo, 2003. Higiene Perusahaan. Ditebitkan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.

FOTO – FOTO DOKUMENTASI

94

Page 95: laporan jadi K3

Gambar. Sound Level Meter

95