LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN...
Transcript of LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN...
i
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
JUDUL PROGRAM
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PEMBUATAN VIDEO
PEMBELAJARAN PENDUKUNG PENDEKATAN SAINTIFIK BAGI
GURU KIMIA
DI KABUPATEN GIANYAR
Dibiayai dari:
Dana DIPA BLU Universitas Pendidikan Ganesha Nomor SP
DIPA/042.01.2.400987/2017 Tanggal 7 Desember 2016
Nomor: 781/UN48.15/PM/2017
OLEH:
Drs. I Ketut Sudiana, M. Kes
NIP. 196310231991031001
Prof. Dr. I Wayan Redhana, M. Si
NIP. 196503251991031001
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2017
ii
iii
PRAKATA
Kualitas proses pembelajaran kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Selain karena faktor guru dalam membuat perencanaan, aspek media
pembelajaran merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung proses
pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, guru-guru kimia perlu membuat
media pembelajaran yang komunikatif dan menarik bagi siswa. Yang paling
penting adalah dengan media pembelajaran yang baik, siswa akan dapat
memahami materi kimia dengan baik pula. Seperti diketahui bahwa fungsi media
adalah untuk menyalurkan isi pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan
(siswa).
Salah satu media pembelajaran kimia yang trend saat ini adalah media
pembelajaran berbasis ICT. Video merupakan salah komponen pendukung media
pembelajaran berbasis ICT. Oleh karena itu, pembuatan video pembelajaran
merupakan format yang penting dalam pembelajaran berbasis ICT. Dengan video
pembelajaran, materi dapat disajikan lebih menarik dan memudahkan siswa
memahami materi kimia. Sudah barang tentu, isi media pembelajaran bukan
hanya video, tetapi juga format yang yang lain, seperti teks dan grafis.
Kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan video pembelajaran ini
tidak terlepas dari kekurangan. Selain itu, kami tidak bisa memenuhi keinginan
semua pihak. Mudah-mudahan kegiatan P2M ini dapat bermanfaat bagi guru-guru
kimia di Kabupaten Gianyar Bali sehingga mereka dapat menghasilkan video
pembelajaran kimia yang berkualitas.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada MGMP Kimia Kabupaten
Buleleng atas kerjasamanya. Terimakasih kepada Kepala Sekolah SMA N 1
Sukawati atas ijin pengunaan tempat dan fasilitas pendukung lainnya.
Terimakasih kepada adik-adik mahasiswa yang sudah membantu kelancaran
pelaksanaan pelatihan
Singaraja, 5 November 2017
Ketua Pelaksana P2M
iv
RINGKASAN
Kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan video pembelajaran
dilaksanakan dalam waktu enam bulan (Mei-Oktober 2017) mulai dari pembuatan
modul pelatihan sampai dengan pembuatan laporan P2M. Kegiatan pelatihan dan
pendampingan dilakukan berturut-turut mulai dari pembuatan modul pelatihan,
pembekalan kepada mahasiswa calon pendamping, pelaksanaan pelatihan dan
pendampingan pembuatan video media pembelajaran kimia, dan pembuatan
media pembelajaran berbasis ICT yang melibatkan format video, dan pembuatan
laporan P2M. Pelaksanaan pelatihan dan pendapingan pembuatan video
pembelajaran dimulai dari konversi file video dalam bentuk ekstensi mp4 menjadi
bentuk ekstensi avi. Kegiatan berikutnya berturut-turut adalah pelatihan meng-
capture video menggunakan camtasia, meng-edit video menggunakan movie
maker, mem-publish video, dan terakhir adalah pembuatan media pembelajaran
berbasis ICT menggunakan microsoft power point dengan menginsersikan video.
Guru-guru kimia sangat antusias mengikuti kegiatan karena materi kegiatan ini
merupakan sesuatu yang baru bagi mereka. Produk video pembelajaran yang
dibuat sendiri oleh guru-guru kimia mencapai rata-rata sebesar 84,42 dan sudah
tergolong baik. Mereka merespon positif kegiatan pelatihan dan berharap agar
kegiatan ini atau kegiatan sejenis dapat dilanjutkan kepada guru-guru kimia
sehingga mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam mendukung
kinerja mereka.
Kata-kata kunci: video pembelajaran, video conventer, camtasia, movie maker
v
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PEMBUATAN VIDEO
PEMBELAJARAN PENDUKUNG PENDEKATAN SAINTIFIK BAGI
GURU KIMIA DI KABUPATEN GIANYAR
Oleh: I Ketut Sudiana dan I Wayan Redhana
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan guru-guru kimia di Kabupaten Gianyar untuk membuat video
pembelajaran dalam rangka mendukung proses pembelajaran dengan pendekatan
saintfik. Sasaran pengabdian adalah guru-guru kimia yang tergabng MGMP
Kimia Kabupaten Gianyar. Permasalahan utama guru-guru mitra dalam mengelola
pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik adalah keterbatasan
alat/bahan kimia, kurangnya waktu, dan kurangnya kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri, dan guru-guru
memiliki keyakinan bahwa strategi yang digunakannya selama ini sudah efektif.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, pelatihan dan pendampingan
pembuatan video pembelajaran untuk mendukung aktivitas inkuiri pada
pembelajaran kimia merupakan alternatif pemecahan masalah yang tepat dan
feasible. Kegiatan pelatihan dan pendampingan dilakukan berturut-turut mulai
dari pembuatan modul pelatihan, pembekalan mahasiswa calon pendamping,
pelaksanaan pelatihan dan pendampingan pembuatan video pembelajaran kimia,
dan pembuatan media pembelajaran berbasis ICT. Guru-guru kimia sangat
antusias mengikuti kegiatan. Kualitas produk video pembelajaran buatan guru-
guru kimia mencapai skor rerata 84,42 (tergolong baik). Guru-guru kimia
merespon positif kegiatan pelatihan ini dan mereka berharap agar kegiatan ini
terus dilanjutkan dan kegiatan sejenis dapat dilakukan sehingga mereka
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam mendukung kinerja mereka.
Kata-kata kunci: camtasia, movie maker, pendekatan saintifik, video
pembelajaran, video conventer
vi
TRAINING AND MENTORING OF MAKING OF LEARNING VIDEOS
TO SUPPORT A SAINTIFIC APPROACH FOR CHEMISTRYTEACHERS
IN GIANYAR REGENCY
By: I Ketut Sudiana and I Wayan Redhana
ABSTRACT
This community service activity was aimed at improving the skills of chemistry
teachers in Gianyar Regency to make learning videos in order to support the
learning process with the scientific approach. The target of the community service
was the chemistry teachers who were affiliated with a group of chemistry subject
matter of Gianyar Regency. The main problems of chemistry teachers in
managing chemistry learning using a scientific approach were the lack of
equipment/chemicals, lack of time, and the lack of teachers' ability to manage the
learning using inquiry approaches, and they had confidence that the strategies they
used were considered effective. In relation to these problems, the training and
mentoring of the making of learning videos to support inquiry activities in
chemistry learning was an appropriate and feasible solution to solve the problems.
The training and mentoring activities were started from preparing the training
modules, debriefing the prospective students, conducting the training and
mentoring of making chemistry learning videos, and making the ICT-based
learning media. The chemistry teachers were very enthusiastic to follow the
training. The product quality of teachers-made learning videos reached the
average score of 84.42 (quite good category ). They responded positively to the
training and they hoped that it can be continued and similar activities can be done
so that they will gain knowledge and skills to support their performances.
Keywords: camtasia, movie maker, scientific approach, learning video, video
converter
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
PRAKATA ......................................................................................................... iii
RINGKASAN ..................................................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viiiviii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ............................................................ 8
C. Tujuan Kegiatan .......................................................................................... 9
D. Manfaat Kegiatan ........................................................................................ 9
E. Khalayak Sasaran Strategis ........................................................................ 10
BAB II METODE PELAKSANAAN ............................................................... 11
A. Kerangka Pemecahan Masalah .................................................................. 11
B. Metode Pelaksanaan Kegiatan ................................................................... 12
C. Kegiatan Evaluasi ...................................................................................... 14
D. Analisis Data ............................................................................................. 14
BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 15
A. Hasil Kegiatan ........................................................................................... 15
B. Pembahasan ............................................................................................. 188
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 200
A. Simpulan ................................................................................................. 200
B. Saran-Saran ............................................................................................. 200
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 211
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 233
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Alur Berpikir dalam Memecahkan Masalah……………... 12
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pedoman Konversi Skor Vs. Kualitas Video Buatan Guru
Kimia Peserta Pelatihan ....................................................................... 14
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Hadir Peserta
Lampiran 2 Daftar Nama Instruktur dan Asisten Instruktur
Lampiran 3 Modul Pelatihan Pembuatan Video Pembelajaran
Lampiran 4 Daftar Nilai Video Buatan Guru-Guru Kimia Peserta Pelatihan
Lampiran 5 Data Respon Guru-guru Kimia terhadap Kegiatan Pelatihan
Pembuatan Video Pembelajaran
Lampiran 6 Foto-foto Kegiatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai bagian dari sains, pembelajaran kimia idealnya dilaksanakan
sesuai dengan hakikat sains sebagai produk, proses dan sikap. Pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik/inkuiri adalah pembelajaran ideal untuk
meningkatkan kemampuan sains, baik proses, produk, maupun sikap. Kurikulum
2013 telah lebih mendorong pembelajaran pada pendekatan saintifik. Kurikulum
ini secara eksplisit memberikan penekanan pada kegiatan pembelajaran yang
mencerminkan kegiatan inkuiri mulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan
data, mengasosiasi/menalar, dan menyaji. Kurikulum 2013 (Permendiknas 81A
dan 103 tahun 2014) telah menggeser beberapa prinsip pembelajaran: (1) dari
belajar reseptif (diberi tahu) menjadi produktif (mencari tahu); (2) dari guru
sebagai sumber informasi menjadi berbagai sumber informasi; (3) dari tekstual
menjadi pendekatan inkuiri; (4) dari lebih menekankan kemampuan mental
menjadi keseimbangan antara keterampilan fisikal dan mental; (5) pada
pembelajaran sebagai masyarakat belajar; dan (6) pada pemanfaataan teknologi
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Pada Kurikulum 2013
(K13), guru diingatkan kembali bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator,
motivator, dan inspirator. Penyiapan sumber belajar adalah tugas penting guru
sebagai fasilitator.
