Laporan IPA 1
description
Transcript of Laporan IPA 1
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM IPA 1
Identifikasi Asam dan Basa Dengan Berbagai Indikator
Oleh :
Kelompok 1
Muhammad Irma Sunu D 13312241042/C
Tika Nurcahyani 13312241047/C
Masrifatul Ngaisah 13312241050/C
Eka Septiyaningrum 13312241053/C
Nugraha Febrianta 13312241067/C
Annisa Nur Afifah 13312244033/C
PRODI PEDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMIPRAKTIKUM IPA 1
Identifikasi Asam dan Basa Dengan Berbagai Indikator
Disusun oleh:
Muhammad Irma Sunu D 13312241042/C
Tika Nurcahyani 13312241047/C
Masrifatul Ngaisah 13312241050/C
Eka Septiyaningrum 13312241053/C
Nugraha Febrianta 13312241067/C
Annisa Nur Afifah 13312244033/C
Laporan praktikum ini telah disetujui dan disahkan
Pada tanggal …, ……………. 2014
Oleh
Asisten Pembimbing Dosen Pembimbing
Purwanti Widhi M.Pd
NIP.
A. JUDUL
Identifikasi asam-basa dengan berbagai indikator.
B. TUJUAN
1. Mengidentifikasi larutan asam-basa dengan menggunakan indikator alami.
2. Mengidentifikasi larutan asam-basa dengan menggunakan indikator buatan.
3. Mengidentifikasi pH larutan asam-basa.
C. LATAR BELAKANG
Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita mengenal zat yang kita golongkan sebagai asam, misalnya
asam cuka, asam sitrun, asam jawa, dan lain-lain. Kita juga mengenal berbagai zat yang
bisa digolongkan sebgai basa, misalnya kapur sirih, kaustik soda, air sabun, dan lain.lain.
Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan dikelompokkan ke dalam tiga
golongan, yaitu bersifat asam, basa, dan netral. Meskipun asam dan basa mempunyai rasa
yang berbeda, tidaklah bijaksana untuk menunjukkan keasaman dan kebasaan dengan
cara mencicipinya, karena banyak diantaranya yang dapat merusak kulit atau bersifat
racun.
Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam atau basa, salah satunya dapat
menggunakan indikator asam-basa. Indikator asam- basa adalah zat yang mengalami
perubahan warna dalam larutan dengan sifat yang berbeda. Indikator asam-basa ada yang
berupa indikator alami dan indikator buatan.
D. DASAR TEORI
a. Asam
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum
merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan
pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat
memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima
pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam
reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan
dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Asam umumnya
berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa asam, terutama asam pekat, dapat
berbahaya dan tidak dianjurkan (Brandy, 1994).
Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang
sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda),
atau Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam.
Dalam kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam
yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis
(Brandy, 1994).
Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan
konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali
dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat
larut dalam air (Brandy, 1994).
Brønsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa.
Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugasi.
Brønsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat
yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius) (Brandy, 1994).
Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa.
Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak
mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi
Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat
menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari
orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari
asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan (Brandy, 1994).
NamaRumus
molekulTerdapat dalam
Asam asetat
Asam askorbat
Asam sitrat
Asam karbonat
CH3COOH
C6H8O6
C6H8O7
H2CO3
Cuka dapur
Jeruk, tomat, sayuran
Jeruk atau vitamin C
Minuman berkarbonasi
Asam klorida
Asam nitrat
Asam fosfat
Asam tartrat
Asam malat
Asam format
Asam laktat
Asam benzoat
HCl
HNO3
H3PO4
C4H6O6
C4H6O5
HCOOH
C3H6O3
C6H5COOH
Asam lambung
Pupuk
Deterjen, pupuk
Anggur
Apel
Sengatan lebah
Keju
Bahan pengawet makanan
Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:
Nilai pH < 7
Rasa : masam ketika dilarutkan dalam air.
Sentuhan : asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam
kuat.
Kereaktifan : asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap
logam.
Hantaran listrik : asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit.
b. Basa
Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam
pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di
alam, asam ditemukan dalam buah-buahan. Dalam kimia, istilah asam memiliki arti yang
lebih khusus (Brandy, 1994)..
Arrhenius : Basa merupakan suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion Hidroksida
[OH], bila dilarutkan dalam air mempunyai rasa pahit dan bersifat kaustik (Brandy, 1994)..
Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. Kostikmerupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. jadi kita
menggunakan nama kostik soda untuk natrium hidroksida (NaOH) dan kostik postas untuk
kalium hidroksida (KOH). Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan
basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan
dan konsentrasi larutan basa tersebut (Brandy, 1994)..
Reaksi: Kalsium Hidroksida + Asam Sulfat ————> Kalsium Sulfat + Air
Ca(OH)2 (aq) + H2SO4 ————> CaSO4(aq) + 2H2O
Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:
Nilai pH > 7
Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
Rasa : pahit
Sentuhan : licin (diakibatkan korosif lemak pada permukaan kulit)
Kereaktifan : Basa kuat bersifat Kostic (kulit terasa terbakar atau korosif oleh cairan
kimia)
Hantaran listrik: Larutan Basa pada air akan membentuk ion sehingga merupakan larutan
elektrolit
c. Indikator Asam dan Basa
Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa di gunakan adalah
indikator buatan dan indikator alami, Berikut ini penjelasan tentang indikator asam-basa
buatan dan indikator asam-basa alami.
