laporan drug eruption adit.docx
-
Upload
aditya-riweuh -
Category
Documents
-
view
236 -
download
17
Transcript of laporan drug eruption adit.docx
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 Identitas
– Nama : Ny. D
– Usia : 50 tahun
– Jenis Kelamin : Wanita
– Alamat : Cisati RT 03 RW 06 Cemangu
– Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
– Agama : Islam
– Status : Menikah
– Tanggal berobat : 03 Maret 2013
1.2 Anamnesa (4 Februari 2013)
Keluhan utama : Bercak merah kehitaman yang gatal di seluruh tubuh sejak
1minggu lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita berusia 50 tahun datang ke poli kulit RSUD Banjar dengan keluhan
bercak merah kehitaman yang disertai rasa gatal. Pasien mengeluh bercak mulai timbul
setelah beberapa hari setelah mengkonsumsi jamu pegal linu, bercak muncul di seluruh
bagian tubuh, yaitu pada bagian perut, dada, punggung, leher, tangan, pantat, paha, kaki,
namun tidak ada bercak pada daerah mukosa seperti bibir, lidah, konjungtiva dll.
Tidak ada keluhan pada saat pasien mencuci dengan menggunakan deterjen, pada saat
berkeringat pun pasien tidak pernah merasa gatal, namun setelah mengkonsumsi jamu pegal
linu yang diakui oleh pasien setiap keluhan pegal-pegal dan lelah setelah seharian bertani,
keluhan ini muncul dan baru pertama kali di derita pasien, dan pasien sempat beberapa kali
berobat ke mantri namun keluhanya belum juga membaik. Sejak 3 hari yang lalu pasien
mengaku keluhanya semakin bertambah berat, keluhan bercak yang awalnya gatal sekarang
di perberat dengan munculnya rasa panas dan perih yang kadang-kadang disertai demam.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
Riwayat alergi makanan atau obat-obatan tidak di ketahui oleh pasien
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat alergi makanan atau obat-obatan tidak diketahui.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku 2 kali berobat ke mantri namun keluhanya tidak membaik.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Status Dermatologikus
Distribusi Generalisata
A/R Leher,dada,perut,punggung,kedua tangan,pantat,paha, dan kedua kaki.
Lesi Multipel, diskret, bentuk sebagian bulat, dan sebagian irreguler, permukaan
sebagian menimbul sebagian tidak menimbul, ukuran terkecil 2x1 cm terbesar
3x2 cm, berbatas tegas, lesi kering
Efluroesensi eritema makulapapular, urtikaria, hiperpigmentasi.
1.4 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
1. Biopsi tidak dilakukan.
2. Uji tempel tidak dilakukan
1.5 Resume
Seorang wanita Seorang wanita berusia 50 tahun datang ke poli kulit RSUD Banjar
dengan keluhan bercak merah kehitaman terasa gatal di seluruh tubuh sejak 1 minggu lalu.
Pasien mengeluh bercak merah mulai timbul setelah mengkonsumsi jamu pegal linu pada
bagian perut, dada, punggung, leher, tangan, paha, dan kaki. Awalnya keluhan gatal namun
3 hari ini keluhan semakin memberat dengan adanya keluhan panas dan perih yang kadang-
kadang di sertai demam.
Status generalisata tidak ditemukan adanya kelainan. Status dermatologikus
ditemukan distribusi generalisata. A/R bawah leher, perut, punggung, tangan, pantat, paha,
dan kaki. Lesi Multipel, diskret, bentuk sebagian bulat, dan sebagian irreguler, permukaan
sebagian menimbul sebagian tidak menimbul, berbatas tegas, kering. Dengan efluroesensi
eritema makulapapular, urtikaria, hiperpigmentasi.
1.6 Diagnosa klinis
Diagnosa banding : Drug eruption
Steven-johnson syndrome
Eritem Multiformis
Dermatitis kontak alergi
1.7 Penatalaksanaan
1. Hentikan pengobatan yang di duga sebagai penyebab
2. Pengobatan sistemik
Pemberian kortikosteroid, tablet prednisone 3x10 mg/hr, antihistamin diberikan jika ada
keluhan gatal.
