Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

56

description

Dokumen laporan Akhir EKPD 2009 Provinsi Nusa Tenggara Barat oleh Universitas Mataram

Transcript of Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

Page 1: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Page 2: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

Laporan Evaluasi Kinerja

Pembangunan Daerah NTB

Bappenas-Universitas Mataram

i

Tim Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009

Penanggung jawab : Rektor Universitas Mataram

Koordinator : Pembantu Rektor IV Universitas Mataram

Anggota : 1. Dr. Prayitno Basuki, MA (Fak. Ekonomi)

2. Dr. Ir. Syamsuhaidi, MS. (Fak. Peternakan)

3. Yusron Saadi, ST, M.Sc. Ph.D. (Fak. Teknik)

4. Dr. Hirsanuddin, SH.,M.Hum. (Fak. Hukum)

Page 3: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

Laporan Evaluasi Kinerja

Pembangunan Daerah NTB

Bappenas-Universitas Mataram

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT dipanjatkan, karena atas rahmat,

hidayah dan karunia-Nya jualah, maka laporan akhir tentang Evaluasi Kinerja

Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 dapat

terselesaikan tepat pada waktunya.

Kajian ini bertujuan menghimpun data dan informasi serta menyusun hasil

analisa evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Terselesaikannya laporan akhir ini tentunya tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak, maka melalui kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Kepala Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Barat dan seluruh jajarannya yang

telah memberikan dukungan penyediaan data bagi EKPD Provinsi NTB Tahun

2009;

2. Kepala BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat dan seluruh jajarannya yang telah

memberikan dukungan penyediaan data bagi EKPD Provinsi NTB Tahun 2009;

dan

3. Para pemangku pembangunan baik formal maupun non-formal yang telah

banyak memberikan informasi dan data pendukung EKPD Provinsi NTB 2009.

Disadari bahwa laporan akhir EKPD Provinsi NTB Tahun 2009 masih

banyak mengandung kelamahan dan kekurangan, maka diharapkan kepada semua

pihak untuk dapat kiranya memberikan saran masukan yang membangun dan

konstruktif untuk penyempurnaan lebih lanjut.

Mataram, Desember 2009 Pembantu Rektor IV, Koordinator Evaluasi,

H. Zainal Asikin, SH., SU. NIP 19550815 198104 1 001

Page 4: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

Laporan Evaluasi Kinerja

Pembangunan Daerah NTB

Bappenas-Universitas Mataram

iii

DAFTAR ISI

Halaman TIM EKPD UNIVERSITAS MATARAM I

KATA PENGANTAR……………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. iii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………. iv

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………….. I-1

1.1. Latar Belakang dan Tujuan................................................. I-1

1.2. Keluaran……………………………………………………….. I-4

1.3. Metodologi........................................................................... I-4

BAB II. HASIL EVALUASI …………………………………………… II-1

2.1. Tingkat Pelayanan Publik ……………………………………. II-1

2.2. Tingkat Demokrasi……………………………………………. II-7

2.3. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia……………………. II-11

2.4. Tingkat Pembangunan Ekonomi……………………………... II-21

2.5. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam........................... II-32

2.6 Tingkat Kesejahteraan Rakyat............................................. II-35

BAB III. KESIMPULAN………………………………………………… III- 1

Page 5: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

Laporan Evaluasi Kinerja

Pembangunan Daerah NTB

Bappenas-Universitas Mataram

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1.1 Kerangka Kerja EKPD 2009 Provinsi Nusa Tenggara............. I-3

1.2 Hubungan Antara Indikator dan Pendekatan dalam Melakukan Evaluasi................................................................ I-4

2.1 Angka Penyelesaian Kasus Kriminalitas Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 (%).............................................................. II-1

2.2 Persentase Aparatur Pemerintah berijazah Minimal S1 Provinsi NTB, Tahun 2004-2008............................................. II-3

2.3 Tingkat Dan Kecenderungan Pelayanan Publik Provinsi NTB Dan Nasional, Tahun 2004-2008............................................. II-4

2.4 Angka Kriminalitas Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 (%)........ II-5

2.5 Waktu Kriminalitas (Crime Clock) Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 (Menit)……………………………………………………… II-6

2.6 Gender Development Index (GDI)Provinsi NTB, Tahun 2004-2008………………………………………………………………. II-8

2.7 Gender Empowerment Measurement (GEM) Provinsi NTB, Tahun 2004-2008……………………………………………….. II-9

2.8 Tingkat Dan Kecenderungan Pembangunan Demokrasi Provinsi NTB dan Nasional, Tahun 2004-2008………………. II-10

2.9 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI di Provinsi NTB Tahun 2004-2008............................................................................... II-12

