Laporan Bioper Umur Ikan

download Laporan Bioper Umur Ikan

of 17

Transcript of Laporan Bioper Umur Ikan

BIOLOGI PERIKANAN SB 091521

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN PENENTUAN UMUR IKAN

RIZKY YANUARISTA 1509100027 KELOMPOK I

ASISTEN : ARSETYO RAHARDHIANTO

Dosen Pengampu : Dra. NURLITA ABDULGANI, M.Si.

LABORATORIUM ZOOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Umur ikan adalah lama hidup suatu ikan mulai dari menetasnya telur hingga menjadi dewasa. Pengetahuan mengenai komposisi umur dalam suatu populasi atau komunitas ikan dalm suatu perairan merupakan hal yang sangat penting, terutama jika dihubungkan dengan produksi dan pengelolaan ikan sebagai sumber daya dari suatu perairan. Beberapa usaha yang dilakukan di Indonesia untuk memajukan dan mengembangkan perikanan adalah dengan melakukan penelitian tentang umur ikan, di mana penelitian ini merupakan sesuatu yang sangat penting dalam bidang biologi perikanan. Dengan mengetahui data umur pada ikan yang dihubungkan dengan data panjang dan berat dapat memberikan keterangan tentang umur pada waktu ikan pertama kali matang kelamin, lama hidup, mortalitas, pertumbuhan dan reproduksi pada ikan. Melihat pentingnya mengetahui usia ikan, maka pada praktikum ini akan di pelajari penentuan usia ikan. 1.2 Permasalahan Permasalahan pada praktikum penentuan umur ikan adalah bagaimana mengetahui cara menentukan umur ikan dan mengetahui tanda tahunan pada squama ikan. 1.3 Tujuan Praktikum penentuan umur ikan bertujuan untuk mengetahui cara-cara menentukan umur ikan dan mengetahui tanda tahunan pada squama ikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umur Ikan Umur ikan adalah lama hidup suatu ikan mulai dari menetasnya telur hingga menjadi dewasa. Suatu populasi ikan yang telah berhasil mengadakan pemijahan menghasilkan sejumlah besar anak-anak ikan yang bergantung pada fekunditas, keberhasilan pemijahan dan mortalitas dari anak-anak ikan tersebut. Sisa anak-anak ikan yang tumbuh dan berhasil hidup mencapai ukuran yang dapat dieksploitasi dinamakan recruitmen (Effendie, 1997).

Gambar 1. Garis-garis anulus menunjukkan pertumbuhan ikan 2.2 Metode Penentuan umur ikan Metode untuk menentukan umur suatu individu ikan dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu : 1. Cara langsung, yang hanya dapat dilakukan pada individu spesies ikan budidaya. 2. Cara tidak langsung yaitu pada individu spesies ikan yang masih hidup diperairan alami. Penentuan umur ikan secara tidak langsung dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu : a. Dengan mempelajari tanda-tanda tahunan (Annulus) atau harian (Sirkulus) pada bagian-bagian tubuh yang keras. b. Metoda prekuensi panjang (metoda petersen) yaitu melalui pengukuran panjang tubuh ikan, metoda ini biasanya diterapkan pada individu-individu spesies ikan yang hidup didaerah tropis (Pulungan, 2006). Pada ikan di daerah tropis walaupun mengalami hidup di dua musim, kenyataannya suhu lingkungan sekitar tidak begitu mempengaruhi pertumbuhan sirkulasi pada bagian tubuh yang keras. Jadi tanda tahunan dari hasil susunan sirkuli yang rapat tidak begitu nyata bentuknya (Effendie, 1997). Selain berdasarkan metode tersebut, untuk menentukan umur ikan juga dapat menggunakan metode, yaitu: 1. Tanda tahunan Tanda tahunan terjadi karena adanya kelambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh musim dingin atau kekurangan makanan atau faktor lain. Tanda tahunan yang biasanya digunakan untuk menentukan umur ikan adalah sisik (squama), operculum, otolith, vertebrae dan jari keras sirip dorsal (Effendie, 1997).