3. Pengobatan topikal
Lesi kering di berikan bedak salisilat 2% di tambah mentol 1/2 – 1% untuk
mengurangi rasa gatal, atau bisa di berikan krim kortikosteroid (hidrokortison 1%
atau 2,5%)
Lesi basah, kompres dengan larutan asam salisilat 1%, krim hidrokortison 1%
atau 2,5%.
1.8 Prognosis
1 Quo ad vitam : ad bonam
2 Quo ad functionam : ad bonam
3 Quo ad sanationam : ad bonam
BAB II
ANALISA KASUS
2.1 Pembahasan
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan seoarang wanita datang ke
poliklinik kulit RSUD banjar dengan keluhan bercak merah kehitaman pada seluruh tubuh (leher,
dada, perut, punggung, tangan, paha, kaki) setelah Pasien mengkonsumsi jamu pegal linu, pasien
beberapa kali mengkonsumsi jamu pegal linu di karenakan aktivitas bertani seharian yang
membuat badan pasien pegal-pegal. 3 hari ini keluhanya semakin bertambah berat dengan
munculnya rasa panas, perih, dan kadang-kadang demam.
Teori: erupsi obat alergi atau allergic drug eruption ialah reaksi alergi pada kulit atau
daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat dengan cara sistemik. Pemberian
dengan cara sistemik di sini berarti obat tersebut masuk melalui mulut, hidung, rektum, vagina,
dan dengan suntikan atau infus. Sedangkan reaksi alergi yang disebabkan oleh penggunaan obat
dengan cara topikal, yaitu obat yang digunakan pada permukaan tubuh mempunyai istilah sendiri
yang disebut dermatitis kontak alergi. (1,2,3)
Dasar diagnosis erupsi obat alergik sebagai berikut:
1. Anamnesis teliti mengenai
Obat-obat yang di dapat, jangan lupa menanyakan tentang jamu
Kelainan yang timbul secara akut atau dapat juga beberapa hari sesudah
masuknya obat
Rasa gatal yang dapat disertai demam yang biasanya subfebril
Adapun faktor resiko drug eruption ini ialah sebagai berikut:
1. Jenis kelamin
Wanita mempunyai risiko untuk mengalami gangguan ini jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pria. Walaupun demikian, belum ada satupun ahli yang mampu
menjelaskan mekanisme ini. (1,4,6)
2. Dosis
Pemberian obat yang intermitten dengan dosis tinggi akan memudahkan timbulnya
sensitisasi. Tetapi jika sudah melalui fase induksi, dosis yang sangat kecil sekalipun
sudah dapat menimbulkan reaksi alergi. Semakin sering obat digunakan, Semakin besar
pula kemungkinan timbulnya reaksi alergi pada penderita yang peka. (1,4,6)
pada status dermotologikus pasien ditemukan distribusi generalisata. A/R bawah leher,
perut, punggung, tangan, pantat, paha, dan kaki. Lesi Multipel, diskret, bentuk sebagian bulat,
dan sebagian irreguler, permukaan sebagian menimbul sebagian tidak menimbul, berbatas tegas,
kering. Dengan efluroesensi eritema makulapapular, urtikaria, hiperpigmentasi.
Teori: Manifestasi Klinik drug eruption
1. Morfologi dan Distribusi
Perlu diketahui bahwa erupsi alergi obat yang timbul akan mempunyai kemiripan dengan
gangguan kulit lain pada umumnya, gangguan itu diantaranya;
a. Urtikaria
Kelainan kulit terdiri atas urtika yang tampak eritem disertai edema akibat tertimbunnya
serum dan disertai rasa gatal. Bila dermis bagian dalam dan jaringan subkutan mengalami
edema, maka timbul reaksi yang disebut angioedema.Reaksi ini dapat bertahan selama
dua sampai lima hari. Pelepasan mediator inflamasi dari suatu aktifasi yang bersifat non
imunologis juga dapat menimbulkan reaksi urtikaria. Urtikaria dan angioedema sangat
berhubungan dengan Ig-E sebagai suatu respon cepat terhadap berbagai antibiotik. 2,7
b. Eritema
Kemerahan pada kulit akibat melebarnya pembuluh darah. Warna merah akan hilang
pada penekanan. Ukuran eritema dapat bermacam-macam. Jika besarnya lentikuler maka
disebut eritema morbiliformis, dan bila besarnya numular disebut eritema
skarlatiniformis. 2
c. Dermatitis medikamentosa
Gambaran klinisnya memberikan gambaran serupa dermatitis akut, yaitu efloresensi yang
polimorf, membasah, berbatas tegas. Kelainan kulit menyeluruh dan simetris.