1. Indikator Buatan
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium atau
pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari
lakmus merah dan lakmus biru, kertas lakmus kertas yang diberi senyawa kimia sehingga
akan menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan asan maupun basa.
Warna kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya. Perubahan warna yang
mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya orchein
(ekstrak lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus (Khopkar, 1990).
Lakmus adalah sejenis zat yang di peroleh dari jenis lumut kerak/liken (Rocella
tinctoria), suatu simbiosis jamur dan alga. Lakmus yang banyak digunakan dalam
laboratorium-laboratorium kimia sekarang ini tersedia dalam bentuk kertas. Sebagai
indikator asam-basa, lakmus memiliki beberapa kelebihan antara lain adalah sebagai berikut
(Khopkar, 1990):
Lakmus dapat berubah warnanya dengan cepat saat bereaksi dengan asam
maupun basa. Warna yang terjadi pada lakmus dapat terlihat jelas. Lakmus
akan berwarna merah dalam larutan asam dan akan berwarna biru dalam
larutan basa.
Lakmus sukar bereaksi dengan oksigen dalam udara bebas, sehingga dapat
bertahan lama.
Lakmus mudah di serap oleh kertas, sehingga di gunakan dalam bentuk kertas
lakmus (agar zat lebih mudah meresap)
Kertas lakmus jenisnya ada dua, yaitu kertas lakmus merah & kertas lakmus
biru.
Semua zat tergolong asam apabila :
lakmus biru berubah menjadi merah, atau
lakmus merah tidak berubah warna
Semua zat tergolong basa apabila :
lakmus merah menjadi biru, atau
lakmus biru tidak berubah warna
Indikator Asam Basa
Nama Indikator Dalam Basa Dalam Asam
Lakmus
Metil merah
Fenolftalen
Brom timol biru
biru
kuning
merah
biru
merah
merah
tak berwarna
kuning
Selain lakmus, dalam laboratorium kimia juga masih banyak lagi indikator asam-basa
buatan antara lain fenolftalen, metil merah dan brom timol biru. Fenolftalen dalam larutan
asam tetap (tak berubah warnanya), sedangkan dalam larutan basa berubah menjadi warna
merah. Metil merah dalam larutan asam berwarna merah sedangkan dalam larutan basa
berwarna kuning (Sudjana, 2007).
Indikator asam basa buatan: indikator yang dibuat di laboratorium, indikator buatan
ada yang berbentuk cair dan kertas.
Perubahan Warna dan rentang pH indikator buatan dalam larutan Asam dan Basa
Indikator Wujud Asam Basa Rentang pH
Lakmus Kertas Merah Biru 5,5 – 8,0
Metil jingga Cair Merah Kuning 3,1 – 4,4
Metil merah Cair Merah Kuning 4,4 – 6,2
Bromtimol biru Cair Kuning Biru 6,0 – 7,6
Fenolftalein CairTidak
berwarnaMerah 8,3 – 10,0
Baik indikator buatan maupun alami digunakan untuk mengindikasi (mengetahui) ada
tidaknya asam atau basa dalam sampel.
Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ektrak lamus yang berwarna biru ke dalam
kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya dikeringkandalam
udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas nlakmus biru.kertas lakmus biru pada larutan yang
bersifat basa akan tetap biru , karena orchein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi
dengan anion (OH-) (Khopkar, 1990).
Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas
lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya
menjadi merah (Khopkar, 1990).
Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam akan kembali terjadi. Apabila
kertas lakmus merah dimasukkan kedalam larutan yang bersifat asam, warnanya akan tetap
merah karena lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana asam. Sedangkan,
apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa, maka orchein yang
berwarna biru akan kembali terbentuk (Khopkar, 1990).
2. Indikator Alam
Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam
larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam pengujian
asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-
umbian, kulit buah, dan dedaunan. Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis
tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah
dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan
berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau (Vogel, 1985).
Indikator asam basa alami: indikator yang berasal dair bahan-bahan alami, cara
memperolehnya dengan mengekstrak.
Perubahan Warna dari Ekstrak Tanaman dalam Larutan Asam dan Basa
Ekstrak tanaman Warna asliPerubahan warna dlm
larutan asam
Perubahan warna
dlm larutan basa
Kubis merahUngu/merah
lembayungMerah muda Hijau
Bunga sepatu Merah tua Merah Kuning
Bunga mawar Merah muda Merah muda Hijau
Bayam merah Merah Merah muda Kuning
Geranium Merah Jingga tua/orange Kuning
Kunyit Jingga tua/orange Kuning Merah
Bunga pacar Jingga tua/orange Merah kuning
3. Membuat Indikator Asam-Basa Alami
Indikator asam-basa yang baik adalah zat warna yang memberi warna berbeda dalam
larutan asam dan larutan basa. Bagimanakah cara membuat indikator alami? Di bawah ini,
beberapa cara pembuatan indikator alami dengan menggunakan bunga sepatu, bunga
hidrangea, kol merah, kunyit, dan bayam merah (Vogel, 1985).
