Laporan Fts Gravimetri Jinten

29
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FTS OBAT TRADISIONAL PERCOBAAN VI KONTROL KUALITAS KADAR AIR EKSTRAK JINTEN DENGAN METODE GRAVIMETRI OLEH : 1. AKHMAD KHADAFI SAPUTRA 2. DIYAH PARAMITA 3. DALIFAH RATNA SARI 4. ULFA SAFITRI 5. MIFTA INDRIANI PROGRAM STUDI D-III FARMASI

description

aaaaaaa

Transcript of Laporan Fts Gravimetri Jinten

Page 1: Laporan Fts Gravimetri Jinten

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM FTS OBAT TRADISIONAL

PERCOBAAN VI

KONTROL KUALITAS KADAR AIR EKSTRAK JINTEN

DENGAN METODE GRAVIMETRI

OLEH :

1. AKHMAD KHADAFI SAPUTRA

2. DIYAH PARAMITA

3. DALIFAH RATNA SARI

4. ULFA SAFITRI

5. MIFTA INDRIANI

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

2015

Page 2: Laporan Fts Gravimetri Jinten

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya kami dapat

menyelesaikan penulisan makalah ini, dengan judul KONTROL KUALITAS KADAR AIR

EKSTRAK JINTEN DENGAN METODE GRAVIMETRI.

Kami ucapkan terima kasih pula dosen pengampu mata kuliah FTS OBAT TRADISIONAL

dan kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan

segala kerendahan hati, kami membuka diri bila ada koreksi-koreksi dan krtikan-kritikan

konstruktif dari pembaca makalah ini.

Mudah-mudahan Allah SWT, selalu menjaga dan membimbing dalam setiap langkah kita,

sehingga dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari Rahmat dan Hidayah Allah SWT.

Akhirnya, semoga makalah ini bisa turut andil dalam mencerdaskan generasi muda bangsa.

Amin.

Palangka Raya, 31 Oktober 2015

Penyusun

Page 3: Laporan Fts Gravimetri Jinten

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair

dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh

cahaya matahari langsung (Anonim, 1979).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair

dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh

cahaya matahari langsung (Anonim, 1979).

Extracta biasanya disimpan dalam wadah yang berisi zat pengering, misalnya kapur tohor.

(Anonim, 1979). Ekstrak juga harus disimpan terlindung dari pengaruh cahaya dan apabila

mengandung bahan mudah menguap harus disimpan dalam botol yang disumbat rapat.

(Pharmacope Nederland).

Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi

pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling

sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan

karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang

dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,1994).

Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap

yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah

itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya.

Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).

Page 4: Laporan Fts Gravimetri Jinten

Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti :

aA + R → AaRr

Dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya, yakni AaRr,

biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bisa ditimbang setelah pengeringan,

atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk kemudian

ditimbang. Sebagai contoh, kalsium biasa ditetapkan secara gravimetri melalui pengendapan

kalsium oksalat dan pembakaran oksalat tersebut menjadi kalsium oksida, dengan reaksi :

Ca2 + CaO42- → CaC2O4(S)

CaC2O4 → CaO(S) + CO2 (g) + CO(g)

B. Identifikasi Masalah

1. Menjelaskan tentang Ekstrak

2. Menjelaskan tentang Gravimetri

3. Menjelaskan Prinsip pemisahan secara Gravimetri

4. Menjelaskan tentang metode analisis Gravimetri

5. Menjelaskan tentang tahapan analisis Gravimetri

C. Batasan percobaan

1. Membahas tentang bagaimana kontrol kualitas kadar air ekstrak jinten dengan

metode gravimetri.

2. Membahas tentang metode analisis gravimetri pada ekstak jinten .

D. Tujuan Percobaan

1. Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengukur kadar air dalam ekstrak

jinten dengan metode gravimetri.

E. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kontrol kualitas kadar air ekstrak jinten dengan metode gravimetri ?