2.10 Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs. dan SMA/SMK/MA di Provinsi NTB Tahun 2004-2008.............................................. II-13

2.11 Angka Putus Sekolah SD, SMP/MTs dan SMA/MA di Provinsi NTB Tahun 2004-2008............................................... II-13

2.12 Angka Melek Aksara Usia 15 Tahun ke Atas di Provinsi NTB Tahun 2004-2008.................................................................... II-14

2.13 Presentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar di Provinsi NTB Tahun 2004-2008........................................................... II-15

2.14 Umur Harapan Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB Tahun 2004-2008............................................... II-16

2.15 Persentase Gizi Buruk dan Gizi Kurang di Provinsi NTB Tahun 2004-2008.................................................................... II-17

Page 6: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

Laporan Evaluasi Kinerja

Pembangunan Daerah NTB

Bappenas-Universitas Mataram

v

2.16 Persentase Penduduk Ber KB di Provinsi NTB Tahun 2004-2008........................................................................................ II-18

2.17 Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi NTB Tahun 2004-2008......................................................................................... II-18

2.18 Tingkat Dan Kecenderungan Pembangunan Kualitas Sumberdaya Manusia Provinsi NTB Dan Nasional, Tahun 2004-2008.............................................................................. II-19

2.19 Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi NTB Tahun 2004-2008 II-20

2.20 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 II-22

2.21 Persentase Ekspor Terhadap PDRB Provinsi NTB, Tahun 2004-2008................................................................................ II-24

2.22 Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB Provinsi NTB, Tahun 2004-2008........................................................... II-25

2.23 Persentase Output UMKM Terhadap PDRB Provinsi NTB, Tahun 2004-2008………………………………………………… II-26

2.24 Pendapatan Per Kapita Provinsi NTB, Tahun 2004-2008…… II-27

2.25 .Laju Inflasi Provinsi NTB, Tahun 2004-2008………………… II-28

2.26 Jalan Nasional Dan Provinsi Dalam Kondisi Baik Provinsi NTB, Tahun 2004-2008........................................................... II-29

2.27 Tingkat Dan Kecenderungan Pembangunan Ekonomi Provinsi NTB Dan Nasional, Tahun 2004-2008....................... II-30

2.28 Komposisi Unit Usaha Menurut Klasifikasi Provinsi NTB, Tahun 2006............................................................................ II-31

2.29 Persentase Luas Lahan Rehabilitasi Di Dalam Dan Luar Hutan Provinsi NTB, Tahun 2004-2008................................... II-33

2.30 Persentase Terumbu Karang Dalam Kondisi Baik Provinsi NTB, Tahun 2004-2008........................................................... II-33

2.31 Tingkat dan Kecenderungan Kualitas Pengelolaan SDA Provinsi NTB dan Nasional, Tahun 2004-2008………………. II-34

2.32 Tingkat Pengguran Terbuka (%) Provinsi NTB, Tahun 2004-2008………………………………………………………………. II-36

2.33 Persentase Kemiskinan Provinsi NTB, Tahun 2004-2008.. II-36

2.34 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Provinsi NTB dan Nasional Tahun 2004-2008.................................................... II-37

Page 7: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Tujuan Evaluasi

Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya terencana untuk

meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan daerah yang lebih baik

dan kesejahteraan bagi semua masyarakat.

Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 yang menegaskan bahwa

Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan

program pembangunan di daerah masing-masing.

Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk menilai

relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2008.

Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai

tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari

pembangunan daerah tersebut.

Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang berguna sebagai

alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan pembangunan

dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah dilakukan sebelumnya.

Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi lokal guna

mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan pusat dan daerah periode

berikutnya, termasuk untuk penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana

Dekonsentrasi (DEKON).