1. Cara pembuatan indikator alami dari bunga sepatu
Pilihlah beberapa helai mahkota bunga berwarna merah dari bunga sepatu.
Gerus dalam lumpang dengan sedikit air.
Saring ekstrak mahkota bunga merah tersebut.
2. Cara pembuatan indikator alami dari bunga Hidrangea
Pilihlah beberapa helai mahkota bunga Hidrangea
Gerus dalam lumpang dengan sedikit air.
Saring ekstrak mahkota bunga Hidrangea tersebut.
3. Cara pembuatan indikator alami dari kol merah
Haluskan sejumlah kol merah yang masih segar
Rebus selama 10 menit
Biarkan air kol merah menjadi dingin
Saring dalam toples besar
4. Cara pembuatan indikator alami dari kunyit
Parut kunyit yang telah dibersihkan
Saring ekstrak kunyit dengan alkohol menggunakan kain ke dalam mangkok
kecil
5. Cara pembuatan indikator alami dari bayam merah
Bayam merah diiris kecil-kecil, rendam dalam air suling yang sudah
dipanaskan,
Di tunggu sampai air berwarna ungu.
Saring dan diamkan dalam suhu ruang sampai dingin.
Indikator dapat disimpan dalam lemari es jika tidak digunakan
(Tim Pengajar, 2012)
E. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Tempat dan Waktu Praktikum:
Tempat : Laboratorium IPA-2 FMIPA UNY
Waktu : Rabu, 12 November 2014
Jam : 13.00-14.40
2. Bentuk kegiatan : Pengujian sifat asam basa
3. Alat dan Bahan :
I. Alat : Gunting, pipet, plat (lempeng) tetes,
II. Bahan : Lakmus merah dan biru, kertas indikator alami, larutan
A,B,C,D,E,F, G, dan H
4. Prosedur Kerja
Mulai menguji sifat asam dan basa dari tiap larutan dengan menggunakan kertas lakmus merah dan biru
Mengukur pH tiap larutan tersebut
Menguji lagi sifat asam dan basa tiap larutan, dengan menggunakan kertas indikator alami
Menetesi tiap lubang plat tetesdengan laruan A,B,C,D,E,F,G dan H menggunakan pipet
Menyiapkan alat dan bahan
Mencatat semua hasil pengamatan pada data hasil pengamatan
F. DATA HASIL PENGAMATAN
No.Nama
LarutanpH
Warna pada IndikatorLakmus Merah
Lakmus Biru
KunyitRhoeo
discolorSecang
1. A 1 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning
2. B 12 Biru Biru Merah Hijau Merah
3. C 3 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning
4. D 1 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning
5. E 9 Biru Biru Merah Hijau Merah
6. F 14 Biru Biru Merah Hijau Merah
7. G 1 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning
8. H 8 Merah Merah Kuning muda Hijau Kuning
Keterangan tambahan :
Terdapat degradasi warna pada perubahan warna indikator Rhoeo discolor. Contohnya pada larutan A, warna merah mudanya tidak terlalu nampak (+). Sedangkan pada larutan C, warna merah mudanya lebih terlihat daripada warna merah muda pada larutan A (++). Kemudaian pada larutan D, warna merah muda lebih terlihat jelas dari pada larutan C, sehingga bernilai (+++).
G. PEMBAHASAN
Percobaan IPA I mengenai indikator asam basa ini telah kami laksanakan pada hari
Rabu, tanggal 5 November, tahun 2014. Adapun tempat pelaksanaan percobaan ini adalah
ruang Laboratorium IPA II, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Yogyakarta.
Seperti yang terlihat pada judul percobaan, tujuan dari percobaan IPA I kali ini adalah
untuk mengenal berbagai macam indikator asam-basa, baik alami maupun buatan. Selain itu,
tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat larutan dengan pengujian
menggunakan indikator asam-basa, ditunjau dari perubahan warnanya. Lalu tujuan yang
terakhir adalah untuk mengetahui derajat keasaman berbagai macam larutan dengan
pengujian menggunakan indikator universal. Oleh karena itu, maka setelah melakukan
percobaan ini, praktikan (mahasiswa) diharapkan untuk dapat mengukur derajad keasaman
larutan tertentu, mengetahui sifat-sifat larutan dengan pengujian menggunakan indikator
alami dan buatan, serta mengetahui perubahan-perubahan warna yang menjadi indikasi suatu
sifat larutan.
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan untuk menunjang praktikum kali ini,
yaitu : Larutan A untuk diuji, larutan B untuk diuji, larutan C untuk diuji, larutan D untuk
diuji, larutan E untuk diuji, larutan F untuk diuji, larutan G untuk diuji, larutan H untuk
diuji, pipet tetes untuk mengambil larutan, kertas lakmus merah untuk menguji, kertas
lakmus biru untuk menguji, indikator universal untuk mengetahui derajad keasaman, kertas
indikator kunyit untuk menguji, kertas indikator secang untuk menguji, kertas indikator
Rhoeo discolor untuk menguji, tisu untuk mengeringkan larutan yang sudah tidak dipakai
supaya terhindar dari kontaminasi, kamera untuk mendokumentasikan percobaan, alat tulis
untuk mencatat data hasil percobaan, dan lumpang sebagai tempat larutan yang akan diuji
keasamannya.
