LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

107
Bidang Unggulan : Kesehatan dan Obat-obatan Kode/Nama Bidang Ilmu: Kesehatan Masyarakat LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN PUSKEMAS TENTANG MANAJEMEN PENATALAKSANAAN KORBAN KERACUNAN ARAK METANOL DI KABUPATEN GIANYAR. TIM PENGUSUL Rina Listyowati, SSiT, M.Kes (197105292008122001) dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH (198311041008012005) PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA JANUARI 2015

Transcript of LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

Page 1: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

Bidang Unggulan : Kesehatan dan Obat-obatan

Kode/Nama Bidang Ilmu: Kesehatan Masyarakat

LAPORAN AKHIR

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN

PUSKEMAS TENTANG MANAJEMEN

PENATALAKSANAAN KORBAN KERACUNAN ARAK

METANOL DI KABUPATEN GIANYAR.

TIM PENGUSUL

Rina Listyowati, SSiT, M.Kes (197105292008122001)

dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH (198311041008012005)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

JANUARI

2015

Page 2: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
Page 3: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

RINGKASAN

Minuman beralkohol tradisional adalah minuman beralkohol yang

mengandung etil alkohol atau etanol (C2H

5OH) yang dibuat secara tradisional dan

turun temurun yang dikemas secara sederhana dan pembuatannya dilakukan sewaktu-waktu, serta dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara keagamaan. Di Bali, masyarakat menyebut minuman tradisional yang mengandung alkohol dengan istilah arak. Arak Bali sudah terkenal sejak lama sebagai minuman keras yang luar biasa. Namun dalam peredarannya di pasar, terdapat beberapa arak yang di dalamnya terdapat kandungan metanol.

Kesalahan dalam proses distilasi akan menyebabkan adanya kandungan

metanol yang dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Metanol sering

disalah gunakan sebagai bahan pembuat minuman keras. Metanol digunakan sebagai

pengganti etanol karena disamping harganya yang relatif lebih murah juga akibat

ketidak pahaman akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kedua zat tersebut,

sehingga banyak yang beranggapan bahwa sifat dan fungsi metanol adalah sama

dengan etanol. Banyak kasus terkait dengan keracunan arak metanol sudah terjadi dalam

beberapa tahun terakhir ini yang mengakibatkan terjadinya keracunan pada beberapa

wisatawan dan penduduk setempat, bahkan terdapat beberapa kasus hingga

menyebabkan kematian. Dalam hal ini petugas kesehatan di tingkat pertama yaitu

puskesmas perlu mengetahui dan memahami bagaimana manajemen atau tindakan

penanganan pasien kasus keracunan arak metanol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan

petugas kesehatan puskesmas mengenai manajemen penatalaksaaan korban

keracunan arak metanol. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan

pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan melalui

penyebaran kuesioner kepada 106 orang staff petugas puskesmas yang berprofesi

dokter dan perawat di 13 puskesmas. Data kualitatif dikumpulkan melalui

wawancara mendalam kepada 13 orang penyedia pelayanan kesehatan yang dipilih

secara purposive sampling. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif dan data

kualitatif dianalisis dengan analisis tematik

Page 4: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

BAB 1 PENDAHULUAN

Minuman beralkohol tradisional adalah minuman beralkohol yang

mengandung etil alkohol atau etanol (C2H

5OH) yang dibuat secara tradisional dibuat

secara tradisional dan turun temurun yang dikemas secara sederhana dan

pembuatannya dilakukan sewaktu-waktu, serta dipergunakan untuk kebutuhan adat

istiadat atau upacara keagamaan. Beberapa daerah di negara kita bahkan memiliki

minuman beralkohol tradisional khas, salah satunya yang terkenal adalah Arak Bali.

Arak Bali asli berasal dari fermentasi beras ketan mirip dengan cukrik atau

fermentasi dari sari kelapa dan buah-buahan lain yang memiliki kadar alkoholnya 37-

50% (BPOM, 2014). Salah satu desa di daerah Karangasem, yaitu Desa Merita

dikenal sebagai kampung produsen arak Bali yang telah memproduksi arak sejak era

1700. Minuman tradisional merupakan salah satu aspek yang penting dalam upacara

ritual, khususnya dalam upacara keagamaan

Arak biasannya dikonsumsi oleh masyarakat Bali yang tinggal di daerah

pegunungan. Arak bisa disimpan dalam beberapa tahun, sehingga minuman ini

terdapat di pasar luar negeri. Sebagai tempat destinasi para wisatawan, arak dijual

secara luas dan bebas untuk para wisatawan. Hal ini dikarenakan, minuman alkohol

yang di import dari beberapa negara di Indonesia harga cukup mahal. Namun, dalam

peredarannya terdapat beberapa arak yang memiliki kandungan metanol.

Ada beberapa hal yang menyebabkan minuman tersebut memiliki kandungan

alkohol, diantaranya adalah karena kesalahan dalam proses distilasi dan adanya

beberapa penjual/pedagang yang menjual minuman beralkohol/keras (miras)

oplosan. Miras oplosan merupakan minuman keras yang terdiri dari berbagai

campuran, diantaranya dicampur dengan metanol, alkohol teknis (>55% etanol),

obat-obatan, minuman bersoda / softdrink, suplemen kesehatan, bahkan ada juga

yang dicampur dengan bahan kimia.

Metanol sering disalahgunakan sebagai bahan pembuat minuman keras.

Metanol digunakan sebagai pengganti etanol karena disamping harganya yang relatif

lebih murah juga akibat ketidak pahaman akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh

Page 5: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

kedua zat tersebut, sehingga banyak yang beranggaban bahwa sifat dan fungsi

metanol adalah sama, sehingga orang yang sudah kecanduan minuman keras dan

kurang memiliki dana untuk membeli minuman keras yang legal cenderung membuat

atau membeli minuman keras yang illegal yaitu minuman keras oplosan yang

dicampur dengan metanol. Didalam tubuh metanol mudah terabsorbsi dan dengan

cepat akan terdistribusi kedalam cairan tubuh. Keracunan Metanol dapat

menimbulkan gangguan kesadaran (inebriation). Metanol sendiri sebenarnya tidak

berbahaya, yang berbahaya adalah metabolitnya dan dapat menyebabkan asidosis

metabolik, kebutaan yang permanen serta kematian dapat terjadi setelah periode laten

selama 6 – 30 jam.

Banyak kasus terkait dengan keracunan arak methanol sudah terjadi dalam

beberapa tahun terakhir ini yang mengakibatkan terjadinya keracunan pada beberapa

wisatawan dan penduduk setempat, bahkan terdapat beberapa kasus hingga

menyebabkan kematian beberapa turis wisatawan asing. Pada tahun 2012, 36 orang

yang berasal dari Bangli harus mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Sanglah

setelah mengkonsumsi arak metanol dan mengalami beberapa gejala keracunan

metanol, seperti: penglihatan rabun, sulit bergerak dan muntah-muntah. Dalam kasus

ini mengakibatkan 2 (dua) orang meninggal dan 8 orang mendapatkan perawatan dan

harus melakukan hemodialisis untuk mencegah gagal ginjal akut (Dinkes Prov. Bali,

2012). Selain itu, terjadi lagi kasus di Desa Munduk Banyuatis, Kabupaten Buleleng

pada tanggal 11 Januari 2014. Dilaporkan bahwa terdapat 55 orang mengalami

keracunan methanol, 3 orang meninggal, 2 orang dirawat inap, dan 50 orang rawat

jalan (Dinkes Prov. Bali, 2014). Dan masih banyak lagi kasus yang terjadi namun

tidak terlaporkan.

Hal ini perlu segera untuk ditindak lanjuti, mengingat kasus keracunan

minuman keras oplosan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Para petugas

kesehatan khususnya mereka yang berada di fasilitas kesehatan tingkat pertama perlu

mengetahui dan memahami dan bagaimana manajemen atau tindakan penanganan

pasien untuk kasus keracunan arak metanol. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin

mengetahui tingkat pengetahuan tenaga kesehatan mengenai manajemen

penatalaksanaan korban keracunan arak metanol di Kabupaten Gianyar, mengingat

banyak wilayah di Kabupaten Gianyar merupakan daerah wisata dimana konsumsi

dan tingkat penjualan minuman keras cukup tinggi.

Page 6: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Minuman Beralkohol Tradisional

Minuman beralkohol tradisional adalah minuman yang mengandung

etil alkohol atau etanol (C2H

5OH) yang diproses secara tradisional dan turun-

menurun dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan

cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi yang dikemas

secara sederhana dan pembuatannya dilakukan sewaktu-waktu, serta

dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara keagamaan (BPOM,

2014).

Dari definisi ini terlihat jelas bahwa jenis alkohol yang diizinkan

dalam minuman beralkohol adalah Etanol. Berdasarkan Peraturan Menteri

Perindustrian No. 71/M-Ind/ PER/7/2012 tentang Pengendalian dan

Pengawasan Industri Minuman Beralkohol, batas maksimum etanol yang

diizinkan adalah 55%. Etanol dapat dikonsumsi karena diperoleh atau

diproses dari bahan hasil pertanian melalui fermentasi gula menjadi etanol

yang merupakan salah satu reaksi organik. Jika menggunakan bahan baku

pati/karbohidrat, seperti beras/ketan/tape/singkong, maka pati diubah lebih

dahulu jadi gula oleh amylase untuk kemudian diubah menjadi etanol.

Menurut Kartika dkk (1992), ada beberapa macam persyaratan

minuman beralkohol diantaranya adalah :

a. Kandungan metil alkoholnya maksimal 0,1% dari alkohol

absolutnya.

b. Zat warna yang digunakan tidak berbahaya.

c. Tidak mengandung logam berbahaya, misalnya Pb, Cu, Hg, Ag.

d. Kandungan zat pengawet yang diijinkan adalah sebagai berikut:

- SO3 maksimal 200 ppm

- SO2 bebas maksimal 50 ppm.

- Benzoat maksimal 300 ppm.

e. Kandungan asam volatile maksimal 0,2% yang dinyatakan dalam

asam asetat.

f. Bau dan rasa normal.

Page 7: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

Salah satu minuman beralkohol tradisional yang cukup popular dan

diminati dikalangan wisatawan domestik maupun manca negara di Indonesia

adalah Arak Bali. Salah satu desa di daerah Karangasem, yaitu Desa Merita

dikenal sebagai kampung produsen arak Bali yang telah memproduksi arak

sejak era 1700. Arak Bali sudah terkenal sejak lama sebagai minuman keras

yang luar biasa. Arak tidak berwarna dan mengadung alkohol yang cukup

tinggi. Minuman keras ini dibuat dari proses distilasi tuak. Arak biasannya

dikonsumsi oleh masyarakat Bali yang tinggal di daerah pegunungan. Arak

bisa disimpan dalam beberapa tahun, sehingga minuman ini terdapat di pasar

luar negeri. Sebagai tempat destinasi para wisatawan, arak dijual secara luas

dan bebas untuk para wisatawan.

Namun, banyak di pasaran terdapat beberapa minuman beralkohol

tradisional yang mengandung metanol. Salah satu penyebabnya adalah karena

kesalahan dalam proses destilasi, dimana suhu yang diperlukan untuk

menghasilkan etanol adalah 780C, bila suhu dalam destilasi rendah (≤64,7

oC)

maka yang dihasilkan adalah metanol. Metanol sering disalah gunakan

sebagai bahan pembuat minuman keras. Metanol digunakan sebagai

pengganti etanol karena disamping harganya yang relatif lebih murah juga

akibat ketidak pahaman akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kedua zat

tersebut, sehingga banyak yang beranggaban bahwa sifat dan fungsi metanol

adalah sama, sehingga orang yang sudah kecanduan minuman keras dan

kurang memiliki dana untuk membeli minuman keras yang legal cenderung

membuat atau membeli minuman keras yang illegal yaitu minuman keras

oplosan yang dicampur dengan metanol.

Didalam tubuh metanol mudah terabsorbsi dan dengan cepat akan

terdistribusi kedalam cairan tubuh. Keracunan Metanol dapat menimbulkan

sakit kepala, parkinson, mual-muntah, kejang-kejang, sesak bernafas,

penglihatan kabur, diare, dan gangguan kesadaran (inebriation). Metanol

sendiri sebenarnya tidak berbahaya, yang berbahaya adalah metabolitnya dan

dapat menyebabkan asidosis metabolik, kebutaan yang permanen serta

kematian dapat terjadi setelah periode laten selama 6 – 30 jam.

Menurut Kraut & Kurtz (2008) menyatakan bahwa, intoksikasi

metanol di Amerika Serikat jarang dijumpai, berkisar 1000-2000 kasus setiap

Page 8: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

tahun (kira kira 1% dari semua keracunan). Dosis fatal metanol yang

diminum berkisar 30-240 mL (20-150 g). Dosis toksik minimum berkisar 100

mg/kg. Peningkatan kadar metanol dalam darah pernah dilaporkan setelah

pemaparan hebat pada kulit dan inhalasi berlebihan. Rekomendasi ACGIH

merekomendasikan workplace exposure limit (TLV-TWA) untuk inhalasi

adalah 200 ppm dalam waktu rata rata 8 jam, dan kadar yang dianggap

berbahanya untuk kehidupan atau kesehatan adalah 25.000 ppm (Olson,

1994). Di literatur lain disebutkan jumlah metanol yang dapat menyebabkan

toksisitas berkisar 15-500 ml dari larutan 40% sampai 60-600 ml dari metanol

murni (Anderson, 1994).

B. Manajemen Penatalaksanaan Keracunan Arak Metanol Metanol

1. Menurut Kraut & Kurtz (2008) dan Anderson (1994), untuk lebih

memastikan apabila seseorang mengalami keracunan metanol, maka

langkah awal yang dapat dilakukan adalah melakukan pemeriksaan

laboratorium sebagai berikut:

- Kadar metanol dalam darah diukur dengan menggunakan gas

kromatografi. Kadar metanol serum >20 mg/dL sudah dianggap toksik

dan kadar >40 mg/dL dianggap sangat berbahaya. Kadar metanol yang

rendah atau tidak terdeteksi tidak menyingkirkan intoksikasi.

- Apabila tidak tersedia pengukuran metanol, maka dapat digunakan

osmolal gap serum sebagai pengganti.

- Osmolalitas darah dapat meningkat atau normal. Konsentrasi metanol

50 mg/dL akan meningkatkan osmolalitas sekitar 15 mOsm/L.

- Anion gap tinggi asidosis metabolic (pH darah 6,8-7,3) sebagai akibat

akumulasi formate.

- Asidosis laktat, sebagai akibat gangguuan respirasi sel yang

disebabkan oleh formate atau meningkatnya pembentukan NADH

selama metabolism metanol.

- Hiperkloremik asidosis metabolic.

- Pemeriksaan laboratorium lain yang diperlukan seperti elektrolit,

kadar gula darah, BUN, kreatinin, serum osmolaritas dan osmolar gap,

analisa gas darah, kadar etanol dan laktat.

Page 9: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

2. Untuk penatalaksanaan emergensi dan suportif yang dapat dilakukan

adalah:

- Jaga jalan nafas dan bantuan ventilasi apabila diperlukan

- Penatalaksanaan koma dan kejang apabila ditemukan.

- Atasi asidosis metabolik dengan sodium bikarbonat intravena.

Korekksi asidosis harus berdasarkan analisa gas darah (Kraut &

Kurtz, 2008). 3. Obat spesifik dan antidotum bila terjadi intoksikasi metanol, yaitu:

- Etanol: mulai pemberian oral atau infuse intrevena etanol untuk

mensaturasi enzim alkohol dehidrogenase dan mencegah

pembentukan dari metabolit toksik metanol. Terapi etanol

diindikasikan pada pasien dengan adanya riwayat meminum metanol,

saat kadar metanol darah tidak bias didapatkkan segera dan osmolal

gap >5 mOsm/L; asidosis metabolic dan osmolal gap > 5-10 mOsm/L

yang tidak disebabkan oleh etanol; konsentrasi metanol darah >20

msOsm/L.

- Folic acid dapat meningkatkan konversi formate menjadi

karbondioksida dan air. Dosis yang dianjuurkan 50 mg IV setiap 4

jam.

- Fomepizole (4-methylpyrazole), menginhibisi alkohol dehidrogenase

dan mencegah metabolism metanol (Henderson & Brubacher, 2002). 4. Dekontaminasi: dilakukan kumbah lambung arang aktif tidak

menunjuukkan adsobsi metanol secara efisien. Arang dapat

memperlambat absorbs apabila intoksasi secara oral. 5. Meningkatkan eliminasi : hemodislisis secara cepat dapat membersihkan

metanol (waktu paruh berkurang menjadi 3-6 jam) dan formate. Indikasi

untuk dialysis apabila dicurigai keracunan metanol dengan asidosis

metabolic, osmolal gap >10 mOsm/L, pengukuran konsentrasi metanol darah

>40 mg/dL. Dialisis harus diteruskan sampai konsentrasi metanol <20

mg/dL. Infus etanol harus ditingkatkan selama dialisis. The American

Academy Toxicology merekomendasikan penggunaan etanol atau

fomepizole unruk terapi intoksikasi metanol berdasarkan kriteria berikut:

- Konsentrasi metanol plasma > 20 mg/dL

Page 10: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

- Riwayat baru meminum metanol dengan osmolal gap serum > 10

mg/dL

- Kecuurigaab klinis kuat dari keracunan metanol dengan sedikitnya

duua dari berikut: pH arteri < 7,3, HCO3 < 20 mEq/L, dan osmolal

gap > 20 mOsm/L (Abramson & Singh, 2000).

