LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN ......LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN...
Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN ......LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN...
-
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015
EVALUASI TERHADAP KESINAMBUNGAN
ANTARA MATAKULIAH PADA KURIKULUM
JURUSAN ARSITEKTUR,
FAKULTAS TEKNIK UNUD
Tim Peneliti
1.. Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP (Ketua)
2. Ir. I Made Suarya, MT
3. Dr. Ir. Widiastuti, MT.
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
-
2
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN
HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015
Judul Penelitian : Evaluasi Terhadap Kesinambungan Antara Matakuliah pada
Kurikulum Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Unud
Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi,MSP
b. NIDN / NIP : 0006055703 / 19570506 198403 1 001
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Nomor HP / email : 0816 4703 831 / [email protected]
Anggota Peneliti (1) : a. Nama Lengkap : Ir. I Made Suarya, MT
b. NIDN / NIP : 0015105602 / 19561015 199103 2 003
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Nomor HP / email : 081 55766912/ [email protected]
Anggota Peneliti (2) : a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Widistuti, MT
b. NIDN / NIP : 0015105602 / 19630825
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Nomor HP / email : 081 23651246/ [email protected]
Biaya Penelitian : - diusulkan ke Jurusan Rp. 10.000.000,- - dana institusi lain Rp. -
- inkind sebutkan -
Bukit Jimbaran, 11 September 2015
Menyetujui,
Ketua Jurusan Arsitektur
FT-UNUD
Ketua Tim Peneliti
Ir. I Made Suarya, MT
NIP. 19561015 198601 1 001
Dr.Ir. Syamsul Alam Paturusi,MSP
NIP. 19570506 198403 1 001
-
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
RINGKASAN ................................................................................................................. 4
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................ 9
2.1. Perencanaan dan Implementasi Kurikulum .............................................................. 9
2.2. Sosialisasi Rencana Implementasi ............................................................................ 11
2.3. Teori Perubahan ....................................................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................... 24
3.1. Rancangan Penelitian ............................................................................................... 24
3.2. Lokasi Penelitian ...................................................................................................... 24
3.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................................................. 24
3.4. Teknik Sampling ...................................................................................................... 25
3.5. Teknik Pendataan ..................................................................................................... 25
3.6. Instrumen Penelitian................................................................................................. 25
3.7. Teknik Analisis Data ................................................................................................ 26
BAB IV HASIL DAN BAHASAN ..................................................................... 27
4.1 Kesesuaian antara Materi Pelajaran Teori dengan Satuan Acara Perkuliahan ......... 27
4.2 Kesamaan Pemahaman Team Teaching Tentang Materi Pelajaran Teori
yang Akan Diimplementasikan Pada Studio Perancangan Arsitektur ....................... 29
4.3. Tuntutan Substansi Studio Perancangan Arsitektur Pernah (atau tidak pernah)
Diberikan Teori Penunjang Sebelumnya .................................................................. 30
V SIMPULAN DAN SASARAN ........................................................................ 32
5.1. Simpulan .................................................................................................................. 32
5.2. Saran ........................................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 33
LAMPIRAN .................................................................................................................. 35
-
4
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompatibilitas antara teori yang diberikan
sebelumnya dengan terapannya pada matakuliah Studio Perancangan Arsitektur
sebagai inti utama (core) pada kurikulum pembelajaran di Jurusan Arsitektur,
Fakultas Teknik Unud.
Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, melalui evaluasi
pembelajaran di Studio Tugas Akhir sebagai muara seluruh proses pembelajaran di
Jurusan Arsitektur. Melalui wawancara mendalam (in-depth interview) pada dua
mahasiswa yang sedang mengikuti studio Tugas Akhir.
Hasilnya disajikan dalam bentuk tabulasi dari hasil persentasi frekuensi yang
kemudian dipadukan dengan wawancara terstruktur untuk kemudian di
interpretasikan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, masih sangat terbatas SAP yang dibuat oleh
Dosen di jurusan Asitektur. Dari SAP yang dibuat tidak semuanya sesuai dengan yang
diberikan kepada mahasiswa, bahkan sebagian agak melenceng. Hasil lainnya adalah
pemahaman antara dosen team teaching tentang kedalaman materi yang dituntut
dalam studio tidak sama; dan terakhir masih ada kesenjangan antara tuntutan materi studio dengan materi teori yang diberikan sebelumnya. Ada yang terlupa karena jarak
waktu antara pemberian teori dan aplikasinya di studio terlalu lama. Juga masih ada
materi yang belum pernah diberikan pada tahapan teori, namun dituntut
pembuatannya saat studio.
Katakunci: kompatibilitas, Studio Perancangan Arsitektur, Evaluasi
-
5
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesenimbungan dan keberhasilannya
ditentukan oleh banyak faktor. Proses ini diawali dengan perencanaan kurikulum
dengan serangkaian ikutannya seperti: (1) Menentukan Profil Lulusan dan Capaian
Pembelajaran (CP); (2). Memilih dan merangkai Bahan Kajian; (3).Menyusun Mata
Kuliah, Struktur Kurikulum, dan menentukan SKS; dan (4). Menyusun Rencana
Pembelajaran dan Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Kemudian diikuti dengan
tahapan Implementasi Kurikulum dan Monitoring Pelaksanaannya. Faktor-faktor
penentu keberhasilannya sangat ditentukan oleh banyak hal seperti: tenaga pengajar
sebagai ujung tombak yang berhubungan langsung dengan mahasiswa; sarana dan
prasarana yang mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar; metode
pembelajaran dan sistem penilaian dan dukungan pengelolaan (manajemen) termasuk
administrasi.
Kurikulum pada Jurusan Arsitektur, Fakultas Tekik Unud sejak berdirinya tahun 1965
setidaknya telah mengalami tujuh kali penyesuaian. Setiap pergantian kurikulum ini
didahului dengan tahapan evaluasi tentang efektivitas dan penyesuaian terhadap
berbagai kebijakan Departemen Pendidikan, perkembangan teknologi,
perkembangan kebutuhan pasar, masukan dari pengguna lulusan (melalui tracer
study). Sehingga diharapkan dengan kurikulum baru tersebut mampu menghasilkan
lulusan yang siap latih1 untuk masuk dalam dunia kerja.
Untuk itu secara teknis di dalam mengisi mata kuliah dalam pohon kurikulum di
rancang secara sistematis sedemikian rupa sehingga berkesinambungan dari awal
semester hingga tugas akhir. Pada pendidikan Arsitektur, salah satu ciri khas yang
membedakan dengan pendidikan lainnya adalah pada matakuliah inti (core) yaitu
Studio Perancangan Arsitektur. Seluruh matakuliah lainnya diupayakan menjadi
dasar pengetahuan yang akan menopang, menunjang dan bermuara pada matakuliah
inti ini. Kurikulum yang digunakan saat ini memiliki enam studio Perancangan
-
6
Arsitektur ditambah satu Studio Tugas Akhir. Hirarki Studio 1 hingga Studio Tugas
akhir dirancang dengan tingkat kompleksitas dan tingkat kesulitan yang semakin
meningkat seiring meningkatnya jenjang Studio. Dukungan matakuliah lainnya
terhadap Studio ada yang bersifat langsung (misalnya matakuliah Metode
Perancangan, Struktur-Konstruksi, Utilitas) dan ada yang bersifat tidak langsung
untuk memperkaya (enrichment) wawasan rancangan. Singkatnya, sebaran
matakuliah untuk mendukung kegiatan Studio terbentuk seperti pohon dengan cabang
dan rantingnya, dimana Studio adalah batang utamanya.
Dalam implementasinya, baik pada proses Studio Perancangan maupun saat ujian
Studio Tugas Akhir, para dosen penguji sering kecewa atas kompetensi yang dimiliki
mahasiswa. Beberapa kemampuan dasar yang mestinya sudah dikuasai oleh seorang
mahasiswa pada jenjang tertentu ternyata jauh dari yang diharapkan. Bila terjadi
hanya pada satu dua mahasiswa, maka kemungkinan masalahnya pada individu
mahasiswa, tetapi ini hampir bersifat massiv dalam jumlah besar. Bila kondisi ini
dibiarkan tentu saja dapat merugikan bagi mahasiswa dan institusi pendidikan.
Ditengah semakin ketatnya persaingan kerja dan tuntutan kualitas kompetensi lulusan
yang semakin tinggi, maka masalah ini perlu dicarikan solusi pemecahannya.
Melihat kenyataan seperti ini, pihak jurusan Arsitektur telah melakukan berbagai
upaya, antara lain dengan diskusi bersama antara pengajar di jurusan, atau membentuk
semacam panitia adhoc untuk mengadakan evaluasi terhadap proses belajar mengajar.
Meski demikian, solusi yang diberikan hanya bersifat parsial dan hanya bersifat
sementara. Dampak perbaikannya belum terlihat secara nyata, bahkan ada yang hanya
sekedar wacana yang kemudian dilupakan seiring dengan perjalanan waktu dan
kesibukan lainnya. Beberapa hasil diskusi dosen dalam kelompok kecil, hanya
diketahui dan disepakati oleh kelompok kecil tersebut tanpa adanya sosialisasi ke
kelompok pengajar secara menyeluruh.
