LAPORAN FISTUM

31
RESPON FISIOLOGI TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata) TERHADAP STRES GARAM Oleh : Retno Mayangsari B1J013074 Maretra Anindya P. B1J013090 Iis Islamiyah B1J013092 Weni Rahayu Putri B1J013094 Afrizal B1J013106 Rombongan : VII Kelompok : 4 Asisten : Siti Nur Hidayah LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN I

description

fistum 1

Transcript of LAPORAN FISTUM

RESPON FISIOLOGI TANAMAN KACANG HIJAU(Vigna radiata) TERHADAP STRES GARAM

Oleh : Retno Mayangsari

B1J013074

Maretra Anindya P.

B1J013090

Iis Islamiyah

B1J013092

Weni Rahayu Putri

B1J013094

Afrizal

B1J013106Rombongan : VII

Kelompok : 4

Asisten : Siti Nur HidayahLAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN IKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2014

BAB II. Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Dewasa ini produktivitas lahan terutama di daerah pesisir terus mengalami penurunan akibat meningkatnya salinitas. Peningkatan salinitas tersebut diduga berkaitan dengan tingginya intrusi air laut, sebagai konsekuensi dari penggunaan air tanah yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan air yang semakin meningkat. Kurang lebih sepertiga dari seluruh luasan tanah pertanian yang teririgasi telah mengalami peningkatan salinitas, terutama didaerah daerah kering dimana stres garam biasanya dibarengi dengan stres akibat suhu tinggi sehingga semakin banyak lahan pertanian yang hilang akibat salinitas (Lu dan Zhang, 1998).Kadar garam yang tinggi pada tanah menyebabkan tergganggunya pertumbuhan, produktivitas tanaman dan fungsi-fungsi fisiologis tanaman secara normal, terutama pada jenis-jenis tanaman pertanian. Salinitas tanah menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein, serta penambahan biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi dalam bentuk pertumbuhan tanaman yang tertekan dan perubahan secara perlahan (Sipayung, 2003). Dalam FAO (2005) dijelaskan bahwa garam-garaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman umumnya melalui: (a) keracunan yang disebabkan penyerapan unsur penyusun garam yang berlebihan, (b) penurunan penyerapan air dan (c) penurunan dalam penyerapan unsur-unsur hara yang penting bagi tanaman.

Menurut Petani Wahid (2006), kemasaman tanah merupakan kendala paling inherence dalam pengembangan pertanian di lahan sulfat masam. Tanaman tumbuh normal (sehat) umumnya pada ph 5,5 untuk tanah gambut dan pH 6,5 untuk tanah mineral. Pada kebanyakan spesies, pengaruh jenis-jenis garam umumnya tidak khas terhadap pertumbuhan tanaman tetapi lebih tergantung pada konsentrasi total garam yang dikandung media tanam.Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E). Tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik dibanding dengan tanaman kacang-kacangan yang lain. Kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi maupun ekonomis, seperti lebih tahan kekeringan, serangan hama penyakit lebih sedikit, dapat dipanen pada umur 55 60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan cara budidaya yang mudah. Dengan demikian kacang hijau mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan (Sunantara, 2000).

Setiap makhluk hidup memerlukan kondisi lingkungan sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya dalam kehidupan. Pada kenyataanya, kondisi lingkungan di mana makhluk hidup berada selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada dalam area toleransi makhluk hidup, namun seringkali perubahan lingkungan menyebabkan menurunnya produktivitas bahkan kematian pada makhluk hidup. Hal ini menguatkan bahwa setiap makhluk hidup memiliki faktor pembatas dan daya toleransi terhadap lingkungan. Bila kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga makhluk hidup tanggap secara maksimal terhadap suatu faktor lingkungan maka makhluk hidup itu tidak tercekam oleh faktor tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut yang akan dipelajari dalam praktikum ini.

