laporan farfis fendis.docx

25
Page FENOMENA DISTRIBUSI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fenomena distribusi merupakan salah satu hal yang penting bagi farmasis, ditambah berbagai faktor yang mempengaruhi cabang ilmu tersebut. Lebih khusus pengaruhnya terhadap distribusi obat didalam tubuh manusia. Hal-hal yang termasuk didalam koefisien partisi ialah kerja obat pada tempat organ target serta distribusi dan absorbsinya ke seluruh bagian tubuh sampai memberikan efek terapeutik. Koefisien distribusi didefenisikan sebagai suatu perbandingan kelarutan suatu zat (sampel) di dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur, serta merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu. Fenomena distribusi termasuk di dalamnya adalah koefisien distribusi yang erat hubungannya dengan ilmu farmasi (ilmu resep). Satu hal penting dari fenomena

Transcript of laporan farfis fendis.docx

Page 1: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fenomena distribusi merupakan salah satu hal yang penting bagi farmasis,

ditambah berbagai faktor yang mempengaruhi cabang ilmu tersebut. Lebih khusus

pengaruhnya terhadap distribusi obat didalam tubuh manusia. Hal-hal yang termasuk

didalam koefisien partisi ialah kerja obat pada tempat organ target serta distribusi dan

absorbsinya ke seluruh bagian tubuh sampai memberikan efek terapeutik.

Koefisien distribusi didefenisikan sebagai suatu perbandingan kelarutan suatu

zat (sampel) di dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur, serta

merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu.

Fenomena distribusi termasuk di dalamnya adalah koefisien distribusi yang

erat hubungannya dengan ilmu farmasi (ilmu resep). Satu hal penting dari fenomena

distribusi adalah sifat senyawa obat itu agar dapat melalui membran sel yang terdiri

dari lipoprotein atau suatu lapisan hidrofil dan hidrofob.

Percobaan ini dilakukan penentuan koefisien partisi dengan cara mencampur

dua zat yang bersifat saling bertolak belakang/tidak saling bercampur. Dengan

percobaan ini, diharapkan dapat diketahui tentang fenomena distribusi suatu obat jika

terdapat dalam tubuh.

B. RUMUSAN MASALAH

Page 2: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara untuk mengetahui

dan memahami penentuan koefisien distribusi suatu zat dalam dua pelarut yang tidak

saling bercampur?

C. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui perbandingan kelarutan

dan koefisien distribusi dari asam borat dan asam benzoat dalam pelarut air dan

minyak yang tidak saling bercampur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 3: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

Air adalah pelarut yang baik untuk garam, gula dan senyawa sejenis,

sedang minyak mineral dan benzene biasanya merupakan pelarut untuk zat

yang biasanya hanya sedikit larut dalam air. Penemuan empiris ini disimpulkan

dalam pernyataan like dissolve like. Kelaruta bergantung pada pengaruh kimia,

listrik, struktur yang menyebabkan interaksi timbalm balik zat pelarut dan zat

terlarut (Martin, 1993).

Suatu zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak

saling bercampur. Jika ada kelebihan cairan atau suatu zat padat ditambahkan

ke dalam campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan

mendistribusikan diri di antara dua fase sehingga masingmasing menjadi jenuh. Jika

zat itu ditambahkan ke dalam pelarut tidak bercampur dalam jumlah yang tidak

cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut akan didistribusikan

diantara ke dua lapisan dengan konsentrasi tertentu (Mirawati, 2014).

Koefisien partisi adalah parameter lipofilisitas yang berguna untuk interaksi

suatu obat dengan makromolekul, enzim, dan reseptor obat. Sifat lipofilitas obat

adalah sifat kelarutan obat dalam fase air. Kelarutan obat dalam suatu pelarut tertentu

dipengaruhi oleh struktur kimia obat tersebut. Oleh karena itu nilai log koefisien

partisi (log P) sering digunakan sebagai parameter yang menghubungkan antara

struktur kimia obat dan aktivitas biologis (Aryani, 2005).