Kurikulum KTSP-pun telah mendorong kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik yang tercermin dari kegiatan pembelajaran
melalui eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, tetapi implementasi di lapangan
masih mengalami kendala. Pembelajaran yang menekankan kepada keterampilan
inkuiri ilmiah (proses sains) dan sikap sains masih belum banyak dilakukan pada
pembelajaran. Permasalahan ini secara umum terjadi pada semua jenjang
pendidikan, SD, SMP, maupun SMA. Ada dua faktor menjadi kendala terhadap
penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri yang dikemukakan
oleh guru (Kirna, dkk. 2007), yaitu: (a) keterbatasan alat/bahan dan waktu, dan (b)
2
kurangnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri. Di samping kendala teknis seperti yang dikemukakan di atas,
Sanjaya (2009) juga mengemukakan adanya kendala kultur, yaitu guru belum
terbiasa dalam mengelola inkuiri dan memiliki keyakinan bahwa strategi yang
digunakannya sudah efektif.
Terlepas dari belum terbangunnya kultur guru dalam mengelola
pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri, pemberlakuan kurikulum baru
telah mengharuskan guru untuk mengelola pembelajarannya sesuai dengan
tuntutan kurikulum. Guru-guru harus siap dan menyiapkan diri untuk mampu
berperan sebagaimana tuntutan kurikulum. Keberhasilan pencapaian pendidikan
nasional atau keberhasilan kurikulum sangat ditentukan oleh guru. Guru adalah
ujung tombak keberhasilan pendidikan, atau dengan kata lain ” tidak ada siswa
yang baik tanpa guru yang baik”. Oleh sebab itu, penanganan permasalahan
implemetasi kurikulum harus menitikberatkan pada kesiapan pendukung
kurikulum, yaitu kemampuan dan keterampilan guru dalam mengimplementasi
kurikulum, di samping penyiapan sarana dan prasarana seperti buku siswa dan
panduan guru, serta kelengkapan laboratorium.
Implementasi kurikulum 2013 membutuhkan sumber belajar/media
dengan format informasi yang kaya. Dalam penyiapan sumber belajar yang kaya
untuk mendukung inkuiri siswa, kreativitas guru sangat menentukan. Guru yang
kreatif mampu melihat potensi lingkungan untuk dijadikan sumber belajar untuk
mendukung inkuiri. Kreativitas harus didukung oleh keterampilan. Tanpa
berbekal keterampilan, ide-ide kreatif sulit dimunculkan atau diwujudkan.
Pemberian keterampilan dalam membuat sumber belajar di kalangan guru menjadi
sangat penting untuk membantu guru mengelola pembelajaran sesuai tuntutan
kurikulum 2013.
Salah satu media yang potensial untuk medukung kegiatan inkuiri siswa
adalah video. Video dapat membawa fenomena kehidupan sehari-hari atau fakta
laboratorium ke dalam kelas untuk dijadikan konteks pembelajaran yang real.
Video yang didesain khusus untuk mencapai indikator belajar tertentu dijadikan
basis untuk menggali gagasan awal siswa dan prediksi/hipotesis siswa untuk
selanjutnya dibuktikan melalui video hasil pembuktian ataupun simulasi. Sebagai
3
pendukung inkuiri, komponen interaktivitas dari video memegang peran penting
untuk memandu siswa tentang apa yang mesti diamati, pertanyaan pokok apa
yang harus dijawab siswa, penjelasan awal apa yang dimiliki siswa, apa hasil
pembuktian (percobaan) terhadap prediksi siswa, dan apa penjelasan (penalaran
ilmiah) dari fenomena yang menjadi fokus pembelajaran. Animasi penting
ditambahkan dalam memberikan penjelasan ilmiah.
Permasalahan implemetasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran
seperti dipaparkan pada pendahuluan terjadi pada semua jenjang pendidikan dasar
dan menengah, dan terjadi pada semua disiplin ilmu/mata pelajaran. Beberapa
mata pelajaran yang membutuhkan sarana dan prasarana yang mahal sangat rentan
untuk mampu melaksanakan kurikulum 2013. Salah satu mata pelajaran yang
mengalami kendala cukup besar dalam implementasi kurikulum 2013 adalah Mata
Pelajaran Kimia karena pembelajaran ini idealnya mesti lebih banyak dilakukan
melalui percobaan laboratorium, mengamati fakta alam, menganalisisnya sampai
ditemukan pengetahuan ilmiah (sains) dibalik fenomena/fakta tersebut.
Pembelajaran yang langsung pada ranah pengetahuan (produk) tanpa dikaitkan
dengan fakta alam dan pengakajian yang cukup tentang fakta/fenomena alam akan
mendorong siswa belajar hafalan. Konsepsi dibalik fenomena/fakta alam,
terutama konsepsi kimia yang bersifat abstrak, sulit dipahami siswa jika
pembelajaran dilakukan secara direct pada pengetahuan ilmiah.
Pembelajaran Kimia, idealnya dimulai dari pengamatan terhadap
fakta/fenomena alam (aspek realitas) dilanjutkan dengan elaborasi yang cukup
tentang konseptual dibalik fakta/fenomena. Konseptual kimia yang sifatnya
abstrak membutuhkan visualisasi konseptual untuk mengkonkretkan konsepsi
tersebut sehingga mudah dipahami oleh siswa. Pada pembelajaran aspek realitas,
aktivitas siswa ditekankan pada pengalaman mengamati fakta/fenomena alam,
menanya dan mengumpulkan data, sedangkan pada aspek konseptual kimia,
kegiatan siswa diarahkan pada mengasosiasi/menalar sampai menyaji
menggunakan bahasa dan simbol kimia. Pembelajaran kimia menggunakan
pendekatan saintifik tentu memerlukan dukungan sarana/prasarana laboratorium
dan media visualisasi yang memadai untuk membawa fakta/fenomena alam ke
4
dalam kelas, serta membantu siswa mengkonkretisasi aspek konseptual kimia
yang bersifat abstrak
Dari observasi dan wawancara dengan guru dan siswa di beberapa SMA
saat membimbing dan monev PPL mahasiswa di Kabupaten Buleleng ditemukan
bahwa implementasi pendekatan saintifik yang dimandatkan dalam K13 maupun
KTSP kurang berjalan dengan baik. Sebagian pembelajaran di kelas kembali jatuh
pada teacher centered walaupun dalam RPP-nya, pembelajaran didesain
menggunakan pendekatan saintifik/inkuiri. Fenomena ini sesungguhnya tidak
hanya terjadi di Buleleng, melainkan terjadi di sebagian besar SMA di Bali,
termasuk SMAN di Kabupaten Gianyar. Wawancara dengan beberapa guru
SMAN di Gianyar menunjukkan fakta yang sama. Kendala utama yang
dikemukakan guru terkait dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri adalah kendala waktu dan partisipasi siswa. Melaksanakan
praktikum membutuhkan waktu yang lama, sementara jumlah jadwal efektif di
sekolah sangat kurang karena dipotong dengan kegiatan-kegiatan yang lain.
Terkait dengan pelaksanaan praktikum, di samping menghabiskan waktu
yang banyak, melaksanakan praktikum membutuhkan kerja keras guru dalam
menyiapkan sarana praktikum karena tidak ada laboran atau kinerja laboran belum
optimal. Jumlah siswa yang banyak tidak sepadan dengan fasilitas laboratorium
yang tersedia sehingga praktikum kurang banyak bisa dilakukan, dan itupun
hanya bisa dilakukan dengan cara demonstrasi. Guru mengemukakan bahwa kerja
keras dan boros waktu ini tidak signifikan meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa.
Penerapan pendekatan saintifik yang pernah dilakukannya cenderung
kurang berjalan dengan lancar karena siswa cenderung pasif, kurang aktif
bertanya, menjawab dan LKS tidak dikerjakan dengan optimal. Guru sendiri
menyatakan bahwa kemampuan mereka dalam mengelola pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik (inkuiri ilmiah) masih kurang. Walaupun
sarana (alat dan bahan) praktikum relatif masih kurang, guru menyatakan bahwa
kendala utama bukanlah sarana laboratorium ini karena beberapa praktikum
model demonstrasi masih bisa dikiati oleh guru.
5
Guru-guru mengeluhkan motivasi belajar siswa yang sangat rendah.
Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik yang sudah dilakukan
berbantuan LKS kurang berjalan dengan baik karena siswa pasif. Waktu belajar
kurang efektif dimanfaatkan dalam pembelajaran karena kebanyakan siswa
kurang antusias dalam mengerjakan LKS, siswa kurang memiliki motivasi untuk
mencari informasi di buku atau sumber lain untuk menyelesaikan tugas dalam
LKS. Akibatnya, pembelajaran cenderung kembali ke teacher centered.
Pembelajaran menggunakan LKS yang tidak didesain khusus untuk pendekatan
saintifik akan mengalami hal yang sama dengan dikemukakan guru. Pembelajaran
yang kering dengan demonstrasi fenomena real (hanya teoritik) akan cenderung
membosankan. Guru-guru kimia menyadari sepenuhnya hal tersebut, namun
mereka mengalami masalah dalam mewujudkannya.