Gambar kertas lakmus merah
Sumber : http://prodiipa.wordpress.com
Gambar kertas lakmus biru
Sumber : http://prodiipa.wordpress.com
Sebelum melakukan percobaan tersebut, peralatan yang hendak digunakan dibersihkan
terlebih dahulu. Apabila masih ada air ataupun larutan sisa dari percobaan sebelumnya,
maka harus dikeringkan supaya tidak menimbulkan kontaminasi pada bahan yang akan diuji.
Bahan-bahan yang diperlukan terlebih dahulu disediakan. Kertas indikator alami yang
digunakan dalam percobaan ini merupakan kertas indikator yang telah dibuat pada
percobaan sebelumnya. Sebagian dari kertas indikator tersebut terdapat bercak-bercak hitam.
Bercak-bercak hitam tersebut merupakan spora dari jamur. Tumbuhnya jamur pada kertas
indikator alami tersebut disebabkan karena penyimpanan maupun pengeringan yang belum
sesuai dan benar (belum benar-benar karing). Seperti yang dikatakan pada literatur bahwa
jamur tumbuh pada tempat-tempat lembab. Oleh karena itu, jelas sekali bahwa penyebab
tumbuhnya jamur tersebut adalah H2O dari ekstrak bahan-bahan alami yang belum benar-
benar hilang (terevaporasi) dari kertas, sehingga membuat suasana lingkungan menjadi
lembab. Bercak yang berwarna hitam itu sendiri menunjukkan bahwa jamur yang tumbuh
pada kertas indikator asam-basa sudah membentuk organ berupa sorus yang telah matang di
mana terdapat banyak sekali spora di dalamnya untuk bereproduksi. Bila dibiarkan,
dimungkinkan jamur tersebut semakin bertambah banyak berada pada kertas indikator
karena spora-spora yang telah matang tersebut akan menempel pada bagian kertas lain dan
tumbuh sebagai protonema.
Gambar jamur pada kertas indikatorSumber : dokomen praktikan
Gambar jamur dan spora yang diperbesar serta bagiannyaSumber : uad.ac.id
Kertas yang ditumbuhi jamur tersebut tentu saja tidak layak digunakan sebagai
indikator pengujian sifat larutan karena selain tidak dapat menunjukkan perubahan warna
(tertutup jamur dan hilang diserap jamur sebagai sumber nitrisi), juga dimungkinkan akan
menimbulkan kontaminasi pada larutan ketika dicelupkan pada larutan, sehingga hasil
perubahan warna (hasil percobaan) menjadi tidak valid. Dikatakan dapat menimbulkan
kontaminasi karena zat-zat jamur yang berada pada kertas akan larut pada larutan uji (yang
bersifat cairan) dan dapat juga membentuk campuran homogen dengan larutan uji. Oleh
karena itu, dalam pengujian praktikan menggunakan kertas indikator alami lain yang tidak
ditumbuhi oleh jamur.
Setelah memastikan kelayakan alat dan bahan percobaan untuk digunakan,
selanjutnya praktikan mengambil berbagai macam larutan (larutan A, B, C, D, E, F, G, dan
larutan H) yang belum diketahui sifat dan jenis larutannya pada plat tetes kaks dengan
menggunakan pipet tetes. Pada plat tetes kaks tersebut terdapat dua belas cekungan. Oleh
karena dalam pengujian digunakan beberapa indikator kertas (kertas lakmus merah, kertas
lakmus biru, kertas indikator kunyit, kertas indikator Rhoeo discolor, kertas indikator
secang, dan pH stick sebagai indikator universal), maka setiap tiga cekungan praktikan isi
dengan larutan yang sama. Sehingga setiap pengambilan larutan hanya dapat memuat empat
jenis larutan (pada percobaan pertama larutan A, B, C, dan larutan D), lalu pada percobaan
yang ke dua menggunakan empat jenis larutan berbeda (larutan E, F, G, dan larutan H).
Gambar indikator universal (pH stick)
Sumber :www.amazon.com
Pada pengambilan setiap jenis larutan tersebut tentu saja tidak cukup satu kali, karena
ada enam jenis alat pengujian. Setiap bahan penguji hanya digunakan untuk menguji satu
jenis larutan pada sebuah cekungan plat tetes kaks (untuk menghindari kontaminasi bahan
pada larutan). Sehingga praktikan harus mengambil masing-masing larutan sebanyak dua
kali, dengan setiap pengambilan ditempatkan pada tiga cekungan plat tetes kaks. Pada
pengambilan pertama dilakukan pengujian dengan menggunakan kertas lakmus merah,
kertas lakmus biru, dan menggunakan indikator universal berupa pH stick. Kemudian pada
pengambilan yang ke dua, praktikan melakukan pengujian dengan menggunakan kertas
indikator kunyit, kertas indikator Rhoeo discolor, dan kertas indikator secang. Kertas
indikator kunyit berwarna kuning, kertas indikator secang berwarna merah, sedangkan kertas
indikator daun Rhoeo discolor berwarna hijau.
