Laporan ekstraksi pelarut
-
Upload
rizki-ramadhan -
Category
Documents
-
view
1.513 -
download
42
Transcript of Laporan ekstraksi pelarut
LAPORAN EKSTRAKSI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
© Memisahkan logam Ni dari campuran dengan ekstraksi pelarut
© Menentukan kadar Ni dalam sampel
1.2 Prinsip Percobaan
Sejumlah kecil Ni dipisahkan dari campurannya dengan Cu dengan teknik ekstralsi pelarut, yaitu mengekstraksi Ni dalam bentuk nikel-dimetilglioksim atau Ni(DMG)2 dari air ke dalam khloroform. Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri, dimana diketahui bahwa kompleks berwarna Ni(DMG)2 dalam khloroform mengikuti hukum Lambert-Beer dalam range konsentrasi yang lebar.
1.3 Teori Dasar
Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling bercampur. Menurut Nerst, zat terlarut akan terdistribusi pada kedua solven sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua solven tersebut tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap (Christian, 1986).
Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.
Ekstraksi cair-cair dengan pengkelat logam adalah salah satu aplikasi utama ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi selektif ionlogam menggunakan agen pengkelat. Sayangnya beberapa agen pengkelat memiliki keterbatasan kelarutan dalam air atau subyek untuk hidrolisis atau oksidasi udara dalam larutan aqueous. Karena alasan ini agen pengkelat ditambahkan ke pelarut organic sebagai ganti fasa aqueous. Agen pengkelat diekstrak ke fasa aqueous yang reaksinya
membentuk kompleks logam-ligan yang stabil dengan ion logam. Kompleks logam-ligan kemudian terekstrak ke fasa organik. Efisiensi ekstraksi ion logam bergantung pada pH.
Pada umumnya ion-ion logam tidak larut dalam pelarut organik non polar. Ion logam harus diubah menjadi bentuk molekul yang tidak bermuatan dengan pembentukan kompleks agar ion logam tersebut dapat terekstrak ke dalam pelarut organik non polar. Senyawa kompleks adalah suatu senyawa dimana ion logam bersenyawa dengan ion atau molekul netral yang mempunyai sepasang atau lebih elektron bebas yang berikatan secara kovalen koordinasi (Moersid, 1989)
Ion logam dalam senyawa kompleks disebut ion pusat, sedangkan ion atau molekul netral yang mempunyai pasangan elektron bebas disebut ligan. Kompleks kelat atau sepit adalah kompleks yang terbentuk apabila ion pusat bersenyawa dengan ligan yang mempunyai dua atau lebih gugus. Banyaknya ikatan kovalen koordinasi yang terjadi antara ligan dengan ion pusat disebut bilangan koordinasi. Pembentukan kompleks oleh ligan bergantung pada kecenderungan untuk mengisi orbital kosong dalam usaha mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil. Untuk memudahkan ekstraksi maka ion logam yang bermuatan harus dinetralkan oleh ion atau molekul netral menjadi kompleks tidak bermuatan (Khopkar, 1984).
Kompleks kelat merupakan asam lemah (HL) yang terionisasi dalam air dan terdistribusi dalam fase organik dan fase air, serta dengan ion logam dapat membentuk ion kompleks yang netral dan mudah larut dalam fase organik (Day dan Underwood, 1989). Sesuai dengan reaksi:
Salah satu keuntungan menggunakan agen pengkelat adalah derajat selektifitas tinggi. Efisiensi ekstraksi untuk kation divalent meningkat dari 0-100% disekitar 2 unit pH. lagipula konstanta pembentukan kompleks logam-ligan bervariasi diantara ion logam. Akibatnya, perbedaan signifikan muncul dalam range pH dimana ion logam yang berbeda menaikkan efisiensi ekstraksi dari 0-100%.
Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri, dimana diketahui kompleks berwarna Ni(DMG)2 dalam khloroform mengikuti hukum Lambert-Beer dalam range konsentrasi yang lebar. Sebagaimana diketahui warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis spektrokimia spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik.
Spektrofotometri didefinisikan suatu metoda analisis kimia berdasarkan pengukuran seberapa banyak energi radiasi diabsorpsi oleh suatu zat sebagai fungsi panjang gelombang. Agar lebih mudah memahami proses absorpsi tersebut dapat ditunjukkan dari suatu larutan berwarna. Misalnya larutan tembaga sulfat yang nampak berwarna biru. Sebenarnya larutan ini mengabsorpsi radiasi warna kuning dari cahaya putih dan meneruskan radiasi biru yang tampak oleh mata kita.
Proses absorpsi ini kemudian dapat dijelaskan bahwa suatu molekul/atom yang mengabsorpsi radiasi akan memanfaatkan energi radiasi tersebut untuk mengadakan eksitasi elektron. Eksitasi ini hanya akan terjadi bila energi radiasi yang diperlukan sesuai dengan perbedaan tingkat energi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi dan sifatnya karakteristik.
Komponen-komponen yang mengabsorpsi dalam spektrofotometri UV-Vis dapat berupa absorpsi oleh senyawa-senyawa organik maupun anorganik. Senyawa-senyawa organik yang mengandung ikatan rangkap 2/ rangkap 3 akan menghasilkan puncak-puncak absorpsi yang penting terutama dalam daerah UV. Gugus-gugus fungsional organik tidak jenuh yang mengabsorpsi sinar tampak dan UV ini dinamakan kromofor/sering dikenal dengan pembawa warna. Contoh kromofor, -NH2, -C=C-, C=O, -CHO, -NO2, -N=N- dan lain-lain. Sedangkan absorpsi oleh senyawa-senyawa anorganik, spektra dari hampir semua ion-ion kompleks dan molekul-molekul anorganik menghasilkan puncak absorpsi agak melebar. Untuk ion-ion logam transisi, pelebaran puncak disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan kimianya. Suatu contoh larutan Cu (II) encer berwarna biru muda, tetapi warna akan berubah menjadi biru tua dengan adanya amonia. Bila unsur-unsur logam membentuk kompleks, maka faktor ligan sangat menentukan. Sebagian radiasi yang terabsorpsi oleh suatu larutan analit yang mengabsorpsi ternyata terdapat hubungan kuantitatif dengan konsentrasinya. Jumlah radiasi yang terabsorpsi oleh sampel dinyatakan dalam hukum Lambert-Beer dan dijadikan dasar pada analisis kuantitatif spektrofotometri dan dinyatakan dengan rumus:
Keterangan:
A = absorbansi/ radiasi yang terabsorpsi
a = konstanta absortivitas (L/ g.cm)
c = konsentrasi sampel (g/ L)
C = konsentrasi sampel (mol/ L)
ε = koefisien ekstingsi molar (mol dm cm )
b = tebal larutan/ lebar kuvet (cm)
Karena harga ε tetap untuk zat yang sama (pada panjang gelombang sama) dan b tetap, maka hubungan antara A dan c adalah linier.
Gambar Skema Spektrofotometer UV/VIS
BAB II
ALAT DAN BAHAN
Alat BahanErlenmeyr 100 mL 13 buah NiSO4.6H2O 0,22 gramLabu ukur 100 mL 1 buah HNO3 6 M 15 mL
Pipet seukuran 10 mL 5 buah NaOH 2,5 MGelas kimia 100 mL 1 buah Asam asetat 6 M
Gelas ukur 5 mL 3 buah Na-asetatCorong Na-Tartat
Pipet tetes Na-tiosulfatAlumunium foil Hidroksilamin hidrokloridaKertas timbang DimetilglioksimKertas saring Khloroform
Magnetic stirrer AquadesNeraca digital Sampel air kran Padalarang
Spektrofotometer visible Sampel air sungai PanyileukanKuvet Sampel air selokan Cilengkrang
Botol semprot
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Pembuatan larutan standar utama
1. Ditimbang sejumlah 0,22 gram garam NiSO4.6H2O ke dalam gelas kimia 100 mL.2. Ditambahkan 7,5 mL HNO3 6 M kedalam gelas kimia tersebut dan dipanaskan diatas
hotplate hingga seluruh garam nikel terlarut.3. Dinetralkan dengan NaOH 2,5 M hingga terbentuk endapan nikel hidroksida pertama
kali.
4. Ditambahkan asam asetat 6 M tetes demi tetes hingga seluruh endapan larut.5. Larutkan dan tanda bataskan dalam labu ukur 50 mL dengan aquades.
3.2 Pembuatan larutan buffer
1. Diencerkan 8,7 mL asam asetat 6 M menjadi 100 mL.2. Ditambahkan 10 mL larutan asam asetat yang telah diencerkan ke dalam 40 mL aquades
yang mengandung 15 gram natrium asetat.
