LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)
Transcript of LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)
1
LAPORAN AKHIR
PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)
LP2M STIKES
LPMUNDIKSHA
LPM UNDIKSHA PEMKAB BANGLI
Tahun 2 dari 3 Tahun
IBW KAWASAN GALIAN C DI DESA SONGAN A DAN DESA SONGAN
B KECAMATAN KINTAMANI-BANGLI
PROVINSI BALI
Ketua : Dr. I Nyoman Santiyadnya, S.Si, M.T. (NIDN.0016067103)
Anggota:
1. Dr. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si (NIDN.0027086402)
2. Ni Wayan Sukerti, S.Pd.,M.Pd.( NIDN.0011077102)
3. I Made Sundayana, S.Kep., M. M.Kes.(NIDN. 0801096902)
Dibiayai dari Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat. Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi, dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah
Program Pengabdian kepada Masyarakat
Nomor:047/SP2H/PPM/DRPM/II/2017
LPM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA (UNDIKSHA)
L P 2 M S T I K E S B U L E L E N G
PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI
TAHUN 2017
2
HALAMAN PENGESAHAN
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
JUDUL : IBW KAWASAN GALIAN C DI DESA SONGAN DAN
DESA SONGAN B KECAMATAN KINTAMANI-
BANGLI PROVINSI BALI
----------------------------------------------------------------------------------------------------
I. Perguruan Tinggi Pengusul
a. LPM/PT A :
Nama LPM : Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha)
Alamat LPM : Jalan Udayana No. 12 C Singaraja 81116
Telp. : (0362) 22927
Fax. : 036225735
b. LP2M/PT B :
Nama LP2M : STIKES Buleleng
Alamat LP2M : Jln. Raya Air Sanih Km. 11 Singaraja-Bali
Telp. : (0362) 3435033
Fax. : (0362) 3435033
------------------------------------------------------------------------------------------------------
II. Ketua Pelaksana
a. N a m a : Dr. Nyoman Santiyadnya, S.Si, M.T
b. NIP : 197106161999031006
c. Pangkat/Gol : Lektor/IIId
d. Jurusan/Fak : Teknik dan Kejuruan/elektronika
e. Perguruan Tinggi : Undiksha
f. Keahlian : Instrumentasi dan Elektronika
g. Alamat : BTN. Puri Asri D/4 Kerobokan
Singaraja-Bali/081558692268
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
III. Anggota Pelaksana Kegiatan
a. Undiksha : Dosen: 8 orang; Pegawai: 4 orang;
Mahasiswa 10 orang, Alumni 2 orang
b. STIKES Buleleng : Dosen 2 orang; Mahasiswa 5 orang
c. Pemkab Buleleng : Bapeda 1 Orang: Dinas Pertanian: 1 orang
Dinas Peternakan: 1 orang; Dinas Pariwisata:
1 orang
----------------------------------------------------------------------------------------------------
IV. Lokasi Pelaksanaan Sibermas
a. Nama Wilayah : desa Songan A dan desa Songan B
b. Kecamatan : Kintamani
c. Kabupaten : Bangli
d. Provinsi : Bali
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
V. Periode Waktu Pelaksanaan: Tahun 2016-2018
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
3
VI. Biaya Selama 3 Tahun : Rp 745.000.000,-
Biaya Tahun-1 : Rp 175.000.000,-
Biaya Tahun-2 : Rp 260.000.000,-
Biaya Tahun-3 : Rp 310.000.000,-
----------------------------------------------------------------------------------------------------
VIII. Biaya Total Tahun I : Rp 175.000.000,-
Dikti : Rp 85.000.000,-
Pemkab : Rp 65.000.000,-
Undiksha ` : Rp 25.000.000,-
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Singaraja, 15 September 2017
Mengetahui Ketua Pelaksana
REKTOR Undiksha
Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd. Dr. Nyoman Santiyadnya, S.Si, M. T. NIP.
195910101986031003 NIP. 197106161999031006
Ketua LP2M STIKES Pemerintah Kabupaten Tk. II
Buleleng
Putu Agus Ariana, S.Kep, M.Si NIK. 2011.0718.047
4
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR ISI ix
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Analisis Situasi 1
1.2 Program Pemkab di Wilayah IbW 2
1.3 Kondisi Eksisting Wilayah 2
1.4 Persoalan Pemkab di Wilayah IbW 9
1.5 Permasalahan Wilayah 9
BAB 2. TARGET LUARAN 12
2.1 Target Luaran Tahun I 12
2.2 Target Luaran Tahun II 13
2.3 Target Luaran Tahun III
BAB 3. METODE PELAKSANAAN 14
3.1 Solusi Yang Ditawarkan 14
3.2 Metode Pelaksanaan Program 15
3.3 Rancana Kegiatan Selama Tiga Tahun 16
3.4 Kontribusi Pemkab Bangli 22
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 24
4.1 Kinerja LPM Undiksha Singaraja 24
4.2 Alasan Memilih PT Mitra (Unipas) 25
4.3 Jenis Kepakaran Yang Diperlukan 26
4.4 Struktur Organisasi IbW 27
BAB 5. HASIL KEMAJUAN PELAKSANAAN IbW 29
5.1 Hasil Kegiatan 29
5.2 Pembahasan 29
DAFTAR PUSTAKA
5
IBW KAWASAN GALIAN C DI DESA SONGAN A DAN DESA SONGAN
B KECAMATAN KINTAMANI-BANGLI
PROVINSI BALI
ABSTRAK
Kawasan galian C merupakan wilayah penambangan pasir, bebatuan, dan koral di area kaldera
gunung Batur. Walupun terletak pada posisi yang vital dan strategis dalam peta kepariwisataan
di Bali, ternyata kawasan ini masih bergulat dengan masalah kemiskinan, epidemik penyakit,
eksklusivitas-wisata, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, rawan bencana, konflik
sosio-ekonomi-politik, derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat yang rendah bagi
kabupaten Bangli. Masifnya intensitas penambangan galian C mengakibatkan rusaknya
kebersihan, keasrian, dan konservasi lingkungan. Kondisi faktual masyarakat di kawasan ini,
mendorong Undiksha bekerjasama dengan STIKES dan Pemkab Bangli untuk melaksanakan
kegiatan IbW. Kegiatan IbW kawasan galian C di kecamatan Kintamani kabupaten Bangli
Provinsi Bali, menyasar pada 2(dua) desa, yakni desa Songan A, dan desa Songan B bertujuan
untuk melakukan pemetaan aset wilayah dan pemberdayaan masyarakat dalam melaksanakan
program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pertanian-peternakan-
perikanan, pendidikan life skill, kewirausahaan, pembinaan adat-istiadat, keagamaan, lembaga
sosial, sanitasi, dan kepariwisataan. Metode pelaksanaan IBW dalam pemberdayaan masyarakat
menggunakan pendekatan PALS ((participatory action learning system). Kegiatan IbW pada
tahun-1 (2016) diharapkan menghasilkan luaran : (1) rencana strategis (Renstra) dan pemetaan
wilayah, (2) terwujudnya demplot budi daya ikan tawar, (2) terwujudnya sentra industri
kecil/skala rumah tangga, (3) terwujudnya demplot peternakan-pertanian ramah lingkungan
(zero waste), (4) terwujudnya diversifikasi produk wisata rural-geotourism culture, dan (6)
peningkatan kesehatan sanitasi dan kebersihan.
Kata kunci: pemberdayaan masyarakat, kawasan galian C, PALS, potensi wilayah,
ipteks bagi wilayah (IbW)
6
IbW IN THE MINING AREA IN THE VILLAGE SONGAN A AND SONGAN B OF
KINTAMANI DISTRICT IN BALI PROVINCE
ABSTRACT
Region C is a region of mining excavation of sand, rocks and coral in the area of Mount Batur
caldera. Even though located in a position that vital and strategic map of tourism in Bali, it
turns out this region is still grappling with the problem of poverty, epidemic disease, exclusivity-
tourism, unemployment, illiteracy, dropouts, prone to disasters, conflict socio-economic-
political, degrees community health and education are low for Bangli regency. Reduction in
the intensity of mining excavation C resulted in the destruction of cleanliness, beauty, and
environmental conservation. The factual condition of society in the region, encouraging
cooperation with STIKES, Undiksha and Bangli regency to conduct the IBW. IBW activity area
in the district of excavation C Kintamani Bangli regency of Bali Province, targeting the 2 (two)
villages, the village Songan A and B Songan village aims to perform asset mapping and
community empowerment region in implementing the program science and technology
improvement of knowledge and skills in agriculture farm-fishing, life skill education,
entrepreneurship, development of custom, religious, social agencies, sanitation, and tourism.
The method of implementation of IBW in community empowerment approach PALS
((participatory action learning system). IBW activity in firsth year (2016) are expected to
produce outcomes: (1) strategic plan (Plan) and the mapping of the region, (2) realization of
freshwater fish cultivation plots, (2) realization small industries / household, (3) realization of
demplot livestock-farming environmentally friendly (4) the realization of diversification of
tourism products rural-geotourism culture, (5) realization of study groups small class of
elementary, junior and mechanisms village-based management is pekraman, and (6) Improved
sanitation and hygiene health
Keywords: community empowerment, excavation area C, PALS, the potential of the region,
science and technology for the region (IbW)
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Kabupaten Bangli terletak diantara 115' 13' 48" sampai 115' 27' 24" Bujur Timur dan 8' 8'
sampai 8' 31' 87" Lintang Selatan. Posisinya berada ditengah-tengah Pulau Bali sehingga
merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki pantai/laut. Luas kabupaten Bangli
sebesar 520,81 km atau 9,25% dari luas Propinsi Bali, ketinggian dari permukaan laut antar 100
2152 meter sehingga tanaman apa saja bisa tumbuh di daerah ini. Secara fisik dibagian Selatan
merupakan daerah dataran rendah dan bagian utara merupakan pegunungan. Puncak tertinggi
adalah Puncak Penulisan, terdapat Gunung Batur dengan kepundannya Danau Batur yang
memiliki luas 1.067,50 Ha. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Propinsi sekitar 40 km.
Wilayahnya sendiri berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Kabupaten
Gianyar, dan Kabupaten Klungkung di sebelah selatan, Kabupaten Badung di sebelah barat,
dan Kabupaten Karangasem di sebelah timur.