Gambar kertas indikator kunyitSumber : dokumen praktikan
Gambar kertas indikator Rhoeo discolorSumber : dokumen praktikan
Gambar kertas indikator secangSumber : dokumen praktikan
Pengujian larutan dengan berbagai macam indikator tersebut praktikan lakukan
dengan cara memasukkan (merendam) kertas indikator yang telah terlebih dahulu dipotong
kecil-kecil ke dalam larutan. Khusus untuk pH stick (indikator asam-basa universal), tidak
dilakukan pemotongan, akan tetapi hanya dilakukan perendaman di dalam larutan. pH stick
yang direndam di dalam larutan akan mengalami perubahan warna. Melalui perubahan
warna tersebutlah pH dari suatu larutan dapat diketahui melalui penyesuaian dengan gradasi
warna (tercantum pada kertas yang terdapat dalam kotak pH stick). Setelah warna yang
dicari pada kertas kotak pH sesuai dengan pH stick, maka secara otomatis pH suatu larutan
diketahui. pH larutan yang telah diketahui tersebut lantas dicatat oleh praktikan di dalam
tabel data hasil pengamatan.
Setelah praktikan memperoleh data pH dan perubahan-perubahan warna dari indikator
kertas lakmus larutan-larutan tersebut, praktikan lantas mengeringkan plat tetes kaks dengan
menggunakan tisu. Setelah plat tetes kaks sudah benar-benar kering, praktikan lantas
mengisi cekungan-cekungan pada plat tetes kaks tersebut dengan menggunakan larutan yang
sama lagi (larutan A, B, C, dan larutan D). Dalam pengambilannya, masing-masing larutan
menggunakan pipet tetes tersendiri agar kinerja menjadi lebih efisien (tidak harus mencuci
pipet ketika mengambil larutan lain).
Gambar plat tetes Sumber : www.jenjet.com
Pada pengambilan larutan yang ke-2 ini, praktikan melakukan pengujian sifat larutan
dengan menggunakan kertas indikator alami kunyit, kertas indikator alami daun Rhoeo
discolor, dan kertas indikator alami secang. Karena ukuran kertas indikator tersebut cukup
lebar (3 x 0,5 cm), sedangkan ukuran cekungan plat tetes kaks kurang lebih hanya
berdiameter 1,5 cm, maka kertas-kertas indikator tersebut terlebih dahulu dipotong oleh
praktikan (agar ukurannya menjadi lebih kecil, sehingga muat untuk dimasukkan ke dalam
cekungan plat tetes kaks yang berisi larutan). Ketika kertas indikator tersebut dimasukkan ke
dalam larutan dalam plat tetes kaks, terdapat perubahan-perubahan warna. Perubahan warna
tersebut misalnya pada kertas indikator kunyit, yang semula berwarna kuning, ada yang
berubah warna menjadi merah, ada juga yang berubah warna menjadi kuning jernih.
Kemudian pada kertas indikator Rhoeo discolor, yang semula berwarna hijau muda, ada
yang berubah warna menjadi kuning muda, ada pula yang berubah warna menjadi hijau
muda (lebih transparan darisebelumnya). Lalu pada kertas indikator secang yang semula
berwarna merah, berubah warna menjadi kuning dan ada juga yang tetap berwarna merah,
hanya saja intensitas warnanya berkurang.
Setelah mengetahui perubahan-perubahan warna pada kertas indikator dan
mencatatnya pada tabel data hasil pengamatan, selanjutnya praktikan kembali mengeringkan
plat tetes kaks menggunakan tisu untuk diganti dengan larutan yang lain (larutan E, F, G,
dan larutan H). Dalam pengujian larutan-larutan tersebut langkah-langkah yang digunakan
sama dengan langkah-langkah pada pengujian larutan A, B, C, dan larutan D, hanya saja
jenis larutannya yang berbeda. Setelah dilakukan pengujian pada semua larutan yang
tersedia (larutan A, B, C, D, E, F, G, dan larutan H), praktikan lantas membersihkan semua
peralatan yang digunakan, termasuk plat tetes.
Berdasarkan literatur yang praktikan peroleh, kertas lakmus merah tidak akan
mengalami perubahan warna ketika dimasukkan ke dalam zat/ larutan yang bersifat asam,
dan akan berubah warna menjadi biru ketika dimasukkan ke dalam zat/ larutan yang bersifat
basa. Sedangkan kertas lakmus biru tidak akan mengalami perubahan warna ketika
dimasukkan ke dalam zat/ larutan yang bersifat basa, dan akan mengalami perubahan warna
menjadi merah ketika dimasukkan ke dalam zat/ larutan yang bersifat asam (Salirawati, dkk,
2007 : 195). Lakmus adalah asam lemah yang memiliki molekul rumit, sehingga sering
disederhanakan menjadi HLit. “H” merupakan proton yang dapat didonorkan, sedangkan
“Lit” merupakan molekul asam lemah. Berikut merupakan gambaran terjadinya perbedaan
warna pada lakmus (lakmus biru dan lakmus merah) :
Suatu zat/ larutan sendiri bersifat asam jika konsentrasi ion H+ lebih besar dari pada
konsentrasi ion OH- di dalam larutan tersebut. Sebaliknya, suatu zat dikatakan basa apabila
konsentrasi ion OH- lebih besar daripada konsentrasi ion H+ di dalam larutan tersebut.