The American Academy Toxicology merekomendasikan hemodialisis

dapat dilakukan apabila dijumpai asidosis metabolik (pH darah 7,25-

7,30), abnormalitas visual, gagal ginjal, gangguan elektrolit yang tidak

respons terhadap terapi konvensional dan/atau konsentrasi metanol serum

> 50 mg/dL. Hemodialisis dapat membersihkan metanol secara cepat,

mungkin dengan meningkatkan pembersihan formate, dan dapat

menghasilkan basa untuk mengkoreksi asidosis. Pemberian basa

direkomendasikan untuk mengobati asidosis metabolik dan meningkatkan

pembersihan formate melalui ginjal (Levine & Terabar, 2002).

BAB III METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gianyar dan pengumpulan data akan

dilakukan selama 6 bulan.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif dan

kualitatif. Dilihat dari waktu penelitiannya, penelitian ini menggunakan

rancangan cross-sectional yaitu data dikumpulkan pada suatu waktu tertentu

untuk menggambarkan keadaan dan kegiatan pada waktu tertentu.

3. Populasi dan Sampel

a. Data Kuantitatif

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staff Puskesmas yang

terdapat di Kabupaten Gianyar. Sampel adalah sebagian dari keseluruhan

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Adapun

kriteria yang menjadi responden adalah:

1. Staff puskesmas yang berprofesi sebagai dokter umum ataupun

perawat.

Page 11: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

2. Bersedia menjadi responden dan bersifat kooperatif. Setelah dilakuukan pemilihan sampel berdasarkan kriteria diatas, maka

selanjutnya dilakukan perhitungan besar sampel penelitian. Menurut

Sastroasmoro dan Ismael (2011), perhitungan besar sampel untuk data

nominal dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: n = Jumlah Sampel Za = Tingkat kemaknaan (1,96) P = Proporsi adalah 0,5 (Lukiono, 2010) Q = 1-P (0,5) d = Tingkat Ketepatan yang diinginkan atau nilai presisi (10%)

Perhitungan:

sampel Dari perhitungan besar sampel di atas, maka diperoleh jumlah sampel

minimal dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 orang, tetapi untuk

menghindari drop out maka perlu ditambahkan 10 % dari jumlah sampel

yang didapat (Chandra, 2009). Sehingga atas pertimbangan tersebut,

maka besar sampel penelitian menjadi 106 sampel. Berikut merupakan besar sampel yang diteliti untuk masing-masing

puskesmas berdasarkan Proportionate stratified sample:

Page 12: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

Tabel 1 Besar Sampel Tiap Puskesmas

No. Strata Populasi Sampel

1. Puskesmas I Sukawati 21 12

2. Puskesmas II Sukawati 10 6

3. Puskesmas I Tegalalang 15 9

5. Puskesmas II Tegalalang 12 7

6. Puskesmas I Blahbatuh 12 7

7. Puskesmas II Blahbatuh 16 9

8. Puskesmas I Tampaksiring 5 3

9. Puskesmas II Tampaksiring 21 12

10. Puskesmas I Gianyar 17 10

11. Puskesmas II Gianyar 6 3

12. Puskesmas I Ubud 21 12

13 Puskesmas II Ubud 10 6

Jumlah 185 106

b. Data Kualitatif

Populasi data kualitatif adalah seluruh staff yang termasuk dalam bidang

manajemen pelayanan di puskesmas. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling. Menurut

Notoatmodjo (2010) dalam Rutu et all (2012) purposive sampling yaitu

pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu

yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya. Dalam penelitian kualitatif ini, prinsip

pengambilan sampel yang digunakan adalah prinsip kesesuaian

(appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Kesesuaian berarti

informan dipilih yang berkaitan informan dengan topik penelitian.

Sedangkan untuk kecukupan, data yang diperoleh dari informan dapat

menggambarkan fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian dan

informasi yang diperoleh memadai untuk mendukung analisis penelitian.

Dalam hal ini peneliti akan memilih 13 responden yang merupakan

seorang Kepala Puskesmas.

Page 13: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

4. Instrument Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuesioner kepada staff/petugas

khususnya dokter dan perawat kesehatan di 13 puskesmas yang terdapat di

Kabupaten Gianyar serta menggunakan pedoman wawancara mendalam

untuk melakukan wawancara mendalam kepada pihak manajemen di

Puskesmas. 5. Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara secara langsung dan

pengisian kuesioner oleh responden yang telah ditentukan sebelumnya.

Sedangkan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan dari laporan jumlah

tenaga kesehatan di masing-masing Puskesmas di Kabupaten Gianyar. 6. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

univariat. Analisis univariat diperlukan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan data secara sederhana melalui cara penyajian berupa

prosentase atau tabel distribusi frekuensi, batang (bar), diagram map, maupun

diagram pie (Budiharto, 2006). Pengolahan data diawali dengan memberikan

skor terhadap kuesioner yang telah diisi oleh responden dengan menggunakan

skala Guttman. Untuk jawaban benar diberi skor 1 dan untuk jawaban salah

diberi skor 0 pada setiap pertanyaan. Langkah selanjutnya ialah menghitung

skor akhir untuk pertanyaan di setiap aspek pengetahuan yang diteliti dan

menghitung skor akhir dari seluruh pertanyaan dalam kuesioner dengan

menggunakan rumus yang diadopsi dari Rahda (2012), yaitu:

Setelah data diolah, baru kemudian dilakukan analisis terhadap hasil dari

perhitungan skor akhir diatas untuk menginterpretasikan tingkat pengetahuan

petugas kesehatan terkait dengan manajemen penatalaksanaan korban

keracunan arak metanol, sesuai dengan kategori tingkatan pengetahuan

menurut Arikunto (2006) yang dikutip dalam Prihatiningsih (2012) di bawah

ini:

Page 14: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

1. Pengetahuan baik jika jawaban benar 76-100%.

2. Pengetahuan cukup jika jawaban benar 56-75%.

3. Pengetahuan kurang jika jawaban benar kurang dari 56%.

Sedangkan untuk data yang diperoleh melalui wawancara mendalam

(indepth interview) selanjutnya akan dilakukan pengolahan dan analisis data

dengan menggunakan teknik analisis tematik (thematic content analysis). Menurut Boyatzis dalam Poerwandari (2009) mendefinisikan analisis tematik

merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar

tema, sehingga memungkinkan penerjemahan informasi kualitatif menjadi

data kualitatif seperlu kebutuhan peneliti. Adapun tahapan dalam melakukan

analisis tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari hasil wawancara

mendalam dan studi kepustakaan/penelusuran dokumen. 2. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam, kemudian

dibuatkan transkrip data yaitu dengan mencatat atau menuliskan kembali

seluruh data yang diperoleh tanpa membuat kesimpulan. 3. Hasil pencatatan dan penulisan kembali data yang telah diperoleh dari

hasil wawancara tersebut, kemudian direduksi ke dalam matriks. 4. Melakukan pemilahan data dengan mengelompokkan data dalam

subtropik atau variabel yang diperlukan. 5. Dilanjutkan dengan interpretasi data hasil penelitian.

Analisis data secara deskriptif dengan membandingkannya pada teori yang diperoleh dari studi kepustakaan dan penelusuran dokumen.

Page 15: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1 BIAYA

No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan

(Rp)

1 Gaji dan upah Rp. 7.500.000

2 Bahan habis pakai dan peralatan Rp. 8.520.000

3 Perjalanan Rp. 4.500.000

4 Lain-lain (publikasi, seminar, laporan) Rp. 4.480.000

Total Rp. 25.000.000

4.2. JADWAL KEGIATAN

N

o Kegiatan

Bulan

Mei Juni Juli Agustus Septem

ber

Okto

ber

1

.

Persiapan

a. Pengembangan proposal

b. Pembuatan kuesioner

2

.

Pelaksanaan

a. Validasi kuesioner

b. Uji validitas dan reabilitas kuesioner

c. Pengisian kuesioner dan wawancara

mendalam

d. Analisa data

4

.

Penulisan laporan

5

.

Publikasi nasional

Page 16: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

16

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Riwayat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran

pengetahuan petugas kesehatan puskesmas di Kabupaten Gianyar, yang dilihat dari

tingkat pengetahuan petugas kesehatan puskesmas mengenai manajemen

penatalaksanaan korban keracunan arak metanol.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, dimana metode

kuantitatif dengan menggunakan kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan dokter serta perawat mengenai manajemen penatalaksanaan korban

keracunan arak metanol, dan metode kualitatif dengan wawancara mendalam kepada

kepala puskesmas di Kabupaten Gianyar sebanyak 13 orang yang telah ditentukan

berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan. Namun, karena keterbatasan waktu

penelitian, wawancara mendalam hanya dapat dilakukan terhadap 10 orang informan

penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini terhitung mulai saat melakukan

validasi kuesioner berlangsung selama 37 hari yaitu dari tanggal 28 September

sampai tanggal 04 November 2015.

Pengambilan data secara kuantitatif dilakukan dengan memberikan kuesioner

kepada dokter serta perawat di 13 puskesmas di Kabupaten Gianyar yang sesuai

dengan kreteria inklusi yang telah ditentukan peneliti selama waktu penelitian

berlangsung. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 106 sampel.

Pengisian kuesioner akan diisi sendiri oleh responden (self administered) dan

bersifat sukarela, dimana pertanyaan pada kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan

tertutup. Sedangkan pengambilan data secara kualitatif dilakukan setelah

pengambilan data secara kuantitaf, yaitu dengan melakukan wawancara mendalam

kepada informan yang ditentukan telah ditentukan sebelumnya yaitu sebanyak 10

orang informan, dimana wawancara ini dilakukan untuk mendukung data kuantitatif

yang telah didapatkan. Durasi wawancara yaitu berlangsung rata-rata selama 15

menit. Proses wawancara dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari informan,

kemudian direkam menggunakan alat perekam.

Page 17: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

17

B. Hasil Kuesioner

1. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 106 responden yang

merupakan petugas puskesmas yang terdiri dari dokter dan perawat yang

memenuhi kriteria inklusi untuk menjadi responden penelitian. Adapun

karakteristik responden adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Karakteristik Petugas Puskesmas di Kabupaten Bangli

Dari tabel 1 dapat diketahui jika dilihat karakteristik responden berdasarkan

kelompok umur persentase tertinggi sebanyak 44,34% terdapat pada kelompok

umur 31-40 tahun sedangkan untuk kelompok umur dengan persentase terendah

terdapat pada kelompok umur 51-60 yaitu sebanyak 7,55%. Karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin, responden dengan jenis kelamin

perempuan mempunyai persentase lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki

dimana responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 69,81% dan untuk

responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 30,19%. Berdasarkan

pendidikan terakhir responden, sebagian besar responden penelitian memiliki

tingkat pendidikan terakhir D-III yaitu sebanyak 50,94%, dan sebanyak 49,06%

orang responden dengan pendidikan terakhir S-1. Jika dilihat jumlah responden

Variabel Kategori Frekuensi

1. Umur 21-30 tahun 31 29,25%

31-40 tahun 47 44,34%

41-50 tahun 20 18,87%

51-60 tahun 8 7,55%

2. Jenis Kelamin Perempuan 74 69,81%

Laki-laki 32 30,19%

3. Pendidikan

Terakhir

D-III 54 50,94%

S-1 52 49,06%

4. Pekerjaan Dokter 30 28,30%

Perawat 76 71,70%

Page 18: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

18

berdasarkan pekerjaaan, persentase paling tinggi yaitu responden dengan profesi

perawat yaitu sebanyak 71,70%, dan untuk dokter sebanyak 28,30%.

2. Pengetahuan Petugas Puskesmas Mengenai Manajemen Penatalaksanaan Korban

Keracunan Arak Methanol

Tingkat pengetahuan dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu

distribusi tingkat pengetahuan petugas puskesmas mengenai manajemen

penatalaksanaan korban keracunan arak methanol secara umum serta distribusi

tingkat pengetahuan responden berdasarkan karakteristik responden. Dalam hal

ini tingkat pengetahuan responden tersebut berkaitan dengan jawaban responden

terhadap setiap pertanyaan dalam angket. Jawaban responden secara umum yang

dapat dilihat dalam lampiran 5 . Berdasarkan tabel yang terdapat pada lampiran

5, dari 20 pertanyaan mengenai manajemen penatalaksanaan korban keracunan

methanol dapat dilihat petugas puskesmas yang mampu menjawab pertanyaan

dengan tepat rata-rata memiliki persentase lebih dari 56% pada setiap poin

pertanyaan. Hal ini mengindikasikan bahwa manajemen penatalaksanaan korban

keracunan methanol sudah cukup diketahui oleh petugas puskesmas.

Dalam hal ini yang paling tidak diketahui oleh petugas puskesmas yaitu

pada poin pertanyaan mengenai penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi

methanol yang tepat dimana dari 106 orang responden, sebanyak 91,51%

menjawab dengan salah.

a. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas Mengenai Manajemen

Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol Secara Umum

Distribusi tingkat pengetahuan responden mengenai manajemen

penatalaksanaan korban keracunan methanol secara umum diperoleh dengan

melakukan pengolahan data terhadap seluruh poin pertanyaan dalam angket.

Dari pengolahan data tersebut diperoleh pengetahuan kategori kurang, cukup

Page 19: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

19

dan baik. Berikut merupakan distribusi tingkat pengetahuan responden

dengan kategori tersebut.

Tabel 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas Mengenai 3 Aspek

Pengetahuan Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol

No.

Aspek Pengetahuan

kurang cukup baik total

f % f % f % f %

1 Pengetahuan Tentang

Keracunan Methanol

11 10,38 48 45,28 47 44,34 106 100

2. Gejala Keracunan

Methanol

13 12,26 0 0 93 87,74 106 100

3. Cara Penanganan

Keracunan

17 16,04 65 61,32 24 22,64 106 100

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa persentase pengetahuan responden

dengan kategori cukup dalam aspek pengetahuan tentang keracunan

methanol mendominasi yaitu sebesar 45,28%, kemudian dalam aspek gejala

keracunan methanol didominasi oleh responden dengan pengetahuan

kategori baik yaitu sebesar 74,77% sedangkan pada aspek cara penanganan

keracunan responden mayoritas memiliki pengetahuan cukup.

b. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas Mengenai Manajemen

Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol Berdasarkan

Karakteristik Responden

Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan karakteristik

responden diperoleh dengan cara melakukan tabulasi silang antara

karakteristik responden dan tingkat pengetahuan mengenai manajemenen

penatalaksanaan korban keracunan methanol secara umum. Berikut

merupakan distribusi tingkat pengetahuan kurang, cukup dan baik.

Page 20: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

20

Tabel 3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan

(Pengetahuan Keracunan Methanol) Menurut Kelompok Umur

Umur

(Tahun)

Aspek Pengetahuan (Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol)

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f % f %

21-30 4 12,90 12 38,71 15 48,39 31 100

31-40 4 8,51 19 40,43 24 51,06 47 100

41-50 3 15,00 12 60,00 5 25,00 20 100

51-60 0 0 5 62,50 3 37,50 8 100

Total 11 10,38 48 45,28 47 44,34 106 100

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa dari responden yang berumur 21- 30 tahun

dalam aspek pengetahuan tentang keracunan methanol sebagian besar memiliki

pengetahuan baik yaitu dengan persentase 48,39%, sebanyak 38,71% memiliki

pengetahuan cukup dan sebanyak 12,90% responden memiliki pengetahuan kurang.

Pada responden yang berumur 31- 40 tahun mayoritas responden juga memiliki

pengetahuan baik yaitu dengan persentase 51,06%, 40,43% berpengetahuan cukup dan

sebanyak 8,51% berpengetahuan kurang. Responden yang berumur 41-50 mayoritas

memiliki pengetahuan cukup dalam aspek ini yaitu sebesar 60%, 25% berpengetahuan

baik dan 15% memiliki pengetahuan kurang. Responden dengan umur 51-60 tahun

mayoritas memiliki pengetahuan cukup dengan persentase 62,50%,. sebanyak 37,50%

memiliki pengetahuan baik dan tidak terdapat responden yang memiliki pengetahuan

kurang.

Tabel 4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan

(Pengetahuan Gejala Keracunan Methanol) Menurut Kelompok Umur

Umur

(Tahun)

Aspek Pengetahuan (Gejala Keracunan Methanol)

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f % f %

21-30 6 19,35 0 0 25 80,65 31 100

31-40 4 8,51 0 0 43 91,49 47 100

41-50 2 10,00 0 0 18 90,00 20 100

51-60 1 12,50 0 0 7 87,50 8 100

Total 13 12,26 0 0 93 87,74 106 100

Page 21: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

21

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa responden dari semua kategori umur

memiliki persentase paling besar pada pengetahuan kategori baik dalam aspek

pengetahuan gejala keracunan methanol yaitu sebesar 80,65% pada umur 21- 30 tahun,

pada umur 31- 40 tahun sebanyak 91,49%, sebanyak 90% pada umur 41-50 tahun, dan

sebanyak 87,50% pada umur 51-60 tahun.