Tanaman kacang hijau ini digunakan dalam praktikum Fisiologi Tumbuhan I karena tanaman tersebut mudah didapat dan mewakili tanaman dikotil, pemeliharaannya mudah, dan media tumbuhnya tidak terlalu sulit serta mudah untuk diamati.1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum Fisiologi Tumbuhan I ini adalah sebagai berikut :

1. Memahami bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (lingkungan).2. Memahami bahwa kondisi lingkungan yang ekstrim (cekaman) merupakan kondisi yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.3. Menentukan besarnya kandungan garam dalam media tanam dimana tanaman masih toleran untuk tumbuh.4. Menjelaskan dampak cekaman garam tinggi terhadap perubahan-perubahan fisiologi tanaman kacang hijau (Vigna Radiata).BAB IIII. Tinjauan PustakaLingkungan akan mempengaruhi kelangsungan hidup tumbuhan. Stress atau cekaman dapat didefinisikan suatu kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan bagi tanaman, akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan tanaman, reproduksi, dan kelangsungan hidup tanaman itu sendiri. Stress adalah gangguan, hambatan atau percepatan proses metabolisme normal sehingga dipandang tidak menguntungkan atau suatu keadaan negatif. Terjadinya kerusakan ditentukan oleh tingkat tingginya stress, waktu dari tanaman dihadapkan pada kondisi stress, dan tingkat resistansi dari tanaman terhadap stres itu sendiri. Suhu tinggi dapat menginduksi desikasi atau pengeringan sebagai contoh kerusakan oleh stress kedua (suhu tinggi mengakibatkan peningkatan evaporasi, sehingga mengakibatkan stress yang memulai terjadinya kerusakan) (Cornic et al., 1992). Pertumbuhan tanaman dapat terhambat dengan berbagai macam stress di antaranya cahaya, air, dan garam. Stress cahaya dilakukan melalui auksin dan efek timbul karena berkurangnya efektifitas auksin pada keadaan cahaya yang terik. Misalnya tumbuhan yang tumbuh dalam keadaan gelap atau cahaya yang lemah akan mempunyai batang yang panjang dengan ruas yang lebih panjang dan lebih besar dari tumbuhan yang mendapat cahaya yang terang. Stress air adalah keadaan dimana tanaman mengalami cekaman karena kekurangan air, dan hal ini dapat menghambat proses metabolisme yang ada di dalam tubuh tanaman. Stress garam adalah keadaan dimana tanaman mengalami cekaman karena kelebihan kadar garam, dan hal ini dapat menghambat proses metabolisme yang ada di dalam tubuh tanaman. Stress garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau konsentrasi garam-garam terlarut yang berlebihan. Stress garam ini umumnya terjadi pada tanaman dengan tanah yang kondisi airnya salin. Tanah dengan kadar garam tinggi akan menghambat beberapa aktivitas yang sangat esensial untuk respirasi dan fotosintesis (Harjadi dan Yahya, 1988).Dalam dunia tumbuhan, tanaman kacang hijau diklasifikasikan sebagai berikut :Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Rosales

Family : Leguminosae (Fabaceae)

Genus : Vigna

Spesies : Vigna radiata (Purwono, 2012).Susunan tubuh tanaman (morfologi) kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau kecokelat-cokelatan, atau kemerah-merahan; tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm-110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah. Daun tumbuh majemuk, tiga helai anak daun per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau. Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaphrodite), berbentuk kupu-kupu, dan berwarna kuning. Buah berpolong, panjangnya antara 6 cm-15 cm. Tiap polong berisi 6-16 butir biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil, berwarna hijau sampai hijau mengkilap. Biji kacang hijau tersusun atas tiga bagian, yaitu kulit biji, kotiledon, dan embrio (Rukmana, 1997).Kacang hijau (Vigna radiata) merupakan salah satu jenis tanaman yang tidak tahan salinitas tinggi (glycophyta). Ketahanan terhadap salinitas adalah kemampuan untuk mempertahankan pertumbuhan dan metabolisme pada lingkungan yang kaya akan NaCl (Munns et al., 1995). Ketahanan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor struktural dan fisiologis yang berbeda namun sangat berkaitan membentuk sebuah pengaruh yang sangat kompleks (Robinson et al., 1997), sementara tumbuhan tingkat tinggi tidak memiliki metabolisme yang tahan garam, meskipun tumbuhan tersebut terbenam dalam air laut (Yeo, 1998).