3.3 Ekstraksi
1. Disiapkan 13 buah erlenmeyer. Dimasukkan masing-masing 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 3,5 mL larutan standar Ni2+ 100 ppm dengan menggunakan buret.
2. Ditambahkan 10 mL aquades kepada setiap erlenmeyer yang telah diisi larutan standar.3. Dimasukkan masing-masing 10 mL larutan sampel ke dalam erlenmeyer sebanyak 3 buah
dengan sampel yang berbeda.4. Kedalam 12 erlenmeyer yang telah berisi masing masing larutan dan 1 buah erlenmeyer
kosong sebagai blanko, ditambahkan masing-masing 0,5 gram natrium tartat, 5,0 mL buffer, 2,5 gram natrium tiosufat, 1,0 mL hidroksilamin hidroklorida 10% dalam air dan 2,0 mL dimetilglioksim 1% dalam etanol. Tabung dikocok setelah penambahan reagent.
5. Ditambahkan 10 mL khloroform kedalam setiap erlenmeyer, kemudian dilakukan pengocokkan selama 3 menit untuk setiap erlenmeyer. Campuran dibiarkan hingga kedua fasa terpisah sempurna.
6. Lapisan khloroform yang berada dibagian bawah dipipet dan disaring sebanyak 5-6 mL. Untuk mengurangi penguapan, ditambahkan ± 5 mm aquades ke dalamnya.
3.4 Pengukuran dengan spektrofotometer
1. Setiap larutan (standar dan sampel) yang diperoleh dari hasil ekstraksi diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm, yang sebelumnya telah di-nol-kan dengan blanko.
2. Dibuat kurva kalibrasi dari absorbansi larutan standar dan ditentukan konsentrasi sampel dengan perhitungan berdasarkan kurva yang diperoleh.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan
© Tabel Absorbansi Larutan Standar Ni2+
V Larutan Standar (mL) Absorbansi (nm) Konsentrasi (ppm)0.1 0.096 0.990.2 0.102 1.960.3 0.127 2.910.4 0.138 3.850.5 0.158 4.761.0 0.201 9.092.0 0.381 16.673.0 0.456 23.083.5 0.580 25.98
© Tabel Absorbansi Larutan Sampel
Sampel Absorbansi (nm) Konsentrasi (ppm)Air Sungai A 0.230 9.11Air Selokan B 0.250 10.22Air Keran C 0.165 5.5
4.2 Perhitungan
© Pembuatan Larutan Standar Ni2+ 100 ppm
Jadi, untuk membuat standar Ni2+ 100 ppm sebanyak 50 mL dibutuhkan garam NiSO4.6H2O sebanyak 0,22 gram.
© Konsentrasi Larutan Standar pada berbagai pengenceran
0.1 x 100 = 10.1 x
0.2 x 100 = 10.2 x
0.3 x 100 = 10.3 x
0.4 x 100 = 10.4 x
0.5 x 100 = 10.5 x
1.0 x 100 = 11 x
2.0 x 100 = 12 x
3.0 x 100 = 13 x
3.5 x 100 = 13.5 x
© Dari data diatas didapat Grafik
© Konsentrasi Sample
1. Sampel Air Sungai A
1. Sampel Air B
1. Sampel Air C
BAB V
PEMBAHASAN
Judul Percobaan kali ini adalah Ekstraksi pelarut dimana yang dimaksud ekstraksi pelarut itu sendiri adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling bercampur. Tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk memisahkan logam Ni dari campurannya dengan eksatraksi pelarut dab juga menentukan kadar Ni dalam sampel dengan metode spektrofotometri.
Ni merupakan ion logam yang tidak dapat larut dalam senyawa nonpolar, oleh karena itu Ni harus diubah menjadi senyawa non polar dengan cara membentuknya menjadi senyawa kelat. Agen pengkelat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Dimetilglioksin. Ion logam Ni2+ dijadikan kompleks terlebih dahulu dengan DMG menjadi senyawa kompleks Ni(DMG)2 agar dapat terekstraksi ke fasa organik yang akhirnya dapat diukur pada panjang gelombang 420 nm.
Pertama-tama sampel dipipet sebanyak sepuluh mL kemudian ditambahkan beberapa pereajsi seperti Na-tartat, buffer, Na-tiosulfat, hidroksilamin hidroklorida, dan terakhir DMG atau dimetilglioksin. Fungsi penambahan Tiosulfat sebelum ekstraksi untuk membentuk kompleks anionik Cu(S2O3)2- yang tidak terekstrak ke dalam khloroform. Tartat ditambahkan untuk membentuk kompleks dengan Fe(III) yang ada dalam campuran. Hidroksilamin hidroklorida ditambahkan untuk mencegah oksidasi Ni(DMG)2 menjadi kompleks Ni(Y) dengan DMG yang berbeda spektrum absorbansinya. Buffer pH digunakan untuk membuat suasana larutan menjadi sedikit asam karena Ni2+ membentuk kompleks dengan DMG pada suasana sedikit asam atau dapat pula pada suasana tepat basa.
Senyawa kompleks yang terbentuk kedalam fasa organik ini selain Ni(DMG)2, yaitu senyawa kompleks Cu dan Fe. Akan tetapi pada panjang gelombang 420 nm, spesifik untuk menyerap cahaya yang ditimbulkan oleh senyawa kompleks Ni(DMG)2 dan cahaya dari senyawa kompleks selain itu tidak dapat diserap, oleh karena itu tidak perlu dikhawatirkan senyawa kompleks yang lain dapat mempengaruhi konsentrasi Ni2+ yang didapatkan.
Pada ekstraksi ini dilakukan penyaringan dengan kertas saring, hal ini bertujuan agar tidak ada pengotor atau endapan yang dapat mengganggu pada saat proses pengkuran dengan spektrofotometer. Tentu saja proses penyaringan ini tidak akan mengurangi konsentrasi Ni2+ dalam larutan tersebut, karena Ni2+ larut sempurna pada khloroform.
Interferen yang terbawa dalam pembentukan senyawa kompleks ini seperti Fe dan Cu, dapat dipisahkan dengan cara melakukan ekstraksi kembali (stripping) pada senyawa organik dengan cara menambahkan larutan buffer pH tertentu untuk mendapatkan senyawa kompleks yang diinginkan. Contohnya senyawa kompleks Cu dapat dipisahkan dengan campurannya pada pH 1, apabila ditambahkan larutan pH 1 dan sedikit air aquades maka senyawa kompleks Cu akan terpisah dan terlarut dalam air.
Pada saat pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer kuvet yang digunakan haruslah kuvet kuarsa tidak boleh menggunakan kuvet plastik karena pelarut organik khloroform akan bereaksi dengan silikat pada kuvet plastik yang akan melelehkan kuvet tersebut dan tentunya akan membuat pemeriksaan menjadi terganggu dan menghasilkan absorbansi yang tidak sesuai dari seharusnya. Digunakan pula kuvet hitam untuk memastikan tidak ada cahaya yang terserap pada spektrofotometer yang digunakan, sedangkan larutan blanko digunakan untuk mengkalibrasi spektrofotometer yang diseting dengan absorban nol atau nilai transmitan 100% dan meminimalkan kesalahan sistematik.
BAB VI
KESIMPULAN
Pada sampel air yang ada seluruhnya (+) mengandung Ni2+. Terbukti dalam percobaan ini, didapat konsentrasi Ni2+ pada sampel sebagai berikut :
© Air Sungai A = 9.11 ppm
© Air Selokan B = 10.22 ppm
© Air Keran C = 5.5 ppm
DAFTAR PUSTAKA
Basset,J.Denney,R.C Jefry,G.H Mendhan,J.Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.Jakarta:Buku kedokteran EGC.
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
Harvey David. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Comp.
Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro, Edisi V, diterjemahkan oleh: Setiono & Pudjaatmaka, PT Kalman Media Pustaka, Jakarta
. Latar BelakangKomponen-komponen kimia yang terkandung di dalam bahan organik seperti yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan oleh keperluan hidup manusia, baik komponen senyawa tersebut digunakan untuk keperluan industri maupun untuk bahan obat-obatan. Komponen tersebut dapat diperoleh dengan metode ekstraksi dimana ekstraksi merupakan proses pelarutan komponen kimia yang sering digunakan dalam senyawa organik untuk melarutkan senyawa tersebut dengan menggunakan suatu pelarut.Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga terjadi distribusi sampel di antara kedua pelarut terebut. Pendistribusian sampel dalam kedua pelarut tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD (koefisien distribusi). 1
Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat. Minyak yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat, melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, penggantikaret, dan lain-lain.