Metoda penentuan umur berdasarkan tanda tahunan pada bagian tubuh yang keras biasanya dilakukan pada daerah subtropis (4 musim). Karena ikan-ikan yang hidup di daerah subtropis sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya, dimana pada musim dingin pertumbuhan tubuh ikan hampir terhenti atau lambat sama sekali. Sehingga mempengaruhi pertumbuhan pada sisik (squama), vertebrae, tulang, operculum, duri sirip dan tulang otolith yang menyebabkan terbentuknya susunan sirkulasi yang sangat rapat dan akhirnya membentuk annulus (Effendie, 1997). Penentuan umur ikan dengan menggunakan tanda tahunan berupa sisik berdasarkan kepada tiga hal, yaitu: - Jumlah sisik ikan tidak berubah dan tetap identitasnya selama hidup. - Pertumbuhan tahunan pada sisik ikan sebanding dengan pertambahan panjang ikan selama hidupnya. - Hanya satu annulus yang dibentuk pada tiap tahunnya (Effendie, 1997). 2. Metode frekuensi panjang, yaitu dengan metode Petersen Metode Petersen digunakan untuk ikan dengan masa pemijahan pendek, dimana terjadi satu kali satu tahun dan umur ikan tidak panjang. Metode ini tidak cocok untuk ikan dengan masa pemijahan panjang karena menyebabkan terjadi pertumpuan ukuran dari umur yan berbeda. Ikan yang pertumbuhannya lambat dari satu kelas umur lebih tinggi, akan bertumpuk atau mempunyai ukuran sama dengan ikan yang tumbuhnya lebih cepat pada umur yang lebih rendah (Effendie, 1997). 3. Tagging dan Marking Tagging adalah pemberian tanda berupa benda asing pada tubuh ikan, dimana pada tanda tadi dapat diberi tanda-tanda lain berupa tanggal nomor atau kode-kode lain (Effendie, 1997). Marking adalah pemberian tanda pada ikan bukan dengan benda asing melainkan dengan jalan menghilangkan bagian tubuh ikan, misalnya pemotongan sirip (Effendie, 1997). 2.3 Sisik Ikan Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Placoid, Cosmoid, ganoid, Cycloid dan Ctenoid. a) Sisik placoid Hanya terdapat pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut hampir seperti duri bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Bagian yang menonjol seperti duri keluar dari epidermis. Susunannya hampir seperti gigi manusia. Pulp (bagian yang lunak) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid sering disebut juga dermal denticle (Iqbal,2008).

Gambar 2. Sisik placoid b) Sisik Cosmoid Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup permukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae (Iqbal,2008).

Gambar 3. Sisik ganoid. c) Sisik Cycloid dan Ctenoid Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari keras(Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan (Iqbal,2008).

Gambar 4. Sisik cycloid dan ctenoid.

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu pinset, kaca pembesar, gelas benda, gelas penutup, mikroskop, alat tulis dan penggaris. 3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan [ada praktikum ini, yaitu ikan mujair (Oreochromis mossambicus), gurame (Osphronemus gouramy) dan tongkol (Euthynnus pelamis). 3.2 cara kerja Squama kunci pada spesimen ikan diambil sebanyak 1 buah menggunakan pinset. Kemudian squama dibersihkan dengan air, diletakkan pada gelas objek dan diamati menggunakan mikroskop serta ditentukan tipe squamanya. Kemudian dilakukan pengambilan squama kunci sebanyak 3 buah sesuai dengan tipe squama yang telah diketahui. Squama dibersihkan dengan air, kemudian dimasukkan ke dalam amplop dan diberi keterangan secukupnya. Squama diambil dari dalam amplop dan diletakkan di atas gelas benda dan ditetesin dengan alkohol, kemudian diamati menggunakan mikroskop cahaya. Squama diambil gambarnya dan ditentukan bagian-bagiannya. Dihitung jumlah annuli atau circuli (garis-garis melingkar) yang hampir berhimpitan. Kemudian umur spesiemen ikan ditentukan berdasarkan jumlah annuli atau circulinya. Panjang total ikan juga diukur menggunakan penggaris.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data 4.1.1 Data Pengamatan No Perlakuan 1. Squama pada masing-masing spesimen ikan diambil sebanyak 1 buah menggunakan pinset.

Pengamatan Squama bentuk dan warnanya berbeda pada tiap spesies ikan.

Cara mengambil squama ikan 3 dari atas sirip dorsal

Cara mengambil squama ikan 3 dari bawah sirip dorsal

2. 3.

Cara mengambil squama ikan di dekat operculum Squama dibersihkan dengan air. Squama diletakkan pada gelas objek dan diamati menggunakan mikroskop serta ditentukan tipe squamanya. Squama kunci diambi sebanyak 3 buah sesuai dengan tipe squama yang telah diketahui. Squama kunci dimasukkan ke dalam amplop dan diberi keterangan keterangan sesuai yang diperlukan.

Squama menjadi bersih Tipe squama pada specimen ikan dapat ditentukan.

4.

5.

- Squama kunci pada ikan bersquama ctenoid terletak tepat di bagian ujung pinnae pectoralis yang mengarah ke cauda. Squama kunci yang diletakkan di dalam amplop dan diberi tipe squama, panjang tubuh ikan, kelompok, dan tanggal praktikum.

Squama diambil dari dalam amplop dan diletakkan di atas gelas benda dan ditetesin dengan alkohol, kemudian diamati menggunakan mikroskop cahaya. 7. Squama digambar lengkap dengan tanda tahunannya serta difoto dan ditentukan bagian bagiannya. 8. Jumlah annuli atau circuli (garis-garis melingkar) yang hampir berhimpitan dihitung. 9. Umur spesiemen ikan ditentukan berdasarkan jumlah annuli atau circuli. 10. Panjang tubuh total ikan diukur.

6.

Squama terlihat jelas. Pada praktikum ini tidak menggunakan alkohol.

Squama dan bagian-bagiannya terlihat jelas.

Jumlah annuli atau circuli belum dapat ditentukan. Umur ikan belum dapat ditemukan karena annuli yang ditemukan masih muda dan sedikit. Panjang tubuh total ikan diukur mulai dari - Ikan tongkol 1 (Euthynnus pelamis) = 33 cm - Ikan tongkol 2 (Euthynnus pelamis) = 33 cm - Ikan gurame 1 (Osphronemus gouramy) = 26,5 cm - Ikan gurame 2 (Osphronemus gouramy) = 27 cm - Ikan mujair 1 (Oreochromis mossambicus) = 28 cm - Ikan mujair 2 (Oreochromis mossambicus) = 25,5 cm

Ikan mujair diukur panjang totalnya

Ikan gurame diukur panjang totalnya

No 1.

4.1.2 Pengamatan Sisik Tabel Pengamatan Sisik Spesies Ikan Ikan 1 Ikan 2 Gurame 1 Gurame 2 -Amplop 3 (baris ke-3 dari bawah) -Amplop 3 (baris ke-3 dari bawah)2 6 2 7 4 3 4

Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Posterior Anterior Lateral Focus Ctenii Radii Annulus

6 7 3

5 1 5 1

2.

Mujair 1 -Amplop 3 (baris ke-3 dari bawah)2 6 3 4 6

Mujair 2 -Amplop 3 (baris ke-3 dari bawah) 2

3 4

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Posterior Anterior Lateral Focus Ctenii Radii Annulus

5 7 7 1 1 5

3.

Tongkol 1 -Amplop 2 (baris ke-3 dari atas)1

Tongkol 2 -Amplop 2 (baris ke-3 dari atas)

1. Posterior 2. Anterior 3. Lateral

1 3 3

2 2

4.2 Pembahasan 4.2.1 Fungsi Perlakuan Praktikum penentuan umur ikan bertujuan untuk mengetahui cara-cara menentukan umur ikan dan mengetahui tanda tahunan pada squama ikan. Praktikum ini menggunakan beberapa spesies ikan yaitu 2 ekor ikan mujair (Oreochromis mossambicus),

2 ekor ikan gurame (Osphronemus gouramy) dan 2 ekor ikan tongkol (Euthynnus pelamis). Praktikum dilakukan dengan cara meletakkan spesimen ikan pada papan lilin, kemudian mengambil squama pada spesimen sebanyak tiga buah menggunakan pinset. Hal ini bertujuan untuk menganalisis dan menentukan tipe squama pada spesies ikan tersebut sebelum mengambil squama kunci. Pinset berfungsi untuk membantu memudahkan mengambil sisik ikan, sedangkan papan lilin berfungsi sebagai tempat meletakkan ikan. Squama dibersihkan dengan air dan diletakkan pada gelas objek serta ditetesin alkohol. Squama diamati menggunakan mikroskop dan ditentukan tipe squamanya. Namun, pada praktikum penentuan umur ikan ini pada squama tidak ditetesin dengan alkohol, karena setelah squama dimasukkan amplop tidak disimpan kembali. Alkohol berfungsi untuk menjaga agar squama tidak rusak dan dapat diamati sewaktu-waktu jika diperlukan. Kemudian dilakukan pengambilan squama kunci sebanyak 3 buah sesuai dengan tipe squama yang telah diketahui. Pengambilan squama sebanyak 3 buah bertujuan sebagai penggulangan dalam pengamatan agar data yang diperoleh valid. Squama dibersihkan, kemudian dimasukkan ke dalam amplop dan diberi keterangan secukupnya yaitu tipe squama, panjang tubuh ikan, kelompok dan tanggal praktikum. Squama dimasukkan dalam amplop dan diberi keterangan bertujuan agar squama spesies yang satu tidak tertukar dengan spesies yang lain. Kemudian squama diambil dari dalam amplop dan diletakkan di atas gelas benda, lalu diamati menggunakan mikroskop cahaya. Squama diambil gambarnya dan ditentukan bagian-bagiannya. Pada squama terlihat beberapa bagian yaitu focus, bagian anterior, bagian posterior, bagian lateral dan ctenii (pada squama ctenoid). Jumlah annuli atau circuli (garis-garis melingkar) yang hampir berhimpitan dihitung, namun pada squama tidak terlihat adanya annuli karena annuli masih sedikit. Umur spesimen ikan ditentukan berdasarkan jumlah annuli atau circulinya, pada praktikum ini tidak dapat ditentukan umur ikan karena tidak ditemukannya annuli. Kemudian panjang tubuh total ikan diukur. Hal ini bertujuan untuk mengetahui panjang tubuh spesimen ikan. Data umur yang dihubungkan dengan data panjang dan berat dapat memberikan keterangan tentang umur pada waktu ikan pertama kali matang kelamin, lama hidup, mortalitas, pertumbuhan dan reproduksi pada ikan. menentukan umur ikan (Effendie, 1997). Cara yang sama dilakukan untuk semua spesimen ikan dan pada spesimen ikan pada kelompok lainnya. Hasil pengamatan menunjukan tipe squama pada ikan mujair dan ikan gurame yaitu squama ctenoid. Hal ini dikarenakan pada squama kedua ikan tersebut terlihat jelas adanya duri-duri halus (cternii) yang menjadi ciri utama dari squama ctenoid. Sedangkan ikan tongkol squamanya bertipe placoid. Hal ini dikarenakan bentuk sisik tersebut hampir seperti duri bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Bagian yang menonjol seperti duri keluar dari epidermis. Susunannya hampir seperti gigi manusia. Penentuan squama kunci pada ikan yang mempunyai squama cycloid terletak tiga baris di sebelah anterior pinnae dorsalis dan di sebelah dorsal linea lateralis. Sedangkan squama kunci pada ikan bersquama ctenoid terletak tepat di bagian ujung pinnae pectoralis yang mengarah ke cauda.

Adanya pertumbuhan ikan dibuktikan dengan adanya lingkaran-lingkaran pada sisik yang dinamakan circulus. Circulus yang berhimpitan ini dinamakan annulus yang terjadi setahun sekali. Annulus (circuli) ini digunakan untuk menentukan umur ikan. Bagian yang jelas untuk menentukan umur ikan ialah pada bagian anteriornya. Dengan menghitung jumlah circuli yang rapat pada bagian depan sisik atau ketiadaan circuli pada bagian atas atau bawah yang terjadi satu kali setahun (annulus), sehingga dapat menentukan umur ikan tersebut. Tetapi dimungkinkan ditemukan annulus palsu disebabkan oleh gangguan yang menimpa ikan sehingga dapat menghambat pertumbuhan ikan, akan tercatat pada sisik dengan kelambatan peletakan circuli. Annulus palsu biasanya banyak terdapat pada sisik cycloid. Pada praktikum ini tidak dapat ditentukan umur dari spesies ikan yang dibawa, karena annuli yang ditemukan masih muda (tidak terlihat jelas) dan sedikit. Selain itu dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang mengalami dua musim, dimana pada perbedaan suhu perairan antara musim hujan dengan musim kemarau umumnya tidak begitu nyata sehingga tidak menyebabkan perbedaan nyata pada pertumbuhan sirkulasi pada bagian tubuh yang keras. Jadi tanda tahunan dari hasil susunan annuli yang rapat tidak begitu nyata bentuknya (Effendie, 1997). Cara penentuan umur untuk daerah sub tropis biasanya menggunakan metode tanda tahunan (sisik), karena pada ikan di daerah bermusim empat (sub tropis), dimana dalam musim dingin terjadi perlambatan pertumbuhan. Karena ikan-ikan yang hidup di daerah subtropis sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya, dimana pada musim dingin pertumbuhan tubuh ikan hampir terhenti atau lambat sama sekali, sehingga jarak antara circulus satu dengan yang lainnya menjadi sempit sekali, kadang malah tampak seperti berhimpitan. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan pada sisik, vertebrae, tulang, operculum, duri sirip dan tulang otolith yang menyebabkan terbentuknya susunan sirkulasi yang sangat rapat dan akhirnya membentuk annulus. Tanda tahunan terjadi karena adanya kelambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh musim dingin atau kekurangan makanan atau faktor lain (Effendie, 1997). Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah terletak pada bagian posterior, yaitu pinggiran sisik. Sisik cycloid berbentuk bulat, pinggiran sisik halus dan rata sementara sisik ctenoid mempunyai bentuk seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar. Ciri yang paling khas pada sisik ctenoid adalah adanya duri-duri halus (ctenii) (Wahyuningsih, 2006). Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak berwarna. Dengan mengetahui umur ikan, maka akan memberikan beberapa manfaat, antara lain :

a. Dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalan reproduksi ikan pada tahun tertentu, misalnya akibat musim panas yang berkepanjangan, termasuk eksploitasi yang berlebihan atau tidak pada tahun-tahun tertentu. b. Dapat memprediksi produksi perikanan pada saat mendatang. c. Dapat melakukan analisa pertumbuhan ikan dengan baik jika mengetahui umur ikan dengan tepat. Meskipun pertumbuhan setiap individu ikan selanjutnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. d. Data umur yang dihubungkan dengan data panjang dan berat dapat memberikan keterangan tentang umur pada waktu ikan pertama kali matang kelamin, lama hidup, mortalitas, pertumbuhan dan reproduksi pada ikan. (Effendie, 1997). 4.3 Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Ikan Kehidupan ikan di ekosistem perairan dipengaruhi oleh perubahan faktor-faktor lingkungan fisik maupun kimia yang berfluktuasi, baik yang bersifat harian maupun musiman, kadang-kadang ditemukan kondisi yang ekstrim. Faktor-faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi kehidupan ikan antara lain: 1. Suhu air Suhu suatu perairan sangat mempengaruhi keberadaan ikan. Suhu air yang tidak cocok, misalnya terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Suhu air yang cocok untuk pertumbuhan ikan di0 0 0

daerah tropis adalah berkisar antara 15 -30 C dan perbedaan suhu antara siang dan malam kurang dari 5 C. 2. pH air pH air sangat berpengaruh terhadap organisasi air, baik tumbuhan maupun hewan yang hidup di dalamnya. pH air dapat digunakan untuk menyatakan baik buruknya kondisi suatu perairan sebagai lingkungan hidup. Adapun pH air yang dapat menjadikan ikan dapat tumbuh secara optimal yaitu berkisar antara 6,5-9,0. 3. Kandungan Oksigen (O ) terlarut2

Oksigen sangat diperlukan untuk pernapasan dan metabolisme ikan dan jasad renik dalam air. Kandungan O terlarut dalam air yang cocok untuk kehidupan dan pertumbuhan2

ikan minimal 5 ppm. 4. Karbondioksida (CO ) terlarut2

CO merupakan gas yang diperlukan untuk tumbuhan air maupun hewan renik.2

Untuk melakukan fotosintesis, tumbuhan hijau memerlukan CO dalam jumlah yang2

banyak. Tetapi bila jumlah tersbut melampaui batas, akibatnya kehidupan hewan-hewan air akan mengalami saat-saat kritis, karena selain mempengaruhi pH, kadar CO yang2

terlampau tinggi dapat meracuni hewan lain secara langsung. Kadar CO yang baik untuk2

kehidupan ikan adalah tidak lebih dari 12 ppm dan tidak kurang dari 2 ppm.

5. Derajat kekeruhan Air yang terlalu keruh dapat menyebabkan ikan mengalami gangguan pernapasan karena insangnya terganggu oleh kotoran. Selain itu dapat menurunkan atau melenyapkan selera makan karena daya penglihatan ikan terganggu. 6. Kadar Amoniak Kadar Amoniak yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan ikan. Amoniak dapat berasal dari penumpukan sisa-sisa makanan dan kotoran ikan. Makin banyak sisa-sisa makanan dan kotoran ikan maka kadar Amoniak akan bertambah besar. 7. Kadar garam (Salinitas) Salinitas adalah banyaknya zat terlarut dalam perairan (Nybakken, 1988). Zat terlarut itu meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup dan gas-gas terlarut. Salinitas yang rendah dalam air laut biasanya merupakan akibat dari percampuran dengan air sungai yaitu di muara-muara sungai. Perbedaan salinitas dalam suatu perairan dapat mempengaruhi jenis-jenis ikan yang hidup di dalamnya. (Laily, 2006). Menentukan umur dan pertumbuhan ikan dari perairan hangat dari struktur keras adalah prosedur klasik dalam ilmu perikanan, dengan skala biasanya digunakan ketika proses nondestructive diperlukan. Kemampuan untuk secara akurat menentukan umur dari skala karena penting, terutama karena data yang dihasilkan adalah dasar untuk menentukan laju pertumbuhan penduduk, kematian, usia kedewasaan, pola rekrutmen, dan produksi formulasi informasi integral dari strategi manajemen perikanan banyak. Penuaan sisik ikan tunduk pada kesalahan yang timbul dari penafsiran subjektif karakteristik mereka. Interpretasi dibuat sulit ketika, misalnya, annuli overlay satu sama lain pada skala margin fitur-fitur umum dari sisik diambil dari ikan-dan yang lebih tua ketika cek palsu yang dihasilkan selama tahun-tahun pertumbuhan. Faktor-faktor ini pada akhirnya dapat mengakibatkan kesalahan klasifikasi usia (Musk, 2006). 4.4 Klasifikasi ikan a. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Classis : Actinopterygii Ordo : Perciformes Familia : Cichlidae Genus : Oreochromis Species : Oreochromis mossambicus (Anonima, 2011). Mujair adalah sejenis ikan air tawar yang biasa dikonsumsi. Penyebaran alami ikan ini adalah perairan Afrika dan di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Pak Mujair di muara Sungai Serang pantai selatan Blitar, Jawa Timur pada tahun 1939. Meski masih

menjadi misteri, bagaimana ikan itu bisa sampai ke muara terpencil di selatan Blitar, tak urung ikan tersebut dinamai mujair untuk mengenang sang penemu. Ikan berukuran sedang, panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah sekitar 40 cm. Bentuk badannya pipih dengan warna hitam, keabu-abuan, kecoklatan atau kuning. Sirip punggungnya (dorsal) memiliki 15-17 duri (tajam) dan 10-13 jari-jari (duri berujung lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 9-12 jari-jari (Anonima, 2011). b. Ikan gurame (Osphronemus gouramy) Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Classis : Actinopterygii Ordo : Perciformes Familia : Osphronemidae Genus : Osphronemus Species : Osphronemus gouramy (Anonima, 2011). Gurame (Osphronemus gouramy) adalah sejenis ikan air tawar yang populer dan disukai sebagai ikan konsumsi di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di samping itu, di negara-negara lainnya gurami juga sering dipelihara dalam akuarium. Ikan yang lebar dan pipih. Panjang tubuh (SL, standard length) 2,0-2,1 kali tinggi tubuh; panjang tubuh total (dengan sirip ekor) bisa mencapai 1.000 mm. Sirip perut dengan jari-jari pertama yang pendek berupa duri dan jari-jari kedua yang lentur panjang serupa cambuk. Rumus sirip punggung (dorsal) XI-XIV (jari-jari keras atau duri) dan 12-14 (jari-jari lunak); sementara sirip dubur (anal) X-XI dan 20-23. Ikan yang muda memiliki moncong yang meruncing, dengan 8-10 pita melintang (belang) di tubuhnya. Jika beranjak dewasa warna-warna ini memudar, dan kepala ikan akan membengkak secara tidak teratur (Anonima, 2011). c. Ikan tongkol (Euthynnus pelamis.) Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Classis : Osteichthyes Ordo : Goboioida Familia : Scombridae Genus : Euthynnus Species : Euthynnus pelamis

(Anonima, 2011).

Ikan tongkol masih tergolong pada ikan Scombridae, bentuk tubuh seperti betuto, dengan kulit yang licin .Sirip dada melengkung, ujngnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Ikan tongkol merupakan perenang yang tercepat diantara ikan-ikan laut yang

berangka tulang. Sirip-sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip-sirip ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesekan dari air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Dan dibelakang sirip punggung dan sirip dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil yang disebut finlet (Anonima, 2011).

BAB V KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan praktikum penentuan umur ikan yan telah dilakukan adalah untuk mengetahui cara-cara menentukan umur ikan dapat menggunakan beberapa metode yaitu tanda tahunan, metode frekuensi panjang dan marking dan tagging. Metode yang sering digunakan untuk menentukan umur ikan adalah metode dengan menggunakan tanda tahunan seperti sisik (squama), karena lebih muda digunakan daripada yang lainnya, meskipun terkadang sulit jika menggunakan metode tersebut terutama untuk menentukan umur ikan pada negara di daerah tropis. Tanda tahunan pada squama ikan dapat diketahui berdasarkan adanya annulus (tanda tahunan) yang berupa garis circulus yang rapat, hampir berhimpitan dan bergaris lebih tebal daripada tanda harian pada squama ikan yang berupa garis-garis halus yang melingkar (circulus). Tipe squama pada ikan gurame dan mujair adalah ctenoid dan tipe squama pada ikan tongkol adalah plakoid.

DAFTAR PUSTAKA Anonima. 2011. Taxonomy. Diakses dari www.zipcodezoo.com tanggal 24 November 2011 pukul 14.00 WIB. Effendie, M. I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara: Yogyakarta. Iqbal, Andi Burhanuddin. 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika Dan Pemahaman System Organ Ikan Yang Berbasis Scl . Lembaga Kajian Dan Pengembangan Pendidikan (L K P P) . Universitas Hasanuddin: Makasar. Laily, Nur. 2006. Identifikasi Jenis-Jenis Ikan Teleostei Yang Tertangkap Nelayan Di Wilayah Perairan Pesisir Kota Semarang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang: Semarang. Musk, Robin S.,et.all. 2006. The Effect Of Subjective Fish Scale Ageing On Growth And Recruitment Analyses: A Case Study From The Uk. Acta Ichthyologica Et Piscatoria (2006) 36 (1): 81.84. Pulungan, C. P., et al. 2006. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Univesitas Riau: Pekanbaru.