BAB IIIIII. Materi Dan Metode3.1 MateriAlat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan analitik, oven, gelas ukur, mortal, pestel, penggaris, pensil, polybag, spektrofotometer, kertas saring, kertas label, labu ukur 10 ml, tabung reaksi, dan kamera.Bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman kacang hijau (Vigna radiata), NaCl, tanah, akuades dan aseton.3.2 Metode3.1.1 Tinggi Tanaman

a. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap satu minggu sekali.

b. Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh apikal tanaman kemudian hasilnya dicatat.3.1.2 Luas Daun

a. Pengukuran luas daun dilakukan setiap dua minggu sekali.

b. Daun yang diukur luasnya adalah daun ke dua dari ujung pada tanaman kacang hijau.c. Pengukuran luas daun dilakukan menggunakan metode gravimetri.

d. Kertas HVS 70 gr dipotong dengan ukuran 10 cm x 10 cm sehingga berbentuk bujursangkar dengan luas 16 cm.

e. Kertas yang telah berbentuk bujursangkar ditimbang sehingga diperoleh berat kertas yaitu 0,71 gr.

f. Daun kedua dari tanaman kacang hijau diambil dan dibuat polanya pada kertas bujursangkar tadi kemudian dipotong menurut polanya.

g. Pola daun kedua tersebut ditimbang menggunakan timbangan analitis sehingga diperoleh berat pola sampel daun.

h. Luas daun kedua dihitung dengan rumus : Luas daun = Luas daun = cm

A = Luas kertas bujursangkar (cm)

B = Berat kertas bujursangkar (gram)

C = Berat pola sampel daun (gram)

Keterangan :

A = Luas kertas bujursangkar (cm2)B = Berat kertas bujursangkar (gram)

C = Berat pola sampel daun (gram)

3.1.3 Titik ekslusi garam

Permukaan daun diraba atau dijilat.3.1.4 Berat Basah

a. Media tumbuh dipisahkan dari akar tanaman, dilakukan dengan cara polybag disobek, tanaman dibersihkan dengan air, diusahakan akar tidak ikut terbuang.

b. Masing-masing tanaman ditimbang dengan timbangan analitik (diperoleh berat basah).

3.1.5 Berat Keringa. Bagian tanaman dipotong-potong hingga menjadi bagian yang tidak terlalu besar, lalu dibungkus dengan kertas koran.

b. Masing-masing tanaman dikeringkan dengan cara dioven dan ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan (diperoleh berat kering).

c. Ratio berat basah dan kering dihitung dari masing-masing tanaman kacang hijau. 3.1.6 Kandungan Klorofil a. Daun yang segar pada masing masing konsentrasi diambil.

b. Daun ditumbuk menggunakan mortar dan pastle dan dicampurkan dengan larutan aseton 80% sehingga klorofil larut.

c. Absorbansi filtrat diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 470 nm, 646 nm, dan 663 nm.

d. Kandungan klorofil tanaman cabai dihitung menggunakan rumus :

Chlorophyll a (g / ml) = 12, 21 (A663) 2, 81 (A646)Chlorophyll b (g / ml) = 20, 13 (A646) 5, 03 (A663)

Total Chlorophyll (g / ml) = 17, 3 (A646) 7, 18 (A663)

Keterangan : A470 = absorbansi pada panjang gelombang 470 nm

A646 = absorbansi pada panjang gelombang 646 nm A663 = absorbansi pada panjang gelombang 663 nm