Keterangan:
Gambar 1.1. Lokasi dan Batas IBW Kawasan Galian C
Bangli dengan luas wilayah 366,92 km2 mempunyai 4 kecamatan dan 72 desa. Dari total
luas wilayah yang ada sekitar 2.890 ha merupakan lahan sawah, 29.087 ha merupakan lahan
kering, 9,341 ha merupakan hutan negara, 7,719 merupakan tanah perkebunan, dan sisanya
3,044 ha merupakan lahan lain-lain. Kintamani merupakan sebuah area yang cukup luas sekitar
1548 ha, dimana pusat pemerintahan kecamatan Kintamani terletak di desa ini. Kintamani
dikenal sebagai salah satu obyek Pariwisata di Bali yang banyak mendapat kunjungan dari
1. DESA SONGAN A
2. DESA SONGAN B
(A) (B)
Kawasan IBW
8
wisatawan. Salah satu potensi daya tarik kecamatan Kintamani adalah kawasan geowisata
dengan keindahan fanorama kaldera gunung Batur, danau batur dengan latar belakang vegetasi
hutan, dan keunikan sosio-budaya-religius masyarakat Bali Aga di desa Songan. Selain sebagai
DTW di Bali, kawasan Kintamani juga memiliki sumber kekayaan galian C yang terhampar
luas di kaki gunung Batur. Potensi tambang ini menjadi komoditas unggul yang dapat
menghidupi ekonomi masyarakat. Namun masifnya penambangan galian C di kasawan ini
lambat laun dapat merusak keasrian dan pesona kawasan. Saat musim hujan, bahaya longsor
mengancam, dan genangan air kumuh dapat sebagai media penyebaran penyakit. Saat musim
kemarau kawasan ini terkepung dengan polusi udara, yang mengganggu respirasi masyarakat
luas.
1.2 Program Pemkab di Wilayah IbW
Iptek bagi wilayah (IBW) di kecamatan Bangli akan meliputi kawasan 2(dua ) desa, yaitu:
desa Songan A dan desa Songan B, seperti ditunjukkan pada gambar 1. Dua (2) desa ini
mempunyai batas wilayah utara (kabupaten Buleleng), Timur (kabupaten Karangasem), Barat
(kabupaten Badung), Selatan (desa Susut). Kecamatan Kintamani dibagi menjadi 4 wilayah,
yaitu (1) wilayah pengembangan kawasan geowisata dan wisata religi, yakni desa Batur,
kedisan, dan toyabungkah; (3) wilayah pengembangan ibu kota kecamatan, yakni desa
Kintamani, penelokan, dan wilayah sekitarnya; dan (4) Wilayah pengembangan pertanian,
kerajinan, dan wisata yakni Songan A, Songan B, dan Terunyan. Wilayah yang dipilih untuk
program IbW berdasarkan pertimbangan analisis kritis pengusul, Bappeda Bangli, dan tokoh
masyarakat adalah wilayah pengembangan kawasan geowisata, karena kawasan ini merupakan
zone galian C, dimana proses penambangan pasir, batuan, dan koral sisa letusan gunung Batur
dilakukan secara masif, sekaligus wilayah ini juga merupakan tourism zone yang sangat
strategis dan memegang peranan penting bagi pengembangan wisata desa, agrowisata,
kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan peternakan sebagai sumber kehidupan masyarakat..
Walupun terletak pada posisi yang vital dan strategis, ternyata 2(dua) desa ini menyumbangkan
jumlah angka kemiskinan, kebodohan, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, rawan
bencana yang cukup besar, derajat kesehatan masyarakat yang rendah bagi kabupaten Bangli,
dan kualitas pendidikan yang rendah, yang nampaknya perlu mendapat penanganan segera
dalam upaya mewujudkan kawasan wisata mandiri (Rencana Strategis Kecamatan Kintamani,
2008-2013).
9
1.3 Kondisi Eksisting Wilayah
Secara umum, kondisi eksisting kawasan IBW yang meliputi desa Songan A dan desa
Songan B merupakan kawasan zonasi galian C, geowisata, pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan konservasi hutan (PKWK, 20010), sehingga pada kawasan ini dicanangkan
berbagai zona penambangan galian C, fasilitas wisata, agrowisata konservasi hutan, yang
didukung aktivitas pertanian, peternakan dan industri kerajinan kreatif terpadu sebagai
penyangga aktivitas pengembangan kawasan hutan kawasan pariwisata, dan kawasan industri
pertanian dalam arti luas, seperti ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 1.2. Kondisi Eksisting Wilayah IbW
Di kawasan ini juga diperuntukan sebagai areal konservasi hutan, pertanian dan
peternakan, wisata untuk menunjang ekonomi masyarakat, sekaligus sebagai pusat
pengembangan industri pariwisata yang dapat mengintegrasikan aktivitas masyarakat
pedesaan, pertanian, peternakan dan keindahan potensi alam. Secara umum, kecamatan
Kintamani merupakan kecamatan dengan heterogenitas penduduk yang sangat variatif
berjumlah 71.459 orang terdiri dari 35.905 penduduk perempuan dan 35.554 penduduk laki-
laki. Dengan balutan budaya dan kearifan lokal, seperti, menyama-braya, gotong-royong,
nyama bali-nyama selam, nyama kristen dan nyama china masyarakat di wilayah Kintamani
dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Kedua desa ini merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan dengan fanorama natural
gunung dan danau batur yang mempesona, yakni beriklim tropis, dengan curah hujan yang
relatif cukup tinggi. Keadaan tanahnya sebagian subur dan basah yang ditanami vegetasi hutan,
tanaman hortikultura, palawija, perkebunan, dan persawahan, dan sebagian lagi kering dan
tandus yang terletak di zonasi kaldera gunung Batur/ Lapisan top soil tanah relatif tebal dengan
tingkat kesuburan yang tinggi (BPPT, 2010). Pada musim hujan, maupun musim kemarau
wilayah kedua desa ini nampak subur dan menghijau, sehingga perbukitan dan pegunungan ini
10
merupakan bagian dari kawasan galian C dan geowisata. Komoditas pertanian dan perkebunan
yang sudah mendunia adalah buah jeruk kintamani dan kopi arabika.
Kondisi SDM penduduk wilayah IbW mengacu pada profil kecamatan dan potensi desa
(Monographi desa, 2008) banyak pendudukan yang tidak bersekolah, dan warga yang
menamatkan pendidikan SMP, dan SMA dalam jumlah yang relatif kecil, hanya sebagian kecil
dari jumlah penduduk yang bisa menamatkan pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan adanya
kesenjangan pendidikan yang sangat tajam. Sebagian besar pancaharian penduduk sebagai
petani sekaligus peternak (65%), 15% PNS, dan 5% wiraswasta/pedagang, 5% pelayan, dan
sisanya 10% pengganguran, hanya sebagain kecil dari komunitas masyarakat di kawasan
geowisata ini terpusar dalam dinamika aktivitas pariwisata, artinya meski banyak dolar yang
bias diraup oleh semgen praktisi pariswisata dari luar Kintamani, tapi masyarakat di kawasan
ini tetap termarginalisasi dalam kirprah kepariwisataan. Sepanjang musim, masyarakat di
kawasan ini selalu dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui pertanian, dan peternakan,
namun budidaya pertanian dan peternakan masih bersifat tradisional, yang miskin dengan
sentuhan ipteks, dan terfragmentasi dari balutan tali-temali gejolak aktivitas pariwisata.
Budi daya bertani, berkebun, dan beternak di areal perbukitan yang terlalu progresif tanpa
memperhatikan keseimbangan lingkungan, sering berpotensi menimbulkan ancaman banjir dan
longsor setiap tahun. Rendahnya daya tanggap dalam mitigasi bencana alam yang melibatkan
pranata sosial tradisional sering merusak simpul-simpul produktivitas ekonomi masyarakat. Di
samping itu, kurangnya kesadaran penduduk dalam kesehatan dan sanitasi lingkungan, serta
rendahnya daya dukung dan pelayanan lembaga kesehatan, menyebabkan wilayah kecamatan
Kintamani ini sangat rentan terhadap wabah penyakit baik di musim hujan maupun di musim
kemarau. Penambangan galian C dan pengembangan peternakan tradisional yang tidak ramah
lingkungan, sering menimbukan persoalan sanitasi lingkungan dan sumber wabah penyakit.
Padahal limbah pertanian dan peternakan, melalui penerapan ipteks dapat dirubah menjadi
sumber pakan ternak, pupuk organik dan sumber energi bakar alternatif sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian masyarakat.
Dengan daya dukung luas wilayah yang cukup memadai dan panorama alam yang indah,
dengan kuantitas jumlah petani dan peternak yang cukup signifikan, wilayah kecamatan ini
sangat berpotensi untuk jadi zona geowisata, dimana pertanian/peternakan/perkebunan dapat
dijadikan mayor-driven yang bisa mendukung divergensi produk wisata yang dapat
mengakomodasi/mengasimilasi budaya masyarakat setempat sehingga dapat meningkatkan
kondisi ekonomi masyarakat, namun nilai ekonomi produksi pertanian, peternakan dan
11
perikanan masih relatif sangat kecil, sehingga belum mampu mendongkrak kualitas hidup
masyarakat. Hal ini disebabkan (1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat
dalam peningkatan nilai ekonomis produk wisata, (2) rendahnya intensitas masyarakat yang
bergerak dalam bidang wirausaha/perdagangan, kurangnya diversifikasi produk wisata yang
masih tersegmentasi dengan pertanian/peternakan, dan budaya masyarakat, (3) sistem
mekanisme pasar yang belum berpihak pada masyarakat desa, serta (4) tingginya potensi
bencana longsor yang selalu mengancam runtuhnya pilar-pilar sosio-ekonomi, keamanan dan
kenyamanan hidup masyarakat.
1.3.1 Desa Songan A
Desa Songan A terdapat 6 dusun dengan luas wilayah 1280 ha. Wilayah ini sebagian
besar adalah pertanian 98 ha, perumahan dengan luas 19,27 ha dan tegalan sawah 365,73 ha,
kuburan 20 are. Jumlah penduduk Desa Kintamani (data per Desember 2007 dalam monografi)
adalah 4783 orang yang terdiri diri laki 2.323 orang, perempuan 2.460 orang. Ditinjau dari
tingkat pendidikan usia produktif terdapat: (1) akademi/sarjana ke atas 58 orang, lulusan tingkat
SMA/SMK 365 orang, lulusan tingkat SMP 854 orang dan lulusan tingkat SD 1502 orang.
Dengan demikian, maka penduduk Desa Kintamani mempunyai kualifikasi tingkat SDM
yang cukup memadai karena, lebih dari 32% persen usia produktif lulusan SMA dan Sarjana.
Pekerjaan penduduk Desa Kintamani sebagian besar sebagai petani yaitu 3106 orang,
peternakan, pegawai negeri/TNI/Polri sebanyak 20 orang, pegawai swasta 2 orang, nelayan 32
orang, sedangkan jumlah tenaga penganggur/pencari kerja/tidak bekerja 155 orang.
Berdasarkan data di kantor desa ( per Maret 2011), KK miskin yang ada sebanyak 470 KK,
yang direkomendasi untuk mendapatkan BLT.Potensi yang menonjol di desa Songan adalah
pariwisata, pertanian, peternakan, dan perikanan.