Adapun tujuan dari Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah di Provinsi Nusa Tenggara

Barat adalah:

• Menghimpun data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Nusa

Tenggara Barat

Page 8: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

I-2

• Menyusun hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara

Barat

1.2. Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD Provinsi Nusa Tenggara Barat 2009

meliputi:

• Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Nusa

Tenggara Barat

• Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara

Barat sesuai sistematika buku panduan penyusunan EKPD secara Nasional Tahun

2009

1.3. Metodologi

A. Kerangka Kerja EKPD 2009 Provinsi Nusa Tenggara Barat Kerangka kerja EKPD 2009 Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi beberapa tahapan

kegiatan utama yaitu: (1) Penentuan indikator hasil (outcomes) yang memiliki

pengaruh besar terhadap pencapaian tujuan pembangunan daerah; (2) Pemilihan

pendekatan dalam melakukan evaluasi; dan (3) Pelaksanaan evaluasi serta

penyusunan rekomendasi kebijakan, sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Ketiga

tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:

(1) Penentuan Indikator Hasil (outcomes)

Indikator kinerja dari tujuan/sasaran pembangunan daerah merupakan indikator

dampak (impacts) yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil

(outcomes) terpilih. Pengelompokan indikator hasil serta pemilihan indikator

pendukungnya, dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:

• Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas;

• Relevant: mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target

output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara

target outcomes dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan;

• Measurable : jelas dan dapat diukur dengan skala penilaian tertentu yang

disepakati, dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas dan biaya;

Page 9: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

I-3

• Reliable: indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan

tingkatan kinerja;

• Verifiable: memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan untuk

menghasilkan indikator;

• Cost-effective: kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan

data.

Pengelompokan 5 kategori indikator hasil (outcomes) yang mencerminkan

tujuan/sasaran pembangunan daerah meliputi:

(1) Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi.

(2) Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia.

(3) Tingkat Pembangunan Ekonomi.

(4) Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam.

(5) Tingkat Kesejahteraan sosial.

Gambar 1.1. Kerangka Kerja EKPD 2009 Provinsi Nusa Tenggara

(2) Pemilihan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi

Page 10: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

I-4

Hubungan antar tingkat indikator dengan pendekatan pengukuran kinerja dapat

dilihat dalam Gambar 2 yaitu:

• Relevansi untuk menilai sejauh mana pembangunan yang dijalankan relevan

terhadap sasaran atau kebutuhan daerah dalam menjawab permasalahannya.

• Efektivitas, untuk melihat apakah pembangunan yang dilakukan berkontribusi

terhadap pencapaian baik tujuan spesifik maupun umum pembangunan

daerah.

• Efisiensi, untuk mengetahui bagaimana masukan (inputs) dirubah menjadi

keluaran (outputs).

• Efektivitas Biaya, untuk menggambarkan hubungan antara input dengan

outcomes pembangunan.

• Kualitas, yaitu pengukuran derajat kesesuaian antara hasil-hasil

pembangunan dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.

• Waktu, yaitu ketepatan waktu/periode pencapaian kinerja yang ditetapkan.

• Produktivitas, untuk melihat nilai tambah dari setiap tahapan proses

pembangunan dibandingkan dengan sumber daya yang digunakan.

Mengingat keterbatasan waktu dan sumber daya dalam pelaksanaan EKPD 2009

Provinsi Nusa Tenggara Barat, maka pendekatan dalam melakukan evaluasi

hanya meliputi relevansi dan efektivitas pencapaian.

Page 11: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

I-5

Gambar 1.2. Hubungan Antara Indikator dan Pendekatan dalam Melakukan Evaluasi

(3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan Tahapan evaluasi dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan dan tantangan

utama pembangunan daerah serta mengidentifikasi tujuan pembangunan daerah.

Tahap kedua adalah melengkapi dan mengoreksi Tabel Capaian yang dilanjutkan dengan tahap ketiga yaitu melakukan penilaian berkaitan dengan relevansi dan

efektivitas pencapaian.

Tahap keempat adalah melakukan identifikasi berbagai alasan atau isu yang

menyebabkan capaian pembangunan daerah (tidak) relevan dan (tidak) efektif.

Tim Evaluasi Provinsi menjelaskan “How and Why” berkaitan dengan capaian

pembangunan daerah.

Tahap kelima adalah menyusun rekomendasi untuk mempertajam perencanaan

dan penganggaran pembangunan periode berikutnya.

Tahap keenam, Bappenas melakukan perbandingan kinerja terkait hasil evaluasi di

atas berupa review dan pemetaan berdasarkan capaian tertinggi sampai terendah.

Page 12: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

I-6

B. Metodologi

Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok indikator hasil

adalah sebagai berikut:

(1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih

yang memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes).

(2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator

pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase.

(3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri.

(4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna

negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan

terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif).

(5) Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah.

