LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
Transcript of LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
![Page 1: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/1.jpg)
Bidang Unggulan : Kesehatan dan Obat-obatan
Kode/Nama Bidang Ilmu: Kesehatan Masyarakat
LAPORAN AKHIR
HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN
PUSKEMAS TENTANG MANAJEMEN
PENATALAKSANAAN KORBAN KERACUNAN ARAK
METANOL DI KABUPATEN GIANYAR.
TIM PENGUSUL
Rina Listyowati, SSiT, M.Kes (197105292008122001)
dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH (198311041008012005)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
JANUARI
2015
![Page 2: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/2.jpg)
![Page 3: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/3.jpg)
RINGKASAN
Minuman beralkohol tradisional adalah minuman beralkohol yang
mengandung etil alkohol atau etanol (C2H
5OH) yang dibuat secara tradisional dan
turun temurun yang dikemas secara sederhana dan pembuatannya dilakukan sewaktu-waktu, serta dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara keagamaan. Di Bali, masyarakat menyebut minuman tradisional yang mengandung alkohol dengan istilah arak. Arak Bali sudah terkenal sejak lama sebagai minuman keras yang luar biasa. Namun dalam peredarannya di pasar, terdapat beberapa arak yang di dalamnya terdapat kandungan metanol.
Kesalahan dalam proses distilasi akan menyebabkan adanya kandungan
metanol yang dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Metanol sering
disalah gunakan sebagai bahan pembuat minuman keras. Metanol digunakan sebagai
pengganti etanol karena disamping harganya yang relatif lebih murah juga akibat
ketidak pahaman akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kedua zat tersebut,
sehingga banyak yang beranggapan bahwa sifat dan fungsi metanol adalah sama
dengan etanol. Banyak kasus terkait dengan keracunan arak metanol sudah terjadi dalam
beberapa tahun terakhir ini yang mengakibatkan terjadinya keracunan pada beberapa
wisatawan dan penduduk setempat, bahkan terdapat beberapa kasus hingga
menyebabkan kematian. Dalam hal ini petugas kesehatan di tingkat pertama yaitu
puskesmas perlu mengetahui dan memahami bagaimana manajemen atau tindakan
penanganan pasien kasus keracunan arak metanol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan
petugas kesehatan puskesmas mengenai manajemen penatalaksaaan korban
keracunan arak metanol. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan melalui
penyebaran kuesioner kepada 106 orang staff petugas puskesmas yang berprofesi
dokter dan perawat di 13 puskesmas. Data kualitatif dikumpulkan melalui
wawancara mendalam kepada 13 orang penyedia pelayanan kesehatan yang dipilih
secara purposive sampling. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif dan data
kualitatif dianalisis dengan analisis tematik
![Page 4: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB 1 PENDAHULUAN
Minuman beralkohol tradisional adalah minuman beralkohol yang
mengandung etil alkohol atau etanol (C2H
5OH) yang dibuat secara tradisional dibuat
secara tradisional dan turun temurun yang dikemas secara sederhana dan
pembuatannya dilakukan sewaktu-waktu, serta dipergunakan untuk kebutuhan adat
istiadat atau upacara keagamaan. Beberapa daerah di negara kita bahkan memiliki
minuman beralkohol tradisional khas, salah satunya yang terkenal adalah Arak Bali.
Arak Bali asli berasal dari fermentasi beras ketan mirip dengan cukrik atau
fermentasi dari sari kelapa dan buah-buahan lain yang memiliki kadar alkoholnya 37-
50% (BPOM, 2014). Salah satu desa di daerah Karangasem, yaitu Desa Merita
dikenal sebagai kampung produsen arak Bali yang telah memproduksi arak sejak era
1700. Minuman tradisional merupakan salah satu aspek yang penting dalam upacara
ritual, khususnya dalam upacara keagamaan
Arak biasannya dikonsumsi oleh masyarakat Bali yang tinggal di daerah
pegunungan. Arak bisa disimpan dalam beberapa tahun, sehingga minuman ini
terdapat di pasar luar negeri. Sebagai tempat destinasi para wisatawan, arak dijual
secara luas dan bebas untuk para wisatawan. Hal ini dikarenakan, minuman alkohol
yang di import dari beberapa negara di Indonesia harga cukup mahal. Namun, dalam
peredarannya terdapat beberapa arak yang memiliki kandungan metanol.
Ada beberapa hal yang menyebabkan minuman tersebut memiliki kandungan
alkohol, diantaranya adalah karena kesalahan dalam proses distilasi dan adanya
beberapa penjual/pedagang yang menjual minuman beralkohol/keras (miras)
oplosan. Miras oplosan merupakan minuman keras yang terdiri dari berbagai
campuran, diantaranya dicampur dengan metanol, alkohol teknis (>55% etanol),
obat-obatan, minuman bersoda / softdrink, suplemen kesehatan, bahkan ada juga
yang dicampur dengan bahan kimia.
Metanol sering disalahgunakan sebagai bahan pembuat minuman keras.
Metanol digunakan sebagai pengganti etanol karena disamping harganya yang relatif
lebih murah juga akibat ketidak pahaman akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
![Page 5: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/5.jpg)
kedua zat tersebut, sehingga banyak yang beranggaban bahwa sifat dan fungsi
metanol adalah sama, sehingga orang yang sudah kecanduan minuman keras dan
kurang memiliki dana untuk membeli minuman keras yang legal cenderung membuat
atau membeli minuman keras yang illegal yaitu minuman keras oplosan yang
dicampur dengan metanol. Didalam tubuh metanol mudah terabsorbsi dan dengan
cepat akan terdistribusi kedalam cairan tubuh. Keracunan Metanol dapat
menimbulkan gangguan kesadaran (inebriation). Metanol sendiri sebenarnya tidak
berbahaya, yang berbahaya adalah metabolitnya dan dapat menyebabkan asidosis
metabolik, kebutaan yang permanen serta kematian dapat terjadi setelah periode laten
selama 6 – 30 jam.
Banyak kasus terkait dengan keracunan arak methanol sudah terjadi dalam
beberapa tahun terakhir ini yang mengakibatkan terjadinya keracunan pada beberapa
wisatawan dan penduduk setempat, bahkan terdapat beberapa kasus hingga
menyebabkan kematian beberapa turis wisatawan asing. Pada tahun 2012, 36 orang
yang berasal dari Bangli harus mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Sanglah
setelah mengkonsumsi arak metanol dan mengalami beberapa gejala keracunan
metanol, seperti: penglihatan rabun, sulit bergerak dan muntah-muntah. Dalam kasus
ini mengakibatkan 2 (dua) orang meninggal dan 8 orang mendapatkan perawatan dan
harus melakukan hemodialisis untuk mencegah gagal ginjal akut (Dinkes Prov. Bali,
2012). Selain itu, terjadi lagi kasus di Desa Munduk Banyuatis, Kabupaten Buleleng
pada tanggal 11 Januari 2014. Dilaporkan bahwa terdapat 55 orang mengalami
keracunan methanol, 3 orang meninggal, 2 orang dirawat inap, dan 50 orang rawat
jalan (Dinkes Prov. Bali, 2014). Dan masih banyak lagi kasus yang terjadi namun
tidak terlaporkan.
Hal ini perlu segera untuk ditindak lanjuti, mengingat kasus keracunan
minuman keras oplosan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Para petugas
kesehatan khususnya mereka yang berada di fasilitas kesehatan tingkat pertama perlu
mengetahui dan memahami dan bagaimana manajemen atau tindakan penanganan
pasien untuk kasus keracunan arak metanol. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin
mengetahui tingkat pengetahuan tenaga kesehatan mengenai manajemen
penatalaksanaan korban keracunan arak metanol di Kabupaten Gianyar, mengingat
banyak wilayah di Kabupaten Gianyar merupakan daerah wisata dimana konsumsi
dan tingkat penjualan minuman keras cukup tinggi.
![Page 6: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/6.jpg)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Minuman Beralkohol Tradisional
Minuman beralkohol tradisional adalah minuman yang mengandung
etil alkohol atau etanol (C2H
5OH) yang diproses secara tradisional dan turun-
menurun dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan
cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi yang dikemas
secara sederhana dan pembuatannya dilakukan sewaktu-waktu, serta
dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara keagamaan (BPOM,
2014).
Dari definisi ini terlihat jelas bahwa jenis alkohol yang diizinkan
dalam minuman beralkohol adalah Etanol. Berdasarkan Peraturan Menteri
Perindustrian No. 71/M-Ind/ PER/7/2012 tentang Pengendalian dan
Pengawasan Industri Minuman Beralkohol, batas maksimum etanol yang
diizinkan adalah 55%. Etanol dapat dikonsumsi karena diperoleh atau
diproses dari bahan hasil pertanian melalui fermentasi gula menjadi etanol
yang merupakan salah satu reaksi organik. Jika menggunakan bahan baku
pati/karbohidrat, seperti beras/ketan/tape/singkong, maka pati diubah lebih
dahulu jadi gula oleh amylase untuk kemudian diubah menjadi etanol.
Menurut Kartika dkk (1992), ada beberapa macam persyaratan
minuman beralkohol diantaranya adalah :
a. Kandungan metil alkoholnya maksimal 0,1% dari alkohol
absolutnya.
b. Zat warna yang digunakan tidak berbahaya.
c. Tidak mengandung logam berbahaya, misalnya Pb, Cu, Hg, Ag.
d. Kandungan zat pengawet yang diijinkan adalah sebagai berikut:
- SO3 maksimal 200 ppm
- SO2 bebas maksimal 50 ppm.
- Benzoat maksimal 300 ppm.
e. Kandungan asam volatile maksimal 0,2% yang dinyatakan dalam
asam asetat.
f. Bau dan rasa normal.
![Page 7: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/7.jpg)
Salah satu minuman beralkohol tradisional yang cukup popular dan
diminati dikalangan wisatawan domestik maupun manca negara di Indonesia
adalah Arak Bali. Salah satu desa di daerah Karangasem, yaitu Desa Merita
dikenal sebagai kampung produsen arak Bali yang telah memproduksi arak
sejak era 1700. Arak Bali sudah terkenal sejak lama sebagai minuman keras
yang luar biasa. Arak tidak berwarna dan mengadung alkohol yang cukup
tinggi. Minuman keras ini dibuat dari proses distilasi tuak. Arak biasannya
dikonsumsi oleh masyarakat Bali yang tinggal di daerah pegunungan. Arak
bisa disimpan dalam beberapa tahun, sehingga minuman ini terdapat di pasar
luar negeri. Sebagai tempat destinasi para wisatawan, arak dijual secara luas
dan bebas untuk para wisatawan.
Namun, banyak di pasaran terdapat beberapa minuman beralkohol
tradisional yang mengandung metanol. Salah satu penyebabnya adalah karena
kesalahan dalam proses destilasi, dimana suhu yang diperlukan untuk
menghasilkan etanol adalah 780C, bila suhu dalam destilasi rendah (≤64,7
oC)
maka yang dihasilkan adalah metanol. Metanol sering disalah gunakan
sebagai bahan pembuat minuman keras. Metanol digunakan sebagai
pengganti etanol karena disamping harganya yang relatif lebih murah juga
akibat ketidak pahaman akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kedua zat
tersebut, sehingga banyak yang beranggaban bahwa sifat dan fungsi metanol
adalah sama, sehingga orang yang sudah kecanduan minuman keras dan
kurang memiliki dana untuk membeli minuman keras yang legal cenderung
membuat atau membeli minuman keras yang illegal yaitu minuman keras
oplosan yang dicampur dengan metanol.
Didalam tubuh metanol mudah terabsorbsi dan dengan cepat akan
terdistribusi kedalam cairan tubuh. Keracunan Metanol dapat menimbulkan
sakit kepala, parkinson, mual-muntah, kejang-kejang, sesak bernafas,
penglihatan kabur, diare, dan gangguan kesadaran (inebriation). Metanol
sendiri sebenarnya tidak berbahaya, yang berbahaya adalah metabolitnya dan
dapat menyebabkan asidosis metabolik, kebutaan yang permanen serta
kematian dapat terjadi setelah periode laten selama 6 – 30 jam.
Menurut Kraut & Kurtz (2008) menyatakan bahwa, intoksikasi
metanol di Amerika Serikat jarang dijumpai, berkisar 1000-2000 kasus setiap
![Page 8: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/8.jpg)
tahun (kira kira 1% dari semua keracunan). Dosis fatal metanol yang
diminum berkisar 30-240 mL (20-150 g). Dosis toksik minimum berkisar 100
mg/kg. Peningkatan kadar metanol dalam darah pernah dilaporkan setelah
pemaparan hebat pada kulit dan inhalasi berlebihan. Rekomendasi ACGIH
merekomendasikan workplace exposure limit (TLV-TWA) untuk inhalasi
adalah 200 ppm dalam waktu rata rata 8 jam, dan kadar yang dianggap
berbahanya untuk kehidupan atau kesehatan adalah 25.000 ppm (Olson,
1994). Di literatur lain disebutkan jumlah metanol yang dapat menyebabkan
toksisitas berkisar 15-500 ml dari larutan 40% sampai 60-600 ml dari metanol
murni (Anderson, 1994).
B. Manajemen Penatalaksanaan Keracunan Arak Metanol Metanol
1. Menurut Kraut & Kurtz (2008) dan Anderson (1994), untuk lebih
memastikan apabila seseorang mengalami keracunan metanol, maka
langkah awal yang dapat dilakukan adalah melakukan pemeriksaan
laboratorium sebagai berikut:
- Kadar metanol dalam darah diukur dengan menggunakan gas
kromatografi. Kadar metanol serum >20 mg/dL sudah dianggap toksik
dan kadar >40 mg/dL dianggap sangat berbahaya. Kadar metanol yang
rendah atau tidak terdeteksi tidak menyingkirkan intoksikasi.
- Apabila tidak tersedia pengukuran metanol, maka dapat digunakan
osmolal gap serum sebagai pengganti.
- Osmolalitas darah dapat meningkat atau normal. Konsentrasi metanol
50 mg/dL akan meningkatkan osmolalitas sekitar 15 mOsm/L.
- Anion gap tinggi asidosis metabolic (pH darah 6,8-7,3) sebagai akibat
akumulasi formate.
- Asidosis laktat, sebagai akibat gangguuan respirasi sel yang
disebabkan oleh formate atau meningkatnya pembentukan NADH
selama metabolism metanol.
- Hiperkloremik asidosis metabolic.
- Pemeriksaan laboratorium lain yang diperlukan seperti elektrolit,
kadar gula darah, BUN, kreatinin, serum osmolaritas dan osmolar gap,
analisa gas darah, kadar etanol dan laktat.
![Page 9: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/9.jpg)
2. Untuk penatalaksanaan emergensi dan suportif yang dapat dilakukan
adalah:
- Jaga jalan nafas dan bantuan ventilasi apabila diperlukan
- Penatalaksanaan koma dan kejang apabila ditemukan.
- Atasi asidosis metabolik dengan sodium bikarbonat intravena.
Korekksi asidosis harus berdasarkan analisa gas darah (Kraut &
Kurtz, 2008). 3. Obat spesifik dan antidotum bila terjadi intoksikasi metanol, yaitu:
- Etanol: mulai pemberian oral atau infuse intrevena etanol untuk
mensaturasi enzim alkohol dehidrogenase dan mencegah
pembentukan dari metabolit toksik metanol. Terapi etanol
diindikasikan pada pasien dengan adanya riwayat meminum metanol,
saat kadar metanol darah tidak bias didapatkkan segera dan osmolal
gap >5 mOsm/L; asidosis metabolic dan osmolal gap > 5-10 mOsm/L
yang tidak disebabkan oleh etanol; konsentrasi metanol darah >20
msOsm/L.
- Folic acid dapat meningkatkan konversi formate menjadi
karbondioksida dan air. Dosis yang dianjuurkan 50 mg IV setiap 4
jam.
- Fomepizole (4-methylpyrazole), menginhibisi alkohol dehidrogenase
dan mencegah metabolism metanol (Henderson & Brubacher, 2002). 4. Dekontaminasi: dilakukan kumbah lambung arang aktif tidak
menunjuukkan adsobsi metanol secara efisien. Arang dapat
memperlambat absorbs apabila intoksasi secara oral. 5. Meningkatkan eliminasi : hemodislisis secara cepat dapat membersihkan
metanol (waktu paruh berkurang menjadi 3-6 jam) dan formate. Indikasi
untuk dialysis apabila dicurigai keracunan metanol dengan asidosis
metabolic, osmolal gap >10 mOsm/L, pengukuran konsentrasi metanol darah
>40 mg/dL. Dialisis harus diteruskan sampai konsentrasi metanol <20
mg/dL. Infus etanol harus ditingkatkan selama dialisis. The American
Academy Toxicology merekomendasikan penggunaan etanol atau
fomepizole unruk terapi intoksikasi metanol berdasarkan kriteria berikut:
- Konsentrasi metanol plasma > 20 mg/dL
![Page 10: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/10.jpg)
- Riwayat baru meminum metanol dengan osmolal gap serum > 10
mg/dL
- Kecuurigaab klinis kuat dari keracunan metanol dengan sedikitnya
duua dari berikut: pH arteri < 7,3, HCO3 < 20 mEq/L, dan osmolal
gap > 20 mOsm/L (Abramson & Singh, 2000).