Potensi pertanian yang menonjol di desa Songan A adalah tanaman jeruk, pisang, tanam
kelapa dan hortikultural. Potensi peternakan yang menonjol di desa Kintamani adalah sebagian
besar warga berternak ayam kampung/ras 12.425 ekor, babi 4505 ekor dan sapi bali 3785 ekor.
Industri kecil yang ada adalah industri kecil pengolahan pangan, kerajinan lainnya (anyaman),
dengan pengelolaan tradisional dan segmen dan akses pasar yang masih terbatas. Produksi
pertanian seperti kelapa, pisang, dan palawija lainya masih bernilai ekonomis rendah, karena
belum diolah dengan sentuhan ipteks menjadi produk yang bernilai pasar tinggi. Potensi
kerajinan yang menonjol di desa Songan adalah anyaman serabut kelapa dan kerajinan dari
tempurung kelapa. Industri-industri kecil ini perlu dikembangkan sehingga mampu lebih
12
banyak menampung tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan keluarga. Desa Songan juga
terkenal dengan ternak “anjing kintamani” yang lucu dan anggun, namun proses beternak anjing
kintamani masih alami dan konvensional, pedahal daya tarik dan permintaan pasar sangat tinggi
dengan harga jual 200 ribu sampai 500 ribu.
1.3.4 Desa Songan B
Desa Songan B termasuk topologi desa perbukitan terdiri dari 4 dusun, yakni dusun
Songan, Bukit Bahu, Jembong, dan Pebantenan, dengan luas wilayah 1369 ha, terdiri dari tanah
sawah 171 ha, tegal/ladang dan perkebunan 367, dan hutan 13 ha. Jumlah penduduk desa
Songan sebanyak 4.363 orang, dengan jenjang pendidikan SD 2129 orang, SMP 237 orang,
SMA, 253 orang, dan akademi/sarjana 43 orang. Mata pencaharian penduduk yang menonjol
sebagian besar sebagai petani 2998 orang, petani penggarap (penyakap) 350 orang, peternak
1024 orang, pedagang 60 orang, dan pengrajin15 orang. Pengusaha 3 orang, PNS 55 orang.
Jumlah KK miskin yang ada di desa Ambengan sebanyak 624 KK. Organisasi tradisional desa
yang berkaitan dengan aktivitas pertanian dan peternakan adalah Subak Lawa, Subak Anyar,
Subak Pebantenan, Subak Abian, dan Poktan/Gapoktan. Dinamika sosial yang sering menonjol
ke permukaan adalah kecendrungan masyarakat Songan berpoligami yang sering dipolemikan
sebagai pemicu kemiskinan dan keresahan sosial-ekonomi.
Potensi yang menonjol di desa Songan adalah pertanian, peternakan, pariwisata, dan
kerajinan (pelepah pisang dan keranjang buah). Potensi pertanian yang dominan di desa Songan
adalah jagung 8,5 ha, mangga 105 ha, sedangkan perkebunan adalah kelapa 293 ha. Potensi
kebun kelapa 4800 pohon dengan lahan 195 ha. Produksi kelapa saat ini masih dijual dalam
bentuk buah kelapa, kopra maupun diolah oleh industri minyak kelapa secara basah tradisional
sekala industri rumah tangga. Pasaran dari produksi minyak hanya mencapai pasaran lokal desa
dan sekitarnya. Potensi buah kelapa masih bisa dikembangkan untuk industri rumah tangga dan
industri kecil yang lebih prospektif dengan sentuhan IPTEK terapan, namun belum ada yang
melakukan. Limbah pertanian kelapa seperti sabut kelapa, lidi, tempurung, dan bagian-bagian
lain dari buah dan batang kelapa belum dimanfaatkan dengan optimal sehingga belum
memberikan nilai tambah yang berarti. Potensi unggulan lainnya adalah produk peternakan
ayam, babi dan sapi. Banyak kebutuhan akan produk ternak ayam, babi, dan sapi untuk
keperluan konsumtif, bibit dan upacara didatangkan dari desa Songan. Desa Songan juga
memliki fanorama alam desa yang menarik, aliran sungai yang masih bersih, dan vegetasi yang
variatif, yang banyak diincar sebagai lokasi villa, karena view laut yang sangat mempesona.
13
Namun potensi unggulan di desa Songan ini belum tertangani secara terpadu dengan sentuhan
IPTEKS, terutama berkait dengan pengembangan desa wisata yang terintegrasi secara holistik
dengan segmen pertanian/pertaninan, kehutanan, dan kerajinan kreatif-inovatif masyarakat
setempat.
1.4 Persoalan Pemkab di wilayah IbW
Persoalan Pemkab. Bangli yang paling menonjol di kawasan galian C kecamatan
Kintamani, khususnya di desa Songan A dan Songan B adalah (1) Ancaman rusaknya
lingkungan akibat masifnya penambangan galian C, (2) masalah pendidikan terkait banyaknya
segmen masyarakat yang buta-aksara, pengangguran, dan putus sekolah; (3) masalah sosio-
ekonomi, dimana masih banyak komunitas di kawasan ini masih berada di bawah garis
kemiskinan; (4) persoalan pertanian-peternakan-perikanan yang belum terintegrasi belum
mampu membentengi ketahanan pangan masyarakat; (5) masalah kepariwisataan, dengan
popularitas objek wisata yang mendunia, tetapi justru belum banyak mendongkrak ekonomi
masyarakat; (6) masalah kesehatan dan sanitasi lingkungan, yakni semakin menjamurnya
akomodasi hotel, cottage, penginapan, dan losmen, dan usaha pertanian-peternakan tradisional
dengan sistem pembuangan limbah yang tidak baik, sering menimbulkan pencemaran
lingkungan, dan (7) persoalan konflik sosial vertikal-horizontal karena perebutan hegemoni
adat, ruang, religi, dan sosio-ekonomi-politik.
Pemerintah kabupaten Bangli, melalui dinas terkait telah melakukan berbagai upaya dalam
menanggulangi masalah penambangan galian C, kesehatan, kemiskinan, pendidikan, pertanian-
peternakan-perikanan, kepariwisataan, dan sosio-ekonomi-politi di desa Songan A dan Songan
B. Akan tetapi, di dalam pelaksanaanya berbagi upaya yang telah dilakukan tersebut belum
membuahkan hasil yang optimal, sehingga masih menyisakan persoalan di masyarakat.
1.5 Permasalahan Wilayah
Berdasarkan uraian potensi dan propek wilayah 2 desa, yakni desa Songan A dan
Songan B di kecamatan Kintamani dapat dirumuskan permasalahan utama yang potensial untuk
dipecahkan, baik yang berhasil diidentifikasi melalui survey awal pengusul, wawancara intensif
dengan tokoh masyarakat, pejabat permerintahan kecamatan/desa maupun permasalahan aspek
sosial ekonomi dalam RPJMD desa Songan A dan desa Songan B adalah sebagai berikut.
(1) Terjadinya pengerusakan lingkungan yang sistemik akibat masifnya aktivitas
penambangan galian C. Di musim hujan, banyak kawasan yang longsor, karena rentannya
14
struktur tanah karena penambangan, banyak kubangan tergenang air, karena padatnya lalulintas
kendaraan berat pengangkut pasir. Di musim kemarau, tingginya intesitas polusi karena asap,
debu, dan polutan lainnya hampir mengisi ruang-ruang udara bersih. Kondisi kumuh ini akan
merusak citra kawasan wisata geotourism gunung Batur, dan sangat berpotensi menyebabkan
rentannya masyarakat terserang penyakit
(2) Rendahnya kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan keterlibatan elemen
masyarakat dalam praksis kepariwisataan secara holistik berbasis pada wisata alam, wisata
budaya, wisata religi, wisata kuliner dan pertanian/peternakan. Pariwisata yang hanya
tersegmentasi dan terbelenggu pada keindahan panorama alam gunung Batur dan danau batur
kurang dapat mengagetasi dinamika aktivitas sosio-ekonomi masyarakat menuju peningkatan
kualitas hidup dan kenyamanan masyarakat. Aset geowisata dan keindahan fanorama danau
batur yang eksostik (SDA), tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM yang memadai
akan menimbulkan stigmatisasi sosial-ekonomi dalam pengelolaan wisata. Marginalitas
masyarakat lokal di kecamatan Kintamani dalam tourism bussines sebagian besar disebabkan
oleh rendahnya penguasaan bahasa asing, keterampilan pariwisata (tourism skill), dan
penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
(2) Rendahnya budaya kerja dan produktivitas ekonomi masyarakat menyebabkan
rendahnya pendapatan perkapita dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian Pursika (2009),
menunjukkan bahwa ditengah-tengah derasnya arus dolar pariwisata yang mengalir ke wilayah
Kintamani, namun tingkat kehidupan masyarakat lokal Kintamani dan sekitarnya masih di
bawah garis kemiskinan. Hampir 25% pengemis di Bali berasal dari wilayah ini. Pedahal
potensi alam dan dukungan program pembangunan pemerintah Bangli dan institusi lain untuk
mendorong simpul-simpul aktivitas eknomi relatif cukup tinggi. Selain itu, rendahnya income
masyarakat juga diakibatkan oleh belum terberdayanya lembaga-lembaga ekonomi masyarakat,
UKM dan industri kerajinan kreatif-inovatif rumah tangga yang link dan match dengan
derasnya dinamika tourism geowisata di kawasan ini.
(3) Masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat, kondisi kesehatan lingkungan,
terutama yang menyangkut sanitasi dasar, dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung
pola hidup bersih dan sehat telah memberi kontribusi pada rendahnya status penduduk miskin
dan kesehatan masyarakat. Peluang terjangkitnya penyakit demam berdarah dan penyakit
endemik lainnya di wilayah Kintamani, Batur, Songan, dan Trunyan sangat tinggi, karena
aktivitas produktif masyarakat tidak ramah lingkungan. Danau batur yang menjadi salah satu
label kepariwisataan Kintamani sering digunakan sebagai tempat muara saluran limbah rumah
15
tangga, pertanian/peternakan, dan industry yang dapat merusak ekosistem, kebersihan dan
keindahan danau Batur, bahkan akan mengancam usaha budi daya perikanan masyarakat di
tambak-tambak danau Batur.
(4) Dari sisi kewilayahan desa Songan A dan desa Songan B merupakan daerah
pegunungan konservasi hutan yang sangat berpotansi terjadinya rawan bencana longsor setiap
tahun. Kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestarian konservasi hutan di kawasan
geowisata relatif masih kurang, terbukti intensitas perambasan hutan masih tinggi, yang
berpotensi mendatangkan malapetaka longsor, dan banjir. Di sisi yang lain, rendahnya budaya
dan kemampuan masyarakat dalam mekanisme mitigasi bencana alam sering menimbulkan
kerusakan pada simpul-simpul produktivitas sosio-ekonomi masyarakat.