Kesenjangan antara harapan terlaksananya kesinambungan antara mata pelajaran yang
tercantum dalam kurikulum dengan kenyataan absennya beberapa kemampuan dasar
1 Lulusan S1 Arsitektur, lulusannya BUKAN mencetak Arsitek, tetapi Sarjana Arsitektur. Setelah
melalui pendidikan tambahan pada Pendidikan Profesi, baru dianggap memiliki kemampuan sebagai
Arsitek.
-
7
yang mestinya sudah dikuasai oleh mahasiswa, menjadi fokus utama dalam penelitian
ini. Masalah utamanya adalah apa, siapa dimana penyebab tejadinya kesenjangan ini?
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabnya
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah materi pelajaran teori yang diberikan sesuai dengan yang tertera dalam
Satuan Acara Pengajaran?
2. Apakah materi pelajaran teori yang akan diimplementasikan pada Studio
Perancangan Arsitektur telah diketahui oleh seluruh team teaching pada
Studio tersebut?
3. Apakah substansi yang dituntut pada Studio Perancangan Arsitektur sudah
pernah diberikan teori penunjang sebelumnya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada Rumusan Masalah pada butir 1.2., maka Tujuan Penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kesesuaian antara materi yang diberikan ke mahasiswa dengan
Satuan Acara Pengajaran (SAP)
2. Mengetahui kesamaan pemahaman materi diantara anggota team teaching
studio perancangan
3. Mengetahui kompatibilitas antara teori yang diberikan sebelumnya dengan
aplikasinya pada Studio Perancangan
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademik
Dengan penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan pemikiran yang dapat
disumbangkan terhadap perkembangan pendidikan jurusan Arsitektur, khususnya
tentang evaluasi keruntutan antara matakuliah satu dengan lainnya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Memberi manfaat langsung terhadap pembenahan dan perbaikan matakuliah pada
-
8
jurusan Arsitektur; bagi dosen pengampu mata kuliah untuk selalu mengontrol SAP;
manfaat bagi koordinator mata kuliah Studio Perancangan, untuk memberikan
koordinasi antara team teaching menyangkut materi dan cara evaluasi yang akan
diberikan dalam proses Studio.
-
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Perencanaan dan Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum yang baik dihasilkan dari perencanaan yang baik pula.
Proses perencanaan membutuhkan sumber daya untuk menyelesaikan aktivitas yang
diharapkan. Hal ini menetapkan dan menentukan bagaimana cara mengatur kebijakan
yang akan dijalankan tindakan yang direncanakan tersebut. Planninng berlangsung
sebelum program atau penyerahan program.
Louis dan Miles (1990) mengemukakan bahwa perencanaan harus diawali dengan
visi. Dalam riset, mereka menemukan bahwa institusi pendidikan yang sukses dalam
menerapkan perubahan yang meningkatkan program mereka memiliki staff yang
memegang gambaran serupa dari apa yang institusi perlukan. Para dosen merasa
terikat dengan program yang baru dan dikembangkan dan mempunyai semangat
terhadap inovasi itu.
Apapun orientasi seseorang kepada kurikulum, tidak ada penyangkalan bahwa
implementasi itu memerlukan perencanaan, dan perencanaan terfokus pada tiga
faktor: orang, program, dan proses. Tiga faktor tidak dapat dipisahkan. Seorang
pengelola pendidikan boleh menekan satu faktor lebih dari yang lain, tetapi tidak ada
pemimpin yang mahir yang akan mengabaikan tiga faktor sekaligus. Banyak institusi
pendidikan yang gagal untuk menerapkan program karena mereka mengabaikan
faktor-faktor tersebut dan menghabiskan dana dan waktu hanya untuk memodifikasi
program atau proses. Salah satu alasan mengapa banyak kurikulum gagal adalah
bahwa pembuat kurikulum, khususnya di Perguruan Tinggi, memusatkan energi untuk
mengubah program tetapi tidak cukup perhatian pada kebutuhan para dosen dan
perhatian minimal kepada organisasi institusi.
Incrementalism
Banyak yang menginginkan perubahan, namun mereka juga takut akan perubahan,
terutama jika datang dengan cepat atau jika mereka merasakan hanya mempunyai
-
10
sedikit kendali atau manfaat atas perubahan tersebut. Fullan dan Goodlad (1991)
mendeskripsikan bahwa para dosen memiliki sedikit kesempatan untuk berinteraksi
dengan para sejawatnya. Hal ini merupakan pengasingan yang menghasilkan
organisasi institusi yang hanya menyatu dalam kelas dan pengaturan jadwal. Seymour
Sarason juga mengemukakan pengasingan dosen dalam organisasi institusi yang
secara negatif berdampak pada perubahan. Selanjutnya ia menyatakan bahwa para
dosen merasakan, secara profesi, mereka adalah milik mereka sendiri. Adalah
tanggung jawab mereka, dan milik mereka sendiri, untuk memecahkan permasalahan
mereka. Hal ini menyebabkan para dosen memandang perubahan dalam program
sebagai suatu aktivitas individu.
Masalah utama untuk menerapkan kurikulum baru adalah banyak individu dalam
kebijakan yang umum memandang institusi dan lingkungan mereka sebagai hal yang
sama saja. Institusi adalah institusi. Mind-set ini menyebabkan individu, dan bahkan
beberapa pendidik, merasakan bahwa rata-rata implementasi secara umum adalah
sama saja; tidak perlu melakukan penyesuaian prosedur implementasi yang cocok
bagi institusi tertentu. Bagaimanapun, pendidik pada intinya sedang membuat kasus
unik bagi institusi masing-masing. Oleh karenanya, kurikulum baru yang berasal dari
luar institusi terkait sering menciptakan gegar budaya.
Institusi dan kurikulum yang kaku berdampak pada peran dosen. Tantangannya adalah
mendapatkan pendidik untuk berpikir tentang cara baru menciptakan kurikulum dan
jalan baru untuk pembelajaran di dalam kultur institusi. Memotivasi para dosen untuk
mengasumsikan peran baru dan bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang
sudah ditetapkan. Para dosen perlu mempertimbangkan untuk menjadi playrwrigt,
produsen, dan aktor ‘film’ baru dalam simponi bidang pendidikan. Harus dipikirkan
juga bagaimana cara memperoleh persetujuan para pengguna lulusan .
Implementasi, tidak tercipta secara tiba-tiba pada semua dosen. Idealnya, suatu proses
implementasi membutuhkan cukup waktu bagi dosen untuk mencoba kurikulum baru
tersebut. Loucks dan Lieberman mengemukakan bahwa dosen berhasil dengan suatu
kurikulum baru, jika, dosen mengorientasi diri mereka kepada materi dan melibatkan
diri secara aktif. Pada tahap awal penggunaan kurikulum baru, perlakuannya seperti
mekanik. Mereka mengikuti panduan dengan penyimpangan yang sedikit dan mereka
-
11
mengambil prakarsa untuk membuat perubahan apapun dalam kurikulum itu. Ketika
mereka sudah mulai terbiasa dengan kurikulum tersebut, mereka mulai
memodifikasinya.
2.2. Sosialisasi Rencana Implementasi
Kapanpun dan dimanapun saat program baru sedang dirancang, saluran komunikasi
harus dibiarkan terbuka sehingga program yang baru datang bukan sebagai suatu
kejutan. Diskusi tentang suatu program baru antar para dosen dan tim kurikulum
adalah kunci sukses implementasi. Yang perlu disadari bahwa komunikasi adalah
peristiwayang sangat kompleks. Komunikasi menggambarkan transmisi fakta,
gagasan, nilai-nilai, perasaan, dan sikap dari seseorang kelompok ke yang lain.
Komunikasi berkaitan dengan pesan antara pengirim dan penerima pesan.
Komunikasi sebagai pesan antara pengirim dan penerima, harus dipastikan berjalan
secara efektif, akurat dan bermutu. Untuk meyakinkan bahwa komunikasi berjalan
dengan baik dan pesan yang dikirimkan sampai, tim kurikulum harus memahami
saluran komunikasi informal. Karena kadangkala komunikasi formal mengikuti
pengaturan yang kaku dan birokratis. Komunikasi dapat mengalir sepanjang seluruh
tingkat organisasi, baik vertikal maupun horisontal antar pemangkukepentingan.
Komunikasi ke samping akan membentuk networking horisontal antar
pemangkukepentingan.
Tantangan komunikasi, formal atau informal, samping, vertikal atau horisontal,
adalah pesan yang disampaikan dalam bentuk lisan atau bentuk tulis. Informasi
tentang program baru dapat dikomunikasikan melalui media surat, memo, artikel,
buku, laporan dan internet.
Dukungan Implementasi
Tim kurikulum harus didukung untuk modifikasi program yang direkomendasikan
untuk memudahkan implementasi. Mereka harus lakukan ini sehingga mereka dapat
membangun keyakinan diri mereka. Pendidik sering memerlukan pelatihan untuk
merasakan nyaman dengan program baru.
Dosen memiliki tanggung jawab utama untuk menerapkan kurikulum, tetapi para
dosen, jika ingin memiliki pengaruh dalam implementasi dan pengembangan
-
12
kurikulum harus memiliki suatu pemahaman yang tepat mengenai konsep kurikulum
dan bagaimana kurikulum diciptakan. Tanpa dukungan dana yang cukup, usaha untuk
mendapatkan suatu program yang efektif akan gagal. Dana diperlukan untuk peralatan
dan material suatu program baru. Juga diperlukan untuk menyediakan dukungan para
pengajar untuk implementasi. Pada level lokal, ada lima langkah yang dilibatkan
dalam pendanaan program baru, yaitu persiapan, penerimaan, adopsi, pelaksanaan,
dan evaluasi.