Faktorfaktor yang mempengaruhi fenomena distribusi adalah pengaruh

sifat kelarutan bahan obat terhadap distribusi menunjukkan antara lain bahwa

senyawa yang larut baik dalam bentuk lemak terkonsentrasi dalam jaringan

Page 4: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

yang mengandung banyak lemak sedangkan sebaliknya zat hidrofil hampir tidak

diambil oleh jaringan lemak karena itu ditentukan terutama dalam ekstrasel (Ernest,

1999).

Saat ini fenomena perpindahan massa liquid-solid dalam kolom banyak

dijumpai dalam proses-proses di industri kimia, teritama pada proses ekstraksi dan

kristalisasi. Salah satu contohnya adalah proses perpindahan massa yang ditandai

dengan perubahan konsentrasi. Proses perpindahan masa antara fasa liquid dan fasa

solid banyak dipakai dalam industri, oleh karena itu data-data berhubungan dengan

proses perpindahan masa tersebut sangat dibutuhkan (Welasih, 2006).

Indikator adalah senyawa kimia pada interval pH tertentu yang akan

memberikan warna yang berbeda pada reaksi asam basa, misalnya bromtimol biru

yang akan memberikan warna kuning pada suasana asam dan biru pada suasana basa

dengan interval pH antara 6,0 – 7,6 atau indikator fenolftalein tidak berwarna pada

asam dan warna merah pada basa dengan interval pH antara 8,2-10,0 (Maryanti dkk.,

2011).

Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling

bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka

akan terjadi pembagian kelarutan. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan

sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah.

Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan

suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau

koefisien distribusi. Koefisien distribusi dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Page 5: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

Kd = C2 atau Kd = Co

C1 Ca

Dengan Kd = koefisien distribusi dan C1, C2, Co, dan Ca masing-masing adalah

konsentrasi solute pada pelarut organik, dan air. Dari rumus tersebut jika harga Kd

besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam

pelarut organik, begitu pula terjadi sebaliknya (Purwani dkk., 2014).

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN TEMPAT

Page 6: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

Percobaan “Fenomena Distribusi” di laksanakan pada hari Selasa, tanggal 29

Desember 2015, pukul 13.00-WITA. Bertempat di Laboratorium Farmasi Fisik

Universitas Halu oleo.

B. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:

a. Batang pengaduk

b. Buret 50 ml

c. Corong pisah 250 ml

d. Erlenmeyer 250 ml

e. Gelas kimia 250 ml

f. Gelas ukur 100 ml

g. Statif dan klem

h. Pipet tetes

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:

a. Akuades

b. Asam borat

Page 7: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

c. Asam benzoat

d. Indikator fenolftalein

e. Minyak kelapa

f. NaOH 1%

C. PROSEDUR KERJA

Ditimbang 100 mg, lalu dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml.

Asam Borat Asam Benzoat

Page 8: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

Dilarutkan dengan akuades, kemudian dicukupkan volume larutan hingga 100 ml dengan akuades.

Diambil 25 ml dari larutan tersebut, masukkan dalam corong pisah, dan tambahkan dengan 25 ml minyak kelapa.

Dikocok selama beberapa menit campuran di dalam corong pisah, diamkan selama 10-15 menit hingga kedua cairan memisah satu sama lain.

Dibuka tutup corong pisah, lalu pisahkan air dari minyak dengan menampung dalam erlenmeyer.

Ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 pipet ke dalam Erlenmeyer.

Dititrasi larutan dengan titran larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna indicator dari bening menjadi merah muda.

Dihitung koefisien partisinya.

Vol. NaOH yang digunakan (Asam Benzoat) = 8 mL Vol. NaOH yang digunakan (Asam Borat) = 7,5 mL

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel Pengamatan

Page 9: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

SampelNaOH yang

digunkan (titran)

KonsentrasiAkhir

Konsentrasi Distribusi

Asam Benzoat 8 mL 0,68% 0,47%

Asam Borat 7,5 mL 0,7% 0,4%

2. Perhitungan

1. Asam Benzoat

Diketahui :

V NaOH = 8 ml

V asam benzoat = 25 ml

M NaOH = 1 %

Ditanyakan :

Makhir asam benzoat = …?