Dengan kata lain zat asam bila dimasukkan ke dalam air akan meningkatkan ion H+ dan
mengurangi ion OH-, sedangkan zat basa akan meningkatkan ion OH- dan mengurangi ion
H+.
Pada percobaan yang praktikan lakukan, larutan A tidak mengubah warna kertas
lakmus merah, tetapi memerahkan kertas lakmus biru. Oleh karena hal tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa larutan A memiliki sifat asam. Sifat asam pada larutan A tersebut
diperkuat dengan hasil pengukuran pH dengan menggunakan indikator asam-basa universal
(pH stick) yang menunjukkan hasil pH = 1. Hasil pengukuran pH pada larutan A tersebut
sama dengan hasil pengukuran pH pada larutan D dan larutan G (bernilai 1). Hasil
perubahan warna indikator (kertas lakmusnya pun sama), yaitu kertas lakmus biru berubah
warna menjadi merah, sedangkan kertas lakmus merah tetap (tidak berubah). Oleh karena
itu, sesuai dengan literatur dan kajian teori, dapat disimpulkan bahwa larutan A, D, dan G
bersifat asam.
Kemudian pada larutan B, E, F, dan larutan H, kertas lakmus merah berubah warna
menjadi biru, sedangkan kertas lakmus biru yang dimasukkan ke dalam larutan tidak
berubah warna. Oleh karena hal tesebut, dapat disimpulkan bahwa larutan B, E, F, dan
larutan H merupakan larutan yang bersifat basa. Hal tersebut diperkuat dengan hasil
pengukuran pH menggunakan pH stick (indikator universal) yang menunjukkan angka 12
(untuk larutan B), 9 (untuk larutan E), 14 (untuk larutan F), dan 8 (untuk larutan H).
Kertas indikator lakmus tersebut dapat mengalami perubahan (perbedaan warna)
karena dipengaruhi oleh pH larutan. Menurut literatur, pH (power of hydrogen) sendiri
adalah derajad keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan, di mana bergantung pada ion H+ pada larutan
tersebut. Perubahan warna pada kertas lakmus ketika dimasukkan ke dalam suatu larutan
disebabkan karena adanya orchein (ekstrak lichenes/ lumut kerak). Terlihat dari namanya,
kertas lakmus (kertas) terbuat dari senyawa organik dengan rumus kimia (C6H10O5)n yang
banyak terdapat dalam jaringan penguat tumbuhan (biasa disebut dengan selulosa).
Gambaran ikatan kimia selulosaSumber : kimia.upi.edu
Gambaran sel kolenkim yang mengalami penebalan dari selulosaSumber : Biologi Sel, 2000
Menurut literatur, dalam pembuatannya sendiri, lumut kerak yang bertanggung jawab
atas perubahan warna pada kertas lakmus harus dicampurkan dengan kapur terlebih dahulu
sebelum “ditanamkan” dalam kertas. Adapun keuntungan penggunaan dari kertas lakmus
untuk mengetahui sifat larutan, yaitu :
1. Lakmus dapat berubah warna dengan cepat saat bereaksi dengan asam maupun
basa.
2. Lakmus sukar bereaksi dengan oksigen dalam udara, sehingga dapat bertahan
relatif lama.
3. Lakmus mudah diserap oleh kertas, sehingga dapat digunakan dalam bentuk kertas
(kertas lakmus).
Menurut literatur yang praktikan peroleh, indikator alami kunyit akan berubah warna
menjadi pekat (kuning pekat/ jingga) atau merah ketika dimasukkan ke dalam zat/ larutan
yang bersifat basa, dan akan berubah warna menjadi kuning cerah/ pudar ketika dimasukkan
ke dalam zat ataupun larutan yang bersifat asam. Kemudian untuk indikator alami kayu
secang (Caesalpinia sappan) akan berubah warna menjadi kuning ketika dimasukkan ke
dalam larutan yang bersifat asam, dan akan berwarna merah ketika dimasukkan ke dalam
larutan yang bersifat basa. Sedangkan indikator alami daun Rhoeo discolor yang memiliki
warna ungu dari antosianin, akan berubah warna menjadi merah muda ketika dalam suasana
asam, dan berubah warna menjadi hijau ketika di dalam suasana basa.
Warna merah yang dihasilkan oleh kayu secang merupakan komposit brazilin yang
terdiri dari senyawa brazilin, brazilein, dan 3’-O-metilbrazilin. Brazilin (C16H14O5) adalah
zat warna merah dari kayu secang yang terbentuk pada ekstrak cair pada suasana pH netral.
