Laporan akhir praktikum paleontologi

17
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN FORMASI SAMBIPITU ATAS BERDASARKAN FOSIL JEJAK LABORATORIUM PALEONTOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL 2014

Transcript of Laporan akhir praktikum paleontologi

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PALEONTOLOGI

ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN FORMASI SAMBIPITU ATAS

BERDASARKAN FOSIL JEJAK

LABORATORIUM PALEONTOLOGI

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

2014

KATA PENGANTAR

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 LOKASI PENELITIAN

I.1.1 KESAMPAIAN LOKASI

Lokasi pengamatan terletak di Kali Ngalang, Nglipar , Gunung Kidul tepatnya

disebelah timur kota Yogyakarta. Lokasi ini dapat dijangkau dengan

menggunakan sepeda motor kurang lebih 40 menit dari Kota Yogyakarta

a. Lokasi Penelitian I (stop site I)

Kali Ngalang I, Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya

di sebelah bawah jembatan Kali Ngalang.

b. Lokasi Penelitian II (stop site II)

Kali Ngalang II, Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

tepatnya di sebelah utara stop site I.

I.1.2 FORMASI LOKASI PENELITIAN

Lokasi pengamatan terletak pada Formasi Sambipitu.Lokasi tipe formasi ini

terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-Patuk-Wonosari kilometer

27,8.Secara lateral, penyebaran formasi ini sejajar di sebelah selatan Formasi

Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung, namun menyempit dan

kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan Formasi Sambipitu ini

mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari

batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang

berselang-seling dengan serpih, batulanau dan batulempung.Pada bagian bawah

kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat.Namun di bagian atasnya,

terutama batupasir, mengandung bahan karbonat.Formasi Sambipitu mempunyai

kedudukan menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran.

Fosil yang ditemukan pada formasi ini diantaranya Lepidocyclina

verbeekiNEWTON dan HOLLAND, Lepidocyclina ferreroi PROVALE,

Lepidocyclina sumatrensis BRADY, Cycloclypeus comunis MARTIN,

Miogypsina polymorphaRUTTEN dan Miogypsina thecideaeformis RUTTEN

yang menunjukkan umur Miosen Tengah (Bothe, 1929). Namun Suyoto dan

Santoso (1986, dalam Bronto dan Hartono, 2001) menentukan umur formasi ini

mulai akhir Miosen Bawah sampai awal Miosen Tengah.Kandungan fosil

bentoniknya menunjukkan adanya percampuran antara endapan lingkungan laut

dangkal dan laut dalam.Dengan hanya tersusun oleh batupasir tuf serta

meningkatnya kandungan karbonat di dalam Formasi Sambipitu ini diperkirakan

sebagai fase penurunan dari kegiatan gunungapi di Pegunungan Selatan pada

waktu itu (Bronto dan Hartono, 2001).

I.1.3. GEOMORFOLOGI

Morfologi daerah penelitian menunjukkan perbukitan dengan sungai berstadia

dewasa.Pada lokasi pengamatan I dan II berada pada daerah sungai.

I.1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari dua penelitian yakni di lokasi I (Kali Ngalang) dan penelitian

di lokasi II (Kali Ngalang) adalah untuk memperkenalkan atau untuk memahami

kenampakan fosil-fosil jejak di daerah pengamatan dengan melihat dan

mendeskripsi secara langsung fosil jejak yang ada pada perlapisan batuan dan

lebih mengenal jenis dari organisme yang telah lama membatu (menjadi fosil).

Tujuan dari penelitian ini adalah praktikan mampu menganalisa

lingkungan pengendapan berdasarkan fosil jejak.

Selain itu, tujuan lain mempelajari fosil adalah :

a. Untuk mempelajari perkembangan kehidupan yang pernah ada di muka

bumi sepanjang sejarah bumi.

b. Mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman saat fosil tersebut

hidup.

c. Menentukan umur relatif batuan yang terdapat di alam didasarkan atas

kandungan fosilnya

d. Untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan didasarkan atas

sifat dan ekologi kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut.

e. Untuk korelasi antar batuan-batuan yang terdapat di alam (biostratigrafi)

yaitu dengan dasar kandungan fosil yang sejenis atau seumur.