(6) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi

jumlah dari penyusun indikator hasil (indicator pendukungnya). Contoh untuk

indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial disusun oleh:

• persentase penduduk miskin

• tingkat pengangguran terbuka

• persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak

• presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia

• presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial

Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif (Lihat No.4).

Sehingga:

Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100% -

tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan

sosial bagi anak) + (100%- persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut

usia) + (100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial}/5

Daftar indikator keluaran (outputs) yang menjadi komponen pendukung untuk

Page 13: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

I-7

masing-masing kategori indikator hasil (outcomes) dapat dilihat pada Lampiran 1.

Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang digunakan adalah

Relevansi dan Efektivitas.

Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana tujuan/sasaran

pembangunan yang direncanakan mampu menjawab permasalahan

utama/tantangan. Dalam hal ini, relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren

capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan

nasional.

Sedangkan efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara

hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas

pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah

membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui:

Pengamatan langsung Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan

di daerah, diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik,

lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah provinsi terkait.

Pengumpulan Data Primer

Data diperoleh melalui FGD dengan pemangku kepentingan pembangunan daerah.

Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam menggali masukan dan

tanggapan peserta diskusi.

Pengumpulan Data Sekunder Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS

daerah, Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.

1.4. Sistematika Penulisan Laporan

Sesuai dengan pedoman penulisan laporan EKPD Tahun 2009, maka sistematika

penulisan EKPD Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut:

Page 14: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

I-8

Kata Pengantar (ditandatangani oleh Rektor PTN) Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Tujuan

1.2 Keluaran

1.3 Metodologi

1.4 Sistematika Penulisan Laporan

BAB II HASIL EVALUASI (Deskripsi permasalahan dan tantangan utama

pembangunan daerah serta identifikasi tujuan pembangunan daerah).

2.1 . TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI 2.1.1. Capaian Indikator

Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian

indikator outcomes nasional dan analisa

Analisis Relevansi

Analisis efektifitas

2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung penunjang outcomes

yang spesifik dan menonjol

2.1.3. Rekomendasi Kebijakan 2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

2.2.1. Capaian Indikator Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian

indikator outcomes nasional dan analisa

Analisis Relevansi

Analisis efektifitas

2.2.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung outcomes yang

spesifik dan menonjol

2.2.3. Rekomendasi Kebijakan 2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI

2.3.1. Capaian Indikator Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian

Page 15: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

I-9

indikator outcomes nasional dan analisa

Analisis Relevansi

Analisis efektifitas

2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung outcomes yang

spesifik dan menonjol

2.3.3. Rekomendasi Kebijakan

2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

2.4.1 . Capaian Indikator Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian

indikator outcomes nasional dan analisa

Analisis Relevansi

Analisis efektifitas

2.4.2 . Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Gambaran dan analisa capaian indikator pendukung penunjang outcomes

yang spesifik dan menonjol

2.4.3 . Rekomendasi Kebijakan

2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT 2.5.1. Capaian Indikator 2.5.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.5.3. Rekomendasi Kebijakan

BAB III. KESIMPULAN (Menyimpulkan apakah capaian tujuan/sasaran pembangunan

daerah telah relevan dan efektif terhadap tujuan/sasaran pembangunan nasional.

Page 16: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐1

BAB II HASIL EVALUASI

2.1. Tingkat Pelayanan Publik 2.1.1. Capaian Indikator

Pengukuran terhadap ketercapaian pembangunan tingkat pelayanan

publik dapat menggunakan beberapa indikator yang berkaitan dengan penyelesaian

kasus kriminalitas dan kondisi atau kualitas aparatur publik. Kedua indikator

tersebut akan digunakan sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan pelayanan

publik di Provinsi NTB. Capaian pembangunan pelayanan publik di Provinsi NTB

Tahun 2004-2008 dapat dicermati pada uraian berikut ini: A. Angka Penyelesaian Kasus Kriminalitas

59.6955.2753.9852.03

42.61

0

10

20

30

40

50

60

70

2004 2005 2006 2007 2008

Clearence Rate

Gambar 2.1. Angka Penyelesaian Kasus Kriminalitas Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 (%)

Sumber: Kepolisian Daerah Provinsi NTB, 2009.