2. Bagaimana metode analisis gravimetri pada ekstrak jinten ?

Page 5: Laporan Fts Gravimetri Jinten

F. Manfaat percobaan

1. Praktikan dapat mengetahui cara kontrol kualitas kadar air pada ekstrak jinten

dengan metode gravimetri.

2. Praktikan dapat mengetahui metode analisis gravimetri.

3. Praktikan dapat mengetahui apakah ekstrak jinten yang diperoleh sudah

memenuhi persyaratan kadar air yang telah ditetapkan yaitu tidak lebih dari

10,5%.

4. Memberikan informasi untuk penelitian lebih lanjut.

Page 6: Laporan Fts Gravimetri Jinten

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair

dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh

cahaya matahari langsung (Anonim, 1979).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair

dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh

cahaya matahari langsung (Anonim, 1979).

Extracta biasanya disimpan dalam wadah yang berisi zat pengering, misalnya kapur tohor.

(Anonim, 1979). Ekstrak juga harus disimpan terlindung dari pengaruh cahaya dan apabila

mengandung bahan mudah menguap harus disimpan dalam botol yang disumbat rapat.

(Pharmacope Nederland)

A. Jenis-jenis extracta

Extracta dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:

- Ekstrak kering (Siccum)

- Ekstrak Kental (Spissum)

- Ekstrak cair (Liquidum)

a. Ekstrak Kering (Siccum)

Ekstrak kering adalah sediaan padat yang memiliki bentuk serbuk yang didapatkan dari

penguapan oleh pelarut yang digunakan untuk ekstraksi. substansi ekstrak kering yaitu eksipien

(bahan pengisi), stabilizers (penstabil), dan preservative (bahan pengawet). Ekstrak kering harus

mudah digerus menjadi serbuk.

Page 7: Laporan Fts Gravimetri Jinten

Ekstrak kering (Extracta sicca) dibagi dalam dua bagian, yaitu:

1. Ekstrak kering, yang dibuat dengan suatu cairan etanol dan karena tidak larut sepenuhnya

dalam air. Contohnya adalah Ekstraktum Granati, Ekstraktum Rhei.

2. Ekstrak kering yang dibuat dengan air. Contohnya antara lain Ekstraktum Aloes,

Ekstraktum Opii, Ekstraktum Ratanhiae. (Van Duin, 1947)

b. Ekstrak Kental (Spissum)

Ekstrak Kental atau ekstrak semisolid, adalah sediaan yang memiliki tingkat kekentalan di

antara ekstrak kering dan ekstrak cair. Suatu ekstrak kental diartikan dengan ekstrak dengan

kadar air antara 20-25%; hanya pada Extractum Liquiritae diizinkan kadar air sebanyak 35%.

(Van Duin, 1947)

Ekstrak lainnya dapat digolongkan dengan jelas dalam dua golongan:

a. Ekstrak kental yang dibuat dengan etanol 70% dan dimurnikan dengan air, contoh: Ekstrak

Belladonnae, Extractum Visci albi, Extractum Hyoscyami.

b. Ekstrak kental yang dibuat dengan air, contoh: Extractum liquiritae, Extractum Gentianae,

Extractum Taraxaci. (Van Duin, 1947)

c. Ekstrak cair (Liquidum)

Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai pelarut

atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada

masing-masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang

memenuhi syarat.

Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian

yang bening dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh memenuhi persyaratan Farmakope.

Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak yang sesuai. (Farmakope Indonesia Edisi III).