The American Academy Toxicology merekomendasikan hemodialisis
dapat dilakukan apabila dijumpai asidosis metabolik (pH darah 7,25-
7,30), abnormalitas visual, gagal ginjal, gangguan elektrolit yang tidak
respons terhadap terapi konvensional dan/atau konsentrasi metanol serum
> 50 mg/dL. Hemodialisis dapat membersihkan metanol secara cepat,
mungkin dengan meningkatkan pembersihan formate, dan dapat
menghasilkan basa untuk mengkoreksi asidosis. Pemberian basa
direkomendasikan untuk mengobati asidosis metabolik dan meningkatkan
pembersihan formate melalui ginjal (Levine & Terabar, 2002).
BAB III METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gianyar dan pengumpulan data akan
dilakukan selama 6 bulan.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif dan
kualitatif. Dilihat dari waktu penelitiannya, penelitian ini menggunakan
rancangan cross-sectional yaitu data dikumpulkan pada suatu waktu tertentu
untuk menggambarkan keadaan dan kegiatan pada waktu tertentu.
3. Populasi dan Sampel
a. Data Kuantitatif
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staff Puskesmas yang
terdapat di Kabupaten Gianyar. Sampel adalah sebagian dari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Adapun
kriteria yang menjadi responden adalah:
1. Staff puskesmas yang berprofesi sebagai dokter umum ataupun
perawat.
![Page 11: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/11.jpg)
2. Bersedia menjadi responden dan bersifat kooperatif. Setelah dilakuukan pemilihan sampel berdasarkan kriteria diatas, maka
selanjutnya dilakukan perhitungan besar sampel penelitian. Menurut
Sastroasmoro dan Ismael (2011), perhitungan besar sampel untuk data
nominal dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: n = Jumlah Sampel Za = Tingkat kemaknaan (1,96) P = Proporsi adalah 0,5 (Lukiono, 2010) Q = 1-P (0,5) d = Tingkat Ketepatan yang diinginkan atau nilai presisi (10%)
Perhitungan:
sampel Dari perhitungan besar sampel di atas, maka diperoleh jumlah sampel
minimal dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 orang, tetapi untuk
menghindari drop out maka perlu ditambahkan 10 % dari jumlah sampel
yang didapat (Chandra, 2009). Sehingga atas pertimbangan tersebut,
maka besar sampel penelitian menjadi 106 sampel. Berikut merupakan besar sampel yang diteliti untuk masing-masing
puskesmas berdasarkan Proportionate stratified sample:
![Page 12: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/12.jpg)
Tabel 1 Besar Sampel Tiap Puskesmas
No. Strata Populasi Sampel
1. Puskesmas I Sukawati 21 12
2. Puskesmas II Sukawati 10 6
3. Puskesmas I Tegalalang 15 9
5. Puskesmas II Tegalalang 12 7
6. Puskesmas I Blahbatuh 12 7
7. Puskesmas II Blahbatuh 16 9
8. Puskesmas I Tampaksiring 5 3
9. Puskesmas II Tampaksiring 21 12
10. Puskesmas I Gianyar 17 10
11. Puskesmas II Gianyar 6 3
12. Puskesmas I Ubud 21 12
13 Puskesmas II Ubud 10 6
Jumlah 185 106
b. Data Kualitatif
Populasi data kualitatif adalah seluruh staff yang termasuk dalam bidang
manajemen pelayanan di puskesmas. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling. Menurut
Notoatmodjo (2010) dalam Rutu et all (2012) purposive sampling yaitu
pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu
yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya. Dalam penelitian kualitatif ini, prinsip
pengambilan sampel yang digunakan adalah prinsip kesesuaian
(appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Kesesuaian berarti
informan dipilih yang berkaitan informan dengan topik penelitian.
Sedangkan untuk kecukupan, data yang diperoleh dari informan dapat
menggambarkan fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian dan
informasi yang diperoleh memadai untuk mendukung analisis penelitian.
Dalam hal ini peneliti akan memilih 13 responden yang merupakan
seorang Kepala Puskesmas.
![Page 13: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/13.jpg)
4. Instrument Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuesioner kepada staff/petugas
khususnya dokter dan perawat kesehatan di 13 puskesmas yang terdapat di
Kabupaten Gianyar serta menggunakan pedoman wawancara mendalam
untuk melakukan wawancara mendalam kepada pihak manajemen di
Puskesmas. 5. Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara secara langsung dan
pengisian kuesioner oleh responden yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan dari laporan jumlah
tenaga kesehatan di masing-masing Puskesmas di Kabupaten Gianyar. 6. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
univariat. Analisis univariat diperlukan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan data secara sederhana melalui cara penyajian berupa
prosentase atau tabel distribusi frekuensi, batang (bar), diagram map, maupun
diagram pie (Budiharto, 2006). Pengolahan data diawali dengan memberikan
skor terhadap kuesioner yang telah diisi oleh responden dengan menggunakan
skala Guttman. Untuk jawaban benar diberi skor 1 dan untuk jawaban salah
diberi skor 0 pada setiap pertanyaan. Langkah selanjutnya ialah menghitung
skor akhir untuk pertanyaan di setiap aspek pengetahuan yang diteliti dan
menghitung skor akhir dari seluruh pertanyaan dalam kuesioner dengan
menggunakan rumus yang diadopsi dari Rahda (2012), yaitu:
Setelah data diolah, baru kemudian dilakukan analisis terhadap hasil dari
perhitungan skor akhir diatas untuk menginterpretasikan tingkat pengetahuan
petugas kesehatan terkait dengan manajemen penatalaksanaan korban
keracunan arak metanol, sesuai dengan kategori tingkatan pengetahuan
menurut Arikunto (2006) yang dikutip dalam Prihatiningsih (2012) di bawah
ini:
![Page 14: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/14.jpg)
1. Pengetahuan baik jika jawaban benar 76-100%.
2. Pengetahuan cukup jika jawaban benar 56-75%.
3. Pengetahuan kurang jika jawaban benar kurang dari 56%.
Sedangkan untuk data yang diperoleh melalui wawancara mendalam
(indepth interview) selanjutnya akan dilakukan pengolahan dan analisis data
dengan menggunakan teknik analisis tematik (thematic content analysis). Menurut Boyatzis dalam Poerwandari (2009) mendefinisikan analisis tematik
merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar
tema, sehingga memungkinkan penerjemahan informasi kualitatif menjadi
data kualitatif seperlu kebutuhan peneliti. Adapun tahapan dalam melakukan
analisis tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari hasil wawancara
mendalam dan studi kepustakaan/penelusuran dokumen. 2. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam, kemudian
dibuatkan transkrip data yaitu dengan mencatat atau menuliskan kembali
seluruh data yang diperoleh tanpa membuat kesimpulan. 3. Hasil pencatatan dan penulisan kembali data yang telah diperoleh dari
hasil wawancara tersebut, kemudian direduksi ke dalam matriks. 4. Melakukan pemilahan data dengan mengelompokkan data dalam
subtropik atau variabel yang diperlukan. 5. Dilanjutkan dengan interpretasi data hasil penelitian.
Analisis data secara deskriptif dengan membandingkannya pada teori yang diperoleh dari studi kepustakaan dan penelusuran dokumen.
![Page 15: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/15.jpg)
IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1 BIAYA
No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan
(Rp)
1 Gaji dan upah Rp. 7.500.000
2 Bahan habis pakai dan peralatan Rp. 8.520.000
3 Perjalanan Rp. 4.500.000
4 Lain-lain (publikasi, seminar, laporan) Rp. 4.480.000
Total Rp. 25.000.000
4.2. JADWAL KEGIATAN
N
o Kegiatan
Bulan
Mei Juni Juli Agustus Septem
ber
Okto
ber
1
.
Persiapan
a. Pengembangan proposal
b. Pembuatan kuesioner
2
.
Pelaksanaan
a. Validasi kuesioner
b. Uji validitas dan reabilitas kuesioner
c. Pengisian kuesioner dan wawancara
mendalam
d. Analisa data
4
.
Penulisan laporan
5
.
Publikasi nasional
![Page 16: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/16.jpg)
16
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Riwayat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran
pengetahuan petugas kesehatan puskesmas di Kabupaten Gianyar, yang dilihat dari
tingkat pengetahuan petugas kesehatan puskesmas mengenai manajemen
penatalaksanaan korban keracunan arak metanol.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, dimana metode
kuantitatif dengan menggunakan kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dokter serta perawat mengenai manajemen penatalaksanaan korban
keracunan arak metanol, dan metode kualitatif dengan wawancara mendalam kepada
kepala puskesmas di Kabupaten Gianyar sebanyak 13 orang yang telah ditentukan
berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan. Namun, karena keterbatasan waktu
penelitian, wawancara mendalam hanya dapat dilakukan terhadap 10 orang informan
penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini terhitung mulai saat melakukan
validasi kuesioner berlangsung selama 37 hari yaitu dari tanggal 28 September
sampai tanggal 04 November 2015.
Pengambilan data secara kuantitatif dilakukan dengan memberikan kuesioner
kepada dokter serta perawat di 13 puskesmas di Kabupaten Gianyar yang sesuai
dengan kreteria inklusi yang telah ditentukan peneliti selama waktu penelitian
berlangsung. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 106 sampel.
Pengisian kuesioner akan diisi sendiri oleh responden (self administered) dan
bersifat sukarela, dimana pertanyaan pada kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan
tertutup. Sedangkan pengambilan data secara kualitatif dilakukan setelah
pengambilan data secara kuantitaf, yaitu dengan melakukan wawancara mendalam
kepada informan yang ditentukan telah ditentukan sebelumnya yaitu sebanyak 10
orang informan, dimana wawancara ini dilakukan untuk mendukung data kuantitatif
yang telah didapatkan. Durasi wawancara yaitu berlangsung rata-rata selama 15
menit. Proses wawancara dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari informan,
kemudian direkam menggunakan alat perekam.
![Page 17: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/17.jpg)
17
B. Hasil Kuesioner
1. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 106 responden yang
merupakan petugas puskesmas yang terdiri dari dokter dan perawat yang
memenuhi kriteria inklusi untuk menjadi responden penelitian. Adapun
karakteristik responden adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Karakteristik Petugas Puskesmas di Kabupaten Bangli
Dari tabel 1 dapat diketahui jika dilihat karakteristik responden berdasarkan
kelompok umur persentase tertinggi sebanyak 44,34% terdapat pada kelompok
umur 31-40 tahun sedangkan untuk kelompok umur dengan persentase terendah
terdapat pada kelompok umur 51-60 yaitu sebanyak 7,55%. Karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin, responden dengan jenis kelamin
perempuan mempunyai persentase lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki
dimana responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 69,81% dan untuk
responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 30,19%. Berdasarkan
pendidikan terakhir responden, sebagian besar responden penelitian memiliki
tingkat pendidikan terakhir D-III yaitu sebanyak 50,94%, dan sebanyak 49,06%
orang responden dengan pendidikan terakhir S-1. Jika dilihat jumlah responden
Variabel Kategori Frekuensi
1. Umur 21-30 tahun 31 29,25%
31-40 tahun 47 44,34%
41-50 tahun 20 18,87%
51-60 tahun 8 7,55%
2. Jenis Kelamin Perempuan 74 69,81%
Laki-laki 32 30,19%
3. Pendidikan
Terakhir
D-III 54 50,94%
S-1 52 49,06%
4. Pekerjaan Dokter 30 28,30%
Perawat 76 71,70%
![Page 18: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/18.jpg)
18
berdasarkan pekerjaaan, persentase paling tinggi yaitu responden dengan profesi
perawat yaitu sebanyak 71,70%, dan untuk dokter sebanyak 28,30%.
2. Pengetahuan Petugas Puskesmas Mengenai Manajemen Penatalaksanaan Korban
Keracunan Arak Methanol
Tingkat pengetahuan dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu
distribusi tingkat pengetahuan petugas puskesmas mengenai manajemen
penatalaksanaan korban keracunan arak methanol secara umum serta distribusi
tingkat pengetahuan responden berdasarkan karakteristik responden. Dalam hal
ini tingkat pengetahuan responden tersebut berkaitan dengan jawaban responden
terhadap setiap pertanyaan dalam angket. Jawaban responden secara umum yang
dapat dilihat dalam lampiran 5 . Berdasarkan tabel yang terdapat pada lampiran
5, dari 20 pertanyaan mengenai manajemen penatalaksanaan korban keracunan
methanol dapat dilihat petugas puskesmas yang mampu menjawab pertanyaan
dengan tepat rata-rata memiliki persentase lebih dari 56% pada setiap poin
pertanyaan. Hal ini mengindikasikan bahwa manajemen penatalaksanaan korban
keracunan methanol sudah cukup diketahui oleh petugas puskesmas.
Dalam hal ini yang paling tidak diketahui oleh petugas puskesmas yaitu
pada poin pertanyaan mengenai penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi
methanol yang tepat dimana dari 106 orang responden, sebanyak 91,51%
menjawab dengan salah.
a. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas Mengenai Manajemen
Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol Secara Umum
Distribusi tingkat pengetahuan responden mengenai manajemen
penatalaksanaan korban keracunan methanol secara umum diperoleh dengan
melakukan pengolahan data terhadap seluruh poin pertanyaan dalam angket.
Dari pengolahan data tersebut diperoleh pengetahuan kategori kurang, cukup
![Page 19: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/19.jpg)
19
dan baik. Berikut merupakan distribusi tingkat pengetahuan responden
dengan kategori tersebut.
Tabel 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas Mengenai 3 Aspek
Pengetahuan Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol
No.
Aspek Pengetahuan
kurang cukup baik total
f % f % f % f %
1 Pengetahuan Tentang
Keracunan Methanol
11 10,38 48 45,28 47 44,34 106 100
2. Gejala Keracunan
Methanol
13 12,26 0 0 93 87,74 106 100
3. Cara Penanganan
Keracunan
17 16,04 65 61,32 24 22,64 106 100
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa persentase pengetahuan responden
dengan kategori cukup dalam aspek pengetahuan tentang keracunan
methanol mendominasi yaitu sebesar 45,28%, kemudian dalam aspek gejala
keracunan methanol didominasi oleh responden dengan pengetahuan
kategori baik yaitu sebesar 74,77% sedangkan pada aspek cara penanganan
keracunan responden mayoritas memiliki pengetahuan cukup.
b. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas Mengenai Manajemen
Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol Berdasarkan
Karakteristik Responden
Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan karakteristik
responden diperoleh dengan cara melakukan tabulasi silang antara
karakteristik responden dan tingkat pengetahuan mengenai manajemenen
penatalaksanaan korban keracunan methanol secara umum. Berikut
merupakan distribusi tingkat pengetahuan kurang, cukup dan baik.
![Page 20: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/20.jpg)
20
Tabel 3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan
(Pengetahuan Keracunan Methanol) Menurut Kelompok Umur
Umur
(Tahun)
Aspek Pengetahuan (Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol)
Kurang Cukup Baik Total
f % f % f % f %
21-30 4 12,90 12 38,71 15 48,39 31 100
31-40 4 8,51 19 40,43 24 51,06 47 100
41-50 3 15,00 12 60,00 5 25,00 20 100
51-60 0 0 5 62,50 3 37,50 8 100
Total 11 10,38 48 45,28 47 44,34 106 100
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa dari responden yang berumur 21- 30 tahun
dalam aspek pengetahuan tentang keracunan methanol sebagian besar memiliki
pengetahuan baik yaitu dengan persentase 48,39%, sebanyak 38,71% memiliki
pengetahuan cukup dan sebanyak 12,90% responden memiliki pengetahuan kurang.
Pada responden yang berumur 31- 40 tahun mayoritas responden juga memiliki
pengetahuan baik yaitu dengan persentase 51,06%, 40,43% berpengetahuan cukup dan
sebanyak 8,51% berpengetahuan kurang. Responden yang berumur 41-50 mayoritas
memiliki pengetahuan cukup dalam aspek ini yaitu sebesar 60%, 25% berpengetahuan
baik dan 15% memiliki pengetahuan kurang. Responden dengan umur 51-60 tahun
mayoritas memiliki pengetahuan cukup dengan persentase 62,50%,. sebanyak 37,50%
memiliki pengetahuan baik dan tidak terdapat responden yang memiliki pengetahuan
kurang.
Tabel 4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan
(Pengetahuan Gejala Keracunan Methanol) Menurut Kelompok Umur
Umur
(Tahun)
Aspek Pengetahuan (Gejala Keracunan Methanol)
Kurang Cukup Baik Total
f % f % f % f %
21-30 6 19,35 0 0 25 80,65 31 100
31-40 4 8,51 0 0 43 91,49 47 100
41-50 2 10,00 0 0 18 90,00 20 100
51-60 1 12,50 0 0 7 87,50 8 100
Total 13 12,26 0 0 93 87,74 106 100
![Page 21: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/21.jpg)
21
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa responden dari semua kategori umur
memiliki persentase paling besar pada pengetahuan kategori baik dalam aspek
pengetahuan gejala keracunan methanol yaitu sebesar 80,65% pada umur 21- 30 tahun,
pada umur 31- 40 tahun sebanyak 91,49%, sebanyak 90% pada umur 41-50 tahun, dan
sebanyak 87,50% pada umur 51-60 tahun.