Kepercayaan harus dibangun dalam institusi, khususnya antara bidang administrasi
dan dosen. Kepercayaan adalah penjamin utama kunci sukses inovasi dan
implementasi. Implementasi adalah suatu usaha emosional dan kolaboratif. Dukungan
adalah hal penting jika implementasi diharapkan sukses. Lortie menunjuk para dosen
mengalokasikan mayoritas waktu kerja mereka dalam kelas dengan para mahasiswa
mereka, oleh karena itu hendaknya mereka memiliki komunikasi minimal dengan
rekan dan pengampu mereka. Peluang para dosen untuk bekerjasama, berbagi gagasan,
bersama-sama memecahkan permasalahan, dan dengan cara kerja sama menciptakan
materi yang memungkinkan implementasi kurikulum dengan baik.
Implementasi Sebagai Proses Perubahan
Tujuan pengembangan kurikulum, dengan mengabaikan tingkatan, adalah untuk
membuat suatu perbedaan untuk memungkinkan para mahasiswa untuk mencapai
tujuan institusi, tujuan masyarakat, dan, barangkali yang paling penting, capaian dan
tujuan mereka sendiri. Sederhananya, aktivitas kurikulum adalah aktivitas perubahan.
Tetapi apa yang terjadi ketika perubahan terjadi? Apa yang merupakan sumber
perubahan? Dapatkah orang-orang meramalkan konsekuensi perubahan? Dapatkah
pendidik mengendalikan perubahan yang secara langsung mempengaruhi mereka?
Tentu saja, orang-orang dapat menggunakan beberapa pengendalian di atas proses
perubahan, tetapi untuk melakukannya memerlukan pemahaman terhadap perubahan.
Pemahaman terhadap konsep perubahan dan berbagai jenis perubahan mengijinkan
individu untuk menentukan sumber perubahan. Hal itu membantu mereka menyadari
bahwa, sungguhpun mereka tidak bisa benar-benar meramalkan konsekuensi
perubahan, mereka dapat membuat "terkaan terbaik" meramalkan tentang perubahan
untuk menghasilkan sesuatu.
Di dalam pemahaman tentang konsep perubahan, pendidik harus menyadari sikap
masyarakat tentang implementasi dan perubahan ketika proses perubahan dipengaruhi
-
13
oleh pandangan kenyataan umum mereka. Mereka yang menerima model
pengembangan kurikulum yang logis akan memandang perubahan sebagai sesuatu
yang dengan tepat mengatur dan mengimplementasikan rencana. Implementasi
menjadi bagian dari suatu proses perubahan yang linier.
Mereka yang awam akan merasa perubahan sebagai sesuatu yang tak mungkin dengan
ketat dikendalikan. Suatu tahap di dalam aktivitas kurikulum, implementasi bukanlah
sesuatu yang terjadi secara linier. Mengamati implementasi ketika interaksi berarti
bahwa orang tidak bisa mengalah kepada permintaan obyektifitas dan kuantifikasi.
Tentu saja, orientasi perubahan ini menunjukkan suatu proses pencerahan individu:
sikap dan kepercayaan mereka. Pertimbangan yang dibuat oleh konstruksi pribadi dari
kenyataan mereka dan sikap mereka ke arah hidup dan nilai-nilai yang mereka pegang
sebagai sesuatu yang suci.
Dengan mengabaikan orang awam , tidak ada penyangkalan bahwa perubahan dapat
terjadi dalam berbagai cara. Dua jalan yang paling nyata adalah perubahan lambat
seperti ketika penyesuaian kecil, misalnya jadwal kuliah, penambahan buku di
perpustakaan, atau ketika rencana pelajaran atau unit merekrut dosen. Perubahan
cepat, misalnya pengetahuan baru atau kecenderungan sosial yang berdampak pada
institusi, pengenalan untuk desain.
Saat ini, institusi sedang dilibatkan banyak perubahan cepat dibanding perubahan
lambat. Kita sedang mengalami perubahan cepat yang tidak hanya di dalam basis
pengetahuan kita: bagaimana fungsi otak, bagaimana pelajaran terjadi, tetapi juga
perubahan dalam ilmu kependudukan negeri dan terus meningkat keaneka-ragaman
kelompok di dalam masyarakat. Perubahan cepat sedang terjadi di dalam latar
belakang keluarga dan sturuktur, subkultur, dan kelompok masyarakat. Pluralisme
budaya sedang menjadi trend dan menemukan momentumnya. Sebagai tambahan,
teknologi bidang pendidikan juga sedang trend dan menemukan momentumnya,
berdampak pada kurikulum dan pengeimplementasiannya.
Menurut riset, untuk merubah kurikulum yang cepat untuk diterapkan, ada lima
petunjuk yang harus diikuti, yaitu:
1. Merancang inovasi untuk meningkatkan prestasi mahasiswa. Maksudnya bahwa
perubahan tersebut apakah bekerja atau tidak bekerja, bukan mendisain untuk
peningkatan secara kebetulan menjadi populer hari ini atau besok.
-
14
2. Inovasi yang sukses memerlukan perubahan di dalam struktur suatu institusi.
Dengan perubahan struktural, berarti memodifikasi hal yang utama menyangkut para
dosen dan mahasiswa, apakah yang ditugaskan di Studio saling berhubungan satu
sama lain.
3. Inovasi sedapat mungkin dapat dikendalikan oleh seluruh dosen. Tidak bisa
menginovasi gagasan mengenai masalah perancangan atau pemikiran solutif ketika
mahasiswa tidak bisa menggambar teknik.
4. Implementasi dari usaha perubahan harus organik bukan birokratis. Ketegasan,
prosedur monitoring, dan aturan bukanlah hal yang memungkinkan untuk perubahan;
pendekatan yang birokratis ini perlu digantikan dengan pendekatan yang adaptip atau
organik yang meminimalkan penyimpangan dari perencanaan awal dan mengenali
permasalahan dan kondisi-kondisi institusi.
5. Hindarilah sindrom "lakukan sesuatu, kerjakan apapun". Kebutuhan adalah
suatu yang telah direncankan pada kurikulum, juga untuk memusatkan kegiatan,
waktu, dan dana yang serasi dan rational.
2.3. Teori Perubahan
Perubahan dihasilkan oleh pengetahuan baru, namun kehadiran pengetahuan baru
tidaklah cukup untuk perubahan. Masyarakat harus mengenali suatu kebutuhan untuk
berubah. Lovell mengemukakan teori perubahan dalam lima proses: 1)
kepemimpinan; 2) komunikasi; 3) potensi manusia; 4) problem solving; dan 5)
evaluasi. Proses ini dapat mendorong ke arah sistem (institusi) kohesi dan kooperasi
atau konflik dan tegangan.
Untuk menetapkan perubahan kurikulum harus memahami konteks lingkungan di
mana akan diterapkan. Suatu audit eksternal harus dibuat pada tahap awal
pengembangan kurikulum untuk mengumpulkan dan menilai informasi berkenaan
dengan demografis masyarakat dan sosial budayanya, peraturan, dan aspek yang lain.
Informasi tentang lingkungan eksternal, melengkapi informasi baru, identifikasi
harapan baru. Masukan mengenai lingkungan eksternal seperti itu menghasilkan
ketegangan di dalam sistem pendidikan, dari disequilibrium menuju equilibrium baru.
Membandingkan teori Wiles's dan Lo Lovell milik Kurt Lewin, yang dianggap
sebagai bapak teori perubahan, terlihat banyak gagasan yang lebih sederhana. Lewin
menyatakan bahwa semua orang menemukan diri mereka di dalam lingkungan yang
terdiri atas kekuatan persaingan: daya penggerak dan kekuatan pengendalian. Ketika
-
15
dua hal ini berkekuatan sama, suatu keseimbangan atau timbangan yang hidup
memungkinkan suatu posisi dalam keadaan stabil atau keadaan tetap pada saat tertentu.
Bagaimanapun, pada saat daya penggerak mulai menundukkan pengendalian
kekuatan, akan memicu perubahan. Sepanjang daya penggerak ini lebih kuat, aktivitas
perubahan akan berlanjut. Ketika pengendalian kekuatan memperoleh kembali daya
gerak, perubahan akan melambat.
Model Kekuatan Bidang
Daya penggerak Pengendalian Kekuatan
a. Intervensi Pemerintah a. Ketakutan yang tak dikenal
b. Nilai-Nilai Masyarakat b. Ancaman untuk menggerakkan
atau hamparan rumput
c. Perubahan Teknologi c. ketrampilan atau Pengetahuan usang
d. Ledakan Pengetahuan d. Nilai-Nilai tradisional
e. Proses Administratif e. Sumber daya yang terbatas
Tipologi Perubahan
Para penanggungjawab kurikulum, untuk mengimplementasikannya, perlu
memahami sifat alami perubahan. Dengan pemahaman, proses perubahan dapat
menghadapi tantangan dan menyemangati mereka yang dilibatkan. Mereka yang tidak
mengerti kompleksitas perubahan mungkin untuk memulai tindakan akan
mengakibatkan perselisihan di dalam organisasi institusi. Bennis mengemukakan
beberapa jenis perubahan:
1. Perubahan yang direncanakan adalah perubahan di mana yang dilibatkan itu
mempunyai kuasa sama dan fungsi. Orang-Orang mengidentifikasi dan mengikuti
prosedur tepat dalam hubungan dengan aktivitas yang ada. Perubahan yang
direncanakan menjadi yang ideal.