(5) Masih rendahnya akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas,
kurangnya pemerataan pendidikan dan penyediaan tenaga terampil, menyebabkan terjadinya
kesenjangan pendidikan yang cukup tajam. Rendahnya kualifikasi pendidikan masyarakat
berdampak pada munculnya berbagai masalah social-ekonomi yang akut, seperti
pengangguran, kejahatan, perkawinan muda/poligami, dan konflik sosial-ekonomi yang lahir
dari pergesekan perebutan hegemoni sumber daya alam.
(6) Minimnya terapan teknologi tepat guna di masyarakat dalam pengolahan hasil
pertanian, peternakan, dan perikanan yang dapat mengantarkan desa-desa di kawasan ini
sebagai desa mandiri pangan dan energi. Budi daya pariwisata, pertanian, peternakan, dan
perikanan yang ada saat ini masih bersifat tradisional, monokultur, dengan pengagarapan yang
parsial, dan kurang profesional yang dapat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dan
berpotensi untuk menumbuhkembangkan dinamika perekonomian masyarakat (RPJMD dan
Renstrades,2008-2013). Masyarakat belum mampu mentransfusi aktivitas pertanian,
peternakan, dan perikanan sebagai mayor-driven kedalam domain aktivitas pariwisata,
sehingga dapat mewujudkan kawasan yang mampu mengintegrasikan budaya bertani, beternak
secara simultan dengan pariwisata, sehingga dapat mewujudkan kawasan rural-geotourism.
16
BAB II
TARGET LUARAN
2.1 Target Luaran Tahun I (Tahun 2016)
Target luaran yang diharapkan tercapai dari kegiatan IbW tahun I(Tahun 2016) adalah:
(1) Rencana strategis (Renstra) dan program aksi strategis desa-desa wilayah IBW berdasarkan
hasil evaluasi diri secara partisipatif yang komprehensif melalui in-depth SWOT analysis dan
pemetaan wilayah berbasis data riil potensi daerah, (2) Terwujudnya demplot budi daya ikan
tawar di area kubangan bekas galian C, (3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan warga
dalam penerapan IPTEKS, managemen wirausaha dan perkoperasian untuk mengembangkan
industri kecil/skala rumah tangga, (4) Peningkatan pengetahuan dalam penangan kerawanan
pangan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan produktivitas pertanian,
, perikanan, dan peternakan terpadu, (5) Terwujudnya demplot peternakan ramah lingkungan
(zero waste), pengolahan lembah ternak menjadi sumber energi bio-gas untuk keperluan bahan
bakar, (6) Peningkatan sadar wisata masyarakat, khususnya dalam mengintegrasikan aktivitas
pariwisata dengan pertanian/peternakan, dan budaya lokal menuju kawasan rural-geotourism
culture, (7) Terwujudnya kelompok belajar kelas kecil tingkat SD, tingkat SMP dan mekanisme
pengelolaanya berbasis desa pekraman, (8) Peningkatan kesadaran individu, keluarga dan
masyarakat tentang peningkatan kesehatan dirinya, kesehatan keluarga dan kesehatan
masyarakat, serta sanitasi lingkungan, (9) Peningkatan kuantitas dan kualitas usulan P2M
program DP2M atau institusi lainnya berbasis kegiatan pengembangan IPTEKS di Undiksha
dan Stikes Buleleng yang berisi rancangan program-program aksi yang dibutuhkan masyarakat,
dan (1) Laporan pengabdian dan 2 publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal lokal dan
nasional.
2.2 Target Luaran Tahun II(Tahun 2017)
Target luaran yang diharapkan tercapai dari kegiatan IbW tahun II(Tahun 2017) adalah (1)
Terselenggaranya program aksi sesuai dengan usul yang dibuat sesuai dengan renstra dan
tercapainya indikator-indikator yang tercantum dalam setiap program usulan yang
terselenggara tersebut, (2) Terwujudnya managemen usaha dan pemasaran produk wisata desa,
pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan kreatif, produk dan jasa di kecamatan Kintamani
berbasis Web (ICT), (3) Meningkatnya omzet, perluasan usaha, pemasaran dari industri
kerajinan kreatif-inovatif di desa-desa wilayah IBW, (4) Peningkatan pendapatan asli desa-desa
17
wilayah IBW dan memberi kontribusi signifikan dalam peningkatan pendapatan asli daerah
kecamatan Kintamani dan kabupaten Bangli, (5) Terwujudnya demplot pengolahan limbah
sampah menjadi pupuk kompos (pupuk organik), (6) Terwujudnya demplot industri kecil
kreatif berbasis produk lokal, (7) Terwujudnya usaha kecil menegah (UKM) yang bergerak
dalam bidang kerajinan, pengolahan pangan, dan pengolahan kelapa, (8) Peningkatan taraf
kesehatan diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan serta peningkatan kapasitas dan
keberdayaan secara mandiri dari keluarga, masyarakat dan organisasi desa dalam memelihara
kesehatan dan sanitasi lingkungan, dan (9) Laporan pengabdian dan 2 publikasi ilmiah hasil
program IbW pada jurnal nasional dan internasional
2.3 Target Luaran Tahun III (Tahun 2018)
Target luaran yang diharapkan tercapai dari kegiatan IbW tahun II I(Tahun 2018) adalah (1)
Terwujudnya desa bebas buta aksara di 2(dua) desa wilayah IBW dan desa-desa lain di
kecamatan Kintamani, (2) Berkurangnya angka putus sekolah penduduk usia sekolah, (3)
Adanya perubahan mind-set, attitude, dan behaviour serta terciptanya masyarakat mandiri dan
partisipatif dalam melaksanakan pembangunan daerah secara berkelanjutan, (4) Meningkatnya
kesejahteraan, kesehatan dan keamanan masyarakat, (5) Terwujudnya desa wisata mandiri
(rural-geotourism culture) di kawasan IBW, yang dapat mepertautkan aktivitas wisata alam,
pertanian/ peternakan, dan budaya lokal masyarakat, (6) Terwujudnya jejaring pemasaran
wilayah berbasis Web (ICT), dan (7) Laporan pengabdian dan 2 publikasi ilmiah hasil program
IbW pada jurnal nasional “Ngayah” dan internasional
18
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Solusi Yang Ditawarkan
Berdasarkan paparan potensi-potensi daerah, kearifan lokal dan permasalahan yang
dimiliki desa-desa dalam cakupan wilayah IBW maka perlu disusun strategi sebagai solusi
pemecahan masalah dalam mewujudkan kawasan geo-wisata yang mandiri dengan
mensinergiskan potensi masyarakat. Potensi unggulan pokok yang menjadi prioritas penerapan
program ipteks dalam program IbW ini adalah (1) revitalisasi dan restrurisasi kubangan bekas
galian C menjadi kolam budidaya ikan tawar, (2) potensi pariwisata yang diarahkan pada
pengembangan rural-geotoruism yang didukung oleh fanorama alam, situs religi, area dan
produk pertanian, peternakan, dan perikanan, yang dapat mendiversifikasi kawasan geo-wisata
sebagai wisata-alam, wisata-budaya, wisata-kuliner, wisata-relegi, dan agrowisata, (3) potensi
pertanian dalam arti luas, (4) potensi peternakan yang ramah lingkungan, (5) perikanan di air
tawar dengan perbaikan segmen jejaring pasar melalui pengembangan wisata-kuliner, (6)
pendidikan kelompok kelas kecil/life skill/pendidikan wisata, terutama peningkatan
kemampuan berbahasa asing dan tourism skill, serta pelayanan kesehatan terpadu berbasis desa
adat/masyarakat, (7) UKM/Industri rumah tangga dan lembaga ekonomi masyarakat, (8)
industri kerajinan handycraft dan diversifikasi produk kreatif olahan hasil pertanian,
peternakan, dan perikanan, dan (9) program reboisasasi dengan vegetasi lokal tradisional Bali
dan mitigasi bencana alam untuk mendukung pusaran dinamika pariwisata sehingga dapat
mewujudkan kawasan geowisata wisata dengan berbagai macam produk wisata turunannya.
Solusi yang ditawarkan untuk menangani permasalahan wilayah yang meliputi 2(dua) desa
sasaran IBW adalah melaksanakan program ipteks bagi wilayah dengan rincian sebagai berikut:
(1) Melakukan pemetaan potensi-potensi unggul di wilayah IBW, kearifan lokal, dan pemetaan
wilayah sesuai dengan peruntukan dan kondisi fisik dan daya dukung lingkungan, dan (2)
Melaksanakan program aksi ipteks dalam penanganan masalah di wilayah IBW, yakni: (i)
program iptek budi daya ikan tawar di zona galian C, (ii) Program ipteks peningkatan
kepariwisataan yang mengarah pada rural-agrowisata culture sebagai pengintegrasian
dinamika pariwisata, pertanian, peternakan, dan budaya lokal masyarakat untuk
mendiversifikasi kawasan geowisata di Kitamani, (iii) Program ipteks peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dalam desain, diversifikasi produk, managemen, dan pemasaran
19
seni kerajinan tangan, (iv) Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam
diversifikasi produk pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar, (v) Program ipteks
peningkatan pengetahuan dan keterampilan managemen wirausaha, perkoperasian dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat dan revitalisasi UKM-UKM berbasis kearifan lokal, (vi)
Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan aneka makanan
tradisional dan modern berbasis hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan, (vii) Program
ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam program pertanian terpadu, (viii)
Program peternakan melalui demplot peternakan terpadu yang ramah lingkungan (zero waste),
pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik dan energi bakar biogas sebagai bagian
integral dari upaya penyediaan energi alternatif bagi masyarakat baik di musim hujan maupun
musim kemarau, (ix) Program ipteks pendidikan kontekstual untuk mengedukasi masyarakat,
(x) Program ipteks untuk pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat, (xi) Program ipteks
mitigasi bencana longsor dan konservasi hutan di daerah perbukitan di sekitar kawasan
geowisata di desa-desa wilayah IBW dengan item vegetasi lokal tradisional Bali, dan (xii)
Melakukan evaluasi dan refleksi komprehensif terhadap program aksi.
3.2 Metode Pelaksanaan Program
Metode yang akan digunakan untuk pelaksanaan IBW adalah metode PALS
(participatory action learning system), yang dikembangkan oleh Linda Mayoux tahun 2000-1n
( Chambers, 2007). Metode PALS merupakan salah satu metode pemberdayaan dalam lingkup
PLA (participatory learning and action), hasil evolusi dari RRA (rapid rural appraisal) dan
PRA (participatory rural appraisal), yang memiliki prinsip-prinsip: (1) A defined methodology
and systemtic learning process, yaitu proses pembelajaran yang metodik, komulatif partisipatif,
dan sistematik, (2) multiple perspectives :yaitu dalam pemberdayaan diutamakan pada
pencapaian keragaman dan aksi-aksi yang beragam, (3) group learning processes: yaitu
pemecahan kompleksitas masalah dunia nyata dengan proses rekognisi melalui inkuiri
kelompok dan interaksi, (4) context specific, yaitu pendekatan penanganan masalah secara
kontekstual, (5) facilitating experts and stakeholders, yaitu pemanfaat pakar dan partisipasi
masyarakat dalam aksi perbaikan kondisi masyarakat, (6) leading to sustained action, yaitu
penguatan kapasitas personal dan lembaga masyarakat dalam mengawal program aksi secara
berkelanjutan.