d. Purpura
Purpura ialah perdarahan di dalam kulit berupa kemerahan pada kulit yang tidak hilang
bila ditekan. Purpura dapat timbul bersama-sama dengan eritem dan biasanya disebabkan
oleh permeabilitas kapiler yang meningkat. 2
e. Erupsi eksantematosa
Lebih dari 90% erupsi obat yang ditemukan berbentuk erupsi eksantematosa. Erupsi yang
muncul dapat berbentuk morbiliformis atau makulopapuler. Pada mulanya akan terjadi
perubahan yang bersifat eksantematosa pada kulit tanpa didahului blister ataupun
pustulasi. Erupsi bermula pada daerah leher dan menyebar ke bagian perifer tubuh secara
simetris dan hampir selalu disertai pruritus. 2,7
f. Eritema nodosum
Kelainan kulit berupa eritema dan nodus-nodus yang nyeri disertai gejala umum berupa
demam, dan malaise.
g. Eritroderma
Eritroderma adalah terdapatnya eritema universal yang biasanya disertai skuama.
Eritroderma karena alergi obat terlihat eritema tanpa skuama, skuama baru muncul pada
stadium penyembuhan, obat-obat yang biasa menyebabkan ialah sulfonamide, penisilin,
dan fenilbutazon
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan untuk memastikan penyebab erupsi obat alergi
adalah: 9
1. Pemeriksaan laboratorium
Uji tempel (patch test)
Uji tusuk (prick/scratch test)
Uji provokasi (exposure test)
Diagnosa banding (1,3,5,6,9)
1. Stevens johnson syndrome
merupakan kumpulan reaksi mukokutaneus akut yang desebabkan oleh obat-
obatan dan kadang-kadang infeksi, terjadi di seluruh dunia dan wanita terkena lebih
banyak daripada pria. Penyakit ini lebih sering terjadi pada dewasa dibandingkan
anak-anak.
Penyebabnya adalah multifaktorial dengan obat-obatan merupakan penyebab
utama (50% pada SJS). Gejala klinisnya berupa makula berbentuk morbili yang
awalnya muncul pada wajah, leher, dagu dan daerah tengah tubuh dan selanjutnya
akan menyebar ke ekstrimitas dan seluruh tubuh.
Kelainan pada mukosa 40% terjadi pada mukosa oral, konjunctiva bulbar, dan
mukosa anogenital. Kelainan nya dapat berupa sensasi terbakar pada konjunctiva,
bibir dan mukosa bukal, eritema, serta edema. Selain itu juga terdapat blister yang
dapat pecah dan berubah menjadi erosi yang dilapisi oleh pseudomembran berwarna
putih keabuan.
2. Eritem multiformis
Merupakan reaksi pembuluh darah pada dermis dengan perubahan sekunder pada
epidermis yang manifestasi klinisnya berupa gambaran khas berbentuk popular
eritematus berbentuk iris dan lesi vesikobulosa dengan predileksi pada ekstrimitas
(terutama telapak tangan dan telapak kaki) dan membran mukosa.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Onset 50% pada usia
20 tahun. Penyebab eritema multiforme adalah reaksi kulit terhadap berbagai macam
stimulus antigen, diantaranya obat-obatan seperti sulfonamide, fenitoin, barbiturate,
fenilbutazon, penisilin dan alopurinol.