Tabel 5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan

(Cara Penanganan Keracunan Methanol) Menurut Kelompok Umur

Umur

(Tahun)

Aspek Pengetahuan (Cara Penanganan Keracunan Methanol)

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f % f %

21-30 8 25,81 15 48,39 8 25,81 31 100

31-40 5 10,64 31 65,96 11 23,40 47 100

41-50 3 15,00 12 60,00 5 25,00 20 100

51-60 1 12,50 7 87,50 0 0 8 100

Total 17 16,04 65 61,32 24 22,64 106 100

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa dari responden yang berumur 21- 30 tahun

dalam aspek pengetahuan cara penanganan keracunan methanol sebagian besar memiliki

pengetahuan cukup yaitu dengan persentase 48,39%, pada umur 31-40 tahun didominasi

pengetahuan cukup yaitu sebesar 65,96%, begitu juga pada umur 41-50 tahun yaitu

60,00s% dan 51-60 tahun juga didominasi responden dengan pengetahuan cukup yaitu

87,50%.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan umur seperti

yang terlihat pada tabel 3 – tabel 5 diatas tentu berkaitan dengan jawaban responden

pada setiap poin pertanyaan yang terdapat pada angket. Diketahui pada rentangan umur

21-30 tahun paling banyak menjawab salah mengenai prinsip pertolongan pada

keracunan yaitu dengan persentase 54,84%. Pada responden dengan rentang umur 31-40

tahun dan 41-50 tahun paling banyak menjawab salah mengenai penatalaksanaan korban

intoksikasi methanol dengan persentase 93,62% dan 75% sedangkan pada responden

dengan rentang umur 51-60 tahun banyak menjawab salah mengenai tujuan

dilakukannya hemodialisis pada korban keracunan methanol dengan persentase 100%.

Jawaban responden menurut kategori umur yang terinci pada lampiran 6.

Page 22: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

22

Tabel 6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan

(Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol) Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Aspek Pengetahuan (Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol)

Kurang Cukup Baik Total

F % f % f % f %

Perempuan 7 9,46 33 44,59 34 45,95 74 100

Laki-Laki 4 12,50 15 46,88 13 40,63 32 100

Total 11 10,38 48 45,28 47 44,34 106 100

Dari tabel 6 dapat diketahui responden dengan jenis kelamin perempuan terdapat

sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebesar 45,95% dalam aspek

pengetahuan tentang keracunan methanol, untuk pengetahuan cukup sebesar 44,59% dan

sebanyak 9,46% untuk pengetahuan kurang. Sementara itu pada responden laki-laki

sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebesar 46,88%, sebanyak 40,63%

berpengetahuan baik dan 12,50% memiliki pengetahuan kurang.

Tabel 7 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan

(Gejala Keracunan Methanol) Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Aspek Pengetahuan (Gejala Keracunan Methanol)

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f % f %

Perempuan 5 6,76 0 0 69 93,24 74 100

Laki-Laki 8 25,00 0 0 24 75,00 32 100

Total 13 12,26 0 0 93 87,74 106 100

Dari tabel 7 dapat diketahui dalam aspek pengetahuan gejala keracunan

methanol responden dengan jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki

sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 93,24% pada responden

perempuan. dan sebanyak 75% pada responden laki-laki.

Tabel 8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan

(Cara Penanganan Keracunan Methanol) Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Aspek Pengetahuan (Cara Penanganan Keracunan Methanol)

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f % f %

Perempuan 10 13,51 47 63,51 17 22,97 74 100

Laki-Laki 7 21,88 18 56,25 7 21,88 32 100

Total 17 16,04 65 61,32 24 22,64 106 100

Page 23: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

23

Dari tabel 8 dapat diketahui responden dengan jenis kelamin perempuan

sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup yaitu 63,51% yakni dalam aspek

pengetahuan cara penanganan keracunan methanol. Pada responden laki-laki sebagian

besar juga mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebesar 56,25%.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan jenis

kelamin seperti yang terlihat pada tabel 6 – tabel 8 diatas tentu berkaitan dengan

jawaban responden pada setiap poin pertanyaan yang terdapat pada angket. Pada

responden dengan jenis kelamin perempuan dan laki – laki diketahui paling banyak

menjawab salah mengenai penatalaksanaan korban dengan intoksikasi methanol dimana

pada responden perempuan sebesar 90,54% dan pada responden dengan jenis kelamin

laki-laki sebesar 93,75%. Jawaban responden menurut kategori umur yang terinci pada

lampiran

Tabel 9 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan

(Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol) Menurut Pendidikan

Pendidikan

Aspek Pengetahuan (Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol)

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f % f %

D-III 5 9,26 24 44,44 25 46,30 54 100

S-1 6 11,54 24 46,15 22 42,31 52 100

Total 11 10,38 48 45,28 47 44,34 106 100

Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan terakhir D-III

dalam aspek pengetahuan tentang keracunan methanol sebagian besar memiliki

pengetahuan baik yaitu sebesar 46,30%. Pada responden dengan pendidikan terakhir S-1

mayoritas memiliki pengetahuan cukup dalam aspek ini yaitu sebesar 46,15%.

Page 24: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

24

Tabel 10 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan

(Gejala Keracunan Methanol) Menurut Pendidikan Terakhir

Pendidikan

Aspek Pengetahuan (Gejala Keracunan Methanol)

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f % f %

D-III 9 16,67 0 0 45 83,33 54 100

S-1 4 7,69 0 0 48 92,31 52 100

Total 13 12,26 0 0 93 87,74 106 100

Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan terakhir D-III

maupun S-1 dalam aspek pengetahuan tentang gejala keracunan methanol sebagian

besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar 83,33% pada responden dengan

pendidikan D-III dan sebesar 92,31% pada responden dengan pendidikan S-1.

Tabel 11 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan

(Cara Penanganan Keracunan Methanol) Menurut Pendidikan Terakhir

Pendidikan

Aspek Pengetahuan (Cara Penanganan Keracunan Methanol)

Kurang Cukup Baik Total

F % f % f % f %

D-III 10 18,52 32 59,26 12 22,22 54 100

S-1 7 13,46 33 63,46 12 23,08 52 100

Total 17 16,04 65 61,32 24 22,64 106 100

Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan

terakhir D-III maupun S-1 dalam aspek pengetahuan cara penanganan keracunan

methanol sebagian besar memiliki pengetahuan cukup yaitu sebesar 59,26% dan pada

responden dengan pendidikan terakhir S-1 sebesar 63,46%.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan pendidikan

terakhir responden seperti yang terlihat pada tabel 5.9 – tabel 5.11 diatas tentu berkaitan

dengan jawaban responden pada setiap poin pertanyaan yang terdapat pada angket. Pada

responden dengan pendidikan terakhir D-III dan S-1 dapat diketahui paling banyak

menjawab salah pada pertanyaan mengenai penatalaksanaan korban dengan intoksikasi

methanol dengan persentase sebesar 94,44% pada responden dengan pendidikan D-III,

Page 25: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

25

dan sebesar 88,46% pada responden dengan pendidikan S-1. Jawaban responden

menurut kategori umur terinci pada lampiran 8.

Tabel 12 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek

Pengetahuan (Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol) Menurut Profesi

Pekerjaan

Aspek Pengetahuan (Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol)

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f % f %

Dokter 1 3,33 13 43,33 16 53,33 30 100

Perawat 10 13,16 35 46,05 31 40,79 76 100

Total 11 10,38 48 45,28 47 44,34 106 100

Dari tabel 12 diatas dapat diketahui responden yang berprofesi sebagai dokter

dalam aspek pengetahuan tentang keracunan methanol sebagian besar memiliki

pengetahuan baik yaitu dengan persentase 53,33%. Untuk responden yang berprofesi

sebagai perawat, sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebesar

46,05%.

Tabel 13 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek Pengetahuan

(Gejala Keracunan Methanol) Menurut Profesi

Profesi

Aspek Pengetahuan (Gejala Keracunan Methanol)

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f % f %

Dokter 2 6,67 0 0 28 93,33 30 100

Perawat 11 14,47 0 0 65 85,53 76 100

Total 13 12,26 0 0 93 87,74 106 100

Dari tabel 13 diatas dapat diketahui responden yang berprofesi sebagai dokter

dalam aspek pengetahuan gejala keracunan methanol sebagian besar memiliki

pengetahuan baik yaitu dengan persentase 93,33%. Begitu juga dengan responden yang

berprofesi sebagai perawat sebagian besar responden mayoritas berpengetahuan baik

yaitu dengan persentase 85,53%.

Page 26: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

26

Tabel 14 Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam Aspek

Pengetahuan (Cara Penanganan Keracunan Methanol) Menurut Profesi

Profesi

Aspek Pengetahuan (Cara Penanganan Keracunan Methanol)

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f % f %

Dokter 3 10,00 20 66,67 7 23,33 30 100

Perawat 14 18,42 45 59,21 17 22,37 76 100

Total 17 16,04 65 61,32 24 22,64 106 100

Dari tabel 14 diatas dapat diketahui responden yang berprofesi sebagai dokter dalam

aspek pengetahuan tentang penanganan keracunan methanol mayoritas meiliki

pengetahuan cukup yaitu sebesar 66,67%. Pada responden yang berprofesi sebagai

perawat sebagian besar juga memiliki pengetahuan cukup yaitu sebesar 59,21%.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan profesi

responden seperti yang terlihat pada tabel 12 – tabel 14 diatas tentu berkaitan dengan

jawaban responden pada setiap poin pertanyaan yang terdapat pada angket. Pada

responden yang bekerja sebagai dokter maupun perawat diketahui paling banyak

menjawab salah pada pertanyaan mengenai penatalaksanaan korban dengan intoksikasi

methanol dengan persentase sebesar 90% pada responden yang bekerja sebagai dokter,

dan pada responden yang bekerja sebagai perawat sebesar 92,11%. Jawaban responden

menurut kategori umur yang terinci pada lampiran 9.

C. Hasil Wawancara

1. Keracunan Arak Metanol

Mengkonsumsi minuman beralkohol atau minuman keras sudah menjadi

hal yang umum bagi masyarakat di Bali. Arak merupakan minuman keras

tradisional Bali yang khas yang digunakan sebagai sajian bersama-sama dengan

brem dan tuak pada upacara adat dan keagamaan disamping itu juga untuk

dikonsumsi. Minuman beralkohol juga menjadi bagian penting dan harus ada

dalam sebuah perayaaan misalnya pada saat acara pesta perkawinan, acara ulang

tahun, perayaan kegamaan atau acara kedukaaan. Hal tersebut diungkapkan

dalam wawancara dengan informan sebaga berikut :

Page 27: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

27

“…jadi di wilayah kami dengan jumlah enam desa ini ya, jadi penduduknya

secara spesifik mungkin ya… ada juga yang… pemuda-pemudanya khususnya

itu… ada yang minum-minuman keras, ya apakah itu golongan arak atau yang

lain ya, jadi secara khusus saya tidak tahu jumlah yang minum arak, tetapi itu

pasti ada.” (informan 4)

“…menurut saya sih memang betul bahwa eee arak hanya diminum hanya pada

upacara, kemudian kalau ada kegiatan upacara, jadi masyarakat kalau misalnya

ada perayaan tahun baru… ulang tahun.” (informan 3)

Minuman keras kini kerap di campur dengan bahan lain yang kini disebut

miras oplosan yang dijual dengan harga yang lebih murah sehingga dapat

menarik minat para penikmat minuman keras. Metanol juga dikenal sebagai

metil alkohol, wood alcohol atau spiritus adalah senyawa kimia dengan rumus

kimia CH3OH. Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik

oleh bakteri. Karena toksisitasnya, metanol dapat menyebabkan asidosis

metabolik, gejala neurologis dan bahkan kematian apabila tertelan. Ini

merupakan konstituen dari banyak industri pelarut tersedia secara komersial dan

minuman keras yang tercemar buruk. Toksisitas metanol masih menjadi masalah

umum di banyak bagian dunia berkembang, terutama di kalangan anggota kelas

sosial ekonomi rendah. Namun, sampai saat ini belum ditemukannya kasus

keracunan arak yang dicampur dengan metanol di Kabupaten Gianyar, seperti

kutipan wawancara berikut :

“kalau pasien mabuk sih kesini ada… tapi cuma gak sampai keracunan arak

metanol… kalau saya pikir sih kayaknya disini jarang deh kalau yang sampai

nyampur arak dengan metanol karenaaa eee disini kan daerah pariwisata,

minuman kerasnya kemungkinan bukan arak yang tradisional gitu yaa… yang

biasanya dicampur dengan metanol… disini paling sering sih mabuknya bir atau

wine yang red label itu.” (informan 7)

Gejala awal pada keracunan metanol adalah adanya gangguan pada tajam

pengelihatan. Gangguan tajam pengelihatan umumnya terjadi dalam 18 sampai

24 jam setelah 24 jam terpapar metanol. Namun, dari hasil wawancara dengan

informan penetitian mengemukakan bahwa hingga saat ini puskesmas belum

pernah menangani pasien korban keracunan arak metanol dikarenakan belum

Page 28: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

28

adanya kasus keracunan arak metanol yang terdata di puskesmas. Hal tersebut

diungkapkan dalam kutipan wawancara berikut :

”Belum… kita kan rawat jalan, selama rawat jalan dari 6 tahun lalu saya disini

belum pernah menangani keracunan metanol, rujuk belum pernah, mudah-

mudahan enggak.” (informan 9)

“Eee untuk kasusnya secara pasti keracunan metanol, kita belum pernah eee

mendapatkan dan laporan menangani, tetapi petugas kami sudah dilatih, ya

dilatih untuk menangani kasus-kasus itu ya menurut ukuran emergency

dilakukan penanganannya di puskesmas.” (Informan 4)

2. Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Metanol

Keracunan dapat dikonfirmasi dengan uji format sederhana apabila

keracunan metanol dari arak dengan gejala yang dapat terjadi 12 jam setelah

paparan seperti sakit kepala, penglihatan kabur, napas cepat atau mendalam,

kebingungan setelah meminum arak. Memberikan etanol untuk pasien keracunan

arak metanol dapat dilakukan karena toksisitas ini dapat menghalangi keracunan

lebih lanjut. Dosis untuk orang dewasa 1.8ml/kg (untuk 70kg orang dewasa tiga

tembakan 40ml). Alkohol seperti vodka, whisky dengan dosis pemeliharaan

0.40ml/kg (untuk dewasa 70kg satu tembakan 40ml) per jam. Pemberian etanol

untuk mengurangi toksisitas pasien keracunan metanol belum dapat dilakukan di

Puskesmas dikarenakan belum adanya izin untuk penyimpanan alkohol sebaga

antidote, sehingga langkah awal yang dilakukan dalam menangani pasien

keracunan arak metanol sama seperti penanganan pasien keracunan pada

umumnya. Berikut kutipan wawancara dengan informan :

“Ya standar terapi yang ada di puskesmas melakukan SOP, kayak mungkin eee

seperti obat-obatan yang ada disini gitu aja. SOPnya kan ada untuk keracunan

secara umum, standar operasional pelayanan ya kita buat disini dokter-dokter

sama petugas terapi tetapi keracunan secara umum.” (Informan 1).

“…keracunan arak metanol… ya itu ABC, setiap tindakan apapun itu kita

tekankan kepada staf bahwa basic daripada petugas gawat darurat adalah ABC,

airway, breathing, circulation, lakukan saja itu, itu saja yang pokok sebenarnya,

Page 29: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

29

entah dia nanti antidotenya apa… entah… ya itu masalah belakang dulu.”

(Informan 5)

Petugas kesehatan di puskesmas belum pernah menangani pasien korban

keracunan arak metanol dikarenakan belum adanya korban keracunan arak

metanol yang mendatangi dan tercatat di puskesmas. Penanganan korban

keracunan arak metanol dilakukan sesuai dengan prosedur korban keracunan

pada umumnya, seperti kutipan dengan informan berikut ini :

“Kalau ada kejadian kita tangani sesuai dengan proses, proses rujukan kita.

Selama ini kita memang proses rujukan… menangani orang yang keracunan

metanol kita temukan kita tangani sesuai prosedur abcnya dalam proses

perjalanan kita berikan antidotenya kalau bisa kita dalam proses itu ambil

darahnya untuk pemeriksaan darahnya. Dalam penanganan mandiri puskesmas

belum bisa pasti rujukan.” (Informan 6)

Namun, masih terdapat keraguan dalam hal kemampuan petugas dan staf

puskesmas untuk menangani pasien korban keracunan arak metanol dikarenakan

belum terdapatnya pelatihan mengenai penatalaksanaan korban keracunan arak

metanol, seperti kutipan wawancara dengan informan berikut ini :

“Nah itu... itu yang diragukan, kan karena kemarin kan cuma sosialisasi jadi

kita berharapnya sih... eee ada pelatihannya jadi memang kasarnya begini jadi

memang ada bener-bener pelatihannya… pelatihan lah, pelatihan yang

sebenarnya lah... itu dokter dan petugas di UGD… itu… kalau memang ada satu

orang yang dokter dan petugas yang sudah dilatih ee saya yakin bisa karena kan

dokternya kan bisa on call maksudnya kan memandu gitu lah kasarnya.”

