Laporan fitokimia

25
Pemisahan, Identifikasi Fraksi Kurkuminoid dari Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhizae Rhizoma) Secara Kromatografi Kolom DOSEN PENGAMPU : Ghani N.F, S.Farm.,Apt DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 3 ( TEORI 2 / C ) NAMA ANGGOTA : 1. AYU PRACHILIA S. ( 18123462 A ) 2. DEWI LARASWATI ( 18123463 A ) 3. RINI PRAMUATI ( 18123464 A ) 4. LAILA TASBICHA ( 18123465 A ) 5. ANASTASIA HIRYA ( 18123466 A ) 6. DOLIK PRASETYO ( 18123467 A ) 7. SITI FAIZATUL M. ( 18123468 A )

description

Laporan Isolasi Dan Identifikasi Kurkumin

Transcript of Laporan fitokimia

Page 1: Laporan fitokimia

Pemisahan, Identifikasi Fraksi Kurkuminoid dari Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhizae Rhizoma) Secara

Kromatografi Kolom

DOSEN PENGAMPU :

Ghani N.F, S.Farm.,Apt

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3 ( TEORI 2 / C )

NAMA ANGGOTA : 1. AYU PRACHILIA S. ( 18123462 A )

2. DEWI LARASWATI ( 18123463 A )

3. RINI PRAMUATI ( 18123464 A )

4. LAILA TASBICHA ( 18123465 A )

5. ANASTASIA HIRYA ( 18123466 A )

6. DOLIK PRASETYO ( 18123467 A )

7. SITI FAIZATUL M. ( 18123468 A )

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2014

Page 2: Laporan fitokimia

PEMISAHAN, IDENTIFIKASI FRAKSI KURKUMINOID DARI RIMPANG TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRHIZAE RHIZOMA) SECARA

KROMATOGRAFI KOLOM

I. TUJUAN

Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu memahami dan melakukan :

1. Memahami ekstraksi senyawa organik dari simplisia tanaman dengan metode

refluk.

2. Memahami pemisahan komponen-komponen senyawa kimia dengan kromatografi

kolom vakum.

3. Identifikasi senyawa secara kromatografi lapis tpis.

II. DASAR TEORI

Sistematika tanaman temulawak

Kerajaan : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcumae

Spesies : Curcuma xanthorrhiza

Makroskopis : keping tipis, berbentuk bundar/jarang, keras, rapuh,

permukaan berkerut warna coklat kekuningan, melungkung tidak beraturan.

Page 3: Laporan fitokimia

Mikroskopis : epidermis bergabus dan terdapat sedikit rambut, yang

berbentuk kerucut bersel satu. Hiperdermis agak menggabus, kortek silinder

dan sel parenkimatik terdiri dari sel parenkim berisi butir pati.

Kurkuminoid

Struktur kurkuminoid temulawak

Temulawak mengandung fraksi kurkuminoid, pati, dan minyak atsiri. Fraksi pati

merupakan kandungan terbesar (48,18%-59,64%). Fraksi kurkuminoid 1,60–2,20%)

yang terdiri atas senyawa berwarna kuning kurkuminoid dan turunannya. Kandungan

kurkuminoid temulawak terdiri dari dua komponen, yaitu kurkumin dan desmetoksi

kurkumin. Minyak atsiri (6,00–10,00%) yaitu isofuranogermaken, trisiklin, allo-

aromadendren, xanthorrizol. Kurkumin bersifat sukar larut dalam air, heksana, dan light

petroleum. Agak sukar larut dalam benzene, kliroform dan eter. Larut dalam alkohol

aseton dan asam asetat glasial.

Kandungan minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Dan kurkumin

yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai acnevulgaris, disamping

sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu).

khasiat temulawak seperti sakit limpa, sakit ginjal, sakit pinggang, asma, sakit kepala,

masuk angin, maag, sakit perut, produksi asi, nafsu makan; sembelit, sakit cangkrang,

cacar air, sariawan, jerawat.

Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan tidak murni.

Biasanya senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk

beberapa keperluan yang memerlukan bahan baku kimia dalam keaadaan murni, proses

pemisahan perlu dilakukan. Metode pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk

memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok senyawa yang

Page 4: Laporan fitokimia

mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala

laboratorium maupun skala industri. Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan

dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fase

komponen penyusun campuran.

Temulawak ( curcuma xanthorrhiza ) banyak ditemukan di hutan-hutan daerah

tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama

pada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar.

Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk

batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar dan pada setiap

helaian dihubungkan dengan pelapah dan tangkai daun yang agak panjang. Temulawak

mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua.

Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Daerah tumbuhnya

selain di dataran rendaah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500

meter di atas permukaan laut.

Kurkuminoid dapat diisolasi dari Temulawak, kunyit atau beberapa tanaman lain

yang telah diketakui mengandung Kurkuminoid .Isolasi kurkuminoid dapat dilakukan

dengan berbagai metode dan variasi modifikasi. Kurkuminoid rimpang temulawak

adalah suatu zat yang terdiri dari campuran komponen senyawa yang bernama

kurkumin dan desmetoksi kurkumin, mempunyai warna kuning atau kuning jingga,

berbentuk serbuk dengan rasa sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat

glasial, dan alkali hidroksida. Kurkumin tidak larut dalam air dan dietileter.

Kurkuminoid mempunyai aroma khas tidak bersifat toksik. Kurkumin mempunyai

rumus molekul C21H20O6 (Bobot molekul = 368) sedangkan desmetoksi kurkumin

mempunyai rumus molekul C21H20O6 dengan bobot molekul 385.

Isolasi kurkumin dilakukan melalui beberapa tahap,tahap pertama ekstraksi

dengan metode refluks menggunakan pelarut pertroleum eter dan ampasnya diekstraksi

dengan metanol.kemudian ekstrak pekatnya dikromatografi kolom vakum yang dielusi

dengan campuran n-heksan, etil asetat dan metanol secara gradien. Fraksi yang

mengandung kurkuminoid dikromatografi kolom untuk memisahkan kurkumin dengan

adsorben silika gel dan eluen kloroform-asam asetat glasial (9:1).

METODE YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTIKUM

1) Ekstraksi

Page 5: Laporan fitokimia

Ekstrak adalah sediaan pekat atau kering yang diperoleh dengan mengekstraksi

zat-zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk

yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan. Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan

pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk

mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali

campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali

dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan.

Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka

terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam

konsentrasi yang terlalu rendah (Suparni, 2009).

Ektraksi dapat dilakukan pada daun teh agar dapat menentukan kadar

kafeinnya. Ekstraksi sendiri adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan

pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk

mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Dalam

melakukan ekstraksi bisa dilakukan dengan tiga metode dasar pada ektraksi cair

yaitu ekstraksi bertahap (batch), ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current.

Dalam ekstraksi sering menggunakan hukum distribusi Nerst dalam

analisisnya. Hukum Distribusi Nernst ini menyatakan bahwa solut akan

mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga

setelah kesetimbangan distribusi tercapai, perbandingan konsentrasi solut di dalam

kedua fasa pelarut pada suhu konstan akan merupakan suatu tetapan, yang disebut

koefisien distribusi (KD), jika di dalam kedua fasa pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi

apapun. Aplikasi ektraksi dalam industri seperti ektraksi phenol dari larutan coal

tar. Selain itu, ektraksi digunakan sebagai operasi komplementer.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi, diantaranya :

1) Suhu dan Kelarutan

Bahan yang diekstraksi biasanya akan meningkat dengan meningkatnya

suhu, sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada beberapa kasus,

batas atas untuk suhu operasi ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah perlunya menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.

Page 6: Laporan fitokimia

2) Ukuran partikel

Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara

padatan dan solven, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan

laju transfer massa semakin tinggi.

3) Faktor solven

Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan solven

organik, dan kondisi ekstraksi (solven, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi

solven dengan bahan) dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein.

Ekstraksi dapat dilakukan berbagai cara, yaitu :

a) Ekstraksi padat-cair (Leaching) adalah transfer difusi komponen terlarut

dari padatan inert kedalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang

bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke

keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi

dilakukan jika bahan yang dimaksud larutnya dalam solvent

pengekstrak.

b) Ekstraksi cair-cair adalah suatu proses transfer massa zat terlarut (solut)

diantara 2 pelarut yang tidak saling campur. Zat yang diekstraksi

terdapat di dalam campuran berbentuk cair. Tujuan utama ekstraksi

pelarut adalah purifikasi. Purifikasi dapat terjadi jika solut memiliki

koefisien partisi besar sedangkan pengotor memiliki koefisien partisi

yang lebih rendah. Kegunaan lainnya untuk pemisahan dua senyawa atau

lebih berdasarkan koefisien distribusinya, hal ini terjadi jika dua

senyawa memiliki sifat kimia sangat berbeda.