Minyak kemiri ini berkualitas lebih rendah daripada tung oil, minyak serupa yang dihasilkan olehVernicia fordii (sin. Aleurites fordii) dari Cina.[1]
Kadar lemak yang terdapat di dalam kemiri dapat ditentukan dengan metode ekstraksi padat-cair. Pada metode ini, sampel berbentuk padatan akan diekstraksi menggunakan pelarut cair berupa kloroform dengan metode soxhletasi dan destilasi sederhana. Pada ekstraksi soxhlet terjadi penyarian simplisia secara berkesinambungan dengan menggunakan pelarut yang dipanaskan sehingga terjadi penguapan dan pelarut yang terkondensasi akan menyaring simplisia yang terdapat di dalam selonsong. Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dilakukanlah percobaan untuk melakukan ekstraksi secara cair-cair dan padat-cair. B. Rumusan MasalahRumusan masalah dari percobaan ini, yaitu :1. Berapa nilai KD untuk sistem organik/air dengan pemisahan cara ekstraksi pelarut?2. Bagaimana cara menentukan kadar lemak dalam kemiri secara ekstraksi soxhlet? C. TujuanTujuan dari percobaan ini, yaitu :1. Untuk mengetahui metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut cair-cair.2. Menentukan nilai KD untuk sistem organik/air.3. Untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet.4. Menentukan kadar lemak dalam kemiri secara ekstraksi soxhlet.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. EkstraksiEkstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dala m larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organik).[2]Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan “bersih” baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai yang paling rumit berupa alat “Counter Current Craig”.[3]
4
Menurut Estien Yazid (2005), berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam tertentu dalam larutan air. B. Ekstraksi Cair-cairEkstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur. Jika analit berada dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang digunakan adalah pelarut organik, dan sebaliknya.[4]Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya.[5]Cara ini digunakan jika harga D cukup besar (˃ 1000). Bila hal ini terjadi, maka satu kali ekstraksi sudah cukup untuk memperoleh solut secara kuantitatif. Nmaun demikian, ekstraksi akan semakin efektif jika dilakukan berulangkali menggunakan pelarut dengan volume sedikit demi sedikit.[6]Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukun distribusi ketika pada tahun 1981 ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur tertentu:
= tetapan menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1. Meskipun hubungan ini berlaku cukup baik dalam kasus-kasus tertentu, pada kenyataannya hubungan ini tidaklah eksak. Yang benar, dalam pengertian termodinamik, angka banding aktivitas bukannya rasio konsentrasi yang seharusnya konstan. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase memelihara suatu rasio yang konstan terhadap aktivitas spesies itu dalam fase cair yang lain:
= KDA
Di sini menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1. Tetapan sejati KDA disebut koefisien distribusi dari spesies A.[7]Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi
ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).[8]Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain.[9] C. Ekstraksi Padat-cairEkstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga diiris-iris menjadi bagian yang tipis-tipis. Kemudian padatan yang telah halus dibungkus dengan kertas saring. Padatan yang telah terbungkus kertas saring dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut organik dimasukkan ke dalam pelarut godog. Kemudian peralatan ekstraksi dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak.[10]1. Taksonomi kemiriKingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas : CommelinidaeOrdo : ZingiberalesFamili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)Genus : AlpiniaSpesies : Alpinia purpurata (Vieill.) K. SchumKemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat. Minyak yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat, melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, penggantikaret, dan lain-lain. Minyak kemiri ini berkualitas lebih rendah daripada tung oil, minyak serupa yang dihasilkan olehVernicia fordii (sin. Aleurites fordii) dari Cina.[11]2. SoxhletasiPada prinsipnya, soxhletasi didasarkan atas penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT,
atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.[12]3. DestilasiDestilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didih atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin. Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar kondensor), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.[13]Alat yang digunakan dalam destilasi sederhana terdiri atas labu destilasi, still head, dan kondensor dengan satu adaptor yang menghubungkan ujung kondensor dengan labu penampung destilat. Ukuran alat gelas yang digunakan ditentukan oleh ukuran volume cairan yang akan didestilasi. Destilasi sederhana hanya dapat digunakan untuk memisahkan komponen yang perbedaan titik didihnya paling kurang 80oC. Umumnya, destilasi ini digunakan untuk pemurnian komponen-komponen volatil yang sudah hampir murni. Jika cairan relatif murni, sejumlah kecil destilat mengandung pengotor bertitik didih rendah akan keluar ke penampungan destilat pada waktu temperatur di still head masih meningkat, fraksi ini disebut sebagai fore-run. Segera setelah temperatur di still head mencapai harga konstan, fraksi utama dapat dikumpulkan, dan destilasi dapat dilanjutkan sampai sejumlah destilat diperoleh. Pengotor bertitik didih tinggi akan tinggal sebagai residu dalam labu destilasi.Jika destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan dua komponen dengan perbedaan titik didih yang lebar, seharusnya temperatur di still head diamati secara ketat. Sesaat setelah senyawa volatil terkumpul, temperatur akan mulai meningkat, dan labu penampung harus diganti dengan labu kosong. Kumpulkan destilat tersebut pada labu kedua selama temperatur masih meningkat. Destilat akan mengandung kedua komponen (fraksi campuran), tetapi seharusnya hanya merupakan fraksi dengan volume yang kecil.[14]
BAB IIIMETODE PERCOBAAN
A. Waktu dan TempatWaktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini, yaitu sebagai berikut :Hari/Tanggal : Rabu/ 25 April 2012Pukul : 13.00 – 16.00 WITATempat : Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar B. Alat dan Bahan1. AlatAlat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah magnetic stirrer, neraca analitik, neraca ohaus, buret asam 50 mL, penangas listrik, corong pemisah 50 mL, labu destilasi 250 mL, aerator, kondensor, mortar, gelas kimia 600 mL dan 100 mL, erlenmeyer 250 mL, termometer 100oC, gelas ukur 100 mL dan 50 mL, pipet volume 25 mL dan 5 mL, pipet skala 10 mL, steel head, receive adaptor, statif dan klem, ember, selang air, bulp, corong, botol semprot, tabung reaksi, batang pengaduk, pipet tetes 3 mL dan spatula. 12
2. BahanBahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil, asam sulfat (H2SO4) 1 N, aquades (H2O), es batu, indikator kanji, kemiri, kloroform (CHCl3) pekat, natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 M dan padatan iod. C. Prosedur KerjaProsedur kerja pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut :1. Ekstraksi Pelarut (cair-cair)a. Menimbang 0,125 gram padatan ion dan melarutkannya dalam 50 mL air. Memasukkan larutan ke dalam corong pemisah.b. Menambahkan 5 mL kloroform ke dalam corong pemisah lalu mengocok larutan beberapa menit. Mendiamkan larutan sebentar, kemudian mengeluarkan lapisan organiknya melalui keran yang ada di bawah corong pemisah.c. Menuangkan lapisan air ke dalam erlenmeyer melalui lubang bagian atas corong pemisah.d. Menambahkan 4 mL larutan asam sulfat 1 N untuk mengasamkan suasana larutan dan menambahkan 1 mL indikator kanji 0,2%.e. Menitrasi larutan dengan natrium tiosulfat 0,01 M sampai warna biru larutan tepat hilang.f. Menghitung gram iod yang tertinggal dalam air dengan mengetahui jumlah gram iod aslinya, dapat dihitung jumlah gram ion yang terekstraksi dalam pelarut organik.g. Menghitung KD ion untuk sistem organik/air.2. Ekstraksi Pelarut (padat-cair)a. Menghaluskan 50 gram kemiri dengan menggunakan mortar lalu menimbang kemiri yang telah dihaluskan tersebut.b. Membuat selonsong dengan menggunakan kertas saring dan kapas.c. Memasukkan kemri yang telah dihaluskan ke dalam klonsong, kemudian merangkai alat soxhletasi.d. Memasukkan klonsong ke dalam alat soxhletasi.e. Memasukkan 200 mL kloroform ke dalam labu pemanas dan memanaskan pelarut sampai 6 kali sirkulasi.