(Informan 7)

Kendala yang dihadapi dalam penanganan pasien korban keracunan arak

metanol adalah pemberian antidote yang berupa minuman beralkohol kepada

pasien keracunan arak metanol belum dapat disediakan oleh manajemen

puskesmas dikarenakan belum adanya izin dalam penyediaan minuman

beralkohol di puskesmas, seperti kutipan wawancara dengan informan beikut ini

:

Page 30: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

30

“Kendala mungkin dalam hal regulasi karena penyediaan vodka itu kan harus

ada dasar hukumnya karena penyediaan di tempat pelayanan, kalau itu memang

harus menunggu kebijakan dari Dinas, aturan dari Dinas, baru turun dari kita,

baru kita bisa menyediakan, untuk saat ini eee belum bisa kita menyediakan

karena terhalang… terhambat oleh aturan eee paraturan yang dibikin.”

(Informan 2)

“Kendalanya yang pertama perizinan, jadi izin untuk meyediakan antidotenya

etanolnya, karena itu kan minuman keras yang harus berizin, yang jadi kendala

paling besar adalah itu.” (Informan 3)

Selain kendala dalam hal perizinan penyediaan etanol, beberapa informan

juga menyatakan bahwa terdapat kendala dalam menangani pasien korban

keracunan arak metanol pada keterampilan petugas puskesmas karena petugas

hanya mendapatkan sosialisasi dan belum mendapatkan pelatihan dalam

menangani pasien keracunan arak metanol. Hal tersebut diungkapkan dalam

kutipan wawancara berikut :

“Mungkin karena kasusnya jarang ya keterampilan kita tidak begitu tergantung

beratnya kasus yang dihadapi, kedua kan keterampilan kita itu semakin sering

melihat makin terampil kita nangani ya, kemudian makin sering denger apa…

sosialisasi mungkin ilmunya juga makin nambah, kayaknya ini belum… ndak

terlalu populer sih jadinya ndak terlalu ini… gitu, kalau di puskesmas kan

termasuk jarang, jarang sekali.” (Informan 1)

Antidote untuk pasien yang mengalami keracunan arak metanol adalah

dengan pemberian etanol yang merupakan minuman beralkohol yang dapat

menghambat toksisitas dari keracunan metanol. Namun, dari hasil wawancara

dengan informan penelitian, informan tersebut tidak mengetahui dosis pemberian

etanol tersebut, seperti kutipan wawancara berikut :

“Nah kalau saya ya itu, saya gak tahu lagi cuma itu saja etanol, memang betul

itu, nah sekarang etanol yang berapa persen itu yang saya nggak tahu, dosisnya

berapa apakah yang 70% kita pakai apa perlu diencerkan menjadi 5% atau

2.5%, itu yang dilatih kayaknya tahu, yang di UGD kayaknya kemarin saya

dengar sudah tahu semua, saya nggak tahu sebab yang saya tahu cuma etanol

saja sebagai antidotenya.” (Informan 5)

Page 31: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

31

Etanol sebagai antidote dipandang perlu untuk disediakan di puskesmas,

namun sampai saat ini etanol belum tersedia karena belum adanya izin untuk

penyediaan etanol di puskesmas. Apabila penanganan korban keracunan arak

metanol dilakukan sesuai dengan prosedur yaitu dengan pemberian etanol yang

merupakan minuman beralkohol, tetapi belum tersedianya izin untuk penyediaan

etanol, pemberian etanol tidak dapat dilakukan. Berikut kutipan wawancara

dengan informan penelitian :

“Sebagai antidote perlu, iya eee peraturan terbaru kalau… saya tidak tau

nomernya tentang emmm peredaran minuman beralkohol, jadi itu ada

hubungannya dengan kepolisian, eee BPOM, eee pemda, mau gak memberikan

perlindungan payung hukum ceritanya untuk puskesmas menyediakan itu.”

(Informan 3)

“…itu harus betul-betul di apa… dibuatkan suatu payung hukum bahwa itu

memang dibenarkan terus dibuatkan SOPnya bagaimana seharusnya

penyimpanan dan pengawasannyan kan gitu gak sembarangan naruhnya,

sebenernya oramg emergensi bisa cuma tempatnya harus satu terllihat kan gitu

memenuhi syarat untuk penyimpana kan gitu.” (Informan 8)

Penyediaan etanol sebagai antidote pasien korban keracunan metanol

tidak dapat disediakan tanpa adanya izin untuk penyediaan etanol di Puskesmas.

Upaya yang dapat dilakukan agar etanol dapat tersedia di puskesmas adalah

dengan adanya kebijakan dari Dinas bahwa puskesmas perlu menyediakan etanol

sebagai antidote pasien keracunan metanol, seperti kutipan wawancara dengan

informan berikut ini :

“…yang pertama saya eee minta kepala dinas memberikan izin menyediakan itu

dalam hal protap dalam menangani eee intoksitasi etanol e metanol, jadi dengan

berdasarkan protap itu saya pertama menyusun protapnya dulu kemudian

antidotenya yang dipakai untuk menangani itu ya sama dengan obat-obatan

yang disediakan untuk penyakit lain itu harus disiapkan.” (Informan 4)

“Eee... kalau saya sih dari dines dulu, ada kebijakan dari ibu kadis bahwa itu

bagian dari habis pakai atau life saving yang harus ada di UGD. Kami rasanya

gak masalah, kita kan BLUD jadi pembelanjaan fleksibel sesuai dengan

kebutuhan jadi yang penting ada peraturannya bahwa kita harus menyediakan

itu rasanya sih ee tidak masalah kita masukkan di perencanaan pengadaan

bahan habis pakai karena itu habis pakai sebenarnya gitu.” (Informan 7)

Page 32: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

32

BAB VI PEMBAHASAN A. Gambaran Umur dengan Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam

Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol

Hasil penelitian menunjukan persentase tertinggi untuk pengetahuan kategori

baik dalam aspek pengetahuan tentang cara penanganan keracunan methanol

terdapat pada umur 21-30 tahun. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian

Prawita (2013) dimana kelompok umur 41-55 tahun cenderung memiliki

pengetahuan kurang dibandingkan dengan kategori umur yang lebih muda yaitu 26-

40 tahun. Dalam skripsi Prawita (2013), Hurlock (2004) berpendapat bahwa semakin

tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mental ini tidak secepat

ketika berumur belasan tahun.

Dilihat dari pengetahuan responden dalam aspek pengetahuan tentang

keracunan methanol dan gejala keracunan methanol persentase tertinggi pengetahuan

baik dimiliki oleh responden dengan kategori 31-40 tahun. Hasil penelitian ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan Notoatmojo (2003) dimana umur mempengaruhi

daya tangkap serta pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya umur akan

menyebabkan meningkatnya daya tangkap dan pola pikir, sehingga pengetahuan

yang diperoleh semakin membaik.

Dari jawaban responden menurut kategori umur diketahui responden

mayoritas menjawab salah pada pertanyaan mengenai prinsip pertolongan pada

keracunan, pentalaksanaan korban dengan intokasi methanol serta tujuan

dilakukannya hemodialisis. Kurangnya pengetahuan tersebut dipengaruhi karena

masih banyaknya responden yang belum mengetahui penatalaksanaan korban

keracunan methanol dengan baik. Hal ini berkaitan dengan berbagai faktor,

diantaranya responden penelitian belum pernah mengikuti pelatihan penatalaksanaan

korban keracunan methanol dan pada puskesmas tidak tersedia fasilitas hemodialisis.

Page 33: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

33

B. Gambaran Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas dalam

Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan petugas puskesmas

dengan jenis kelamin perempuan memiliki persentase lebih besar pada

pengetahuan baik dalam ketiga aspek pengetahuan yaitu tentang keracunan

methanol, gejala dan penanganan keracunan merthanol. Menurut Suma’mur

(2009), mengatakan perempuan sangat cocok dengan pekerjaan yang ringan

tidak memerlukan banyak kekuatan otot, pekerjaan yang monoton, karena pada

umumnya perempuan pada pekerjaan monoton lebih terampil dari laki-laki.

Selain itu tenaga kesehatan sebagian besar berjenis kelamin perempuan.

Jenis kelamin responden pada penelitian ini tidak dapat menentukan tinggi

rendahnya pengetahuan yang dimiliki, dan belum ada teori pasti yang

menyebutkan ada hubungan antara jenis kelamin dan tingkat pengetahuan

seseorang seperti hasil penelitian Prihyugiarto (2008) bahwa jenis kelamin tidak

berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai infeksi menular seksual. Penelitian

yang dilakukan oleh Chiuman (2009) diperoleh hasil dimana berdasarkan uji

pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa tidak terdapat

perbedaan signifikan dari tingkat pengetahuan dengan jenis kelamin.

C. Gambaran Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas

Dalam Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol

Baiknya pengetahuan tenaga kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya pendidikan tenaga kesehatan, pendidikan sangat

mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang karena pendidikan merupakan

suatu proses pembelajaran pola pikir seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dan

dari jenjang pendidikan ini lah dapat diketahui pola pikir seseorang, semakin

tinggi pendidikan maka ilmu yang diperoleh akan semakin banyak (Marliyani,

2010). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Notoatmojo (2007) dimana

pendidikan merupakan proses untuk mempelajari dan meningkatkan ilmu yang

diperoleh, pendidikan yang lebih tinggi secara otomatis akan berbanding lurus

dengan pengetahuan yang dimiliki. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa

responden dengan tingkat pendidikan S-1 memiliki persentase tertinggi

pengetahuan baik dalam aspek gejala keracunan methanol dan aspek cara

penanganan keracunan methanol, dan D-III memiliki persentase lebih besar

Page 34: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

34

dalam aspek pengetahuan tentang keracunan methanol. Ditinjau dari jawaban

responden, responden dengan pendidikan D-III maupun S1 paling jawab

menjawab salah pada penatalaksanaan korban dengan intoksikasi methanol yang

tepat. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh responden disebabkan karena

sebagian besar dari responden tidak pernah mengikuti pelatihan dan ilmu

mengenai penanganan keracunan methanol merupakan ilmu baru dimana

sebagian besar petugas kesehatan tidak pernah mengikuti pelatihan penanganan

keracunanan methanol selama menempuh pendidikan.

D. Gambaran Pekerjaan Dengan Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas Dalam

Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Methanol

Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang bekerja sebaga

dokter memiliki persentase tertinggi pada pengetahuan baik kedalam aspek

pengetehauan tentang keracunan methanol, aspek pengetahuan tentang gejala

keracunan methanol dan dalam aspek pengetahuan tentang cara penanganan

keracunan methanol.Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan

Arini (2011) dimana diperoleh hasil persentase tertinggi pengetahuan kategori

baik tedapat pada responden yang berprofesi sebagai dokter hal tersebut

cenderung disebabkan karena tenaga medis memiliki pengetahuan yang lebih

mendalam khususnya dalam hal keracunan methanol. Responden sebagian besar

tidak mengetahui mengenai cara penanganan keracunan methanol khuhusnya

mengenai penatalaksanaan korban dengan intoksikasi methanol yang tepat

methanol. Faktor yang menyebabkan kurang tahunya responden dalam hal

tersebut tidak terlepas karena sebagian besar responden tidak pernah mengikuti

pelatihan penatalaksanaan korban keracunan arak methanol pada saat pendidikan

profesi. Pelatihan sangat penting untuk diberikan, menurut pendapat yang

dikemukakan oleh Joeharno (2008) bahwa pelatihan yang diberikan kepada

petugas kesehatan memberi pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dalam

memberikan pelayanan kepada korban. Pendapat yang dikemukakan oleh

Joeharno (2008) sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Paryanti

(2007) yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat mengenai suction

sebagian besar dalam kategori tinggi (68,2%) dan paling sedikit dalam kategori

rendah (4,5%) hal tesebut tidak terlepas dari upaya rumah sakit dalam

memberikan pelatihan ICU kepada perawat (36,4%). Menurut Ismail (2007)

Page 35: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

35

selain melalui pendidikan formal, pengetahuan seseorang dapat juga dipengaruhi

oleh pelatihan – pelatihan atau seminar keseheatan yang pernah ia ikuti, dengan

adanya pelatihan seseorang dapat lebih terampil dalam melakukan suatu

pekerjaan karena dengan pelatihan dan tugas-tugas yang terkait dengan

kemampuan koginitif dapat mempengaruhi perilaku dan pola pikir yang lebih

positif.

E. Keracunan Arak Metanol

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap 10 orang informan

penelitian yang merupakan kepala puskesmas, sebagian besar informan penelitian

menyatakan bahwa masih banyak masyarakat yang mengonsumsi arak di wilayah

kerja masing-masing puskesmas. Informan penelitian mengemukakan alasan

masih banyaknya masyarakat yang mengonsumsi arak yaitu dikarenakan arak

masih banyak terjual bebas di beberapa tempat di Kabupaten Gianyar.

Masih banyaknya masyarakat yang mengonsumsi arak juga dikarenakan

arak Bali sudah terkenal sejak lama sebagai minuman keras yang luar biasa,

dimana arak tidak berwarna dan mengadung alkohol yang cukup tinggi.

Minuman keras ini dibuat dari proses distilasi tuak. Arak biasannya dikonsumsi

oleh masyarakat Bali yang tinggal di daerah pegunungan. Arak bisa disimpan

dalam beberapa tahun, sehingga minuman ini terdapat di pasar luar negeri.

Sebagai tempat destinasi para wisatawan, arak dijual secara luas dan bebas untuk

para wisatawan Informan juga menyebutkan bahwa arak merupakan minuman

yang biasa dikonsumsi oleh pemuda-pemuda desa setempat dalam merayakan

hari raya keagamaan dan tahun baru. Pernyataan informan tersebut sesuai dengan

pendapat Setiawan (2013) yang mengemukakan bahwa minuman beralkohol

menjadi bagian penting dan harus ada dalam sebuah perayaaan misalnya pada

saat acara pesta perkawinan, acara ulang tahun, perayaan kegamaan atau acara

kedukaaan.

Arak Bali kini kerap dimodifikasi dengan bahan lain seperti susu, minuman

bersoda, hingga spiritus (metanol). Banyak di pasaran terdapat beberapa

minuman beralkohol tradisional yang mengandung metanol. Metanol sering

disalah gunakan sebagai bahan pembuat minuman keras. Metanol digunakan

sebagai pengganti etanol karena disamping harganya yang relatif lebih murah

Page 36: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

36

juga akibat ketidak pahaman akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kedua zat

tersebut. Haryadi (2014) menjelaskan bahwa gejala yang timbul apabila

seseorang keracunan arak methanol pada awalnya akan merasakan adanya

gangguan yang terjadi pada saluran pencernaan seperti sakit perut, mual dan

muntah – muntah dimana gejala tersebut kemudian dilanjutkan dengan adanya

depresi susunan saraf pusat dan terlihat gejala mirip dengan korban keracunan

alkohol seperti sakit kepala, sakit otot, badan terasa lemah dan kejang-kejang.

Namun, dari hasil wawancara dengan 10 informan penelitian, seluruh informan

penelitian menyatakan bahwa tidak pernah terjadi kasus keracunan arak metanol

di wilayah kerja mereka. Informan penelitian mengungkapkan bahwa masih

terdapat masyarakat yang mabuk karena mengonsumsi minuman beraklohol

tetapi bukan kasus keracunan arak metanol.

Seluruh informan penelitian juga mengungkapkan bahwa puskesmas di

wilayah mereka belum pernah menangani pasien kasus keracunan arak metanol.

Informan penelitian mengungkapkan bahwa petugas puskesmas sama sekali tidak

pernah menangani pasien keracunan arak metanol. Hal tersebut bisa dikarenakan

tidak adanya kasus keracunan arak metanol yang terjadi di Kabupaten Gianyar.

Berbeda halnya dengan di Kabupaten Buleleng dan Bangli yang pernah terjadi

kasus keracunan arak metanol, dimana di Kabupaten Buleleng pada awal Januari

2014 telah terjadi kasus keracunan arak methanol sebanyak 55 orang yang 3

orang diantaranya meninggal dunia sedangkan di Kabupaten Bangli sendiri,

menurut informasi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada bulan

September 2012 terdapat 41 kasus keracunan dan belum lagi kasus – kasus yang

belum terekspos (Pemerintah Provinsi Bali, 2012).

F. Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Metanol

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian mengungkapkan

bahwa langkah awal yang perlu dilakukan dalam menangani kasus keracunan

arak metanol adalah sama dengan penanganan kasus pada umumnya. Informan

tersebut menjelaskan bahwa ketika menangani pasien keracunan arak metanol

dilakukan sesuai dengan standar operasinal prosedur penanganan pasien

keracunan yaitu dengan mengecek airway, berathing, dan circulation dari pasien

terlebih dahulu. Hal tersebut tidak sesuai dengan manajemen penatalaksanaan

korban keracunan arak metanol menurut Kraut & Kurtz (2008) dan Anderson

Page 37: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

37

(1994), dimana langkah awal yang dapat dilakukan adalah melakukan

pemeriksaan laboratorium kadar metanol dalam darah diukur dengan

menggunakan gas kromatografi. Kadar metanol serum >20 mg/dL sudah

dianggap toksik dan kadar >40 mg/dL dianggap sangat berbahaya.