2. Perubahan dengan paksaan, ditandai oleh satu orang/kelompok menentukan tujuan
dan dengan sengaja tidak masuk orang lain yang mengambil bagian. Kelompok
terkendali mempunyai yang utama menggerakkan dan memelihara kuasa yang
berbeda menyeimbangkan.
3. Interaksi Perubahan ditandai oleh penentuan sasaran timbal balik dan suatu
distribusi kuasa yang sama antar kelompok. Tetapi yang dilibatkan itu sering
-
16
kekurangan suatu usaha sengaja; mereka adalah tidak-pasti.
Kebalikan dari perubahan yang direncanakan adalah perubahan acak atau alami. Jenis
perubahan ini terjadi dengan tidak ada penentuan sasaran. Sering perubahan alami
terjadi di institusi. Kurikulum disesuaikan atau dimodifikasi dan diterapkan bukan
sebagai suatu hasil analisa hati-hati tetapi sebagai tanggapan ke peristiwa yang tidak
diantisipasi.
Robert Chin telah membahas tiga jenis strategi perubahan:
1. Empirical-Rational. Tekanan strategi pada pentingnya kebutuhan perubahan dan
wewenang untuk menerapkan. Sering institusi kekurangan pendekatan ini untuk
berubah sebab mereka tidak mengetahui mereka memerlukan suatu perubahan
maupun keterampilan untuk menerapkan itu.
2. Normative-Reeducative. Strategi berdasar pada kecerdasan/inteligen dan
rasionalitas manusia. Manusia akan berubah jika mereka didekati secara rasional dan
dibuat untuk melihat bahwa mereka harus memodifikasi nilai-nilai, sikap, pemahaman,
dan ketrampilan mereka.
3. Power Strategies. Memaksa individu itu mematuhi berbagai keinginan dari mereka
yang lebih pandai. Strategi paksaan jarang digunakan di dalam institusi, kecuali saat
luar biasa.
John McNeil telah menyelidiki proses perubahan dengan penggunaan kompleksitas
organisator:
1. Substitution/Penggantian. Ini melukiskan perubahan di mana satu unsur mungkin
diganti yang lain. Seorang dosen, sebagai contoh, mengganti buku teks dengan buku
yang lain. Jenis perubahan ini yang paling umum dan yang paling mudah.
2. Alteration/ Perubahan. Perubahan jenis ini ada ketika seseorang memperkenalkan
program dan materi atau prosedur baru.
3. Pertubartion/Gangguan. Perubahan ini bisa jadi pada mulanya mengganggu suatu
program tetapi kemudian disesuaikan secara penuh oleh perancang kurikulum dengan
program yang berkelanjutan.
4. Restructuring/Restrukturisasi. Perubahan ini mendorong ke arah modifikasi sistem.
Seperti konsep pengajaran baru, seperti perubahan susunan kepegawaian atau team
pengajar.
5. Value-Orientation change. Ini adalah pergeseran dalam orientasi kurikulum atau
filosofi pokok.
-
17
Model Implementasi Kurikulum
Pemilihan Model Implementasi kurikulum sering tergantung pada pilihan filosofis.
Praktisi dan sarjana melanjutkan pada kebutuhan akan alat-alat yang efektif untuk
meningkatkan kurikulum dan pengajarannya. Harris mengamati bahwa usul umum
strategi perubahan meliputi: 1) menjelaskan bentuk otoritas; 2) menyertakan peserta
dalam penentuan sasaran, pemilihan staf, dan evaluasi; 3) penetapan tanggung-jawab
dan peran dosen; 4) personil pelatihan dalam strategi perubahan dan teknik resolusi
konflik; dan 5) perabot perubahan dengan melibatkan dukungan.
Checklist untuk Menerapkan Perubahan Kurikulum adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana nantinya pribadi dosen yang diubah oleh inovasi?
2. Berapa banyak waktu persiapan tambahan yang diperlukan untuk inovasi?
3. Bagaimana nantinya inovasi "cocok" dan ke materi apa mahasiswa diarahkan?
4. Apa jenis sumber daya material dosen yang akan disajikan?
5. Apa jenis materi pelajaran baru yang disediakan untuk mahasiswa?
6. Apa pola teladan interaksi teacher-learner akan dituntut?
7. Bagaimana permintaan prosedur pengajaran diperlukan yang belum dikuasai
dosen?
8. Apa jenis tugas yang akan diberikan?
9. Standardisasi test yang harus diambil?
10. Dukungan administrasi terhadap program baru?
11. Apa yang harus dilakukan orang tua untuk memahami dan mendukung program
yang baru?
Menerapkan perubahan di dalam organisasi manapun, termasuk institusi memerlukan
berbagai tugas pendekatan. Secara esensial menerapkan perubahan meliputi tiga
langkah, yaitu inisiasi, implementasi, dan pemeliharaan. Inisiasi yaitu perubahan
mengacu pada penentuan langkah proses implementasi, memperoleh kultur institusi
yang mau menerima inovasi yang direncanakan. Pada langkah ini, perencana
menaikkan pertanyaan penting tentang siapa yang akan dilibatkan, yang diharapkan
dari tingkat dukungan, dan apa yang merupakan status kesiap-siagaan person untuk
inovasi. Idealnya, pertanyaan ini berkenaan dengan tahap inisiasi ketika
bagian-bagain dilibatkan dalam aktivitas pengembangan kurikulum.
Langkah implementasi melibatkan presentasi inovasi dan mendapatkan orang-orang
untuk mencobanya di dalam kelas mereka atau bidang pendidikan lain yang sesuai. Ini
-
18
adalah langkah variasi model-model atau pendekatan untuk tahap implementasi, yang
mana akan dijelaskan nanti. Tahap yang ketiga adalah maintenance atau pelembagaan,
dimana sangat esensial untuk monitoring inovasi setelah diperkenalkan. Jika
pemeliharaan tidak direncanakan untuk inovasi yang diperkenalkan sering memudar
atau diubah.
Yang dilibatkan dalam menerapkan program baru harus didukung oleh fakta bahwa
sebagian besar pekerjaan dari masa lampau beberapa dekade telah melengkapi taktik
atas bagaimana cara mempengaruhi perubahan dalam institusi. Jon Snyder dan orang
lain menunjukkan bahwa riset atas implementasi kurikulum memiliki temuan tentang
kondisi-kondisi yang memudahkan atau menghalangi keseluruhan proses
implementasi. Sesungguhnya, kita mengetahui banyak tentang proses implementasi,
dan beberapa peneliti kini lebih sedikit tertarik akan implementasi sebagai proses
perubahan dan lebih tertarik akan bagaimana implementasi ditetapkan dan dialami
oleh para dosen dan para mahasiswa.
Model Overcoming Resistance to Change Model (ORC)
Menurut Neal Gross, bahwa kegagalan atau sukses usaha perubahan keorganisasian
yang direncanakan pada dasarnya adalah suatu fungsi menyangkut kemampuan para
pemimpin untuk mengarahkan perlawanan staf untuk berubah saat tepat, atau pada
saat pengenalan inovasi. Untuk menerapkan suatu program baru, yaitu
memperkenalkan perubahan, harus memperoleh penasehat (konsultan) untuk
program yang baru itu. Diperlukan orang yang bersemangat untuk mulai mengerjakan
sesuatu yang baru, untuk melintasi batasan-batasan, dan untuk menyelidiki wilayah
baru. Diperlukan individu yang menyambut keaneka-ragaman gagasan dan pemikiran,
dan siapa yang menerima dan melakukan koreksi kreatif terhadap kurikulum. Untuk
menetapkan segmen masyarakat pendukung suatu program baru, harus menunjukkan
kekhawtiran mereka, perasaan was-was, salah pengertian, dan faktor lain yang bisa
menghalangi penerimaan terhadap perubahan. Harus diyakinkan tentang nilai-nilai
mereka, asumsi, kepercayaan, visi mereka telah tercakup di program yang baru itu.
Harus meyakinkan mereka bahwa akan diperlakukan gagasan mereka secara baik.
Para leader kurikulum menggunakan model ORC menyadari bahwa mereka harus
mengidentifikasi dan berhadapan dengan perlawanan dari staff. Tentu saja, beberapa
menggolongkan suatu model seperti ORC sebagai adopsi concerns-based model.
Suatu pengambil-alihan pendekatan ini adalah individu itu harus berubah sebelum
-
19
organisasi dapat diubah. Juga, perubahan adalah suatu pengalaman yang sangat
pribadi, dan kita harus mempertimbangkan kepribadian individu untuk berdaya
melalui proses implementasi atau perubahan. Apalagi, perubahan yang diperkenalkan
harus menunjuk para dosen dan ‘pemain kurikulum lain’.
Dalam riset atas implementasi inovasi di perguruan tinggi, Hall dan Loucks mencatat
bahwa concern dapat dikelompokkan ke dalam empat langkah pengembangan:
Langkah 1: Unrelated concerns. Para dosen pada tingkatan ini tidak merasa adanya
suatu hubungan antara diri mereka dengan perubahan yang diusulkan. Sebagai contoh,
jika suatu ilmu pengetahuan program baru sedang diciptakan dalam suatu institusi,
seorang dosen pada langkah ini akan sadar akan usaha tetapi tidak akan
mempertimbangkan bahwa ia akan terpengaruh oleh atau terkait dengan usaha itu.