A. HasilTabel 1. RGR IAnova tinggi tanaman

NoSumber ragamdBJKKTFhitungFTabel

0,050,01

1Perlakuan51472,19294,43712,182225ns2,623,9

2Galat243238,20134,9252

3Total294710,39

Tabel 2. RGR IIAnova luas daun

NoSumber ragamdBJKKTFhitungFTabel

0,050,01

1Perlakuan517260,553452,115,782757**2,393,11

2Galat127163,59596,9661

3Total1724424,14

RataanK0 K1K2K3 K4K5

26,5753,2028,6229,2817,4115,42

K0 (0 mM)26,570,00

K1 (10 mM)53,2026,63ns0,00

K2 (20 mM)28,622,05ns24,58ns0,00

K3 (30 mM)29,282,71**23,92ns0,67ns0,00

K4 (40 mM)17,419,16**35,79**11,21ns11,87ns0,00

K5 (50 mM)15,4211,15**37,78**13,20**13,86ns1,99ns0

Tabel 3. RGR IIIAnova berat basah : berat kering

NoSumber ragamdBJKKTFhitungFTabel

0,050,01

1Perlakuan50,040,0079210,384433ns2,623,9

2Galat240,490,020603

3Total290,53

Tabel 4. RGR IVAnova klorofil

NoSumber ragamdBJKKTFhitungFTabel

0,050,01

1Perlakuan51,990,3973051,929344ns2,623,9

2Galat244,940,205927

3Total296,93

Tabel 5. RGR V Anova karotenoid

NoSumber ragamdBJKKTFhitungFTabel

0,050,01

1Perlakuan55,371,0749160,943157ns2,623,9

2Galat2427,351,1397

3Total2932,73

Gambar Tanaman tomat selama 5 Minggu

Gbr. Minggu ke 1

Gbr. Minggu ke 2

Gbr. Minggu ke 3

Gbr. Minggu ke 4 Gbr. Minggu ke 5

Gbr. Minggu ke 6

Gbr. Minggu ke 7

Gbr. Minggu ke 8 20 mM

30 Mm

40 Mm

B. PembahasanBerdasarkan hasil praktikum Fisiologi Tumbuhan I untuk mengetahui pengaruh stress garam NaCl pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum) dengan perlakuan penambahan larutan garam dengan konsentrasi 0 mM, 10 mM, 20 mM, 30 mM, 40 mM, dan 50 mM. Praktikum ini menggunakan parameter meliputi tinggi tanaman, luas permukaan daun, kandungan klorofil, titik ekslusi garam, berat basah, dan berat kering. Pengamatan ini dilaksanakan selama 5 minggu dan kelompok kami melakukan penyiraman setiap hari dengan air biasa dan air garam secera bergantianPengamatan stress garam dengan parameter tinggi tanaman 2 minggu didapatkan F hitung jenis tanaman yaitu 2,18225. F hitung yang didapatkan lebih kecil dari F tabel 0,05 yaitu 2,62 dan F tabel 0,01 yaitu 3,9. Pengamatan stress garam dengan parameter tinggi tanaman 4 minggu didapatkan F hitung jenis tanaman yaitu 0, 478588. F hitung yang didapatkan lebih kecil dari F tabel 0,05 yaitu 2, 62 dan F tabel 0,01 yaitu 3, 9. Berarti jenis tanaman tidak berbeda nyata, stress tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, dan interaksi tidak berbeda nyata atau tidak ada variasi. Semua pengamatan stress garam dengan parameter tinggi tanaman dari minggu pertama sampai minggu ke 8 didapatkan hasil yang nonsignifikan. Hal ini menandakan bahwa tanaman pada tiap minggunya tidak memperlihatkan tanda-tanda stress garam.