Hingga saat ini belum terdapat korban keracunan arak metanol yang tercatat

dan terdata di puskesmas. Apabila suatu saat terdapat pasien korban keracunan

arak metanol yang mendatangi puskesmas, maka diharapkan petugas kesehatan

sudah mampu untuk menangani masalah tersebut dikarenakan sudah mendapat

sosialisasi mengenai manajemen penatalaksanaan korban keracunan arak

metanol. Informan penelitian mengungkapkan bahwa kendala yang dihadapi

dalam penanganan pasien korban keracunan arak metanol adalah izin pemberian

antidote. Antidote dari pasien korban keracunan arak metanol adalah dengan

pemberian etanol. Sebagian besar informan penelitian mengetahui bahwa etanol

merupakan antidote untuk kasus keracunan arak metanol. Etanol digunakan

untuk menghambat kerja alkohol dehydrogenase secara kompetitif sebab etanol

dioksidasi 10 kali lebih cepat daripada methanol dan etilen glikol serta hasil akhir

berupa CO2 dan H2O. Toksisitas ini dapat menghalangi keracunan lebih lanjut.

Dosis untuk orang dewasa 1.8ml/kg (untuk 70kg orang dewasa tiga tembakan

40ml). Alkohol seperti vodka, whisky dengan dosis pemeliharaan 0.40ml/kg

(untuk dewasa 70kg satu tembakan 40ml) per jam. Hal ini akan menghentikan

keracunan menjadi semakin buruk. Apabila pasien mengantuk atau tidak sadar,

perlindungan jalan nafas dengan intubasi dan hiperventilasi harus dilakukan jika

mungkin. Apabila tidak memungkinkan, pasien harus diberikan etanol lisan

dalam cara paling aman, yang akan mencakup duduk pasien dalam keadaan tegap

dan pemberian etanol melalui selang nasogastrik (Monaghan, 2010).

Dari hasil wawancara dengan informan penelitian, sebagian besar informan

menyatakan bahwa etanol perlu disediakan di puskesmas sebagai antidote kasus

keracunan arak metanol. Informan tersebut juga menjelaskan bahwa etanol harus

disediakan dalam jumlah kecil di puskesmas. Penyediaan etanol menjadi sangat

penting di puskesmas dikarenakan pemberian etanol kepada pasien yang

mengalami kasus keracunan arak metanol merupakan standar operasional

prosedur yang harus dilakukan untuk mengurangi toksisitas dari keracunan

metanol. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Monaghan (2010) yaitu

memberikan ethanol kepada pasien keracunan arak metanol untuk diminum dapat

Page 38: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

38

menghalangi toksisitas atau keracunan yang disebabkan oleh metanol lebih

lanjut. Upaya yang perlu dilakukan agar etanol dapat tersedia di puskesmas

adalah dengan adanya regulasi mengenai penyediaan etanol di puskesmas.

Informan penelitian mengemukakan bahwa perlu adanya izin dari Dinas

Kesehatan terkait mengenai penyediaan etanol sebagai antidote korban keracunan

arak metanol di puskesmas. Informan penelitian juga menjelaskan bahwa etanol

merupakan jenis minuman beralkohol, oleh karena itu izin penyediaannya juga

harus diketahui oleh sektor kepolisian terkait.

Page 39: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

39

BAB VII PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase pengetahuan

dengan kategori cukup dalam aspek pengetahuan tentang keracunan methanol

mendominasi yaitu sebesar 45,28%, kemudian dalam aspek gejala keracunan

methanol didominasi oleh responden dengan pengetahuan kategori baik yaitu

sebesar 87,74% dan pada aspek cara penanganan keracunan responden

mayoritas berpengetahuan cukup dengan persentase yaitu sebesar 61,32%.

Adapun kesimpulan yang diperoleh hasil gambaran pengetahuan responden

dengan karakteristik responden yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

pekerjaan sebagai berikut :

1. Gambaran pengetahuan responden menurut kelompok umur dalam aspek

pengetahuan tentang keracunan methanol dan gejala persentase tertinggi

terdapat pada umur 31-40 tahun yaitu sebesar 51,06% pada pengetahuan

keracunan dan 91,49% pada gejala dan aspek pengetahuan tentang cara

penanganan keracunan methanol diperoleh hasil mayoritas pengetahuan baik

terdapat pada responden dengan kategori umur 21-30 tahun dengan

persentase 25,81%.

2. Pada karakteristik jenis kelamin persentase yang lebih tinggi untuk

pengetahuan baik dalam ketiga aspek pengetahuan tentang keracunan

methanol. Sebesar 45,95% mengenai pengetahaun keracunan, 93,24%

mengenai gejala dan sebanyak 22,97% mengenai cara penanganan.

3. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan untuk kategori pengetahuan

baik persentase paling tinggi dalam 2 aspek pengetahuan terdapat pada

responden dengan pendidikan terakhir S-1 yaitu sebesar 92,31% pada

aspek pengetahuan pengetahuan tentang gejala keracunan methanol dan

sebesar 23,08% pada aspek pengetahuan tentang cara penanganan keracunan

methanol. Untuk aspek pengetahuankeracunan methanol terdapat pada

responen dengan pendidikan terakhir D-III yaitu sebesar 46,30%.

4. Berdasarkan karakteristik profesi untuk kategori pengetahuan baik

persentase paling tinggi dalam ketiga aspek pengetahuan terdapat pada

responden dengan profesi dokter yaitu sebesar 53,33% dalam aspek

Page 40: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

40

pengetahuan tentang keracunan methanol, sebesar 93,33% pada aspek

tentang gejala keracunan methanol dan pada aspek pengetahuan tentang cara

penanganan keracunan methanol sebesar 23,33%.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar

sebaiknya memberikan pelatihan penatalaksanaan korban keracunan methanol

kepada petugas puskesmas untuk menekan kasus keracunan methanol.

Page 41: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

41

DAFTAR PUSTAKA

Abramson S, singh A.K. Treatment of the Alcohol Intoxication: Ethylene Glycol, Methanol and Isopropanol. Curret Opinion in Nephrology and

Hypertension. 2009;9; 695-701 Anderson I.B. Methanol. In: Anderson I.B, Benowitz N.L, Keamey T.e, Osterloh

J.D, Woo O.F. (1994). Poisoning & Drug Overdose. A Lange Clinical Medical Manual. United States of America, P215-217.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2014). Menilik Regulasi Minuman Beralkohol

di Indonesia. Retrieved from: Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2012). Laporan Kejadian Keracunan Minum Arak,

Bali: Dinas Kesehatan Provinsi Bali Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2014). Laporan Kejadian Keracunan Minum Arak,

Bali: Dinas Kesehatan Provinsi Bali Henderson W.R, Bruubacher J. (2002). Methanol and Ethylene Glycol Poisoning: A

Case Study and Review of Current Literature. Janvier (4):34-40

http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM/03

14.pdf Kraut J.A, Kurtz I. (2008). Toxic Alcohol Ingestions: Clinical Features, Diagnosis

and Management. Clin J Am Soc Nephrol (3): 208-225 Levine M.D, Terabar A. Alcohol Toxicity. 2012. Available from:

www.medscape.com Olson K.R. Ethanol. In: Anderson I.B, Benowitz N.L, Keamey T.e, Osterloh J.D,

Woo O.F. (1994). Poisoning & Drug Overdose. A Lange Clinical Medical

Manual. United States of America P160-161 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian

dan Pengawasan Minuman Beralkohol. Poerwandari. E. K. (2009). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.

Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan

Psikologi (LPSP3). Rutu, Yohana. N. O., et all. (2012). Hubungan antara Motivasi Kerja dengan

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perawat di Instalasi Rawat

Inap RSUD Sleman. Jurnal Medika Respati 4.

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis

(IV.). Jakarta: CV. Sagung Seto.

Page 42: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

42

LAMPIRAN

Page 43: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

43

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran

Judul : Tingkat Pengetahuan Petugas Kesehatan Puskesmas Tentang

Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak

Metanol di Kabupaten Gianyar

Skema Hibah ; Hibah Unggulan Program Studi

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

Peneliti Pelaksana :

Nama Ketua : Rina Listyowati, S.SiT, M.Kes

NIDN : 0029057104

Nama Anggota I : dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH

Tahun Pelaksanaan : Tahun ke-1 dari rencana satu tahun

Dana Tahun Berjalan : Rp. 25.000.000,00

Dana mulai diterima

tanggal

:

1. Honor

Honor Honor/jam (Rp) Waktu

(jam/minggu)

Minggu Honor per-

tahun

Tahun I

Ketua 22.500 200 32 4.500.000

Anggota I 15.000 200 32 3.000.000

Sub Total (Rp.) 7.500.000

2. Peralatan Habis Pakai

Material Justifikasi/Pemakaian Kuantitas

Harga

satuan

(Rp.)

Harga Peralatan

Penunjang (Rp.)

Tahun I

Foto copy & jilid

proposal

Untuk memperbanyak /

penggandaan proposal dan jilid 10 15.000 150.000

Foto copy

kuesioner

Untuk memperbanyak /

penggadaan kuesioner 400 lbr 200 80.000

Foto copy lembar

persetujuan

wawancara

Penggandaan

13 lbr 150 2.000

Foto copy TOR Penggandaan 73 lbr 200 15.000

Buku ekspedisi Untuk mencatat laporan

penelitian 2 pcs 25.000 50.000

Buku Kwarto Untuk mencatat dan merekap

data wawancara 1 pcs 25.000 25.000

Bolpen Untuk responden menjawab

kuesioner 10 box 12.000 120.000

Flashdisk Untuk menyimpan laporan

penelitian 1 pcs 50.000 50.000

CD Untuk menyimpan laporan yang

nantinya akan disetorkan ke

LPPM,FK, PSKM, Dinkes &

Kesbangpol Gianyar

20 pcs 8.000 160.000

Kertas A4 Untuk print proposal 3 rim 40.000 120.000

Page 44: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

44

Tinta Printer Canon Untuk prin out proposal dan

kuesioner 2 pcs 270.000 540.000

Leaflet Untuk diberikan di masing-

masing puskesmas dan dinas

kesehatan gianyar

14 pcs 200.000 2.800.000

Banner Untuk diberikan di masing-

masing puskesmas dan dinas

kesehatan gianyar

14 pcs 100.000 1.400.000

Pulsa HP Untuk biaya telp perjanjian ke

puskesmas dan dinkes Gianyar

2 x

pembelian 220.000 220.000

Map Untuk wadah distribusi TOR ke

puskesmas dan dinas kesehatan 20 pcs 5.000 100.000

Amplop Untuk mengirim surat 1 box 20.000 20.000

Spidol snowman 5

warna

Untuk meganalisa data kualitatif 10 7.000 70.000

Alat perekam Untuk merekam wawancara

mendalam 2 pcs 1.000.000 2.000.000

Batu Baterai Untuk membantu alat perekam

untuk merekam wawancara

mendalam

4 pcs 10.000 40.000

Materai 3000 Untuk surat kontrak penelitian

& kwitansi 6 pcs 3.000 18.000

Materai 6000 15 pcs 6.000 90.000

Pengurusan ijin

penelitian

Kesbangpolimas di Gianyar 1 50.000 50.000

Pengurusan ethical

clearence

Untuk pengurusan ijin penelitian

ke Litbang FK UNUD 1 400.000 400.000

Sub Total (Rp) 8.520.000

3. Biaya Perjalanan

Material Justifikasi/Pemakaian Kuantitas

Harga satuan

(Rp.)

Harga Peralatan

Penunjang (Rp.)

Survey pendahuluan Perjalanan survey data

pendahuluan dari

Denpasar ke Puskesmas

dan Dinkes Kab.Gianyar

4 150.000 600.000

Survey kuantitatif Perjalanan kegiatan

penelitian dari Denpasar

ke Puskesmas dan Dinkes

Kab.Gianyar

26 100.000 2.600.000

Survey dan

wawancara

mendalam

Perjalanan kegiatan

penelitian dari Denpasar

ke Puskesmas dan Dinkes

Kab.Gianyar

13 100.000 1.300.000

Sub Total (Rp) 4.500.000

4. Laporan

Material Justifikasi/Pemakaian Kuantitas

Harga satuan

(Rp.)

Harga Peralatan

Penunjang (Rp.)

Kertas A4 Untuk print laporan

penelitian 2 rim 40.000 80.000

Tinta Print Canon Untuk print laporan hasil

penelitian 1 pcs 300.000 300.000

Fotocopy dan Jilid Laporan LPPM, FK dan

IKM 8 paket 60.000 480.000

Fotocopy dan jilid Laporan untuk 13 13 paket 60.000 780.000

Page 45: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

45

puskesmas

Fotocopy dan jilid Laporan untuk Dinkes

Gianyar 2 paket 60.000 120.000

Fotocopy dan Jilid Laporan untuk

kesbangpolinmas 2 paket 60.000 120.000

Sub Total 1.880.000

5. Diseminasi

Pendaftaran

Senastek Unud

Untuk mempublikasi hasil

penelitian 1 kali 1.000.000 1.000.000

Desiminasi hasil di

Dinas Kesehatan

Mendesiminasikan hasil

kepada stakeholder 1 kali 1.000.000 1.000.000

Jurnal artikel Untuk publikasi penelitian 1 kali 500.000 500.00

Poster Ilmiah Untuk publikasi penelitian 1 pcs 100.000 100.000

Sub Total 2.600.000

Total 25.000.000

Page 46: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

46

Lampiran 2. A. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Petugas Kesehatan Puskesmas Tentang

Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Metanol di Kabupaten

Gianyar.

TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS TENTANG

MANAJEMEN PENATALAKSANAAN KORBAN KERACUNAN ARAK

METANOL DI KABUPATEN GIANYAR

KUESIONER

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

1. Berikut merupakan pernyataan yang benar tentang methanol, kecuali :

a. Senyawa kimia yang didapatkan dari distilasi destruktif kayu

b. Methanol banyak dipakai dalam cairan pembersih

c. Methanol berbau,tidak berasa,tidak berwarna

d. Metanol merupakan senyawa kimia dengan rumus kimia C2H5OH

2. Dibawah ini adalah pernyataan yang benar tentang methanol, kecuali

a. Bukan dikonsumsi sebagai minuman, karena sifatnya yang lebih beracun dan

dipakai sebagai bahan bakar seperti spiritus

b. Metanol banyak dipakai dalam cairan pembersih

c. Bisa diperoleh dari hasil fermentasi buah-buahan atau gandum dan lain-lain, dan

banyak dikonsumsi sebagai minuman berakohol seperti bir, anggur (wine),

brandy dan lain-lain.

d. Metanol tidak berbau, tidak berasa, tidak bewarna

3. Berikut merupakan perubahan yang terjadi dari arak ethanol menjadi arak methanol,

kecuali : a. Arak yang dicampur dengan bahan lain b. Arak yang terlalu lama disimpan c. Kesalahan dalam proses pembuatan arak d. Arak yang bahan dasarnya tidak jelas

4. Intoksikasi methanol sangat berbahaya bagi manusia, dan dapat masuk kedalam tubuh

manusia dengan cara :

a. Terhirup

b. Tertelan

c. Diserap kulit

d. Semua benar

5. Dibawah ini mana yang bukan merupakan gejala yang tampak pada korban

keracunan methanol?

a. Pankreastitis

b. Kesadaran menurun

Page 47: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

47

c. Pengelihatan kabur hingga buta

d. Keram perut

6. Pemeriksaan yang spesifik untuk dapat menentukan bahwa pasien mengalami

keracunan methanol adalah…

a. Pemeriksaan mata

b. Pemeriksaan nadi

c. Pemeriksaan asam format dalam darah

d. Pemeriksaan kimia darah

7. Antidot keracunan methanol yaitu femopizole dan :

a. Asam citrate c. Infus

b. Etanol d. Parapin

8. Apakah bahaya dari keracunan methanol? Kecuali :

a. Merusak retina mata sehingga pandangan kabur hingga buta permanen

b. Metanol dimetabolisme oleh hati dan menghasilkan asam format

c. Gangguan fungsi mitokondria pada saraf optic

d. Gangguan saluran pencernaan

9. Apakah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi methanol yang tepat? kecuali

a. Pemberian ethanol sesuai dosis

b. Pemberian asam folat/folinic acid

c. Memaksa untuk muntah

d. Melakukan tindakan hemodialisis

10. Penatalaksanaan awal pasien dengan suspek keracunan methanol adalah pemberian

etanol. Apakah fungsi pemberian ethanol tersebut?

a. Mengahalangi metabolisme methanol didalam darah menjadi asam format

b. Untuk proses penyembuhan pasien

c. Mengeluarkan ion asam

d. Mengurangi rasa sakit

11. Berikut merupakan prinsip pertolongan pada keracunan. Yang tidak dilakukan pada

pasien keracunan methanol yaitu?