Tabel 5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan
(Cara Penanganan Keracunan Methanol) Menurut Kelompok Umur
Umur
(Tahun)
Aspek Pengetahuan (Cara Penanganan Keracunan Methanol)
Kurang Cukup Baik Total
f % f % f % f %
21-30 8 25,81 15 48,39 8 25,81 31 100
31-40 5 10,64 31 65,96 11 23,40 47 100
41-50 3 15,00 12 60,00 5 25,00 20 100
51-60 1 12,50 7 87,50 0 0 8 100
Total 17 16,04 65 61,32 24 22,64 106 100
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa dari responden yang berumur 21- 30 tahun
dalam aspek pengetahuan cara penanganan keracunan methanol sebagian besar memiliki
pengetahuan cukup yaitu dengan persentase 48,39%, pada umur 31-40 tahun didominasi
pengetahuan cukup yaitu sebesar 65,96%, begitu juga pada umur 41-50 tahun yaitu
60,00s% dan 51-60 tahun juga didominasi responden dengan pengetahuan cukup yaitu
87,50%.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan umur seperti
yang terlihat pada tabel 3 – tabel 5 diatas tentu berkaitan dengan jawaban responden
pada setiap poin pertanyaan yang terdapat pada angket. Diketahui pada rentangan umur
21-30 tahun paling banyak menjawab salah mengenai prinsip pertolongan pada
keracunan yaitu dengan persentase 54,84%. Pada responden dengan rentang umur 31-40
tahun dan 41-50 tahun paling banyak menjawab salah mengenai penatalaksanaan korban
intoksikasi methanol dengan persentase 93,62% dan 75% sedangkan pada responden
dengan rentang umur 51-60 tahun banyak menjawab salah mengenai tujuan
dilakukannya hemodialisis pada korban keracunan methanol dengan persentase 100%.
Jawaban responden menurut kategori umur yang terinci pada lampiran 6.
![Page 22: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/22.jpg)
22
Tabel 6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan
(Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol) Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Aspek Pengetahuan (Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol)
Kurang Cukup Baik Total
F % f % f % f %
Perempuan 7 9,46 33 44,59 34 45,95 74 100
Laki-Laki 4 12,50 15 46,88 13 40,63 32 100
Total 11 10,38 48 45,28 47 44,34 106 100
Dari tabel 6 dapat diketahui responden dengan jenis kelamin perempuan terdapat
sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebesar 45,95% dalam aspek
pengetahuan tentang keracunan methanol, untuk pengetahuan cukup sebesar 44,59% dan
sebanyak 9,46% untuk pengetahuan kurang. Sementara itu pada responden laki-laki
sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebesar 46,88%, sebanyak 40,63%
berpengetahuan baik dan 12,50% memiliki pengetahuan kurang.
Tabel 7 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan
(Gejala Keracunan Methanol) Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Aspek Pengetahuan (Gejala Keracunan Methanol)
Kurang Cukup Baik Total
f % f % f % f %
Perempuan 5 6,76 0 0 69 93,24 74 100
Laki-Laki 8 25,00 0 0 24 75,00 32 100
Total 13 12,26 0 0 93 87,74 106 100
Dari tabel 7 dapat diketahui dalam aspek pengetahuan gejala keracunan
methanol responden dengan jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki
sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 93,24% pada responden
perempuan. dan sebanyak 75% pada responden laki-laki.
Tabel 8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan
(Cara Penanganan Keracunan Methanol) Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Aspek Pengetahuan (Cara Penanganan Keracunan Methanol)
Kurang Cukup Baik Total
f % f % f % f %
Perempuan 10 13,51 47 63,51 17 22,97 74 100
Laki-Laki 7 21,88 18 56,25 7 21,88 32 100
Total 17 16,04 65 61,32 24 22,64 106 100
![Page 23: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/23.jpg)
23
Dari tabel 8 dapat diketahui responden dengan jenis kelamin perempuan
sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup yaitu 63,51% yakni dalam aspek
pengetahuan cara penanganan keracunan methanol. Pada responden laki-laki sebagian
besar juga mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebesar 56,25%.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan jenis
kelamin seperti yang terlihat pada tabel 6 – tabel 8 diatas tentu berkaitan dengan
jawaban responden pada setiap poin pertanyaan yang terdapat pada angket. Pada
responden dengan jenis kelamin perempuan dan laki – laki diketahui paling banyak
menjawab salah mengenai penatalaksanaan korban dengan intoksikasi methanol dimana
pada responden perempuan sebesar 90,54% dan pada responden dengan jenis kelamin
laki-laki sebesar 93,75%. Jawaban responden menurut kategori umur yang terinci pada
lampiran
Tabel 9 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan
(Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol) Menurut Pendidikan
Pendidikan
Aspek Pengetahuan (Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol)
Kurang Cukup Baik Total
f % f % f % f %
D-III 5 9,26 24 44,44 25 46,30 54 100
S-1 6 11,54 24 46,15 22 42,31 52 100
Total 11 10,38 48 45,28 47 44,34 106 100
Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan terakhir D-III
dalam aspek pengetahuan tentang keracunan methanol sebagian besar memiliki
pengetahuan baik yaitu sebesar 46,30%. Pada responden dengan pendidikan terakhir S-1
mayoritas memiliki pengetahuan cukup dalam aspek ini yaitu sebesar 46,15%.
![Page 24: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/24.jpg)
24
Tabel 10 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan
(Gejala Keracunan Methanol) Menurut Pendidikan Terakhir
Pendidikan
Aspek Pengetahuan (Gejala Keracunan Methanol)
Kurang Cukup Baik Total
f % f % f % f %
D-III 9 16,67 0 0 45 83,33 54 100
S-1 4 7,69 0 0 48 92,31 52 100
Total 13 12,26 0 0 93 87,74 106 100
Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan terakhir D-III
maupun S-1 dalam aspek pengetahuan tentang gejala keracunan methanol sebagian
besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar 83,33% pada responden dengan
pendidikan D-III dan sebesar 92,31% pada responden dengan pendidikan S-1.
Tabel 11 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan
(Cara Penanganan Keracunan Methanol) Menurut Pendidikan Terakhir
Pendidikan
Aspek Pengetahuan (Cara Penanganan Keracunan Methanol)
Kurang Cukup Baik Total
F % f % f % f %
D-III 10 18,52 32 59,26 12 22,22 54 100
S-1 7 13,46 33 63,46 12 23,08 52 100
Total 17 16,04 65 61,32 24 22,64 106 100
Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan
terakhir D-III maupun S-1 dalam aspek pengetahuan cara penanganan keracunan
methanol sebagian besar memiliki pengetahuan cukup yaitu sebesar 59,26% dan pada
responden dengan pendidikan terakhir S-1 sebesar 63,46%.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan pendidikan
terakhir responden seperti yang terlihat pada tabel 5.9 – tabel 5.11 diatas tentu berkaitan
dengan jawaban responden pada setiap poin pertanyaan yang terdapat pada angket. Pada
responden dengan pendidikan terakhir D-III dan S-1 dapat diketahui paling banyak
menjawab salah pada pertanyaan mengenai penatalaksanaan korban dengan intoksikasi
methanol dengan persentase sebesar 94,44% pada responden dengan pendidikan D-III,
![Page 25: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/25.jpg)
25
dan sebesar 88,46% pada responden dengan pendidikan S-1. Jawaban responden
menurut kategori umur terinci pada lampiran 8.
Tabel 12 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek
Pengetahuan (Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol) Menurut Profesi
Pekerjaan
Aspek Pengetahuan (Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol)
Kurang Cukup Baik Total
f % f % f % f %
Dokter 1 3,33 13 43,33 16 53,33 30 100
Perawat 10 13,16 35 46,05 31 40,79 76 100
Total 11 10,38 48 45,28 47 44,34 106 100
Dari tabel 12 diatas dapat diketahui responden yang berprofesi sebagai dokter
dalam aspek pengetahuan tentang keracunan methanol sebagian besar memiliki
pengetahuan baik yaitu dengan persentase 53,33%. Untuk responden yang berprofesi
sebagai perawat, sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebesar
46,05%.
Tabel 13 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan
(Gejala Keracunan Methanol) Menurut Profesi
Profesi
Aspek Pengetahuan (Gejala Keracunan Methanol)
Kurang Cukup Baik Total
f % f % f % f %
Dokter 2 6,67 0 0 28 93,33 30 100
Perawat 11 14,47 0 0 65 85,53 76 100
Total 13 12,26 0 0 93 87,74 106 100
Dari tabel 13 diatas dapat diketahui responden yang berprofesi sebagai dokter
dalam aspek pengetahuan gejala keracunan methanol sebagian besar memiliki
pengetahuan baik yaitu dengan persentase 93,33%. Begitu juga dengan responden yang
berprofesi sebagai perawat sebagian besar responden mayoritas berpengetahuan baik
yaitu dengan persentase 85,53%.
![Page 26: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/26.jpg)
26
Tabel 14 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek
Pengetahuan (Cara Penanganan Keracunan Methanol) Menurut Profesi
Profesi
Aspek Pengetahuan (Cara Penanganan Keracunan Methanol)
Kurang Cukup Baik Total
f % f % f % f %
Dokter 3 10,00 20 66,67 7 23,33 30 100
Perawat 14 18,42 45 59,21 17 22,37 76 100
Total 17 16,04 65 61,32 24 22,64 106 100
Dari tabel 14 diatas dapat diketahui responden yang berprofesi sebagai dokter dalam
aspek pengetahuan tentang penanganan keracunan methanol mayoritas meiliki
pengetahuan cukup yaitu sebesar 66,67%. Pada responden yang berprofesi sebagai
perawat sebagian besar juga memiliki pengetahuan cukup yaitu sebesar 59,21%.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan profesi
responden seperti yang terlihat pada tabel 12 – tabel 14 diatas tentu berkaitan dengan
jawaban responden pada setiap poin pertanyaan yang terdapat pada angket. Pada
responden yang bekerja sebagai dokter maupun perawat diketahui paling banyak
menjawab salah pada pertanyaan mengenai penatalaksanaan korban dengan intoksikasi
methanol dengan persentase sebesar 90% pada responden yang bekerja sebagai dokter,
dan pada responden yang bekerja sebagai perawat sebesar 92,11%. Jawaban responden
menurut kategori umur yang terinci pada lampiran 9.
C. Hasil Wawancara
1. Keracunan Arak Metanol
Mengkonsumsi minuman beralkohol atau minuman keras sudah menjadi
hal yang umum bagi masyarakat di Bali. Arak merupakan minuman keras
tradisional Bali yang khas yang digunakan sebagai sajian bersama-sama dengan
brem dan tuak pada upacara adat dan keagamaan disamping itu juga untuk
dikonsumsi. Minuman beralkohol juga menjadi bagian penting dan harus ada
dalam sebuah perayaaan misalnya pada saat acara pesta perkawinan, acara ulang
tahun, perayaan kegamaan atau acara kedukaaan. Hal tersebut diungkapkan
dalam wawancara dengan informan sebaga berikut :
![Page 27: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/27.jpg)
27
“…jadi di wilayah kami dengan jumlah enam desa ini ya, jadi penduduknya
secara spesifik mungkin ya… ada juga yang… pemuda-pemudanya khususnya
itu… ada yang minum-minuman keras, ya apakah itu golongan arak atau yang
lain ya, jadi secara khusus saya tidak tahu jumlah yang minum arak, tetapi itu
pasti ada.” (informan 4)
“…menurut saya sih memang betul bahwa eee arak hanya diminum hanya pada
upacara, kemudian kalau ada kegiatan upacara, jadi masyarakat kalau misalnya
ada perayaan tahun baru… ulang tahun.” (informan 3)
Minuman keras kini kerap di campur dengan bahan lain yang kini disebut
miras oplosan yang dijual dengan harga yang lebih murah sehingga dapat
menarik minat para penikmat minuman keras. Metanol juga dikenal sebagai
metil alkohol, wood alcohol atau spiritus adalah senyawa kimia dengan rumus
kimia CH3OH. Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik
oleh bakteri. Karena toksisitasnya, metanol dapat menyebabkan asidosis
metabolik, gejala neurologis dan bahkan kematian apabila tertelan. Ini
merupakan konstituen dari banyak industri pelarut tersedia secara komersial dan
minuman keras yang tercemar buruk. Toksisitas metanol masih menjadi masalah
umum di banyak bagian dunia berkembang, terutama di kalangan anggota kelas
sosial ekonomi rendah. Namun, sampai saat ini belum ditemukannya kasus
keracunan arak yang dicampur dengan metanol di Kabupaten Gianyar, seperti
kutipan wawancara berikut :
“kalau pasien mabuk sih kesini ada… tapi cuma gak sampai keracunan arak
metanol… kalau saya pikir sih kayaknya disini jarang deh kalau yang sampai
nyampur arak dengan metanol karenaaa eee disini kan daerah pariwisata,
minuman kerasnya kemungkinan bukan arak yang tradisional gitu yaa… yang
biasanya dicampur dengan metanol… disini paling sering sih mabuknya bir atau
wine yang red label itu.” (informan 7)
Gejala awal pada keracunan metanol adalah adanya gangguan pada tajam
pengelihatan. Gangguan tajam pengelihatan umumnya terjadi dalam 18 sampai
24 jam setelah 24 jam terpapar metanol. Namun, dari hasil wawancara dengan
informan penetitian mengemukakan bahwa hingga saat ini puskesmas belum
pernah menangani pasien korban keracunan arak metanol dikarenakan belum
![Page 28: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/28.jpg)
28
adanya kasus keracunan arak metanol yang terdata di puskesmas. Hal tersebut
diungkapkan dalam kutipan wawancara berikut :
”Belum… kita kan rawat jalan, selama rawat jalan dari 6 tahun lalu saya disini
belum pernah menangani keracunan metanol, rujuk belum pernah, mudah-
mudahan enggak.” (informan 9)
“Eee untuk kasusnya secara pasti keracunan metanol, kita belum pernah eee
mendapatkan dan laporan menangani, tetapi petugas kami sudah dilatih, ya
dilatih untuk menangani kasus-kasus itu ya menurut ukuran emergency
dilakukan penanganannya di puskesmas.” (Informan 4)
2. Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Metanol
Keracunan dapat dikonfirmasi dengan uji format sederhana apabila
keracunan metanol dari arak dengan gejala yang dapat terjadi 12 jam setelah
paparan seperti sakit kepala, penglihatan kabur, napas cepat atau mendalam,
kebingungan setelah meminum arak. Memberikan etanol untuk pasien keracunan
arak metanol dapat dilakukan karena toksisitas ini dapat menghalangi keracunan
lebih lanjut. Dosis untuk orang dewasa 1.8ml/kg (untuk 70kg orang dewasa tiga
tembakan 40ml). Alkohol seperti vodka, whisky dengan dosis pemeliharaan
0.40ml/kg (untuk dewasa 70kg satu tembakan 40ml) per jam. Pemberian etanol
untuk mengurangi toksisitas pasien keracunan metanol belum dapat dilakukan di
Puskesmas dikarenakan belum adanya izin untuk penyimpanan alkohol sebaga
antidote, sehingga langkah awal yang dilakukan dalam menangani pasien
keracunan arak metanol sama seperti penanganan pasien keracunan pada
umumnya. Berikut kutipan wawancara dengan informan :
“Ya standar terapi yang ada di puskesmas melakukan SOP, kayak mungkin eee
seperti obat-obatan yang ada disini gitu aja. SOPnya kan ada untuk keracunan
secara umum, standar operasional pelayanan ya kita buat disini dokter-dokter
sama petugas terapi tetapi keracunan secara umum.” (Informan 1).
“…keracunan arak metanol… ya itu ABC, setiap tindakan apapun itu kita
tekankan kepada staf bahwa basic daripada petugas gawat darurat adalah ABC,
airway, breathing, circulation, lakukan saja itu, itu saja yang pokok sebenarnya,
![Page 29: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/29.jpg)
29
entah dia nanti antidotenya apa… entah… ya itu masalah belakang dulu.”
(Informan 5)
Petugas kesehatan di puskesmas belum pernah menangani pasien korban
keracunan arak metanol dikarenakan belum adanya korban keracunan arak
metanol yang mendatangi dan tercatat di puskesmas. Penanganan korban
keracunan arak metanol dilakukan sesuai dengan prosedur korban keracunan
pada umumnya, seperti kutipan dengan informan berikut ini :
“Kalau ada kejadian kita tangani sesuai dengan proses, proses rujukan kita.
Selama ini kita memang proses rujukan… menangani orang yang keracunan
metanol kita temukan kita tangani sesuai prosedur abcnya dalam proses
perjalanan kita berikan antidotenya kalau bisa kita dalam proses itu ambil
darahnya untuk pemeriksaan darahnya. Dalam penanganan mandiri puskesmas
belum bisa pasti rujukan.” (Informan 6)
Namun, masih terdapat keraguan dalam hal kemampuan petugas dan staf
puskesmas untuk menangani pasien korban keracunan arak metanol dikarenakan
belum terdapatnya pelatihan mengenai penatalaksanaan korban keracunan arak
metanol, seperti kutipan wawancara dengan informan berikut ini :
“Nah itu... itu yang diragukan, kan karena kemarin kan cuma sosialisasi jadi
kita berharapnya sih... eee ada pelatihannya jadi memang kasarnya begini jadi
memang ada bener-bener pelatihannya… pelatihan lah, pelatihan yang
sebenarnya lah... itu dokter dan petugas di UGD… itu… kalau memang ada satu
orang yang dokter dan petugas yang sudah dilatih ee saya yakin bisa karena kan
dokternya kan bisa on call maksudnya kan memandu gitu lah kasarnya.”
(Informan 7)
Kendala yang dihadapi dalam penanganan pasien korban keracunan arak
metanol adalah pemberian antidote yang berupa minuman beralkohol kepada
pasien keracunan arak metanol belum dapat disediakan oleh manajemen
puskesmas dikarenakan belum adanya izin dalam penyediaan minuman
beralkohol di puskesmas, seperti kutipan wawancara dengan informan beikut ini
:
![Page 30: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/30.jpg)
30
“Kendala mungkin dalam hal regulasi karena penyediaan vodka itu kan harus
ada dasar hukumnya karena penyediaan di tempat pelayanan, kalau itu memang
harus menunggu kebijakan dari Dinas, aturan dari Dinas, baru turun dari kita,
baru kita bisa menyediakan, untuk saat ini eee belum bisa kita menyediakan
karena terhalang… terhambat oleh aturan eee paraturan yang dibikin.”