Penyelesaian :

M1 . V1 = M2 . V2

1 % . 8 mL = M2 . 25 mL

8 % mL = M2 . 25 mL

M2 = 8 %mL25 mL

M2 = 0,32 %

Konsentrasi Akhir = 1 % - 0,32 %

= 0,68 %

Konsentrasi Distribusi = { dalam airdalamminyak }

Page 10: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

= 0,320,68

= 0,47 %

2. Asam Borat

Diketahui :

V NaOH = 7,5 ml

V asam benzoat = 25 ml

M NaOH = 1 %

Ditanyakan :

Makhir asam borat = …?

Penyelesaian :

M1 . V1 = M2 . V2

1 % . 7,5 mL = M2 . 25 mL

7,5% mL = M2 . 25 mL

M2 = 7,5 %mL

25 mL

M2 = 0,3 %

Konsentrasi Akhir = 1 % - 0,3 %

= 0,7%

Konsentrasi Distribusi = { dalam airdalamminyak }

= 0,30,7

= 0,4 %

Page 11: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

B. PEMBAHASAN

Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan

zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur. Faktor yang

mempengaruhi koefisien distribusi adalah pelarut pertama dan pelarut kedua.

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu

senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada

Page 12: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase

yaitu struktur molekul. Sedangkan, Koefisien partisi adalah perbandingan

konsentrasi kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak

bercampur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena distribusi adalah

pengaruh sifat kelarutan bahan obat terhadap distribusi menunjukkan antara

lain bahwa senyawa yang larut baik dalam bentuk lamak terkonsentrasi dalam

jaringan yang mengandung banyak lemak sedangkan sebaliknya zat hidrofil

hampir tidak diambil oleh jaringan lemak karena itu ditentukan terutama

dalam ekstrasel, temperatur, kekuatan ion, konstanta dielektrik, katalisis,

katalis asam basa spesifik, dan cahaya energi.

Percobaan menentukan koefisien partisi, pertama-tama timbang asam

borat sebanyak 100 mg, kemudian masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml,

larutakan dengan aquadest sebanyak 100 ml, kemudian ambil 25 ml dari

larutan tersebut,  masukkan larutan tersebut ke dalam corong pisah, dan

tambahkan 25 ml minyak kelapa. Setelah itu, dikocok selama 5 menit

campuran di dalam corong pisah, diamkan selama 10-15 menit hingga kedua

cairan memisah satu sama lain. Selanjutnya buka tutup corong pisah, pisahkan

air dari minyak dengan menampung air dalam erlenmeyer, tambahkan

indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes ke dalam erlenmeyer, titrasi larutan

dengan larutan baku NaOH 1% sampai terjadi perubahan warna dari bening

menjadi merah muda. Kemudian diambil 25 ml larutan asam borat yang telah

Page 13: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

dicukupkan dengan aquadest, kemudian ulangi prosedur kerja menggunakan

asam benzoat, lalu dihitung koefisien partisinya.

Asam borat dan asam benzoat digunakan karena asam borat dan asam

benzoate dapat larut dalam air dan minyak, dan karena asam borat dan asam

benzoate memiliki dua sifat yaitu sifat polar dan nonpolar.

Alasan penggunaan air dan minyak kelapa dalam percobaan dengan

menggunakan partisi karena kedua pelarut ini tak dapat larut satu sama lain

tetapi sampel asam borat dapat larut dalam minyak dan air. Hal ini disebabkan

karena air merupakan pelarut polar sedangkan minyak kelapa merupakan

pelarut non polar dan karena pada minyak terdapat karbon sehingga

menyebabkan bentuk streokimianya simetris sehingga tidak memiliki momen

dipol.

Alasan asam borat dan asam benzoat ditambahkan ke dalam minyak

kelapa dan air kemudian  dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian

setelah itu di lakukan  pengocokan, karena agar zat dapat mengadakan

keseimbangan antara yang larut dalam air dan yang larut dalam minyak

kelapa. Pada percobaan ini dilakukan pengocokan selama 5 menit agar gugus

polar dan non polar dari asam borat maupun dari asam benzoat dapat bereaksi

dengan air dan minyak sehingga dapat dilihat pada pelarut mana kelarutannya

paling besar.