2) Kromatografi

Dasar pemisahan yaitu didasarkan atas perbedaan kecepatan migrasi

komponennya atau senyawa-senyawa yang dibawa oleh fase gerak dan ditahan

secara selektif oleh fase diam, yang bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa

dengan waktu yang tidak terlalu lama. Metode kromatografi yang dipakai pada

pratikum ini antara lain :

Page 7: Laporan fitokimia

a) Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara pemisahan zat yang cepat

dengan menggunakan bahan berbutir-butir (fase diam) yang ditempatkan

pada penyangga berupa pelat gelas/kaca, logam, atau lapisan lain yang

sesuai. Mekanisme pemisahannya yaitu adsorpsi dan partisi. Penilaian

kromatogram berdasarkan angka Rf pada lempeng KLT. Jarak

pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan

angka Rf.

b) Kromatografi Kolom merupakan teknik kromatografi yang digunakan untuk

memisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase

gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang

berada pada larutan. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom

merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom

digolongkan kedalam kromatografi cair-padat (KCP) kolom terbuka.

Fasa diam berupa adsorben yang tidak larut dalam fasa gerak, ukuran partikel

fasa diam harus seragam. Adanya pengotor dalam fasa diam dapat

menyebabkan adsorbsi tidak reversible. Sebagai fasa diam digunakan

alumina, silica gel, arang, bauksit, kalsium karbonant, bauksit, magnesium

karbonat, pati, talk, selulose, gula, tanah diatom.

Pengisian fasa diam ke dalam kolom dapat dilakukan dengan cara kering dan cara

basah. Pada cara basah fasa diam dibuat bubur dulu dengan pelarut yang akan

digunakan untuk fasa gerak, baru kemudian dimasukkan kedalam kolom. Fasa gerak

dalam kromatografi kolom dapat berupa pelarut tunggal atau campuran beberapa

pelarut dengan komposisi tertentu. Pelarut dapat polar atau non polar dengan berat

molekul kecil lebih cepat meninggalkan fasa diam. Keterbatasan kromatografi kolom-

terbuka klasik ialah pemisahan lambat; penjerapan linarut yang tidak bolak-bali; dan

tidak dapat dipakai jika partikel terlalu kecil. Kombinasi antara kromatografi kolom

kering dan kromatografi cair vakum memiliki kelebihan dimana laju pengelusian lebih

tinggi dan memperpendek waktu kontak linarut dengan penjerap.

Analisis rendemen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

rendemen fraksi= berat fraksiberat eksrak

x100 %

Page 8: Laporan fitokimia

III. ALAT DAN BAHAN

1) Ekstraksi

Alat :

- Labu alas bulat - Kondensor

- Selang air - Klem dan statif

- Kaki tiga - Lampu spirtus

- Panci penaangas air - Kertas saring

- Corong - Kapas

- Erlenmeyer.

Bahan : serbuk temulawak, petroleum eter, methanol

2) KKV

Alat :

- Kolom - Vakum

- Beaker glass - Batang pengaduk

- Botol

Bahan : ekstrak temulawak, heksan, etil asetat, methanol

3) KLT

Alat :

- Bak kromatografi - Lempeng KLT silika gel GF254

- Beaker glass - Pipa kapiler

- Kertas saring - Papan kromatografi

- Beaker glass

Bahan : ekstrak temulawak, fraksi, methanol, heksan, etil asetat, asam asetat

Page 9: Laporan fitokimia

a. Ekstraksi secara refluks

b. Kromatografi lapis tipis

Page 10: Laporan fitokimia

c. Kromatografi kolom

d. Fraksi setelah di KKV

Fraksi 1-5 sebelum diuapkan Fraksi 1-5 setelah diuapkan

Fraksi 6-11 sebelum diuapkan Fraksi 6-11 setelah diuapkan

Page 11: Laporan fitokimia

IV. CARA KERJA

1. Penyiapan Ekstrak

2. Pemisahan Komponen Senyawa Aktif Dengan KKV

Ekstraksi serbuk rimpang temulawak 50 gsecara refluk dengan 100 ml pelarut petroleum eter selama 1 jam

Setelah itu saring dan ampas dikeringkan

ekstraksi ampas secara refluk dengan metanol sebanyak 100 ml selama 2 jam.

Saring filtrat kemudian uapkan diatas tangas air pada suhu serendah mungkin hingga bebas pelarut

Kemudian ambil sedikit dalam wadah vial kecil dan gunakan untuk pemeriksaan KLT dengan tujuan mencari eluen yang terbaik untuk pemisahan selanjutnya

Page 12: Laporan fitokimia

V. HASIL PERCOBAAN

1) Kromatografi Lapis Tipis

Fase Gerak : CHCl3 : Etanol 95% : Asam Asetat Glasial = 94 : 5 : 4

Fase Diam : Silika gel GF254

Deteksi 254 nm : Pada sampel : Peredaman warna ungu.