(Informan 2)
“Kendalanya yang pertama perizinan, jadi izin untuk meyediakan antidotenya
etanolnya, karena itu kan minuman keras yang harus berizin, yang jadi kendala
paling besar adalah itu.” (Informan 3)
Selain kendala dalam hal perizinan penyediaan etanol, beberapa informan
juga menyatakan bahwa terdapat kendala dalam menangani pasien korban
keracunan arak metanol pada keterampilan petugas puskesmas karena petugas
hanya mendapatkan sosialisasi dan belum mendapatkan pelatihan dalam
menangani pasien keracunan arak metanol. Hal tersebut diungkapkan dalam
kutipan wawancara berikut :
“Mungkin karena kasusnya jarang ya keterampilan kita tidak begitu tergantung
beratnya kasus yang dihadapi, kedua kan keterampilan kita itu semakin sering
melihat makin terampil kita nangani ya, kemudian makin sering denger apa…
sosialisasi mungkin ilmunya juga makin nambah, kayaknya ini belum… ndak
terlalu populer sih jadinya ndak terlalu ini… gitu, kalau di puskesmas kan
termasuk jarang, jarang sekali.” (Informan 1)
Antidote untuk pasien yang mengalami keracunan arak metanol adalah
dengan pemberian etanol yang merupakan minuman beralkohol yang dapat
menghambat toksisitas dari keracunan metanol. Namun, dari hasil wawancara
dengan informan penelitian, informan tersebut tidak mengetahui dosis pemberian
etanol tersebut, seperti kutipan wawancara berikut :
“Nah kalau saya ya itu, saya gak tahu lagi cuma itu saja etanol, memang betul
itu, nah sekarang etanol yang berapa persen itu yang saya nggak tahu, dosisnya
berapa apakah yang 70% kita pakai apa perlu diencerkan menjadi 5% atau
2.5%, itu yang dilatih kayaknya tahu, yang di UGD kayaknya kemarin saya
dengar sudah tahu semua, saya nggak tahu sebab yang saya tahu cuma etanol
saja sebagai antidotenya.” (Informan 5)
![Page 31: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/31.jpg)
31
Etanol sebagai antidote dipandang perlu untuk disediakan di puskesmas,
namun sampai saat ini etanol belum tersedia karena belum adanya izin untuk
penyediaan etanol di puskesmas. Apabila penanganan korban keracunan arak
metanol dilakukan sesuai dengan prosedur yaitu dengan pemberian etanol yang
merupakan minuman beralkohol, tetapi belum tersedianya izin untuk penyediaan
etanol, pemberian etanol tidak dapat dilakukan. Berikut kutipan wawancara
dengan informan penelitian :
“Sebagai antidote perlu, iya eee peraturan terbaru kalau… saya tidak tau
nomernya tentang emmm peredaran minuman beralkohol, jadi itu ada
hubungannya dengan kepolisian, eee BPOM, eee pemda, mau gak memberikan
perlindungan payung hukum ceritanya untuk puskesmas menyediakan itu.”
(Informan 3)
“…itu harus betul-betul di apa… dibuatkan suatu payung hukum bahwa itu
memang dibenarkan terus dibuatkan SOPnya bagaimana seharusnya
penyimpanan dan pengawasannyan kan gitu gak sembarangan naruhnya,
sebenernya oramg emergensi bisa cuma tempatnya harus satu terllihat kan gitu
memenuhi syarat untuk penyimpana kan gitu.” (Informan 8)
Penyediaan etanol sebagai antidote pasien korban keracunan metanol
tidak dapat disediakan tanpa adanya izin untuk penyediaan etanol di Puskesmas.
Upaya yang dapat dilakukan agar etanol dapat tersedia di puskesmas adalah
dengan adanya kebijakan dari Dinas bahwa puskesmas perlu menyediakan etanol
sebagai antidote pasien keracunan metanol, seperti kutipan wawancara dengan
informan berikut ini :
“…yang pertama saya eee minta kepala dinas memberikan izin menyediakan itu
dalam hal protap dalam menangani eee intoksitasi etanol e metanol, jadi dengan
berdasarkan protap itu saya pertama menyusun protapnya dulu kemudian
antidotenya yang dipakai untuk menangani itu ya sama dengan obat-obatan
yang disediakan untuk penyakit lain itu harus disiapkan.” (Informan 4)
“Eee... kalau saya sih dari dines dulu, ada kebijakan dari ibu kadis bahwa itu
bagian dari habis pakai atau life saving yang harus ada di UGD. Kami rasanya
gak masalah, kita kan BLUD jadi pembelanjaan fleksibel sesuai dengan
kebutuhan jadi yang penting ada peraturannya bahwa kita harus menyediakan
itu rasanya sih ee tidak masalah kita masukkan di perencanaan pengadaan
bahan habis pakai karena itu habis pakai sebenarnya gitu.” (Informan 7)
![Page 32: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/32.jpg)
32
BAB VI PEMBAHASAN A. Gambaran Umur dengan Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam
Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol
Hasil penelitian menunjukan persentase tertinggi untuk pengetahuan kategori
baik dalam aspek pengetahuan tentang cara penanganan keracunan methanol
terdapat pada umur 21-30 tahun. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian
Prawita (2013) dimana kelompok umur 41-55 tahun cenderung memiliki
pengetahuan kurang dibandingkan dengan kategori umur yang lebih muda yaitu 26-
40 tahun. Dalam skripsi Prawita (2013), Hurlock (2004) berpendapat bahwa semakin
tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mental ini tidak secepat
ketika berumur belasan tahun.
Dilihat dari pengetahuan responden dalam aspek pengetahuan tentang
keracunan methanol dan gejala keracunan methanol persentase tertinggi pengetahuan
baik dimiliki oleh responden dengan kategori 31-40 tahun. Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan Notoatmojo (2003) dimana umur mempengaruhi
daya tangkap serta pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya umur akan
menyebabkan meningkatnya daya tangkap dan pola pikir, sehingga pengetahuan
yang diperoleh semakin membaik.
Dari jawaban responden menurut kategori umur diketahui responden
mayoritas menjawab salah pada pertanyaan mengenai prinsip pertolongan pada
keracunan, pentalaksanaan korban dengan intokasi methanol serta tujuan
dilakukannya hemodialisis. Kurangnya pengetahuan tersebut dipengaruhi karena
masih banyaknya responden yang belum mengetahui penatalaksanaan korban
keracunan methanol dengan baik. Hal ini berkaitan dengan berbagai faktor,
diantaranya responden penelitian belum pernah mengikuti pelatihan penatalaksanaan
korban keracunan methanol dan pada puskesmas tidak tersedia fasilitas hemodialisis.
![Page 33: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/33.jpg)
33
B. Gambaran Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam
Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan petugas puskesmas
dengan jenis kelamin perempuan memiliki persentase lebih besar pada
pengetahuan baik dalam ketiga aspek pengetahuan yaitu tentang keracunan
methanol, gejala dan penanganan keracunan merthanol. Menurut Suma’mur
(2009), mengatakan perempuan sangat cocok dengan pekerjaan yang ringan
tidak memerlukan banyak kekuatan otot, pekerjaan yang monoton, karena pada
umumnya perempuan pada pekerjaan monoton lebih terampil dari laki-laki.
Selain itu tenaga kesehatan sebagian besar berjenis kelamin perempuan.
Jenis kelamin responden pada penelitian ini tidak dapat menentukan tinggi
rendahnya pengetahuan yang dimiliki, dan belum ada teori pasti yang
menyebutkan ada hubungan antara jenis kelamin dan tingkat pengetahuan
seseorang seperti hasil penelitian Prihyugiarto (2008) bahwa jenis kelamin tidak
berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai infeksi menular seksual. Penelitian
yang dilakukan oleh Chiuman (2009) diperoleh hasil dimana berdasarkan uji
pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa tidak terdapat
perbedaan signifikan dari tingkat pengetahuan dengan jenis kelamin.
C. Gambaran Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas
Dalam Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol
Baiknya pengetahuan tenaga kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya pendidikan tenaga kesehatan, pendidikan sangat
mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang karena pendidikan merupakan
suatu proses pembelajaran pola pikir seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dan
dari jenjang pendidikan ini lah dapat diketahui pola pikir seseorang, semakin
tinggi pendidikan maka ilmu yang diperoleh akan semakin banyak (Marliyani,
2010). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Notoatmojo (2007) dimana
pendidikan merupakan proses untuk mempelajari dan meningkatkan ilmu yang
diperoleh, pendidikan yang lebih tinggi secara otomatis akan berbanding lurus
dengan pengetahuan yang dimiliki. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
responden dengan tingkat pendidikan S-1 memiliki persentase tertinggi
pengetahuan baik dalam aspek gejala keracunan methanol dan aspek cara
penanganan keracunan methanol, dan D-III memiliki persentase lebih besar
![Page 34: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/34.jpg)
34
dalam aspek pengetahuan tentang keracunan methanol. Ditinjau dari jawaban
responden, responden dengan pendidikan D-III maupun S1 paling jawab
menjawab salah pada penatalaksanaan korban dengan intoksikasi methanol yang
tepat. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh responden disebabkan karena
sebagian besar dari responden tidak pernah mengikuti pelatihan dan ilmu
mengenai penanganan keracunan methanol merupakan ilmu baru dimana
sebagian besar petugas kesehatan tidak pernah mengikuti pelatihan penanganan
keracunanan methanol selama menempuh pendidikan.
D. Gambaran Pekerjaan Dengan Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas Dalam
Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang bekerja sebaga
dokter memiliki persentase tertinggi pada pengetahuan baik kedalam aspek
pengetehauan tentang keracunan methanol, aspek pengetahuan tentang gejala
keracunan methanol dan dalam aspek pengetahuan tentang cara penanganan
keracunan methanol.Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan
Arini (2011) dimana diperoleh hasil persentase tertinggi pengetahuan kategori
baik tedapat pada responden yang berprofesi sebagai dokter hal tersebut
cenderung disebabkan karena tenaga medis memiliki pengetahuan yang lebih
mendalam khususnya dalam hal keracunan methanol. Responden sebagian besar
tidak mengetahui mengenai cara penanganan keracunan methanol khuhusnya
mengenai penatalaksanaan korban dengan intoksikasi methanol yang tepat
methanol. Faktor yang menyebabkan kurang tahunya responden dalam hal
tersebut tidak terlepas karena sebagian besar responden tidak pernah mengikuti
pelatihan penatalaksanaan korban keracunan arak methanol pada saat pendidikan
profesi. Pelatihan sangat penting untuk diberikan, menurut pendapat yang
dikemukakan oleh Joeharno (2008) bahwa pelatihan yang diberikan kepada
petugas kesehatan memberi pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dalam
memberikan pelayanan kepada korban. Pendapat yang dikemukakan oleh
Joeharno (2008) sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Paryanti
(2007) yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat mengenai suction
sebagian besar dalam kategori tinggi (68,2%) dan paling sedikit dalam kategori
rendah (4,5%) hal tesebut tidak terlepas dari upaya rumah sakit dalam
memberikan pelatihan ICU kepada perawat (36,4%). Menurut Ismail (2007)
![Page 35: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/35.jpg)
35
selain melalui pendidikan formal, pengetahuan seseorang dapat juga dipengaruhi
oleh pelatihan – pelatihan atau seminar keseheatan yang pernah ia ikuti, dengan
adanya pelatihan seseorang dapat lebih terampil dalam melakukan suatu
pekerjaan karena dengan pelatihan dan tugas-tugas yang terkait dengan
kemampuan koginitif dapat mempengaruhi perilaku dan pola pikir yang lebih
positif.
E. Keracunan Arak Metanol
Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap 10 orang informan
penelitian yang merupakan kepala puskesmas, sebagian besar informan penelitian
menyatakan bahwa masih banyak masyarakat yang mengonsumsi arak di wilayah
kerja masing-masing puskesmas. Informan penelitian mengemukakan alasan
masih banyaknya masyarakat yang mengonsumsi arak yaitu dikarenakan arak
masih banyak terjual bebas di beberapa tempat di Kabupaten Gianyar.
Masih banyaknya masyarakat yang mengonsumsi arak juga dikarenakan
arak Bali sudah terkenal sejak lama sebagai minuman keras yang luar biasa,
dimana arak tidak berwarna dan mengadung alkohol yang cukup tinggi.
Minuman keras ini dibuat dari proses distilasi tuak. Arak biasannya dikonsumsi
oleh masyarakat Bali yang tinggal di daerah pegunungan. Arak bisa disimpan
dalam beberapa tahun, sehingga minuman ini terdapat di pasar luar negeri.
Sebagai tempat destinasi para wisatawan, arak dijual secara luas dan bebas untuk
para wisatawan Informan juga menyebutkan bahwa arak merupakan minuman
yang biasa dikonsumsi oleh pemuda-pemuda desa setempat dalam merayakan
hari raya keagamaan dan tahun baru. Pernyataan informan tersebut sesuai dengan
pendapat Setiawan (2013) yang mengemukakan bahwa minuman beralkohol
menjadi bagian penting dan harus ada dalam sebuah perayaaan misalnya pada
saat acara pesta perkawinan, acara ulang tahun, perayaan kegamaan atau acara
kedukaaan.
Arak Bali kini kerap dimodifikasi dengan bahan lain seperti susu, minuman
bersoda, hingga spiritus (metanol). Banyak di pasaran terdapat beberapa
minuman beralkohol tradisional yang mengandung metanol. Metanol sering
disalah gunakan sebagai bahan pembuat minuman keras. Metanol digunakan
sebagai pengganti etanol karena disamping harganya yang relatif lebih murah
![Page 36: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/36.jpg)
36
juga akibat ketidak pahaman akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kedua zat
tersebut. Haryadi (2014) menjelaskan bahwa gejala yang timbul apabila
seseorang keracunan arak methanol pada awalnya akan merasakan adanya
gangguan yang terjadi pada saluran pencernaan seperti sakit perut, mual dan
muntah – muntah dimana gejala tersebut kemudian dilanjutkan dengan adanya
depresi susunan saraf pusat dan terlihat gejala mirip dengan korban keracunan
alkohol seperti sakit kepala, sakit otot, badan terasa lemah dan kejang-kejang.
Namun, dari hasil wawancara dengan 10 informan penelitian, seluruh informan
penelitian menyatakan bahwa tidak pernah terjadi kasus keracunan arak metanol
di wilayah kerja mereka. Informan penelitian mengungkapkan bahwa masih
terdapat masyarakat yang mabuk karena mengonsumsi minuman beraklohol
tetapi bukan kasus keracunan arak metanol.
Seluruh informan penelitian juga mengungkapkan bahwa puskesmas di
wilayah mereka belum pernah menangani pasien kasus keracunan arak metanol.
Informan penelitian mengungkapkan bahwa petugas puskesmas sama sekali tidak
pernah menangani pasien keracunan arak metanol. Hal tersebut bisa dikarenakan
tidak adanya kasus keracunan arak metanol yang terjadi di Kabupaten Gianyar.
Berbeda halnya dengan di Kabupaten Buleleng dan Bangli yang pernah terjadi
kasus keracunan arak metanol, dimana di Kabupaten Buleleng pada awal Januari
2014 telah terjadi kasus keracunan arak methanol sebanyak 55 orang yang 3
orang diantaranya meninggal dunia sedangkan di Kabupaten Bangli sendiri,
menurut informasi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada bulan
September 2012 terdapat 41 kasus keracunan dan belum lagi kasus – kasus yang
belum terekspos (Pemerintah Provinsi Bali, 2012).
F. Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Metanol
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian mengungkapkan
bahwa langkah awal yang perlu dilakukan dalam menangani kasus keracunan
arak metanol adalah sama dengan penanganan kasus pada umumnya. Informan
tersebut menjelaskan bahwa ketika menangani pasien keracunan arak metanol
dilakukan sesuai dengan standar operasinal prosedur penanganan pasien
keracunan yaitu dengan mengecek airway, berathing, dan circulation dari pasien
terlebih dahulu. Hal tersebut tidak sesuai dengan manajemen penatalaksanaan
korban keracunan arak metanol menurut Kraut & Kurtz (2008) dan Anderson
![Page 37: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/37.jpg)
37
(1994), dimana langkah awal yang dapat dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan laboratorium kadar metanol dalam darah diukur dengan
menggunakan gas kromatografi. Kadar metanol serum >20 mg/dL sudah
dianggap toksik dan kadar >40 mg/dL dianggap sangat berbahaya.
Hingga saat ini belum terdapat korban keracunan arak metanol yang tercatat
dan terdata di puskesmas. Apabila suatu saat terdapat pasien korban keracunan
arak metanol yang mendatangi puskesmas, maka diharapkan petugas kesehatan
sudah mampu untuk menangani masalah tersebut dikarenakan sudah mendapat
sosialisasi mengenai manajemen penatalaksanaan korban keracunan arak
metanol. Informan penelitian mengungkapkan bahwa kendala yang dihadapi
dalam penanganan pasien korban keracunan arak metanol adalah izin pemberian
antidote. Antidote dari pasien korban keracunan arak metanol adalah dengan
pemberian etanol. Sebagian besar informan penelitian mengetahui bahwa etanol
merupakan antidote untuk kasus keracunan arak metanol. Etanol digunakan
untuk menghambat kerja alkohol dehydrogenase secara kompetitif sebab etanol
dioksidasi 10 kali lebih cepat daripada methanol dan etilen glikol serta hasil akhir
berupa CO2 dan H2O. Toksisitas ini dapat menghalangi keracunan lebih lanjut.