Dosen tidak akan menentang perubahan sebab ia benar-benar tidak merasa perubahan
mempengaruhi daerah profesionalnya atau pribadinya.
Langkah 2: Personal concerns. Pada tahap ini, individu bereaksi kepada inovasi
dalam hubungan dengan situasi pribadinya. Ia mempunyai kaitan dengan program
yang baru, apa dan bagaimana dia sedang lakukan. Contoh, dosen akan merasa bahwa
ia akan terlibat dengan program yang baru tersebut. Dosen akan menghadapi
pertanyaan seberapa besar ia akan berkonstribusi dalam perubahan.
Langkah 3: Task-related concerns. Concern pada tingkatan ini berhubungan dengan
aplikasi nyata dari inovasi dalam kelas. Contoh, dosen akan mempunyai kaitan dengan
bagaimana cara yang tepat menerapkan program yang baru. Berapa banyak waktu
akan diperlukan untuk pengajaran program baru ini? Apakah materi kuliah cukup
disajikan? Apakah strategi yang terbaik untuk mengajar program yang baru?
Langkah 4: Impact-related concerns. Ketika bereaksi pada langkah ini, seorang dosen
jadi lebih terkait dengan bagaimana inovasi akan mempengaruhi organisasi. Dosen
tertarik akan bagaimana program yang baru mungkin mempengaruhi para mahasiswa,
para sejawat, dan masyarakat. Kekuatan dosen ingin menentukan dampak program,
pada apa ia sedang diajarkan. Contoh, memungkinkan para mahasiswa untuk hidup di
masa datang ?
Ketika bekerja dengan ORC model, pendidik harus hadapi secara langsung dengan
perhatian pada langkah-langkah 2, 3, dan 4. Jika mereka mengabaikannya, masyarakat
tidak akan menerima inovasi.
Organizational Development Model
-
20
Pengembangan tata kelola berarti suatu pendekatan yang agak spesifik untuk
menyempurnakan perubahan dan peningkatan dalam organisasi. Hal ini merupakan
suatu usaha untuk meningkatkan suatu pemecahan dan proses pembaruan organisasi,
terutama sekali melalui hasil diagnosis dan manajemen kolaboratif. Penekanannya
pada kerjasama kelompok dan kultur organisatoris.
French and Bell melukiskan tujuh karakteristik yang memisahkan pengembangan
organisasi dari cara tradisional dalam pengelolaan organisasi, yaitu:
1. Penekanan pada team-work
2. Penekanan pada kelompok dan intergroup
3. Penggunaan riset di bidang ilmu
4. Penekanan pada kerja sama/kolaborasi di dalam organisasi sebagai kultur yang
dominan
5. Perwujudan kultur harus dirasakan sebagai bagian dari kesatuan sistem
6. Perwujudan organisasi yang bertanggung-jawab atas dan bertindak sebagai
consultants-facilitators
7. Penghargaan terhadap dinamika berkelanjutan dari organisasi secara terus
menerus untuk mengubah lingkungan.
Pengembangan tata kelola memandang proses implementasi kurikulum sebagai suatu
proses interaktip berkelanjutan.
Concerns-Based Adoption Model
Menggunakan pandangan individu sebagai pendekatan dalam sistem perinstitusian.
Semua perubahan dimulai dari individu; perubahan individu, dan melalui perilaku
perubahan mereka, institusi juga berubah. Perubahan terjadi ketika perhatian individu
diberitahukan. Semua pribadi berubah, dan individu "membeli saham kongsi"
perubahan dimana mereka memiliki kepemilikan kedua-duanya, yaitu perhatian dan
proses. Lagipula, mereka harus memandang bahwa hasil dari implementasi
mempunyai suatu dampak pribadi atas profesionalisme hidup mereka. Sebab
perubahan dimulai dari individu dan melibatkan individu sepanjang proses perubahan,
orang harus menyadari bahwa perubahan adalah suatu proses lambat; dan
memerlukan waktu untuk mewujudkannya; individu memerlukan waktu untuk belajar
ketrampilan baru, dan merumuskan sikap baru.
Langkah-langkah perhatian (dosen) berkaitan dengan menerapkan inovasi adalah
sebagai berikut:
-
21
a. Kesadaran inovasi
b. Kesadaran mengukur informasi
c. Perhatian untuk diri
d. Berhubungan dengan kegiatan mengajar
e. Berhubungan dengan para mahasiswa
Organizational Parts, Units, and Loops
Model pengembangan organisatoris dan Concerns-Based Adoption Model
mendukung sistem berpikir. Kedua-duanya merpertimbangkan tindakan sebagai hal
yang dilakukan dalam suatu organisasi yang digambarkan oleh suatu sistem hubungan,
jika tidak ada sistem hubungan yang terlihat: menarik berbagai komponen ke dalam
kesatuan utuh, kemudian tidak ada organisasi; hanya ada free-floating komponen.
Dalam situasi seperti itu, perubahan yang direncanakan dalam organisasi, institusi
dalam situasi kita, perlu mencoba untuk menerima “win—win” atau “win—lose” atau
tidak sepadan. Dalam menerapkan perubahan akan ada potensi konflik antara
orang-orang dan kelompok, bahkan di tingkat jurusan. Walaupun konflik akan terjadi,
harus diatur sedemikian sehingga orang-orang menyadari bahwa semua orang
berkesempatan menang. Program baru yang sedang diterapkan dalam institusi
menghadiahi suatu kesempatan untuk semua bagian: para mahasiswa, para dosen,
jabatan, dan prinsip. Bagaimanapun, implementasi yang baik memerlukan enersi,
waktu, dan kesabaran. Implementasi, agar berhasil, harus dirasa sebagai suatu usaha
yang menuntut suatu batasan waktu jangka panjang dan kooperasi dan keterlibatan
utama antar orang-orang dan jurusan. Lihat tips Kebijaksanaan untuk Promosi
Perubahan.
Kebijaksanaan untuk Promosi Perubahan
Persamaan manusia adalah suatu pertimbangan penting untuk implementasi
kurikulum. Agen perubahan dan para pemimpin perubahan harus memahami
orang-orang dan bagaimana mereka bereaksi untuk berubah. Berikut ini adalah
beberapa gagasan di luar kebiasaan untuk dipertimbangkan:
1. Kemajuan dari kepastian ke kerancuan. Meyakinkan segalanya bahwa semua
pada tempatnya sebelum mulai implementasi, dan menyadari bahwa beberapa hal-hal
tak diduga akan terjadi.
2. Pertimbangkan beberapa kekacauan dalam ordermu. Dalam journal implementasi,
-
22
kadang terjadi kejutan dan kekacauan. Dalam berhadapan kekacauan yang
direncanakan kita boleh merangsang modifikasi kreatif dalam implementasi kita, dan
membawa ke dalam hubungan keberadaan yang kita tidak pernah membayangkannya.
3. Lihat makna sesungguhnya dari perilaku orang
4. Sadarilah bahwa orang-orang akan menentang perubahan, tetapi harus dilakukan.
5. Gunakan kemungkinan kekeliruan untuk membangun kredibilitasmu
6. Bersikap sensitip
7. Tingkatkanlah mutu permanen ke temporer
8. Humor pada saat yang tepat.
Educational Change Model
Walaupun ada banyak model implementasi, efektivitas dalam memanfaatkannya
tergantung pada sebagian pada seberapa baik kita menyerap keseluruhan konsep
implementasi. Michael Fullan telah membahas faktor pokok yang mempengaruhi
implementasi, yaitu:
1. Karakteristik perubahan
a. Relevansi dan Kebutuhanhan perubahan
b. Kejelasan
c. Kompleksitas
d. Mutu dan program bisa dipraktekkan
2. Karakteristik institusi di tingkat daerah
f. Sejarah usaha inovatif
g. Proses Adopsi
h. Dukungan Administratif pusat
i. Pengembangan staff dalam jabatan dan keikutsertaan)
j. Garis Waktu dan sistem informasi
k. Tampakan dan Karakteristik masyarakat
3. Karakteristik di level institusi
l. Karakteristik prinsip dan kepemimpinan
m. Karakteristik dosen dan hubungan
n. Karakteristik mahasiswa dan kebutuhan
4. Karakteristik external menuju sistem lokal
o. Peran para agen pemerintah
p. Dana-Dana ekstern
-
23
Orang yang ingin menerapkan kurikulum yang baru perlu memahami karakteristik
dari perubahan yang sedang dirancang. Sering orang akan menentang inovasi sebab
perubahan tersebut tidak diberitahukan atau, jika diberitahukan, orang itu tidak mau
memerima oleh perubahan tersebut. Kebutuhan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
dijaga. Perubahan pandangan bersamaan dengan nilai-nilai, mereka jadi lebih
berkeinginan menerima inovasi yang sedang diusulkan.
-
24
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. RANCANGAN PENELITIAN
Berdasakan pada masalah penelitian yang telah dirumuskan pada Bab 1 maka
penelitian ini akan menggunakan Metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode ini
dipilih karena feonomena yang akan dipecahkan bersifat abstrak yang
menghubungkan dua fenomena yaitu: fenomena psikologis (dalam hal ini, faktor
motivasi) dengan fenomena kegiatan pendidikan (dalam hal ini, proses belajar
mengajar pada studio perancangan Arsitektur).