Ekstrak cair dibuat dengan cara perkolasi. Biasanya juga mengikuti proses maserasi. Proses

pembuatan mencakup konsentrasi bagian yang ditambah air selama penyaringan oleh uap atau

penyulingan pada temperature di bawah 60°. (USP 30-NF25 topic 565)

Contoh ekstrak cair adalah Extractum Chinae liquidum, Extractum Hepatis liquidum (Van Duin,

1947)

Page 8: Laporan Fts Gravimetri Jinten

B. Keuntungan dan Kerugian Extracta

1. Keuntungan

a. Zat berkhasiat yang terdapat di simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar tinggi

b. Zat berkhasiat lebih mudah diatur dosisnya.

c. Untuk menstandardisasi kandungannya sehingga menjamin keseragaman mutu, keamanan,

dan khasiat produk akhir (Moh.Anief, 2010)

d. Penggunaan ekstrak dibandingkan dengan simplisia asalnya adalah bisa lebih simple dari segi

bobot, pemakaian ekstrak lebih sedikit dibandingkan dengan bobot tumbuhan asalnya.

e. Dengan adanya teknologi ekstrak ini, biasanya pihak yang diuntungkan diantaranya industri

bidang obat tradisional dari segi keseragaman mutu hasil produk jadinya, dan pemerintah

dari sisi keamanan dan khasiat produk jadi (Anonim, 2005).

2.  Kerugian

Pada pembuatan ekstrak tidak semua zat berkhasiat dapat tersari dalam pelarutnya. (Anonim,

2005).

Analisis Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif dengan penimbangan

meliputi proses isolasi dan pengukuran berat suatu konstituen tertentu.  Tahap awal dari analisis

gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain

yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan yaitu transformasi

konstituen ke dalam bentuk senyawa stabil dan murni yang dapat diukur. Pengukuran dalam

metode gravimetri adalah dengan penimbangan. Banyaknya komponen yang dianalisis

ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa

molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.

       Analisis gravimetri dapat dilakukan dengan cara pengendapan, penguapan dan elektrolisis.

Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu

yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor – faktor

pengoreksi dapat digunakan (Khopkar,1999).

Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi

pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling

sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan

karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang

dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,1994).

Page 9: Laporan Fts Gravimetri Jinten

Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap

yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah

itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya.

Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).

Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti :

aA + R → AaRr

dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya, yakni AaRr,

biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bisa ditimbang setelah pengeringan,

atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk kemudian

ditimbang. Sebagai contoh, kalsium biasa ditetapkan secara gravimetri melalui pengendapan

kalsium oksalat dan pembakaran oksalat tersebut menjadi kalsium oksida, dengan reaksi :

Ca2 + CaO42- → CaC2O4(S)

CaC2O4 → CaO(S) + CO2 (g) + CO(g)

Pemisahan unsur atau senyawa dari senyawa atau larutan dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa cara atau metode analisa gravimetri. Beberapa metode analisa gravimetri

sebagai berikut :

1. Metode pengendapan

Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan,Misalnya :

HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.

2. Metode peguapan atau pembebasan ( gas )

Metode penguapan dalam analisis gravimetri digunakan untuk menetapkan komponen-

komponen dari suatu senyawa yang relatif mudah menguap. Cara yang dilakukan dalam metode

ini dapat dilakukan dengan cara pemanasan dalam gas tertentu atau penambahan suatu pereksi

tertentu sehingga komponen yang tidak diinginkan mudah menguap atau penambahan suatu

pereksi tertentu sehingga komponen yang diinginkan tidak mudah menguap. Metode penguapan

ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air(hidrat) dalam suatu senyawa atau kadar air

dalam suatu sampel basah. Berat sampel sebelum dipanaskan merupakan berat senyawa dan

berat air kristal yang menguap. Pemanasan untuk menguapkan air kristal adalah 110-130 oC.

Page 10: Laporan Fts Gravimetri Jinten

Garam-garam anorganik banyak yang bersifat higroskopis sehingga dapat ditentukan kadar

hidrat/air yang terikat sebagai air kristal.

      AB.xH2O   dipanaskan→  AB  + x H2O

3. Metode elektroanalisis

Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi endapan

logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus listrik dengan besar

tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan

oksidasi 0. Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya. Misalnya

mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan cara mereduksi

                        Cu+2  +   2  e      →      Cu(s)

Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam

terlarut cukup besar seperti air limbah.