Dosis untuk orang dewasa 1.8ml/kg (untuk 70kg orang dewasa tiga tembakan
40ml). Alkohol seperti vodka, whisky dengan dosis pemeliharaan 0.40ml/kg
(untuk dewasa 70kg satu tembakan 40ml) per jam. Hal ini akan menghentikan
keracunan menjadi semakin buruk. Apabila pasien mengantuk atau tidak sadar,
perlindungan jalan nafas dengan intubasi dan hiperventilasi harus dilakukan jika
mungkin. Apabila tidak memungkinkan, pasien harus diberikan etanol lisan
dalam cara paling aman, yang akan mencakup duduk pasien dalam keadaan tegap
dan pemberian etanol melalui selang nasogastrik (Monaghan, 2010).
Dari hasil wawancara dengan informan penelitian, sebagian besar informan
menyatakan bahwa etanol perlu disediakan di puskesmas sebagai antidote kasus
keracunan arak metanol. Informan tersebut juga menjelaskan bahwa etanol harus
disediakan dalam jumlah kecil di puskesmas. Penyediaan etanol menjadi sangat
penting di puskesmas dikarenakan pemberian etanol kepada pasien yang
mengalami kasus keracunan arak metanol merupakan standar operasional
prosedur yang harus dilakukan untuk mengurangi toksisitas dari keracunan
metanol. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Monaghan (2010) yaitu
memberikan ethanol kepada pasien keracunan arak metanol untuk diminum dapat
![Page 38: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/38.jpg)
38
menghalangi toksisitas atau keracunan yang disebabkan oleh metanol lebih
lanjut. Upaya yang perlu dilakukan agar etanol dapat tersedia di puskesmas
adalah dengan adanya regulasi mengenai penyediaan etanol di puskesmas.
Informan penelitian mengemukakan bahwa perlu adanya izin dari Dinas
Kesehatan terkait mengenai penyediaan etanol sebagai antidote korban keracunan
arak metanol di puskesmas. Informan penelitian juga menjelaskan bahwa etanol
merupakan jenis minuman beralkohol, oleh karena itu izin penyediaannya juga
harus diketahui oleh sektor kepolisian terkait.
![Page 39: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/39.jpg)
39
BAB VII PENUTUP A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase pengetahuan
dengan kategori cukup dalam aspek pengetahuan tentang keracunan methanol
mendominasi yaitu sebesar 45,28%, kemudian dalam aspek gejala keracunan
methanol didominasi oleh responden dengan pengetahuan kategori baik yaitu
sebesar 87,74% dan pada aspek cara penanganan keracunan responden
mayoritas berpengetahuan cukup dengan persentase yaitu sebesar 61,32%.
Adapun kesimpulan yang diperoleh hasil gambaran pengetahuan responden
dengan karakteristik responden yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan sebagai berikut :
1. Gambaran pengetahuan responden menurut kelompok umur dalam aspek
pengetahuan tentang keracunan methanol dan gejala persentase tertinggi
terdapat pada umur 31-40 tahun yaitu sebesar 51,06% pada pengetahuan
keracunan dan 91,49% pada gejala dan aspek pengetahuan tentang cara
penanganan keracunan methanol diperoleh hasil mayoritas pengetahuan baik
terdapat pada responden dengan kategori umur 21-30 tahun dengan
persentase 25,81%.
2. Pada karakteristik jenis kelamin persentase yang lebih tinggi untuk
pengetahuan baik dalam ketiga aspek pengetahuan tentang keracunan
methanol. Sebesar 45,95% mengenai pengetahaun keracunan, 93,24%
mengenai gejala dan sebanyak 22,97% mengenai cara penanganan.
3. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan untuk kategori pengetahuan
baik persentase paling tinggi dalam 2 aspek pengetahuan terdapat pada
responden dengan pendidikan terakhir S-1 yaitu sebesar 92,31% pada
aspek pengetahuan pengetahuan tentang gejala keracunan methanol dan
sebesar 23,08% pada aspek pengetahuan tentang cara penanganan keracunan
methanol. Untuk aspek pengetahuankeracunan methanol terdapat pada
responen dengan pendidikan terakhir D-III yaitu sebesar 46,30%.
4. Berdasarkan karakteristik profesi untuk kategori pengetahuan baik
persentase paling tinggi dalam ketiga aspek pengetahuan terdapat pada
responden dengan profesi dokter yaitu sebesar 53,33% dalam aspek
![Page 40: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/40.jpg)
40
pengetahuan tentang keracunan methanol, sebesar 93,33% pada aspek
tentang gejala keracunan methanol dan pada aspek pengetahuan tentang cara
penanganan keracunan methanol sebesar 23,33%.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diajukan Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar
sebaiknya memberikan pelatihan penatalaksanaan korban keracunan methanol
kepada petugas puskesmas untuk menekan kasus keracunan methanol.
![Page 41: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/41.jpg)
41
DAFTAR PUSTAKA
Abramson S, singh A.K. Treatment of the Alcohol Intoxication: Ethylene Glycol, Methanol and Isopropanol. Curret Opinion in Nephrology and
Hypertension. 2009;9; 695-701 Anderson I.B. Methanol. In: Anderson I.B, Benowitz N.L, Keamey T.e, Osterloh
J.D, Woo O.F. (1994). Poisoning & Drug Overdose. A Lange Clinical Medical Manual. United States of America, P215-217.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2014). Menilik Regulasi Minuman Beralkohol
di Indonesia. Retrieved from: Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2012). Laporan Kejadian Keracunan Minum Arak,
Bali: Dinas Kesehatan Provinsi Bali Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2014). Laporan Kejadian Keracunan Minum Arak,
Bali: Dinas Kesehatan Provinsi Bali Henderson W.R, Bruubacher J. (2002). Methanol and Ethylene Glycol Poisoning: A
Case Study and Review of Current Literature. Janvier (4):34-40
http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM/03
14.pdf Kraut J.A, Kurtz I. (2008). Toxic Alcohol Ingestions: Clinical Features, Diagnosis
and Management. Clin J Am Soc Nephrol (3): 208-225 Levine M.D, Terabar A. Alcohol Toxicity. 2012. Available from:
www.medscape.com Olson K.R. Ethanol. In: Anderson I.B, Benowitz N.L, Keamey T.e, Osterloh J.D,
Woo O.F. (1994). Poisoning & Drug Overdose. A Lange Clinical Medical
Manual. United States of America P160-161 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian
dan Pengawasan Minuman Beralkohol. Poerwandari. E. K. (2009). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi (LPSP3). Rutu, Yohana. N. O., et all. (2012). Hubungan antara Motivasi Kerja dengan
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perawat di Instalasi Rawat
Inap RSUD Sleman. Jurnal Medika Respati 4.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis
(IV.). Jakarta: CV. Sagung Seto.
![Page 42: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/42.jpg)
42
LAMPIRAN
![Page 43: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/43.jpg)
43
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran
Judul : Tingkat Pengetahuan Petugas Kesehatan Puskesmas Tentang
Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak
Metanol di Kabupaten Gianyar
Skema Hibah ; Hibah Unggulan Program Studi
Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
Peneliti Pelaksana :
Nama Ketua : Rina Listyowati, S.SiT, M.Kes
NIDN : 0029057104
Nama Anggota I : dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH
Tahun Pelaksanaan : Tahun ke-1 dari rencana satu tahun
Dana Tahun Berjalan : Rp. 25.000.000,00
Dana mulai diterima
tanggal
:
1. Honor
Honor Honor/jam (Rp) Waktu
(jam/minggu)
Minggu Honor per-
tahun
Tahun I
Ketua 22.500 200 32 4.500.000
Anggota I 15.000 200 32 3.000.000
Sub Total (Rp.) 7.500.000
2. Peralatan Habis Pakai
Material Justifikasi/Pemakaian Kuantitas
Harga
satuan
(Rp.)
Harga Peralatan
Penunjang (Rp.)
Tahun I
Foto copy & jilid
proposal
Untuk memperbanyak /
penggandaan proposal dan jilid 10 15.000 150.000
Foto copy
kuesioner
Untuk memperbanyak /
penggadaan kuesioner 400 lbr 200 80.000
Foto copy lembar
persetujuan
wawancara
Penggandaan
13 lbr 150 2.000
Foto copy TOR Penggandaan 73 lbr 200 15.000
Buku ekspedisi Untuk mencatat laporan
penelitian 2 pcs 25.000 50.000
Buku Kwarto Untuk mencatat dan merekap
data wawancara 1 pcs 25.000 25.000
Bolpen Untuk responden menjawab
kuesioner 10 box 12.000 120.000
Flashdisk Untuk menyimpan laporan
penelitian 1 pcs 50.000 50.000
CD Untuk menyimpan laporan yang
nantinya akan disetorkan ke
LPPM,FK, PSKM, Dinkes &
Kesbangpol Gianyar
20 pcs 8.000 160.000
Kertas A4 Untuk print proposal 3 rim 40.000 120.000
![Page 44: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/44.jpg)
44
Tinta Printer Canon Untuk prin out proposal dan
kuesioner 2 pcs 270.000 540.000
Leaflet Untuk diberikan di masing-
masing puskesmas dan dinas
kesehatan gianyar
14 pcs 200.000 2.800.000
Banner Untuk diberikan di masing-
masing puskesmas dan dinas
kesehatan gianyar
14 pcs 100.000 1.400.000
Pulsa HP Untuk biaya telp perjanjian ke
puskesmas dan dinkes Gianyar
2 x
pembelian 220.000 220.000
Map Untuk wadah distribusi TOR ke
puskesmas dan dinas kesehatan 20 pcs 5.000 100.000
Amplop Untuk mengirim surat 1 box 20.000 20.000
Spidol snowman 5
warna
Untuk meganalisa data kualitatif 10 7.000 70.000
Alat perekam Untuk merekam wawancara
mendalam 2 pcs 1.000.000 2.000.000
Batu Baterai Untuk membantu alat perekam
untuk merekam wawancara
mendalam
4 pcs 10.000 40.000
Materai 3000 Untuk surat kontrak penelitian
& kwitansi 6 pcs 3.000 18.000
Materai 6000 15 pcs 6.000 90.000
Pengurusan ijin
penelitian
Kesbangpolimas di Gianyar 1 50.000 50.000
Pengurusan ethical
clearence
Untuk pengurusan ijin penelitian
ke Litbang FK UNUD 1 400.000 400.000
Sub Total (Rp) 8.520.000
3. Biaya Perjalanan
Material Justifikasi/Pemakaian Kuantitas
Harga satuan
(Rp.)
Harga Peralatan
Penunjang (Rp.)
Survey pendahuluan Perjalanan survey data
pendahuluan dari
Denpasar ke Puskesmas
dan Dinkes Kab.Gianyar
4 150.000 600.000
Survey kuantitatif Perjalanan kegiatan
penelitian dari Denpasar
ke Puskesmas dan Dinkes
Kab.Gianyar
26 100.000 2.600.000
Survey dan
wawancara
mendalam
Perjalanan kegiatan
penelitian dari Denpasar
ke Puskesmas dan Dinkes
Kab.Gianyar
13 100.000 1.300.000
Sub Total (Rp) 4.500.000
4. Laporan
Material Justifikasi/Pemakaian Kuantitas
Harga satuan
(Rp.)
Harga Peralatan
Penunjang (Rp.)
Kertas A4 Untuk print laporan
penelitian 2 rim 40.000 80.000
Tinta Print Canon Untuk print laporan hasil
penelitian 1 pcs 300.000 300.000
Fotocopy dan Jilid Laporan LPPM, FK dan
IKM 8 paket 60.000 480.000
Fotocopy dan jilid Laporan untuk 13 13 paket 60.000 780.000
![Page 45: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/45.jpg)
45
puskesmas
Fotocopy dan jilid Laporan untuk Dinkes
Gianyar 2 paket 60.000 120.000
Fotocopy dan Jilid Laporan untuk
kesbangpolinmas 2 paket 60.000 120.000
Sub Total 1.880.000
5. Diseminasi
Pendaftaran
Senastek Unud
Untuk mempublikasi hasil
penelitian 1 kali 1.000.000 1.000.000
Desiminasi hasil di
Dinas Kesehatan
Mendesiminasikan hasil
kepada stakeholder 1 kali 1.000.000 1.000.000
Jurnal artikel Untuk publikasi penelitian 1 kali 500.000 500.00
Poster Ilmiah Untuk publikasi penelitian 1 pcs 100.000 100.000
Sub Total 2.600.000
Total 25.000.000
![Page 46: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/46.jpg)
46
Lampiran 2. A. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Petugas Kesehatan Puskesmas Tentang
Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Metanol di Kabupaten
Gianyar.
TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS TENTANG
MANAJEMEN PENATALAKSANAAN KORBAN KERACUNAN ARAK
METANOL DI KABUPATEN GIANYAR
KUESIONER
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
1. Berikut merupakan pernyataan yang benar tentang methanol, kecuali :
a. Senyawa kimia yang didapatkan dari distilasi destruktif kayu
b. Methanol banyak dipakai dalam cairan pembersih
c. Methanol berbau,tidak berasa,tidak berwarna
d. Metanol merupakan senyawa kimia dengan rumus kimia C2H5OH
2. Dibawah ini adalah pernyataan yang benar tentang methanol, kecuali
a. Bukan dikonsumsi sebagai minuman, karena sifatnya yang lebih beracun dan
dipakai sebagai bahan bakar seperti spiritus
b. Metanol banyak dipakai dalam cairan pembersih
c. Bisa diperoleh dari hasil fermentasi buah-buahan atau gandum dan lain-lain, dan
banyak dikonsumsi sebagai minuman berakohol seperti bir, anggur (wine),
brandy dan lain-lain.
d. Metanol tidak berbau, tidak berasa, tidak bewarna
3. Berikut merupakan perubahan yang terjadi dari arak ethanol menjadi arak methanol,
kecuali : a. Arak yang dicampur dengan bahan lain b. Arak yang terlalu lama disimpan c. Kesalahan dalam proses pembuatan arak d. Arak yang bahan dasarnya tidak jelas
4. Intoksikasi methanol sangat berbahaya bagi manusia, dan dapat masuk kedalam tubuh
manusia dengan cara :
a. Terhirup
b. Tertelan
c. Diserap kulit
d. Semua benar
5. Dibawah ini mana yang bukan merupakan gejala yang tampak pada korban
keracunan methanol?
a. Pankreastitis
b. Kesadaran menurun
![Page 47: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/47.jpg)
47
c. Pengelihatan kabur hingga buta
d. Keram perut
6. Pemeriksaan yang spesifik untuk dapat menentukan bahwa pasien mengalami
keracunan methanol adalah…
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan nadi
c. Pemeriksaan asam format dalam darah
d. Pemeriksaan kimia darah
7. Antidot keracunan methanol yaitu femopizole dan :
a. Asam citrate c. Infus
b. Etanol d. Parapin
8. Apakah bahaya dari keracunan methanol? Kecuali :
a. Merusak retina mata sehingga pandangan kabur hingga buta permanen
b. Metanol dimetabolisme oleh hati dan menghasilkan asam format
c. Gangguan fungsi mitokondria pada saraf optic
d. Gangguan saluran pencernaan
9. Apakah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi methanol yang tepat? kecuali
a. Pemberian ethanol sesuai dosis
b. Pemberian asam folat/folinic acid
c. Memaksa untuk muntah
d. Melakukan tindakan hemodialisis
10. Penatalaksanaan awal pasien dengan suspek keracunan methanol adalah pemberian
etanol. Apakah fungsi pemberian ethanol tersebut?
a. Mengahalangi metabolisme methanol didalam darah menjadi asam format
b. Untuk proses penyembuhan pasien
c. Mengeluarkan ion asam
d. Mengurangi rasa sakit
11. Berikut merupakan prinsip pertolongan pada keracunan. Yang tidak dilakukan pada
pasien keracunan methanol yaitu?