Lalu pada kunyit, zat warna dihasilkan oleh kurkumin. Kurkumin merupakan kristal
berwarna kuning orange, tidak larut dalam ether, tetapi larut dalam minyak. Dalam alkali
berwarna merah kecoklatan, sedangkan dalam asam berwarna kuning muda (Nugroho. 1998
). Kurkumin merupakan zat warna yang secara biogenesis berasal dari fenil alanin, asam
malonat dan asam sitrat (Stalt, E., 1985). Kurkumin memberikan perubahan warna yang
jelas dan cepat yaitu kurang dari 5 detik. Adapun daftar perubahan warna terhadap pH dari
indikator alami kertas kunyit adalah sebagai berikut :
pH larutan Warna
4,5 Kuning muda pucat
6,7 Kuning
7,2 Kuning merah
7,5 Kuning merah coklat
8 Kuning coklat
8,3 Kuning coklat
8,5 Kuning coklat
9,7 Coklat kemerahan
9,9 Coklat
Sumber :Kusmopradono, 1990
Pada larutan A, C, D, dan larutan G, kertas indikator kunyit berubah warna menjadi
kuning muda. Susuai dengan literatur, hal tersebut mengindikasikan bahwa larutan A, C, D,
dan G bersifat asam. Sifat larutan yang bersifat asam tersebut terbukti dengan hasil
pengukuran pH dengan menggunakan pH stick, yaitu 1 untuk larutan A, D, dan G, dan 3
untuk larutan C. Dari hasil percobaan menggunakan indikator Rhoeo discolor dan secang
pun sifat yang dimiliki oleh larutan A, C, D, dan larutan G tetap sama (bersifat asam).
Dibuktikan dari perubahan warna indikator secang menjadi kuning dan warna indikator daun
Rhoeo discolor menjadi merah muda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sifat larutan A, C,
D, dan G yang bersifat asam adalah benar karena berdasarkan lima buah indikator (lakmus
merah, lakmus biru, kertas indikator kunyit, kertas indikator secang, dan kertas indikator
daun Rhoeo discolor), semuanya menunjukkan perubahan warna yang mengindikasikan
suatu larutan bersifat asam. Diperkuat dengan hasil pengukuran pH menggunakan indikator
universal (pH stick) yang menunjukkan bahwa pH larutan A, C, D, dan G berada di bawah
angka 7 (1 untuk larutan A, D, dan G, dan 3 untuk larutan C).
Kemudian untuk larutan B, larutan E, larutan F ketika diuji dengan menggunakan
indikator kertas kunyit dan indikator kertas secang, serta indikator kertas Rhoeo discolor
mengindikasikan sifat larutan basa. Hal tersebut dikarenakan sesuai dengan teori yang
praktikan peroleh, indikator kunyit akan berubah warna menjadi jingga/ merah ketika
dimasukkan ke dalam larutan yang bersifat basa. Indikator secang akan berubah warna
menjadi merah ketika dalam suasana basa (ketika dimasukkan dalam larutan yang bersifat
basa), dan indikator kertas Rhoeo discolor akan berubah warna menjadi hijau ketika
dimasukkan ke dalam larutan yang bersifat basa (berada dalam lingkungan yang bersifat
basa). Dalam percobaan, ketiga larutan tersebut (larutan B, larutan E, dan larutan F)
mengubah warna kertas indikator kunyit menjadi merah, kertas indikator secang menjadi
merah, dan kertas indikator Rhoeo discolor menjadi hijau. Sifat basa dari pengujian larutan
tersebut diperkuat dengan hasil pengukuran pH larutan yang bernilai lebih dari tujuh (12
untuk larutan B, 9 untuk larutan E, dan 14 untuk larutan F).
Dalam melakukan pengujian menggunakan indikator kertas daun Rhoeo discolor,
perubahan warna kertas indikator menjadi hijau tidaklah sama (tidak memiliki intensitas
kecerahan warna yang sama/ terjadi gradasi). Hal tersebut dapat dikaitkan/ dibandingkan/
dibuktikan dengan melihat warna-warna larutan ekstrak daun Rhoeo discolor pada berbagai
tingkat keasaman :
Gambaran gradasi warna ekstrak daun Rhoeo discolorSumber : Regina Tutik P., 2011 : 231
Semakin tinggi tingkat derajad keasamannya, maka semakin pekat/ jelas pula warna
yang dihasilkan. Hal tersebut juga terjadi pada kertas indikator yang praktikan gunakan.
Hanya saja pada suasana asam, tidak terdapat tingkatan-tingkatan warna/ gradasi warna
merah walaupun dalam pH yang berbeda (warna merah muda dilihat dengan mata memiliki
intensitas yang sama). Gradasi warna baru muncul ketika kertas indikator daun Rhoeo
discolor tersebut berada dalam suasana basa (warna hijau yang dihasilkan memiliki
intensitas yang berbeda). Pada larutan F (pH 14), warna hijau yang dihasilkan oleh kertas
indikator lebih pekat daripada warna hijau yang dihasilkan pada larutan B dan E. Pada
larutan E (pH 9), warna hijau yang dihasilkan oleh kertas indikator tidak sepekat warna hijau
yang dihasilkan indikator pada larutan B (pH 12) (warna hijau pada indikator yang
dimasukkan ke dalam larutan B lebih pekat daripada warna hijau pada indikator yang
dimasukkan ke dalam larutan E). Hal tersebut tentu saja disebabkan karena perbedaan pH
pada masing-masing larutan. Semakin tinggi pH larutan, maka semakin pekat warna yang
dihasilkan.