Dari Gambar 2.1. di atas dapat dijelaskan bahwa angka penyelesaian kasus

kriminalitas di Provinsi NTB dari tahun 2004 – 2008 terus meningkat. Hal ini

menunjukkan bahwa pemerintah Provinsi NTB khususnya jajaran penanggungjawab

keamanan sangat serius untuk menyelesaikan kasus kriminalitas. Bila pada Tahun

2004 hanya 42,61 % kasus krimnalitas yang dapat diselesaikan, maka pada sampai

dengan Tahun 2008 kasus kriminalitas yang dapat diselesaikan sebesar 59,69 %.

Seiring dengan peningkatan persentase penyelesaian kasus kriminalitas di Provinsi

Page 17: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐2

NTB, maka masyarakat berharap ada jaminan rasa keamanan untuk melakukan usaha

pembangunan di semua sector kehidupan di masyarakat.

Masih tingginya angka kriminalitas dan rendahnya kesadaran hukum

masyarakat serta belum optimalnya penegakan hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM),

mengakibatkan terganggunya ketentraman dan ketertiban masyarakat. Kondisi ini

berpengaruh pada penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan, oleh karena itu penegakan hukum dan Good Governance terus

diupayakan, sehingga efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dapat

diwujudkan.

Selain indicator kriminalitas, kasus korupsi dapat pula menjadi cerminan

terhadap pencapaian pembangunan pelayanan publik di suatu daerah. Berdasarkan

data dari Kejaksaan tinggi NTB dan lembaga Somasi NTB, bahwa pada tahun 2008

jumlah kasus Korupsi di NTB adalah 37 kasus, dengan jumlah tersangka 89 orang,

Kerugian Negara Rp.74.967.728.773 (Tujuh Puluh Empat Miliar Sembilan Ratus Enam

Puluh Tujuh Juta Tujuh Ratus Dua Puluh Delapan Ribu Tujuh Ratus Tujuh Puluh

rupiah). Adapun Sektor tempat terjadinya Korupsi adalah: (1). Sektor Pemerintahan 11

kasus (29,73%), (2). Sektor Perhubungan dan Transportasi 9 kasus (24,32%), (3).

Sektor Manufaktur 5 kasus (13,51%). (4). Sektor Pertanahan dan Perumahan 4 kasus

(10,81%), (5). Sektor Kehutanan dan Perkebunan serta Pendidikan sama-sama 3 kasus

(8,11%), (6). Sektor Kesehatan 1 kasus (2, 70%).

Dari 37 kasus yang ditangani pada tahun 2008 sebagian besar masih tahap

penyelidikan (37%), 33 orang, ada tersangka yang dihentikan penyelidikannya, 1 orang

(1,12%) karena alasan demi hukum, 26 orang (29,21%) dalam Penuntutan, banding 4

orang (4,49%) Kasasi, 14 orang (15,73%) dan yang telah memperoleh Kekuatan

hukum tetap 11 orang (12,36%).

Untuk tahun 2009 jumlah kasus korupsi sejumlah 24 kasus, 14 kasus adalah

kasus lama yang sedang dalam penuntutan dan penyelidikan serta 10 adalah kasus

baru yang sedang dalam proses penyelidikan.

Page 18: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐3

B. Aparatur Berijazah Minimal S1

41.0240.9240.8240.72

39.56

38.5

39

39.5

40

40.5

41

41.5

2004 2005 2006 2007 2008

Aparatur Berijazah Minimal S1

Gambar.2.2. Persentase Aparatur Pemerintah berijazah Minimal S1 Provinsi NTB, Tahun 2004-2008

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Provinsi NTB, 2009.

Langkah konkrit yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah Provinsi NTB

dalam rangka menjaga dan memberikan rasa aman dan nyaman terhadap masyarakat

adalah secara konsisten meningkatkan profesionalisme para aparatur publik.

Peningkatan profesionalisme aparatur birokrasi diutamakan dalam rangka menghadapi

kemajuan dan tuntutan akan kualitas pelayanan yang baik. Peningkatan kualitas dan

profesionalisme sumberdaya manusia aparatur merupakan kunci utama kinerja

aparatur. Oleh karena itu, sumber daya manusia merupakan asset yang sangat

berharga bagi Pemprov NTB. Hasil usaha yang telah dicapai hingga saat ini tidak

terlepas dari peranan besar sumber daya manusia yang ada.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas aparatur pemerintah antara

lain tingkat pendidikan, pelatihan, dan penempatan pegawai dalam jabatan. Dari

Gambar 2.2. dapat dijelaskan bahwa persentase aparatur berijazah minimal S1 terus

meningkat, walaupun peningkatannya relatif kecil dimulai pada Tahun 2005 sampai

2008.