Tujuan dari campuran dalam corong pisah didiamkan selama 10-15

menit, karena agar pemisahan antara minyak dan air bisa sempurna. Alasan

Page 14: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

mengapa yang dilakukan titrasi hanya pada fase air saja. dikarenakan bila

lapisan minyak yang dititrasi maka akan terjadi reaksi saponifikasi

(penyabunan).

Metode titrasi yang digunakan dalam percobaan ini  adalah alkalimetri

yang dilakukan berdasarkan reaksi netralisasi yaitu sampel asam yang dititrasi

dengan titran basa akan bereaksi sempurna dengan semua asam sehingga

dapat diperoleh titik akhir titrasi dengan melihat perubahan warna larutan dari

bening menjadi merah muda.

Hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan, yaitu

konsentrasi yang diperoleh untuk asam benzoat dan asam borat adalah pada

asam benzoat konsentrasi akhir sebesar 0,68 % dan konsentrasi distribusi

sebesar 0,47 % sedangkan pada asam borat konsentrasi akhir sebesar 0,7 %

dan konsentrasi distribusi sebesar 0,4%.

Aplikasi koefisien distribusi dalam bidang farmasi yaitu untuk

menentukan pengawet yang akan digunakan dalam sediaan dan untuk

menentukan absorbsi dan distribusi suatu bahan obat dalam tubuh. Pengawet

yang baik dalam sediaan emulsi, misalnya, harus dapat larut dalam air dan

dalam minyak, sebab jika pengawet hanya larut air maka fase minyak akan

ditumbuhi oleh mikroorganisme sehingga tidak menghasilkan suatu sediaan

yang baik. Untuk menentukan absorbsi obat, misalnya dalam pembuatan salep

untuk menentukan bahan salep yang bekerja pada lapisan kulit tertentu

sehingga menghasilkan efek yang diinginkan.

Page 15: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu fenomena distribusi

merupakan salah satu hal yang penting bagi farmasis, ditambah berbagai faktor

yang mempengaruhi cabang ilmu tersebut. Lebih khusus pengaruhnya terhadap

distribusi obat di dalam tubuh manusia. Adapun konsentrasi yang diperoleh

untuk asam benzoat dan asam borat adalah pada asam benzoat konsentrasi akhir

sebesar 0,68% dan konsentrasi distribusi sebesar 0,47% sedangkan pada asam

borat konsentrasi akhir sebesar 0,7% dan konsentrasi distribusi sebeasar 0,4%.

Page 16: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

B. SARAN

Saran yang dapat diberikan untuk percobaan ini adalah sebaiknya tetap

menjaga ketenangan selama praktikum agar tidak menganggu praktikan yang

lain dan lebih teliti selama praktek berlangsung agar di dapatkan hasil yang

maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aryani Ni Luh Dewi, 2005. Penetapan Nilai Parameter Lipofilisitas (Log P, Jumlah

Tetapan π Hansch Dan Tetapan F Rekker) Asam Pipemidat. Jurnal Ilmiah

Sains dan Teknologi. Vol.1 No.2.

Ernest. 1999. Dinamika Obat. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik, Jilid I Edisi III. Jakarta : Universitas

Indonesia Press.

Maryanti Evi, Bambang Triahadi dan Ikhwanuddin, 2011. Pemanfaatan Ekstrak

Bunga Mawar Merah (Rosa Hibrida Bifera) Sebagai Indikator Pada Titrasi

Asam Basa. Jurnal Gradien. Vol.7 No.2.

Page 17: laporan farfis fendis.docx

Page

FENOMENA DISTRIBUSI

Mirawati. 2014. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Makassar : Universitas

Muslim Indonesia

Purwani MV, Prayitno, 2014. Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai Tri Oktil

Amin. Journal of Nuclear Science and Technology.Vol. 17 No. 1.

Welasih Tjatoer, 2006. Penentuan Koefisien Perpindahan Massa Liquid Solid Dalam

Kolom Packed Bed Dengan Metode Adsorpsi. Jurnal Teknik Kimia. Vol.1

No.1.