a. Cathartic atau menguras isi lambung dengan menggunakan kateter lambung

sebelum 3 jam

b. Neutralizer atau menetralkan racun dengan pemberian antidote khusus

c. Mengencerkan bahan racun yang terkonsumsi

d. Semua jawaban salah

12. Penatalaksanaan pasien keracunan methanol yang dapat dilakukan di puskesmas

yaitu:

a. Resusitasi, pemberian etanol

b. Hemodialisis, ,membilas isi lambung

c. Terapi bikarbonat, hemodialisis

d. Resusitasi, Hemodialisis

13. Penatalaksanaan definitif untuk keracunan methanol yaitu :

a. Pemberian etanol secara oral maupun intravena

b. Hemodialisis

c. Menguras isi lambung

Page 48: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

48

d. Pemberian infus

14. Apakah tujuan dilakukannya hemodialisis pada pasien dengan keracunan methanol?

a. Untuk menggantikan fungsi ginjal yang mengalami kerusakan untuk mengganti

darah yang mengalami kerusakan akibat keracunan

b. Mengatasi gejala asidosis dengan mengeluarkan ion asam

c. Memberikan tranfusi darah pada saat hemodialisis untuk mengganti darah yang

mengalamin keracunan

d. Untuk mengeleminasi asam format

15. Hemodialisis dapat dilakukan apabila kadar methanol dalam darah melebihi…..

a. 20mg/dL

b. 40mg/dL

c. 50mg/dL

d. 70mg/dL

16. Apakah terapi suportif untuk intoksikasi methanol?

a. Menghentikan ADH

b. Proteksi jalan nafas,oksigen,cairan

c. Koreksi terhadap asidosis

d. Degradasi asam format

17. Proses metabolisme methanol menjadi asam format dilakukan dimana?

a. Lambung

b. Hati

c. Usus

d. Pankreas

18. Berikut ini adalah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi metanol, kecuali:

a. Kena mata : irigasi dengan air bersih /nacl 0,9%

b. Kulit : segera guyur dengan air

c. Pakaian terkontaminasi jangan dilepas

d. Pencernaan : pengosongan lambung

19. Berikut ini adalah hal penting yang dapat dilakukan untuk mengurangi kasus

keracunan arak metanol, yaitu:

a. Bekerja sama dengan pihak berwajib untuk merazia penjual miras

b. Memberikan penyuluhan mengenai bahaya alcohol dan methanol

c. Melarang menjual miras di daerah Gianyar

d. Membuat perda tentang pelarangan alkohol dan minuman keras lainnya

20. Selain dilakukan hemodialisis, penatalaksanaan keracunan methanol dapat dilakukan

dengan memberikan metilprednisolon atau prednisone. Adapun tujuan pemberiannya,

yaitu:

a. Mengurangi edema papil saraf optik yang terjadi pada fase akut sehingga

diharapkan mencegah terjadinya kebutaan

b. Menghambat terjadinya asidosis metabolic

c. Memperlambat metabolisme asam format

d. Menggantikan fungsi ginjal yang mengalami kerusakan akibat keracunan

methanol

Page 49: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

49

Lampiran 4

Kunci Jawaban Angket Penelitian

1. D

2. C

3. B

4. D

5. A

6. C

7. B

8. D

9. B

10. A

11. C

12. A

13. B

14. E

15. C

16. B

17. B

18. C

19. B

20. A

Page 50: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

50

B. Lembar Informasi Wawancara Tenaga Kesehatan Mengenai Bahaya Keracunan

Arak Metanol Di Seluruh Puskesmas Kabupaten Gianyar

Bapak/Ibu sebagai petugas fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas) di

Kabupaten Gianyar, saya harapkan partisipasinya dalam wawancara ini untuk mengetahui

“Tingkat Pengetahuan Petugas Kesehatan Puskesmas Tentang Manajemen

Penatalaksanaan Korban Keracunan Arak Metanol” Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Minuman beralkohol tradisional adalah minuman beralkohol yang mengandung etil

alkohol atau etanol (C2H

5OH) yang dibuat secara tradisional dan turun temurun yang

dikemas secara sederhana dan pembuatannya dilakukan sewaktu-waktu, serta dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara keagamaan. Di Bali, masyarakat menyebut minuman tradisional yang mengandung alkohol dengan istilah arak. Arak Bali sudah terkenal sejak lama sebagai minuman keras yang luar biasa. Namun dalam peredarannya di pasar, terdapat beberapa arak yang di dalamnya terdapat kandungan metanol.

Kesalahan dalam proses distilasi akan menyebabkan adanya kandungan metanol yang

dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Metanol sering disalah gunakan sebagai

bahan pembuat minuman keras. Metanol digunakan sebagai pengganti etanol karena

disamping harganya yang relatif lebih murah juga akibat ketidak pahaman akan bahaya yang

dapat ditimbulkan oleh kedua zat tersebut, sehingga banyak yang beranggapan bahwa sifat

dan fungsi metanol adalah sama dengan etanol. Banyak kasus terkait dengan keracunan arak metanol sudah terjadi dalam beberapa

tahun terakhir ini yang mengakibatkan terjadinya keracunan pada beberapa wisatawan dan

penduduk setempat, bahkan terdapat beberapa kasus hingga menyebabkan kematian. Dalam

hal ini petugas kesehatan di tingkat pertama yaitu puskesmas perlu mengetahui dan

memahami bagaimana manajemen atau tindakan penanganan pasien kasus keracunan arak

metanol. Sehubungan dengan hal diatas, maka peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan

petugas kesehatan puskesmas mengenai manajemen penatalaksaaan korban keracunan arak

metanol. Pertanyaan dalam Wawancara

Bapak/Ibu akan diberikan beberapa pertanyaan yang terdapat di pedoman wawancara.

Adapun pertanyaan tersebut terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai manajemen penatalaksanaan korban keracunan arak metanol. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara

ini adalah sekitar ±30 menit.

Privasi dan Kerahasiaan Informasi

Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam wawancara ini bersifat sukarela. Keikutsertaan

Bapak/ibu sebagai responden sangat saya harapkan, namun Bapak/Ibu berhak untuk menolak untuk ikut serta sebagai responden tanpa menimbulkan konsekuensi apapun. Identitas

Bapak/Ibu dalam memberikan informasi akan saya jaga kerahasiaannya.

Page 51: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

51

C. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Formulir Persetujuan Penelitian

(Informed Consent)

TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS

TENTANG MANAJEMEN PENATALAKSANAAN KORBAN KERACUNAN

ARAK METANOL DI KABUPATEN GIANYAR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur : tahun

Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

Alamat Puskesmas :

Setelah mendapatkan penjelasan dan informasi dari peneliti mengenai maksud dan tujuan

diadakannya penelitian ini, yaitu untuk mengetahui “Tingkat Pengetahuan Petugas

Kesehatan Puskesmas Tentang Manajemen Penatalaksanaan Korban Keracunan

Arak Metanol di Kabupaten Gianyar”, dengan ini, maka saya bersedia untuk menjadi

informan kunci / responden penelitian untuk diwawancarai. Saya akan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti menurut pengetahuan dan pengalaman

sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh dengan

kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Gianyar , …………………..2015

Responden Penelitian,

(…………………………………...)

Page 52: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

52

D. Pedoman Wawancara Petunjuk Pelaksanaan

1. Perkenalkan diri dan sampaikan salam serta ucapan terimakasih kepada informan

atas ketersediaanya meluangkan waktu untuk diwawancarai. 2. Menjelaskan tujuan wawancara, yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan

petugas kesehatan puskesmas tentang manajemen penatalaksanaan korban

keracunan arak metanol. 3. Menjelaskan bahwa informasi ini akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

“Untuk itu, saya mohon kesediaan saudara untuk diwawancarai. Identitas Saudara

dalam wawancara ini akan dijamin kerahasiaannya dan semua informasi yang

diperoleh dari wawancara ini hanya akan dipergunakan untuk penelitian”.

4. Sampaikan bahwa informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, harapan serta saran-saran yang berkaitan dengan topik penelitian.

5. Minta kepada responden untuk menandatangani informed consent. 6. Catat seluruh pembicaraan yang ada dan untuk membantu proses pencatatan

gunakan tape recorder untuk merekam seluruh isi pembicaraan. 7. Apabila informan memiliki waktu yang terbatas, mintalah waktu lain untuk

melanjutkan wawancara sesuai dengan ketersediaan informan

Identitas Responden Data umum yang perlu dicatat setiap kali melakukan wawancara adalah : Nomor urut responden :

Nama responden :

Jenis Kelamin :

Tempat wawancara :

Tanggal wawancara :

Topik Keracunan arak metanol

Pertanyaan Wawancara Pertanyaan

1. Apakah diwilayah kerja anda

banyak masyarakat yang

mengkonsumsi arak? 2. Apakah pernah terjadi

keracunan arak metanol

diwilayah kerja anda? 3. Apakah puskesmas ini pernah

menangani pasien yang

mengalami keracunan arak

metanol ?

Probing

Manajemen pelaksanaan 1. Langkah awal apa yang perlu

korbankeracunanarak dilakukan oleh petugas

metanol kesehatan setempat, apabila

terdapat pasien/korban

Page 53: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

53

keracunan arak metanol?

2. Apakah para staf&petugas

kesehatan diwilayah kerja

anda mampu menangani

pasien tersebut? 3. Apakah terdapat kendala yang

anda hadapi ketika menangani

pasien yang mengalami

keracunan arak? 4. Menurut anda apakah terdapat

obat/antidote untuk pasien

yang mengalami keracunan

metanol? 5. Menurut beberapa para ahli,

etanol (minuman beralkohol)

merupakan salah satu antidote,

menurut pendapat anda

apakah perlu menyediakan

etanol di setiap puskesmas?

6. Mengingat etanol merupakan

minuman

beralkohol/minuman keras,

menurut saudara upaya

apakah yang perlu dilakukan

agar etanol dapat disediakan

di puskesmas?

Page 54: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

54

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti

1. Ketua Peneliti a. Nama : Rina Listyowati,SSiT,MKes b. NIP/NIDN : 197105292008122001/0029057104 c. Golongan Pangkat : IIIb d. Jabatan fungsional : Asisten ahli e. Jabatan Struktural : Sekretaris Bagian AKK f. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Ilmu Kesehatan Masyarakat g. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana h. Bidang Keahlian : Kesehatan masyarakat i. Waktu untuk penelitian : 12 Jam/minggu 2. Anggota Peneliti 1

a. Nama : dr. Ni Made Sri Nopiyani,MPH b. NIP/NIDN : 198311042008012005/0004118301 c. Golongan Pangkat : IIIb d. Jabatan fungsional : Asisten ahli e. Jabatan Struktural : - f. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Ilmu Kesehatan Masyarakat g. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana h. Bidang Keahlian : Kesehatan masyarakat i. Waktu untuk penelitian : 7 Jam/minggu

Page 55: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

55

Lampiran 4. Riwayat Hidup Peneliti

1. Ketua Peneliti

Rina Listyowati.

Perum Nikki Mutiara Estate E10, Jl. A. Yani Utara , Denpasar, Bali Indonesia

Mobile: +628122935921

Curriculum Vitae

Personal Details :

Name : Rina Listyowati, S.SiT, M.Kes.

Place & Date of birth : Kendal, 29 May 1971

Address : Perum Nikki Mutiara Estate E10 – Jln. A. Yani Utara - Denpasar.

Bali - Indonesia

Mobile : +62 8122935921

Email : [email protected]

Educational Backround :

2006 – 2008, Master of Public Health in Concetration of Mother & Child Health

Management, Faculty of Public Health, Diponegoro University, Semarang, Central Java,

Indonesia.

2004 – 2005, Bachelor of Applied Science in Midwife Educater, School of Health Science,

Semarang, Central Java, Indonesia.

2001 – 2004, Diploma 3th of Midwifery, Panti Wilasa Midwifery Academy, Semarang,

Central Java, Indonesia.

1993 – 1994, Diploma 1th of Midwifery Program, Semarang , Central Java, Indonesia.

Short Courses and Workshops

Pelatihan Buku Ajar Bagi Dosen Universitas Udayana th 2009, Penyelengara UPT Penerbit

Universitas Udayana, tempat di Universitas Udayana Denpasar. Tanggal 6-7 Oktober 2009.

English Language course “English for Academic Purposes at BELT level” at IALF (Indonesia

Australia Language Foundation), Conducted by IALF Education for Development ALA -Bali.

Denpasar-Bali, Period attended: 30 November 2009 to 15 February 2010.

Workshop 4 “Tapping the Research Potential”. Conducted by Australia Awards Alumni

Professional Development. Australia Indonesia Partnership. Bali 22 April 2010.

Distance Learning Course of Partograph, Conducted by Department of Making Pregnancy

Safer(WHO) and Udayana University and Kitasato University for Nursing Career

Page 56: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

56

Development and Research, and Tokyo Development Learning Center. Period attended :

19 April dan 28 April 2010

International Short Course Healthy Aging, “Strengthening Public Health leadership to

Address Healthy Ageing”. Conducted by Burnet Melbourne Australia, Melbourne -

Australia. 12 - 28 July 2010.

In Field Research Trainee Program (FRTP) Workshop on Introduction to Advanced

Statistical Techniques and Research Methods. Di Udayana University Bali and National

Center In HIV Epidemiology and Clinical Research (NCHECR) UNSW , 17-18 January 2011.

Lokakarya Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kementrian Pendidikan

Nasional Universitas Udayana & PS IKM Fakultas kedokteran. Tgl 21 & 28 Januari 2010.

Pelatihan penelitian “Norma, praktik dan Nilai di Kalangan LSl Medan, Surabaya, Bali” di

Surabaya tgl 5 – 7 Juni 2012. (pelatihan nasional)

Pelatihan penelitian “Norma, Praktik dan Nilai di Kalangan LSl Medan, Surabaya, Bali” di

Sanur Bali, tgl – Juni 2012. (pelatihan internasional).

Pertemuan ilmian/ lokakarya internasional “data Analysis Workshop, tahun 2012 di Sanur

Bali

Acara kuliah umum “Penanganan Kependudukandan Keluarga Berencana Dalam Upaya

Pencapaian Target MDG’s 2015”. Di selenggarakan di Bali oleh FE Universitas Udayana dan

BKKBN Bali & Forum Kependudukan dan Keluarga Berkualitas Provinsi Bali. 26 April 2010.

(peserta)

Sosialisasi HKI “ Melalui Peningkatan Kegiatan HKI Kita Tingkatkan Kualitas Intelektual

UNUD Untuk Menuju World Class University”. Di selenggarakan oleh HKI Universitas

Udayana di FK Unud, 5 Mei 2010. (peserta)

Seminar Nasional “Seminar Nasional Urbanisasi dan Kesehatan”, diselenggarakan oleh

PSIKM Fk UNUD dan IAKMI Bali, tgl 2 Oktober 2010 di Denpasar Bali. (panitia)

Seminar Nasional HKN ke 47 Kab.Karangasem “Kebijakan & Strategi Pemkab Karangasem

Dalam Upaya Pencapaian MDG’s Bidang Kesehatan. Diselenggarakan oleh Dinkes

Kab.Karangasem, tgl 11 November 2011. (Nara sumber)

Seminar Nasional “Sosialisasi Angka Kredit FK UNUD” diselenggarakan oleh FK UNUD di

Denpasar, 6 November 2012. (peserta)

Seminar Internasional “ Evidence-based Programmes for Reproductive Healh and HIV

Interventions” . diselenggarakan oleh PSIKM FK Unud dg IAKMI Bali, support by Kirby

Page 57: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

57

institute – Australia Indonesia Partnership - Sanofi Pasteur. Bali, tgl 25 Juni 2011.

(panitia)

“Good Clinical Practice (GCP) Workshop” Diselenggarakan oleh PSIKM FK UNUD dengan

Badan POM RI, support by Kirby Institute UNSW Australia. Bali, 16 – 17 July 2012.

Prequel Webinar Konferensi HPEQ “Identify Local Wisdom To Strengthen A Public Health

/ Education Institution. Diselenggarakan tgl 30 Oktober 2012 oleh Direktorat

Pembelajaran dan Kemahasiswaan DIKTI, sebagai peserta.

International Seminar and Symposium “Social Determinant of Health – The MDG’s and

Beyond”, tanggal 29 – 30 Agustus 2013. Diselenggarakan oleh PS.IKM FK Unud, support by

IKK/IKP FK Unud, MIKM Unud dan IAKMI Bali. sebagai panitia.

Seminar Nasional dan Simposium “Penyakit Tidak Menular” diselenggarakan tanggal 11 –

12 September 2014 oleh PSKM FK Universitas Udayana, sebagai panitia.

Seminar Nasional dan Simposium “Kesehatan Pariwisata “ Tantangan di Era Masyarakat

Ekonomi ASEAN” diselenggarakan tanggal 11 – 12 September 2015 oleh PSKM FK

Universitas Udayana, sebagai panitia.

General English course of TOEFL , Conducted by Negeri Semarang University, Semarang,

Period attended: 06/12/2012 (Test date)

Working Experiences :

Dec 2008 – present, Lecturer of Health Policy & Administration Department, School of

Public Health, Udayana University.

2003 – 2008, Lecturer of Midwifery at Abdi Husada Midwifery Academy.

1997 – 2002, Midwife at Kedung Mundu General Hospital, Semarang, Central Java.

1994 – 1997, Midwife at Public Health Central Boyolali, Central Java.

1990 – 1993, Nurse at Telogorejo Hospital, Semarang, Central Java.

Membership and Affiliation :

2012 – present, Member of Udayana Community Development Program, Udayana

University – Bali.

2009 – present, Member of Public Health Assosiation (IAKMI), Bali

2009 – present, Member of Indonesian Midwifery Assosiation ( IBI), Bali.

Page 58: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

58

Past Research :

Evaluasi Proses Pelaksanaan Badan Layanan Umum (BLU) Puskesmas di Kabupaten

Gianyar Tahun 2013. Dana : PS.IKM FK Unud. Sebagai Ketua.

Pengembangan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar Kebijakan Puskesmas 24 Jam yang

Berstatus BLU (Studi Kasus di Kab.Gianyar) Tahun 2013. Dana : BOPTN(Hibah Bersaing),

sebagai anggota.