Pemerintah Provinsi NTB terus berusaha untuk mewujudkan suatu tatanan

pemerintahan yang selalu tanggap terhadap perkembangan dan tuntutan aspirasi

masyarakat dengan dukungan dari aparatur yang memiliki profesionalitas dan prestasi

kerja berdasarkan pendidikan dan pelatihan yang memadai. Keberadaan aparatur yang

Page 19: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐4

berkualitas akan sangat ditentukan oleh kemampuan aparatur yang bersangkutan untuk

mengimplementasikan prinsip-prinsip good governance dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pelayanan publik mulai dari tingkat kota, kecamatan, sampai

kelurahan.

C. Analisis Relevansi dan Efektivitas

Gambar.2.3.Tingkat Dan Kecenderungan Pelayanan Publik Provinsi NTB Dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Biro Pusat Statistik, 2009.

Berdasarkan informasi yang tersaji di dalam Gambar.2.3. di atas dapat diperoleh

gambaran tentang relevansi dan efektivitas pembangunan pelayanan publik di Provinsi

NTB dibandingkan dengan pencapaian secara nasional. Relevansi dan efektivitas

pembangunan pelayanan publik di Provinsi NTB dengan nasional adalah sebagai berikut:

• Terdapat kecenderungan semakin membaiknya kondisi pelayanan publik di Provinsi

NTB baik secara kuantitatif maupun kualitatif dibandingka dengan capaian secara

nasional;

• Penyelesaian kasus kriminal yang semakin meningkat memberikan kontribusi

terhadap peningkatan pelayanan publik di Provinsi NTB;

0

10

20

30

40

50

60

2004 2005 2006 2007 2008-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

Tingkat Pelayanan Publik NTB

Tingkat Pelayanan Publik Nasional

Trend Pelayanan Publik NTB

Tren Pelayanan Publik Nasional

Page 20: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐5

• Peningkatan pelayanan publik ditunjukkan pula dengan lebih tingginya proporsi

aparatur pemerintah daerah Provinsi NTB yang berijazah S1 bila dibandingkan

capaian nasional; dan

• Selain itu, semakin banyaknya kabupaten/kota di Provinsi NTB memiliki kantor

pelayanan satu atap yang dilandasi oleh Perda (bahkan terdapat beberapa kabupaten

dalam bentuk Badan atau Dinas Layanan dan Perijinan Terpadu).

2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Terdapat dua capaian indikator spesifik dan menonjol yang berkaitan

dengan pencapaian pembangunan pelayanan publik di Provinsi NTB, yaitu tingkat

kriminalitas (Crime Rate) dan waktu kriminalitas (Crime Clock). Kedua indikator

tersebut memberikan gambaran tentang karakteristik kejadian kriminal di Provinsi

NTB selama periode Tahun 2004-2008. Secara kuantitatif, kejadian kriminal di

Provinsi NTB memperlihatkan kecenderungan menurun dan dengan tingkat

penyelesaian semakin meningkat. Namun bila dilihat secara kualitas ada indikasi

kejadian kriminal di Provinsi NTB mengalami peningkatan atau paling tidak

frekwensi berulangnya kejadian kriminal semakin singkat. Kedua indikasi tersebut

diuraikan sebagai berikut:

A. Tingkat Kriminalitas (Crime Rate)

115107

115127132

0

20

40

60

80

100

120

140

2004 2005 2006 2007 2008

Crime Rate (%)

Gambar.2.4. Angka Kriminalitas Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 (%) Sumber: Kepolisian Daerah Provinsi NTB, 2009

Page 21: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐6

Seperti tampak pada Gambar.2.4. di atas, tingkat kejadian kriminal di Provinsi

NTB selama Tahun 2004-2008 memiliki pola yang fluktuatif dengan kecenderungan

yang menurun. Pada Tahun 2004 tingkat kriminalitas di Provinsi NTB sebesar 132 %

dan menurun secara konsisten sampai dengan Tahun 2007 menjadi sekitar 107 %,

walaupun pada Tahun 2008 sedikit meningkat menjadi 115 %. Penurunan tingkat

kriminalitas di Provinsi NTB selama periode Tahun 2004-2007 merupakan dampak dari

didirikannya Kepolisian Daerah (POLDA) Provinsi NTB sejak awal Tahun 2000 an.