BAB 2

DASAR TEORI

PENGERTIAN DAN JENIS JENIS FOSIL

Fosil adalah bukti-bukti yang didapatkan dari kehidupan pra- sejarah. Batasan

masa pra-sejarah lebih dari enam juta tahun yang lalu. Menurut definisi tersebut,

maka yangdimaksud dengan fosil adalah meliputi segala macam bukti, baik yang

bersifat langsung maupun tak langsung. Contoh bukti langsung dari kehidupan

prasejarah adalah tulang dinosaurus, sedangkan bukti tak langsung adalah jejak

tapak kaki bewail yang terawetkandalam lumpur, dan koprolit (material faeces).

Jenis Fosil:

1. Organisme itu sendiri

Tipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang terawetkan/tersimpan.

Dapat beruba tulangnya, daun-nya, cangkangnya, dan hampir semua yang

tersimpan ini adalah bagian dari tubuhnya yang keras´. Dapat juga berupa

binatangnya yang secara lengkap(utuh) tersipan. Misalnya fosil Mammoth

yang terawetkan karena es, ataupun serangga yangterjebak dalam amber

(getah tumbuhan).Petrified wood atau fosil kayu dan juga mammoths yang

terbekukan, and jugamungkin anda pernah lihat dalam filem berupa binatang

serangga yang tersimpan dalamamber atau getah tumbuhan. Semua ini biasa

saja berupa asli binatang yang tersimpan.

2. Sisa-sisa aktifitasnya

Secara mudah pembentukan fosil ini dapat melalui beberapa jalan, antara lain

seperti yang terlihat dibawah ini. Fosil sisa aktifitasnya sering juga disebut

dengan Trace Fossil (fosil jejak), karena yang terlihat hanyalah sisa-sisa

aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosilitu bukan bagian dari tubuh binatang

atau tumbuhan itu sendiri.Penyimpanan atau pengawetan fosil cangkang ini

dapat berupa cetakan. Namuncetakan tersebut dapat pula berupa cetakan

bagian dalam (Internal mold) dicirikan bentuk permukaan yang halus, atau

External mold dengan ciri permukaan yang kasar. Keduanya bukan

binatangnya yang tersiman, tetapi hanyalah cetakan dari binatang atau

organisme itu.

ICHNOFOSSIL / TRACE FOSSIL

Ichnofossil atau trace fossil didefinisikan sebagai : Suatu struktur sedimen berupa

track, trail, burrow, tube, boring atau tunnel yang terawetkan (terfosilisasi)

sebagai hasil dari aktifitas kehidupan (selain tumbuh) hewan. Ichnofosil dapat

digunakan sebagai indikator paleontologi dalam sedimentologi dan stratigrafi

untuk membantu indentifikasi dan interpretasi suatu permukaan diskontinuitas

proses pengendapan, karena dapat mengindikasikan lingkungan asal saat jejak

tersebut terbentuk serta tidak mungkin hadir dalam kondisi reworked. Sedangkan

ilmu yang mempelajari ichnofossil disebut ichnology.

Struktur sedimen ini seringkali terawetkan sehingga membentuk tinggian atau

rendahan (a raised or depressed form) pada batuan sedimen.

Tanda/jejak hasil aktifitas atau kebiasaan organisma sebagai trace fossil atau

ichofossil dikenali berupa : tracks, trail, burrow, tube, boring atau tunnel.

a) Track = struktur fosil jejak berupa bekas atau jejak yang tercetak pada

material lunak, terbentuk oleh kaki burung, reptil, mamalia atau hewan

lainnya. Istilah lain untuk track adalah footprint.

b) Trail = struktur fosil jejak berupa jejak atau tanda lintasan satu atau

beberapa hewan yang berbentuk tanda seretan menerus yang ditinggalkan

organisma pada saat bergerak di atas permukaan.

c) Burrow = struktur fosil jejak berupa liang di dalam tanah, biasanya untuk

bersembunyi

d) Tube = struktur fosil jejak berupa pipa

e) Borring = struktur fosil jejak berupa (lubang) pemboran, umumnya

berarah vertikal.

f) Tunnel = struktur fosil jejak berupa terowongan sebagai hasil galian

PRINSIP PRINSIP ICHNOLOGI

SAME SPECIES DIFFERENT STRUCTURES

Spesies yg sama dapat menghasilkan struktur yang berbeda tergantung

dari pola-pola tingkah laku (behaviour) yang berbeda.

SAME BURROW DIFFERENT SUBSTRATES

Galian yang sama kemungkinan terawetkan secara berbeda pada substrat

yang berbeda tergantung dari rata-rata ukuran butir, stabilitas sedimen,

kandungan air, dan kondisi kimia dari sedimen.