Lesi kulit dapat berkembnag sampai lebih dari 10 hari. Macula terjadi dalam 48
jam pertama, yang kemudian diikuti oleh pembentukan papula (1 – 2 cm) dengan
vesikel atau bula di tengahnya, sehingga membentuk gambaran lesi target/iris.
Predileksi di tangan bagian dorsal, telapak tangan dan telapak kaki, lengan bawah,
kaki, wajah, siku, lutut, panis (50%) dan vulva. Lesi bisa terlokalisasi atau
generalisasi, bilateral dan sering simetris.
3. Dermatitis kontak alergi
Peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respons terhadap pengaruh
eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul,vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh: detergen, asam basa, oli, semen), fisik (contoh : sinar, suhu),
mikroorganisme (bakteri, jamur).
Penatalaksanaan (1,4)
1. Hentikan pengobatan yang di duga sebagai penyebab
2. Pengobatan sistemik
Pemberian kortikosteroid, tablet prednisone 3x10 mg/hr, antihistamin diberikan jika
ada keluhan gatal.
3. Pengobatan topikal
Lesi kering di berikan bedak salisilat 2% di tambah mentol 1/2 – 1% untuk
mengurangi rasa gatal, atau bisa di berikan krim kortikosteroid (hidrokortison 1%
atau 2,5%)
Lesi basah, kompres dengan larutan asam salisilat 1%, krim hidrokortison 1%
atau 2,5%.
Prognosis
Pada dasarnya erupsi kulit karena obat akan menyembuh bila obat penyebabnya dapat diketahui
dan segera disingkirkan. 2,4,9
Quo ad vitam :ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Revus J, Allanore AV. Drugs Reaction. In: Bolognia Dermatology. Volume One. 2nd
edition. Elserve limited, Philadelphia. United States of America. 2003. p: 333-352
2. Hamzah M. Erupsi Obat Alergik. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3rd edition.
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2002. p:139-142
3. Andrew J.M, Sun. Cutaneous Drugs Eruption.In: Hong Kong Practitioner. Volume 15.
Department of Dermatology University of Wales College of Medicine. Cardiff CF4 4XN.
U.K.. 1993. Access on: June 3, 2007. Available at:
http://sunzi1.lib.hku.hk/hkjo/view/23/2301319.pdf
4. Lee A, Thomson J. Drug-induced skin. In: Adverse Drug Reactions, 2nd ed.
Pharmaceutical Press. 2006. Access on: June 3, 2007. Available at:
http://drugsafety.adisonline.com/pt/re/drs/pdf
5. Riedl MA, Casillas AM, Adverse Drug Reactions; Types and Treatment Options. In:
American Family Physician. Volume 68, Number 9. 2003. Access on: June 3, 2007.
Available at: www.aafp.org/afp
6. Shear NH, Knowles SR, Sullivan JR, Shapiro L. Cutaneus Reactions to Drugs. In:
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 6th ed. USA: The Mc Graw Hill
Companies, Inc. 2003. p: 1330-1337
7. Docrat ME. Fixed Drug Eruption.In: Current Allergy & Clinical Immunology. No.1.
Volume 18. Wale Street Chambers. Cape Town. 2005. Access on : June 3, 2007.
Available at: www.allergysa.org/journals/2005/march/skin_focus.pdf
8. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Erupsi Alergi Obat. In: Kapita
Selekta Kedokteran. Volume 2. 3rd edition. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Media Aesculapius. Jakarta. 2002. p:133-139
9. Adithan C. Stevens-Johnson Syndrome. In: Drug Alert. Volume 2. Issue 1. Departement
of Pharmacology. JIPMER. India. 2006. Access on: June 3, 2007. Available at:
www.jipmer.edu
LAPORAN KASUS I
DRUG ERUPTION
Disusun oleh :
Aditya Usri Usman2006730002
Pembimbing klinis:
dr.Bowo Wahyudi, Sp.KK
Kepaniteraan KlinikStase Kulit RSUD Banjar
Fakultas Kedokteran dan KesehatanUniversitas Muhammadiyah Jakarta
2013