Laporan Hepatitis
-
Upload
bungachristyprabowoii -
Category
Documents
-
view
18 -
download
1
description
Transcript of Laporan Hepatitis
LAPORAN PBL SISTEM PENCERNAAN
“HEPATITIS”
DISUSUN OLEH :
1. Agri Surya Riantama (1302007)
2. Amanda Dea Azaria (1302011)
3. Anggraini Ninda Puspitasari (1302013)
4. Bunga Christy (1302024)
5. Edo Pangamiano (13020…..)
6. Hilaria Windy Sastifera (1302053)
7. Novita Dwi Ardiyani (1202106)
8. Sabinus Pamrasjantoko (1302108)
9. Santa Isana .P (1302109)
10. Selly Ruth D. Br Sidabalok (1302110)
11. Yuni Kartika Sari (1302144)
12. Yusi Eka Pratiwi (1302146)
13. Tri Jayantie (100xxxx)
STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2013 – 2014
HEPATITIS
TEORI MEDIS
A. Definisi
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar
terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol. (Ester monika, 2002 :
93).
Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hepatitis virus
adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta
seluler yang khas. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)
B. Anatomi Fisiologi
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr, atau
2,5% berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ plastis lunak yang
tercetak oleh struktur sekitarnya. Permukaan superior adalah cembung dan terletak di
bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati adalah cekung
dan merupakan atap ginjal kanan, lambung, pankreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus
utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh
fissura segmentalis kanan yang tidak terlihat di luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen
medial dan lateral oleh ligamentum falsiforme yang dapat dilihat dari luar. Ligamentum
falsiforme berjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen. Permukaan hati
diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang
melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan lipatan
peritoneum membantu menyokong hati. Dibawah peritoneum terdapat jaringan
penyambung padat yang dinamakan kapsul glisson, yang meliputi seluruh permukaan
organ ; kapsula ini pada hilus atau porta hepatis di permukaan inferior, melanjutkan diri
ke dalam massa hati, membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika,
dan saluran empedu.
Struktur mikroskopik :
Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang dinamakan lobulus, yang
merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ (gambar). Setiap lobulus merupakan
badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati yang berbentuk kubus,
tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-
kapiler yang dinamakan sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika.
Tidak seperti kapiler lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel kuffer. Sel kuffer
merupakan sistem monosit-makrofag yang lebih banyak daripada yang terdapat dalam
hati, jadi hati merupakan salah satu organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi
bakteri dan agen toksik. Selain cabang-cabang vena porta dan arteria hepatica yang
melingkari bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang sangat kecil
yang dinamakan kanalikuli (tidak tampak), berjalan di tengah-tengah lempengan sel hati.
Empedu yang dibentuk dalam hepatosit dieksresi ke dalam kanalikuli yang bersatu
membentuk saluran empedu yang makin lama makin besar, hingga menjadi saluran
empedu yang besar (duktus koledokus).
Vena porta menerima aliran darah dari saluran limpa dan pankreas. Darah vena porta ini
berbeda dengan darah vena lain karena :
- Tekanan sedikit lebih tinggi.
- Oksigen lebih tinggi, karena aliran darah di daerah splanknikus ini relatif lebih
banyak.
- Mengandung lebih banyak zat makanan.
- Mengandung lebih banyak sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan.
Volume total darah yang melalui hati 100 – 1500 ml tiap menit dan dialirkan melalui
vena hepatica kanan dan kiri yang mengosongkannya ke vena kava inverior.
C. Etiologi
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan
insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
1. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis :
a) Hepatitis A (HAV)
b) Hepatitis B (HBV)
c) Hepatitis C (HCV)
d) Hepatitis D (HDV)
e) Hepatitis E (HEV)
Semua jenis virus tsb merupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B yang merupakan
virus DNA
2. Hepatitis non virus yaitu :
a) Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
b) Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis
akut.
c) Bahan Beracun (Hepatotoksik)
d) Akibat Penyakit lain (Reactive Hepatitis)
D. Epidemiologi :
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga
ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis
menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang
meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia sekitar
10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi,
kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak
menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi
penting.
E. Klasifikasi
1. Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-
fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan
infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh
berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis.
Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
2. Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau
hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi
darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat
yang terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan,
pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil yang
terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien
hemodialisa. Masa inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul
gejala klinis.
3. Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi
hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan
cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang
paling sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, individu yang menerima produk
darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan dan keamanan
masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.
4. Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah.
Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi
kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai
HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi
adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi hanya
individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui secara
pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati,
dan kematian
5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan
tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau
perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling
sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
6. Kemungkinan hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum
sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis
G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau
C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui
transfusi darah jarum suntik.
F. Patofisiologi
Yaitu perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai virus
yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran basar dan berwarna
normal, namun kadang-kadang ada edema, membesar dan pada palpasi “terasa nyeri di
tepian”. Secara histologi. Terjadi kekacauan susunan hepatoselular, cedera dan nekrosis
sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan periportal. Perubahan ini bersifat
reversibel sempurna, bila fase akut penyakit mereda. Namun pada beberapa kasus
nekrosis, nekrosissubmasif atau masif dapat menyebabkan gagal hati fulminan dan
kematian (Price dan Daniel, 2005: 485).
G. Manifestasi klinis
Terdapat tiga stadium :
a. Stadium pre ikterik
Berlangsung selama 4 – 7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual,
muntah, demam, nyeri otot, dan nyeri perut kanan atas, urine lebih coklat.
b. Stadium ikterik
Berlangsung selama 3 – 6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sclera, kemudian
pada kulit seluruh tubuh. Keluhan berkurang tetapi pasien masih lemah, anoreksia
dan muntah, tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda, hati membesar dan
nyeri tekan.
c. Stadium pasca ikterik (rekonvalensensi)
Ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-
anak lebih cepat daripada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua. Karena
penyebab yang biasa berbeda.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan laboratorium untuk deteksi hepatitis Pemeriksaan laboratorium
pada pasien yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk memastikan diagnosis,
mengetahui penyebab hepatitis dan menilai fungsi organ hati (liver). Pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi hepatitis terdiri dari atas tes serologi dan tes biokimia
hati,diantaranya:
Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan
nilai untuk membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai
dua minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun
Pemeriksaan darah lengkap : Leucopenia, trombositopenia mungkin ada
(splenomegali), lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, Albumin serum : menurun dan
sel plasma
Fesses : warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
Anti-HAV IGM : Positif pada tipe A
HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan
diagnostic sebelum terjadi gejala kinik
Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
Biopsi hati : menentukan diagnosis dan luasnya nekrosis
Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim
Urinalisa : peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi
I. Penatalaksanaana. Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran
yang lazim.b. Diet TKTP, pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila
pasien terus-menerus muntah.
c. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati
kembali normal.
d. Terapi sesuai instruksi dokter.
e. Jaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
f. Alat-alat makan disterilkan.
g. Alat-alat tenun sebelum dicuci direndam dahulu dengan antis
J. KomplikasiSirosis dan Kanker Hati Di antara semua jenis virus ini, virus hepatitis B dan C
merupakan penyebab infeksi hati menahun (kronik) dan dapat berakhir pada sebagai tempat berkembang biak. Ketika tubuh menyerang virus ini dengan mengirim limfosit (sejenis sel darah putih) ke hati, terjadilah peradangan. Peradangan ini adalah respons yang normal terhadap infeksi.
Namun, b i l a ha l i t u t e ru s be r l angsung , z a t - za t k imia yang d ike lua rkan l imfos i t dapa t menyebabkan kerusakan sel hati. Jika sel hati rusak, maka tidak dapat berfungsi dengan baik dan mati.
Beberapa dari sel hati ini dapat tumbuh kembali, tetapi perusakan yang parah dapat berakibat pada terjadinya fibrosis (terbentuknya jaringan parut pada hati). Fibrosis menyebabkan kemunduran semua fungsi hati .
Bila diteruskan, jaringan parut akan mengeras dan menggantikan sebagian be sa r s e l ha t i yang no rma l . Kond i s i i n i d i s ebu t s i r o s i s—is t i l ah med i s un tuk pengerasan hati.
Bila seseorang mengalami sirosis, itu berarti bahwa sebagian b e s a r h a t i n y a t e l a h r u s a k d a n t i d a k b i s a b e r f u n g s i l a g i d e n g a n n o r m a l . Sirosis bisa sangat berbahaya bila tidak ditangani dengan benar dan bias t i dak t e rde t eks i h ingga be r t ahun t ahun l amanya . Sebag i an be sa r o r ang yang t e r i n f eks i hepa t i t i s t i dak menun jukkan ge j a l a s eh ingga d i s ebu t s ebaga i s i l en t disease. Padahal, jika tidak ditangani dengan baik, sekitar 15-20 tahun mendatang b i s a menyebabkan ke l a inan ha t i s e r i u s s epe r t i s i r o s i s dan j uga kanke r ha t i . Sebagian besar penderita hepatitis baru mengetahui jika dirinya terinfeksi saat melakukan pemeriksaan kesehatan (medical chek up) atau saat mau donor darah.