Dari wawancara yang cukup intensif dengan beberapa guru kimia di
Buleleng dan di SMAN 1 Gianyar, guru-guru mengemukakan bahwa mereka
mengalami kesulitan dalam mengelola inkuiri, utamanya membangun pertanyaan-
pertanyaan yang mampu mendorong siswa menemukan konsepsi dibalik
fakta/fenomena/problem yang diangkat dalam pembelajaran. Hal inilah yang
menyebabkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik menjadi kurang
efektif, dimana antara fakta yang diamati dan konseptual ilmiah terlepas satu
dengan yang lain, tidak bisa dikaitkan dengan jelas oleh guru melalui pertanyaan
yang dikembangkan. Pangaitan fakta dan konseptual ilmiah memerlukan media
visualisasi yang tepat dan guru-guru belum menggunakan media visualisasi
konseptual yang mengaitkan fakta dan konsepsi ilmiah. Tversky (2005)
mengemukakan bahwa visualisasi adalah bagian integral dari sains. Konseptual
sains, seperti kimia, yang sifatnya abstrak ataupun sesuatu yang tidak kasat mata
sangat membutuhkan suatu analogi untuk memahaminya. Smaldino, dkk (2005)
menyatakan bahwa salah satu peran penting visualisasi adalah sebagai analogi
untuk membantu siswa mengembangkan model mental atau gambaran personal
tentang konseptual yang sifatnya abstrak.
Di era informasi sekarang ini, sarana ICT yang dimiliki guru sudah cukup
memadai, seperti laptop dan android. Sebagian guru-guru, utamanya yang yunior
sudah cukup literasi ICT, yaitu sudah biasa mengakses informasi secara online.
6
Beberapa guru sudah memiliki video pembelajaran yang diakses dari internet dan
beberapa di antaranya sudah pernah menunjukkannya di kelas. Hanya saja, cara
pemanfaatan video tersebut kurang optimal, karena video tersebut tanpa narasi
atau narasinya masih menggunakan bahasa asing, durasinya terlalu panjang
(kurang fokus), dan kurang sesuai dengan indikator pencapaian belajar. Video-
video pembelajaran, baik fakta ataupun yang sifatnya konseptual yang diunduh
dari internet masih perlu dimodifikasi dan dilengkapi dengan aktivitas siswa yang
dirancang secara cermat agar siswa dapat mengalami proses inkuiri dalam belajar.
Walaupun secara teknis editing video adalah sesuatu yang sederhana, tetapi guru-
guru kimia belum memiliki keterampilan yang sangat penting ini.
Kemajuan teknologi komputer (ICT) sekarang ini sudah sangat
memudahkan guru untuk mengembangkan media visualisasi, seperti video
fakta/fenomena maupun animasi untuk mendukung pembelajaran kimia. Beberapa
guru mengungkapkan bahwa mereka dari dulu sangat ingin memiliki keterampilan
mengelola pembelajaran berbasis teknologi komputer (multimedia). Mereka ingin
memiliki kemampuan dalam membuat media berbasis komputer, hanya saja
belum ada kesempatan untuk merealisasikannya. Guru-guru sangat berharap
melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini keinginan mereka akan dapat
diwujudkan. Mereka merasa sangat membutuhkan bantuan dalam mengelola
pembelajaran berbantuan teknologi, karena sementara ini mereka belum banyak
tersentuh dengan kegiatan inservice terkait permasalahan di atas. Kegiatan-
kegiatan P2M Penerapan IPTEK UNDIKSHA belum banyak yang dilaksanakan
di luar kabupaten Buleleng sehingga kegiatan P2M ini sangat dinantikan oleh
mereka.
Era teknologi komputer sekarang ini telah mendorong semua sekolah dan
juga guru untuk memprioritaskan pengembangan fasilitas komputer dan
aksesoriesnya. Sayangnya, lengkapnya fasilitas TIK yang dimiliki sekolah dan
juga guru belum banyak diarahkan langsung pada aspek pembelajaran. Potensi
teknologi komunikasi dan informasi sebagai salah satu alternatif solusi
permasalahan pembelajaran belum banyak menjadi perhatian guru. Permasalahan
ini diungkapkan oleh beberapa kepala sekolah, padahal di masa yang akan datang,
kepala sekolah mendorong pembelajaran yang berbasis teknologi ini. Oleh sebab
7
itu, kepala sekolah sangat mendukung kegiatan untuk melatih guru-guru
mengembangkan media berbasis teknologi komputer, seperti video pembelajaran
sekaligus merancang kegiatan belajar menggunakan pendekatan saintifik
menggunakan video tersebut. Kepala sekolah memandang kegiatan inservice guru
dalam rangka pengadaan media berbasis komputer sangat penting dilakukan untuk
mendukung implementasi kurikulum.
Dari keseluruhan wawancara dengan beberapa guru kimia dapat diambil
simpulan bahwa akar permasalahan dari kurang terimplementasinya pendekatan
saintifik dalam pembelajaran adalah (1) masalah kurang sepadannya
sarana/prasarana lab dengan jumlah siswa sehingga praktikum kurang berlansung,
(2) pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik memerlukan
waktu yang lama, (3) tidak adanya media-media visualisasi, baik visualisasi fakta
(realitas) maupun visualisasi konseptual yang sesuai, (4)
kemampuan/keterampilan guru dalam mengembangkan media visualisasi
pendukung pembelajaran menggunakan saintifik masih kurang, dan (4)
kemampuan guru dalam mengembangkan LKS yang tepat yang mampu
mengaitkan fakta dan konsepsi ilmiah serta dapat memotivasi siswa aktif dalam
pembelajaran masih kurang.
Akar-akar permasalahan tersebut secara bertahap semestinya mendapat
perhatian khusus untuk dipecahkan oleh guru, sekolah, dan praktisi pendidikan
yang lain. Tanpa perhatian khusus terhadap akar permasalaahn tersebut, maka
implementasi kurikulum KTSP maupun K13 yang memandatkan proses
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik hanya akan “gagah di atas
kertas”. Salah satu kegiatan yang relevan dilakukan untuk memecahkan
permasalahan guru kimia adalah melaksanakan pelatihan dan pendampingan
pembuatan video pembelajaran sekaligus aktivitas pembelajarannya menggunakan
pendekatan saintifik. Kegiatan ini akan memberikan keterampilan dasar tentang
membuat/editing video dan bagaimana mengembangkan kegiatan belajar siswa
(LKS) yang dapat mendorong inkuiri. Kegiatan ini juga akan menghasilkan
beberapa video pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan bisa
dimanfaatkan secara efisien dalam pembelajaran.
8
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Pendalaman terhadap wawancara dengan guru kimia terkait dengan
pelaksanaan pendekatan saintifik sesuai dengan tuntutan kurikulum (Kirna, 2015)
menunjukkan bahwa guru kimia mengalami beberapa kendala. Permasalahan
yang dihadapi guru ada yang sifatnya internal dan eksternal. Permasalahan
eksternal yang dihadapi guru seperti dapat diinventarisasi menjadi tiga, yaitu: (a)
kuantitas ruang laboratorium serta alat dan bahan belum memadai dibandingkan
dengan jumlah siswa; (b) belum ada tenaga laboran untuk memperlancarkan
kegiatan praktikum; dan (c) belum adanya media alternatif yang tepat, relevan
dengan kompetensi dasar dan kontekstual dengan kehidupan sehari-hari siswa,
untuk mendukung pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mengamati,
menanya, mencoba, dan menalar serta sesuai dengan karakteristik kajian kimia.
Permasalahan internal guru yang dapat diinventaris adalah: (a) keterampilan guru
dalam membuat media berbasis komputer/TIK sebagai pendukung kegiatan
inkuiri masih kurang; (b) kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi
multimedia dalam pembelajaran kimia menggunakan pendekatan inkuiri masih
kurang; dan (f) kurang adanya inservice terkait dengan peningkatan keterampilan
guru dalam mengembangkan media berbasis komputer dan mengelola kegiatan
inkuiri siswa. Permasalahan yang diuaraikan di atas terjadi tidak hanya terjadi di
Buleleng, melainkan juga dikeluhkan oleh guru-guru kimia di Kabupaten Gianyar.
Dari permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi di atas, prioritas
permasalahan yang disepakati dengan MGMP Kimia Kabupaten Gianyar untuk
dipecahkan adalah permasalahan yang dapat diklasifikasikan menjadi dua hal
pokok, yaitu: (1) belum adanya media alternatif yang tepat untuk pendukung
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, dan (2) kurang terampilnya
guru dalam mengembangkan media berbasis komputer dan mengelola
pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik. Permasalahan pokok
yang pertama terkait dengan pentingnya pengadaan media alternatif yang tepat
untuk mendukung pembelajaran berbasis inkuiri. Permasalahan pokok yang kedua
adalah permasalahan terkait dengan pentingnya peningkatan keterampilan dan
kreativitas guru dalam mengembangkan multimedia untuk mendukung kegiatan
inkuiri siswa yang didalamnya tercakup keterampilan produksi media berbasis
9
ICT dan kemampuan/keterampilan mengembangkan aktivitas belajar siswa sesuai
dengan pendekatan inkuiri.
Dua permasalahan pokok yang diidentifikasi berasama dengan MGMP
Kimia Gianyar di atas cukup mudah dipecahkan seiring dengan adanya kemajuan
dalam bidang teknologi multimedia. Sayangnya, permasalahan di atas belum
pernah dicoba untuk dicarikan solusi sehingga permasalahan ini akan terus
dihadapi oleh guru. Dua permasalahan pokok di atas selanjutnya menjadi fokus
yang dipecahkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini.
C. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan P2M ini adalah untuk: (1) meningkatkan kemampuan dan
keterampilan guru-guru MGMP Kimia Kabupaten Gianyar untuk membuat video
pembelajaran sendiri dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran kimai di
SMA, (2) adanya beberapa video interaktif pada pembelajaran kimia hasil kerja
kolaboratif dari guru peserta dalam rangka mendukung proses pembelajaran yang
dimandatkan kurikulum KTSP maupun kurikulum 2013.