Karena sebelumnya kepolisian Provinsi NTB hanya berbentuk Kepolisian Wilayah

(POLWIL) di bawah POLDA Nusa Tenggara yang berkedudukan di Provinsi Bali.

B. Waktu Kriminalitas (Crime Clock)

67

798497

123

0

20

40

60

80

100

120

140

2004 2005 2006 2007 2008

Crime Clock (Menit)

Gambar.2.5. Waktu Kriminalitas (Crime Clock) Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 (Menit) Sumber: Kepolisian Daerah Provinsi NTB, 2009

Walaupun terdapat kecenderungan angka kriminalitas di Provinsi NTB

mengalami penurunan secara konsisten sejak Tahun 2004 sampai dengan 2007,

namun sebaliknya ada indikasi semakin cepatnya waktu antara terjadinya satu tindakan

kriminalitas dengan tindakan kriminalitas lainnya. Indikasi tersebut dapat dilihat dari

semakin pendeknya waktu kriminalitas (Crime Clock) dalam hitungan menit seperti

nampak pada Gambar.2.5.di atas. Waktu kriminalitas pada Tahun 2004 sekitar 123

menit atau kurang lebih 2 jam 5 menit, mengartikan bahwa jarak antara satu kejadian

kriminal dengan kejadian kriminal lainnya adalah 2 jam 5 menit. Waktu tersebut menjadi

semakin pendek secara konsisten yang sampai dengan Tahun 2008 menjadi sekitar 67

Page 22: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐7

menit atau 1 jam 7 menit. Secara matematis, selama kurun waktu 2004-2008 atau lima

tahun telah terjadi peningkatan kejadian kriminal 2 kali lebih cepat dibanding kurun

waktu sebelumnya.

2.1.3. Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan indikasi data dan informasi tentang Pelayanan Publik di

Provinsi NTB yang cenderung lebih baik pencapaiannya bila dibanding dengan

pencapaian secara nasional, baik yang menyangkut angka kriminalitas maupun

aparatur berijazah minimal S1, maka kondisi tersebut hendaknya terus

dipertahankan atau bahkan ditingkatkan di masa mendatang. Khusus untuk angka

kriminalitas yang cenderung semakin singkat waktu tenggangnya perlu

mendapatkan perhatian semua pihak agar miningkatkan kewaspadaan karena ada

kecenderungan akan semakin meningkatnya gangguan kriminal baik local, regional,

nasional maupun global. Hal ini perlu dikedepankan karena Provinsi NTB

merupakan daerah tujuan utama pariwisata di Indonesia yang rawan penyusupan

para criminal lintas provinsi maupun negara.

2.2. Tingkat Demokrasi Tingkat pembangunan demokrasi secara langsung maupun tidak langsung

dapat diukur dengan beberapa indikator. Pada pelaksanaan EKPD Tahun 2009,

pembangunan demokrasi diukur dengan beberapa indikator seperti Gender

Development Index (GDI), Gender Empowerment Measurament (GEM) dan Tingkat

Partisipasi Pemilih dan pemilihan legeslatif, presiden dan wakil presiden serta kepala

daerah. Namun karena, ketersediaan data yang dapat diperbandingkan antara Provinsi

NTB dengan nasional tidak lengkap, maka hanya dua indikator pembangunan

demokrasi yang dapat disajikan yaitu GDI dan GEM.

Page 23: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐8

A. Gender Development Index (GDI)

54.654.654.6

53.94

53.65

5353.253.453.653.8

5454.254.454.654.8

2004 2005 2006 2007 2008

Gender Development Index

Gambar.2.6. Gender Development Index (GDI)Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 Sumber: Bappenas, 2009.

Seperti nampak pada Gambar.2.6 di atas menunjukkan upaya pembangunan

gender di Provinsi NTB telah berada di jalur yang benar. Secara konsisten indikator

pembangunan gender (Gender Development Index) menunjukkan nilai yang meningkat.

Pada Tahun 2004 GDI Provinsi NTB sebesar 53,65 dan meningkat pada Tahun 2005

menjadi 63,94 serta pada Tahun 2006 meningkat lagi menjadi 54,60. Namun sejak

Tahun 2007, angka GDI tingkat provinsi belum tersedia. Oleh karena itu, untuk tujuan

analisis angka GDI Tahun 2007 dan 2008 diasumsikan sama dengan angka GDI pada

Tahun 2006.