Pada Standar : peredaman warna ungu.

Masukkan adsorben kedalam kolom dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur dengan pelarut

Pengisian dilakukan demngan bantuan pengaduk untuk menampatkan adsorben dan glass wool pada dasar kolom

Pengisian haarus dilakukan secara hati-hati sepadat mungkin agar rata sehingga terhindar dari gelembung-gelembung udara

Masukkan ekstrak yang sudah dikeringkan dengan adsorben dengan hati-hati keatas kolom kemudian elusi dengan n-hexan, etil asetat, methanol secara gradien.

Dengan bantuan vakum, masing0masing eluat yang keluar ditampung dlam wadah, kemudian uapkan

Lakukan identifikasi fraksi secara KLT dengan eluen yang cocok sehingga diperoleh pemidahan yang baik

Fraksi yang mempunyai Rf sama dengan standar (kurkumin, kurkuminoid) dikumpulkan

Pemisahan senyawa kurkumin dapat dilanjutkan dengan kromatografi klolom atau secara kromatografi preparatif

Page 13: Laporan fitokimia

Deteksi UV 254 nm

Deteksi UV 366 nm

VI. ANALISIS HASIL

1) Berat kaca arloji + Ekstrak = 42,594 gram

Berat kca arloji = 41,919 gram

Berat Ekstrak = 0,665 gram

Tabel 1.Hasil Analisis Data Setiap Fraksi

No. Fraksi

Berat

Botol

Kosong

Berat

Botol

Sesudah

Diuapkan

Berat

Fraksi

Ekstrak

% Rendemen

(

Berat FraksiBerat Ekstrak

x100 %¿

1Fraksi N-heksan

100 ml100,054 100,567 0,513 77,14 %

2 Fraksi N-heksan : 85,809 86,104 0,295 44,36 %

Page 14: Laporan fitokimia

Etil Asetat = 8 : 2

dalam 50 ml

3

Fraksi N-heksan :

Etil Asetat = 6 : 4

dalam 50 ml

101,073 101,527 0,454 68,27 %

4

Fraksi N-heksan :

Etil Asetat = 4 : 6

dalam 50 ml

88,954 89,284 0,330 49,62 %

5

Fraksi N-heksan :

Etil Asetat = 2 : 8

dalam 50 ml

99,102 102,028 2,926 440 %

6Fraksi Etil Asetat

50 ml91,429 94,010 2,851 388,12 %

7

Fraksi Etil Asetat

: Metanol = 8 : 2

dalam 50 ml

88,072 91,654 3,573 537,29 %

8

Fraksi Etil Asetat

: Metanol = 6 : 4

dalam 50 ml

84,991 85,887 0,896 134,73 %

9

Fraksi Etil Asetat

: Metanol = 4 : 6

dalam 50 ml

88,347 89,418 1,071 161,05 %

10

Fraksi Etil Asetat

: Metanol = 2 : 8

dalam 50 ml

83,931 86,774 2,843 427,51 %

11Fraksi Metanol

100 ml99,306 103,600 4,294 645,71 %

Tabel 2. Perhitungan Rf dari Setiap Fraksi, Sampel, dan Standar

1) Rf Standar Kurkumin

Page 15: Laporan fitokimia

A=1,77,5

=0,226 0,23

B=2,97,5

=0,386 0,39

2) Rf Fraksi N-heksan (Sampel)

A= 27,5

=0,266 0,27 D=6,17,5

=0,813 0,81

B=2,97,5

=0,386 0,39 E=6,77,5

=0,893 0,89

C=5,27,5

=0,693 0,69 F=7,27,5

=0,96

3) Rf Fraksi N-heksan 100 ml

Tidak mengalami elusi

4) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 8 : 2 dalam 50 ml

A= 67,5

=0,80

B=6,97,5

=0,92

5) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 6 : 4 dalam 50 ml

A=1,97,5

=0,253 0,25

B= 67,5

=0,80

C=6,87,5

=0,906 0,91

6) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 4 : 6 dalam 50 ml

A=1,97,5

=0,253 0,25

7) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 2 : 8 dalam 50 ml

A=0,77,5

=0,093 0,09

B=1,67,5

=0,213 0,21

C=1,97,5

=0,253 0,25

D=2,77,5

=0,36

8) Rf Fraksi Etil Asetat 50 ml

Page 16: Laporan fitokimia

A=1,57,5

=0,20

B=1,97,5

=0,253 0,25

C=2,77,5

=0,36

9) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 8 : 2 dalam 50 ml

Tidak mengalami elusi

10) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 6 : 4 dalam 50 ml

A=1,07,5

=0,13

B=1,87,5

=0,24

C=2,87,5

=0,373 0,37

11) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 4 : 6 dalam 50 ml

A=1,87,5

=0,24

B=2,57,5

=0,33

12) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 2 : 8 dalam 50 ml

A=1,87,5

=0,24

13) Rf Fraksi Metanol 100 ml

Tidak mengalami elusi

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemisahan dan identifikasi fraksi