D. Manfaat Kegiatan
Ada tiga manfaat yang diperoleh dari Kegiatan P2M ini, yaitu manfaat
untuk guru, bagi pelaksana P2M, dan sekolah mitra.
Bagi guru, kegiatan P2M ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan
kemampuan guru kimia tentang pengembangan media pembelajaran, khususnya
video pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran berbasis inkuiri
(menggunakan pendekatan saintifik). Peningkatan wawasan dan kemampuan guru
ini diharapkan dapat memotivasi guru untuk berkreasi lebih lanjut dalam
mengoptimalkan kualitas pembelajaran yang diampunya, sehingga di masa yang
akan datang, guru menjadi lebih produktif dan tidak mengalami kesulitan dalam
meniti karir sesuai dengan tuntutan profesionalisme guru. Secara khusus,
keikutsertaan guru dalam kegiatan P2M ini memberikan peluang guru melakukan
karya-karya inovatif di bidang pembelajaran..
Bagi pelaksana, kegiatan P2M memberikan peluang untuk mengabdikan
kepakaran yang dimiliki untuk memajukan pendidikan nasional. Mengingat media
10
memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran yang students
centered, memiliki keunggulan dalam memudahkan belajar, dan adaptable bagi
siswa, maka diseminasi kemampuan dan keterampilan dalam membuat media,
khususnya multimedia berbasis komputer, sangat penting dilakukan di kalangan
guru yang merupakan garda terdepan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Bagi Undiksha, Kegiatan P2M ini di samping sebagai wujud kepedulian
lembaga terhadap permasalahan eksternal dan membangun citra lembaga,
UNDIKSHA juga merasa ikut bertanggungajawab pada peningkatan pendidikan
nasional dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Sebagai Lembaga
pendidikan, UNDIKSHA diharapkan mampu sebagai agent perubahan pendidikan
nasional menuju ke arah yang lebih baik melalui penerapan IPTEKS tidak hanya
di Kabupaten Buleleng, tetapi juga di seluruh Bali, bahkan Indonesia.
E. Khalayak Sasaran Strategis
Khalayak sasaran Strategis dari kegiatan P2M ini adalah guru-guru
MGMP Kimia Kabupaten Gianyar. Guru-guru yang dilibatkan sebagai mitra
adalah guru-guru yang sudah memiliki literasi yang memadai tentang penggunaan
komputer. Jumlah guru mitra yang ditargetkan pada kegiatan ini adalah 20 sampai
30 guru.
11
BAB II
METODE PELAKSANAAN
A. Kerangka Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang diajukan dalam kegiatan P2M ini menggunakan
kerangka berpikir sebagai berikut. Permasalahan utama guru mitra dalam
mengelola pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik seperti sudah
diuraikan pada pendahuluan dan analisis situasi dijadikan landasan untuk
menentukan alternatif pemecahan masalah. Pelatihan dan pendampingan
pembuatan video pembelajaran untuk mendukung aktivitas inkuiri pada
pembelajaran kimia merupakan alternatif pemecahan masalah yang tepat dan
feasible dilaksanakan. Setelah memilih pemecahan yang tepat dan feasible
dilaksanakan, selanjutnya disusun metode pelaksanaan. Secara bagan, alur
berpikir dan detailnya adalah seperti di bawah ini.
Permasalahan Utama
Guru-guru mengalami permasalahan dalam mengelola pembelajaran sains menggunakan pendekatan
inkuiri /saintifik
Praktikum laboratorium sulit dan berat untuk dilaksanakan karena kurang memadainya sarana dan
waktu
Guru kimia kesulitan dalam memperoleh sumber belajar/media yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
Kemampuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum masih kurang
Masih kurangnya inservice kepada guru untuk mengembangkan kemampuan membuat media
Alternatif Pemecahan Masalah
Sosialisasi dan pelatihan tentang pembuatan RPP dan mengelola pembelajaran kimia menggunakan
pendekatan inkuiri/saintifik
Pelatihan pembuatan LKS yang khusus untuk pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
Pelatihan praktikum alternatif menggunakan peralatan dan bahan yang mudah diperoleh di
lingkungan sekitar
Mengadakan pelatihan tentang pembuatan multimedia berbasis komputer untuk mendukung
pembelajaran kimia menggunakan pendekatan inkuiri
Mengadakan penyegaran dan pelatihan melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.
Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dasar membuat multimedia berbasis
komputer
Alternatif yang paling tepat dan feasible dilaksanakan
Mengadakan pelatihan dan pendampingan tentang pembuatan media berupa video pembelajaran
pendukung pendekatan saintifik dan rancangan aktivitas belajar siswa dalam menggunakan video
tersebut.
12
Gambar 2.1 Bagan Alur Berpikir dalam Memecahkan Masalah
B. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan video pembelajaran
kimia menggunakan pendekatan saintifik ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
1) Berkoordinasi dengan Guru/MGMP Kimia Kabupaten Gianyar
Penulis berkoordinasi dengan pengurus MGMP bidang kimia Kabupaten
Gianyar tentang kegiatan P2M yang akan dilaksanakan, seperti: Jenis kegiatan,
sasaran kegiatan, waktu pelaksanaan. Pada kegiatan koordinasi ini diharapkan
akan diperoleh informasi tentang guru-guru yang aktif dan memiliki keterampilan
dasar komputer yang memadai. Guru-guru ini selanjutnya menjadi khalayak
sasaran dari kegiatan P2M ini. Melalui MGMP, beberapa anggota yang memenuhi
kriteria ditunjuk sebagai peserta. Pada kegiatan koordinasi ini juga dijajagi tempat
kegiatan pelatihan dan pendampingan. Pengurus dari salah satu MGMP kimia
diharapkan dapat membantu pelaksana menyiapkan prasarana dan sarana
penunjang pelaksanaan kegiatan pelatihan.
2) Pelatihan tentang LKS pembelajaran kimia menggunakan pendekatan
saintifik pada topik tertentu
Kegiatan awal yang dilakukan adalah sosialisasi dan pelatihan untuk
memberikan wawasan secara komprehensif tentang pembelajaran kimia
menggunakan pendekatan saintifik. Kegiatan sosiaisasi dilanjutkan dengan
pelatihan pembuatan skenario (LKS) pembelajaran kimia menggunakan
pendekatan saintifik pada topik tertentu.
Metode Kegiatan
Sosialisasi dan pelatihan tentang pembuatan skenario pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik dan skenario video pendukungnya
Mengadakan pelatihan tentang keterampilan dasar membuat dan editing video (menggunakan Movie
Maker dan Camtasia) dan mendesain rancangan tampilan video pembelajaran dalam bentuk
PowerPoint.
Mengadakan pendampingan pembuatan video pembelajaran oleh guru peserta yang selanjutnya
dilakukan secara online berupa forum diskusi online
Mengadakan Presentasi dan evaluasi untuk menyempurnakan produk yang dibuat peserta.
13
3) Pelatihan Keterampilan dasar pembuatan video pembelajaran
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan dasar komputer
multimedia untuk membuat video pembelajaran. Program aplikasi yang
digunakan adalah program-program yang sederhana yang bisa dikuasai dengan
cepat oleh peserta yang sudah memiliki literasi yang memadai terhadap
penggunaan komputer. Program aplikasi yang digunakan adalah Movie Maker
untuk video editing, Camtasia untuk capture screen, Video converter untuk
mengubah format video, dan PowerPoint khusus untuk mengorganisasi video dan
teks dalam bentuk tampilan akhir dari video pembelajaran yang didukung dengan
akktivitas belajar siswa. Video-video fakta lab ataupun animasi pembelajaran
kimia di youtube dijadikan sumber video untuk dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran.
4) Pendampingan Pembuatan Video Pembelajaran sesuai dengan skenario
pembelajaran saintifik yang sudah dirancang
Dari dua kegiatan sebelumnya, peserta dipandang sudah memiliki
pemahaman yang memadai tentang skenario pembelajaran menggunakan saintifik
dan memiliki keterampilan dasar komputer untuk membuat video interaktif.
Kegiatan pendampingan dilakukan untuk membantu peserta menyelesaikan video
pembelajaran yang sudah diskenariokan. Guru mitra bisa saja melakukan
perekaman video fakta laboratorium atau fakta kimia dalam kehidupan sehari-hari
yang dilakukan secara mandiri atau mengunduh video-video realitas maupun
konseptual (animasi) di internet untuk dimodifikasi. Guru mitra secara mandiri
juga meng-capture screen tampilan visualisasi/animasi di layar komputer untuk
mendukung video pembelajaran yang dibuat, serta menyiapkan pertanyaan-
pertanyan untuk menggiring inkuiri siswa. Bahan-bahan yang sudah disiapkan
secara mandiri selanjutnya didampingi untuk mewujudkan video pembelajaran
interaktif yang dibuat. Teknis pendampingan, sebagian dilakukan melalui tatap
muka dan dilanjutkan melalui kegiatan forum diskusi online.
14
C. Kegiatan Evaluasi
Evaluasi kegiatan P2M ini dilihat dari dua aspek, yaitu (1) keterlibatan
peserta dan (2) output kegiatan. Indikator keberhasilan kegiatan dilihat dari dua
komponen evaluasi tersebut. Kegiatan P2M ini menargetkan keterlibatan peserta
minimal 20 orang guru yang berpartisipasi aktif dalam mengikuti seluruh
rangkaian kegiatan. Output yang ditargetkan adalah dihasilkannya minimal 6
video pembelajaran untuk mendukung pembelajaran kimia menggunakan
pendekatan saintifik (inkuiri ilmiah).