a. Cathartic atau menguras isi lambung dengan menggunakan kateter lambung
sebelum 3 jam
b. Neutralizer atau menetralkan racun dengan pemberian antidote khusus
c. Mengencerkan bahan racun yang terkonsumsi
d. Semua jawaban salah
12. Penatalaksanaan pasien keracunan methanol yang dapat dilakukan di puskesmas
yaitu:
a. Resusitasi, pemberian etanol
b. Hemodialisis, ,membilas isi lambung
c. Terapi bikarbonat, hemodialisis
d. Resusitasi, Hemodialisis
13. Penatalaksanaan definitif untuk keracunan methanol yaitu :
a. Pemberian etanol secara oral maupun intravena
b. Hemodialisis
c. Menguras isi lambung
![Page 48: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/48.jpg)
48
d. Pemberian infus
14. Apakah tujuan dilakukannya hemodialisis pada pasien dengan keracunan methanol?
a. Untuk menggantikan fungsi ginjal yang mengalami kerusakan untuk mengganti
darah yang mengalami kerusakan akibat keracunan
b. Mengatasi gejala asidosis dengan mengeluarkan ion asam
c. Memberikan tranfusi darah pada saat hemodialisis untuk mengganti darah yang
mengalamin keracunan
d. Untuk mengeleminasi asam format
15. Hemodialisis dapat dilakukan apabila kadar methanol dalam darah melebihi…..
a. 20mg/dL
b. 40mg/dL
c. 50mg/dL
d. 70mg/dL
16. Apakah terapi suportif untuk intoksikasi methanol?
a. Menghentikan ADH
b. Proteksi jalan nafas,oksigen,cairan
c. Koreksi terhadap asidosis
d. Degradasi asam format
17. Proses metabolisme methanol menjadi asam format dilakukan dimana?
a. Lambung
b. Hati
c. Usus
d. Pankreas
18. Berikut ini adalah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi metanol, kecuali:
a. Kena mata : irigasi dengan air bersih /nacl 0,9%
b. Kulit : segera guyur dengan air
c. Pakaian terkontaminasi jangan dilepas
d. Pencernaan : pengosongan lambung
19. Berikut ini adalah hal penting yang dapat dilakukan untuk mengurangi kasus
keracunan arak metanol, yaitu:
a. Bekerja sama dengan pihak berwajib untuk merazia penjual miras
b. Memberikan penyuluhan mengenai bahaya alcohol dan methanol
c. Melarang menjual miras di daerah Gianyar
d. Membuat perda tentang pelarangan alkohol dan minuman keras lainnya
20. Selain dilakukan hemodialisis, penatalaksanaan keracunan methanol dapat dilakukan
dengan memberikan metilprednisolon atau prednisone. Adapun tujuan pemberiannya,
yaitu:
a. Mengurangi edema papil saraf optik yang terjadi pada fase akut sehingga
diharapkan mencegah terjadinya kebutaan
b. Menghambat terjadinya asidosis metabolic
c. Memperlambat metabolisme asam format
d. Menggantikan fungsi ginjal yang mengalami kerusakan akibat keracunan
methanol
![Page 49: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/49.jpg)
49
Lampiran 4
Kunci Jawaban Angket Penelitian
1. D
2. C
3. B
4. D
5. A
6. C
7. B
8. D
9. B
10. A
11. C
12. A
13. B
14. E
15. C
16. B
17. B
18. C
19. B
20. A
![Page 50: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/50.jpg)
50
B. Lembar Informasi Wawancara Tenaga Kesehatan Mengenai Bahaya Keracunan
Arak Metanol Di Seluruh Puskesmas Kabupaten Gianyar
Bapak/Ibu sebagai petugas fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas) di
Kabupaten Gianyar, saya harapkan partisipasinya dalam wawancara ini untuk mengetahui
“Tingkat Pengetahuan Petugas Kesehatan Puskesmas Tentang Manajemen
Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Metanol” Latar Belakang dan Tujuan Penelitian
Minuman beralkohol tradisional adalah minuman beralkohol yang mengandung etil
alkohol atau etanol (C2H
5OH) yang dibuat secara tradisional dan turun temurun yang
dikemas secara sederhana dan pembuatannya dilakukan sewaktu-waktu, serta dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara keagamaan. Di Bali, masyarakat menyebut minuman tradisional yang mengandung alkohol dengan istilah arak. Arak Bali sudah terkenal sejak lama sebagai minuman keras yang luar biasa. Namun dalam peredarannya di pasar, terdapat beberapa arak yang di dalamnya terdapat kandungan metanol.
Kesalahan dalam proses distilasi akan menyebabkan adanya kandungan metanol yang
dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Metanol sering disalah gunakan sebagai
bahan pembuat minuman keras. Metanol digunakan sebagai pengganti etanol karena
disamping harganya yang relatif lebih murah juga akibat ketidak pahaman akan bahaya yang
dapat ditimbulkan oleh kedua zat tersebut, sehingga banyak yang beranggapan bahwa sifat
dan fungsi metanol adalah sama dengan etanol. Banyak kasus terkait dengan keracunan arak metanol sudah terjadi dalam beberapa
tahun terakhir ini yang mengakibatkan terjadinya keracunan pada beberapa wisatawan dan
penduduk setempat, bahkan terdapat beberapa kasus hingga menyebabkan kematian. Dalam
hal ini petugas kesehatan di tingkat pertama yaitu puskesmas perlu mengetahui dan
memahami bagaimana manajemen atau tindakan penanganan pasien kasus keracunan arak
metanol. Sehubungan dengan hal diatas, maka peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan
petugas kesehatan puskesmas mengenai manajemen penatalaksaaan korban keracunan arak
metanol. Pertanyaan dalam Wawancara
Bapak/Ibu akan diberikan beberapa pertanyaan yang terdapat di pedoman wawancara.
Adapun pertanyaan tersebut terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai manajemen penatalaksanaan korban keracunan arak metanol. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara
ini adalah sekitar ±30 menit.
Privasi dan Kerahasiaan Informasi
Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam wawancara ini bersifat sukarela. Keikutsertaan
Bapak/ibu sebagai responden sangat saya harapkan, namun Bapak/Ibu berhak untuk menolak untuk ikut serta sebagai responden tanpa menimbulkan konsekuensi apapun. Identitas
Bapak/Ibu dalam memberikan informasi akan saya jaga kerahasiaannya.
![Page 51: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/51.jpg)
51
C. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Formulir Persetujuan Penelitian
(Informed Consent)
TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS
TENTANG MANAJEMEN PENATALAKSANAAN KORBAN KERACUNAN
ARAK METANOL DI KABUPATEN GIANYAR
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur : tahun
Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Alamat Puskesmas :
Setelah mendapatkan penjelasan dan informasi dari peneliti mengenai maksud dan tujuan
diadakannya penelitian ini, yaitu untuk mengetahui “Tingkat Pengetahuan Petugas
Kesehatan Puskesmas Tentang Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan
Arak Metanol di Kabupaten Gianyar”, dengan ini, maka saya bersedia untuk menjadi
informan kunci / responden penelitian untuk diwawancarai. Saya akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti menurut pengetahuan dan pengalaman
sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh dengan
kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Gianyar , …………………..2015
Responden Penelitian,
(…………………………………...)
![Page 52: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/52.jpg)
52
D. Pedoman Wawancara Petunjuk Pelaksanaan
1. Perkenalkan diri dan sampaikan salam serta ucapan terimakasih kepada informan
atas ketersediaanya meluangkan waktu untuk diwawancarai. 2. Menjelaskan tujuan wawancara, yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan
petugas kesehatan puskesmas tentang manajemen penatalaksanaan korban
keracunan arak metanol. 3. Menjelaskan bahwa informasi ini akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
“Untuk itu, saya mohon kesediaan saudara untuk diwawancarai. Identitas Saudara
dalam wawancara ini akan dijamin kerahasiaannya dan semua informasi yang
diperoleh dari wawancara ini hanya akan dipergunakan untuk penelitian”.
4. Sampaikan bahwa informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, harapan serta saran-saran yang berkaitan dengan topik penelitian.
5. Minta kepada responden untuk menandatangani informed consent. 6. Catat seluruh pembicaraan yang ada dan untuk membantu proses pencatatan
gunakan tape recorder untuk merekam seluruh isi pembicaraan. 7. Apabila informan memiliki waktu yang terbatas, mintalah waktu lain untuk
melanjutkan wawancara sesuai dengan ketersediaan informan
Identitas Responden Data umum yang perlu dicatat setiap kali melakukan wawancara adalah : Nomor urut responden :
Nama responden :
Jenis Kelamin :
Tempat wawancara :
Tanggal wawancara :
Topik Keracunan arak metanol
Pertanyaan Wawancara Pertanyaan
1. Apakah diwilayah kerja anda
banyak masyarakat yang
mengkonsumsi arak? 2. Apakah pernah terjadi
keracunan arak metanol
diwilayah kerja anda? 3. Apakah puskesmas ini pernah
menangani pasien yang
mengalami keracunan arak
metanol ?
Probing
Manajemen pelaksanaan 1. Langkah awal apa yang perlu
korbankeracunanarak dilakukan oleh petugas
metanol kesehatan setempat, apabila
terdapat pasien/korban
![Page 53: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/53.jpg)
53
keracunan arak metanol?
2. Apakah para staf&petugas
kesehatan diwilayah kerja
anda mampu menangani
pasien tersebut? 3. Apakah terdapat kendala yang
anda hadapi ketika menangani
pasien yang mengalami
keracunan arak? 4. Menurut anda apakah terdapat
obat/antidote untuk pasien
yang mengalami keracunan
metanol? 5. Menurut beberapa para ahli,
etanol (minuman beralkohol)
merupakan salah satu antidote,
menurut pendapat anda
apakah perlu menyediakan
etanol di setiap puskesmas?
6. Mengingat etanol merupakan
minuman
beralkohol/minuman keras,
menurut saudara upaya
apakah yang perlu dilakukan
agar etanol dapat disediakan
di puskesmas?
![Page 54: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/54.jpg)
54
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti
1. Ketua Peneliti a. Nama : Rina Listyowati,SSiT,MKes b. NIP/NIDN : 197105292008122001/0029057104 c. Golongan Pangkat : IIIb d. Jabatan fungsional : Asisten ahli e. Jabatan Struktural : Sekretaris Bagian AKK f. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Ilmu Kesehatan Masyarakat g. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana h. Bidang Keahlian : Kesehatan masyarakat i. Waktu untuk penelitian : 12 Jam/minggu 2. Anggota Peneliti 1
a. Nama : dr. Ni Made Sri Nopiyani,MPH b. NIP/NIDN : 198311042008012005/0004118301 c. Golongan Pangkat : IIIb d. Jabatan fungsional : Asisten ahli e. Jabatan Struktural : - f. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Ilmu Kesehatan Masyarakat g. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana h. Bidang Keahlian : Kesehatan masyarakat i. Waktu untuk penelitian : 7 Jam/minggu
![Page 55: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/55.jpg)
55
Lampiran 4. Riwayat Hidup Peneliti
1. Ketua Peneliti
Rina Listyowati.
Perum Nikki Mutiara Estate E10, Jl. A. Yani Utara , Denpasar, Bali Indonesia
Mobile: +628122935921
Curriculum Vitae
Personal Details :
Name : Rina Listyowati, S.SiT, M.Kes.
Place & Date of birth : Kendal, 29 May 1971
Address : Perum Nikki Mutiara Estate E10 – Jln. A. Yani Utara - Denpasar.
Bali - Indonesia
Mobile : +62 8122935921
Email : [email protected]
Educational Backround :
2006 – 2008, Master of Public Health in Concetration of Mother & Child Health
Management, Faculty of Public Health, Diponegoro University, Semarang, Central Java,
Indonesia.
2004 – 2005, Bachelor of Applied Science in Midwife Educater, School of Health Science,
Semarang, Central Java, Indonesia.
2001 – 2004, Diploma 3th of Midwifery, Panti Wilasa Midwifery Academy, Semarang,
Central Java, Indonesia.
1993 – 1994, Diploma 1th of Midwifery Program, Semarang , Central Java, Indonesia.
Short Courses and Workshops
Pelatihan Buku Ajar Bagi Dosen Universitas Udayana th 2009, Penyelengara UPT Penerbit
Universitas Udayana, tempat di Universitas Udayana Denpasar. Tanggal 6-7 Oktober 2009.
English Language course “English for Academic Purposes at BELT level” at IALF (Indonesia
Australia Language Foundation), Conducted by IALF Education for Development ALA -Bali.
Denpasar-Bali, Period attended: 30 November 2009 to 15 February 2010.
Workshop 4 “Tapping the Research Potential”. Conducted by Australia Awards Alumni
Professional Development. Australia Indonesia Partnership. Bali 22 April 2010.
Distance Learning Course of Partograph, Conducted by Department of Making Pregnancy
Safer(WHO) and Udayana University and Kitasato University for Nursing Career
![Page 56: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/56.jpg)
56
Development and Research, and Tokyo Development Learning Center. Period attended :
19 April dan 28 April 2010
International Short Course Healthy Aging, “Strengthening Public Health leadership to
Address Healthy Ageing”. Conducted by Burnet Melbourne Australia, Melbourne -
Australia. 12 - 28 July 2010.
In Field Research Trainee Program (FRTP) Workshop on Introduction to Advanced
Statistical Techniques and Research Methods. Di Udayana University Bali and National
Center In HIV Epidemiology and Clinical Research (NCHECR) UNSW , 17-18 January 2011.
Lokakarya Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kementrian Pendidikan
Nasional Universitas Udayana & PS IKM Fakultas kedokteran. Tgl 21 & 28 Januari 2010.
Pelatihan penelitian “Norma, praktik dan Nilai di Kalangan LSl Medan, Surabaya, Bali” di
Surabaya tgl 5 – 7 Juni 2012. (pelatihan nasional)
Pelatihan penelitian “Norma, Praktik dan Nilai di Kalangan LSl Medan, Surabaya, Bali” di
Sanur Bali, tgl – Juni 2012. (pelatihan internasional).
Pertemuan ilmian/ lokakarya internasional “data Analysis Workshop, tahun 2012 di Sanur
Bali
Acara kuliah umum “Penanganan Kependudukandan Keluarga Berencana Dalam Upaya
Pencapaian Target MDG’s 2015”. Di selenggarakan di Bali oleh FE Universitas Udayana dan
BKKBN Bali & Forum Kependudukan dan Keluarga Berkualitas Provinsi Bali. 26 April 2010.
(peserta)
Sosialisasi HKI “ Melalui Peningkatan Kegiatan HKI Kita Tingkatkan Kualitas Intelektual
UNUD Untuk Menuju World Class University”. Di selenggarakan oleh HKI Universitas
Udayana di FK Unud, 5 Mei 2010. (peserta)
Seminar Nasional “Seminar Nasional Urbanisasi dan Kesehatan”, diselenggarakan oleh
PSIKM Fk UNUD dan IAKMI Bali, tgl 2 Oktober 2010 di Denpasar Bali. (panitia)
Seminar Nasional HKN ke 47 Kab.Karangasem “Kebijakan & Strategi Pemkab Karangasem
Dalam Upaya Pencapaian MDG’s Bidang Kesehatan. Diselenggarakan oleh Dinkes
Kab.Karangasem, tgl 11 November 2011. (Nara sumber)
Seminar Nasional “Sosialisasi Angka Kredit FK UNUD” diselenggarakan oleh FK UNUD di
Denpasar, 6 November 2012. (peserta)
Seminar Internasional “ Evidence-based Programmes for Reproductive Healh and HIV
Interventions” . diselenggarakan oleh PSIKM FK Unud dg IAKMI Bali, support by Kirby
![Page 57: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/57.jpg)
57
institute – Australia Indonesia Partnership - Sanofi Pasteur. Bali, tgl 25 Juni 2011.
(panitia)
“Good Clinical Practice (GCP) Workshop” Diselenggarakan oleh PSIKM FK UNUD dengan
Badan POM RI, support by Kirby Institute UNSW Australia. Bali, 16 – 17 July 2012.
Prequel Webinar Konferensi HPEQ “Identify Local Wisdom To Strengthen A Public Health
/ Education Institution. Diselenggarakan tgl 30 Oktober 2012 oleh Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan DIKTI, sebagai peserta.
International Seminar and Symposium “Social Determinant of Health – The MDG’s and
Beyond”, tanggal 29 – 30 Agustus 2013. Diselenggarakan oleh PS.IKM FK Unud, support by
IKK/IKP FK Unud, MIKM Unud dan IAKMI Bali. sebagai panitia.
Seminar Nasional dan Simposium “Penyakit Tidak Menular” diselenggarakan tanggal 11 –
12 September 2014 oleh PSKM FK Universitas Udayana, sebagai panitia.
Seminar Nasional dan Simposium “Kesehatan Pariwisata “ Tantangan di Era Masyarakat
Ekonomi ASEAN” diselenggarakan tanggal 11 – 12 September 2015 oleh PSKM FK
Universitas Udayana, sebagai panitia.
General English course of TOEFL , Conducted by Negeri Semarang University, Semarang,
Period attended: 06/12/2012 (Test date)
Working Experiences :
Dec 2008 – present, Lecturer of Health Policy & Administration Department, School of
Public Health, Udayana University.
2003 – 2008, Lecturer of Midwifery at Abdi Husada Midwifery Academy.
1997 – 2002, Midwife at Kedung Mundu General Hospital, Semarang, Central Java.
1994 – 1997, Midwife at Public Health Central Boyolali, Central Java.
1990 – 1993, Nurse at Telogorejo Hospital, Semarang, Central Java.
Membership and Affiliation :
2012 – present, Member of Udayana Community Development Program, Udayana
University – Bali.
2009 – present, Member of Public Health Assosiation (IAKMI), Bali
2009 – present, Member of Indonesian Midwifery Assosiation ( IBI), Bali.
![Page 58: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/58.jpg)
58
Past Research :
Evaluasi Proses Pelaksanaan Badan Layanan Umum (BLU) Puskesmas di Kabupaten
Gianyar Tahun 2013. Dana : PS.IKM FK Unud. Sebagai Ketua.
Pengembangan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar Kebijakan Puskesmas 24 Jam yang
Berstatus BLU (Studi Kasus di Kab.Gianyar) Tahun 2013. Dana : BOPTN(Hibah Bersaing),
sebagai anggota.
Pratik Perawatan Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas Pada Ibu-ibu di Wilayah Kelompok
Cangkeng Dusun Muntigunung Kab.Karangasem Bali Tahun 2012. Dana : PS.IKM FK UNUD,
sebagai anggota.