Hasil ini berbeda dengan pendapatnya dari Munns et a., 1995 dan Yeo, 1998 menyatakan bahwa tanaman tomat merupakan salah satu jenis tanaman yang tidak tahan salinitas tinggi. Ketahanan terhadap salinitas adalah kemampuan untuk mempertahankan pertumbuhan dan metabolisme pada lingkungan yang kaya akan NaCl. Ketahanan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor struktural dan fisiologis yang berbeda namun sangat berkaitan membentuk sebuah pengaruh yang sangat kompleks, sementara tumbuhan tingkat tinggi tidak memiliki metabolisme yang tahan garam meskipun tumbuhan tersebut dalam air laut.Pengamatan stress garam dengan parameter luas permukaan daun 5 minggu didapatkan F hitung jenis tanaman yaitu 5,782757. F hitung yang didapatkan lebih besar dari F tabel 0,05 yaitu 2, 62 dan F tabel 0,01 yaitu 3,9. Berarti,stress berpengaruh nyata terhadap luas permukaan daun. Pertumbuhan akar,batang dan luas daun berkurang karena cekaman garam yaitu ketidakseimbangan metabolik yang disebabkan oleh keracunan ion,cekaman osmotik dan kekurangan hara (Arif, 2002). Penurunan jumlah dan luas daun disebabkan juga oleh persediaan unsur hara dan air yang rendah serta adanya akumulasi ion Na+ dan Cl- yang tinggi dalam jaringan tanaman sehingga menghambat proses diferensiasi sel pada titik tumbuh (Suwignyo, 2011).

Pengamatan stress garam dengan parameter total klorofil tanaman tomat yang diamati dan dirawat selama 5 minggu didapatkan F hitung jenis tanaman yaitu 1,929344. F hitung yang didapatkan lebih kecil dari F tabel 0,05 yaitu 2,62 dan F tabel 0,01 yaitu 3,9. Berarti jenis tanaman tidak berbeda nyata, stress tidak berpengaruh terhadap total klorofil daun, dan interaksi tidak berbeda nyata atau tidak ada variasi. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Kusmiyati (2009), bahwa Konsentrasi NaCl yang tinggi akan menyebabkan stres osmotik yang akan menghambat serapan air dan unsur hara. Hal ini mengakibatkan proses biokimia sel terganggu dan terjadi kekurangan unsur hara sehingga sintesis klorofil terhambat. Kadar klorofil yang rendah akan menurunkan laju fotosintesis sehingga digunakan jalur pentosa fosfat.

Pengamatan stress garam dengan parameter berat basah dan berat kering tanaman tomat yang dirawat selama 5 minggu didapatkan F hitung jenis tanaman yaitu 0,384433. F hitung yang didapatkan lebih kecil dari F tabel 0,05 yaitu 2, 62 dan F tabel 0,01 yaitu 3,9. Berarti jenis tanaman tidak berbeda nyata, stress tidak berpengaruh terhadap berat basah dan berat kering daun, dan interaksi tidak berbeda nyata atau tidak ada variasi. Sementara itu menurut referensi pada tahap pertama stres garam diluar akar mengurangi ketersediaan air bagi tumbuhan. Kemudian, garam akan terserap dan terakumulasi sampai dengan taraf yang meracuni dalam daun-daun yang lebih tua. Dampak selanjutnya daun-daun tersebut akan mengalami penuaan dini sehingga akan mengurangi suplai asimilat ke daerah pertumbuhan (Munns dan Termaaat, 1986).