D. Analisis Data
Data dari kegiatan P2M ini terdiri dari data nilai produk video
pembelajaran dan pendapat guru terhadap kegiatan pelatihan. Data kualitas
produk media pembelajaran berupa video pembelajaran pendukung pendekatan
saintifik yang dibuat oleh guru-guru kimia dinilai menggunakan rubrik penilaian
(lampiran .....), kemudian dihitung reratanya. Berdasarkan rerata skor dapat
ditentukan kualitas video yang dibuat guru kimia menggunakan pedoman
konversi abel 2.1. Data pendapat guru-guru kimia terhadap kegiatan pelatihan
pembuatan video pembelajaran pendukung pendekatan saintifik di ambil
menggunakan angket skala Likert (lampiran .....), kemudian dihitung
persentasenya.
Tabel 2.1
Pedoman Konversi Skor Vs. Kualitas Video Buatan Guru Kimia Peserta Pelatihan
No. Rentangan skor Kategori
1 85-100 Sangat baik
2 70-84 Baik
3 55-69 Cukup
4 40-54 Kurang
5 0-39 Sangat kurang
15
BAB III
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kegiatan
Kegitan pelatihan dan pendampingan pembuatan video pembelajaran dilaksanakan
selama enam bulan (Mei-Oktober 2017), dimulai dari penyiapan modul pelatihan sampai
dengan pembuatan media pembelajaran berbasis information communication and
technology (ICT). Pembuatan modul pelatihan ini berlangsung selama dua bulan (Mei-Juni
2017). Setelah modul pelatihan telah siap, pelaksana melatih mahasiswa yang akan
menjadi pendamping pelatihan. Pelatihan berlangsung selama dua hari. Pelatihan ini
dimaksudkan agar mahasiswa yang membantu pendampingan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai sehingga mereka dapat berperan optimal dalam melakukan
pendampingan selama kegiatan. Pelaksanakan kegiatan pelatihan berlangsung dari bulan
Juli hingga September 2017. Terakhir adalah pembuatan laporan di bulan Oktober 2017.
Jumlah peserta yang terlibat pada kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan video
pembelajaran ini sebanyak 24 orang.
Pada kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan video pembelajaran ini
software yang digunakan adalah video converter, camtasia, movie maker, dan microsoft
power point. Pada pelatihan ini peserta sudah disediakan seluruh software yang digunakan
selama pelatihan, kecuali microsoft power point yang sudah ter-install bersama microsoft
office. Pada pelatihan ini, pelaksana dibantu oleh empat orang mahasiswa yang akan
membantu pelaksana dalam mendampingi peserta ketika berlatih menggunakan software di
atas. Video yang akan di-edit pun disediakan oleh pelaksana P2M. Tahap pertama yang
dilakukan pada kegiatan pelatihan ini peserta yang dibantu oleh mahasiswa meng-install
semua software yang diperlukan untuk kegiatan pelatihan, kecuali microsoft power point
yang memang sudah ter-install pada komputer peserta.
Setelah semua software di-install pada komputer peserta, pelaksana P2M mengajak
peserta berlatih menggunakan video converter. Pada pelathan video converter ini, peserta
diajak mengkonversi ekstensi video dalam bentuk mp4 menjadi dalam bentuk avi agar
dapat dibaca dan di-edit menggunakan movie maker. Konversi ekstensi ini dilakukan
dengan meng-import atau membuka file video dalam bentuk avi dalam software video
16
converter dan kemudian memilih jenis extensi yang diinginkan, misalnya mp4. Setelah
video terkonversi dari avi menjadi mp4, video ini sudah siap diolah lebih lanjut.
Pelatihan selanjutnya adalah meng-capture screen atau video menggunakan
camtasia. Caranya adalah software camtasia dibuka dan video dijalankan. Pada bagian
yang diinginkan dari video tersebut di-capture dengan mengaktiftkan tombol record.
Kalau sudah sampai pada bagian tertentu, tombol record di-stop dan selanjutnya rekaman
akan disimpan. Pada saat meng-capture screen atau video, peserta dapat memilih ukuran
screen tergantung dari keperluan.
Pelatihan berikutnya adalah video editing menggunakan movie maker. Video
editing menggunakan movie marker ini dilakukan dengan membuka video yang telah
dikonversi sebelumnya dalam software movie maker. Setelah video dibuka dengan
software movie maker, peserta diperkenalkan menu-menu yang terdapat dalam software
movie marker beserta fungsinya masing-masing menu atau tombol. Setelah peserta
mengenal menu beserta fungsinya, peserta diajak berlatih membuang atau men-delete
bagian-bagian tertentu dari video dengan cara memotong bagian-bagian tertentu dari video
dan kemudian men-delete-nya. Selanjutnya, peserta diajak meng-insert tulisan pembuka
video dan tulisan penutup video. Pada tulisan pembuka video, peserta diajak mengetikkan
informasi tentang judul dari video dan informasi lainnya yang dipandang perlu seperti
pembuat video. Demikian juga pada penutup peserta diajak membuat informasi pada
bagian penutup seperti ucapan terima kasih kepada orang-orang yang terlibat dalam
pembuatan video ini.
Perserta juga diajak berlatih memotong video di bagian tengah, mungkin ada
bagian yang dibuang atau ada bagian yang ada diinsersikan tulisan atau transisi. Peserta
diajak memilih dan menerapkan transisi yang telah disediakan dalam software movie
maker sehingga video menjadi lebih menarik dan lebih sederhana, bahkan peserta diajak
juga menginsersikan video lain sehingga peserta memiliki pengalaman menggabung
beberapa video.
Peserta juga diajak berlatih menambahkan musik dengan mengganti sound asli dari
video. Selain itu, peserta juga diajak belatih men-dubbing atau mengisi suara video sesuai
dengan kebutuhan video. Dengan video editing ini peserta dapat menghasilkan video yang
menarik sesuai dengan kebutuhan kompetensi siswa.
Setelah video yang diinginkan selesai di-edit, peserta diajak melakukan publish
video. Publish video ini merupakan bagian terakhir dari video editing untuk menghasilkan
17
video yang siap digunakan. Setelah peserta melakukan publish, video ini siap untuk
ditindaklanjuti dengan software berikutnya menggunakan microsoft power point.
Langkah berikutnya adalah pembuatan media pembelajaran berbasis ICT dengan
memanfaatkan video yang telah dihasilkan dari editing menggunakan movie marker. Pada
pembuatan media pembelajaran menggunakan software power point ini, peserta
mengambil topik kimia tertentu, tergantung topik kimia yang diajar oleh peserta di
sekolahnya masing-masing, misalnya termokimia.
Pada pembuatan media pembelajaran berbasis ICT menggunakan microsoft power
point, peserta menambahkan teks seperti biasa yang dilakukan oleh guru-guru
menggunakan microsoft power point. Guru-guru sangat familiar menggunakan microsoft
power point. Peserta kemudian meng-insert video yang telah di-edit tadi pada bagian slide
tertentu yang diinginkan dari microsoft power point tersebut. Peserta juga dapat meng-
insert gambar-gambar yang relevan sesuai dengan kebutuhan media yang dibuat.
Demikian keseluruhan dari kegiatan pelatihan. Peserta selanjutnya diberi tugas
untuk menyelesaikan media pembelajaran yang telah dibuat dan peserta ditugaskan untuk
membuat media pembelajaran yang lain yang melibatkan video yang telah dibuat dengan
cara yang sama seperti pelatihan di atas. Peserta diharapkan menerapkan media
pembelajaran yang dibuat dalam proses pembelajaran kimia di kelas.
Selama kegiatan pelatihan dan pendampingan, peserta sangat antusias mengikuti
kegiatan pelatihan. Bagi peserta, pembuatan video pembelajaran kimia menggunakan
software video converter, camtasia, video editing merupakan hal baru bagi mereka.
Mereka semangat belajar menggunakan software-software di atas. Bahkan, mereka aktif
bertanya kepada pelaksana P2M dan mahasiswa yang ikut membantu sebagai pendamping
kegiatan pelatihan ini. Mereka berharap kegiatan ini dapat dilanjutkan dalam bentuk
pelatihan lainnya.
Hasil penilaian terhadap produk media pembelajaran berupa video pembelajaran
pendukung pendekatan saintifik yang dibuat oleh guru-guru kimia mencapai skor rerata
84,42 dengan standar deviasi sebesar 2,32 (Lampiran....). Hal ini menunjukkan
kemampuan guru-guru kimia yang telah mengikuti pelatihan pembuatan video
pembelajaran pendukung pendekatan saintifik tergolong baik. Secara umum selama
pelaksanaan pelatihan, guru-guru kimia peserta pelatihan memberikan respon yang sangat
positif terhadap kegiatan pelatihan. Lebih rinci respon guru terhadap pelaksanaan pelatihan
dapat dirangkum sebagai berikut.
18
(1) Pelatihan pembuatan video pembelajaran sangat bermanfaat, namun terdapat kendala
pada sarana yang ada di sekolah yaitu terbatasnya LCD untuk memutar video.
(2) Pembuatan video pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup lama.
(3) Menurut guru-guru kimia, pelatihan pembuatan video pembelajaran sangat
menyenangkan. Namun, terdapat kekurangan dari kegiatan ini adalah pelatihan ini
perlu diadakan dengan waktu yang lebih banyak lagi sehingga lebih optimal karena
terdapat beberapa guru memiliki kemampuan yang tergolong kurang dalam
mengoperasikan komputer.
(4) Saran-saran yang disampaikan oleh guru-guru kimia terkait dengan kegiatan pelatihan
ini adalah buku modul yang digunakan sebagai petunjuk dalam pelatihan hendaknya
diberikan sebelum pelatihan dilaksanakan, mohon waktu pelatihan diperpanjang dan
pelatihan lebih sering dilakukan, dan mohon pendamping lebih diperbanyak untuk
mendampingi peserta pelatihan.
(5) Saran-saran guru-guru kimia terkait dengan pengembangan profesionalisme guru
selanjutnya, mereka menyampaikan agar guru diberikan pelatihan lainnya seperti
pelatihan pembuatan artikel ilmiah, pelatihan pembuatan penelitian tindakan kelas,
dan pelatihan dalam mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam pembelajaran.