Peran serta Bidan Praktek Swasta dalama Program Jaminan Persalinan di Denpasar tahun
2012. Dana : DIPA, sebagai anggota. (Participation of Private Practice Midwives (CPM) in
the Labor Insurance Program (JAMPERSAL) in Denpasar In 2012, funded DIPA)
Survei Analisis Situasi Angka Kematian Anak di Desa Muntigunung Karangasem Tahun
2009. Dana : PS.IKM FK UNUD, sebagai anggota. (Field worker (interviewer), Situation
Analyze Survey of Child Mortality Rate in Munti Gunung Regency, Held by: School of Public
Health, Udayana University, 2009)
Survei Analisis HIV/AIDS di Bali Tahun 2009. Dana : PS.IKM FK UNUD, sebagai anggota.
(Field worker (interviewer), Survey of HIV / AIDS in Bali, Held by: School of Public Health,
Udayana University, 2009).
Researcher of thesis Analysis of The Factors Related To Midwife’s Work Performance In
Handling Neonatal Asphyxia Cases in Distric of Demak, Central Java, 2008.
Researcher of minor thesis Coralation Between Type Of IUD and Portio Erotion Women’s
in Public Health Central Sumowono District, Ambarawa Regency, Central Java, 2005.
Community Services :
Pendidikan Kesehatan Masyarakat tentang Upaya Pencegahan Flu Burung” lokasi :
Br.Kemulan, Desa Jagapati – Badung. Sebagai anggota, Dana : DIPA/PNBP, 30 Agustus
2009
Pelatihan dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat tentang Upaya Pencegahan Flu Burung di
Desa Taro TegallalangGianyar. Sebagai anggota, dana : DIPA PNBP. 18 September 2010.
(Health Education for Flu Bird prevention in Taro Village, Tegallalang Gianyar, 18
September 2010)
Pembinaan Pedagang Tahu di Pasar Badung Mengenai Bahaya Penyalahgunaan Formalin
![Page 59: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/59.jpg)
59
Pada Pengolahan Makanan di Kumbasari Denpasar. Sebagai anggota, dana : DIPA / PNBP.
18 – 19 Oktober 2010. (Health Education of Tofu Sellers about Formalin Abused In Food
Processing at Badung Market - Kumbasari Denpasar - Bali. 18-19, 2010).
Pemberdayaan Anak SD Dalam Upaya Peningkatan Konsumsi Garam Beryodium di Desa
Apuan, Kec.Susut Kab.Bangli. Sebagaia anggota, dana : DIPA/PNBP. 21 Oktober 2010.
(Empowering Primary School Students on Increasing consumption of Iodium salt in Apuan
Village, Susut District and Bangli Region, 2010).
Pelatihan Bidan Tentang PMTCT Tahun 2012 di Ruang Pertemuan Dinas Kesehatan
Kabupaten Klungkung. Sebagai anggota, dana : DIPA/PNBP. 11 Agustus 2011.
Pembinaan Ibu Balita Melalui Peningkatan Pengetahuan Sikap dan Tindakan Ibu Tentang
Gizi Seimbang Bagi Balita di Serangan Densel. Sebagai anggota, dana : DIPA/PNBP.12
Agustus 2011.
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Tentangi Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara di
Desa Kuwuh, Kec.Mengwi Kabupaten Badung. Sebagai anggota, dana : DIPA/PNBP.tgl 20
Maret 2012.
Pengenalan Nugget Tempe Dalam Upaya Penganekaragaman Makanan Bergizi dan Aman
Bagi Anak Sekolah di Desa Baturiti Kab.Tabanan,. Sebagai anggota, dana Dipa/PNBP. 27
Juli 2013
Peningkatan Pengetahuan Pasangan Usia Subur di Desa Muntigunung Kab.Karangasem
Mengenai Program Jaminan Persalinan, dana : PS.IKM FK Unud, sebagai anggota. 3
Agustus 2013
Publication :
Jurnal article : Pande Putu Januraga, Chriswardani Suryawati, Rina Listyowati, Made Sri
Nopiyani " Per Capita Analysis Cost for Cost Control Efforts Advocacy Health Insurance
Program , Jembrana ", Publisher Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol 13, No 01,
Maret 2010, ISSN: 1410-6515. (bahasa : Analisis Biaya Per Kapita Sebagai Upaya Advokasi
Pengendalian Biaya Program Jaminan Kesehatan Jembrana)
Jurnal article : IL Putu Suariyani, IK Tangking Widarsa, NP Widarini, NK Sutiari, Rina
Listyowati "Socioeconomic Infant Mortality Factors in Muntigunung Kab.Karangasem,
Prov.Bali ". Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol 1, No 03, November 2010, Publisher
FKM Unsri (bahasa : Faktor Sosial Ekonomi Kematian Bayi di Desa Muntigunung
Kabupaten Karangasem Provinsi Bali)
Abstract book : Indrayathi,P.A., Nopiyani,N.M.S., Listyowati,R. “Informal Workers and Its
Role In Jaminan Kesehtan Nasional In Denpasar City : Feasible Model For Collecting
![Page 60: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/60.jpg)
60
Revenue To The Achievement Of Universl health Coverage”, Publisher Abstract book Ina
HEA. 2ND Indonesian Health Economics Association Congress 2015. Health Financing and
Economics of Nutrition.
Denpasar, Januari 2015
Rina Listyowati,S.SiT,M.Kes
![Page 61: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/61.jpg)
61
2. Anggota Peneliti
Curriculum Vitae
Name: Ni Made Sri Nopiyani
Citizenship: Indonesia
Place and date of birth: Denpasar, 4th
November 1983 Mailing Address: Jln. Gunung Bromo XIV/6, Denpasar Barat (Postal Code: 80119), Bali, Indonesia
Home: +62 361 480767) Mobile: +6281236327788 Email: [email protected]
Education
Master of public health (2010-2012) The
University of Melbourne, Australia
Master by coursework with minor thesis (major in Health Program Evaluation).
Related courses:
Health Policy
Health Economic & Program Evaluation System for Global Health
Medical Doctor (2001-2007) Faculty of Medicine, Udayana University, Bali, Indonesia Working experiences Health Program Evaluator (January 2012-current)
External consultant for a summative/end of project evaluation of Making Pregnancy Safer Program in Bener Meriah District, Aceh Province (March-April 2013) Commissioner: Medecins du Monde/Dokters Van Der Wereld (Netherland) Evaluation team: Luh Putu Lila Wulandari, Ni Made Sri
Nopiyani Responsibilities:
Planning the evaluation: choosing the evaluation design and data collection
methods (Focus group discussions – with participatory learning & action excercise,
In-depth interviews, collation of secondary data); developing instruments (FGD
guides, interview guides); collecting and analysing the data; writting the report;
disemination of evaluation findings.
![Page 62: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/62.jpg)
62
External consultant for a process-outcome evaluation of Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (The group of students who care for AIDS and Drugs) Program in Bali (October – December 2012)Commissioner: Bali Provincial AIDS Committee-HCPIEvaluation team: Luh Putu Lila Wulandari, Ni Made Sri Nopiyani, Dinar Lubis Responsibilities: Planning the evaluation: developing logical framework of the program; choosing
the evaluation design and data collection methods (Questionaire Survey, Focus
group discussions, In-depth interviews, collation of secondary data); developing
instruments (questionaire, FGD guides, interview guides); collecting and analysing
the data; writting the report; disemination of evaluation findings.
External evaluator for a process evaluation of Kader Desa Peduli AIDS (Village AIDS Cadres) Program in Denpasar, Bali (January – July 2012)Commissioner: Denpasar District AIDS Committee Evaluator: Ni Made Sri Nopiyani Responsibilities: Planning the evaluation: developing logical framework of the program; choosing
the evaluation design (descriptive) and data collection methods (in-depth
interviews, collation of secondary data); developing instruments (interview guides);
collecting and analysing the data; writting the report; disemination of
evaluation findings. Lecturer (Jan 2008-current) School of Public Health, Faculty of Medicine, Udayana University
Responsibilities include:
Teaching for health policy, health program evaluation, primary health care, and health system courses.
Supervising students in conducting research projects in the areas of health program evaluation and primary health care.
Supervising students’ field works in community health centers.Research assistant (working with Burnet Indonesia): May 2008 – January 2009 Improved Sexual, Reproductive, Maternal and Newborn Health by Promoting the Involvement of
Men in Antenatal and Postnatal Visits (phase 1) - funded by Ford Foundation
Responsibilities: Coordinating the preparation, data collection, and data analysis
![Page 63: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/63.jpg)
63
Research projects The Analysis of Human Resources Sub-system Regarding The Implementation of Test and Treat on
Female Sex Workers in Bali Using Workload Indicators of Staffing Need and Qualitative Study (July
2013-now)- National AIDS Committee/HIV Cooperation Program for Indonesia
Ni Made Sri Nopiyani, L.P.L Wulandari, I Ketut Suarjana Acceptability, Utilization and Adoption of HIV Prevention Program Through Village AIDS Cadres
from The Perspective of Community (July 2013-now)-Udayana University
Ni Made Sri Nopiyani, Putu Ayu Indrayathi, D.P. Yuli Kurniati Feasibility Study of Couple HIV Counselling and Testing among High Risk Population in Bali
(March 2013-now)-Kirby Institute,UNSW/School of Public Health Udayana University
P.A. Swandewi Astuti, Ni Made Sri Nopiyani, Dinar S.M. Lubis, L.P.L. Wulandari,
A.A.S. Sawitri, Partha muliawan
A summative/end of project evaluation of Making Pregnancy Safer Program in Bener
Meriah District, Aceh Province (March-April 2013)-Medecins du Monde/Dokters Van Der
Wereld (Netherland)
L.P.L. Wulandari, Ni Made Sri Nopiyani A process-outcome evaluation for Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (The group of
students who care for AIDS and Drugs) Program in Bali (October – December 2012)-Bali Provincial
AIDS Committee-HIV Cooperation Program for Indonesia
L.P.L. Wulandari, Ni Made Sri Nopiyani, Dinar S.M. Lubis A process evaluation of Kader Desa Peduli AIDS (Village AIDS Cadres) program in Denpasar,
Bali, Indonesia (Jan-Jun 2012)
Ni Made Sri Nopiyani Development of Comprehensive Primary Health Care-based Services for FSW in Bali : sounding out
the possibility of community social order in preventing HIV/AIDS (2008-2009)- National AIDS
Committee/HIV Cooperation Program for Indonesia
Pande Putu Januraga, L.P.L Wulandari, Ni Made Sri Nopiyani Improved Sexual, Reproductive, Maternal and Newborn Health by Promoting the Involvement of
Men in Antenatal and Postnatal Visits (phase 1) (May 2008 – January 2009)
Research assistant, worked with Burnet Indonesia, funded by Ford Foundation Profile of New Family Planning Acceptors at Community Health Centre (Puskesmas) Ubud I and
Private Midwifes in Ubud Village, Year 2006 (2006)
![Page 64: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/64.jpg)
64
Ni Made Sri Nopiyani Publications & Conference Presentations
International seminaron Social Determinants of Health: The MDGs and Beyond. Bali, 29-30
August 2013. Ni Made Sri Nopiyani. The implementation of kader Desa Peduli AIDS Program
in Bali: Waht Lessons Can be Learned? (Oral presentation)
International Congress on AIDS in Asia and the Pacific 10th, 26-30 August 2011, BEXCO, Busan, Korea. Januraga, PP., Wulandari, LPL., Nopiyani, MS. Setiawan, M. The Feasibility of Involving Puskesmas in
Providing Sustainable HIV Interventions in Bali . (Poster presentation). 16th International Union Against Sexually Transmitted Infections (IUSTI) Asia Pacific Conference. Bali, May 4-6 2010. Januraga, PP., Wulandari, LPL., Nopiyani, MS. Barriers of seeking for health services for STDs and
HIV/AIDS in Kurniati Puskesmas experienced by female sex workers, between needs and
demands. (Poster presentation) Improved knowledge, attitude, behaviour towards smoking in High School Student in Penatih Village.
Ekawati, Kurniati, Nopiyani, Purnama, Subrata, Dewa Alit. Published on Journal ‘Udayana Mengabdi’ Udayana University, vol. 8, no.1, 2009. ISSN 1412 0925 Cost per capita analysis to control the cost of Jembrana health insurance. Pande Putu Januraga,
Chriswardani Suryawati, Rina Listyowati, Made Sri Nopiyani Published on Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan No. 01 Maret. 2010
Expectant fathers: Men should be more involved in maternal and newborn health care Inside Indonesia. Weekly articles (99): Jan-Mar 2010 Wendy Holmes, Brad Otto, Marcia Soumokil, Sri Nopiyani Made and Sang Gede Purnama Awards and achievements Australian Development Scholarship (2010) Australian Leadership Award (ALA) Fellowships: Round 3 – 2008 (2008)
The Best Student of Faculty of Medicine Udayana University (2007)
Denpasar, 20 Februari 2014
dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH
![Page 65: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/65.jpg)
65
Lampiran 5. SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
1. Nama Lengkap :Rina Listyowati,SSiT,M.Kes
NIP :197129052008122001
Fakultas/P.S :FK/IKM
Status dalam penelitian/Pengabdian :Ketua
2. Nama Lengkap :dr.Ni made Sri Nopiyani,MPH
NIP :198304112008012005
Fakultas/P.S :FK/IKM
Status dalam penelitian/Pengabdian :Anggota Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun proposal pengabdian yang
berjudul “ TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN PUSKEMAS TENTANG MANAJEMEN PENATALAKSAAN KORBAN KERACUNAN ARAK
METANOL DI KABUPATEN GIANYAR. ” dengan jumlah usulan dana sebesar Rp.
25.000.000. Apabila proposal ini disetujui maka kami secara bersama-sama akan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penelitian nin sampai tuntas sesuai dengan
persyaratan yang dituangkan dalam surat kontrak perjanjian. Demikian Surat Pernyataan ini
kami buat dan ditandatangani bersama sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bukit Jimbaran,
(Rina Listyowati,SSiT,.MKes) (dr.Ni Made Sri Nopiyani,MPH
![Page 66: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/66.jpg)
66
Lampiran 5
No. Pertanyaan Salah Benar
f % f %
Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol
1. Berikut merupakan pernyataan yang benar tentang methanol, kecuali? 21 19,81 85 80,19
2. Intoksikasi methanol sangat berbahaya bagi manusia, dan dapat masuk kedalam tubuh manusia
dengan cara?
12 11,32 94 88,68
3. Apakah bahaya dari keracunan Methanol?kecuali 43 40,57 63 59,43
4. Proses metabolisme methanol menjadi asam format dilakukan dimana? 8 7,55 98 92,45
5. Berikut ini adalah hal penting yang penting dapat dilakukan untuk mengurangi kasus
keracunan arak metanol, yaitu?
6. Dibawah ini adalah pernyataan yang benar tentang methanol kecuali? 42 39,62 64 60,38
7. Berikut merupakan perubahan yang terjadi dari arak ethanol menjadi methanol kecuali? 49 46,23 57 53,77
Gejala Keracunan Methanol
1. Yang mana yang bukan merupakan gejala yang tampak pada korban keracunan methanol? 23 21,70 83 78,30
Cara Penanganan Keracunan Methanol
1. Pemeriksaan spesifik untuk dapat menentukan bahwa pasien mengalami keacunan methanol
adalah?
18 16,98 88 83,02
2. Antidot keracunan methanol yaitu femopizole dan? 7 6,60 99 93,40
3. Apakah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi methanol yang tepat?kecuali 97 91,51 9 8,49
4. Penatalaksanaan awal psdien dengan suspek keracunan methanol adalah pemberian
ethanol,apakah fungsi pemberian ethanol tersebut?
1 0,94 105 99,06
5. Berikut merupakan prinsip pertolongan pada keracunan. Yang tidak dilakukan pada pasien
keracunan methanol yaitu?
68 64,15 38 35,85
6. Penatalaksanaan pasien keracunan methanol yang dapat dilakukan di puskesmas yaitu? 5 4,72 101 95,28
7. Penatalaksanaan definitif untuk keracunan methanol yaitu? 38 35,85 68 64,15
8. Apakah tujuan dilakukan hemodialisis pada pasien keracunan methanol? 52 49,06 54 50,94
9. Hemodialisis dapat dilakukan apabila kadar methanol dalam darah melebihi? 47 44,34 59 55,66
10. Apakah terapi suportif untuk intoksikasi methanol? 43 40,57 63 59,43
![Page 67: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/67.jpg)
67
No. Pertanyaan Salah Benar
F % f %
Cara Penanganan Keracunan Methanol
11. Berikut ini adalah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi methanol, kecuali? 11 10,38 95 89,62
12. Selain dilakukan hemodialisis, penatalaksanaan keracunan methanol dapat dilakukan dengan
memberikan metilprednisone. Adapun tujuan pemberiannya yaitu?
14 13,21 92 86,79
![Page 68: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/68.jpg)
68
Lampiran 6
No.
Pertanyaan
Kategori Umur
21-30 31-40 41-50 51-60
S % B % S % B % S % B % S % B %
Pengetahuan Tentang
Keracunan Methanol
1. Berikut merupakan
pernyataan yang benar
tentang methanol,
kecuali?
7 22,58 24 77,42 7 18,89 40 85,11 5 25,00 15 75,00 2 25,00 6 75,00
2. Intoksikasi methanol
sangat berbahaya bagi
manusia, dan dapat
masuk kedalam tubuh
manusia dengan cara ?
5 16,13 26 83,87 4 8,51 43 91,49 0 0 20 100 3 37,50 5 62,50
3. Apakah bahaya dari
keracunan
methanol?kecuali
13 41,94 18 58,06 17 36,17 30 63,83 10 50,00 10 50,00 3 37,50 5 62,50
4. Proses methabolisme
methanol menjadi asam
format dilakukan
dimana?