Ketiga metode tersebut dapat dilakukan sendiri atau dimodifikasi. Misalnya pengendapan

diikuti dengan penguapan, atau pemijaran dan pengendapan. Tujuan dari pemilihan metode

adalah diperoleh senyawa yang murni dan stabil yang dapat ditimbang.

Adapun beberapa tahap dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :

1.      Memilih pelarut sampel

Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan,

Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari

logam – logam.

2.      Pengendapan analit

Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan yang

mengandungnya dengan membuat kelarutan analit semakin kecil, dan pengendapan

ini dilakukan dengan sempurna.

Misalnya : Ca+2 + H2C2O4 → CaC2O4 (endapan putih)

3.      Pengeringan endapan

Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan analitnya dan

dilakukan dengan sempurna. Disini kita menentukan apakah analit dibuat dalam

bentu oksida atau biasa pada karbon dinamakan pengabuan.

Page 11: Laporan Fts Gravimetri Jinten

4.      Menimbang endapan

Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas

Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan

(Day and Underwood, 2002).

Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi, yaitu :

1.      Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak

terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam

menentukan penyusunan utama dalam suatu makro).

2.      Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya

murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.

Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang

disebabkan faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang

menimbulkan galat yang signifikan. Masalahnya mendapatkan endapan murni dan dapat disaring

itulah yang menjadi problema utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai

pembentukkan dan sifat-sifat endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang

memungkinkan analis meminimumkan masalah kontaminasi endapan (Day and Underwood,

2002).

Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan hasil reaksi

setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapatkan sisa bahan suatu gas yang

dibentuk dari bahan yang dianalisa. Dalam cara pengendapan, zat direaksikan dengan menjadi

endapan dan ditimbang. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetrik dibedakan menjadi 2

macam, yaitu : endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi dan endapan

yang dibentuk dengan elektrokimia. Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan

pencuci, endapan dapat disaring. Endapan grevimetri yang disaring kertas tidak dapat dipisahkan

kembali secara kuantitatif.

Page 12: Laporan Fts Gravimetri Jinten

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

I. Alat dan Bahan

A. Alat

- Timbangan analitik/digital

- Cawan petri

- Batang pengaduk

- Sudip

- Oven

- Desikator

- Penjepit

B. Bahan

- Ekstrak Jinten (1 gram )

Page 13: Laporan Fts Gravimetri Jinten

C. Prosedur Kerja

D.

Timbang cawan kosong yang sebelumnya telah

dikonstankan dalam oven

Menimbang ekstrak jinten sebanyak 1 gram dengan menggunakan timbangan digital

Oven pada suhu 105˚c selama 3 jam

Dinginkan dalam desikator kurang lebih 15-30 menit

Timbang kembali cawan + eksrak yang telah dioven

tadi

Catat berat hasil timbangan setelah dioven

Oven kembali ekstrak yang seperti cara diatas

sampai diperoleh bobot konstan

Memasukkan cawan kosong kedalam oven untuk dilakukan pengkonstanan

Hasil rendemen tidak lebih dari 10,5 %

Page 14: Laporan Fts Gravimetri Jinten

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

a. Hasil penimbangan ekstrak

Bahan

Berat cawan

kosong (g)

Berat cawan +

ekstrak sebelum

di oven (g)

Berat cawan +

ekstrak sesudah

di oven (g)

Ekstrak

jinten

b. Hasil perhitungan kadar air dalam ekstrak

Bahan Kadar air dalam ekstrak

Ekstrak kental jinten

c. Perhitungan kadar air dalam ekstrak

Diketahui :

- Berat Sampel =

- Berat sampel sebelum dipanaskan =

- Berat sampel sesudah dipanaskan =

- ( Syarat : kadar air tidak lebih dari 10,5% )

Rumus : Berat sebelum dipanaskan – Berat sesudah dipanaskan X 100%

Berat Sampel

: g - g X 100%

1,0101 g

: X 100%

1,0101 g

: X 100%

: 13, %

Page 15: Laporan Fts Gravimetri Jinten

BAB V

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini berjudul kontrol kualitas kadar air ekstrak jinten dengan metode

gravimetri, dimana metode gravimetri ini merupakan salah satu metode analisis kuantitatif

dengan penimbangan meliputi proses isolasi dan pengukuran berat suatu konstituen tertentu.