3.2. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan pada Studio Tugas Akhir baik yang berlokasi di kampus
Sudirman. Pengamatan Kampus hanya terbatas pada pencarian data dan informasi
fisik tentang kondisi, kualitas dan fasilitas yang tersedia.
Sedangkan data dan informasi yang bersifat opini, pendapat, penilaian, komentar
mahasiswa yang akan dijadikan sampel tidak terikat dengan lokasi (insitu).
Wawancara yang dilakukan bisa dilakukan dimana saja (exsitu)
3.3. JENIS DAN SUMBER DATA
a. JENIS DATA
Jenis data yang akan dikumpulkan dapat berupa data angka angka (kuantitatif) seperti
luas ruang studio, luas ruang “studio” , kapasitas daya tampung ruang. Selain itu juga
data yang bersifat kualitatif misalnya untuk menilai kualitas sarana dan prasarana
studio, identifikasi fasilitas yang tersedia dan data lain berupa pendapat, komentar,
uneg –uneg, penilaian mahasiswa.
b. SUMBER DATA
Sebagian besar data akan diperoleh dari sumber primer, artinya peneliti akan mencari
langsung dari sumber aslinya, baik melalui wawancara maupun observasi langsung di
lapangan. Sedangkan Data sekunder, misalnya ukuran ruang studio diperoleh dari
-
25
data yang sudah dimiliki oleh jurusan atau fakultas (bila tidak ada akan diadakan
pengukuran sendiri/sumber primer).
3.4. TEKNIK SAMPLING
Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
sampling, artinya mahasiswa yang akan diwawancarai sengaja dipilih berdasarkan
pertimbangan akan dapat memberikan informasi yang banyak tentang studio dan
permasalahannya. Mahasiswa yang akan diwawancarai adalah mahasiswa yang
sedang dalam proses di Studio Tugas Akhir. Pertimbangannya adalah mahasiswa ini
sedang berproses menggunakan berbagai kemampuan, menerapkan apa yang mereka
ketahui dan dapatkan selama kuliah.
Jumlah sampling tergantung dari jumlah mahasiswa yang sedang mengikuti Studio
Tugas Akhir, bila jumlahnya banyak akan ditetapkan 10 % dari jumlah tersebut.
Namun bila jumlahnya sedikit maka akan diambil semuanya (sensus).
3.5. TEKNIK PENDATAAN
Data akan diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap
responden yang dipilih. Pada wawancara mendalam ini peneliti akan melepas
responden bercerita sebanyak mungkin apa yang mereka ketahui, rasakan, impiannya,
serta memperhatikan bahasa tubuh, mimik wajah ketika bercerita. Diusahakan
sedemikian rupa supaya responden tidak mengetahui bahwa mereka “diwawancarai”,
diharapkan dengan cara ini diperoleh data yang “alami” tidak dibuat buat, apa adanya.
Untuk itu rekaman wawancara dilakukan secara tersembunyi (hidden recorder).
Sedangkan data fisik studio akan dilakukan melaui teknik observasi. Karena peneliti
adalah juga dosen pembimbing pada studio Perancangan, maka penghayatan dan
gambaran suasana ruang setidaknya sangat membantu “membaca” ruang ruang yang
ada.
3.6. INSTRUMEN PENELITIAN
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Handphone sebagai alat perekam, bukan alat rekam yang menjolok.
2. Kamera
3. Meteran
-
26
3.7. TEKNIK ANALISIS DATA
Langkah langkah analisis penelitian dilakukan beberapa tahap:
1. Data yang diperoleh dari rekaman wawancara (audio data) ditransfer kedalam
bahasa tulis (literate data).
2. Hasil wawancara sebagai faktor intrinsik yang sudah dalam bentuk tulisan,
dicoding, yaitu diberi tanda misalnya dengan stabilo untuk mencari kata kata
kunci yang memiliki makna, langkah ini juga sekaligus sebagai upaya reduksi
data yang banyak menjadi lebih ringkas.
3. Dari makna kata yang diperoleh, diinterpretasikan sesuai dengan tujuan
penelitian.
4. Demikian halnya dengan data data fisik tentang studio, fasilitas sarana dan
prasarana, suasana ruang (sebagai faktor ekstrinsik) dideskripsikan dan dikaji
silang dengan hasil wawancara,
5. Selanjutnya faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik didialogkan dengan teori dan
kemudian di interpretasikan dan dimaknai
6. Termasuk dalam pertimbangan analisis adalah interpretasi bahasa tubuh,
mimik, suasana ruang dibalik yang kasat mata.
7. Pelaporan penelitian dilengkapi dengan gambar, sketsa,foto .
-
27
BAB 4
HASIL DAN BAHASAN
4.1 KESESUAIAN ANTARA MATERI PELAJARAN TEORI DENGAN SATUAN
ACARA PERKULIAHAN (SAP)
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) berfungsi sebagai pedoman kerja dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan,
yaitu :
Preventif
Mencegah Dosen dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan yang telah
ditentukan dalam kurikulum.
Korektif
Berfungsi sebagai rambu-rambu yang harus ditaati dan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pendidikan.
Konstruktif
Memberikan arah secara rinci bagi pelaksanaan dan pengembangan pendidikan
yang mengacu pada kurikulum.
Salah satu kesulitan dalam penelitian ini adalah kenyataan bahwa dari 48 pengajar
arsitektur hanya sekitar 20 orang (41 %) saja yang memiliki SAP. Dari 20 orang
tersebut hanya 12 orang yang menyampaikannya di awal kuliah kepada mahasiswa,
dalam arti menyampaikan secara oral bukan menyampaikan/memberikan secara fisik
SAP tersebut kepada mahasiswa. Sehingga agak menyulitkan ketika menanyai hal ini
kepada mahasiswa, misalnya Gde Bambang Yudha (angkatan 2011) menyatakan:
“ Pak, kami tidak tahu persis, apakah SAP yang disampaikan di awal kuliah sama
dengan materi yang diberikan kepada kami. Saya lupa dan tidak hapal. Tetapi yang
jelas bapaknya….memberikan penjelasan di awal kuliah. Juga tidak tahu apakah dosen
berikutnya (catatan dari peneliti: mungkin ini mata kuliah yang diajar berbanyak dosen)
mengikuti SAP koordinator mata kuliah” (wawancara 6 September 2015, jam 17.00 di
rumah).
Karena materi SAP tidak diberikan kepada mahasiswa sehingga agak menyulitkan
untuk mengevaluasi implementasinya. Lalu dicoba mencari arsip di jurusan salah satu
SAP yang dibuat salah satu tenaga pengajar, berdasarkan bahan tersebut diadakan
-
28
wawancara kembali ke mahasiswa yang sama dan tanggapannya adalah sebagai
berikut.
“seingat saya ada beberapa materi yang sesuai dengan apa yang pak tanyakan…tetapi hanya
disinggung sepintas….tidak sedetail yang tertera di SAP……bahkan ada juga yang tidak
tertera justru banyak diterangkan ibunya” (wawancara 14 september 2015 di ruang prodi
Pascasarjana pariwisata jam 10.00).
Dari wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa ternyata isi SAP tidak sesuai dengan
penerapannya di depan kelas. Pengajar lebih banyak berimprovisasi apa yang
diinginkan dan apa yang diketahui. Menurut Nurudin Zanky2 dalam tulisannya
“Permasalahan dan Solusi dalam Proses Belajar Mengajar” bahwa berimprovisasi
terhadap SAP sah sah saja dan malah dianjurkan sebagai variasi atau mengurangi
kejenuhan, kemonotonan dalam proses belajar mengajar, asalkan tidak keluar dari
batas prinsip utama SAP.
Dengan demikian tujuan SAP yang bersifat preventif, korektif dan konstruktif belum
sepenuhnya bisa tercapai di jurusan arsitektur Unud. Diperlukan adanya suatu
terobosan kebijakan dari pimpinan untuk “memaksa” para pengajar untuk membuat
SAP dan menciptakan suatu sistem pengawasan terhadap implementasinya. Di
beberapa negara maju, mahasiswa memilki keberanian untuk menagih kepada
pengajar untuk suatu ke alpaan materi yang tidak diberikan sesuai dengan SAP.
-
29
4.2 KESAMAAN PEMAHAMAN TEAM TEACHING TENTANG MATERI
PELAJARAN TEORI YANG AKAN DIIMPLEMENTASIKAN PADA STUDIO
PERANCANGAN ARSITEKTUR
Studio Perancangan Arsitektur yang memiliki SKS 6 dan diadakan dua kali dalam
seminggu dengan durasi 7 jam/pertemuan. Rata rata jumlah dosen yang terlibat dalam
Studio sekitar 12 orang. Pembagian tugas setiap dosen tergantung dari masing masing
pengelola Studio. Pada Studio 1 misalnya, setiap dosen bertanggung jawab hanya
pada satu kelompok mahasiswa dalam hal membimbing dan menilai. Variasi lainnya,
misalnya pada Studio 6, satu atau dua dosen (tergantung dari jumlah mahasiswa),
bertanggung jawab pada satu kelompok mahasiswa (membimbing dan menilai) tetapi
juga secara bergilir juga membimbing dan menilai kelompok lainnya.