Data lengkap respon guru terhadap pelaksanaan pelatihan disajikan pada Lampiran 5.
B. Pembahasan
Media pembelajaran berbasis ICT memainkan peranan yang sangat penting. Dengan
media pembelajaran yang baik siswa akan dapat memahami materi kimia dengan baik.
Banyak keuntungan yang diperoleh dari penggunaan media pembelajaran berbasis ICT
yagg mengintegrasikan video pembelajaran, yaitu: (1) pembelajaran menjadi lebih
menarik, (2) melalui pembuatan media video dapat menampilkan benda yang tidak
mungkin menghadirkan benda aslinya di dalam kelas, (3) melalui pembuat media video
dapat mengatur kecepatan gerak benda (dipercepat atau diperlambat), sehingga siswa dapat
melakukan pengamatan dengan seksama, (4) bagian-bagian tertentu dalam video dapat di-
zoom sehingga gambar tampak lebih jelas, (5) media akan menampilkan hal yang sama
kepada seluruh siswa, siapapun penggunanya, (6) media dapat diperbanyak (di-copy), (7)
pembuat media dapat mengintegrasikan berbagai produk yang berbasiskan ICT, seperti
produk chemsketch, chembiooffice, dan pentacle.
Media pembelajaran berbasis ICT yang melibatkan video merupakan media
pembelajaran yang mengombinasikan antara penyajian visual dan auditory. Ini sangat
19
sesuai dengan hampir semua gaya belajar siswa karena umumnya seluruh siswa pasti
memiliki kedua gaya belajar ini walaupun dengan kadar yang berbeda. Tidak ada siswa
yang memiliki gaya belajar belajar tunggal. Seperti diketahui bahwa salah satu
penggolongan gaya belajar terdiri atas gaya belajar visual, auditory, dan kinestetik.
Kualitas produk video pembelajaran kimia yang dibuat oleh guru-guru kimia
peserta pelatihan tergolong baik. Hal ini disebabkan selama pelatihan pembuatan video
pembelajaran kimia, guru-guru kimia dibimbing oleh instruktur dan asisten instruktur.
Pelaksana kegiatan P2M melibatkan satu instruktur dan empat asisten instruktur untuk
mendampingi guru-guru kimia dalam berlatih membuat video pembelajaran. Selama
kegiatan terlaksana kebanyakan guru sudah mampu mengikuti pelatihan dengan baik
dengan mengikuti langkah-langkah yang terdapat dalam buku modul pelatihan. Sekitar
tujuh orang guru masih lambat mengikuti pelatihan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan
komputer yang dimiliki ketujuh guru tersebut tergolong masih kurang.
Guru-guru peserta pelatihan sangat tertarik mengikuti pelatihan pembuatan video
pembelajaran untuk mendukung pendekatan saintifik pada pembelajaran kimia. Hal
tersebut dapat diketahui dari respon yang mereka berikan selama mengikuti pelatihan.
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa guru-guru kimia sangat senang mengikuti
kegiatan pelatihan pembuatan video pembelajaran untuk mendukung pendekatan saintifik
pada pembelajaran kimia. Sebagian besar guru sangat setuju bahwa software video
coverter, camtasia dan movie maker sangat baik untuk membuat video pembelajaran
kimia. Guru-guru kimia peserta pelatihan juga berpandangan bahwa mereka memperoleh
banyak pengetahuan dan keterampilan selama kegiatan pembuatan video pembelajaran
kimia. Selain itu, mereka berpendapat bahwa permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran kimia adalah kurangnya fasilitas laboratorium untuk menunjang ketercapaian
tujuan pembelajaran. Namun, setelah mengikuti pelatihan mereka berpandangan bahwa
permasalahan tersebut dapat diatasi dengan media pembelajaran berbasis ICT berupa video
pembelajaran menggunakan program video coverter, camtasia dan movie maker. Sehingga,
guru-guru kimia berkeinginan untuk menggunakan video pembelajaran kimia dalam
mendukung pendekatan saintifik dalam pembelajaran kimia. Guru-guru kimia berharap
adanya pelatihan-pelatihan lain yang membantu mereka dalam mengajarkan materi kimia
20
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Kegitan pelatihan dan pendampingan pembuatan video pembelajaran berlangsung
selama enam bulan dari bulan Mei hingga Oktober 2017. Software yang digunakan dalam
pelatihan dan pendampingan pembuatan video pembelajaran ini meliputi video converter,
camtasia, movie maker, dan microsoft power point. Kegiatan diawali dengan mengonversi
ekstensi video dalam bentuk avi menjadi bentuk mp4 agar dapat di-edit mengunakan movie
maker. Berikutnya peserta dilatih menggunakan camtasia untuk meng-capture video
(screen). Setelah itu, dilanjutkan dengan pelatihan video editing. Terakhir adalah perakitan
dalam bentuk pembuatan media pembelajaran menggunakan microsoft power point yang
menginsersikan video pembelajaran di dalam slide microsoft power point. Sudah barang
tentu selain video terdapat juga format media dalam bentuk teks dan image. Kualitas
produk video pembelajaran kimia yang dibuat oleh guru-guru kimia peserta pelatihan
tergolong baik. Guru-guru peserta pelatihan sangat tertarik mengikuti pelatihan pembuatan
video pembelajaran untuk mendukung pendekatan saintifik pada pembelajaran kimia.
Dengan adanya software video converter, camtasia, dan movie maker, guru-guru merasa
terbantu untuk membuat video pembelajaran dalam mendukung pendekatan saintifik pada
pembelajaran kimia.
B. Saran-Saran
Guru-guru kimia sebaiknya membuat media pembelajaran kimia berbasis ICT yang
melibatkan pembuatan video pembelajaran. Video pembelajaran sangat mendukung
pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Dengan demikian, pembelajaran kimia menjadi
lebih menarik dan menjadikan siswa lebih mudah memahami materi kimia.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arend, R. I. 2004. Learning How to Teach (6th Ed.). Boston: McGraw Hill.
Anglin, G. J., Vaez, H. & Cunningham, K. L. 2004. Visual Representations and Learning:
The Role of Static and Animated Graphics. Dalam David H. Jonassen (Ed.).
Handbook of Research on Educational Communications and Technology (hlm.
865-916). Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates.
Baser, M. 2006. Promoting Conceptual Change through Active Learning Using Open
Source Software for Physics Simulations. Australasian Journal of Educational
Technology, 22(3): 336-354.
Falvo, D. 2008. Animations and Simulations for Teaching and Learning Molecular
Chemistry. International Journal of Technology in Teaching and Learning, 4(1):
68-77.
Gilbert, J. K (Ed.). 2005. Visualization in Science Education. Dordrecht: Springer.
Kirna, I M., Sukerti, M. & Suardana, N. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Sains
yang Berorientasi Konteks dan Struktur (Contextuals and Structure Oriented
Learning) pada Kompetensi Dasar Kimia di SMP. Laporan Penelitian Hibah
Bersaing, Singaraja: Undiksha.
National Research Council (NRC). 2002. Explore Inquiry and the National Science
Education Standard: A Guide for Teaching and Learning. Washington: National
Academy Press.
Pallesen, P.J. 2001. Inquiry Methode dalam K.L. Medsker & K. M. Holdsworth (Eds) .
Instructional & Training Model (hlm. 304-350). Boston: ASCD
Permendikbud No 65 Tahun 2013. 2013. Standar Proses Kurikulum 2013. Depdikbud:
Jakarta.
Rakow, S. J. 1986. Teaching Science as Inquiry. Bloomington. Indiana: Phi Delta Kappa
Educational Foundation.
Roblyer, M. D. 2006. Integrating Educational Technology into Teaching (Fourth Ed.)
Upper Saddle River: Pearson Merill Prentice Hall.
Smaldino, S. E., Russell, J. D., Heinich, R. & Molenda, M. 2005. Instructional Technology
and Media for learning (8th Ed.). Upper Saddle River: Pearson Education, Inc.
Sanjaya. W. 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
So, W. M. W. & Kong, S. C. 2007. Approaches of Inquiry Learning with Multimedia
Resources in Primary Classrooms. Journal of Computers in Mathematics and
Science Teaching, 26(4): 329-354.
Stieff, M. 2005. Connected Chemistry: A Novel Modeling Environment for the Chemistry
Classroom, (Online), 82(3), (http://www.JCE.DivCHED.org, diakses 22 April
2007).
22
Tversky, B. 2005. Prolegomenon to Scientifict Visualization. Dalam J. K. Gilbert (Ed.).
Visualization in Science Education (hlm. 29-42). Dordrecht: Springer.
Turkmen, H.. 2006. What Technology Plays supporting Role in Learning Cycle Approach
for Science education. The Turkish Online Journal of Educational Technology-
TOJET, ISSN: 1303-6521, volume 5 Issue 2 Article 10.
Wu, H.K., Krajcik, J. S. & Soloway, E. 2001. Promoting Understanding of Chemical
Representations: Students’ Use of a Visualization Tool in the Classroom. Journal
of Research in Science Teaching, 38(7): 821-842
Zimrot, R. & Ashkenazi, G. 2007. Interactive Lecture Demonstrations: A Tool for
Exploring and Enhancing Conceptual Change. Chemistry Education Research and
Practice, 8(2): 197-211.
23
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Hadir Peserta Pelatihan Pembuatan Video Pembelajaran
24
Lampiran 2. Daftar Nama Instruktur dan Asisten Instruktur
1. Prof. Dr. I Wayan Redhana, M.Si (Instruktur)
2. Kadek Widiastari (Asisten Instruktur)
3. Ni Luh Gede Praba Yanti (Asisten Instruktur)
4. Putu Metri Pradnyani (Asisten Instruktur)
5. Dewa Ayu Wulan Sri Angga Dewi (Asisten Instruktur)
25
6. Lampiran 3. Modul Pelatihan Pembuatan Video Pembelajaran
1. MODUL APLIKASI CAMTASIA
Camtasia merupakan software (perangkat lunak) yang dikembangkan oleh
TechSmith Coorporation. Camtasia dapat digunakan untuk merekam (memproduksi video)
semua aktifitas yang ada pada desktop komputer terlebih jika seluruh bahan utamanya
terdapat pada desktop komputer.
1. Menginstal Aplikasi Camtasia
Buka aplikasi camtasia studio 7, maka akan muncul jendela dari camtasia studio
tersebut. Kemudian klik Next. Aplikasi camtasia dapat diperoleh dengan mengunduh
pada situs: http://download.techsmith.com/camtasiastudio/enu/camtasia.exe
Kemudian untuk menyetujui system ini pada operasi anda, klik bitbutton I accept,
kemudian klik tombol next.
Masukan serial number, dengan name user "Team Z.W.T", masukkan key "VCCYN-
WAH59-CGAD6-D9VWJ-NM36C". Kemudian klik Next.
26
Secara default sistem ini terletak pada Local Disk C, yang anda lakukan hanyalah klik
pilihan Next.
Bila anda menginkan aplikasi ini sebagai tambahan pada Microsoft Office 2007/2010
maka beri checklist. Jika tidak jangan beri tanda checklist, kemudian klik next.
Jika anda menginkan secara default, yang perlu anda lakukan hanyalah klik tombol next.
Maka proses install aplikasi camtasia studio 7 akan berlangsung. Tunggu hingga proses
instalasi selesai.
27
Jika sudah selesai menginstal camtasia sudio 7, klik tombol finish.
2. Membuka Aplikasi Camtasia
Langkah-langkah membuka aplikasi Camtasia yaitu mencari menu Start kemudian
memilih Camtasia Studio.
Berikut adalah tampilan awal Camtasia.
3. Membuat Video (Capture Screen)
Record the Screen digunakan untuk merekam aktifitas pada layar komputer
yangmana sangat sesuai untuk membuat video tutorial mengenai cara penggunaan
suatu software. Untuk merekam screen, langkah pertama yang dilakukan yaitu
memilih menu Record the Screen.
28
Terdapat lima bagian icon, yaitu full screen icon, costum screen, kamera, dan audio, dan
record.
Ukuran area yang akan direkam dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Jika menginginkan
keseluruhan area pada layar monitor, maka klik Full screen. Namun jika menginginkan
bagian tertentu, maka dapat memlih Custom, kemudian memilih ukuran yang diinginkan
atau langsung men-drag pada bagian area yang berwarna biru muda sesuai kebutuhan.
Ikon webcam diaktifkan jika ingin menampilkan wajah anda pada video tutorial.
Untuk memulai kegiatan merekam, klik tombol merah rec
Camtasia akan mulai merekam seluruh aktifitas pada komputer. Tampilan proses
perekaman adalah seperti berikut, dimana warna hijau pada keempat pojok merupakan
daerah yang akan terekam pada video.
29
Apabila telah selesai merekam klik tombol Stop.
Berikut adalah preview dari hasil rekaman.
4. Menyimpan Hasil Rekaman
Terdapat tiga tombol pada preview dari hasil rekaman, yaitu Save and Edit, Produce, dan
Delete.
Jika hasil yang diperoleh tidak memuaskan, produk dapat dihapus dengan memilih tombol
Delete.
Jika kita telah yakin dengan hasil rekaman tersebut dan tidak ada yang perlu diedit, klik
Produce dan maka rekaman langsung diproduksi tanpa proses editing. Berikut adalah
tampilan apabila hasil rekaman langsung disimpan tanpa proses editing.
30
Namun apabila ingin mengedit terlebih dahulu pilih Save and edit. Kemudian pilih dan
lengkapi beberapa kotak dialog hingga ditampilkan kotak dialog terakhir yang berisi
tombol Finish. Pada tahap akhir, akan ditampilkan Rendering Project.
31
MODUL APLIKASI ANY VIDEO CONVERTER
Any Video Converter merupakan aplikasi yang dapat digunakan untuk
mengkonversi ekstensi video dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, misalnya dari bentuk avi
ke bentuk mp4 dan lain sebagainya.
1. Menginstal Aplikasi Any Video Converter
Silahkan download instalernya di alamat http://www.any-video-converter.com. Lalu
cari instaler yang telah anda download tersebut. Klik kanan file Any Video Converter
(AVC).
Silahkan pilih bahasa untuk menginstal, kemudian klik Ok.
Kemudian setujui lisensi, dan klik next.
Lalu silahkan pilih tempat untuk menginstal.
32
Kemudian silahkan memilih folder lain dengan mengklik icon jelajahi, jika tidak
lanjutkan dengan mengklik icon lanjut.
Selanjutnya akan muncul perintah tambahan, klik contreng pada kotak buat jalan pintas
pada Desktop, lalu klik lanjut
Lalu silahkan pilih klik install.
Tunggu proses intalasi selesai, waktu intalasi kurang lebih 2 menit.
Selesai sudah, proses intalasi Any Video Converter
33
2. Membuka Aplikasi Any Video Converter
Langkah-langkah membuka aplikasi Video Converter yaitu mencari program Any Video
Converter pada menu Start.
Berikut adalah tampilan awal Any Video Converter.
3. Import File atau Video
Langkah awal yang dilakukan dalam mengkonversi ekstensi video yaitu meng-import
video yang akan dikonversi. Cara pertama yang dapat dilakukan untuk memasukkan video
yaitu dengan men-drag (klik kiri dan menarik) ke dalam layar kerja Video Converter. Cara
lain yang dapat dilakukan yaitu dengan meng-klik Add video(s)
34
Selanjutnya, pilih video yang akan ditambahkan, dan klik Open.
4. Mengkonversi Video
Format video yang diinginkan dipilih terlebih dahulu pada bagian kanan atas layar kerja.
Selanjutnya, klik tombol Convert Now!
Proses konversi ke dalam bentuk yang diinginkan akan dilakukan.
35
Video yang telah dikonversi akan tersimpan pada folder ekstensi yang diinginkan.
36
MODUL APLIKASI WINDOWS MOVIE MAKER
Windows Movie Maker merupakan sebuah program editing video sederhana, yang
dapat digunakan untuk menggabungkan beberapa video, gambar atau foto dengan musik
serta efek transisi sehingga menjadi sebuah video yang sesuai dengan kebutuhan.
1. Menginstal Aplikasi Movie Maker
Klik 2x pada file Windows Movie Maker
Tampilan awal penginstalan Windows Movie Maker, klik Next
Proses Penginstalan dimulai
Tampilan perjanjian lisensi, klik pada I accept the agreement lalu klik Next
Tampilan dimana file aplikasi Windows Movie Maker akan di simpan lalu pilih tempat
untuk menyimpan, klik Next
37
Nama folder yang akan tampil di start menu, klik Next
Klik pada box apabila kita ingin membuat shortcut pada desktop, klik Next
Tampilan apa saja yang telah kita pilih di menu sebelumnya, klik Install
Proses penginstalan
38
Tampilan akhir penginstalan, klik Finish
Aplikasi movie maker dapat diperoleh pada situs: http://www.windows-movie-maker.org/
2. Membuka Aplikasi Movie Maker
Langkah-langkah membuka aplikasi Movie Maker yaitu mencari program Windows Movie
Maker pada menu Start.
Berikut adalah tampilan awal Windows Movie Maker.
3. Memasukkan Video
Cara memasukkan video yang akan diedit yaitu dengan memilih Import Video pada
Capture Video.
39
Setelah memilih video yang akan diedit, klik Import.
Proses import video kemudian dilakukan.
Setelah video dimasukkan, drag (klik kiri dan tarik) video tersebut ke dalam storyboard.
40
Sebelum menlanjutkan ke tahap editing, rubah tampilan layar kerja kedalam bentuk
Timeline dengan meng-klik Show Timeline.
Import (memasukan) gambar juga dapat dilakukan sesuai dengan langkah-langkah import
video, hanya saja pada Capture Video yang dipilih adalah Import Pictures.
4. Mengambil Gambar pada Video
Langkah awal untuk mengambil suatu gambar yang berasal dari video, yaitu dengan
menentukan daerah gambar atau waktu dimana gambar akan diambil.
Selanjutnya klik tombol (Take Picture)
Simpan gambar tersebut dengan menentukan lokasi penyimpanan serta beri nama,
kemudian klik Save
41
Berikut adalah tampilan hasil pengambilan gambar yang telah dilakukan.
5. Memotong dan Menghapus Video
Untuk memotong video atau menghilangkan bagian yang tidak diinginkan, gerakkan
cursor pada bagian yang ingin dibuang.
Langkah berikutnya yaitu meng-klik tombol
42
Video tersebut akan terpisah pada bagian yang diberi tanda. Berikut adalah tampilan video
yang telah dipotong (split).
Klik kanan bagian video yang ingin dibuang dan pilih Delete atau klik kiri pada bagian
video yang ingin dibuang kemudian tekan tombol DEL pada keyboard.
6. Menggabungkan atau Menyisipkan File (Video atau Gambar)
File (video atau gambar) yang akan ditambahkan atau disisipkan terlebih dahulu di-import
seperti langkah di atas.
Jika file yang ingin ditambahkan berada pada awal video, maka file tersebut di-drag ke
bagian awal video.
43
Sebaliknya, jika file akan ditambahkan pada bagian akhir video, maka file tersebut di-drag
ke akhir video yang telah berada pada storyboard.
Namun apabila file yang akan digabungkan, ingin diletakkan pada bagian tengah atau pada
waktu tertentu, maka dilakukan split (pemotongan) terhadap video tersebut sesuai dengan
langkah memotong video sebelumnya. File yang akan ditambahkan kemudian di-drag ke
bagian perpotongan video.
7. Menambahkan Efek, Transisi dan Teks pada Video
Efek, transisi, maupun teks yang akan ditambahkan pada video dapat diletakkan di awal,
tengah atau saat pergantian video satu dengan video lainnya maupun di akhir video.
a. Penambahan Efek
Penambahan efek dilakukan dengan cara memilih View video effects pada Edit Movie.
44
Jenis efek yang diinginkan kemudian di-drag ke video yang akan diberikan efek.
Setelah video ditambahkan efek, maka terdapat tanda bintang pada video tersebut dan
untuk melihat hasil editing, klik tombol Play.
b. Penambahan Transisi
Penambahan transisi dilakukan dengan memilih View video transtitions pada Edit Movie.
45
Sama halnya dengan penambahan efek, langkah-langkah penambahan transisi juga
dilakukan dengan men-drag jenis transisi yang diinginkan ke video yang akan ditambahkan
transisi.
Untuk melihat hasil editing (penmabahan transisi), klik tombol Play. Berikut adalah
tampilan video yang telah ditambahkan transisi.
c. Penambahan Teks
Langkah awal dalam penambahan teks yaitu dengan memilih Makes tittle or credits pada
Edit Movie.
46
Pilih letak tulisan yang akan ditambahkan pada video.
Masukkan teks pada kolom yang disediakan.
Jika ingin menambahkan animasi pada tulisan, klik Change the tittle animation.
Pilih jenis animasi yang ingin ditambahkan pada teks.
47
Apabila ingin merubah jenis tulisan dan warna, maka klik Change the text font and color.
Pada tampilan selanjutnya, jenis tulisan (font), warna, transparan, ukuran, dan posisi
tulisan dapat diatur.
Jika tulisan yang akan ditambahkan telah sesuai dengan yang diinginkan, klik Done, add
tittle to movie
Berikut adalah gambar tampilan video yang telah ditambahkan teks.
48
8. Menambahkan Narasi (Dubbing)
Bagian video yang akan diberikan narasi, terlebih dahulu disunyikan dengan cara klik
kanan pada audio, pilih Mute.
Penambahan narasi dapat dilakukan dengan klik tombol Narrate Timeline
Untuk memulai proses perekaman, klik Start Naration
Apabila perekaman narasi telah selesai dilakukan, klik Stop Naration
49
Selanjutnya, beri nama hasil rekaman tersebut dan klik Save.
Narasi tersebut secara langsung masuk ke bagian Audio/Music pada Storyboard
Untuk melihat hasil editing (penmabahan narasi), klik tombol Play.
9. Menyimpan Video
Jika editing video telah selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menyimpan
video. Apabila ingin menyunting (editing) kembali terhadap video tersebut, pilih File
kemudian klik Save Project.
50
Selanjutnya beri nama dan klik Save.
Namun apabila video yang telah di-edit akan disimpan tanpa editing kembali, pilih
penyimpanan pada Finish Movie. Jika video akan disimpan pada komputer, maka pilih
Save to my computer.
Beri nama dan pilih lokasi penyimpanan, kemudian klik Next.
Lengkapi kotak dialog berikutnya hingga proses penyimpanan berlangsung.
51
Jika ingin melihat tampilan video yang telah disimpan, centang Play movie when I click
Finish. Selanjutnya klik tombol Finish untuk mengakhiri pembuatan video tersebut.
Video yang telah disimpan akan tampil secara otomatis setelah penyimpanan selesai
dilakukan.
52
Lampiran 5. Daftar Nilai Video Buatan Guru-guru Kimia Peserta Pelatihan
Pedoman Penilaian Produk Video Pembelajaran yang dibuat peserta.
NO Aspek yang Dinilai Bobot
1 Kesesuaian video pembelajaran dengan Kompetensi Pembelajaran 50
2 Kemungkinan video pembelajaran yang dibuat untuk mendukung
pelaksanaan pendekatan saintifik
25
3 Kualitas video dilihat dari kejelasan informasi yang disajikan,
kualitas gambar tayangan, dan kemenarikan
25
No. Kode Guru Skor No. Kode Guru Skor
1 G1 80 13 G13 80
2 G2 87 14 G14 86
3 G3 83 15 G15 87
4 G4 85 16 G16 86
5 G5 86 17 G17 84
6 G6 86 18 G18 82
7 G7 81 19 G19 84
8 G8 83 20 G20 82
9 G9 83 21 G21 83
10 G10 88 22 G22 86
11 G11 87 23 G23 85
12 G12 85 24 G24 87
53
Lampiran 5. Data Respon Guru-guru Kimia terhadap Kegiatan Pelatihan Pembuatan
Video Pembelajaran
ANGKET PENILAIAN PENDAPAT GURU TERHADAP PELAKSANAAN
PELATIHAN PEMBUATAN VIDEO PEMBELAJARAN PENDUKUNG
PENDEKATAN SAINTIFIK PEMBELAJARAN KIMIA SMA
Identitas Responden:
Nama : ...............................................
Sekolah : ...............................................
No. HP/WA : ...............................................
Angket tertutup
Petunjuk
Setelah mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan video pembelajaran pendukung
pendekatan saintifik pembelajaran kimia SMA, kami mohon kesediaan bapak/ibu mengisi
angket ini. Tuliskan pendapat bapak/ibu sejujurnya dengan memberi tanda cek (“”) pada
kolom pilihan respon, yang meliputi pilihan: STS = sangat tidak setuju, TS = tidak setuju,
S = setuju, dan SS = sangat setuju. Pendapat bapak/ibu melalui angket ini akan kami
gunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi kegiatan pelatIhan ini dan untuk merancang
kegiatan pelatihan di masa-masa mendatang. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih
yang setinggi-tingginya atas kesediaan bapak/ibu meluangkan waktu mengisi angket ini.
No. Pernyataan Pilihan respon
STS TS S SS
1 Ilmu kimia membutuhkan sarana dan prasarana
laboratorium yang terbilang sangat mahal
0 0 0 24
2 Ketersediaan sarana dan prasarana laboratorium di
sekolah tempat saya mengajar masih belum
memadai untuk mendukung pembelajaran kimia
0 0 5 19
3 Saya kesulitan untuk menerapkan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran ilmu kimia
0 0 7 17
4 Sebelum pelatihan, saya tidak tahu membuat video
pembelajaran
0 0 0 24
5 Video coverter, camtasia dan movie maker adalah
software yang sangat baik untuk membuat video
pembelajaran kimia
0 0 4 20
6 Kegiatan pembelajaran kimia dapat divideokan
dengan program camtasia dan dan movie maker
0 0 10 14
7 Hasil video yang dibuat dengan program video
coverter, camtasia dan movie maker sangat
menarik digunakan dalam pembelajaran kimia
0 0 8 16
8 Modul pelatihan yang disediakan sangat membantu
saya berlatih membuat video pembelajaran kimia
0 0 7 17
9 Cara menggunakan program video coverter,
camtasia dan movie maker cukup mudah untuk
membuat media pembelajaran berbasis ICT
0 5 19 0
54
10 Setelah pelatihan saya bisa membuat video
pembelajaran untuk mendukung pembelajaran
kimia
0 3 21 0
11 Pelaksana P2M membimbing saya dalam membuat
video pembelajaran kimia dengan dengan baik
0 0 15 9
12 Saya memperoleh banyak pengetahuan dan
keterampilan selama kegiatan pelatihan pembuatan
video pembelajaran kimia
0 0 3 21
13 Saya akan menggunakan video pembelajaran kimia
untuk mendukung pembelajaran kimia dengan
pendekatan saintifik
0 0 6 18
14 Siswa mungkin akan puas jika saya mengajarkan
kimia didukung dengan video pembelajaran kimia
0 0 15 9
15 Permasalahan yang saya hadapi dalam
pembelajaran kimia karena keterbatasan dukungan
laboratorium kimia dapat diatasi dengan media
pembelajaran berbasis ICT berupa video
pembelajaran menggunakan program video
coverter, camtasia dan movie maker
0 0 18 6
16 Banyak sekali manfaat yang saya peroleh selama
mengikuti pelatihan pembuatan video pembelajaran
0 0 20 4
17 Video pembelajaran akan sangat membantu dalam
pembelajaran kimia dengan pendekatan saintifik
0 0 16 8
18. Saya sangat senang memperoleh pengalaman
mengikuti pelatihan pembuatan video pembelajaran
0 0 3 21
19. Saya berharap ada pelatihan-pelatihan lain yang
membantu saya dalam mengajarkan materi kimia
0 0 0 24
Angket terbuka
Petunjuk
Tuliskan pendapat bapak/ibu terkait dengan pertanyaan/pernyataan di bawah ini pada
ruang yang telah disediakan!
1. Tuliskan dengan singkat hal-hal lain yang belum diungkapkan dalam pernyataan di atas!
Di Sekolah persediaan LCD untuk memutar video sangat terbatas (20 orang)
Untuk membuat video pembelajaran perlu waktu cukup banyak (13 orang)
2. Apa kelebihan dan kekurangan dari kegiatan pelatihan ini?
Saya agak lambat mengikuti pelatihan karena kemampuan kemputer saya kurang (7
orang)
Pelatihan pembuatan video pembelajaran menyenangkan (8 orang)
Waktu untuk pelaksanaan pelatihan lebih banyak (11 orang)
3. Apa saran-saran bapak/ibu untuk memperbaiki kekurangan dari kegiatan pelatihan ini?
Modul diberikan sebelum pelaksanaan agar sempat mempelajari sebelum kegiatan
pelatihan (8 orang).
Pendamping pelatihan diperbanyak untuk membantu peserta (5 orang)
55
4. Apa saran-saran bapak/ibu untuk kegiatan pelatihan pengembangan profesionalisme
guru selanjutnya?
Guru memerlukan pelatihan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) (13 orang)
Guru memerlukan pelatihan membuat artikel ilmiah (12 orang)
Guru memerlukan pelatihan mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam
pembelajaran (9 orang)
56
Lampiran 6. Foto-foto Kegiatan