Pada percobaan kali ini praktikan menemukan data yang “rancu/ aneh/ ganjil”, pada
pengujian sifat larutan H. Data tersebut dikatakan aneh kerena pada saat dilakukan
pengukuran pH dengan menggunkan indikator universal (berupa pH stick), diperoleh angka
8, yang mana angka tersebut mengindikasikan bahwa larutan H bersifat basa. Selain itu,
ketika diuji menggunakan indikator kertas Rhoeo discolor terjadi perubahan warna kertas
menjadi hijau. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa larutan H bersifat basa.
Akan tetapi, ketika dilakukan pengujian sifat larutan dengan menggunakan indikator
kertas lakmus, larutan H tersebut mengindikasikan sifat asam (tidak mengubah warna kertas
lakmus merah dan mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah). Lalu dari
pengujian-pengujian menggunakan indikator kertas kunyit dan indikator kertas secang
perubahan warna yang dihasilkan mengindikasikan bahwa larutan H bersifat asam (indikator
kertas kunyit berubah warna menjadi kuning muda, sedangkan indikator kertas secang
berubah warna menjadi kuning). Oleh karena itu, sifat larutan H belum dapat diketahui dan
ditetapkan secara pasti oleh praktikan.
H. KESIMPULAN
No.Nama
LarutanpH
Warna pada IndikatorLakmus Merah
Lakmus Biru
KunyitRhoeo
discolorSecang
1. A 1 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning
2. B 12 Biru Biru Merah Hijau Merah
3. C 3 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning
4. D 1 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning
5. E 9 Biru Biru Merah Hijau Merah
6. F 14 Biru Biru Merah Hijau Merah
7. G 1 Merah Merah Kuning muda Merah muda Kuning
8. H 8 Merah Merah Kuning muda Hijau Kuning
1. Larutan asam dan basa yang teridentifikasi dengan indikator alami adalah
a. Larutan Asam
Larutan A, Larutan C, Larutan D dan Larutan G. Pada larutan A, C, D, dan larutan G,
kertas indikator kunyit berubah warna menjadi kuning muda. Indikator Rhoeo
discolor dan secang pun sifat yang dimiliki oleh larutan A, C, D, dan larutan G tetap
sama (bersifat asam). Dibuktikan dari perubahan warna indikator secang menjadi
kuning dan warna indikator daun Rhoeo discolor menjadi merah muda. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sifat larutan A, C, D, dan G yang bersifat asam.
b. Basa
Larutan B, Larutan E dan Larutan F. Ketiga larutan tersebut (larutan B, larutan E, dan
larutan F) mengubah warna kertas indikator kunyit menjadi merah, kertas indikator
secang menjadi merah, dan kertas indikator Rhoeo discolor menjadi hijau.
2. Larutan asam dan basa dengan menggunakan indikator buatan
a. Asam
Larutan A, Larutan C, Larutan D, Larutan G dan Larutan H. Hal ini karena larutan
tersebut mengubah lakmus biru menjadi merah, sehingga tergolong larutan asam.
b. Basa
Larutan B, Larutan E, dan Larutan F. Hal ini karena larutan ersebut dapa mengubah
lakmus merah menjadi biru, sehingga larutan tersebut tergolong dalam larutan basa.
3. Ph larutan asam dan basa
a. Asam
Ph Larutan A 1, Ph larutan C 3, Ph larutan D 1 dan Ph larutan G 1
b. Basa
Ph laruan B 12, Ph larutan E 9, dan Ph larutan F 14.
DAFTAR PUSTAKA
Brandy,JE.-Putjatmaka & Sumina (1994).Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta:
Erlangga.
Khopkar, S.M. (1990). Konsep Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia
Kusumopradono. 1990. Perubahan Warna Kurkumin pada Berbagai pH, Laporan
Penelitian Laboratorium Proses, Universitas Diponegoro
Nugroho, N.A. 1998. Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit, hal. 3, 4, 40-41, PT
Trubus Agriwidya, Ungaran.
Salirawati, dkk. 2007. Kimia. Jakarta : Grasindo
Stahl, E. 1985. Analisa Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, hal. 3-18, 190-191,
Institut Teknologi Bandung
Sudjana, Atep. et.al. (2007). Konsep Dasar Kimia. Bandung: UPI Press.
Tim Pengajar, (2012). Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. Palu: UNTAD.
Vogel. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro danSemimakro. Jakarta :
PT Kalman Media Pusakan
Lampiran
Gambar 1 Indikator Kunyit Gambar 2 Indikator kayu secang
Gambar 3 Indikator Rhoeo discolor