Dari berbagai variasi pengelolaan Studio di atas, masing masing memiliki kelebihan
dan kelemahan. Paling banyak permasalahan yang ditemui adalah pada bimbingan
yang bergilir seperti contoh pada Tabel 1
Tabel 1 Jadwal Tugas Dosen
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Dosen A Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5
Dosen B Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Kelompok1
Dosen C Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Kelompok1 Kelompok2
Dosen D Kelompok4 Kelompok5 Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3
Dosen E Kelompok5 Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4
Dari Tabel 1 terlihat bahwa setiap jadwal pertemuan, Dosen bertugas pada kelompok
yang berbeda. Pada setiap pergantian tersebut, kadangkala informasi dan tuntutan
target dan kedalamannya antara dosen berbeda, sebagaimana yang dialami oleh Gde
Bambang Yudha.
“kami mahasiswa jadi bingung pak, ketika asistensi dengan ibu A arahannya seperti
ini, namun giliran dengan bapak C diberi arahan lain lagi” (wawancara tgl 6
September pukul 17.00 di rumah).
Lalu ketika dikejar dengan pertanyaan berikutnya untuk mengetahui siapa yang
akhirnya diikuti, dengan enteng dan polos dijawab sebagai berikut.
“ kami lihat lihat dulu pak, misalnya melihat jadwal tugas dosen,……apakah akan
bertemu lagi dengan dosen yang sama atau tidak, kalau demikiankelompok kami
2 http://mr-zanky.blogspot.co.id/2008/06/permasalahan-dan-solusi-dalam-proses.html
-
30
bikin beberapa versi, tetapi kami lebih cenderung mengikuti dosen yang paling
menentukan nilai akhir nantinya, hehehe….habis mau mengikuti yang mana?”
(wawancara 6 September 2015)
Dari diskusi diskusi diatas terkesan bahwa mahasiswa dalam mengerjakan studio
bersifat pragmatis, mereka tidak terlalu perduli dengan kebenaran ilmiah, mereka
lebih cenderung berorientasi pada kelulusan, entah dengan cara apapun.
Pembelajaran (lesson learned) yang bisa dipetik dari ini adalah bahwa masalah
ketidak samaan persepsi antara dosen di dalam team teaching bisa diatasi dengan
komunikasi antara team dalam bentuk koordinasi secara terus menerus mulai dari
penentuan tugas, target materi dan kedalaman tugas hingga hingga penentuan nilai
akhir.
4.3. TUNTUTAN SUBSTANSI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR
PERNAH (ATAU TIDAK PERNAH) DIBERIKAN TEORI PENUNJANG
SEBELUMNYA
Studio Perancangan Asitektur pada dasarnya adalah kegiatan perancangan (design)
yang dikerjakan selama satu semester. Durasi waktu yang digunakan cukup panjang
karena seluruh proses perancangan harus dikerjakan secara komprehensif, mulai dari
ide, konsep rancangan, pemrograman ruang, dan desain (rancangan tapak, tampak
bangunan, potongan, detail arsitektural hingga penyajian akhir dalam bentuk
perspektif). Tentu saja kegiatan ini tingkat kesulitannya berbeda antara satu studio
dengan studio lainnya. Prinsipnya semakin tinggi studionya semakin kompleks
pekerjaan yang dilakukan.
Seluruh rangkaian proses desain yang telah dipaparkan diatas, secara teoritis
materinya telah diberikan satu semester sebelumnya. Singkatnya, studio adalah
aplikasi praktek dari teori yang telah didapatkan sebelumnya. Memang tidak mudah
mengaplikasikan teori dalam praktek, selalu ada penyesuaian penyesuaian terhadap
kasus tugas yang diberikan.
Pada saat aplikasi inilah terlihat dan terasa ada bagian bagian tertentu dari rangkaian
proses desain ini yang kurang, dalam arti teori yang diberikan sebelumnya belum
-
31
mampu menjawab atau tidak seimbang dengan tuntutan kedalaman yang diminta
dalam Studio. Kalau itu tejadi, masih bisa diatasi dengan memperdalam materi
melalui berbagai sumber (buku, internet). Tetapi yang lebih parah adalah jika materi
yang dituntut tidak pernah diberikan pada tahapan teori. Misalnya dalam tahapan
“Transformasi Konsep”, terkesan mahasiswa tidak mengerti apa yang dilakukan,
meski mereka membuatnya berlembar-lembar, seperti yang dikemukakan oleh Gde
Bambang Yudha berikut ini.
“kami tidak pernah diajarkan bagaimana membuat Transformasi Konsep, sehingga
kami hanya meniru dan mengambi contoh dari kakak senior” (wawancara 6
September 2015).
Pertanyaan selanjutnya adalah menanyakan pemahaman terhadap contoh yang
diberikan oleh kakak kelas mereka. Bambang memberi jawaban sebagai berikut.
“kami terus terang tidak mengerti, pokoknya apa yang diberikan oleh kakak senior
langsung saja kami modifikasi sesuai dengan tugas, hehehe…”
Demikian halnya dengan pengetahuan tentang “Struktur dan Konstruksi Bangunan”
“ kami memang telah mendapatkan materi tersebut, bahkan dengan berbagai contoh
contoh, namun kami sudah lupa semuanya………..terlalu lama antara teori dan
praktenya di studio pak, catatan (catatan peneliti: maksudnya buku kuliahnya) sudah
tidak tahu dimana disimpan, malas pak mencarinya lagi…..usul saya pak, kalau bisa
mestinya pada semester yang sama……sehingga masih fresh.”
Pembelajaran yang bisa dipetik adalah, perlunya pembenahan pada beberapa mata
kuliah yang langsung berkontribusi pada kegiatan studio, misalnya pada mata kuliah
“Metode Perancangan” memberikan materi dan latihan yang banyak bagaimana
membuat “transformasi Konsep” yang baik dan benar.
-
32
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya
maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
5.1.1 Masih sangat terbatas SAP yang dibuat oleh Dosen di jurusan Asitektur. Dari
SAP yang dibuat tidak semuanya sesuai dengan yang diberikan kepada
mahasiswa, bahkan sebagian agak melenceng dan banyak improvisasi.
5.1.2 Pemahaman antara dosen team teaching tentang kedalaman materi yang dituntut
dalam studio tidak sama, sehingga mahasiswa bingung untuk mengambil sikap
yang pada akhirnya lebih berorientasi pada “kelulusan” ketimbang mengetahui
secara benar dan ilmiah.
5.1.3 Ada kesenjangan antara tuntutan materi studio dengan materi teori yang
diberikan sebelumnya. Ada yang terlupa karena jarak waktu antara pemberian
teori dan aplikasinya di studio terlalu lama. Juga masih ada materi yang belum
pernah diberikan pada tahapan teori, namun dituntut pembuatannya saat studio
(misalnya kegiatan Transformasi konsep).
5.2 SARAN
a. Perlu ada kebijakan pada pimpinan untuk “memaksa” setiap dosen koordinator
mata kuliah untuk membuat SAP. Selain itu perlu dicari suatu mekanisme
pengawasan pelaksanaan SAP secara konsisten, misalnya pemberdayaan
mahasiswa untuk mengontrol kesesuaian SAP dan terapannya dikelas.
b. Koordinasi secara terus menerus antara team teaching di studio menyangkut
kedalaman target tugas, bentuk penyajian (deskripsi dan gambar) dan setiap
permasalahn yang timbul pada proses studio berlangsung.
c. Perlu ada pemberian materi contoh dan latihan bagaimana membuat “transformasi
konsep” yang baik dan benar.
-
33
Daftar Pustaka
Allan C. Ornstein dan Francis P. Hunkins. 2004. Curriculum: Foundation, Principles,
And Issues, Fourth Edition. Boston USA: Pearson Education
Bakarman, Ahmed Abdullah. Quality Evaluation Tool for the Design Studio Practice
(Pdf)
Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikologi. Jakarta:BPK Gunung Mulia
Keith, Davis, & Jhon W. Newstrom, 2000. Perilaku Dalam Organisasi .Yogyakarta:
BPFE.
Laurens, Joyce M. (ed), 2002. The Design Studio. Surabaya: PCU.
Louis, Karen Seashore and Miles, Matthew B. 1990. Improving the Urban High
School: What Works and Why. Pennsylvania: Teachers College Pr.
Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek,
Cetakan Kedua. Bandung: Rosdakarya.
Natawijaya, Rohman dan Moesa, Moein, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Dikti.
Salama, Ashraf. 1995. New Trends In Architectural Education: Designing the Design
Studio. North Carolina.
S. Nasution. 2005. Asas-asas Kurikulum, Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman. A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
Sigit Arifin, Liliany. Manajemen Pengajaran di Studio Disain Arsitektur. Dimensi
Teknik Arsitektur Vol. 30, No. 1, Juli 2002: 1 – 9
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan.