DIFFERENT TRACEMAKERS IDENTICAL STRUCTURES

Terminology of trace fossil preservation depending on the relationship to

sediment horizons (after Benton & Harper, 1997)

KLASIFIKASI TRACE FOSSIL

Klasifikasi dalam fosil jejak dapat didasrkan pada 4 hal yaitu, takson

1. Klasifikasi Taksonomi

Klasifikasi taksonomi fosil jejak sejajar dengan klasifikasi organisme di bawah

international code of zoological nomenclature. Dalam jejak fosil tata-nama

binomial bahasa latin digunakan, seperti pada hewan dan tumbuhan taksonomi

dengan julukan genus dan spesies. Ketika berbicara tentang fosil genus disebut

ichnogenus dan spesies adalah ichnospesies. Ichno prefix yang berasal dari bahasa

yunani yang berarti “jejak”. Nama ini juga dicetak miring dan referensi lengkap

penulis ditambah tahun publikasi harus dikutip “ichnogenus” dan “ichnospecies”

yang biasanya disingkat sebagai “igen” dan ”isp”

2. Model pengawetan

Beberpa peneliti telah memberikan berbagai usulan mengenai kategori

dan pengertian dari aspek-aspek model pengawetan. Salah satunya adalah

Seilacher (1964 ) membedakan bentukan-bentukan fosil-fosil jejak berdasarkan

posisi stratum. Dalam klasifikasi ini dihasilkan kelompok-kelompok full relief,

semirelief danhyporelief.

3. pola hidup / klasifikasi ethologi

Sejak diketemukan hubungan antara fosil jejak dengan perilaku organism, maka

salah satu tujuan mempelajari fosil jejak adalah mengenali perilaku dari organism

yang sudah mati. Perilaku-perilaku tersebut dapat tercermin pada struktur sedimen

dandapat dibedakan dalam beberapa jenis perilaku. Seilacher mengelompokan

jenis-jenis perilaku menjadi :

Domichnia, merupakan jejak-jejak tempat tinggal dari suatu

organism.

Repichnia, merupakan jejak yang dibentuk oleh pergerakan

organismtermasuk berlari, merayap, berjalan. Bentuk dapat

memotong perlapisan, sejajar, berkelok atau berpola tidak

beraturan.

Cubichnia, merupakan jejak yang dibentuk pada saat organism

istirahat selama beberapa waktu. Contok bintang laut, tetapi

mungkin juga bukti tempat persembunyian mangsa atau bahkan

posisi penyergapan mangsa

Fodinichnia, jejak yang terbentuk pada infaunal deposit feeders.

Merupakan kombinasi tempat tinggal sementara dengan pencarian

makanan.

Pascichnia, jejak yang terbentuk dari kombinasi antara mencari

makan dan berpindah tempat.

Fugichnia, merupakan jejak yang terbentuk dari aktivitas

melepaskan diri darikejaran organism pemangsa.

Agrichnia, jejak yang berbentuk tidak teratur, belum dapat

ditentukan jenis aktivitasnya

4. Lingkungan Masa Lampau atau Pengendapan

Kegunaan utama dari studi fosil jejak adalah sebagai penentu lingkungan masa

lampau. Seilacher (1967) memperkenalkan konsep Ichnofasies yaitu hubungan

antara lingkungan pengendapan dengan kemunculan fosil-fosil atau kumpulan

dari ichnofossil yang mencirikan lingkungan tertentu. penggolongan ichnofosil

melalui ichnofasiesnya, suatu lingkungan pengendapan dapat ditemukan dengan

secara mendetail melalui dari lapisan batuan mana fosil tersebut ditemukan.

Konsep ini kemudian lebih dikembangkan lagi oleh Pemberton, dkk (1984)

Berdasarkan lingkungannya,

Fosil jejak dikelompokkan ke dalam lima Ichnofasies. Kelima fasies tersebut

pembentukannya bukan hanya dikontrol oleh batimetri dan salinitas saja, namun

juga dikontrol oleh bentuk permukaan dan jenis lapisan batuannya. Pada

umumnya Ichnofasies terbentuk pada substrat yang lunak, namun ada beberapa

yang terbentuk pada substrat yang keras. Kelima fasies tersebut adalah :

1. Scoyenia Ichnofasies,

terbentuk pada lingkungan darat ataupun air tawar. Beberapa genus yang

masuk dalam fasies ini antara lain :Scoyenia, Planolites, Isopdhichnus

dan beberapa yang lainnya.