f. Memasang labu pemanas ke alat destilasi sederhana.g. Menguapkan pelarut sampai suhu 60 oC.h. Memindahkan sampel ke dalam tabung reaksi lalu membiarkan sampel selama 2 hari untuk menguapkan sisa pelarut yang masih tersisa di dalam sampel tersebut.i. Menimbang hasil yang diperoleh.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. HasilHasil pengamatan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut :1. Hasil Pengamatana. Ekstraksi pelarut (cair-cair)Massa iod = 0,1289 gramVolume A1 = 25 mLVolume A2 = 23,1 mLVolume O1 = 5 mLVolume O2 = 4 mLVolume Na2S2O3 = 2 mLb. Ekstraksi pelarut (padat-cair)Kemiri = 50 gramBerat tabung reaksi = 18,6581 gramVolume kloroform = 147 gramBerat tabung reaksi + hasil = 33,6057 gramBerat hasil = (berat tabung reaksi + hasil) – (berat tabung reaksi)= 33,6057 – 18,6581 =14,9476 gram 15
2. Analisa Dataa. Ekstraksi pelarut (cair-cair)1) Konsentrasi I2 Totalmol I2 = = = 5,07 x 10-4 mol= = = 0,01014 M2) Konsentrasi I2 airBerdasarkan reaksi: perbandingan mol = perbandingan koefisien
2S2O3-2
+ I2 S4O6-2 + 2I-
=
Mol = volume mM = 2 ml 3) Konsentrasi I2 organik 4) Massa I2 yang tertinggal b. Ekstraksi pelarut (padat-cair)% lemak = x 100 % = x 100 % = 30 % B. PembahasanPada praktikum ini dilakukan dua percobaan untuk mengekstraksi pelarut secara cair-cair dan padat-cair. Percobaan pertama dilakukan untuk mengekstraksi pelarut secara cair-cair. Analit yang digunakan adalah padatan iod yang telah dihaluskan, padatan ini berfungsi sebagai senyawa yang akan ditentukan konsentrasinya dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur. Penggunaan corong pemisah dilakukan untuk melakukan ekstraksi secara sederhana dengan dua pelarut yang tidak saling bercampur dimana air bertindak sebagai pelarut polar dan kloroform bertindak sebagai pelarut organik yang non polar. Pengocokan pada larutan dilakukan untuk memisahkan larutan organik dan air dimana terjadi distribusi diantara kedua pelarut tersebut saat terjadi pengocokan larutan. Penampungan lapisan organik yang berwarna ungu dilakukan dengan pengeluaran lapisan tersebut melewati keran pada bagian bawah corong pemisah sehingga dapat ditentukan volume dari lapisan organik setelah dilakukan pencampuran dengan pelarut yang berbeda. Lapisan air dipindahkan ke dalam erlenmeyer dengan penambahan asam sulfat 1N untuk membuat suasana larutan menjadi asam dan penambahan kanji sebagai indikator yang berfungsi untuk memperlihatkan perubahan warna yang terjadi saat lapisan air dititirasi dengan natrium tiosulfat.Dari hasil analisa data diperoleh massa I2 yang tertinggal sebanyak 0,1217 gram, adalah 0,01014 M, adalah , danadalah dimana nilai KD untuk sistem organik/air pada percobaan ini adalah 22,42. KD merupakan suatu tetapan yang tidak bergantung dari konsentrasi total senyawa x dan disebut teapan koefisien distribusi.Percobaan kedua dilakukan untuk mengekstraksi pelarut secara padat-cair dimana sampel yang digunakan adalah kemiri yang telah dihaluskan. Penghalusan kemiri dilakukan agar proses ekstraksi pelarut dapat berjalan dengan baik sehingga pelarut dapat mengekstraksi lemak yang
terdapat di dalam sel kemiri tersebut. Lemak dalam buah kemiri diisolasi dengan metode soxhletasi dan dimurnikan dengan metode destilasi sederhana.Berdasarkan prinsip soxhletasi, sampel dimasukkan dalam klonsong dan pelarut akan menyaring simplisia tersebut secara berkesinambungan. Pelarut yang digunakan adalah kloroform dimana penggunaan kloroform dilakukan karena pelarut ini bersifat mudah menguap dengan titik didih yang rendah dan merupakan pelarut yang dapat melarutkan minyak atau lemak dengan baik sehingga cocok digunakan pada isolasi lemak yang terkandung di dalam buah, kloroform juga tidak mudah terbakar sehingga bila bereaksi dengan udara tidak akan menimbulkan ledakan. Sebelum melakukan pemanasan, penambahan batu didih harus dilakukan terlebih dahulu agar tidak terjadi bumping pada saat proses pemanasan berlangsung. Pemanasan pelarut organik dilakukan selama enam kali sirkulasi atau sampai pelarut tidak berwarna lagi yang berarti bahwa pelarut sudah tidak membawa komponen yang ingin diisolasi. Pada proses soxhletasi diperoleh lemak yang bercampur dengan pelarut yang digunakan yaitu kloroform. Pemisahan lemak dengan kloroform dilakukan dengan menggunakan metode destilasi sederhana.Berdasarkan percobaan, massa minyak yang diperoleh adalah 14,9476 gram sehingga diperoleh % lemak dari kemiri adalah 30%.
BAB VPENUTUP
A. KesimpulanKesimpulan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut :1. Metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut cair-cair dilakukan dengan menggunakan corong pemisah dimana terdapat dua pelarut yaitu pelarut air dan pelarut organik dimana pelarut organik yang digunakan adalah kloroform.2. Koefisien distribusi (KD) untuk sistem organik/air yang diperoleh dari ekstraksi pelarut cair-cair adalah 22,42.3. Cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam selonsong lalu memanaskan kloroform sebagai pelarut sampai enam kali sirkulasi.4. Kadar lemak dalam kemiri yang diperoleh dari ekstraksi soxhlet adalah 30%. B. SaranSaran dari percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan selanjutnya dilakukan pemisahan pelarut menggunakan rotary evaporator sehingga dapat dibandingkan pemisahan pelarut menggunakan metode destilasi sederhana dan rotary evaporator.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut
organikPenyiapan bahan yang akan diekstrak dan plarut Selektivitas Pelarat hanya boleh
melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi.
Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit). Kemampuan tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair,
pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan Terutama
pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut
dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan
kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil,
seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam
ekstraktor sentrifugal). Reaktivitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan
secara kimia pada komponen-kornponen bahan ekstarksi. Dalam hal ini bahan yang akan
dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.1[1]
Wortel adalah tumbuhan biennial (siklus hidup 12 - 24 bulan) yang menyimpan
karbohidrat dalam jumlah besar untuk tumbuhan tersebut berbunga pada tahun kedua. Pada
wortel mentah hanya 3% β-ririencha yang dilepaskan selama proses pencernaan, proses ini dapat
ditingkatkan hingga 39% melalui pulping, memasaknya dan menambahkan minyak sawit. Wortel
1
mengandung vitamin A yang baik untuk kesehatan mata. Mengkonsumsi wortel baik untuk
penglihatan pada mata, terutama bisa meningkatkan pandangan jarak jauh.2[2]
Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan
atau penggambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut
air (biasanya organik)3[3].
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah bagaimana mengetahui pemisahan
wortel dengan pelarut kloroform dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut cair-cair?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pemisahan wortel dengan pelarut
kloroform dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut cair-cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebihkomponen
dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagaiseparating agen.
2
3
Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam
campuran4[4]
Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan
atau pengambilan zat terlarut dala m larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut
lain (biasanya organik).5[5]
Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur antara lain
menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya dimana pada satu fase dapat
berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain, misalnya ekstraksi berulang-ulang suatu
larutan dalam pelarut air dan pelarut organik, dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu ekstraktor
sokshlet. Metode sokshlet merupakan metode ekstraksi dari padatan dengan solvent (pelarut) cair
secara kontinu. Alatnya dinamakan sokshlet (ekstraktor sokshlet) yang digunakan untuk
ekstraksi kontinu dari sejumlah kecil bahan.6[6]
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) di antara dua fasa cair
yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan
“bersih” baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk
analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak
digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan
anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah (paling
sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai yang paling rumit berupa alat “Counter Current
Craig”.7[7]
4
5
6
7
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau dise but juga ekstraksi
air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa
pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak
memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini
didasarkan padsa distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidang saling bercampur, seperti benzen, karbon tetraklorida, atau kloroform. Batasannya adalah
zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat
digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisis pada
semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian berkembang
menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk ion-ion logamyang
bertindak sebagai trace (pengotor) dan ion-ion logamdalam jumlah makrogram8[8]
Menurut Estien Yazid (2005), berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu
ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk padatan.
Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung
di dalam bahan alam seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk cair.
Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat
seperti iod atau logam-logam tertentu dalam larutan air.