Kodisi exciting masyarakat di wilayah IbW, yang bertautan dengan potensi wilayah, SDA,
SDM, dan kearifan-kearifan lokal masyarakat dijadikan starting point dalam memetakan
20
program-program pemberdayaan masyarakat, yang sudah tentu melibatkan usulan dan tuntutan
kebutuhan masyarakat dari bawah (internal) dan mensinergiskan dengan program-proram
kebijakan pemerintah daerah yang muncul dari analisis kritis Undikasha, Stikes Buleleng dan
Pemkab Bangli (eksternal) sehingga dapat dirumuskan proram-program aksi yang dapat
mengantarkan masyarakat pada kondisi expeting yang diinginkan dan disepakati bersama.
Program aksi pemberdayaan masyarakat yang menempatkan masyarakat secara aktif
berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi melalui proses
pembelajaran dan pendampingan akan dapat meningkatan intensitas partisipasi, self-belonging
, dan responsibility sehingga dapat menjamin dukungan material, finansial, dan pemikiran tepat
sasaran dalam pemberdayaan masyarakat untuk mengantarkan masyarakat hidup lebih mandiri,
aman, sejahtera, sehat dan harmonis..
3.3 Rencana Kegiatan Selama Tiga Tahun
3.3.1 Tahun I (2016)
Recana kegiatan tahun I meliputi tahap-tahap persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi. Secara lebih rinci setiap tahap kegiatan dijelaskan sebagai berikut:
Tahap Persiapan
(1) Pembentukan dan pembekalan tim pelaksana
Berdasarkan rancangan dalam proposal, tim pelaksana diundang untuk mengadakan
persiapan pelaksanaan dengan melibatkan LPM Undiksha, LPM Stikes Buleleng, Pemkab
Bangli, dinas pertanian, dinas kehutanan, dinas pendidikan, dinas pariwisata, dan dinas
kesehatan. Pada pertemuan ini tim pelaksana akan diberikan pembekalan tentang maksud,
tujuan dan rancangan mekanisme IBW dan beberapa hal teknis berkaitan dengan metode PALS,
metode observasi, pemetaan, evaluasi diri, analisis SWOT, penyusunan program berbasis
aktivitas oleh Tim dan masukan dari Pemkab Bangli, dinas pertanian, dinas kehutanan, dinas
pendidikan, dinas pariwisata, dan dinas kesehatan, perdagangan dan koperasi, camat
Kintamani, Lurah, dan kepala Dusun, tokoh masyarakat dan instansi terkait.
(2) Pembekalan partisipan
Pembekalan partisipan yang mencakup mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) dari
Undiksha dan Stikes Buleleng, LSM, dan sukarelawan dari sekehe teruna teruni, dan partisipan
dari desa-desa wilayah IBW tentang beberapa hal teknis berkaitan dengan metode PALS,
21
metode observasi, pemetaan, evaluasi diri, analisis SWOT, penyusunan program berbasis
aktivitas oleh Tim pelaksana, pemkab Bangli, dinas pariwisata, dinas pertanian, dinas
kehutanan, dinas pendidikan , dinas pariwisata, dan dinas kesehatan, dinas industri,
perdagangan dan koperasi, camat Kintamani, Lurah, dan kepala Dusun, tokoh masyarakat dan
instansi terkait.
(3) Penyusunan instrumen kegiatan
Pengembangan dan validasi dokumen-dokumen penunjang kegiatan seperti butu panduan
teknologi tepat guna, Ipteks, keterampilan life skill, lembar observasi, lembar wawancara,
pedoman evaluasi, perangkat penilaian partisipatif, perancangan logistik. Kegiatan ini
dilakukan oleh tim pelaksana dengan melibatkan partisipan di wilayah kegiatan.
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Melakukan pemetaan potensi-potensi unggul di
wilayah IBW dan pemetaan wilayah sesuai peruntukan dan kondisi fisik dan daya dukung
lingkungan dalam rangka mewujudkan kawasan wisada desa yang mandiri, (2) Melakukan self-
evaluation dan penyusunan rencana program strategis secara PALS untuk mewujudkan
wilayah IBW menjadi kawasan geowisata yang mandiri, (3) Perancangan program aksi inisiasi
IBW berdasarkan potensi-potensi unggul yang dimiliki sebagai penjabaran program-program
strategis yang dicanangkan, (4) Pelaksanaan aktivitas-aktivitas inisiasi untuk revitalisasi dan
restrukturisasi zona galian C, (5) Peningkatan sadar wisata masyarakat dalam mengembangkan
model rural-agrotourism culture yang dapat mengintegrasikan aktivitas pariwisata,
pertanian/peternakan, dan budaya lokal masyarakat guna mendiversifikasi kawasan geowisata
Kintamani, (6) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam diversifikasi produk
pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar seperti VCO, briket, lotion, sabun, nata
de coco, blondo, dan lain-lain dengan pembangunan demplot sentra pengolahan kelapa sebagai
media awal pembentukan industri kecil dan UKM berbasis kelapa bagi kelompok tani kelapa,
(7) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan aneka makanan tradisional dan
modern berbasis hasil pertanian/perkebunan, peternakan, perikanan seperti keripik pisang,
dodol pisang, sele pisang, jeruk, anggur,olahan jambu mete, ikan kering, abon ikan dan daging,
keripik ikan tawar dan daging, dan lain-lain yang dapat mendukung wisata kuliner di wilayah
IbW, (8) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan industri kerajinan kreati-inovatif untuk
menghasilkan cendramata atao produk komoditas yang dapat diserap oleh pasar pariwisata atau
oleh-oleh wisata yang mendukung pengembangan desa wisata, (9) Peningkatan kualitas edukasi
22
masyarakat untuk pemberantasan buta huruf, pendidikan keterampilan life skill melalui model
pendidikan kelas kecil (small group learning) berbasis kearifan lokal, seperti kelompok belajar
tingkat SD, kelompok belajar tingkat SMP, dan kelompok belajar life skill, dan kursus
keterampilan, dan peningkatan sadar wisata dan kapasitas wisata melalaui kursus bahasa
Inggris, ICT dan keterampilan pariwisata (tourism skill), (10) Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan managemen wirausaha, perkoperasian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat
dan revitalisasi UKM-UKM berbasis kearifan lokal, (11) Pembuatan demplot peternakan sapi,
babi dan ayam buras ramah lingkungan (zero waste) dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat, yang dapat dijadikan setrum edukasi dan komoditas wisata desa, (12) Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dalam pengolah limbah pertanian-peternakan menjadi pupuk
kompos dan sumber energi bio-gas untuk pemenuhan kebutuhan pupuk organik bagi pertanian
dan kebutuhan energi bakar alternatif untuk keperluan memasak dan industri kecil dan rumah
tangga, dan (13) Pengusulan beberapa program P2M ke DP2M dikti berupa Ipteks bagi
masyarakat di desa wilayah IBW maupun desa sekitarnya yang merupakan desa imbas dalam
wilayah kecamatan Kintamani kabupaten Bangli untuk mendukung perwujudan desa wisata
mandiri.
Tahap Monitoring, Evaluasi, Refleksi dan Sosialisasi
Monitoring, dan evaluasi pelaksanaan aktivitas-aktivitas inisiasi.
Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan aktivitas inisiasi yang dilakukan terhadap
input aktivitas berupa review rencana kegiatan, proses berupa kesesuaian mekanisme kegiatan
yang dilakukan dengan yang direncanakan termasuk penggunaan sumber daya dan alokasi
waktu serta tingkat keterlibatan partisipan dan stakeholder. Evaluasi juga dilakukan terhadap
perkembangan pencapaian indikator kinerja setiap aktivitas yang dilakukan saat berkahirnya
setiap aktivitas. Monitoring dan evaluasi partisipatif dilakukan oleh koordinator monitoring dan
evaluasi bersama anggotanya dengan melibatkan partisipan, pengurus desa sebagai penjamin
mutu.
Penyusunan laporan program IBW tahun I dilakukan akhir tahun kegiatan, sedangkan
laporan setiap program aksi disusun sesaat setelah aktivitas tersebut selesai berlangsung.
Laporan tahunan disusun dengan mengakumulasi, merangkum dan menganalisis laporan-
laporan setiap program aksi. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap pencapaian target tahun
pertama dan dibandingkan dengan target akhir program serta kondisi ideal yang diharapkan.
Kendala-kendala yang dihadapi serta cara mengatasi kendala-kendala tersebut juga dianalisis
23
dan dilaporkan. Hasil evaluasi, refleksi dan pelaporan program IBW tahun I selanjutnya
dijadikan dasar dalam perancangan program aksi IBW tahun II.
Sosialisasi hasil IBW tahun I dilakukan dalam bentuk seminar tradisional (paruman desa
pekraman) yang dipadukan dengan pekan pasar murah produk program IBW yang diikuti oleh
pelaksana program IBW, Rektor dan dosen Undiksha, Ketua dan dosen Stikes Buleleng, Bupati
Bangli, dinas terkait, dan jajarannya, camat Kintamani dan Staf, Lurah desa IBW dan staf, tokoh
masyarakat, kelompok tani-ternak-nelayan, mahasiswa KKN, dan stakeholder. Sosialisasi
proses dan hasil pelaksanaan program aksi IBW juga dilakukan melalui peliputan media masa
sebagai ajang promosi dan pencintraan publik.
Publikasi hasil kegiatan program IBW tahun pertama akan dimuat pada jurnal akademik P2M
yaitu (i) Jurnal Widya laksana LPM Udiksha, (ii) Jurnal Ngayah, dan (iii) Jurnal International.
3.3.2 Tahun II (2017)
Recana kegiatan tahun I meliputi tahap-tahap persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi. Secara lebih rinci setiap tahap kegiatan dijelaskan sebagai berikut:
Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) rapat kerja tim dan partisipan untuk koordinasi dan
perencanaan mekanisme kegiatan tahun II yang telah disusun, (2) pembekalan penyegaran
terhadap tim pelaksana, tenaga lapangan dan partisipan, (3) Penyusunan pedoman dan petunjuk
teknis pelaksana program, dan (4) Sosialisasi rencana pelaksanaan program IBW tahun II.