2. Skolithos Ichnofasies,

terbentuk pada daerah intertidal dengan substrat berupa pasir dengan

fluktuasi air tinggi. Lingkungan khas dari skolithos adalah garis pantai

berpasir, tapi mungkin ke arah laut dalam dan dangkal. Didominasi oleh

fosil jejak jenis vertical/liang vertical, dan berbentuk U dengan sedikit

bentuk horizontal. oraganisme dalam lingkungan ini membangun liang

yang dalam untuk melindungi diri terhadap pengeringan atau suhu yang

tidak menguntungkan dan perubahan salinitas pasa saat air surut, sebagai

sarana untuk ,melarikan diri dari pergeseran permukaan. Beberapa genus

yang masuk kelompok ini antara lain : Skolthos, Diplocraterion,

Thallasinoides danOphiomorpha.

3. Cruziana Ichnofasies,

terbentuk pada laut dangkal dengan permukaan air laut surut dan lebih

dalam dari skolithos ichofesies. Sangat dipengaruhi oleh gelombang.

Hampir semua bentuk baik vertical maupun horizontal dapat terbentuk.

Beberapa genus yang termasuk kelompok ini antara lain :Rusophycus,

Cruziana dan Rhizocorallium

4. Zoophycos Ichnofasies,

terbentuk pada lingkungan laut bathyal, tidak dipengaruh oleh pengaruh

gelombang. Terdapat di lingkungan air tenang dengan kadar oksigen cukup

rendah dan dasar berlumpur tetapi dapat terjadi di substrat lain. Hal ini

ditandai dari jejak yang sederhana hingga kompleks. Biasanya didominasi

oleh jenis horizontal. Genus yang masuk dalam fasies ini antara lain :

Zoophycos.

5. Nereites Ichnofasies,

terbentuk pada lingkungan laut abyssal. Biasanya terbentuk padas ubstrat

lempung daripada distal turbidity beds. Tingkat keragaman jumlah jejaknya

tinggi, tapi kelimpahan jejak individunya rendah. Genus yang masuk dalam

kelompok ini antara lain : Nereites dan Scalarituba.

6. Psilonichnus Ichnofasies

Jenis ichnofasies yang terbentuk di daerah non marine dan di daerah yang

sangat dangkal. Jejak ini sering ditandai dengan dengan jejak yang

berbentuk Y atau U, berporos vertical dengan terowongan horizontal.

Contohnya trek dan jejak serangga, reptile, mamalia, dan burung

BAB 3

PEMBAHASAN

III.1 Fosil Jejak Daerah Penelitian

Keterdapatan fosil jejak di lokasi penelitian boleh dikata sangat banyak

sekali. Akan tetapi karena kondisi singkapan tergenang air akibat arus yang cukup

deras,mengakibatkan hanya beberapa fossil yang dapat di amati.

III.1.1 Fosil Jejak Lokasi Penelitian I

Secara umum keterdapatan fosil jejak di daerah ini, baik kualitas maupun

kuantitasnya cukup representatif untuk dianalisis dalam menentukan

lingkungan pengendapan purba. Fosil jejak ditemukan hampir di setiap

lapisan batuan yang sebagian besar sejajar perlapisan dan berelief semi relief

dengan kenampakan negative dan positif epirelief. Fosil jejak dengan

kedudukan full relief jarang dijumpai. Berdasarkan klasifikasi ethologi atau

tingkah laku, fosil jejak di daerah penelitian terdiri dari grazing traces

(Pascichnia) dan crawling traces (Repichnia)

Lokasi pengamatan 1

a. Stopsite 1

Lokasi pengamatan : kali ngalang / gendang sari

Jam : 10.15

Cuaca : cerah

Vegetasi : pohon jati

Model Pengawetan :

-seilacher : semi relief

-martinsson : epichnia

Pola Hidup : repichnia

Taksonomi :

B.stopsite 2

Lokasi pengamatan : kali ngalang

Jam : 11.25

Cuaca : cerah

Vegetasi : pohon jati

Model Pengawetan :

Seilacher : full relief

Martinsson : exichnia

Pola Hidup : Domichnia

Taksonomi :

Lokasi pengamatan 2

A. stopsite 1

Lokasi pengamatan : kali ngalang

Jam : 13.10

Cuaca : mendung

Vegetasi : pohon jati

Model Pengawetan :

Seilcher : semi relief

Martinsson : epichnia

Pola Hidup : repichnia

Taksonomi :

B. stopsite 2

Lokasi pengamatan : kali ngalang

Jam : 13.30

Cuaca : mendung

Vegetasi : pohon jati

Model pengawetan

Seilacher : semi relief

Martinsson : epichnia

Pola hidup : domicnia

Taksonomi :