Tahap awal dari analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari

komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan

yaitu transformasi konstituen ke dalam bentuk senyawa stabil dan murni yang dapat diukur.

Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan. Analisis gravimetri dapat

dilakukan dengan cara pengendapan, penguapan dan elektrolisis.

Suatu sampel yang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang secara

kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen

tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi sarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil

sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang.

Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam sampel relatif

besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar analit dalam sampel hanya

berupa unsurpelarut, maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang

dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair.

Ekstrak Kental atau ekstrak semisolid, adalah sediaan yang memiliki tingkat kekentalan di

antara ekstrak kering dan ekstrak cair. Suatu ekstrak kental diartikan dengan ekstrak dengan

kadar air antara 20-25%; hanya pada Extractum Liquiritae diizinkan kadar air sebanyak 35%.

(Van Duin, 1947).

Dari ekstrak kental yang kita peroleh ini lalu kami melakukan penimbangan ekstrak dalam

cawan yang telah dikonstankan terlebih dahulu. Ekstrak yang telah kita timbang tadi lalu kita

keringkan dalam oven dengan suhu 105˚c. Menurut prosedur penentuan kadar secara gravimetri

ini lama proses pengeringan dalam oven tidak boleh kurang dari 3 jam dan harus dilakukan

pengeringan ulang sampai diperoleh bobot konstan.

Dari praktikum yang kita lakukan proses pengeringan ekstrak jinten dalam oven hanya satu

jam saja selama 2 kali pengeringan, hal ini dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan untuk

Page 16: Laporan Fts Gravimetri Jinten

melanjutkan praktikum sehingga proses pengeringan dianggap sudah sesuai prosedur yaitu tiga

jam dan dilakukan berulang – ulang minimal 3 kali sampai diperoleh bobot konstan.

BAB VI

PENUTUP

1. KESIMPULAN

2. SARAN

Page 17: Laporan Fts Gravimetri Jinten

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemem Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Day, R. A. dan Underwood, A. L., 2002, Anilisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Erlangga,

Jakarta.

Harjadi, W, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.

Khopkar, S. M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.

Moh.Anief, 1997. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press

Rivai, H, 1994, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Padang.

Van Duin, 1947. Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek dan Teori. Soeroengan, Jakarta

Page 18: Laporan Fts Gravimetri Jinten

LAMPIRAN

GAMBAR KETERANGAN

Bahan yang digunakan untuk

praktikum pembuatan ekstrak kental

Penimbangan jinten sebanyak 10 g

dengan menggunakan neraca analitik

Proses perendaman jinten hari pertama

dengan menggunakan etanol 50%

Page 19: Laporan Fts Gravimetri Jinten

Proses penyaringan jinten yang telah

didiamkan selam 24 jam

Ekstrak jinten yang telah disaring dan

akan dipindahkan ke erlenmeyer untuk

selanjutnya diuapkan.

Hasil penyaringan dihari pertama

Proses penyaringan hari ke dua dengan

menggunakan sampel dan pelarut yang

sama

Page 20: Laporan Fts Gravimetri Jinten

Hasil penyaringan hari kedua ekstrak

jinten

Hasil penyaringan hari pertama dan

hari kedua yang akan dimasukkan ke

rotary dan diuapkan dengan

menggunakan waterbath.

Proses penguapan dengan

menggunakan waterbath

Page 21: Laporan Fts Gravimetri Jinten

Ekstrak jinten yang sudah mulai

mengental

Ekstak kental jinten yang telah selesai

diuapkan dan siap untuk dihitung

rendemen yang diperoleh