K. Pencegahan
Karena terbatasnya pengobatan hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan pada
pencegahan diataranya sebagai berikut :
a. Kini tersedia globulin imun HBV tertinggi (HBIG) dan vaksin untuk pencegahan
dan pengobatan HBV, utamanya bagi petugas yang terlibat dalam kontak resiko tinggi
misalnya pada hemodialisis, transfusi tukar dan terapi parenteral perlu sangat hati-hati
dalam menangani peralatan parenteral tersebut.
b. Hindari kontak langsung dengan barang yang terkontaminasi virus hepatitis akut.
c. Pelihara personal hygiene dan lingkungan.
d. Gunakan alat-alat disposible untuk suntik.
e. Alat-alat yang terkontaminasi disterilkan.
L. Prognosis
Hepatitis A biasanya mempunyai prognosis baik kecuali yang fulminan, sedangkan hepatitis B prognosisnya semakin buruk bila infeksi terjadi semakin dini dan dikatakan mempunyai mortalitas tertinggi. Pasien yang agak tua atau kesehatan umumnya jelek mempunyai prognosis jelek.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. POLA PENGKAJIAN a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolicMakan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual muntah.Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c. Pola eliminasiBAK : urine warna gelap,encer seperti tehBAB : Diare feses warna tanah liat
d. Pola aktivitas dan latihanPasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di atas tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,
e. Pola istirahat tidurPasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
f. Pola persepsi sensori dan kognitifPasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g. Pola hubungan dengan orang lainPasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h. Pola reproduksi / seksualpola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual aktif/biseksual pada wanita).
i. Pola persepsi diri dan konsep diriPasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
j. Pola mekanisme kopingPasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis kesakitan
k. Pola nilai kepercayaan / keyakinanPasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.
2. DIAGNOSAa. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d pembekakan heparb. Nutrisi Kurang dari kebutuhan b.d anoreksiac. Hipertermi b.d infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
3. NOC NICa. NOC : TTV normal
Pasien megungkapkan rasa nyeri berkurangSkala nyeri 0-3
NIC : mengobservasi TTVAjarkan teknik managemant nyeriInformasikan tentang penyebab nyeriKolaborasi dengan analgetik yang tidak mengandung efek hepatotoksi
b. NOC : Nafsu makan meningkataPorsi makan habisPasien tidak lemasBB naik
NIC : Awasi pemasukan jumlah kaloriAnjurkan makan pada porsi duduk tegakInformasikan tentang makanan yang dikonsumsiKolaborasi konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet yang sesuai
c. NOC :Klien tidak mengeluh panasSuhu normal pasien 36,5- 37,5
NIC : Kaji adanya keluhan tanda-tanda peningkatan suhuMemberikan kompres hangatBerikan penyuluhan kepada keluarag dan pasien tentang pemberian kompres hangatAnjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Pengkajian fungsional Gordon
a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada
keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat.
b) Pola nutrisi dan metabolik
Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan
Mual muntah .
c) Pola eliminasi
BAK : urine warna gelap,encer seperti teh
BAB : Diare feses warna tanah liat
d) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, lemah terkulai di
atas tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,
e) Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada
abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
f) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat
kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h) Pola reproduksi / seksual
pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual
aktif/biseksual pada wanita).
i) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini
lagi
j) Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan
meringis kesakitan
k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien mendekatkan diri pada Allah SWT.
SAP (BELUM)
Issue Legal Etik
Dalam pemberian pelayanan kesehatan, sebagai perawat kita tidak boleh membeda-
bedakan status social pasien. Perawat harus menerapkan prinsip justice. Selain itu
perawat juga harus menerapkan prinsip otonomi dimana harus menghargai penolakan
klien atas tindakan yang akan dilakukan.
Advokasi
Kita tetap menghargai keputusan klien, akan tetapi kita juga perlu menjelaskan apa
macam-macam pemeriksaan. Usahakan klien mendapat pelayanan yang terbaik, inform
concern juga perlu menjadi koreksi agar semua pihak tidak dirugikan. Usahakan klien
mendapat jamkesmas, jamkaskin, askin.
DAFTAR PUSTAKA
Susan, Stillwell. 2011. Pedoman Keperawatan Kritis. Ed.3. Jakarta : EGC
Marelli, T.M. 2007. Buku Dokumentasi Keperawatan,Ed.3. Jakarta : EGC
Fix Brenda, Jones Janice. 2009. Seri Panduan Klinis : Perawatan Klinis. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Slonane ethal. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
Mutaqin Ariff. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan System
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika