Laporan Antara -4
-
Upload
ruslanyunus -
Category
Documents
-
view
268 -
download
0
Transcript of Laporan Antara -4
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
1/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-1
BAB IV
PENGUMPULAN DATA
IV.1 Hasil Pengumpulan Data
Hasil pengumpulan data penelitian mencakup individu tukang dan
perusahaan konstruksi. Potret Tukang Konstruksi di Sulawesi Tengah dalam
penelitian ini akan digambarkan oleh profil responden penelitian, profil
proyek dan pendapatan individu, tingkat kompetensi individu, profil
sertifikasi, kesiapan menghadapi pasar tunggal ASEAN serta persepsi pihak
perusahaan konstruksi. Data yang diperoleh pada perusahaan konstruksi
ditujukan untuk mengklarifikasi maupun untuk mendalami kondisi tenaga
kerja dilingkungan perusahaan.
a. Profil Individu Tukang Konstruksi
1)Jumlah Responden Individu Tukang Konstruksi
Penelitian ini telah mengumpulkan data individu tukang melalui
kuesioner sebanyak 41 kuesioner dan 6 responden konstruksi . Dari
hasil analisis data, dari 41 responden tukang, telah diperoleh
prosentase tukang batu/beton sebanyak 63%, tukang kayu 20% dan dan
tukang besi 17%. Dari 41 kuesioner yang disebar dan diikuti
wawancara, terdapat 8 atau 17,10 % responden bersertifikat dan berada
di lokasi proyek dan 2,44 % bersertifikat tetapi tidak berada pada
proyek yang menggunakan sertifikatnya. 19,51% responden sedang
bekerja pada proyek pemerintah. Sementara pada proyek swasta, tidak
ditemukan tukang konstruksi bersertifikat. Hal ini menunjukan indikasi
bahwa penggunaan sertifikat ketrampilan belum cukup efektif bagi
tukang konstruksi khususnya tukang batu, tukang kayu dan tukang besi.
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
2/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-2
Tabel 4.1 Responden Penelitian
No Tukang
Konstruksi
Bersertifikat Belum
Bersertifikat
Jumlah Prosentase
(%)
1 Tukang Batu 6 20 26 63.41%
2 Tukang Kayu 1 7 8 19.51%
3 Tukang Besi 1 6 7 17.07%
Jumlah 8 33 41 100.00%
Prosentase (%) 19.51% 80.49% 100.00%
Sumber : Hasil Pengumpulan Data 2013
Tabel 4.1 memberi informasi bahwa pemegang sertifikat belum
cukup aktif bekerja pada proyek-proyek konstruksi khususnya pada
proyek swasta disebabkan sertifikasi belum menjadi kriteria utama
dalam rekruitmen tukang konstruksi
2)Usia Tukang Konstruksi
Ditinjau dari usia tukang konstruksi yang menjadi responden
penelitian, rata-rata umur tukang 37 Tahun dengan umur tertua 62
tahun, umur termuda 17 tahun. Profil umur responden diperlihatkan
pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Umur Responden
Individu Tukang Konstruksi
3)Pendidikan Tukang Konstruksi
Secara ideal, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah
seseorang untuk hambatan hidupnya, termasuk dalam melakukan
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
3/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-3
pekerjaan yang diminati. Sebaran pendidikan individu tukang tukang
konstruksi di Kota Palu, diperlihatkan pada Gambar 4.2
Hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa pendidikan
formal para tukang konstruksi masih berlatar belakang pendidikan
dasar. Hal ini menunjukan bahwa secara akademik terdapat hambatan
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk sekolah menengah,
lulusan SMA masih lebih dominan dibanding lulusan SMK.
Gambar 4.2 Tingkat Pendidikan
Terakhir Individu Tukang
4)Pengalaman Kerja Individu Tukang
Pengalaman kerja individu tukang akan dapat meningkatkan
kemampuan tukang konstruksi jika memiliki pengetahuan dasar
pekerjaan yang dilakukan. Semakin lama individu tukang bekerja,
makin meningkat kompetensi yang dimiliki. Namun demikian, jenis
pekerjaan yang dikerjakan akan mempengaruhi pula peningkatan
kompetensi. Variasi pekerjaan yang dilaksanakan selama masa kerja
akan mempengaruhi kurva belajar. Pengalaman responden individu
tukang pada penelitian ini diperlihatkan pada Gambar 4.3
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
4/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-4
Gambar 4.3 Pengalaman
Individu Tukang
Informasi yang diperlihatkan pada Gambar 4.3 menunjukan
bahwa pengalaman tukang konstruksi yang menjadi responden
29,27% adalah tukang muda yang berpengalaman < 5 tahun, 19,51%
berpengalaman 5-10 tahun dan 12,20% berpengalaman 15-20 tahun,
dan 17,07%.
5) Status Individu Tukang di Perusahaan
Berdasarkan hasil penelusuran data yang diperoleh melalui
kuesioner, diperoleh informasi bahwa semua tukang konstruksi yang
menjadi responden yang sedang bekerja di proyek tempat bekerja
sebagai karyawan tidak tetap.
6)
Status Kependudukan
Tukang konstruksi yang berstatus sebagai pendatang dilatar
belakangi oleh beberapa faktor antara lain : melanjutkan pendidikan di
universitas, mencari peluang kerja, mengharapkan upah yang lebih
baik, aspek sosial dan lingkungan yang lebih baik. Meskipun gesekan
sosial di Sulawesi Tengah yang timbul dalam bentuk konflik selama ini
telah terjadi di Sulawesi Tengah sejak tahun 1998, tetapi pendatang
yang berprofesi sebagai tukang konstruksi merasa bahwa Kota Palu dan
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
5/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-5
pada umumnya Provinsi Sulawesi Tengah dapat memberikan harapan
bagi masa depan mereka. Ada 2 faktor yang menjadi penyebab : 1)
Pendatang yang berprofesi sebagai tukang konstruksi di Kota Palu,
merasa lebih mampu beradaptasi di tengah masyarakat Kota Palu yang
majemuk karena mereka telah memiliki jaringan keluarga yang telah
lama bermukim di Kota Palu khususnya Sulawesi Tengah pada
umumnya. 2) Tekanan hidup khususnya aspek ekonomi dan sosial di
daerah asal yang cukup berat yang membuat pilihan untuk merantau
lebih memberi harapan
Meskipun demikian, pendatang yang dimaksud terdiri dari 2
kategori, pendatang yang telah bermukim lama > 6 tahun atau dapat
didefinisikan sudah menyatu dengan penduduk lokal. Tukang
konstruksi pendatang yang berasal dari Pulau Jawa umumnya tukang
konstruksi dari pedesaan yang di mobilisasi oleh kontraktor melalui
agen-agen tenaga kerja. Meskipun belum memiliki sertifikat, mereka
dapat diterima perusahaan karena lebih fokus pada pekerjaan
dilapangan dan dapat memberikan waktu yang lebih banyak di proyek.
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui pula bahwa permasalahan
tukang konstruksi yang didatangkan dari Jawa perlu untuk kembali
setiap 4 bulan.meskipun untuk waktu seminggu di kampung halaman.
7)Jenis Proyek yang Ditangani
Jenis proyek yang ditangani oleh tukang konstruksi di Sulawesi
Tengah 90% bangunan gedung selebihnya jalan dan jembatan. Namun
demikian, kondisi ini lebih disebabkan oleh lokasi penelitian yang
berada di ibukota Provinsi dengan sasaran proyek yang sedang berjalan.
Jenis proyek yang ditangani responden individu tukang
konstruksi diperlihatkan pada Gambar 4.4
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
6/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-6
Gambar 4.4 Jenis Konstruksi yang
ditangani Responden
8)Profil Pendapatan Aktif Individu Tukang
Pendapatan tahunan dari tukang menggambarkan pula
produktifitas dalam nilai uang. Berdasarkan hasil pengumpulan data,
dapat dikemukakan bahwa pendapatan tukang konstruksi/tahun
didominasi oleh nilai 18-21 juta/tahun dengan prosentase 40%, 14 juta
rupiah/tahun sebesar 27% dan 14-17 juta rupiah sebesar 18%. Dilihat
dari sisi peningkatan pendapatan, diperoleh informasi peningkatanpendapatan terbesar adalah sebesar 36% dengan peningkatan sebesar 5-
10% dari pendapatan total. Pendapatan aktif dan peningkatan
pendapatan tukang konstruksi di Sulawesi tengah diperlihatkan pada
Gambar 4.5 dan Gambar 4.6
Gambar 4.5 Pendapatan Aktif
Tahunan Tukang Konstruksi
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
7/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-7
Pendapatan aktif akan menggambarkan produktifitas tahunan
tukang konstruksi. Makin tinggi pendapatan, makin tinggi keaktifan
individu tukang. Peningkatan pendapatan akan menggambarkan
penghargaan terhadap jasa yang diberikan sekaligus menggambarkan
persaingan dalam hal upah.
Gambar 4.6 Peningkatan Pendapatan Aktif
Tahunan Tukang Konstruksi
9)Hasil Penilaian Kompetensi oleh Individu Tukang Konstruksi
Hasil pengukuran kompetensi profesional dari sudut pandang
responden diklasifikasi berdasarkan 3 jenis responden, yakni tukang
batu, tukang kayu dan tukang besi. Analisis hasil pengukuran
berdasarkan skala likert 1-5 dengan kriteria 1 = Kurang 2 = Kurang
3=Sedang 4 = Baik, 5 =Sangat Baik
Hasil pengukuran rata-rata untuk 3 bidang kompetensi tukang
konstruksi diperlihatkan diuraikan sebagai berikut :
a) Kompetensi Tukang Batu
Hasil analisis data pengukuran kompetensi tukang batu
diperlihatkan pada Gambar 4.7
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
8/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-8
Gambar 4.7 Nilai Rata-rata Hasil Pengukuran
Kompetensi Tukang Batu
Hasil pengukuran kompetensi tukang batu menunjukan
bahwa rata-rata kompetensi tukang menunjukan nilai diantara
skala sedang hingga baik. Nilai tertinggi dari 9 kompetensi
yang terukur adalah kompetensi individu untuk mengikuti
instruksi kerja dan aimattik dasar membuat siku. Kompetensi
terendah berdasarkan skala adalah menyiapkan dan memasang
bronjong dengan nilai 3,35 berada pada skala sedang hingga
baik.
Hasil angket menunjukan kompetensi yang menonjol
untuk jabatan kerja tukang batu adalah menyusun batu baik batu
pondasi maupun batu bata. Untuk kompetensi yang rendahjabatan tukang batu diperlihatkan pada Gambar 4.8
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
9/37
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
10/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-10
nilai yang mendekati kriteria baik. Nilai rata-rata kompetensi
individu tukang kayu diperlihatkan pada Gambar 4.10
Gambar 4.10 Nilai Rata-rata Hasil Pengukuran
Kompetensi Tukang Kayu
Berdasarkan informasi yang disajikan pada Gambar 4.10
dapat dilihat bahwa dari 9 kompetensi memberikan nilai rata-rata antara 3,88-4,5 atau berada pada nilai mendekat baik hingga
sangat baik. Terdapat 3 jenis kompetensi yang relatif berada
dibawah skala 4 yakni, Pengetahuan K3, Membuat Bekisting
Beton Praktis, Membuat, Merakit dan dan memasang
konstruksi dinding, pagar, lantai dan tangga dengan nilai
3,88 mendekati baik.
Kompetensi tertinggi dari tukang kayu adalah merawat alat.
Hal ini sangat logis, sebab tanpa alat yang terawat tukang akan
kesulitan melakukan pekerjaannya. Demikian pula dengan
pembersihan tempat kerja dalam pekerjaan-pekerjaan kayu akan
membahayakan dan mengurangi manuver individu tukang
dalam bekerja. Nilai skala pengukuran yang menunjukan
kompetensi tukang kayu dari mendekati baik hingga sangat baik
didukung oleh kondisi lokal yang sebagai salah satu penghasil
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
11/37
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
12/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-12
tukang kayu. Upaya yang dimaksud dilakukan melalui belajar
dari rekan sejawat, mahasiswa kerja praktek, mandor maupun
pelaksana.
10) Sertifikasi Individu Tukang
Hasil penelusuran dan pengumpulan data seperti dikemukakan
pada sub bab jumlah reponden tukang konstruksi bersertifikat
sebanyak 41 responden, 8 Orang (19,51%) dan 80,49% belum
bersertifikat. Dari 8 tukang konstruksi yang bersertifikat, dapat maka
dapat dikemukakan rincian umur sertifikat seperti diperlihatkan pada
Gambar 4.12
Gambar 4.12 Umur sertifikat
Individu Tukang
11) Harapan Tukang Konstruksi terkait dukungan pemerintah,
LPJK, institusi diklat dalam meningkatkan kompetensi
Pada umumnya tukang konstruksi di Sulawesi Tengah belum
memahami peran pemerintah, LPJK, asosiasi maupun institusi diklat.
Hal ini tergambarkan dari jawaban yang diberikan oleh responden
tukang konstruksi baik tukang batu, tukang kayu maupun tukang besi.
Harapan terhadap ketiga lembaga yang dimaksud diatas diperlihatkan
pada Tabel 4.2
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
13/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-13
Tabel 4.2 Harapan Tukang Konstruksi terkait dukungan
pemerintah, LPJK, institusi diklat dalam meningkatkan
kompetensiPemerintah LPJK Badan Diklat
1.
Perbaikan Sistem
Penyelenggaraan Konstruksi;2.Pendanaan Pelatihan;3.Membuka Jaringan / Akses
Informasi Lapangan Kerja;4.Meningkatkan K3;5.
Pelatihan
6.Perhatian khusus kepada
Tenaga Kerja TukangKonstruksi
7.Modal alat dan modal kerja
1.
Pelatihan,
2.
PenambahanWawasan
3. Percepatan
PenerbitanSertifikat
4.
Sertifikat tidak
perlu
diperpanjang
1.
Peningkatan
SDM secaraumum
2. Pelatihan
terbimbing,3. Materi Pelatihan
sesuai Lapangan.
Sumber: Hasil Analisis 2013
12)
Persepsi Tukang Konstruksi terhadap masuknya tenaga asing
Hasil penelusuran data tentang persepsi tukang terhadap
AFTA 2015 masuknya tenaga asing diperlihatkan pada Gambar
4.13
Gambar 4.13 Persepsi Tukang Konstruksiterhadap Masuknya Tukang Konstruksi dari Negara
ASEAN lainnya
Tukang konstruksi yang menyatakan mobilitas tenaga asing
sebagai ancaman sebesar 46% dan 44% menganggap sebagai peluang,
selebihnya 10% tidak menentukan pilihan. Kondisi ini perlu menjadi
pertimbangan untuk menetapkan strategi pengembangan SDM,
khususnya dalam
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
14/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-14
Gambar 4. 14 Keinginan Tukang Konstruksi untuk
Bekerja di Luar Provinsi Sulawesi Tengah
dan Luar Negeri
Berdasarkan hasil informasi diatas, dapat dikemukakan bahwa
harapan untuk bekerja diluar daerah bagi oleh responden sangat
rendah. Demikian pula untuk bekerja di luar negeri.
13) Kendala Kesiapan Tukang Konstruksi Menghadapi AFTA
Kendala untuk mewujudkan kesiapan dalam menghadapi
AFTA 2015 berdasarkan persepsi tukang konstruksi mencakupkurangnya dukungan pemerintah, kurangnya informasi, kurangnya
informasi & pengetahuan, bahasa, bahan/material, peralatan kerja,
komunikasi, modal, anggaran tidak sesuai pekerjaan, kompetensi
yang masih perlu ditingkatkan. Kendala meningkatkan kompetensi
diperlihatkan pada Gambar 4.15
Gambar 4.15 Kendala Mewujudkan KesiapanMenurut Persepsi Tukang Konstruksi
3%
10% 5%
10%
7%
10%
2%
12%
2%
29%
10%
Dukungan Pemerintah
Informasi
Informasi & Pengetahuan
Bahasa
Bahan/Material
Peralatan Kerja
Komunikasi
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
15/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-15
14) Dukungan dari Pemerintah dalam Mengatasi Kendala
Untuk memperoleh persepsi responden terhadap dukungan
pemerintah kuesioner yang dilakukan wawancara. Proses wawancara
dilakukan secara terbuka dimana jawaban semua jawaban responden
diterima, baik berupa keluhan, harapan maupun pernyataan yang
berkaitan dengan perlunya dukungan pemerintah. Keluhan, harapan
maupun pernyataan tukang konstruksi di Kota Palu khususnya dan
Sulawesi Tengah dapat dikemukakan diklasifikasikan atas 1) Anggaran
dalam pengertian peningkatan upah, kesinambungan pekerjaan dan
maupun anggaran pelatihan 2) Pembukaan Lapangan Kerja terkait
dengan kesinambungan pekerjaan 3) Kebijakan mencakup regulasi
tenaga kerja konstruksi, aturan produktifitas dan aturan yang obyektif;
4) Peningkatan SDM melalui Pelatihan SDM khususnya teknologi baru
5) Perhatian terhadap tenaga lokal 6) Bantuan dalam pengertian
bantuan modal, alat dan keberpihakan pemerintah terhadap pekerja.
Prosentase Harapan atas dukungan pemerintah diperlihatkan pada
Gambar 4.16
Gambar 4.16 Harapan Responden Terhadap
Dukungan Pemerintah
12%
25%
12%22%
5%
17%
7%
Anggaran
Pembukaan
Lapangan Kerja
Kebijakan Umum
Peningkatan SDM
melalui Pelatihan
Perhatian terhadap
tenaga lokalBantuan
n.a
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
16/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-16
b) Persepsi Responden / Narasumber Perusahaan.
1) Profil Responden/Narasumber
Profil responden pengisi angket dan yang dijadikan nara sumber
berumur semua pria dengan umur 40-63 tahun. Responden atau
narasumber semua berlatar belakang pendidikan Teknik Sipil dengan
jabatan sebagai Kepala Bagian Teknik dan Manajer Teknik,
berkualifikasi pendidikan S1 (67%) dan S2 (33%). Narasumber yang
dimaksud, berlatar belakang akademisi yang dipekerjakan pengembang,
pensiunan instansi PU yang bekerja pada kontraktor dan lainnya
bekerja sebagai karyawan swasta.
Untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan kinerja
tukang yang bekerja di perusahaan konstruksi, penelitian ini telah
memperoleh Perusahaan/Pengguna Jasa tukang Konstruksi yang
dijadikan responden dan nara sumber adalah 5 perusahaan lokal yang
telah berpengalaman dalam pekerjaan konstruksi di Sulawesi Tengah
dengan dengan kualifikasi Grade 4-Grade 6. Perusahaan yang dimaksud
mengerjakan proyek Bangunan Gedung Pemerintah, Gedung BUMD ,
Jalan dan Jembatan, Mekanikal Elektrikal. 1 responden adalah
perusahaan pengembang pusat perbelanjaan modern yang mengerjakan
bangunan dengan cara swakelola. Kualifikasi badan usaha yang
menjadi nara sumber diperlihatkan pada Gambar 4.17
Gambar 4.17 Kualifikasi Badan Usaha
16%
17%
50%
17%
Grade-4 Grade-5 Grade-6 Non Grade
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
17/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-17
Pengalaman perusahaan yang dipilih menjadi responden
diperlihatkan pada Gambar 4.18
Gambar 4.18 Pengalaman Perusahaan
dalam Bidang Konstruksi
Gambar 4.18 memperlihatkan pengalaman perusahaan dalam
mengerjakan proyek konstruksi. 50% perusahaan yang dijadikan responden
adalah perusahaan yang telah berpengalaman >20 tahun, 33% 11-15 tahun dan
17 % 16-20 tahun.
2) Profil Proyek Perusahaan
Ditinjau dari proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan
di Sulawesi Tengah, 40% perusahaan mencapai keberhasilan 10-25%
dari usulan penawaran mereka, 40% memperoleh tingkat kesuksesan
50-75% dan hanya 20% yang >75% dalam proses tender. Pengguna
yang melaksanakan proyek dengan swakelola. Dari hasil wawancara
diperoleh informasi bahwa perusahaan yang memiliki succes rate >
51-75% dan >75% yang semuanya grade 6 umumnya mengikuti tender
jika telah yakin akan memenangkan tender. Bagi perusahaan yang
memiliki succes rate 10-25% tidak demikian, mereka membutuhkan
usaha yang lebih besar untuk memenangkan lelang. Hal ini terjadi
pada perusahaan grade 4 dan 5.
17% 0%
33%
0%
50%
< 5 5-10 Thn 11-15 Thn
16-20 Thn > 20 Thn
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
18/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-18
3) Profil Tenaga Terampil Perusahaan
Jumlah tenaga terampil pada perusahaan konstruksi di Sulawesi
Tengah pada perusahaan grade 4 keatas yang menjadi responden
sekaligus narasumber dikemukakan seperti pada Gambar. Pada
umumnya perusahaan memiliki jumlah tenaga trampil < 50 Orang
dalam setiap proyek yang dikerjakan. Prosentase tenaga yang dimaksud
diperlihatkan pada Gambar 4.19
Gambar 4.19 Jumlah Tenaga Terampil
pada Perusahaan Konstruksi
Jumlah tenaga terampil tukang yang ditugaskan pada setiap
proyek dari perusahaan yang menjadi narasumber 33%
menyatakan < dari 5 tenaga terampil, 16,67% untuk perusahaan
yang menugaskan 6s/d12 tenaga terampil, 13s/d19 tenaga terampil
, 20 s/d 25 tenaga terampil. Perusahan grade 6 umumnya
menempatkan tenaga terampil < 5 orang.
Gambar 4.20 Jumlah Tenaga Terampil
yang ditugaskan pada setiap proyek
33.33%
16.67%16.67%
16.67%
16.67%
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
19/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-19
Ditinjau dari pengalaman, tenaga trampil yang dimiliki oleh
kontraktor diperlihatkan pada gambar 4.21 Dapat dilihat bahwa
dominan tenaga terampil berpengalaman 6-10 tahun
Gambar 4.21 Pengalaman Tenaga
Terampil Perusahaan
Pengalaman tenaga terampil pada perusahaan menunjukan
lamanya tukang konstruksi bekerja pada kegiatan konstruksi. Hasil
analisis memberikan informasi 50% bekerja selama 5-10 tahun, 33%
telah bekerja selama 11-15 tahun dan 17% tidak memberi jawaban
Gambar 4.22 Tenaga Terampil
Tetap pada Proyek
Tenaga Terampil tetap (digunakan pada saat proyek) yang
dimiliki perusahaan di Sulawesi Tengah lebih cenderung < 10 orang.
Dan untuk setiap proyek yang tenaga bersertifikat umumnya hanya 1
orang
Sistem pembayaran tenaga terampil tukang konstruksi di
Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu di lakukan melalui kontrak
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
20/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-20
perproyek sesuai volume pekerjaan, bulanan, dan mingguan. Sistem
penghargaan yang dilakukan oleh perusahaan pada tenaga trampil
tukang berupa dengan Insentif, Asuransi Kecelakaan, ASKES, dan ada
pula yang tidak memberi insentif.
4) Sistem Manajemen SDM
Sistem rekruitmen perusahaan konstruksi di Sulawesi Tengah
dilakukan oleh kontraktor melalui penerimaan lamaran kerja, dari
perusahaan lain dan terbanyak melalui mandor. Ditinjau dari aspek
pembinaan, semua responden menyatakan bahwa tidak ada pembinaan
bagi tenaga kerja mereka secara formal.Proses penilaian kinerjaperusahaan dilakukan secara informal baik lisan maupun tulisan saat
pelaksanaan pekerjaan atas instruksi dan arahan yang diberikan,
capaian target pelaksanaan pekerjaan. Secara umum, kinerja tenaga
trampil yang bekerja pada perusahaan yang menjadi responden
dinyatakan 50% menyatakan baik, 13,33% menyatakan sedang dan
33,67% menyatakan kurang. Turn Over Rate tenaga menurut responden
cenderung < 10%, tetapi ada 1 responden yang menyatakan 51-75%.
Untuk mengatasi kekurangan tenaga, pihak perusahaan cenderung
melakukan outsource kepada mandor, membuka lowongan kerja dan
mencari tenaga tukang harian lepas. Metode untuk memperoleh tenaga
tukang konstruksi dilakukan oleh perusahaan melalui mandor-mandor
baik yang bekerja pada perusahaan maupun diluar perusahaan
sepanjang telah lama dikenal. Ada pula perusahaan yang bekerjasama
dengan SMK untuk memperoleh tenaga tukang konstruksi. Strategi
mengatasi kelebihan tenaga perusahaan dilakukan melalui proses
dirumahkan dengan uang tunggu, dititip di proyek diluar perusahaan,
dirumahkan dengan uang tunggu, diberi pekerjaan lain meskipun tidak
sesuai dengan kompetensi.
5) Tingkat Kompetensi Tukang Konstruksi Berdasarkan Penilaian
Perusahaan/Pengguna
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
21/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-21
Hasil analisis data ini ditujukan untuk melakukan klarifikasi
atas persepsi individu tukang. Untuk melakukan penilaian secara umum
terhadap persepsi tukang terhadap kompetensinya, telah dilakukan
pengukuran dan analisis data pada 6 jenis kompetensi kerja tukang
yakni; 1) Pengetahuan K3 2) Mempersiapkan Bahan Pekerjaan
sesuai daftar kebutuhan 3) Merawat alat-alat dan peralatan kerja serta
pembersihan tempat kerja 4) Pengetahuan Tentang Gambar Kerja 5)
Pemahaman Atas Instruksi yang diberikan 6) Kemampuan
mempersiapkan alat kerja. Hasil analisis data diperlihatkan pada
Gambar 4.23
Gambar 4.23 Nilai Rata-rata Hasil Pengukuran
Kompetensi Umum Tukang Konstruksi
menurut Kontraktor
Dari 6 kompetensi umum yang terukur pada pengguna tukang,
menunjukan pengetahuan K3 berada pada skala kurang (2) sampai
dengan sedang (3) dengan nilai rata-rata 2,33. Demikian pula
kompetensi merawat peralatan kerja dan pembersihan tempat kerja
dengan nilai 2,67. Kompetensi tertinggi adalah memahami instruksi
dengan nilai rata-rata 4,17 dikuti pengetahuan atas gambar kerja dengan
nilai rata-rata 4,00 Kedua kompetensi ini berada pada rentang baik
hingga sangat baik. Kompetensi yang berada pada skala sedang hingga
baik adalah mempersiapkan bahan pekerjaan sesuai daftar kebutuhan
2.333.17
2.67
4.00
4.17
3.67
1
2
3
4
5Pengetahuan K3
Mempersiapkan
Bahan Pekerjaan
sesuai daftar
Kebutuhan
Merawat alat-alat dan
peralatan kerja serta
pembersihan tempatkerja
Pengetahuan Tentang
Gambar Kerja
Pemahaman Atas
Instruksi yang
diberikan
Kemampuan
mempersiapkan alat
kerja
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
22/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-22
dengan nilai rata-rata 3,17, dan mempersiapkan alat kerja dengan nilai
rata-rata skala penilaian 3,67
Untuk mendalami persepsi pengguna terhadap kompetensi
tukang, pada Tabel 4.3 Diperlihatkan rentang penilaian
pengguna/kontraktor terhadap kompetensi tukang konstruksi.
Tabel 4.3 Rentang Penilaian Pengguna/Kontraktor terhadap Kompetensi
Tukang
Kompetensi Rata-rata Max Min Range Ket
1. Pengetahuan K3 2.33 3 1 2Sangat Kurang-
Sedang
2. Mempersiapkan Bahan
Pekerjaan sesuai daftar
Kebutuhan
3.17 4 2 2 Kurang-Baik
3. Merawat alat-alat dan peralatan
kerja serta pembersihan tempat
kerja
2.67 4 1 3Sangat Kurang
Baik4. Pengetahuan Tentang Gambar
Kerja4.00 5 3 2
5. Pemahaman Atas Instruksi
yang diberikan4.17 5 3.00 2
KurangSangat
Baik
6. Kemampuan mempersiapkan
alat kerja3.67 5 2.00 3
KurangSangatBaik
Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013
Hasil analisis data persepsi kontraktor maupun pengguna
terhadap kompetensi Gambar 4. memperlihatkan 9 kompetensi tukang
besi yang terukur. Hasil pengukuran menunjukan seluruh kompetensi
memberikan nilai diatas 4 (baik) kecuali pengetahuan K3 yang bernilai
nilai rata-rata 3,86 skala pengukuran yang mendekati baik. Kompetensi
tertinggi dari tukang batu adalah meluruskan,memotong dan
membengkokan besi beton. Hal ini sangat logis, sebab tanpa alat yang
terawat tukang akan kesulitan melakukan pekerjaannya. Demikian pula
dengan pembersihan tempat kerja dalam pekerjaan-pekerjaan kayu akan
membahayakan dan mengurangi manuver individu tukang dalam
bekerja.Usaha perusahaan untuk meningkatkan kompetensi tenaga
trampil 66,7% perusahaan tidak memiliki usaha untuk embina tenaga
trampil dan 33,3 % berusaha meningkatkan kompetensi melalui
pembinaan personil dan melalui pelatihan di LPJK. Untuk
meningkatkan kompetensi tenaga tukang konstruksi, responden
menyatakan bahwa pemerintah perlu malakukan pelatihan praktis yang
didukung oleh anggaran yang memadai.
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
23/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-23
6) Persepsi Perusahaan atas Kesiapan Individu Tukang dalam
Menghadapi AFTA 2015
Hasil kuesioner yang disertai wawancara menemukan informasi
bahwa 83% perusahaan memahami persaingan kerja menjelang AFTA
2015 dan 17% belum memahami. Pengetahuan ini diperoleh dari media
masa, internet dan kunjungan individu pemilik perusahaan keluar
negeri. Namun disisi lain semua perusahaan dimana narasumber
bekerja belum pernah melaksanakan pekerjaan atau terlibat dalam
pekerjaan konstruksi di luar negeri. Ditinjau dari aspek kemungkinan
Pergerakan Tenaga Trampil 100% responden menyatakan bahwa
tenaga asing yang akan masuk ke Indonesia melalui perusahaan.
Persepsi perusahaan atas pergerakan tenaga asing dianggap sebagai
ancaman, namun sebagian perusahaan siap menghadapi, sebagian
belum siap dan sebagian belum menentukan jawaban. Ketidak siapan
menurut perusahaan adalah faktor komunikasi, kompetensi dasar
maupun profesional. Kriteria untuk meningkatkan kesiapan
menghadapi pasar bebas oleh individu tukang menurut persepsi
perusahaan kontraktor /pengguna tukang konstruksi adalah masalah
komunikasi khususnya dalam hal instruksi kerja, perbedaan
pemahaman atas pengukuran kinerja, bahasa yang digunakan serta
pemahaman atas bentuk kontrak kerja. Kompetensi tukang yang siap
menghadapi pergerakan tenaga asing menurut pengguna jasa tukang
konstruksi adalah tukang batu, tukang kayu, tukang besi, tukang aspal.
Sementara tukang yang belum siap menurut perusahaan adalah tukangkeramik, tukang baja.
Dukungan yang diharapkan dari pemerintah untuk
meningkatkan kompetensi tukang agar siap menghadapi AFTA 2013
adalah memperbanyak pelatihan teknologi konstruksi khususnya
teknologi baru dengan prosedur sederhana dan tidak berbelit, sosialisasi
dan memperbaiki kebijakan SDM konstruksi.
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
24/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-24
c. Kesenjangan Persepsi antara Tukang Konstruksi dan Kontraktor
dalam hal kompetensi
Nilai sesisih kompetensi berdasarkan skala ditujukan untuk
mengetahuistakeholders satisfactiondengan cara mengukur kesenjangan
relatif antara kompetensi yang diharapkan kontraktor/pengguna dan
penilaian individu tukang konstruksi. Nilai selisih ini menunjukan pula
kebutuhan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi tukang konstruksi
untuk memenuhi harapan pengguna pada skala lokal Kota Palu dan
Sulawesi Tengah pada umumnya.
Nilai positif menunjukan penilaian individu tukang lebih tinggi
dibanding kontraktor/pngguna.Nilai negatif menunjukan penilaian
kompetensi individu tukang dibanding kontraktor/pengguna lebih kecil.
Hal ini berarti pula bahwa kontraktor telah merasa puas dengan
kemampuan yang diberikan oleh individu tukang. Kesenjangan yang
dimaksud, diperlihatkan pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Selisih Penilaian Kompetensi antara Individu Tukang dan
Kontraktor/Pengguna
Kompetensi UmumSelisih
TB-K TK-K TBS-K
1. Pengetahuan K3 1.32 1.54 1.95
2. Mempersiapkan Bahan Pekerjaan sesuai daftarKebutuhan
0.49 1.21 1.12
3. Merawat alat-alat dan peralatan kerja serta
pembersihan tempat kerja1.18 1.83 1.76
4. Pengetahuan Tentang Gambar Kerja (0.12) 0.38 0.14
5. Pemahaman Atas Instruksi yang diberikan (0.24) 0.08 0.15
6. Kemampuan mempersiapkan alat kerja 0.18 0.46 0.76
Sumber: Hasil Analisis 2013
Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukan pada Tabel 4.4 diatas,
dapat disimpulkan bahwa selisih penilaian kompetensi antara secara umum
penilaian individu tukang berada diatas penilaian kontraktor/penggun,
kecuali pengetahuan gambar kerja dan pemahaman atas instruksi yang
diberikan khusus pada tukang batu. Jika diklasifikasikan dengan skala
pengukuran, maka gap nilai antara
Pengetahuan K3 dan Merawat peralatan kerja serta pembersihan
lokasi memiliki gap yang besar berdasarkan persepsi tukang dan pengguna
dengan nilai selisih > 1 skala pengukuran. Mempersiapkan bahan pekerjaan
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
25/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-25
memiliki gap untuk tukang kayu dan tukang besi serta merawat alat pada 3
tukang konstruksi yang diteliti.
IV.3 Pembahasan
a. Kajian Keaktifan Tenaga Tukang Konstruksi
Keaktifan Tenaga Tukang Konstruksi di Sulawesi Tengah dapat
diketahui dari keberadaan tukang bersertifikat di lokasi proyek, pendapatan
pertahun dan peningkatannya.
Hasil penelusuran di lokasi proyek yang sedang berjalan di Kota Palu,
memperlihatkan minimnya tukang bersertifikat yang berada di lokasiproyek. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan pihak LPJKD
Sulawesi Tengah, bahwa kurang dari 10% tenaga trampil bersertifikat yang
berada dilapangan. Informasi ini menunjukan bahwa hakekat sertifikasi
belum mencapai tujuannya.
Berdasarkan pendapatan tahunan dapat dijelaskan tingkat kektifan
tukang konstruksi berdasarkan analisis data diperlihatkan pada Gambar
4.24
Gambar 4.24 Pendapatan Tahunan
Tukang Konstruksi
Dari delapan tukang bersertifikat, 50% tukang yang memiliki
pendapatan tahunan < 14 juta, 12,50% berpendapatan tahunan 14-17 juta
25% 18-21 Juta dan 12,50% berpendapatan > 21 juta.
50.00%
12.50%
25.00%
12.50%
21
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
26/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-26
Demikian pula dengan peningkatan pendapatan. 87,50% tukang
konstruksi menyatakan bersertifikat menyatakan pendapatannya
meningkat 5-10%/tahun dan 12,5% mengalami peningkata < 5%. Tidak
terdapat tukang bersertifikat yang menjadi responden mengalami
peningkatan pendapatan > 10%
Fakor-faktor penyebab yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil studi
ini dapat di uraikan sebagai berikut: 1) Terjadi simbiosis mutualisma antara
tukang bersertifikat dan perusahaan dengan keuntungan tukang dapat
memperoleh penghasilan ganda yang berasal dari hasil sewa sertifikat dan
upah kerja ditempat lain yang tidak membutuhkan sertifikat. Disisi lain,
peusahaan lebih leluasa untuk menggunakan tenaga kerja yang telah cocok
dan mampu mengikuti style bisnis perusahaan. 2) Terdapat tukang
konstruksi yang bersertifikat yang melanjutkan pendidikan pada jenjang
perguruan tinggi sehingga tidak dapat bekerja atau bekerja penuh diproyek
yang yang menuntut kehadiran. Hal ini membuat mereka lebih mudah
memperoleh penghasilan melalui sertifikat dapat dipersewakan meskipun
tidak ikut bekerja. 3) Perusahaan yang mendaftarkan peserta dan
membiayai pelatihan sehingga sertifikat berada di tangan perusahaan 4)
Perusahaan belum melihat secara jelas perbedaan antara tukang
bersertifikat dan belum bersertifikat khususnya kemampuan bersikap dan
tukang pemilik sertifikat tidak mempermasalahkan penggunaan sertifikat.
5) Jabatan tukang konstruksi yang secara hirarki organisasi proyek berada
pada level bawah bukan merupakan pengambil keputusan, sehingga secara
alami tidak memberi pengaruh yang besar pada resiko proyek.Hal ini tidak
mempengaruhi keputusan pengguna untuk menggunakan tenaga terampilbersertifikat. 6) Belum adanya sistem monitoring dan inspeksi lapangan
yang efektif menjamin kepastian tukang konstruksi bersertifikat yang
diusulkan dalam proses lelang akan berada dilapangan. Demikian pula
penggunaan sertifikat pada 2 atau lebih proyek dengan instansi pemerintah
yang berbeda atau wilayah yang berbeda.
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
27/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-27
Meskipun berdasarkan hirarki jabatan pada proyek konstruksi posisi
tukang konstruksi berada pada level terendah, peran yang diberikan akan
sangat besar terhadap suksesnya suatu proyek. Pada proyek gedung,
tuntutan pekerjaan konstruksi pada gedung mengharuskan pekerja/buruh
bekerja sama dengan tukang untuk menghasilkan produk. Hal ini telah
melahirkan interaksi yang menghasilkan kohesi sosial yang kuat antara
tukang dan pekerja/buruh. Buruh yang bependidikan rendah membutuhkan
perlindungan dari tukang untuk dapat bekerja secara berkelanjutan.
Hubungan antara tukang dan pekerja tidak hanya terjadi pada saat bekerja,
tetapi berlanjut pada lingkungan sosial keluarga, dimana kesulitan lainnya
yang dialami oleh buruh menjadi permasalahan tukang pula atau
sebaliknya.
Sebagai lingkungan binaan, proyek-proyek konstruksi yang padat
tenaga seperti gedung dan jembatan umumnya membutuhkan tenaga kerja
konstruksi dalam jumlah yang besar pada level jabatan terendah. Namun
disisi lain tidak membutuhkan ketrampilan khusus. Kebutuhan SDM yang
besar pada level jabatan terendah proyek konstruksi akan menjadi masalah
sosial dalam proyek jika hubungan dan komunikasi yang harmonis tidak
terbangun antara mereka.
Untuk mengaktifkan peran tukang konstruksi bersertifikat agar bekerja
sesuai dengan kompetensinya secara terhormat dimata masyarakat dengan
pendapatan yang mensejahterakan. Proses aktifasi yang ajukan dapat
dilakukan berdasarkan pendekatan peningkatan daya tarik tukangbersertifikat melalui pendekatan sebagai berikut : 1) Tuntutan pekerjaan
konstruksi baik proses maupun produk akhir yang umumnya beresiko
tinggi membutuhkan kompetensi yang berbeda dengan pekerjaan lainnya.
Tekanan yang besar dari segi biaya, waktu dan pencapaian mutu dan
rendahnya perlindungan kecelakan membutuhkan kompensasi yang lebih
tinggi dibanding pekerjaan lainnya pada jabatan yang sama diluar proyek
konstruksi
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
28/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-28
Tukang Konstruksi akan lebih memiliki peran jika mengetahui lebih
banyak tentang pekerjaannya. Selama ini mereka bekerja mengetahui
jumlah bahan yang digunakan. Berdasarkan tuntutan kompetensi,
seharusnya mereka mengetahui jumlah material yang digunakan dan
volume kerja yang dilaksanakan. Kebijakan untuk memberi peran tukang
konstruksi dalam kegiatan pencatatan material maupun pelaporan hasil
produksinya akan bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi penggunaan
bahan dan secara praktis akan menambah pengetahuan mereka tentang
kebutuhan material dalam suatu jenis konstruksi tertentu. Peran ini
sekaligus dapat dijadikan sarana evaluasi diri bagi tukang untuk
mengetahui efisiensi maupun produktifitasnya.
Masalah penegakan hukum dalam penggunaan sertifikat menjadi
agenda penting yang perlu diselesaikan mengingat unit sertifikasi yang
berada pada LPJKP perlu dilengkapi dengan sub unit monitoring dan
inspeksi untuk menjamin sertifikat atau lisensi yang diberikan digunakan
secara benar oleh tukang yang berhak.. Demikian pula,dengan Dinas PU
Kab/Kota untuk memastikan bahwa tenaga yang ditetapkan dalam IUJK
benar-benar bertanggungjawab terhadap kegiatan konstruksi yang
dilaksanakan oleh perusahaan tempat ia bekerja.
Dengan berlakunya e-KTP pada Kemendagri, Data Pokok
Pendidikan khususnya SMK pada Kemendikbud, e-procurement,
SIPJAKIdan e-procurement, e-monitoring pada Pembina Jasa Konstruksi
maupun SDM khususnya tukang konstruksi untuk memantau mobilitas
maupun keaktifan tukang konstruksi. e-KTP dapat dijadikan untuk
mengetahui domisili tukang konstruksi, e-procurement yang dilengkapidaftar tenaga yang diusulkan oleh kontraktor saat pengajuan proposal, e-
monitoring untuk memantau keaktifan tenaga tukang bersertifikat. Data
pokok pendidikan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui
potensi akademik calon pendatang baru sekaligus memperoleh informasi
calon tenaga kerja potensial yang akan dilatih.
b. Kajian Keunggulan Kompetitif Tukang Konstruksi di Sulawesi
Tengah
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
29/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-29
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Porter, dimana
keunggulan kompetitif tenaga trampil tukang konstruksi akan dilihat dari
kekuatan yang mempengaruhi persaingan.
1)Faktor Individu Tukang Konstruksi
Berdasarkan uraian yang dikemaukakan pada data individu
tukang, maka dapat dikemukakan potret tukang konstruksi di
Sulawesi Tengah. Umur tukang yang rata-rata 37 tahun. Hal ini
menunjukan peluang untuk memperoleh pekerjaan bagi tukang
konstruksi di Sulawesi Tengah masih cukup besar. Ditinjau dari
pengalaman, sebab makin tinggi usia untuk memperoleh pekerjaan
makin sulit. Namun demikian jaringan yang kuat akan memudahkan
tukang yang lebih tinggi usianya memperoleh pekerjaan sebab
memiliki banyak rekan sejawat. Status tenaga tukang konstrusi
Ditinjau dari aspek status kependudukan lokal dan pendatang belum
belum ada data yang menyatakan bahwa konflik antara tukang telah
menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks di Sulawesi
Tengah. Interaksi sosial akan mengandung konflik jika para pelaku
sistem tersebut membiarkan dirinya dibimbing oleh tujuan yang
selalu bertentangan. Namun untuk mengatasi resiko, dibutuhkan
jaring pengaman untuk mengatasi kecemburuan sosial.
Dari aspek pendapatan, sesuai data yang dikemukakan pada
2)Pengaruh SDM Baru
Pengaruh SDM baru merupakan salah satu faktor yangmempengaruhi persaingan tenaga kerja konstruksi. Berdasarkan hasil
identifikasi, tukang konstruksi baru di Sulawesi Tengah pada
umumnya berasal dari pekerja/buruh konstruksi yang secara alamiah
dididik oleh kepala tukang atau tukang konstruksi. Hal ini dapat dilihat
dari rendahnya prosentase tukang yang berasal dari jenjang pendidikan
SMK. Rendahnya lulusan tukang konstruksi yang memiliki dasar
pendidikan konstruksi disebabkan oleh beberapa faktor, yakni; 1)
Rendahnya output SMK bidang rekayasa khususnya teknik bangunan,
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
30/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-30
hal ini dapat dilihat dari kajian lingkungan yang mempengaruhi SDM
konstruksi di Sulawesi Tengah pada Bab II. 2) Perkembangan teknologi
elektronika, informatika dan otomotif telah menarik minat masyarakat
untuk bekerja pada pada sektor ini sehingga untuk bidang bangunan
untuk output jabatan tukang konstruksi mengalami penurunan. 3)
Kebijakan penerimaan mahasiswa baru yang memberi peluang yang
sama antara SMA Umum dan SMK telah mendorong lebih banyak
lulusan SMK untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi 4)
Tingkat persaingan yang rendah untuk memasuki perguruan tinggi di
Sulawesi Tengah yang rendah memberi peluang yang lebih besar bagi
lulusan SMK untuk melanjutkan pendidikan.
3) SDM Asing (overseas)
SDM warga negara asing dari luar negeri berdasarkan pendapat
responden perusahaan konstruksi akan datang melalui perusahaan. Hal
ini memberi informasi bahwa tenaga kerja tukang konstruksi akan
menjadi salah satu yang mempengaruhi daya saing perusahaan.
Sebaliknya, jika perusahaan nasional di Sulawesi Tengah akan
mengerjakan proyek di kawasan ASEAN, mereka akan membawa
tukang konstruksi yang telah cocok dengan style perusahaan.
4) Faktor Penentu dari Pemasok
Pemasok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah unit-unit
pelatihan beserta faktor yang mempengaruhinya dan unit sertifikasi
tenaga konstruksi.
Balai latihan kerja/loka latihan kerja yang melayani pelatihan diSulawesi Tengah berjumlah 8 Unit yakni : 1) BLK Kota Palu; 2) BLK
Toli-toli; 3) BLK Poso; 4) BLK Luwuk; 5) LLK Parigi Moutong; 6)
BLK Tojo Una-Una; 7) BLK Morowali, 8) UPTD LLK Kab. Donggala.
BLK ini memiliki jenis layanan yang bervariasi. Berdasarkan hasil
FGD internal yang telah dilaksanakan pada bulan 26 Juni 2013,
diperoleh informasi bahwa dukungan pelatihan pada BLK Palu, terus
menurun dengan penurunan unit cost maupun peserta dalam
penyelenggaraan pelatihan maupun durasi waktu pelatihan.
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
31/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-31
Disisi lain, kemampuan finansial calon tenaga kerja yang akan
dilatih sangat terbatas untuk membiayai pelatihan secara mandiri adalah
kendala. Besarnya angkatan kerja kurang terdidik dan minimnya
anggaran pelatihan di BLK menyebabkan BLK hanya mampu
menjangkau sejumlah kecil calon peserta pelatihan. Balai pelatihan
yang dimaksud masih menyelenggarakan pelatihan untuk berbagai jenis
ketrampilan selain pelatihan konstruksi sehingga belum dapat melayani
pelatihan tukang konstruksi secara maksimal.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2012 Tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang berlaku pada Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
diperoleh informasi biaya pelatihan seperti dikemukakan pada Tabel
4.5
Tabel 4.5 Standar Biaya Pelatihan Tukang Konstruksi
Kompetensi Ketrampilan Jam Rp Rp/Jam
1) Pasang ubin 55 1.160.000 21,090.91
2) Pembesian 57 1.180.000 20,701.75
3) Plester dan acian 56 1.140.000 20,357.14
4) Pasang bata 58 1.350.000 23,275.86
5)
Pondasi batu 50 1.400.000 28,000.00
6) Kayu 160 3.200.000 20,000.00
Sumber: PP No 65 Tahun 2012
Tabel diatas memperlihatkan pula jenis pelayanan yangdapat
dilaksanakan oleh kementrian tenaga kerja dan transmigrasi,
Saat ini, pelatihan konstruksi mengharapkan layanan Balai
Pelatihan Konstruksi (BPK) Wilayah V Makassar. BPK Wilayah V
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dari Badan Pembinaan
Kompetensi Kementerian Pekerjaan Umum. Secara khusus Balai
Pelatihan Konstruksi Wilayah IV Makassar berfungsi untuk
melakukan usaha peningkatan kompetensi Sumber Daya manusia
yang bekerja pada sektor usaha Jasa Konstruksi. Layanan pelatihan
khususnya bagi tukang konstruksi mencakup : Tukang Bangunan
Umum, Tukang Batu, Tukang Kayu dan Tukang Pasang Batu
Belah. BPK Wilayah V Makassar melayani 21 Kabupaten dan 3 Kota
di Pulau Sulawesi. Pada tahun 2011 BPK Wilayah V masih
-
8/10/2019 Laporan Antara -4
32/37
Studi Konstruksi Daerah 2013 IV-32
menyiapkan prasarana dan sarana dengan pendanaan Rp.4.141.039.000.
Nanti pada tahun 2012 BPK V telah melaksanakan pelayanan sesuai
tupoksinya sejak tahun 2012.
Berdasarkan penelusuran data pada unit e-procurement
Kementerian Pekerjaan Umum, dapat dijelaskan bahwa kemampuan
balai sangat tergantung dari APBN. Pendanaan kementerian PU untuk
sektor pembinaan konstruksi yang berhubungan erat dengan pembinaan
SDM konstruksi di kementerian PU dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Proporsi Anggaran Pembinaan SDM KonstruksiTahun Alokasi Anggaran BP
Kostruksi
Nilai Proyek Kementerian PU Prosentase
Anggaran (%)
Nasional BPK V
Makassar
Nasional Sulawesi
Nasional BPK VMakassar
Rp.000 Rp.000 Rp.000 Rp.000
2013 244,773,191 7,917,949 70,026,420,707 9,183,210,063 0.3495 0.086
2012 274,169,778 12,000,000 74,312,466,268 8,693,986,016 0.3689 0.138
2011 56,346,869 4,141,039 54,531,932,502 7,082,519,513 0.1033 0.058
2010 210,674,821 20,404,557 37,921,701,645 4,093,128,841 0.5556 0.499
2009 221,726,699 20,333,043 34,539,073,820 4,092,043,826 0.6420 0.497
Sumber: Hasil Analisis 2013
Tabel 4.6 diatas memberi informasi bahwa dengan dana yang