5 16,13 26 83,87 1 2,13 46 97,87 2 10,00 18 90,00 0 0 8 100
5. Berikut ini adalah hal
penting yang dapat
dilakukan untuk
mengurangi kasus
keracunan
methanol,yaitu?
7 22,58 24 77,42 8 17,02 39
82,98 6 30,00 14 70,00 2 25,00 6 75,00
![Page 69: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/69.jpg)
69
No.
Pertanyaan
Kategori Umur
21-30 31-40 41-50 51-60
S % B % S % B % S % B % S % B %
Pengetahuan Tentang
Keracunan Methanol
6. Dibawah ini adalah
pernyataan yang benar
tentang methanol
kecuali?
14 45,16 17 54,84 17 36,17 30 63,83 10 50,00 20 50,00 1 12,50 7 87,50
7. Berikut merupakan
perubahan yang terjadi
dari arak ethanol menjadi
methanol kecuali?
11 35,48 20 64,52 22 46,81 25 53,19 12 60,00 8 40,00 4 50,00 4 50,00
Gejala Keracunan
Methanol
1. Yang mana yang bukan
merupakan gejala yang
tampak pada korban
keracunan methanol?
6 19,35 25 80,65 4 8,51 43 91,49 2 10,00 18 90,00 1 12,50 7 87,50
Cara Penanganan
Keracunan Methanol
1. Pemeriksaan spesifik
untuk dapat menentukan
bahwa pasien mengalami
keacunan methanol
adalah?
10 32,26 21 67,74 4 8,51 43 91,49 2 10,00 18 90,00 2 25,00 6 75,00
2. Antidot keracunan
methanol yaitu
femopizole dan?
3 9,68 28 90,32 1 2,13 46 97,87 2 10 18 90,00 1 12,50 7 87,50
![Page 70: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/70.jpg)
70
No.
Pertanyaan
Kategori Umur
21-30 31-40 41-50 51-60
S % B % S % B % S % B % S % B %
CaraPenanganan
Keracunan Methanol
3. Apakah penatalaksanaan
pasien dengan intoksikasi
methanol yang tepat?
Kecuali
30 96,77 1 3,23 44 93,62 3 6,38 15 75,00 5 25,00 8 100 0 0
4. Penatalaksanaan awal
pasien dengan suspek
keracunan methanol
adalah pemberian etanol.
Apakah fungsi pemberian
ethanol tersebut?
1 3,23 30 96,77 0 0 47 100 0 0 20 100 0 0 8 100
5. Berikut merupakan
prinsip pertolongan pada
keracunan. Yang tidak
dilakukan pada pasien
keracunan methanol
yaitu?
17 54,84 14 45,16 29 61,70 18 38,30 14 70,00 6 30,00 8 100 0 0
6. Penatalaksanaan definitif
untuk keracunan
methanol yaitu?
3 9,68 28 90,32 1 2,13 46 97,87 1 5,00 19 95,00 0 0 8 100
7. Penatalaksanaan definitif
untuk keracunan
methanol yaitu?
15 48,39 16 51,61 13 27,66 34
72,34 7 35,00 13 65,00 3 37,50 5 62,50
![Page 71: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/71.jpg)
71
No.
Pertanyaan
Kategori Umur
21-30 31-40 41-50 51-60
S % B % S % B % S % B % S % B %
CaraPenanganan
Keracunan Methanol
8 Apakah tujuan
dilakukaknya
hemodialisis pada pasien
dengan keracunan
methanol?
13 41,94 18 58,06 22 46,81 25 53,19 9 45,00 11 55,00 8 100 0 0
9 Hemodilalisis dapat
dilakukan apabila kadar
methanol dalam darah
melebihi?
15 48,39 16 51,61 22 46,81 25 53,19 7 35,00 13 65,00 3 37,50 5 62,50
10 Apakah terapi suportif
untuk intoksikasi
methanol?
15 48,39 16 51,61 21 44,68 26 55,32 7 35,00 13 65,00 0 0 8 100
11 Berikut ini adalah
penatalaksanaan pasien
dengan intoksikasi
metanol, kecuali:
1 3,23 30 96,77 7 14,89 40 85,11 3 15,00 17 85,00 0 0 8 100
12 Selain dilakukan
hemodialisis,
penatalaksanaan
keracunan methanol
dapat dilakukan dengan
memberikan
metilprednisolon dan
prednisone. Adapun
tujuan pemberiannya,
yaitu?
5 16,13 26 83,87 5 10,64 42
89,36 4 20,00 16 80,00 0 0 8 100
![Page 72: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/72.jpg)
72
Lampiran 7
No.
Pertanyaan
JenisKelamin
Perempuan Laki-Laki
S (%) B (%) S % B %
Pengetahuan tentang keracunan methanol
1. Berikut merupakan pernyataan yang benar tentang methanol, kecuali? 11 14,86 63 85,14 10 31,25 22 68,75
2. Intoksikasi methanol sangat berbahaya bagi manusia, dan dapat masuk
kedalam tubuh manusia dengan cara
5 6,76 69 93,24 7 21,88 25 78,13
3. Apakah bahaya dari keracunan methanol?kecuali 30 40,54 44 59,46 13 40,63 19 59,38
4. Proses metabolisme methanol menjadi asam format dilakukan dimana? 6 8,11 68 91,89 2 6,25 30 93,75
5. Berikut ini adalah hal penting yang penting dapat dilakukan untuk
mengurangi kasus keracunan arak metanol, yaitu:
16 21,62 58 78,38 7 21,88 25 78,13
6. Dibawah ini adalah pernyataan yang benar tentang methanol kecuali? 30 40,54 44 59,46 12 37,50 20 62,50
7. Berikut merupakan perubahan yang terjadi dari arak ethanol menjadi
methanol kecuali?
37 50,00 37 50,00 12 37,50 20 62,50
Gejala Keracunan Methanol
1. Yang mana yang bukan merupakan gejala yang tampak pada korban
keracunan methanol?
5 6,76 69 93,24 8 25,00 24 75,00
Cara Penanganan Keracunan
1. Pemeriksaan yang spesifik untuk dapat menentukan bahwa pasien
mengalami keracunan methanol adalah?
8 10,81 66 89,19 10 31,25 22 68,75
2. Antidot keracunan methanol yaitu femopizole dan? 5 6,76 69 93,24 2 6,25 30 93,75
3. Apakah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi methanol yang tepat?
Kecuali
67 90,54 7 9,46 30 93,75 2 6,25
4. Penatalaksanaan awal pasien dengan suspek keracunan methanol adalah
pemberian etanol. Apakah fungsi pemberian ethanol tersebut?
1 1,35 73 98,65 0 0 32 100
5. Berikut merupakan prinsip pertolongan pada keracunan. Yang tidak
dilakukan pada pasien keracunan methanol yaitu?
50 67,57 24 32,43 18 56,25 14 43,75
6. Penatalaksanaan pasien keracunan methanol yang dapat dilakukan di
puskesmas yaitu?
3 4,05 71 95,95 2 6,25 30 93,75
![Page 73: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/73.jpg)
73
No.
Pertanyaan
Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
S (%) B (%) S % B %
Cara Penanganan Keracunan
7. Penatalaksanaan definitif untuk keracunan methanol yaitu? 25 33,78 49 66,22 13 40,63 19 59,38
8. Apakah tujuan dilakukaknya hemodialisis pada pasien dengan keracunan
methanol?
36 48,65 38 51,35 16 50,00 16 50,00
9. Hemodilalisis dapat dilakukan apabila kadar methanol dalam darah
melebihi?
31 41,89 43 58,11 16 50,00 16 50,00
10. Apakah terapi suportif untuk intoksikasi methanol? 27 36,49 47 63,51 16 50,00 16 50,00
11. Berikut ini adalah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi metanol,
kecuali:
6 8,11 68 91,89 5 15,63 27 84,38
12. Selain dilakukan hemodialisis, penatalaksanaan keracunan methanol
dapat dilakukan dengan memberikan metilprednisolon dan prednisone.
Adapun tujuan pemberiannya, yaitu?
10 13,51 64 86,49 4 12,50 28 87,50
![Page 74: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/74.jpg)
74
Lampiran 8
No.
Pertanyaan
Pendidikan
D-III S-1
S (%) B (%) S % B %
Pengetahuan tentang keracunan methanol
1. Berikut merupakan pernyataan yang benar tentang methanol, kecuali? 9 16,67 45 83,33 12 23,08 40 76,92
2. Intoksikasi methanol sangat berbahaya bagi manusia, dan dapat masuk
kedalam tubuh manusia dengan cara
7 12,96 47 87,04 5 9,62 47 90,38
3. Apakah bahaya dari keracunan methanol?kecuali 21 38,89 33 61,11 22 42,31 30 57,69
4. Proses metabolisme methanol menjadi asam format dilakukan dimana? 5 9,26 49 90,74 3 5,77 49 94,23
5. Berikut ini adalah hal penting yang penting dapat dilakukan untuk
mengurangi kasus keracunan arak metanol, yaitu:
8 14,81 46 85,19 15 28,85 37 71,15
6. Dibawah ini adalah pernyataan yang benar tentang methanol kecuali? 19 35,19 35 64,81 23 44,23 29 55,77
7. Berikut merupakan perubahan yang terjadi dari arak ethanol menjadi
methanol kecuali?
24 44,44 30 55,56 25 48,08 27 51,92
Gejala Keracunan Methanol
1. Yang mana yang bukan merupakan gejala yang tampak pada korban
keracunan methanol?
9 16,67 45 83,33 4 7,69 48 92,31
Cara Penanganan Keracunan
1. Pemeriksaan yang spesifik untuk dapat menentukan bahwa pasien
mengalami keracunan methanol adalah?
7 12,96 47 87,04 11 21,15 41 78,85
2. Antidot keracunan methanol yaitu femopizole dan? 5 9,26 49 90,74 2 3,85 50 96,15
3. Apakah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi methanol yang tepat?
Kecuali
51 94,44 3 5,56 46 88,46 6 11,54
4. Penatalaksanaan awal pasien dengan suspek keracunan methanol adalah
pemberian etanol. Apakah fungsi pemberian ethanol tersebut?
1 1,85 53 98,15 0 0 52 100
5. Berikut merupakan prinsip pertolongan pada keracunan. Yang tidak
dilakukan pada pasien keracunan methanol yaitu?
34 62,96 20 37,04 34 65,38 18 34,62
6. Penatalaksanaan pasien keracunan methanol yang dapat dilakukan di
puskesmas yaitu?
3 5,56 51 94,44 2 3,85 50 96,15
![Page 75: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/75.jpg)
75
No.
Pertanyaan
Pendidikan
D-III S-1
S (%) B (%) S % B %
Cara Penanganan Keracunan
7. Penatalaksanaan definitif untuk keracunan methanol yaitu? 20 37,04 34 62,96 18 34,62 34 65,38
8. Apakah tujuan dilakukaknya hemodialisis pada pasien dengan keracunan
methanol?
30 55,56 24 44,44 22 42,31 30 57,69
9. Hemodilalisis dapat dilakukan apabila kadar methanol dalam darah
melebihi?
25 46,30 29 53,70 22 42,31 30 57,69
10. Apakah terapi suportif untuk intoksikasi methanol? 20 37,04 34 62,96 23 44,23 29 55,77
11. Berikut ini adalah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi metanol,
kecuali:
6 11,11 48 88,89 5 9,62 47 90,38
12. Selain dilakukan hemodialisis, penatalaksanaan keracunan methanol
dapat dilakukan dengan memberikan metilprednisolon dan prednisone.
Adapun tujuan pemberiannya, yaitu?
8 14,81 46 85,19 6 11,54 46 88,46
![Page 76: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/76.jpg)
76
Lampiran 9
No.
Pertanyaan
Pekerjaan
Dokter Perawat
S (%) B (%) S % B %
Pengetahuan tentang keracunan methanol
1. Berikut merupakan pernyataan yang benar tentang methanol, kecuali? 5 16,67 25 83,33 16 21,05 60 78,95
2. Intoksikasi methanol sangat berbahaya bagi manusia, dan dapat masuk
kedalam tubuh manusia dengan cara
2 6,67 28 93,33 10 13,16 66 86,84
3. Apakah bahaya dari keracunan methanol?kecuali 9 30,00 21 70,00 34 44,74 42 55,26
4. Proses metabolisme methanol menjadi asam format dilakukan dimana? 0 0 30 100 8 10,53 68 89,47
5. Berikut ini adalah hal penting yang penting dapat dilakukan untuk
mengurangi kasus keracunan arak metanol, yaitu:
9 30,00 21 70,00 14 18,42 62 81,58
6. Dibawah ini adalah pernyataan yang benar tentang methanol kecuali? 11 36,67 19 63,33 31 40,79 45 59,21
7. Berikut merupakan perubahan yang terjadi dari arak ethanol menjadi
methanol kecuali?
11 36,67 19 63,33 38 50,00 38 50,00
Gejala Keracunan Methanol
1. Yang mana yang bukan merupakan gejala yang tampak pada korban
keracunan methanol?
2 6,67 28 93,33 11 14,47 65 85,53
Cara Penanganan Keracunan
1. Pemeriksaan yang spesifik untuk dapat menentukan bahwa pasien
mengalami keracunan methanol adalah?
2 6,67 28 93,33 16 21,05 60 78,95
2. Antidot keracunan methanol yaitu femopizole dan? 0 0 30 100 7 9,21 30 100
3. Apakah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi methanol yang tepat?
Kecuali
27 90,00 3 10,00 70 92,11 6 7,89
4. Penatalaksanaan awal pasien dengan suspek keracunan methanol adalah
pemberian etanol. Apakah fungsi pemberian ethanol tersebut?
0 0 30 100 1 1,32 75 98,68
5. Berikut merupakan prinsip pertolongan pada keracunan. Yang tidak
dilakukan pada pasien keracunan methanol yaitu?
19 63,33 11 36,67 49 64,47 27 35,53
![Page 77: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/77.jpg)
77
6. Penatalaksanaan pasien keracunan methanol yang dapat dilakukan di
puskesmas yaitu?
1 3,33 29 96,67 4 5,26 72 94,74
7. Penatalaksanaan definitif untuk keracunan methanol yaitu? 10 33,33 20 66,67 28 36,84 48 63,16
8. Apakah tujuan dilakukaknya hemodialisis pada pasien dengan keracunan
methanol?
13 43,33 17 56,67 39 51,32 37 48,68
9. Hemodilalisis dapat dilakukan apabila kadar methanol dalam darah
melebihi?
12 40,00 18 60,00 35 46,05 41 53,95
10. Apakah terapi suportif untuk intoksikasi methanol? 13 43,33 17 56,67 30 39,47 46 60,53
11. Berikut ini adalah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi metanol,
kecuali:
4 13,33 26 86,67 7 9,21 69 90,79
12. Selain dilakukan hemodialisis, penatalaksanaan keracunan methanol
dapat dilakukan dengan memberikan metilprednisolon dan prednisone.
Adapun tujuan pemberiannya, yaitu?
2 6,67 28 93,33 12 15,79 64 84,21
![Page 78: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/78.jpg)
78
Lampiran 10
![Page 79: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/79.jpg)
79
![Page 80: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/80.jpg)
80
![Page 81: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/81.jpg)
81
12.26 87.74 100.00
Total 13 93 106
12.50 87.50 100.00
51-60 1 7 8
10.00 90.00 100.00
41-50 2 18 20
8.51 91.49 100.00
31-40 4 43 47
19.35 80.65 100.00
21-30 6 25 31
umur kurang baik Total
RECODE of RECODE of gejala
row percentage
frequency
Key
. ta klp_umur persen_gejala, row
![Page 82: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/82.jpg)
82
16.04 61.32 22.64 100.00
Total 17 65 24 106
12.50 87.50 0.00 100.00
51-60 1 7 0 8
15.00 60.00 25.00 100.00
41-50 3 12 5 20
10.64 65.96 23.40 100.00
31-40 5 31 11 47
25.81 48.39 25.81 100.00
21-30 8 15 8 31
umur kurang cukup baik Total
RECODE of RECODE of cara_penanganan
row percentage
frequency
Key
. ta klp_umur persen_cara_penanganan, row
12.26 87.74 100.00
Total 13 93 106
12.50 87.50 100.00
51-60 1 7 8
10.00 90.00 100.00
41-50 2 18 20
8.51 91.49 100.00
31-40 4 43 47
19.35 80.65 100.00
21-30 6 25 31
umur kurang baik Total
RECODE of RECODE of gejala
row percentage
frequency
Key
. ta klp_umur persen_gejala, row
![Page 83: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/83.jpg)
83
![Page 84: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/84.jpg)
84
![Page 85: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/85.jpg)
85
![Page 86: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/86.jpg)
86
![Page 87: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/87.jpg)
87
![Page 88: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/88.jpg)
88
![Page 89: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/89.jpg)
89
![Page 90: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/90.jpg)
90
![Page 91: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/91.jpg)
91
![Page 92: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/92.jpg)
92
![Page 93: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/93.jpg)
93
![Page 94: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/94.jpg)
94
![Page 95: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/95.jpg)
95
![Page 96: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/96.jpg)
96
![Page 97: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/97.jpg)
97
![Page 98: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/98.jpg)
98
![Page 99: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/99.jpg)
99
![Page 100: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/100.jpg)
100
![Page 101: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/101.jpg)
101
![Page 102: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/102.jpg)
102
![Page 103: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/103.jpg)
103
![Page 104: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/104.jpg)
104
![Page 105: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/105.jpg)
105
![Page 106: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/106.jpg)
106
![Page 107: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022012409/616a520811a7b741a3513703/html5/thumbnails/107.jpg)
107