Menurut Indra Wibawa (2010), Istilah-istilah berikut ini umumnya digunakan dalam
teknik ekstraksi:
1. Bahan ekstraksi: Campuran bahan yang akan diekstraksi
2. Pelarut (media ekstraksi): Cairan yang digunakan untuk melangsungkan ekstraksi
8
3. Ekstrak: Bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi
4. Larutan ekstrak: Pelarut setelah proses pengambilan ekstrak
5. Rafinat (residu ekstraksi): Bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya
6. Ekstraktor: Alat ekstraksi
7. Ekstraksi padat-cair: Ekstraksi dari bahan yang padat
8. Ekstraksi cair-cair (ekstraksi dengan pelarut = solvent extraction): Ekstraksi dari bahan ekstraksi
yang cair.
Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak),
melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak dalam pelarut.
Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar perbedaan
kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur. Jika analit berada
dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang digunakan adalah pelarut organik, dan sebaliknya.9
[9]
Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch)
atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi
bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur
dengan pelarut pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi
kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan
terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat
dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya.10[10]
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau dise but juga ekstraksi
air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa
9
10
pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak
memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini
didasarkan padsa distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidang saling bercampur, seperti benzen, karbon tetraklorida, atau kloroform. Batasannya adalah
zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat
digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisis pada
semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian berkembang
menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk ion-ion logamyang
bertindak sebagai trace (pengotor) dan ion-ion logam dalam jumlah makro gram11[11]
Cara ini digunakan jika harga D cukup besar (˃ 1000). Bila hal ini terjadi, maka satu
kali ekstraksi sudah cukup untuk memperoleh solut secara kuantitatif. Nmaun demikian,
ekstraksi akan semakin efektif jika dilakukan berulangkali menggunakan pelarut dengan volume
sedikit demi sedikit.12[12]
Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat campur, ada suatu
hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fase pada kesetimbangan. Nernst
pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukun distribusi ketika pada tahun
1981 ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak
dapat campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah
konstanta pada suatu temperatur tertentu:
= tetapan
menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1. Meskipun hubungan ini berlaku cukup
baik dalam kasus-kasus tertentu, pada kenyataannya hubungan ini tidaklah eksak. Yang benar,
11
12
dalam pengertian termodinamik, angka banding aktivitas bukannya rasio konsentrasi yang
seharusnya konstan. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase memelihara suatu rasio yang
konstan terhadap aktivitas spesies itu dalam fase cair yang lain:
= KDA
Di sini menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1. Tetapan sejati KDA disebut koefisien
distribusi dari spesies A.13[13]
Dalam klasifikasi ekstraksi, ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi atau zat
dari campuranya dengan mernggunakan yang sesuai. Menurut Estien Yazid (2005, h,181-18)
Ekstraksi dapat digolongkan berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi dan proses
pelaksanaannya.
a. Bentuk campuranya
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi
padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi padat-cair
Zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis
ini banyak dilakukan didalam usaha mengrisolasi zat berkhasiat yang terkandung didalam bahan
alam seperti steroid, hormon, antibiotika, dan lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair
Zat yang diekstraksi teradpat didalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair
sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod, atau
logam-logam tertentu dalam larutan air.
b. Proses pelaksanaannya
13
Menurut proses pelaksanaannya ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi
berkesinambungan (kontinyu) dan ekstraksi bertahap.
1. Ekstraksi kontinyu (Continues Extraction)
Pada ekstraksi kontinyu, pelarut yang digunakan secara berulang-ulang sampai proses
ekstraksi selesai. Tersedia berbagai alat dari jenis ekstraksi ini seperti alat soxhlet atau Craig
Countercurent.
2. Ekstraksi bertahap (batch)
Pada ekstraksi bertahap, setiap kali ekstraksi selalu digunakan pelarut yang baru sampai
proses ekstraksi selesai. Alat yang biasa digunakan adalah berupa corong pisang.
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara
intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang
pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat
ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang
sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar
haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan
tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan
bantuan perkakas pengaduk).14[14]
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan menyebabkan
terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat
mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya
penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan
sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah
14
terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan
berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain.15[15]
Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch)
atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi
bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur
dengan pelarut pertama melaluicorong pisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi
kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut.setelah didiamkan beberapa saat akan
terbentuk dua lapisan, dan lapisan yang berada dibawah dengan kerapatan lebih besar dapat
dipisahkan untuk dilakukan analisa selanjutnya16[16]
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilakukanya percobaan ini adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal : Jum’at / 31Mei 2013
Pukul : 08.00-12.00 WITA
: Laboratorium Kimia Analitik Lantai Dasar UIN Alauddin Makassar
B. Alat dan Bahan
1. Alat
15
16
Adapun alat yang digunakan adalah corong pisah 100 mL, pipet skala 10 mL, gelas
piala 100 mL, gunting, erlenmeyer 250 mL, mortal dan lumpang, statif dan klem.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah aquadest, aluminium foil, kain blacu, larutan
kloroform, tissue, wartel.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Memotong kecil-kecil wortel
2. Menimbang potongan wortel sebanyak 50,0030 gr.
3. Menggerus wortel dalam mortel hingga ekstraknya keluar.
4. Mengambil ekstraknya dengan cara memeras hasil tumbukan wortel kedalam gelas kimia
menggunakan kain blacu.
5. Memindahkan ekstrak kecorong pisah.
6. Menambahkan 50 mL larutan kloroform kedalamnya.
7. Mengkocok corong pisah searah jarum jam selama 5 menit, dengan sekali-kali membuka tutup
corong.
8. Mendiamkan sampai terjadi pemisahan.
9. Mengeluarkan lapisan organik sedangkan ekstraknya dituang ke Erlenmeyer.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Perlakuan
Wortel ditmbang wortel digerus ekstrak sampel dipindahkan 50,0030 gr mortal corong pisah
Kloroform tambahkan diamkan sampai terjadi pemisahan pindahkan 5 mL, kocok
Pisahkan lapisan organiknya, lapisan ekstrak pindahkan lapisan ekstrakDalam Erlenmeyer
Ditambah pelarut organic pemisahan I kuning tua Pemisahan II kuning bening.
Syarat-Syarat Bahan yang Akan Diekstrak dan Pelarut :
a. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari
bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan
lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan.
Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya
diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
b. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan
pelarut lebih sedikit).
c. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan
ekstraksi.
d. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar
antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah
dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda
kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal
(misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
e. Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-
kornponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia
(misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi
juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus
berada dalam bentuk larutan.
f. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau
rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak
membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses
ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang
rendah).
B. Teori Ekstraksi Cair-cair
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang menyatakan bahwa
”pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan terdistribusi dalam proporsi yang selalu
sama diantara dua pelarut yang saling tidak campur”. Perbandingan konsentrasi pada keadaan
setimbang di dalam 2 fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi (KD) dan
diekspresikan dengan:
[S]org
KD=-------------
[S]aq
[S]org dan [S]aq masing-masing merupakan konsentrasi analit dalam fase organik dan dalam
fase air; KD merupakan koefisien partisi.
Dalam prakteknya, analit seringkali berada dalam bentuk kimia yang berbeda karena adanya
disosiasi (ionisasi), protonasi, dan juga kompleksasi atau polimerisasi karenanya ekspresi yang
lebih berguna adalah rasio distribusi atau rasio partisi (D) yang diekspresikan dengan:
(Cs)org
D = -------------
(Cs)aq
(Cs)org dan (Cs)aq masing-masing merupakan konsentrasi total analit (dalam segala bentuk)
dalam fase organik dan dalam fase air; D merupakan rasio partisi.
Jika tidak ada interaksi antar analit yang terjadi dalam kedua fase maka nilai KD dan D adalah
identik.
Analit yang mempunyai rasio distribusi besar (104 atau lebih) akan mudah terekstraksi ke dalam
pelarut organik meskipun proses kesetimbangan (yang berarti 100% solut terekstraksi atau
tertahan) tidak pernah terjadi.
Kebanyakan ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah dalam waktu beberapa
menit. Akan tetapi untuk efektifitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (< 1)
hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada larutan sampel secara terus-menerus.
Hal ini dapat dilakuan dengan refluks menggunakan alat yang didisain secara khusus yaitu suatu
alat ekstraktor secara terus-menerus.
Alat ekstraksi secara terus-menerus :
pelarut pengekstraksi kurang rapat dibanding dengan larutan yang mengandung solut yang akan
diekstraksi.
pelarut pengekstraksi lebih rapat dibanding dengan larutan yang mengandung solut yang akan
diekstraksi.