Pratik Perawatan Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas Pada Ibu-ibu di Wilayah Kelompok

Cangkeng Dusun Muntigunung Kab.Karangasem Bali Tahun 2012. Dana : PS.IKM FK UNUD,

sebagai anggota.

Peran serta Bidan Praktek Swasta dalama Program Jaminan Persalinan di Denpasar tahun

2012. Dana : DIPA, sebagai anggota. (Participation of Private Practice Midwives (CPM) in

the Labor Insurance Program (JAMPERSAL) in Denpasar In 2012, funded DIPA)

Survei Analisis Situasi Angka Kematian Anak di Desa Muntigunung Karangasem Tahun

2009. Dana : PS.IKM FK UNUD, sebagai anggota. (Field worker (interviewer), Situation

Analyze Survey of Child Mortality Rate in Munti Gunung Regency, Held by: School of Public

Health, Udayana University, 2009)

Survei Analisis HIV/AIDS di Bali Tahun 2009. Dana : PS.IKM FK UNUD, sebagai anggota.

(Field worker (interviewer), Survey of HIV / AIDS in Bali, Held by: School of Public Health,

Udayana University, 2009).

Researcher of thesis Analysis of The Factors Related To Midwife’s Work Performance In

Handling Neonatal Asphyxia Cases in Distric of Demak, Central Java, 2008.

Researcher of minor thesis Coralation Between Type Of IUD and Portio Erotion Women’s

in Public Health Central Sumowono District, Ambarawa Regency, Central Java, 2005.

Community Services :

Pendidikan Kesehatan Masyarakat tentang Upaya Pencegahan Flu Burung” lokasi :

Br.Kemulan, Desa Jagapati – Badung. Sebagai anggota, Dana : DIPA/PNBP, 30 Agustus

2009

Pelatihan dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat tentang Upaya Pencegahan Flu Burung di

Desa Taro TegallalangGianyar. Sebagai anggota, dana : DIPA PNBP. 18 September 2010.

(Health Education for Flu Bird prevention in Taro Village, Tegallalang Gianyar, 18

September 2010)

Pembinaan Pedagang Tahu di Pasar Badung Mengenai Bahaya Penyalahgunaan Formalin

Page 59: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

59

Pada Pengolahan Makanan di Kumbasari Denpasar. Sebagai anggota, dana : DIPA / PNBP.

18 – 19 Oktober 2010. (Health Education of Tofu Sellers about Formalin Abused In Food

Processing at Badung Market - Kumbasari Denpasar - Bali. 18-19, 2010).

Pemberdayaan Anak SD Dalam Upaya Peningkatan Konsumsi Garam Beryodium di Desa

Apuan, Kec.Susut Kab.Bangli. Sebagaia anggota, dana : DIPA/PNBP. 21 Oktober 2010.

(Empowering Primary School Students on Increasing consumption of Iodium salt in Apuan

Village, Susut District and Bangli Region, 2010).

Pelatihan Bidan Tentang PMTCT Tahun 2012 di Ruang Pertemuan Dinas Kesehatan

Kabupaten Klungkung. Sebagai anggota, dana : DIPA/PNBP. 11 Agustus 2011.

Pembinaan Ibu Balita Melalui Peningkatan Pengetahuan Sikap dan Tindakan Ibu Tentang

Gizi Seimbang Bagi Balita di Serangan Densel. Sebagai anggota, dana : DIPA/PNBP.12

Agustus 2011.

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Tentangi Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara di

Desa Kuwuh, Kec.Mengwi Kabupaten Badung. Sebagai anggota, dana : DIPA/PNBP.tgl 20

Maret 2012.

Pengenalan Nugget Tempe Dalam Upaya Penganekaragaman Makanan Bergizi dan Aman

Bagi Anak Sekolah di Desa Baturiti Kab.Tabanan,. Sebagai anggota, dana Dipa/PNBP. 27

Juli 2013

Peningkatan Pengetahuan Pasangan Usia Subur di Desa Muntigunung Kab.Karangasem

Mengenai Program Jaminan Persalinan, dana : PS.IKM FK Unud, sebagai anggota. 3

Agustus 2013

Publication :

Jurnal article : Pande Putu Januraga, Chriswardani Suryawati, Rina Listyowati, Made Sri

Nopiyani " Per Capita Analysis Cost for Cost Control Efforts Advocacy Health Insurance

Program , Jembrana ", Publisher Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol 13, No 01,

Maret 2010, ISSN: 1410-6515. (bahasa : Analisis Biaya Per Kapita Sebagai Upaya Advokasi

Pengendalian Biaya Program Jaminan Kesehatan Jembrana)

Jurnal article : IL Putu Suariyani, IK Tangking Widarsa, NP Widarini, NK Sutiari, Rina

Listyowati "Socioeconomic Infant Mortality Factors in Muntigunung Kab.Karangasem,

Prov.Bali ". Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol 1, No 03, November 2010, Publisher

FKM Unsri (bahasa : Faktor Sosial Ekonomi Kematian Bayi di Desa Muntigunung

Kabupaten Karangasem Provinsi Bali)

Abstract book : Indrayathi,P.A., Nopiyani,N.M.S., Listyowati,R. “Informal Workers and Its

Role In Jaminan Kesehtan Nasional In Denpasar City : Feasible Model For Collecting

Page 60: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

60

Revenue To The Achievement Of Universl health Coverage”, Publisher Abstract book Ina

HEA. 2ND Indonesian Health Economics Association Congress 2015. Health Financing and

Economics of Nutrition.

Denpasar, Januari 2015

Rina Listyowati,S.SiT,M.Kes

Page 61: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

61

2. Anggota Peneliti

Curriculum Vitae

Name: Ni Made Sri Nopiyani

Citizenship: Indonesia

Place and date of birth: Denpasar, 4th

November 1983 Mailing Address: Jln. Gunung Bromo XIV/6, Denpasar Barat (Postal Code: 80119), Bali, Indonesia

Home: +62 361 480767) Mobile: +6281236327788 Email: [email protected]

Education

Master of public health (2010-2012) The

University of Melbourne, Australia

Master by coursework with minor thesis (major in Health Program Evaluation).

Related courses:

Health Policy

Health Economic & Program Evaluation System for Global Health

Medical Doctor (2001-2007) Faculty of Medicine, Udayana University, Bali, Indonesia Working experiences Health Program Evaluator (January 2012-current)

External consultant for a summative/end of project evaluation of Making Pregnancy Safer Program in Bener Meriah District, Aceh Province (March-April 2013) Commissioner: Medecins du Monde/Dokters Van Der Wereld (Netherland) Evaluation team: Luh Putu Lila Wulandari, Ni Made Sri

Nopiyani Responsibilities:

Planning the evaluation: choosing the evaluation design and data collection

methods (Focus group discussions – with participatory learning & action excercise,

In-depth interviews, collation of secondary data); developing instruments (FGD

guides, interview guides); collecting and analysing the data; writting the report;

disemination of evaluation findings.

Page 62: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

62

External consultant for a process-outcome evaluation of Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (The group of students who care for AIDS and Drugs) Program in Bali (October – December 2012)Commissioner: Bali Provincial AIDS Committee-HCPIEvaluation team: Luh Putu Lila Wulandari, Ni Made Sri Nopiyani, Dinar Lubis Responsibilities: Planning the evaluation: developing logical framework of the program; choosing

the evaluation design and data collection methods (Questionaire Survey, Focus

group discussions, In-depth interviews, collation of secondary data); developing

instruments (questionaire, FGD guides, interview guides); collecting and analysing

the data; writting the report; disemination of evaluation findings.

External evaluator for a process evaluation of Kader Desa Peduli AIDS (Village AIDS Cadres) Program in Denpasar, Bali (January – July 2012)Commissioner: Denpasar District AIDS Committee Evaluator: Ni Made Sri Nopiyani Responsibilities: Planning the evaluation: developing logical framework of the program; choosing

the evaluation design (descriptive) and data collection methods (in-depth

interviews, collation of secondary data); developing instruments (interview guides);

collecting and analysing the data; writting the report; disemination of

evaluation findings. Lecturer (Jan 2008-current) School of Public Health, Faculty of Medicine, Udayana University

Responsibilities include:

Teaching for health policy, health program evaluation, primary health care, and health system courses.

Supervising students in conducting research projects in the areas of health program evaluation and primary health care.

Supervising students’ field works in community health centers.Research assistant (working with Burnet Indonesia): May 2008 – January 2009 Improved Sexual, Reproductive, Maternal and Newborn Health by Promoting the Involvement of

Men in Antenatal and Postnatal Visits (phase 1) - funded by Ford Foundation

Responsibilities: Coordinating the preparation, data collection, and data analysis

Page 63: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

63

Research projects The Analysis of Human Resources Sub-system Regarding The Implementation of Test and Treat on

Female Sex Workers in Bali Using Workload Indicators of Staffing Need and Qualitative Study (July

2013-now)- National AIDS Committee/HIV Cooperation Program for Indonesia

Ni Made Sri Nopiyani, L.P.L Wulandari, I Ketut Suarjana Acceptability, Utilization and Adoption of HIV Prevention Program Through Village AIDS Cadres

from The Perspective of Community (July 2013-now)-Udayana University

Ni Made Sri Nopiyani, Putu Ayu Indrayathi, D.P. Yuli Kurniati Feasibility Study of Couple HIV Counselling and Testing among High Risk Population in Bali

(March 2013-now)-Kirby Institute,UNSW/School of Public Health Udayana University

P.A. Swandewi Astuti, Ni Made Sri Nopiyani, Dinar S.M. Lubis, L.P.L. Wulandari,

A.A.S. Sawitri, Partha muliawan

A summative/end of project evaluation of Making Pregnancy Safer Program in Bener

Meriah District, Aceh Province (March-April 2013)-Medecins du Monde/Dokters Van Der

Wereld (Netherland)

L.P.L. Wulandari, Ni Made Sri Nopiyani A process-outcome evaluation for Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (The group of

students who care for AIDS and Drugs) Program in Bali (October – December 2012)-Bali Provincial

AIDS Committee-HIV Cooperation Program for Indonesia

L.P.L. Wulandari, Ni Made Sri Nopiyani, Dinar S.M. Lubis A process evaluation of Kader Desa Peduli AIDS (Village AIDS Cadres) program in Denpasar,

Bali, Indonesia (Jan-Jun 2012)

Ni Made Sri Nopiyani Development of Comprehensive Primary Health Care-based Services for FSW in Bali : sounding out

the possibility of community social order in preventing HIV/AIDS (2008-2009)- National AIDS

Committee/HIV Cooperation Program for Indonesia

Pande Putu Januraga, L.P.L Wulandari, Ni Made Sri Nopiyani Improved Sexual, Reproductive, Maternal and Newborn Health by Promoting the Involvement of

Men in Antenatal and Postnatal Visits (phase 1) (May 2008 – January 2009)

Research assistant, worked with Burnet Indonesia, funded by Ford Foundation Profile of New Family Planning Acceptors at Community Health Centre (Puskesmas) Ubud I and

Private Midwifes in Ubud Village, Year 2006 (2006)

Page 64: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

64

Ni Made Sri Nopiyani Publications & Conference Presentations

International seminaron Social Determinants of Health: The MDGs and Beyond. Bali, 29-30

August 2013. Ni Made Sri Nopiyani. The implementation of kader Desa Peduli AIDS Program

in Bali: Waht Lessons Can be Learned? (Oral presentation)

International Congress on AIDS in Asia and the Pacific 10th, 26-30 August 2011, BEXCO, Busan, Korea. Januraga, PP., Wulandari, LPL., Nopiyani, MS. Setiawan, M. The Feasibility of Involving Puskesmas in

Providing Sustainable HIV Interventions in Bali . (Poster presentation). 16th International Union Against Sexually Transmitted Infections (IUSTI) Asia Pacific Conference. Bali, May 4-6 2010. Januraga, PP., Wulandari, LPL., Nopiyani, MS. Barriers of seeking for health services for STDs and

HIV/AIDS in Kurniati Puskesmas experienced by female sex workers, between needs and

demands. (Poster presentation) Improved knowledge, attitude, behaviour towards smoking in High School Student in Penatih Village.

Ekawati, Kurniati, Nopiyani, Purnama, Subrata, Dewa Alit. Published on Journal ‘Udayana Mengabdi’ Udayana University, vol. 8, no.1, 2009. ISSN 1412 0925 Cost per capita analysis to control the cost of Jembrana health insurance. Pande Putu Januraga,

Chriswardani Suryawati, Rina Listyowati, Made Sri Nopiyani Published on Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan No. 01 Maret. 2010

Expectant fathers: Men should be more involved in maternal and newborn health care Inside Indonesia. Weekly articles (99): Jan-Mar 2010 Wendy Holmes, Brad Otto, Marcia Soumokil, Sri Nopiyani Made and Sang Gede Purnama Awards and achievements Australian Development Scholarship (2010) Australian Leadership Award (ALA) Fellowships: Round 3 – 2008 (2008)

The Best Student of Faculty of Medicine Udayana University (2007)

Denpasar, 20 Februari 2014

dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH

Page 65: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

65

Lampiran 5. SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

1. Nama Lengkap :Rina Listyowati,SSiT,M.Kes

NIP :197129052008122001

Fakultas/P.S :FK/IKM

Status dalam penelitian/Pengabdian :Ketua

2. Nama Lengkap :dr.Ni made Sri Nopiyani,MPH

NIP :198304112008012005

Fakultas/P.S :FK/IKM

Status dalam penelitian/Pengabdian :Anggota Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun proposal pengabdian yang

berjudul “ TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN PUSKEMAS TENTANG MANAJEMEN PENATALAKSAAN KORBAN KERACUNAN ARAK

METANOL DI KABUPATEN GIANYAR. ” dengan jumlah usulan dana sebesar Rp.

25.000.000. Apabila proposal ini disetujui maka kami secara bersama-sama akan

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penelitian nin sampai tuntas sesuai dengan

persyaratan yang dituangkan dalam surat kontrak perjanjian. Demikian Surat Pernyataan ini

kami buat dan ditandatangani bersama sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bukit Jimbaran,

(Rina Listyowati,SSiT,.MKes) (dr.Ni Made Sri Nopiyani,MPH

Page 66: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

66

Lampiran 5

No. Pertanyaan Salah Benar

f % f %

Pengetahuan Tentang Keracunan Methanol

1. Berikut merupakan pernyataan yang benar tentang methanol, kecuali? 21 19,81 85 80,19

2. Intoksikasi methanol sangat berbahaya bagi manusia, dan dapat masuk kedalam tubuh manusia

dengan cara?

12 11,32 94 88,68

3. Apakah bahaya dari keracunan Methanol?kecuali 43 40,57 63 59,43

4. Proses metabolisme methanol menjadi asam format dilakukan dimana? 8 7,55 98 92,45

5. Berikut ini adalah hal penting yang penting dapat dilakukan untuk mengurangi kasus

keracunan arak metanol, yaitu?

6. Dibawah ini adalah pernyataan yang benar tentang methanol kecuali? 42 39,62 64 60,38

7. Berikut merupakan perubahan yang terjadi dari arak ethanol menjadi methanol kecuali? 49 46,23 57 53,77

Gejala Keracunan Methanol

1. Yang mana yang bukan merupakan gejala yang tampak pada korban keracunan methanol? 23 21,70 83 78,30

Cara Penanganan Keracunan Methanol

1. Pemeriksaan spesifik untuk dapat menentukan bahwa pasien mengalami keacunan methanol

adalah?

18 16,98 88 83,02

2. Antidot keracunan methanol yaitu femopizole dan? 7 6,60 99 93,40

3. Apakah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi methanol yang tepat?kecuali 97 91,51 9 8,49

4. Penatalaksanaan awal psdien dengan suspek keracunan methanol adalah pemberian

ethanol,apakah fungsi pemberian ethanol tersebut?

1 0,94 105 99,06

5. Berikut merupakan prinsip pertolongan pada keracunan. Yang tidak dilakukan pada pasien

keracunan methanol yaitu?

68 64,15 38 35,85

6. Penatalaksanaan pasien keracunan methanol yang dapat dilakukan di puskesmas yaitu? 5 4,72 101 95,28

7. Penatalaksanaan definitif untuk keracunan methanol yaitu? 38 35,85 68 64,15

8. Apakah tujuan dilakukan hemodialisis pada pasien keracunan methanol? 52 49,06 54 50,94

9. Hemodialisis dapat dilakukan apabila kadar methanol dalam darah melebihi? 47 44,34 59 55,66

10. Apakah terapi suportif untuk intoksikasi methanol? 43 40,57 63 59,43

Page 67: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

67

No. Pertanyaan Salah Benar

F % f %

Cara Penanganan Keracunan Methanol

11. Berikut ini adalah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi methanol, kecuali? 11 10,38 95 89,62

12. Selain dilakukan hemodialisis, penatalaksanaan keracunan methanol dapat dilakukan dengan

memberikan metilprednisone. Adapun tujuan pemberiannya yaitu?

14 13,21 92 86,79

Page 68: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

68

Lampiran 6

No.

Pertanyaan

Kategori Umur

21-30 31-40 41-50 51-60

S % B % S % B % S % B % S % B %

Pengetahuan Tentang

Keracunan Methanol

1. Berikut merupakan

pernyataan yang benar

tentang methanol,

kecuali?