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Pemberdayaan, penguatan, dan pembentukan
organisasi dalam konservasi hutan dan penanganan mitigasi bencana alam untuk mencegah
terjadinya pendegradasian keindahan panorama alam dan lingkungan, beserta dampak
pengrusakan yang ditimbulkannya, (2) Penguatan usaha industri kecil berbasis kelapa yang
telah dirintis pada tahun I dengan cara (a) pendampingan produksi, (b) pendampingan
managemen usaha dan bisnis plan, (c) pendampingan pemasaran baik, lokal, antar pulau
maupun ekspor dengan menggunakan direct selling indirect selling, dan E-commerce melalui
fasilitas ICT, (3) Penguatan program rural-agrotourism culture dalam menyiapkan kawasa IbW
sebagai kawasan desa geowisata mandiri yang mendunia, (4) Penguatan kelompok-kelompok
24
usaha kecil produktif yang ada dan perintisan kelompok-kelompok usaha kecil dan menengah
(UKM) produktif dan inovatif untuk mendukung pengembangan desa mandiri di wilayah IBW
berbasis Ipteks seperti pembuatan pakan ternak, pembuatan pupuk kompos, usaha pembibitan
ternak dan pertanian, usaha pengolahan limbah pertanian dan peternakan, (5) Pemberdayaan,
penguatan, dan pembentukan koperasi simpan pinjam, koperasi usaha kecil, dan lembaga
perekonomian rakyat berlandaskan kearifan lokal untuk mendukung sirkulasi perekonomian
masyarakat, (6) Pengembangan desa mandiri dengan melanjutkan program pertanian-
peternakan dan perikanan terpadu melalui mekanisme intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian
tumpang sari, pengolahan, pengawetan, dan penyimpanan pangan dan pakan ternak, penyedian
sumber energi bio-gas, penyedian pupuk organik, dan pengaturan irigasi melalui teknologi
irigasi embung, (7) Peningkatan dan pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat melalui
pengembangan posyandu terpadu berbasis desa pekraman, dan revitalisasi kuantitas dan
kualitas jangkauan pelayanan kesehatan, pengintegrasian sistem kesehatan lingkungan hidup
berbasis adat ke dalam hukum adat serta memasukannya dalam kurikulum sebagai muatan lokal
di sekolah-sekolah wilayah IBW, (8) Pengusulan program P2M seperti penerapan Ipteks bagi
masyarakat (IBM) baik dari dana DIPA Undiksha maupun Stikes Buleleng untuk tahun III
program IBW.
Tahap Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program aksi
yang dilaksanakan pada program IBW tahun II, (2) Pelaporan, evaluasi dan refleksi program
IBW serta penyusunan program aksi IBW tahun III berdasarkan rencana dan program strategis
serta pencapaian program aksi tahun II, (3) Sosialisasi dan promosi pencapaian program IBW
melalui seminar tradisional (paruman pekraman) dan pameran produk IBW, up-load di website,
dan promosi media masa Bali Post, (4) Publikasi hasil kegiatan program IBW tahun II akan
dimuat pada jurnal akademik P2M yaitu (i) Jurnal Widya laksana LPM Udiksha, (ii) Jurnal
Ngayah, dan (iii) Jurnal International.
3.3.3 Tahun III (2018)
Recana kegiatan tahun I meliputi tahap-tahap persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi. Secara lebih rinci setiap tahap kegiatan dijelaskan sebagai berikut:
25
Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Rapat kerja tim dan partisipan untuk koordinasi dan
perencanaan mekanisme kegiatan tahun III yang telah disusun, (2) Pembekalan penyegaran
terhadap tim pelaksana, tenaga lapangan dan partisipan, (3) Penyusunan pedoman dan petunjuk
teknis pelaksana program, (4) Sosialisasi rencana pelaksanaan program IBW tahun III.
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Penguatan usaha industri kecil berbasis kelapa yang
telah dirintis pada tahun I dan tahun II dengan cara (a) peningkatan kerjasama industri dan
pemasaran, (b) pendampingan managemen usaha dan bisnis plan, (c) mendorong pemasaran
baik, lokal, antar pulau maupun ekspor dengan menggunakan direct selling/indirect selling, dan
E-commerce melalui fasilitas ICT, (2) Pengembangan kawasan geowisata, dengan produk
turunan wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner, dan agrowisata yang dapat meningkatkan
aktivitas kepariwisataan dengan didukung oleh ketahanan pangan melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi produk pertanian hortikultura, sawah, palawija, produksi ternak sekaligus
pemasyarakatan pemanfaat sumber energi bakar alternatif bio-gas hasil limbah ternak yang
telah dirintis tahun I dan II, (3) Peningkatan kemandirian masyarakat desa dalam pengelolaan
lingkungan dan kesadaran lingkungan hidup bersih, indah dan bersemi untuk mendukung
perwujudan kawasan Kintamni sebagai ibu kota kecamatan (IKK), konservasi hutan, dan
penanganan mitigasi bencana longsor, (4) Peningkatan kapasitas pengelolaan desa wisata
mandiri bagi lembaga pemerintahan/lembaga adat, kelompok masyarakat, pengurus organisasi
kepemudaan, dan tokoh masyarakat untuk menjaga sustainabilitas program aksi IBW menuju
kemandirian, (5) Pengusulan program-program P2M untuk pelaksanaan program IBW tahun
ke-III, (6) Peningkatan dan pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat serta sanitasi
lingkungan melalui program aksi pemberdayaan keluarga KK miskin, KK sejahtera dan
organisasi kemasyarakatan yang terkait menuju bina mandiri bidang pangan, kesehatan, dan
sumber energi, (7) Pengusulan program P2M seperti penerapan Ipteks bagi masyarakat (IBM)
baik dari dana DIPA Undiksha maupun Stikes Buleleng untuk tahun III program IBW.
Tahap Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program aksi
yang dilaksanakan pada program IBW tahun III, (2) Pelaporan, evaluasi dan refleksi program
IBW tahun III, serta pendampingan penyusunan program aksi lanjutan secara mandiri oleh
perangkat desa dan masyarakat, (3) Sosialisasi dan promosi pencapaian program IBW tahun III
26
melalui seminar tradisional (paruman pekraman) dan pameran produk IBW, up-load di website,
dan promosi media masa Bali Post, Radar, dan Nusra Post, (4) Publikasi hasil kegiatan program
IBW tahun III akan dimuat pada jurnal akademik P2M yaitu (i) Jurnal Widya laksana LPM
Udiksha, (ii) Jurnal LPM Ngayah, dan (iii) Jurnal International.
3.4 Kontribusi Pemerintah kabupaten Bangli
Motivasi dan kontribusi Pemkab Bangli dalam melaksanakan pemberdayaan
masyarakat di kecamatan Kintamani sangat tinggi. Pemkab Bangli sangat konsent dengan
peningkatan pendapatan asli daerah sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
Bangli dan pengurangan kemiskinan. Bupati Bangli dalam pengarahan KKN-Undiksha di
Bangli mengungkapkan bahwa Pemkab Bangli sangat membutuhkan kerjasama semua pihak
terutama Undiksha dalam turut menyukseskan program-program pengentasan buta aksara,
kemiskinan dan peningkatan PAD Bangli melalui aktivitas produksi di berbagai sektor,
utamanya di sektor pariwisata, dan pertanian/peternakan, pendidikan, kesehatan dan partisipasi
gender. Usulan IBW dan sejenisnya sangat diharapkan Pemkab Bangli dalam mengakselerasi
pencapaian pembangunan Bangli yang pada tahun 2014 ini bertema ”meningkatkan
Pembangunan Sosial Ekonomi untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran” (RKPD
Bangli, 2015). Dalam RPKD 2014 tersebut disampaikan prioritas pembangunan kabupaten
Bangli adalah: (1) Peningkatan kualitas dan kuantitas komoditi wisata sebagai daerah tujuan
wisata, (2) Penegakan hukum dan peningkatan profesionalisme aparatur, (2) Pembangunan
ekonomi daerah, (3) Peningkatan pembangunan infrastruktur dan pengelolaan lingkungan, (4)
peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan, (5) peningkatan aksesibilitas dan kualitas
pelayanan kesehatan, (6) peningkatan efektifitas penanggulangan kemiskinan, dan (7)
perbaikan iklim investasi dan ketenagakerjaan.
Jalinan kerjasama Pemkab Bangli dengan Undiksha dan Stikes Buleleng tidak saja
dalam bidang pendidikan, KKN-PPM, tetapi juga dalam bidang-bidang lain seperti kehutanan,
pemetaan potensi (GIS), kesehatan (kerjasama akademi kebidanan, Undiksha dan RSUD
Bangli), pembinan desa tertinggal, sensus, life skill dan sebagainya. Untuk itu pemberdayaan
masyarakat di kawasan kecamatan Kintamani melalui program IbW yang diusung oleh
pemerintah kabupaten Bangli, Undiksha, dan Stikes Buleleng akan dapat terlaksana sesuai
dengan rencana, apalagi didukung oleh motivasi masyarakat yang sangat berkeinginan untuk
menyelenggarakan program-program aksi IbW di wilayahnya untuk mengantarkan desa-desa
di kawasan IbW ini menjadi desa wisata berkelas Internasional.
27
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja LPM Undiksha Singaraja
Universitas Pendidikan Ganesha memiliki motivasi kuat dalam mengembangkan diri
sebagai sebuah universitas yang turut berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk
lokal baik di bidang pendidikan dan pengajaran maupun bidang non-kependidikan untuk
mampu berkontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa. Melalui berbagai hibah
kompetitif yang dimenangkan Undiksha, Universitas negeri satu-satunya di Bali utara ini, di
samping sedang memperkuat kapasitas lembaga, Undiksha juga mengembangkan berbagai
program unggulan dan rintisan seperti pengembangan komunitas (community development)
yang diharapkan mampu menghasilkan aktivitas-aktivitas yang mendatangkan revenue sendiri
(self generating revenue activities). Ditetapkannya Bali sebagai koridor percepatan ekonomi
berbasis pariwisata telah menyadarkan civitas Undiksha untuk memberi kontribusi signifikan
dalam pengembangan aktivitas kepariwisataan di Bali. Komitmen ini ditunjukkan dengan
dibukanya beberapa jurusan yang bersentuhan langsung dengan kepariwisataan dan
memenangkan hibah kompetit Dikti dalam pengembangan spectrum kepariwisataan di Bali,
termasuk di kawasn geowisata di kecamatan Kintamani kabupaten Bangli.
Berkaitan dengan usulan program IBW ini, Undiksha memiliki komitmen dan dorongan
moril yang tinggi untuk turut membantu dan mendampingi Pemerintah Kabupaten Bangli
dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dengan pengerahan potensi kepakaran yang
dimiliki, sesuai dengan karakteristik Bangli sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Bali.
Dorongan lain adalah kegiatan ini diharapkan sebagai wahana menerapkan techno-tourism
entrepreneurship dan pengabdian berbasis IPTEKS di kalangan masyarakat guna mendukung
pengembangan kawasan wisata di Bali. Kelayakan dan komitmen Undiksha dalam
mensinergikan potensi masyarakat baik dalam dunia pendidikan maupun bidang-bidang lainnya
di bawah koordinasi LPM Undiksha dan Lembaga Penelitian Undiksha cukup tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari pembentukan pusat-pusat layanan yang dapat melayani kebutuhan stakeholder
dan masyarakat terhadap penerapan ipteks, yakni (1) pusat layanan pendidikan masyarakat, (2)
pusat layanan pengembangan SDM/SDA, (3) pusat layanan KKN/KKL, (4) pusat layanan
penerapan ipteks, dan (5) pusat layanan kewirausahaan dan konsultasi bisnis.
28
Di lain pihak, kelayakan Undiksha dalam kaji-tindak terhadap pemberdayaan potensi
masyarakat terwadahi dalam pusat kajian yang ada di lembaga penelitian, yaitu: (1) pusat kajian
lingkungan hidup, (2) pusat kajian sains, (3) pusat kajian pembangunan pedesaan dan pusat
kajian pemberdayaan wanita. Semua pusat layanan dan pusat kajian dikomandani oleh dosen
yang memiliki kapabilitas akademik bergelar master, doktor, dan profesor sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Civitas akademik Undiksha yang dilibatkan baik sebagai anggota
pelaksana, nara sumber, dan partisipan seluruhnya memiliki justifikasi akademik S2, S3 dan
guru besar yang dapat mendukung pelaksanaan program IBW di wilayah kecamatan Kintamani.
Program KKN-PPM yang telah dikembangkan Undiksha juga memberikan dukungan
signifikan untuk mengakselerasi pelaksanaan program aksi IBW untuk mencapai target-target
keberhasilan program IBW yang telah ditetapkan.
Kemampuan dan pengalaman LPM Undiksha sebagai garda terdepan dalam
pengejawantahan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada
masyarakat relatif sudah cukup teruji. Beberapa program P2M LPM Undiksha dalam bentuk
penerapan ipteks yang sudah berhasil dan dirasakan manfaatnya di masyarakat diantaranya
adalah (1) Pengembangan managemen administrasi pemkab Buleleng berbasis GIS
(Geographical Information Systems), (2) Program desa wisata dan sekolah binaan, (3) program
kuliah kerja nyata pemberdayaan masyarakat (KKN-PPM), (4) program diklat ipteks
pendampingan bidang pendidikan maupun non-pendidikan, (5) program IbW Gerokgak, IbW
Kubutambahan, IbW Tejakula, IbK, IbIKK, IbM dan (5) bantuan dan bhakti sosial di daerah
bencana alam di desa Tejakula, Sukada, Busungbiu Kintamani, dan Buleleng.
4.2 Alasan Memilih PT Mitra (Stikes Buleleng)
Selanjutnya dalam program IbW ini Undiksha akan bermitra dengan Stikes Buleleng.
Stikes Buleleng adalah satu-satu universitas swasta di Bali Utara yang memiliki kepakaran di
bidang kesehatan dan kebidanan, untuk turut berkontribusi membangun kabupaten Bangli.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Buleleng memiliki motivasi kuat dalam
mengembangkan diri sebagai sebuah lembaga pendidikan yang turut berperan aktif dalam
meningkatkan daya saing di bidang kesehatan untuk mampu berkontribusi dalam meningkatkan
daya saing bangsa.
Kelayakan Stikes Buleleng dalam mendukung pelaksanaan program IBW di wilayah
kecamatan Kintamani sangat memadai, khususnya dari segi penanganan permasalahan sanitasi,
kebersihan, dan kesehatan. Kemampuan dan pengalaman LPPM STIKES sebagai garda
29
terdepan dalam pengejawantahan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni
pengabdian kepada masyarakat relatif sudah cukup teruji. Beberapa program P2M LPPM
STIKES dalam bentuk penerapan ipteks yang sudah berhasil dan dirasakan manfaatnya di
masyarakat diantaranya adalah (1) pelayanan pengobatan gratis, (2) penyuluhan HIV/AIDS,
dan (3) Penyuluhan Narkoba. Alasan lain memilih Stikes Buleleng sebgai mitra dalam program
IbW ini adalah tingginya komitmen STIKES dalam mensinergikan potensi masyarakat di
bawah koordinasi LPPM STIKES cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pembentukan pusat-
pusat layanan yang dapat melayani kebutuhan stakeholder dan masyarakat terhadap penerapan
ipteks, yakni (1) pusat layanan kesehatan, (2) pusat layanan konsultasi HIV/AIDS melalui
klinik VCT kampus, (3) pusat layanan PKL, (4) pusat layanan perpustakaan, dan (5) pusat
layanan kewirausahaan dan konsultasi bisnis.
4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan
Adapun jenis kepakaran yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program-
program aksi yang telah dicanangkan guna mewujudkan IbW Kawasan Galian C di desa
Songan A dan Songan B di Kecamatan Kintamani, tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis kepakaran IbW Kawasan Geowisata Kec. Kintamani No Nama Jenis Kepakaran
1. dr. Made Budiawan,S.Ked Ahli kesehatan dan sanitasi lingkungan
2. Gede Parma, S.Par., M.Par Ahli bahasa Inggris dan pariwisata.
3. Drs. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si Ahli pendidikan/ pemberdayaan masyarakat
4. Dr. I Nyoman Tika, M.Si Ahli pendidikan sains dan produk kreanova
5. Prof Dr. Lasmawan, MPd Pakar konflik sosial, adat, dan kepemudaan.
6. Dra. Ni Wayan Sukerti, M.P Ahli pengolahan produk hasil tani dan kebun
7. Dr.Gede Rasben, ST, MT Ahli ICT dan Marketing
8. Ir. Putu Suardika, MP Ahli Pertanian dan Peternakan
9. I Made Sundayana, S. Kep, M.Kes Ahli Keperwatan dan Kebidanan
10. Dr. I Wayan Mudana, MPd Ahli sejarah dan Budaya
4.4 Struktur Organisasi IbW
Struktur Organisasi IbW Kawasan Galian C desa Songan A dan Songan B di Kec.
Kintamani dalam bentuk diagram, tersaji pada gambar 3.
30
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Program IBW di kawasa Galian C Kintamani
Susunan organisasi pelaksana program IBW di kawasan kecamatan Kintamani kabupaten
Bangli Provinsi Bali, melibatkan semua elemen structural Undiksha, Stikes Buleleng, dan
Pemerintah kabupaten Bangli, Ketua LPM Undiksha, LPPM Stikes Buleleng, Setda/Bappeda
Pemkab. Bangli, Pejabat di tingkat kecamatan dan desa, tim pelaksana inti IbW Kintamani, dan
dosen/mahasiswa Undiksha dan Stikes Buleleng, sukarelawan dan elemen masyarakat. Struktur
Organisasi IbW dikawasan galian C kecamatan Kintamani dalam bentuk diagram, seperti
ditunjukkan pada gambar 4. Deskripsi tugas dan kewajiban tim pelaksana dapat diuraikan
sebagai berikut.
Tabel 1. Tugas dan Kewajiban tim Pelaksana Kegiatan
Struktur Jabatan Tugas dan Kewajiban
Pelindung Memberikan perlindungan kebijakan, hukum dan dukungan moril
terhadap keseluruhan kegiatan program IBW
Pengarah Memberikan arahan-arahan baik berupa kebijakan, konseptual,
petunjuk teknis terhada keseluruhan kegiatan program IBW
Penanggung Jawab Bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan program IBW
baik dari segi substansi akademik, keberterimaan dan
kebermanfaatnya bagi masyarakat
Ketua Pelaksana Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, dan melaporkan
serta mempertanggungjawabkan segala kegiatan dibantu oleh
sekretaris, bendahara, dan koordinator-koordinator yang terkait.
Sekretaris Melaksanakan segala kegiatan yang berkeitan dengan kesekretariatan
dan administrasi serta logistik untuk semua kegiatan.
Bendahara Melaksanakan segala kegiatan berkaitan dengan keuangan dan
pelaporan keuangan
Koordinator Studi Pemetaan
Potensi dan Pengembangan
Rencana Strategis
Merancang, melaksanakan dan melaporkan segala kegiatan studi
pemetaan potensi masyarakat dan potensi wilayah, dan in-depth
DESA ADMINISTRASI/ADAT
Ketua STIKES Buleleng
REKTOR UNDIKSHA
BUPATI PEMKAB BANGLI
KETUA LPM STIKES Buleleng
KETUA LPM UNDIKSHA
SETDA/BAPPEDA PEMKAB BANGLI
KETUA PELAKSANA PROGRAM IBW
SEKRETARIS
BENDAHARA KOORDINATOR –KOORDINATOR
PROGRAM AKSI
KECAMATAN
DOSEN & MAHASISWA UNDIKSHA & STIKES BULELENG SUKARELAWAN, PARTISIPAN,
KLP MASYARAKAT
31
analisis SWOT dan pengembangan rencana strategis desa mandiri
berdasarkan hasil kajian.
Koordinator Pengembangan
rural-agrotourism culture di
kawasan geowisata Kintamani
dan program penerapan IPTEKS
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan
pengembangan rural-agrotourism culture dan kegiatan penerapan
ipteks dalam cakupan program IBW.
Koordinator Pembinaan Industri
Kecil, Kewirausahaan,
Perkoperasian, dan
pemberdayaan lemabaga
ekonomi masyarakat
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala
kegiatan pembinaan industri kecil, kewirausahaan, perkoperasian dan
pemberdayan lembaga eknomi masyarakat.
Koordinator Pengembangan
program pertanian-peternakan
terpadu, industri pengolahan hasil
pertanian, peternakan dan
perikanan
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala
kegiatan pengembangan program pertanian-peternakan terpadu,
industri pengolahan limbah.
Koordinator Penanganan lahan
kering, lingkungan hidup,
kehutanan, dan pengolahan
limbah sampah dan ternak
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala
kegiatan penanganan lahan kering, lingkungan hidup, kehutanan, dan
pengolahan limbah sampah dan ternak.
Koordinator Pengembangan
pendidikan kelompok belajar
kelas kecil, life skill, dan
keterampilan
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala
kegiatan pengembangan pendidikan kelompok belajar kelas kecil,
life skill, dan kursus keterampilan.
Koordinator pembinaan adat-
istiadat, keagamaan, generasi
muda, lembaga sosial
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala
kegiatan pembinaan adat-istiadat, keagamaan, generasi muda,
lembaga sosial.
Koordinator Pembinaan
kesehatan, sanitasi lingkungan,
dan keindahan kota
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan dan melaporkan
segala kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kesehatan, sanitasi
lingkungan, dan keindahan kota.
Koordinator pembinan
budidaya perikanan air tawar
dan managemen pemasaran
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan dan melaporkan
segala kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan budi daya
perikanan air tawar dan managemen pemasaran
Koordinator Monitoring dan
Evaluasi
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala
kegiatan berkaitan dengan monitoring dan evaluasi secara
partisipatif.
Pelaksana Lapangan Melaksanakan pengambilan data studi pemetaan dan aktivitas
lapangan lainnya
Partisipan Berpartisipasi aktif sesuai dengan tingkatan partisipasi yang
diperlukan dalam perancangan, pelaksanaan, monitoring/evaluasi
program IBW
32
BAB V
HASIL AKHIR KEGIATAN IbW TAHUN-2 (2017)
5.1. Hasil Kegiatan IbW Tahun-2 (2017)
5.1.1 Sosialisasi dan kordinasi.
Kegiatan IbW tahun-2 (2017) di kawasan galian C di desa Songan A dan desa Songan B
kecamatan Kintamani-Bangli Provinsi Bali, diawali dengan sosialisasi secara vertikal dengan
menghaturkan upacara permohonan ijin/permakluman (piuning) kehadapan Tuhan Yang Maha
Esa yang berstana di Pura Desa masing-masing, dan Pura Ulun Danu di desa Songan A dan
desa Songan B. Selanjutnya, sosialisasi juga dilakukan secara horizontal dengan masyarakat
yang menghadirkan aparat pemerintah di tingkat kecamatan, desa, adat, tokoh masyarakat dan
ketua kelompok produktif-ekonomis masyarakat di kawasan galian C di desa Songan A dan
desa Songan B. Dari hasil kordinasi dengan mitra, yakni pokdarwis, Ibu PKK, dan poktan, maka
kegiatan IbW tahun 2 difokuskan pada (1) pengkapasitasan pokdarwis BTCB( Bali Trecking
Caldera Batur) dan pengadaan infrastruktur wisata, (2) pendampingan kelompok poktan dalam
pertanian multikultur dan budi daya ikan tawar, (3) pengkapasitasan kelompok ibu PPK dalam
usaha rumah tangga dalam produksi keripik ikan mujair, dan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat luas di desa Songan A dan Songan B.
Gambar 5.1. Sosialisasi Program IbW ke Pemkab. Bangli, perangkat Desa, dan Adat
33
5.1.2. Program Aktivitas IbW di desa Songan A dan desa Songan B Tahun-2(2017)
(A) Pengembangan Demplot Perikanan di tepian Danau Batur
Potensi air yang melimpah dari danau batur, telah mendorong masyarakat desa Songan A
dan desa Songan B mengembang budi daya ternak ikan air tawar, baik yang dikembangkan
melalui sistem keramba di danau, maupun sistem tambak di darat. Di pinggiran danau Batur,
berjajar dan berderet keramba-keramba untuk membudidayakan ikan. Keramba Jaring Apung
(KJA) ini memuat ribuan ikan nila. Di perairan bebas danau Batur, mujair juga berlimpah.
Eksploitasi budi daya ikan tawar dengan sistem keramba secara progresif, telah membatasi
akses budi daya ikan masyarakat yang tidak memiliki akses lahan di tepian danau. Dalam
program IbW ini, dilakukan pengembangan demplot perikanan dengan sistem tambak di darat
dengan memanfaatkan beberapa kubangan lahan sisa galian C, tentu sumber air didatangkan
dari danau Batur berbantuan mesin pompa air. Dalam program IbW ini dihibahkan 1(satu) unit
pompa air, ukuran skala kecil, seharga Rp 6.000.000,- untuk mengangkat air danau Batur untuk
pengairan tanaman bawang merah, dan kolam budi daya ikan mujair.
Gambar 5.2. Mesin pompa yang dihibahkan ke mitra IbW
34
(B). Pengkapasitasan Aktivitas Geotourism di desa Songan A dan Songan B.
Potensi keindahan alam kaldera gunung Batur yang menghampar di kawasan Songan A
dan Songan B, dengan diversifikasi vegetasi hutannya, dan pesona danau batur merupakan daya
tarik wisata adalah aset desa Songan A dan Songan B yang dapat mendatangkan generate
revenue bagi masyarakat Songan. Pengelolaan wisata yang tradisional, penataan kawasan, dan
managemen pemasaran yang konvensional belum mampu meningkatkan taraf pendapatan
warga, apalagi dengan kompetensi bahasa asing, ICT dan literasi wisata yang rendah. Maka
dari itu, dalam program IbW kawasan galian C di desa Songan A dan desa songan B kecamatan
Kintamani-Bangli provinsi Bali dilakukan edukasi dan penatan secara bertahap terhadap SDM
dan keasrian objek geotourism, yakni : (1) pengadaan perahu (bantuan pemkab. Bangli) dan
mesin bout/tempel (hibah dari IbW tahun-2) seharga Rp 25.000.000, yang digunakan untuk
pengangkutan wisatawan menyeberangi danau Batur, (2) Pelatihan English for Guiding untuk
program geotourism bagi praktisi wisata di desa Songan A dan desa Songan B, (3) Pelatihan
ICT untuk pordarwis dan teruna teruni dalam upaya mengkapasitasi praktisi wisata untuk akses
informasi, publikasi, dan pemasaran, (4) diversifikasi produk wisata berupa cycling
adventuring, dan (5) pelembagaan pokdarwis BTCB yang berkaitan dengan labeling
pokdarwis, perkantoran pokdarwis, dan ijin legalitas pokdarwis melalui notaris.
35
Gambar 5.4. Pengkapasitasan Masyarakat dalam Penguasaan Kompetensi Wisata
(C) Pengembangan Sentra Pertanian Bawang merah, tomat, dan Cabe
Komoditas pertanian yang sangat populer di desa Songan A dan desa Songan B adalah
bawang merah, cabe lokal dan cabe lombok, tomat, sayuran kubis, sawi, kentang, dan wortel.
Secara konvensional, masyarakat tani terbiasa bertani secara mono-kultur, jadi selama durasi
waktu terntentu hanya menanam bawang merah saja, atau cabe saja, sehingga saat panen raya,
sering harga produk tani anjlok, karena persaingan harga yang saling menjatuhkan. Atas dasar
itu, program IbW berusaha membimbing masyarakat tani untuk bertani hortikultural secara
multi-kultur dengan sistem tumpang sari, sehingga ketersediaan produk tani yang
terdiversifikasi diharapkan dapat menekan fluktuasi harga pasar ekstrim saat panen raya.
36
Gambar 5.6. Sentra Pertanian Bawang Merah
(D) Usaha Rumah Tangga: Produksi Keripik Ikan Mujair
Kegiatan IbW tahun-2 (2017) juga mengedukasi mitra kelompok Ibu-ibu PKK di desa
Songan A dan Songan B dalam mengembangkan wirausaha dalam bidang kuliner keripik ikan
mujair. Ketersediaan bahan baku ikan mujair di kawasan desa Songan cukup melimpah. Di
samping dikonsumsi dan dijual dalam bentuk olahan masakan ikan mujair yang sudah jadi ciri
khas kuliner mujair, kelompok Ibu PKK menginginkan untuk dilatih cara menversifikasi olahan
ikan mujair, seperti keripik mujair. Hal ini penting dilakukan, karena keripik mujair dipandang
komoditas kuliner untuk oleh-oleh pramuwisata yang berkunjung ke kawasan wisata desa
Songan. Melalui program IbW, kelompok Ibu-ibu PPK dibantu peralatan masak, masing-
masing 2 unit, seperti kompor gas, tabung gas elpiji, panci, baskom, wajan, package press, dan
spinner. Aktivitas kegiatan pelatihan pembuatan produk keripik seperti terdokumentasi dalam
gambar 5.7.
37
Gambar 5.7 Bantuan Peralatan dan Pelatihan Produksi Keripik Ikan Mujair
(E) Pelayanan Kesehatan Masyarakat desa Songan A dan Songan B
Persoalan kesehatan nampaknya merupakan permasalahan yang cukup serius dihadapi oleh
komunitas penduduk di desa Songan A dan desa Songan B. Sanitasi lingkungan yang jelek
akibat rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah sembarangan, kebiasaan
MCK di pinggir danau/selokan, intensitas debu akibat lalu-lalang mobil berat pengangkut
eksplorasi galian C yang sangat masif, dan pola hidup kurang bersih menyebabkan masyarakat
sangat mudah diserang berbagai macam penyakit, seperti diare, penyakit kulit, pernapasan,
batuk, disentri, dan penyakit lainnya. Jarak Puskermas Pembantu (Pustu) yang relatif cukup
jauh dan secara geografis sulit diakses, maka pelayanan dan penanganan kesehatan masyarakat
sering terabaikan. Berangkat dari permasalahan aktual ini, tim IbW Undiksha dan STIKES
Buleleng memprogramkan kegiatan penyuluhan dan pelayanan kesehatan gratis bagi masyakat
38
di desa Songan A dan desa Songan B yang dilakukan pada bulan 18 Agustus dan 15 September
2017.
Gambar 5.7. Pelayanan Kesehatan di desa Songan A dan desa Songan B dari PT Mitra
Stikes Buleleng
39
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. RPJM Desa Songan A. Kec. Kintamani. Kabupaten Bangli
Anonim. 2012. RPJM Desa Songan B. Kec. Kintamani. Kabupaten Bangli
Anonim. 2012. Bangli Dalam Angka. Pemkab. Bangli: Bali
Anonin. 2010. Profil Kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli:Bali
BPS, 1998. Crisis Poverty and Human Development in Indonesia. BPS. UNDP, Jakarta
Emil Salim. 1980. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan . Jakarta
Yayasan Idayu.
Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim Dyah R. Panuju. 2009. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Crestpen Press dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Irawan, P.B. dan Romdiati. H, 2000. The Impact of Economic Crisis on Povertyand its
Implication for Development Strategies, Paper Presented at National Workshop on Food
and Nutrition VII. LIPI, 29 Febuari – 2 Maret 2000, Jakarta
Kartasasmita, Ginandjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi;
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu
Administrasi Pemangunan Universitas Brawijaya; Malang. 1995.
Michael Sherraden. 2006. Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan
Kemiskinan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Michal Sznader, Lucyna Przezborska. 2004. Identification of Rural and Agri-Tourism products
and services. Rocz. AR Pozn. CCCLIX, Ekon. 3: 165-177.
Millind B Bhujbal. 2012. Agro-tourism A Specialized Rural Tourism: Innovative Product of
Rural Market. International Journal of Bussiness & Management Tomorrow. Vol. 2
No:1
Olivier Serrat. 2008. The Sustainable Livelihoods Approach. Asean Development Bank
Sumodiningrat, Gunawan,, 1999, Pemberdayaan Masyarakat dan JPS, PT Gramedia,Jakarta
Supriatna, Tjahya, 2000, Strategi Pembangunan Dan Kemiskinan, Rineka Cipta, Jakarta
40
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
Lampiran 2. Foto Dokumentasi Kegiatan IbW Songan Tahun-2 (2017)
2
3
4