Pelarut organik yang dipilih untuk ekstraksi pelarut yaitu mempunyai kelarutan yang
rendah dalam air (<10%), dapat menguap sehingga memudahkan menghilangkan pelarut organik
setelah dilakukan ekstraksi, dan mempunyai kemurnian yang tinggi untuk meminimalkan adanya
kontaminasi sampel.
C. Masalah-masalah dalam Ekstraksi Pelarut
Beberapa masalah sering dijumpai ketika melakukan ekstraksi pelarut yaitu: terbentuknya
emulsi, analit terikat kuat pada partikulat, analit terserap oleh partikulat yang mungkin ada, analit
terikat pada senyawa yang mempunyai berat molekul tinggi, dan adanya kelarutan analit secara
bersama-sama dalam kedua fase.
Terjadinya emulsi merupakan hal yang paling sering dijumpai. Oleh karena itu jika emulsi antara
kedua fase ini tidak dirusak maka recovery yang diperoleh kurang bagus.
Emulsi dapat dipecah dengan beberapa cara :
1. Penambahan garam ke dalam fase air
2. Pemanasan atau pendinginan corong pisah yang digunakan
3. Penyaringan melalui glass-wool
4. Penyaringan dengan menggunakan kertas saring
5. Penambahan sedikit pelarut organik yang berbeda
6. Sentrifugasi
Jika senyawa-senyawa yang akan dilakukan ekstraksi pelarut berasal dari plasma maka
kemungkinan senyawa tersebut terikat pada protein, sehingga recovery yang dihasilkan rendah.
Teknik yang dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang terikat pada protein meliputi :
Penambahan detergen
Penambahan pelarut organik yang lain
Penambahan asam kuat
Pengenceran dengan air
Penggantian dengan senyawa yang mampu mengikat lebih kuat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kacang tanah (Arachis hipogea L) termasuk tanaman polong-polongan atau
legium kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini merupakan salah satu
tanaman palawija jenis leguminoceae yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi antara lain
protein, karbohidrat dan minyak.
Gamba 1.1 Kacang sebagai bahan baku ekstraksi
Sekarang pemanfaatan kacang tanah makin luas dari minyak nabati hingga selai.
Kandungan minyak yang terdapat di dalam kacang tanah cukup tinggi yaitu berkisar antara 40-
50% dan merupakan minyak nabati yang bebas kolesterol. Karena kandungan minyaknya cukup
tinggi maka kacang tanah merupakan sumber minyak yang penting.
Minyak kacang tanah seperti juga minyak nabati lainnya merupakan salah satu kebutuhan
manusia, yang dipergunakan baik sebagai bahan pangan (edible purpose) maupun bahan non
pangan. Sebagai bahan pangan minyak kacang tanah digunakan untuk minyak goreng, bahan
dasar pembuatan margarin mayonaise, salad dressing, mentega putih (shortening) dan
mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan minyak jenis lainnya karena dapat dipakai
berulang-ulang untuk menggoreng bahan pangan. Sebagai bahan non pangan, minyak kacang
tanah digunakan dalam industri sabun, face cream, shavingcream, pencuci rambut dan bahan
kosmetik lainnnya. Dalam bidang farmasi minyak kacang tanah dapat dipergunakan untuk
campuran pembuatan adrenalin dan obat asma.
Minyak kasar hasil ekstraksi selalu mengandung asam lemak bebas sebagai hasil aktifitas
enzim lipase terhadap gliserida selama minyak tersebut disimpan.Besarnya asam lemak tersebut
digunakan sebagai ukuran kualitas minyak.Makin besar asam lemak bebas yang terkandung
dalam minyak tersebut maka kualitasnya makin rendah. Minyak atau lemak yang disimpan pada
kondisi penyimpanan yang tidak baik apabila diolah atau dimanfaatkan akan dihasilkan minyak
atau lemak dengan kandungan asam lemak bebas tinggi.
Penelitian ini bertujuan mempelajari kondisi optimum dari pengaruh volume pelarut dan
suhu ekstraksi pada proses ekstraksi minyak kacang tanah secara batch dengan menggunakan
pelarut n-heksana. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui dan mempraktekkan
secara langsung cara pengambilan minyak dari kacang tanah dengan proses ekstraksi. Sealin itu
dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan membagi sebuah
zat terlarut diantara dua pelarut. Hal ini dilakukan untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu
pelarut ke pelarut lain. Ekstraksi sangat berperan penting dalam bidang industri untuk
penentuan kadar kafein dalam produksi teh kering atau pun bahan lain yang mengandung
kafein.
1.2 Tujuan
Setelah melakukan percobaan mahasiswa dapat:
1. Mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet.
2. Menentukan kadar lemak dalam sampel dengan metode ekstraksi soxhlet.
3. Menghitung massa yang hilang pada proses ekstraksi
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dihasilkan dari praktikum ini adalah :
1. Dapat mengetahui alat dan prosedur kerja ekstraksi menggunakan pelarut
2. Dapat mengetahui kemampuan pelarut heksan dalam mengekstraksi lemah pada kacang.
3. Dapat mengetahui waktu yang di butuhkan heksan dalam mengekstraksi kacang tanah dalam
volume tertentu.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Ekstraksi
Kelarutan Senyawa dalam suau pelarut dinyatakan sebagai jumlah gram zat terlarut dalam
100 mL pelarut pada 25 0C. Senyawa akan larut dalam suatu pelarut jika kekuatan atraktif antara
kedua molekul (zat terlarut dan pelarut) adalah sesuai atau disukai. Yang polar larut dalam
pelarut polar, dan sebaliknya. Jadi sifat kepolaran senyawa non polar terjadi karena perbedaan
keelektronegatifannya kecil atau sama, misalnya C-C, C-H ; sedangkan senyawa polar terdapat
perbedaan keelektronegatifan besar seperti pada C-O, C-N, C-X. Demikian pula diantara
molekul yang mengandung O-H, atau N-H akan terjadi ikatan hidrogen (antar molekul) sangat
menentukan kelarutan
Gambar 2.1 Alat ekstraksi
Ekstraksi adalah metoda pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih
senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip kelarutan. Jika kedua fasa
tersebut adalah zat cair yang tidak saling bercampur, disebut ekstraksi cair-cair.Partisi adalah
keadaan kesetimbangan keberhasilan pemisahan sangat tergantung pada perbedaan kelarutan
senyawa tersebut dalam kedua pelarut.Secara umum prinsip pemisahannya adalah senyawa
tersebut kurang larut dalam pelarut yang satu dan sangat larut di pelarut lainnya.Air banyak
dipakai dalam sistem ekstraksi cair-cair senyawa organik karena banyak senyawa organik yang
bersifat ion atau sangat polar yang cukup larut dalam air Pelarut lainnya adalah pelarut organik
yang tidak bercampur dengan air (yaitu bukan dari golongan alkohol dan aseton). Dalam sistem
ekstraksi ini akan dihasilkan dua fasa yaitu fasa air (aqueos) dan fasa organik. Selain syarat
kelarutan yang harus berbeda jauh perbedaannya di kedua pelarut tersebut, juga syarat lain
adalah pelarut organik harus mempunyai titik didih jauh lebih rendah dari senyawa terekstraksi
(biasanya dibawah 100 0C), tidak mahal dan tidak bersifat racun
Dasar metoda ekstraksi cair-cair adalah distribusi senyawa diantara dua fasa cair yang
berada dalam keadaan kesetimbangan. Perbandingan konsentrasi di kedua fasa cair disebut
koefisien distribusi (K) yaitu K=Ca/Cb. Perpindahan senyawa terlarut dari satu fasa ke fasa lain
akhirnya mencapai keadaan setimbang (pada suhu tertentu). Maka K bisa ditentukan. Efisiensi
proses ekstraksi ini tergantung pada jumlah ekstraksi dilakukan, bukan volume pelarut. Hal ini
dinyatakan dengan perhitungan konsentrasi zat terlarut :
Cn = Co [KV1/(KV1+V2)]n
Dimana Co adalah konsentrasi semula, V1 volume semula, K koefisien distribusi dan V2 volume
pengekstrak. Dengan persamaan ini kelihatan akan lebih efektif n kali ekstraksi dari pada satu
kali ekstraksi. Lebih baik dilakukan beberapa kali ekstraksi dari pada satu kali dengan jumlah
yang sama.