7 22,58 24 77,42 7 18,89 40 85,11 5 25,00 15 75,00 2 25,00 6 75,00

2. Intoksikasi methanol

sangat berbahaya bagi

manusia, dan dapat

masuk kedalam tubuh

manusia dengan cara ?

5 16,13 26 83,87 4 8,51 43 91,49 0 0 20 100 3 37,50 5 62,50

3. Apakah bahaya dari

keracunan

methanol?kecuali

13 41,94 18 58,06 17 36,17 30 63,83 10 50,00 10 50,00 3 37,50 5 62,50

4. Proses methabolisme

methanol menjadi asam

format dilakukan

dimana?

5 16,13 26 83,87 1 2,13 46 97,87 2 10,00 18 90,00 0 0 8 100

5. Berikut ini adalah hal

penting yang dapat

dilakukan untuk

mengurangi kasus

keracunan

methanol,yaitu?

7 22,58 24 77,42 8 17,02 39

82,98 6 30,00 14 70,00 2 25,00 6 75,00

Page 69: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

69

No.

Pertanyaan

Kategori Umur

21-30 31-40 41-50 51-60

S % B % S % B % S % B % S % B %

Pengetahuan Tentang

Keracunan Methanol

6. Dibawah ini adalah

pernyataan yang benar

tentang methanol

kecuali?

14 45,16 17 54,84 17 36,17 30 63,83 10 50,00 20 50,00 1 12,50 7 87,50

7. Berikut merupakan

perubahan yang terjadi

dari arak ethanol menjadi

methanol kecuali?

11 35,48 20 64,52 22 46,81 25 53,19 12 60,00 8 40,00 4 50,00 4 50,00

Gejala Keracunan

Methanol

1. Yang mana yang bukan

merupakan gejala yang

tampak pada korban

keracunan methanol?

6 19,35 25 80,65 4 8,51 43 91,49 2 10,00 18 90,00 1 12,50 7 87,50

Cara Penanganan

Keracunan Methanol

1. Pemeriksaan spesifik

untuk dapat menentukan

bahwa pasien mengalami

keacunan methanol

adalah?

10 32,26 21 67,74 4 8,51 43 91,49 2 10,00 18 90,00 2 25,00 6 75,00

2. Antidot keracunan

methanol yaitu

femopizole dan?

3 9,68 28 90,32 1 2,13 46 97,87 2 10 18 90,00 1 12,50 7 87,50

Page 70: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

70

No.

Pertanyaan

Kategori Umur

21-30 31-40 41-50 51-60

S % B % S % B % S % B % S % B %

CaraPenanganan

Keracunan Methanol

3. Apakah penatalaksanaan

pasien dengan intoksikasi

methanol yang tepat?

Kecuali

30 96,77 1 3,23 44 93,62 3 6,38 15 75,00 5 25,00 8 100 0 0

4. Penatalaksanaan awal

pasien dengan suspek

keracunan methanol

adalah pemberian etanol.

Apakah fungsi pemberian

ethanol tersebut?

1 3,23 30 96,77 0 0 47 100 0 0 20 100 0 0 8 100

5. Berikut merupakan

prinsip pertolongan pada

keracunan. Yang tidak

dilakukan pada pasien

keracunan methanol

yaitu?

17 54,84 14 45,16 29 61,70 18 38,30 14 70,00 6 30,00 8 100 0 0

6. Penatalaksanaan definitif

untuk keracunan

methanol yaitu?

3 9,68 28 90,32 1 2,13 46 97,87 1 5,00 19 95,00 0 0 8 100

7. Penatalaksanaan definitif

untuk keracunan

methanol yaitu?

15 48,39 16 51,61 13 27,66 34

72,34 7 35,00 13 65,00 3 37,50 5 62,50

Page 71: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

71

No.

Pertanyaan

Kategori Umur

21-30 31-40 41-50 51-60

S % B % S % B % S % B % S % B %

CaraPenanganan

Keracunan Methanol

8 Apakah tujuan

dilakukaknya

hemodialisis pada pasien

dengan keracunan

methanol?

13 41,94 18 58,06 22 46,81 25 53,19 9 45,00 11 55,00 8 100 0 0

9 Hemodilalisis dapat

dilakukan apabila kadar

methanol dalam darah

melebihi?

15 48,39 16 51,61 22 46,81 25 53,19 7 35,00 13 65,00 3 37,50 5 62,50

10 Apakah terapi suportif

untuk intoksikasi

methanol?

15 48,39 16 51,61 21 44,68 26 55,32 7 35,00 13 65,00 0 0 8 100

11 Berikut ini adalah

penatalaksanaan pasien

dengan intoksikasi

metanol, kecuali:

1 3,23 30 96,77 7 14,89 40 85,11 3 15,00 17 85,00 0 0 8 100

12 Selain dilakukan

hemodialisis,

penatalaksanaan

keracunan methanol

dapat dilakukan dengan

memberikan

metilprednisolon dan

prednisone. Adapun

tujuan pemberiannya,

yaitu?

5 16,13 26 83,87 5 10,64 42

89,36 4 20,00 16 80,00 0 0 8 100

Page 72: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

72

Lampiran 7

No.

Pertanyaan

JenisKelamin

Perempuan Laki-Laki

S (%) B (%) S % B %

Pengetahuan tentang keracunan methanol

1. Berikut merupakan pernyataan yang benar tentang methanol, kecuali? 11 14,86 63 85,14 10 31,25 22 68,75

2. Intoksikasi methanol sangat berbahaya bagi manusia, dan dapat masuk

kedalam tubuh manusia dengan cara

5 6,76 69 93,24 7 21,88 25 78,13

3. Apakah bahaya dari keracunan methanol?kecuali 30 40,54 44 59,46 13 40,63 19 59,38

4. Proses metabolisme methanol menjadi asam format dilakukan dimana? 6 8,11 68 91,89 2 6,25 30 93,75

5. Berikut ini adalah hal penting yang penting dapat dilakukan untuk

mengurangi kasus keracunan arak metanol, yaitu:

16 21,62 58 78,38 7 21,88 25 78,13

6. Dibawah ini adalah pernyataan yang benar tentang methanol kecuali? 30 40,54 44 59,46 12 37,50 20 62,50

7. Berikut merupakan perubahan yang terjadi dari arak ethanol menjadi

methanol kecuali?

37 50,00 37 50,00 12 37,50 20 62,50

Gejala Keracunan Methanol

1. Yang mana yang bukan merupakan gejala yang tampak pada korban

keracunan methanol?

5 6,76 69 93,24 8 25,00 24 75,00

Cara Penanganan Keracunan

1. Pemeriksaan yang spesifik untuk dapat menentukan bahwa pasien

mengalami keracunan methanol adalah?

8 10,81 66 89,19 10 31,25 22 68,75

2. Antidot keracunan methanol yaitu femopizole dan? 5 6,76 69 93,24 2 6,25 30 93,75

3. Apakah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi methanol yang tepat?

Kecuali

67 90,54 7 9,46 30 93,75 2 6,25

4. Penatalaksanaan awal pasien dengan suspek keracunan methanol adalah

pemberian etanol. Apakah fungsi pemberian ethanol tersebut?

1 1,35 73 98,65 0 0 32 100

5. Berikut merupakan prinsip pertolongan pada keracunan. Yang tidak

dilakukan pada pasien keracunan methanol yaitu?

50 67,57 24 32,43 18 56,25 14 43,75

6. Penatalaksanaan pasien keracunan methanol yang dapat dilakukan di

puskesmas yaitu?

3 4,05 71 95,95 2 6,25 30 93,75

Page 73: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

73

No.

Pertanyaan

Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

S (%) B (%) S % B %

Cara Penanganan Keracunan

7. Penatalaksanaan definitif untuk keracunan methanol yaitu? 25 33,78 49 66,22 13 40,63 19 59,38

8. Apakah tujuan dilakukaknya hemodialisis pada pasien dengan keracunan

methanol?

36 48,65 38 51,35 16 50,00 16 50,00

9. Hemodilalisis dapat dilakukan apabila kadar methanol dalam darah

melebihi?

31 41,89 43 58,11 16 50,00 16 50,00

10. Apakah terapi suportif untuk intoksikasi methanol? 27 36,49 47 63,51 16 50,00 16 50,00

11. Berikut ini adalah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi metanol,

kecuali:

6 8,11 68 91,89 5 15,63 27 84,38

12. Selain dilakukan hemodialisis, penatalaksanaan keracunan methanol

dapat dilakukan dengan memberikan metilprednisolon dan prednisone.

Adapun tujuan pemberiannya, yaitu?

10 13,51 64 86,49 4 12,50 28 87,50

Page 74: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

74

Lampiran 8

No.

Pertanyaan

Pendidikan

D-III S-1

S (%) B (%) S % B %

Pengetahuan tentang keracunan methanol

1. Berikut merupakan pernyataan yang benar tentang methanol, kecuali? 9 16,67 45 83,33 12 23,08 40 76,92

2. Intoksikasi methanol sangat berbahaya bagi manusia, dan dapat masuk

kedalam tubuh manusia dengan cara

7 12,96 47 87,04 5 9,62 47 90,38

3. Apakah bahaya dari keracunan methanol?kecuali 21 38,89 33 61,11 22 42,31 30 57,69

4. Proses metabolisme methanol menjadi asam format dilakukan dimana? 5 9,26 49 90,74 3 5,77 49 94,23

5. Berikut ini adalah hal penting yang penting dapat dilakukan untuk

mengurangi kasus keracunan arak metanol, yaitu:

8 14,81 46 85,19 15 28,85 37 71,15

6. Dibawah ini adalah pernyataan yang benar tentang methanol kecuali? 19 35,19 35 64,81 23 44,23 29 55,77

7. Berikut merupakan perubahan yang terjadi dari arak ethanol menjadi

methanol kecuali?

24 44,44 30 55,56 25 48,08 27 51,92

Gejala Keracunan Methanol

1. Yang mana yang bukan merupakan gejala yang tampak pada korban

keracunan methanol?

9 16,67 45 83,33 4 7,69 48 92,31

Cara Penanganan Keracunan

1. Pemeriksaan yang spesifik untuk dapat menentukan bahwa pasien

mengalami keracunan methanol adalah?

7 12,96 47 87,04 11 21,15 41 78,85

2. Antidot keracunan methanol yaitu femopizole dan? 5 9,26 49 90,74 2 3,85 50 96,15

3. Apakah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi methanol yang tepat?

Kecuali

51 94,44 3 5,56 46 88,46 6 11,54

4. Penatalaksanaan awal pasien dengan suspek keracunan methanol adalah

pemberian etanol. Apakah fungsi pemberian ethanol tersebut?

1 1,85 53 98,15 0 0 52 100

5. Berikut merupakan prinsip pertolongan pada keracunan. Yang tidak

dilakukan pada pasien keracunan methanol yaitu?

34 62,96 20 37,04 34 65,38 18 34,62

6. Penatalaksanaan pasien keracunan methanol yang dapat dilakukan di

puskesmas yaitu?

3 5,56 51 94,44 2 3,85 50 96,15

Page 75: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

75

No.

Pertanyaan

Pendidikan

D-III S-1

S (%) B (%) S % B %

Cara Penanganan Keracunan

7. Penatalaksanaan definitif untuk keracunan methanol yaitu? 20 37,04 34 62,96 18 34,62 34 65,38

8. Apakah tujuan dilakukaknya hemodialisis pada pasien dengan keracunan

methanol?

30 55,56 24 44,44 22 42,31 30 57,69

9. Hemodilalisis dapat dilakukan apabila kadar methanol dalam darah

melebihi?

25 46,30 29 53,70 22 42,31 30 57,69

10. Apakah terapi suportif untuk intoksikasi methanol? 20 37,04 34 62,96 23 44,23 29 55,77

11. Berikut ini adalah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi metanol,

kecuali:

6 11,11 48 88,89 5 9,62 47 90,38

12. Selain dilakukan hemodialisis, penatalaksanaan keracunan methanol

dapat dilakukan dengan memberikan metilprednisolon dan prednisone.

Adapun tujuan pemberiannya, yaitu?

8 14,81 46 85,19 6 11,54 46 88,46

Page 76: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

76

Lampiran 9

No.

Pertanyaan

Pekerjaan

Dokter Perawat

S (%) B (%) S % B %

Pengetahuan tentang keracunan methanol

1. Berikut merupakan pernyataan yang benar tentang methanol, kecuali? 5 16,67 25 83,33 16 21,05 60 78,95

2. Intoksikasi methanol sangat berbahaya bagi manusia, dan dapat masuk

kedalam tubuh manusia dengan cara

2 6,67 28 93,33 10 13,16 66 86,84

3. Apakah bahaya dari keracunan methanol?kecuali 9 30,00 21 70,00 34 44,74 42 55,26

4. Proses metabolisme methanol menjadi asam format dilakukan dimana? 0 0 30 100 8 10,53 68 89,47

5. Berikut ini adalah hal penting yang penting dapat dilakukan untuk

mengurangi kasus keracunan arak metanol, yaitu:

9 30,00 21 70,00 14 18,42 62 81,58

6. Dibawah ini adalah pernyataan yang benar tentang methanol kecuali? 11 36,67 19 63,33 31 40,79 45 59,21

7. Berikut merupakan perubahan yang terjadi dari arak ethanol menjadi

methanol kecuali?

11 36,67 19 63,33 38 50,00 38 50,00

Gejala Keracunan Methanol

1. Yang mana yang bukan merupakan gejala yang tampak pada korban

keracunan methanol?

2 6,67 28 93,33 11 14,47 65 85,53

Cara Penanganan Keracunan

1. Pemeriksaan yang spesifik untuk dapat menentukan bahwa pasien

mengalami keracunan methanol adalah?

2 6,67 28 93,33 16 21,05 60 78,95

2. Antidot keracunan methanol yaitu femopizole dan? 0 0 30 100 7 9,21 30 100

3. Apakah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi methanol yang tepat?

Kecuali

27 90,00 3 10,00 70 92,11 6 7,89

4. Penatalaksanaan awal pasien dengan suspek keracunan methanol adalah

pemberian etanol. Apakah fungsi pemberian ethanol tersebut?

0 0 30 100 1 1,32 75 98,68

5. Berikut merupakan prinsip pertolongan pada keracunan. Yang tidak

dilakukan pada pasien keracunan methanol yaitu?

19 63,33 11 36,67 49 64,47 27 35,53

Page 77: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

77

6. Penatalaksanaan pasien keracunan methanol yang dapat dilakukan di

puskesmas yaitu?

1 3,33 29 96,67 4 5,26 72 94,74

7. Penatalaksanaan definitif untuk keracunan methanol yaitu? 10 33,33 20 66,67 28 36,84 48 63,16

8. Apakah tujuan dilakukaknya hemodialisis pada pasien dengan keracunan

methanol?

13 43,33 17 56,67 39 51,32 37 48,68

9. Hemodilalisis dapat dilakukan apabila kadar methanol dalam darah

melebihi?

12 40,00 18 60,00 35 46,05 41 53,95

10. Apakah terapi suportif untuk intoksikasi methanol? 13 43,33 17 56,67 30 39,47 46 60,53

11. Berikut ini adalah penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi metanol,

kecuali:

4 13,33 26 86,67 7 9,21 69 90,79

12. Selain dilakukan hemodialisis, penatalaksanaan keracunan methanol

dapat dilakukan dengan memberikan metilprednisolon dan prednisone.

Adapun tujuan pemberiannya, yaitu?

2 6,67 28 93,33 12 15,79 64 84,21

Page 78: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

78

Lampiran 10

Page 79: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

79

Page 80: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

80

Page 81: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

81

12.26 87.74 100.00

Total 13 93 106

12.50 87.50 100.00

51-60 1 7 8

10.00 90.00 100.00

41-50 2 18 20

8.51 91.49 100.00

31-40 4 43 47

19.35 80.65 100.00

21-30 6 25 31

umur kurang baik Total

RECODE of RECODE of gejala

row percentage

frequency

Key

. ta klp_umur persen_gejala, row

Page 82: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

82

16.04 61.32 22.64 100.00

Total 17 65 24 106

12.50 87.50 0.00 100.00

51-60 1 7 0 8

15.00 60.00 25.00 100.00

41-50 3 12 5 20

10.64 65.96 23.40 100.00

31-40 5 31 11 47

25.81 48.39 25.81 100.00

21-30 8 15 8 31

umur kurang cukup baik Total

RECODE of RECODE of cara_penanganan

row percentage

frequency

Key

. ta klp_umur persen_cara_penanganan, row

12.26 87.74 100.00

Total 13 93 106

12.50 87.50 100.00

51-60 1 7 8

10.00 90.00 100.00

41-50 2 18 20

8.51 91.49 100.00

31-40 4 43 47

19.35 80.65 100.00

21-30 6 25 31

umur kurang baik Total

RECODE of RECODE of gejala

row percentage

frequency

Key

. ta klp_umur persen_gejala, row

Page 83: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

83

Page 84: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

84

Page 85: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

85

Page 86: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

86

Page 87: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

87

Page 88: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

88

Page 89: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

89

Page 90: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

90

Page 91: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

91

Page 92: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

92

Page 93: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

93

Page 94: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

94

Page 95: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

95

Page 96: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

96

Page 97: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

97

Page 98: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

98

Page 99: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

99

Page 100: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

100

Page 101: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

101

Page 102: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

102

Page 103: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

103

Page 104: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

104

Page 105: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

105

Page 106: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

106

Page 107: LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

107