kurkumoid dari rimpang temulawak secara kromatografi kolom.Dalam percobaan ini

dilakukan pemisahan komponen-komponen senyawa kimia dengan kromatografi kolom

vakum ,kemudian dilanjutkan dengan Identifikasi senyawa secara kromatografi lapis

tipis.Pada percobaan ini dilakukan pembacaan noda pada kromatografi lapis tipis dengan

panjang gelombang pada UV 254 nm,lempeng akan berfluoresensi sedangkan sample akan

tampak berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya

Page 17: Laporan fitokimia

daya interaksi antara sinar UV dengan indicator fuoresensi yang terdapat pada lempeng

fluoresensi cahaya yang tampak merupakan amisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika electron yang teeksitasi dari tingkat enrgi dasar ke tingkat energi yang lebih

tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.Setelah dilakukan

identifikasi fraksi secara KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dengan eluen yang cocok sehingga

diperoleh pemindahan yang baik pada sampel.Pada percobaan ini dilakukan identifikasi

senyawa dengan KLT menggunakan Fase Gerak CHCl3 : Etanol 95% : Asam Asetat Glasial =

94 : 5 : 4,Fase Diam Silika gel GF254.Identifikasi ini untuk menentukan nilai Rf dari masing-

masing fraksi untuk dibandingkan dengan nilai Rf dari standar Kurkuminod.Dimana nilai Rf

dari elusi masing-masing fraksi yang sama atau mendekati dengan nilai Rf dari standar maka

fraksi tersebut dikatakan mengandung senyawa Kurkuminoid .

Dari pemeriksaan KLT tersebut dilakukan identifikasi dengan menggunakan beberapa

tingkat konsentrasi pelarut dengan masing-masing perbandingan yang berbeda seperti yang

tercantum pada tabel hasil di atas,serta diperoleh dua elusi dengan nilai Rf pada standard

Kurkuminoid sebesar 0,23 dan 0,39 dan nilai Rf untuk sampel pada fraksi N-heksan sebesar

0,39.

Dari semua data nilai Rf yang mendekati standar adalah pada Rf Fraksi N-heksan :

Etil Asetat = 4 : 6 dalam 50 ml sebesar 0,25 dengan perbandingan etil asetat lebih

besar.Begitu pula pada fraksi Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 2 : 8 dalam 50 ml,dimana

nilai ini mendekati Rf standar dari kurkuminoid.Berdasarkan hasil tersebut,nilai Rf eluen

yang mendekati standar adalah pada pelarut yang bersifat polar.Hal ini dikarenakan senyawa

Kurkuminod elusinya lebih mendekati pelarut polar dari pada non polar.

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :

1. Kromatografi Kolom merupakan teknik kromatografi yang digunakan untuk

memisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan

fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.

2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa

menjadi senyawa murninya.

Page 18: Laporan fitokimia

3. Eluen yang mendekati standard kurkumin adalah pada fraksi N-heksan : Etil Asetat =

4 : 6 dalam 50 ml sebesar 0,25 dan pada fraksi N-heksan : Etil Asetat = 2 : 8 dalam

50 ml.

4. Senyawa kurkuminoid sebagian besar terkandung pada senyawa polar atau semi polar

Hal ini dikarenakan nilai Rf pada pelarut polar atau semi polar sama atau mendekati

nilai Rf standard kurkuminoid dari pada pelarut non polar .

IX. DAFTAR PUSTAKA

Fransiska Leviana.,M.Sc.,Apt.,Mamik Ponco Rahayu.,M.Si.,Apt. 2014. Petunjuk

Praktikum Fitokimia S1 Farmasi. Fakultas Farmasi. Universitas Setia Budi.

Surakarta.

https://hadyherbs.wordpress.com/2011/12/05/kurkumin-dari-rimpang-temulawak/

https://www.google.com/search?

q=temulawak&biw=1366&bih=657&source=lnms&sa=X&ei=vc96VJCWJMWLu

wSe9YJQ&sqi=2&pjf=1&ved+0CAsQ_AUoAA&dpr=1#q=klasifikasi+temulawa

k