Tabel 2.1 Beberapa pelarut yang biasa digunakan ekstraksi
Jenis Pelarut Titik Didih0 C
Kerapatan
g/mL
Sifat dan
penggunaanya
Air 100 1,000 Sangat luas, polar,
ionik
Dietil Eter 35 0,714 Sangat luas, mudah
terbakar
Heksan 61 0,659 Hidrokarbon/nonpolar,
terbakar
Benzen 80 0,879 Aromatik, mudah
terbakar racun
Toluen 111 0,876 Seperti benzen
Pentan 36 0,626 Non polar, mudah
terbakar
Metanol 65 Mudah terbakar racun
Kloroform 61 1,492 Sangat polar
Metilen Klorida 41 1,335 Polar, beracun
Karbontetraklorida 77 1,594 Hidrokarbon, non
polar, racun
2.2 Proses Ekstraksi
2.2.1 Ekstraksi asam basa
Ekstraksi asam basa adalah termasuk jenis ekstraksi yang didasarkan pada sifat asam
dan basa senyawa organik, disamping kelarutannya.Senyawa asam atau basa organik direaksikan
dengan basa atau asam sehingga membentuk garamnya.Garam ini tidak larut dalam pelarut
organik (non polar) tetapi larut baik dalam air. Ekstraksi basa dikembangkan untuk isolasi
kovalen asam organik dari campurannya, juga kovalen basa organik (alkaloid) yang diekstraksi
dengan asam mineral dengan cara titrasi
2.2.2 Ekstraksi padat-cair
Ekstraksi padat-cair adalah juga termasuk cara ekstraksi yang lazim disebut ekstraksi
pelarut, dimana zat yang akan diekstraksi )biasanya zat padat) terdapat dalam fasa padat. Cara ini
banyak digunakan dalam isolasi senyawa organik (padat) dari bahan alam.Efesiensi ekstraksi
padat cair ini ditentukan oleh besarnya ukuran partikel zat padat yang mengandung zat organik
dan banyaknya kontak dengan pelarut. Maka dari itu dalam praktek isolasi bahan alam harus
menggunakan peralatan ekstraksi kontinu yang biasa disebut soxhlet
2.2.3 Penyaringan dan corong pisah
Corong pisah adalah alat untuk melakukan ekstraksi cair-cair yaitu proses pengocokan
sistem dua pelarut, agar proses partisi bisa berjalan lebih cepat. Setelah dibiarkan beberapa lama
sampai kedua pelarut terpisah dengan baik, baru dilakukan pemisahan salah satu
pelarut.Identifikasi pelarut bagian atas dan bawah, ditentukan atas dasar perbedaan
kerapatannya.Kerapatan yang besar ada di bagian bawah. Proses penyaringan merupakan bagian
penting dalam pemisahan zat padat dari larutan atau zat cair. Dilakukan dengan menggunakan
kertas saring yang dipasang dalam corong.
Ada dua macam cara penyaringan yaitu penyaringan gaya berat (biasa) dan penyaringan
dengan pengisapan (suction). Penyaringan biasa digunakan untuk mengumpulkan cairan dari zat
padat yang tak larut. Kertas saring yang digunakan adalah jenis lipat (fluted). Penyaringan cara
ini sering dilakukan pada kondisi panas (penyaringan panas), misalnya untuk memisahkan
karbon aktif setelah proses penghilangan warna larutan (decolorizing). Cara penyaringan lain
adalah penyaringan dengan pengisapan (suction), yaitu cara penyaringan yang memerlukan
kecepatan dan kuat dan digunakan untuk memisahkan padatan kristal dari cairannya dalam
rektalisasi. Pengisapan dilakukan dengan menggunakan aspirator-air atau pompa vakum dengan
desain khusus. Dan corongnya yang digunakan adalah corong buchner atau corong hirsch
2.2.4 Pengeringan ekstrak
Ekstraksi yang melibatkan air sebagai pelarut umumnya air akan sedikit terlarut dalam
sejumlah pelarut organik seperti kloroform, benzen dan eter. A ir ini harus dikeluarkan sebelum
dilakuakn destilasi pelarut. Ada dua tahap pengeringan, pertama ekstrak ditambahkan larutan
jenuh natrium klorida (garam dapur) sejumlah volume yang sama. Garam akan menaikkan
polaritas air berarti menurunkan kelarutannya dalam pelarut organik. Kemudian tambahkan zat
pengering garam anorganik anhidrat yang betul betul kering atau baru. Zat pengering ini adalah
anhidrat dari garam berair kristal yang kapasitasnya sebanding dengan jumlah air kristalnya.
Yang umum digunakan adalah Magnesium Sulfat, Natrium Sulfat. Magnesium sulfat adalah
pengering paling efektif akan tetapi sangat mahal. Kalsium klorida lebih murah akan tetapi
sering membentuk komplek dengan beberapa senyawa organik yang mengandung oksigen
(misalnya etanol).
2.3 Prinsip dasar ekstraksi pelarut
Hukum fase Gibb’s menyatakan bahwa :
P + V = C + 2
Keterangan :
P = fase
C = Komponen
V = Derjat kebebasan
Pada ekstraksi pelarut , kita mempunyai P = 2 , yaitu fase air dan organik, C= 1, yaitu zat
terlarut di dalam pelarut dan fase air pada temperatur dan tekanan tetap, sehingga V = 1,
jadi kita akan dapat :
2 + 1 = 1+2, yaitu P + V = C + 2
2.4 Klasifikasi Ekstraksi
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik adalah
mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi., sebagai khelat atau sistem ion
berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam
berlangsung , maka proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu .
Golongan ekstraksi berikutnya dikenali sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies
ekstraksi disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan
pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang
tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori terakhir merupakan ekstraksi
sinergis . Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat yang berakibat
pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi.
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu,
dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana.
Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan
pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi
yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil
yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut
sedikit-sedikit.(Khopkar 1990).Perbandingan antara konsentrasi solut dalam fase organik
terhadap solut dalam fase air disebut koefisien distribusi (Kd).
2.5 Tujuan Ekstraksi
Adapun tujuan daripada ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat didalam simplisia. Basic daripada ekstraksi ini adalah perpindahan massa komponen zat
padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini,
prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk
mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid,
flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan
keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan
untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka.Hal ini diikuti dengan uji kimia
atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu.
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat
dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba
yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus
ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut,
khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini
(utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji
organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk
mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.
2.6 Metode Ekstraksi
2.6.1 Ekstraksi secara dingin
1. Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari
cahaya. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara
lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang
digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur
keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :
Modifikasi maserasi melingkar Modifikasi maserasi digesti Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat Modifikasi remaserasi Modifikasi dengan mesin pengaduk Metode Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan
sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke
dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
Keuntungan metode ini adalah :
Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak
dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 :
1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang
berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
2. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang
telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel
padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak
merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama
proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
2.6.2 Ekstraksi secara panas
1. Metode refluksKeuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.
2. Metode destilasi uap Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman.Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang
mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
2.7 Syarat Pelarut
Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung
gugus yang bersangkutan.
Adapun syarat pelarut lainnya yaitu :
Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.
Kelarutan pelarut organik rendah dalam air Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya ntk keperluan analisa lebih lanjut
2.8 Pelucutan (Striping)
Pelucutan adalah pengambilan kembali zat terlarut yang telah diekstraksi dari fase organik
untuk
digunakan dalam analisis lebih lanjut :
Zat terlarut yang telah diekstrak dapat diukur absorbansinya menggunakan kolorimeter untuk mengetahui konsentrasinya
Bila fase organik mudah menguap (dietil eter) dapat ditambah sedikit air kemudian diuapkan di atas penangas air untuk mendapatkan zat terlarutnya
Bila pelarut pengekstrak tidak mudah menguap, zat terlarut dipisahkan dari pelarut dengan cara kimia, yaitu dengan mencampur larutan asam atau reagensia lain dengan pengocokan
2.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
Tipe persiapan sampel
Waktu ekstraksi
Kuantitas pelarut
Suhu pelarut
Tipe pelarut
Minyak dapat diekstraksi dengan perkolasi, imersi, dan gabungan perkolasi-imersi. Dengan
metode perkolasi, pelarut jatuh membasahi bahan tanpa merendam dan berkontak dengan seluruh
spasi diantara partikel. Sementara imersi terjadi saat bahan benar-benar terendam oleh pelarut
yang bersirkulasi di dalam ekstraktor. Sehingga dapat disimpulkan:
Dalam proses perkolasi, laju di saat pelarut berkontak dengan permukaan bahan selalu
tinggi dan pelarut mengalir dengan cepat membasahi bahan karena pengaruh gravitasi.
Dalam proses imersi, bahan berkontak dengan pelarut secara periodeik sampai bahan
benar-banar terendam oleh pelarut. Oleh karena itu pelarut mengalir perlahan pada
permukaan bahan, bahkan saat sirkulasinya cepat.