Pengamatan stress garam terhadap kandungan karotenoid tanaman tomat yang dirawat selama 5 minggu didapatkan F hitung jenis tanaman yaitu 0,943157. F hitung yang didapatkan lebih kecil dari F tabel 0,05 yaitu 2, 62 dan F tabel 0,01 yaitu 3,9. Berarti jenis tanaman tidak berbeda nyata, stress tidak berpengaruh terhadap kandungan karotenoid, dan interaksi tidak berbeda nyata atau tidak ada variasi. Dalam proses fotosintesis karotenoid melindungi kloroplas dari kerusakan fotooksidatif. Karotenoid juga bertindak sebagai pigmen pemanen cahaya untuk menyerap energi cahaya dikisaran 400-400 nm yang tidak dapat diserap oleh klorofil dan melewatkan energi eksitasi kepada molekul klorofil. Menurut Parida dan Das (2005), komsentrasi garam yang tinggi bertindak sebagai penghambat dan tidak mampu mencegah kloroplas dari kerusakan fotooksidatif. Tanaman mempunyai kemampuan untuk mengatur konsentrasi garam dalam sitoplasma melalui transport membran dan kompartementasi. Garam disimpan dalam vakuola, diakumulasi, diekskresikan keluar tanaman untuk mempertahankan konsentrasi garam yang stabil. Ada juga tanaman yang mempunyai salt gland pada daun untuk mensekresi garam.

Hasil pengamatan tidak sesuai dengan penelitian-penelitian stress garam sebelumnya. Stres garam adalah keadaan dimana tanaman mengalami cekaman karena kelebihan kadar garam, dan hal ini dapat menghambat proses metabolisme yang ada di dalam tubuh tanaman.Stress garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau konsentrasi garam-gram terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stress garam ini umumnya terjadi dalam tanaman. Stress garam meningkat dengan meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi tertentu yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Garam-garam yang menimbulkan stress tanaamn antara lain NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang terlarut dalam air (Yuniati, 2004). Stress atau cekaman dapat didefinisikan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi tanaman, akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan tanaman, reproduksi dan kelangsungan hidup tanaman itu sendiri. Macam-macam stress tanaman yaitu stress suhu, stress air, stress cahaya, stress garam, dan lainnya. Masing-masing stress berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Penurunan pertumbuhan tersebut ditandai dengan penurunan panjang dan tebal daun, meningkatnya kerapatan mesofil, dan penurunan kandungan klorofil daun. Penurunan petumbuhan terutama disebabkan oleh penurunan laju fotosintesis daun akibat turunnya konduktansi terhadap difusi CO2 baik pada stomata maupun daun (Hamdia, 2010).

Pengaruh utama salinitas adalah berkurangnya pertumbuhan daun yang langsung mengakibatkan berkurangnya fotosintesis tanaman. Salinitas mengurangi pertumbuhan dan pada kondisi terburuk dapat menyebabkan terjadinya gagal panen. Tanaman pada kondisi salin, pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut terhambat karena akumulasi berlebihan Na+ dan Cl- dalam sitoplasma, menyebabkan perubahan metabolisme di dalam sel. Aktivitas enzim terhambat oleh garam. Kondisi tersebut juga mengakibatkan dehidrasi parsial sel dan hilangnya turgor sel karena berkurangnya potensial air di dalam sel. Berlebihnya Na+ dan Cl- ekstraselular juga mempengaruhi asimilasi nitrogen karena tampaknya langsung menghambat penyerapan nitrat (NO3) yang merupakan ion penting untuk pertumbuhan tanaman (Basra, 1994).Salah satu stress yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah stress garam. Stres garam biasanya terjadi pada tanaman di tanah salin. Tanah salin adalah tanah yang mengandung garam mudah larut yang jumlahnya cukup besar bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman seperti klorida atau sulfat. Kemasaman (pH) tanah salin sekitar 8,5 dan pertukaran kation kurang dari 15%. Apabila garam-garam NaCl, Na2CO3, Na2SO4 CaCl2, MgSO4, MgCl2 (Rosita, 2003) terdapat dalam tanah dalam jumlah yang berlebih maka akan timbul masalah salinitas (Chapman, 1975).

Salinitas akan menyebabkan stress ion, stres osmotik dan stres sekunder. Stres ion yang paling penting adalah keracunan Na+. Ion Na yang berlebihan pada permukaan akar akan menghambat serapan K+ oleh akar. Ion K sangat berperan untuk mempertahankan turgor sel dan aktivitas enzim (Xiong dan Zhu, 2002). Ciri-ciri lahan salin adalah pH