Fullan, Michael. Goodland, John. 1991. Teacher Development and Educational
Change
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/kurikulum/Panduan Ringkas Menyusun KPT.pdf
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/kurikulum/Panduan
-
34
LAMPIRAN
1. BIAYA PENELITIAN
Total biaya yang dihabiskan adalah Rp.10.000.000 (Dua Puluh Juta Rupiah) yang
rinciannya dapat dilihat pada Tabel 1
Tabe 1. Komponen Pembiayaan Penelitian
No Komponen Pembiayaan Total
1 Bahan habis pakai dan peralatan 6.000.000
2 Perjalanan 500.000
3 Gaji dan Upah 2.000.000
4 Lain lain 1.500.000
Jumlah 10.000.000
2. JADWAL PENELITIAN
Waktu yang dialokasikan untuk penelitian ini adalah 2 (dua) bulan, terhitung mulai
bulan Agustus hingga September 2015. Secara terinci kegiatan yang dilakukan dapat
dilihat pada Tabel 2
Tabel 2 Tata Kala Penelitian
No KEGIATAN
WAKTU
Agustus September
II III IV V VI VII VIII
1 Persiapan
(Grand tour,
kajian
pustaka)
2 Pendataan
3 Analisis dan
Interpretasi
4 Penyusunan
laporan
5 Penggandaan
dan penjilidan
5 Penyerahan
Laporan
-
35
3.Justifikasi Anggaran
A. HONOR
No. Honor
Honor/Jam
(Rp)
Waktu
(jam/minggu)
Jumlah
Minggu Jumlah (Rp)
1 Ketua 50000 4 8 1,600,000
2 Anggota 1 25000 4 7 700,000
3 Anggota 2 25000 4 7 700,000
Sub Total A : 3,000,000
B. PERALATAN PENUNJANG
No. Material
Justifikasi
Pemakaian Volume
Harga
Satuan Jumlah (Rp)
1 Sewa Laptop bulan 1 1,000,000 1,000,000
2 Sewa printer bulan 1 435,000 435,000
Sub Total B : 1,435,000
C. BAHAN HABIS PAKAI
No. Material
Justifikasi
Pemakaian Volume
Harga
Satuan Jumlah (Rp)
1 Amplop folio coklat isi 100 20 Kotak 28,000 560,000
2 Amplop Samson tebal 100 BH 2,000 200,000
3 Bateray kecil merk ABC 5 Kotak 21,000 105,000
4 Buku Agenda 3 BH 27,000 81,000
5 CD-RW isi 5 Buah 10 Kotak 98,000 980,000
6 Isi Cutter Besar 2 Kotak 6,000 12,000
7 Isi pentel hitam 2 Kotak 13,000 26,000
8 Isolasi bening uk 1x712 yard 12 BH 10,000 120,000
9 - Kertas HVS A4 80gr 5 rim 45,000 225,000
10 - Klip Seagul isi 10 Kotak 2 BH 13,000 26,000
11 - Lem Provinal 112 2 BH 5,000 10,000
12 - Map Box File Bantek 30 Kotak 24,000 720,000
13 - Map Holder Plastik 31 Kotak 20,000 620,000
14 - Map Teka besarinternasional 50 BH 13,000 650,000
15 - Photocopy 200 Lembar 150 30,000
16 - Tinta Printer Epson 4 BH 800,000 3,200,000
Sub Total C : 7,565,000
D. PERJALANAN
No. Nama Perjalanan
Justifikasi
Perjalanan Volume
Harga
Satuan Jumlah (Rp)
1 Perjalanan ke studio rumahan Darat 1 paket 750,000
Sub Total D : 750,000
E. LAIN - LAIN
No. Nama Kegiatan Justifikasi Volume
Harga
Satuan Jumlah (Rp)
1 Penggandaan Proposal Penelitian 50,000 7 eksemplar 350,000
2 Penggandaan Lap Penelitian 100,000 13 Eksemplar 1,300,000
3 Konsumsi (Nasi dan Kue kotak) 40,000 15 kotak 600,000
Sub Total E : 2,250,000
TOTAL ANGGARAN : 10,000,000
-
36
Lampiran 2. Format Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas
No Nama / NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu Alokasi Waktu
(jam/minggu) Uraian Tugas
1. Dr.Ir. Syamsul Alam
Paturusi, MSP
00-060557-03
Jurusan
Arsitektur
Perencanaan
Kota
4 jam/minggu Koordinator
penelitian
Menyiapkan
penelitian
2. Ir.I Made Suarya, MT Jurusan
Arsitektur
Teori dan
Kritik
Arsitektur
4 jam/minggu Koordinasi
lapangan
3. Dr.Ir. Widiastuti,MT Jurusan
Arsitektur
Perencang
Knota
4 jam/minggu Membuat
laporan
-
37
Lampiran 4. Format Biodata Ketua/Anggota Tim Peneliti/Pelaksana
BIODATA TIM PENELITI
A. Identitas Diri (Ketua / Anggota) 1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP
2 Jenis Kelamin Laki
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 19570506 198403 1 001
5 NIDN 00-060557-03
6 Tempat dan Tanggal Lahir Makassar 6 Mei 1957
7 E-mail [email protected]
8 Nomor Telepon/Faks/HP (0361) 734312/0816 4703 831
9 Alamat Kantor Bukit jimbaran
10 Nomor Telepon/Faks (0361 703 384)
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= orang, S-2= orang; S-3= orang
12 Mata Kuliah yang Diampu 1. Seminar Tugas Akhir
2. Metodologi Penelitian
3. Studio Perancangan Arsitektur 1 dan 6
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Unhas ITB Universite de Pau et
des Pays de l’Adour
Bidang Ilmu Arsitektur Perencanaan Kota dan
Wilayah
Perencanaan Kota
dan Wilayah
Tahun Masuk-Lulus 1976 - 1983 1986 - 1988 1997 -2000
Judul Skripsi/Thesis/Disertasi
Perancangan Kebun
Binatang di
Ujungpandang
Pengaruh Pariwisata
Terhadap Pola Tata
Ruang Perumahan
Tradisional Bali
Le problème des
impacts culturels du
tourisme À Bali
(Indonésie) : vers une
alternative
planificatrice
Nama Pembimbing/Promotor Ir.JSG. Undap Dr.Ir. Bambang
Kusbiantoro, MA, MSc Olivier Soubeyran
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml.(Juta Rp.)
1. 2013
Pola Penggunaan Ruang pada
Kawasan Tepian Sungai di Denpasar Hibah Jurusan
arsitektur Rp.15.000.000
2.
3.
*tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber dana lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun Terakhir
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
*Sumber Jml.(Juta Rp.)
1. 2013 Penghijauan di Bedugul
2. 2012 Bilteks di Serangan
-
38
3.
2011 Penataan Ruang Publik di Kopleks
Perumahan Padang Galeria,
Denpasar
*tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber dana lainnya.
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/
Tahun Nama Jurnal
1. Pavingisasi Pusat Kota Denpasar :
Kajian Fungsional dan Estetika..
Jurnal Terakreditasi Dirjen
Dikti Depdiknas
No.108/DIKTI/Kep./2007.
ISSN 1411-9688. Volume
10 Nomor 1, Februari
2010
Bumi Lestari : Jurnal
Lingkungan Hidup
2. Merajut Masa Lalu, Menggapai
Lingkungan Binaan Hari Esok,
, Volume 7 Nomor 1
Februari 2009
NATAH
3.
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan
Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1.
Seminar Nasional Reinterpretasi
Identitas Arsitektur Nusantara.,
World Heritage di Jatiluwih:
Untuk Siapa dan Untuk Apa?.
Prosiding Seminar ISBN no.
978-602-7776-68-5
Denpasar, 10
Oktober 2013
2.
International Joint Seminar
«Architecture and Built
Heritage ».
Stagnansi Perkembangan
Konsep Arsitektur Bali
Denpasar 11 April
2013
3.
Seminar dalam Rangkaian
Festival Danau Sentani.
Dasar dasar Pertimbangan
Perencanaan Destinasi
Pariwisata
Jayapura 15 April
2013
4 Seminar Pariwisata
Berkelanjutan, Program Doktor
Pascasarjana Pariwisata,
Elemen Arsitektur Bali Sebagai
Tengaran (Landmark) Atraksi
Pariwisata di Bali.
Denpasar 2 Mei
2013.
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman Penerbit
1.
Soroh Pande di Bali : Pembentukan « Kasta »
dan Nilai Gelar (terjemahan Francois
Guermonprez, Les Pande de Bali : La
Formation d’une « Caste » et La Valeur d’un
Titre
2012 395 Udayana
University
Press.
2.
H. Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1.
2.
-
39
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam
5 Tahun Terakhir
No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial
Lainnya yang Telah Diterapkan Tahun
Tempat
Penerapan
Respon
Masyarakat
1.
2.
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 Tahun Terakhir (dari
pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan Tahun
1.
2.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam Hibah Penelitian Jurusan Arsitektur Tahun 2015
Bukit Jimbaran, 14 Mei 2015
(Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP)
-
40
Lampiran 5. Format Surat Pernyataan Ketua Tim Peneliti
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR
Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali (0361) 703384, 703320 Fax : 703384
www.ar.unud.ac.id
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP
NIDN / NIP : 00 -060557 -03
Pangkat / Golongan : Pembina Tk I/IV b
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul :
EVALUASI TERHADAP KESINAMBUNGAN ANTARA MATAKULIAH PADA
KURIKULUM JURUSAN ARSITEKTUR, FAKULTAS TEKNIK UNUD
yang diusulkan dalam ‘Hibah Penelitian Jurusan Arsitektur Tahun 2015’, bersifat
original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga / sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan
seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.
Bukit Jimbaran, 14 Mei 2015
Menyetujui,
Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNUD Ketua Tim Peneliti
(meterai 6000)
Ir. I Made Suarya,MT
NIP.19561015 198601 1 001
Dr.Ir. Syamsul Alam Paturusi,MSP
NIP. 19570506 198403 1 001