Untuk perkolasi yang baik, partikel bahan harus sama besar untuk mempermudah pelarut
bergerak melalui bahan.
Dalam kedua prosedur, pelarut disirkulasikan secara counter-current terhadap bahan.
Sehingga bahan dengan kandungan minyak paling sedikit harus berkontak dengan pelarut
yang kosentrasinya paling rendah.
Metode perkolasi biasa digunakan untuk mengekstraksi bahan yang kandungan minyaknya lebih
mudah terekstraksi. Sementara metode imersi lebih cocok digunakan untuk mengekstraksi
minyak yang berdifusi lambat.
BAB III
METOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan :
No. Alat Jumlah
1. Labu Erlenmeyer 1 buah
2. Pembakar spirtus 1 buah
3. Statif 1 buah
4. Klem 1 buah
5. Termometer 1 buah
6. Timbangan 1 buah
7. Kaca arloji 1 buah
8. Spatula 1 buah
9. Botol semprot 1 buah
10. Korek api 1 buah
11. Corong pisah 1 buah
12. Kertas saring 1 buah
13. Stopwatch 1 buah
14. Gelas ukur 1 buah
15. Kaki tiga 1 buah
16. Kasa 1 buah
17 Gelas kimia 1 buah
18 Corong 1 buah
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan :
a. kacang tanah
b. n-hexane
c. air
3.3 Gambar Alat
Gambar 3.1 Ekstraktor soxhlet
Nama-nama instrumen dan fungsinya :
Kondensor : berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk mempercepat proses pengembunan
Timbal : berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil zatnya Pipa F : berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang menguap dari proses
penguapan Sifon : berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya penuh
kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan 1 siklus Labu alas bulat: berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya Hot plate : berfungsi sebagai pemanas larutan
3.4 Prosedur Percobaan
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah:
1. Menghaluskan butiran kacang tanah dengan menggunakan blender kemudian menimbang
sebanyak 200 gr.
2. Memindahkan kacang tanah yang telah dihaluskan secara hati-hati ke dalam selongsong
yang diberi kapas pada kedua sisinya lalu mengikat dengan benang.
3. Mengisi labu pemanas dengan n-heksan sebanyak 250 mL dan menaruh batu didih di
dalam labu pemanas. Memanaskan labu sedemikian rupa sehingga n-heksane akan
mendidih secara sempurna. Mengalirkan air pendingin ke dalam kondensor.
4. Mengekstraksi kacang tanah selama 3 kali sirkulasi. Setelah selesai, memasang labu yang
berisi n-heksane ke alat rotasi evaporator dan menguapkan sampai seluruh kn-heksane
hilang.
5. Membersihkan bagian luar labu dengan tissue, kemudian menimbang labu tersebut
dengan minyak/ lemak di dalamnya, mengukur volume minyak yang diperoleh.
6. Menentukan kadar lemak dalam % dan menghitung berat jenisnya.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan
Tabel 4.1 Runtutan hasil pengamatan
No Zat Uji Perlakuan Hasil Pengamatan
1 200 gram kacang
tanah
Diblender atau
digiling lalu
Tumbukan kacang halus dan kasar. Di
bungkus dengan kertas saring.
ditambahkan n-
hexane
2 Campuran Awal Disaring Membungkus minyak dengan kertas
saring. Guna untuk mengambil minyak
kacang pada proses ekstraksi pelarut.
3 Minyak kacang
yang di peroleh
Dilakukan
pemisahan minyak
kacang dari pelarut
n-heksane
Pemisahan minyak dengan pelarut dengan
cara menguapkan pelarut hingga di
peroleh minyak yang tidak menguap.
4 Penimbangan
berat minyak
yang di peroleh
Didiamkan min.
10 menit
Minyak yang di peroleh dari proses
ekstraksi pelarut, di ukur berat minyak,
serta di tentukan kadar air yang
terkandung di dalamnya .
5 Perbandingan
minyak yang di
peroleh
Antara kacang
yang di tumbuk
dengan kacang
yang di blender.
Di lakukanya perbandingan minyak yang
di peroleh pada saat ekstraksi pelarut.
4.2 Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet dan
menentukan kadar minyak dalam sampel dengan metode ekstraksi soxhlet. Dalam hal ini, kacang
tanah yang dijadikan sebagai sampel padat yang akan diekstraksi dengan pelarut cair yaitu n-
hexane. Kacang tanah diblender sampai halus kemudian ditimbang sebanyak 200gr yang
berfungsi sebagai berat sampel, lalu kacang tanah dimasukkan ke dalam kertas saring yang
dibuat selongsong dan diberi kapas pada kedua sisinya yang berfungsi agar pada saat ekstraksi
serbuk kacang tanah tidak ikut keluar bersama dengan minyak. Setelah itu mengisi labu pemanas
dengan n-hexane sebanyak 250 mL yang berfungsi sebagai pelarut cair yang mudah menguap
untuk mengekstraksi kacang tanah dan di dalam labu pemanas diberi batu didih yang berfungsi
untuk menyerap panas agar tidak terjadi bumping pada saat pemanasan. Selanjutnya mengalirkan
air pendingin ke dalam kondensor yang berfungsi ketika n-hexane menguap dan mengenai
dinding kondensor, maka n-heksane akan masuk kembali ke dalam labu pemanas bersama
minyak kacang tanah. Mengekstraksi kacang tanah selama 3 kali sirkulasi, selanjutnya
memasang labu pemanas yang berisi campuran minyak kacang tanah dan n-hexane ke alat
evaporator yang berfungsi untuk menguapkan n-hexane sampai suhu tertentu sehingga ketika
semua kloroform hilang, hanya minyak kacang tanah yang terdapat pada labu pemanas.
Selanjutnya membersihkan bagian luar labu pemanas dengan menggunakan tissue lalu
menimbang berat labu pemanas yang berisi minyak yang berfungsi untuk mengetahui berat
minyak yang diperoleh ketika ekstraksi dengan metode ekstraksi soxhlet.
Berdasarkan data di atas, kadar minyak kacang tanah yang diperoleh dari ekstraksi pelarut padat
cair dengan metode ekstraksi soxhlet yaitu sebanyak 27,60%. Dalam hal ini persen kadar yang
diperoleh sangat sedikit karena pada saat mengekstraksi hanya 3 kali sirkulasi yang seharusnya
ekstraksi dilakukan paling sedikit sebanyak 6 kali sirkulasi atau selama kurang lebih 2 jam agar
hasil minyak kacang tanah yang diperoleh dari ekstraksi soxhlet memiliki persen yang lebih
tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data percobaan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :
Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak lemak dengan menggunakan pelarut organic, setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung persentasenya.
Pelarut yang digunakan pada percobaan kali ini adalah n-heksana. Pemilihan pelarut ini didasarkan pada sifatnya yang non polar, volatile dan dapat menarik lemak dan sukar larut dalam air.
Mengetahui cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet yaitu dengan merangkai alat ekstraksi lalu memasukkan pelarut ke labu pemanas dan mengisi zat padat pada selongsong yang selanjutnya diekstraksi sampai menghasilkan minyak.
Kadar minyak dalam sampel kacang tanah yang diperoleh dari metode ekstraksi soxhlet sebanyak
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan adalah : Kelebihan dari metode sokhletasi adalah pelarut masih utuh, masih dapat digunakan
untuk ekstraksi bahan yang lain, dan dapat melarutkan bahan yang lebih banyak karena adanya pemanasan.
Kekurangan metode sokhletasi adalah kurang efektif, karena harga pelarut mahal dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan
5.2 Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan setelah proses ekstraksi ini berlangsungadalah sebagai
berikut :
Sebelum praktek pelajari atau memahami prosedur yang akan dilaksanakan. Cek alat sebelum digunakan. Lakukan pengontrolan saat proses berlangsung. Berhati-hatilah saat melakukan proses ekstraksi. Kerja sama kelompok sangat diperlukan. Jaga kebersihan selama praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden. 2009. Kimia Organik I. Bandung : Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung
http://id.wikipedia.org/wiki/Kafeina
Alimin, dkk. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.Ekstraksi Soxhlet. 2009. http://catatankimia.com/diakses pada tanggal 20 April 2012.Kacang Tanah. 2011. http://id.wikipedia.org/diakses pada tanggal 20 April 2012.Khopkar, SM. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 2008.Kloroform. 2011. http://id.wikipedia.org/diakses pada tanggal 20 April 2012.Pudjaatmaka, Aloysius Hadyana. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 1989.