Page 24: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐9

B. Gender Empowerment Measurement (GEM)

54.3454.3454.3454.34

53.23

52.652.8

5353.253.453.653.8

5454.254.454.6

2004 2005 2006 2007 2008

Gender Empowerment Measurement

Gambar.2.7. Gender Empowerment Measurement (GEM) Provinsi NTB, Tahun 2004-2008

Sumber: Bappenas, 2009.

Sejalan dengan pengukuran GDI, untuk mengukur pencapaian pembangunan

demokrasi di Provinsi NTB digunakan juga Gender Empowerment Measurement

(GEM). Nilai GEM menunjukkan besarnya upaya suatu pemerintahan dan masyarakat

di dalam pemberdayaan gender. Pemberdayaan gender diharapkan dapat menekan

ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender di masyarakat. Walaupun dengan data yang

terbatas, hanya tersedia data GEM selama dua tahun awal evaluasi, paling tidak telah

dapat diketahui kecenderungan awal GEM di Provinsi NTB. Gambar.2.6. menunjukkan

bahwa selama dua tahun awal evaluasi (2004-2005) nilai GEM Provinsi NTB telah

mengalami peningkatan dari sekitar 53,23 pada Tahun 2004 menjadi 54,34 pada Tahun

2005. Sedangkan pada tahun berikutnya tidak tersedia data tentang GEM di Provinsi

NTB. Oleh karena itu, untuk tujuan evaluasi untuk tahun data yang tidak tersedia GEM,

diasumsikan nilai GEM-nya sama dengan GEM Tahun 2005.

Page 25: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐10

C. Analisis Relevansi Dan Efektivitas

Gambar 2.8.Tingkat Dan Kecenderungan Pembangunan Demokrasi Provinsi NTB dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Bappenas dan Biro Pusat Statistik, 2009.

• Pembangunan demokratisasi di Provinsi NTB selama Tahun 2004-2008 berada di

bawah pencapaian rata-rata nasional;

• Secara absolut pembangunan demokratisasi yang berada di bawah rata-rata nasional

ternyata memiliki pula kecenderungan yang menurun sama seperti kecenderungan di

tingkat nasional; dan

• Melihat kedua indikator pembangunan demokratisasi tersebut, maka dapat

disimpulkan kinerja Provinsi NTB di bidang gender masih memerlukan percepatan

untuk mengejar ketertinggalan dari rata-rata nasional.

2.2.1. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Menyadari akan ketertinggalan pembangunan demokratisasi Provinsi NTB

bila dibandingkan dengan rata-rata pencapaian nasional, maka sejak Tahun 2008

pemerintah kabupaten/kota dan provinsi telah melakukan upaya percepatan

terhadap pembangunan bidang tersebut. Sebagian hasil dari percepatan tersebut,

saat ini telah terjadi perubahan terhadap komposisi pimpinan SKPD di tingkat

provinsi maupun kabupaten/kota. Saat ini, dominasi pimpinan SKPD dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah sudah tidak menjadi monopoli laki-laki. Bahkan saat ini

48505254565860626466

2004 2005 2006 2007 200800.20.40.60.811.21.41.6

Tingkat Demokratisasi NTB

Tingkat Demokratisasi Nasional

Trend Demokratisasi NTB

Tren Demokratisasi Nasional

Page 26: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐11

terdapat lima pimpinan SKPD setara eselon II di tingkat provinsi adalah perempuan

dan satu pimpinan DPRD kabupaten/kota dalam hal ini Kabupaten Lombok Timur

adalah perempuan.

2.2.2. Rekomendasi Kebijakan Bila pembangunan demokratisasi di Provinsi NTB hendak dipercepat, maka

pemberdayaan perempuan dan kelompok rentan harus menjadi fokus

pembangunan ke depan. Pencipataan peluang usaha dan kerja bagi penduduk

perempuan dan kelompok rentan hendaknya menjadi sasaran utama pelaksanaan

program dan kegiatan baik oleh sektor publik maupun sektor swasta dan

masyarakat.

2.3. TINGKAT KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA 2.3.1. Capaian Indikator

Pengukuran terhadap pencapaian kinerja pembangunan kualitas sumberdaya

manusia di Provinsi NTB dapat dilakukan melalui pencermatan terhadap indikator dan

sub indikator yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan kualitas

sumberdaya manusia. Karena indikator dan sub indikator kualitas sumberdaya

manusia relatif tersedia dengan baik, maka hampir seluruh indikator dan sub

indikatornya akan ditampilkan pada uraian berikut ini:

A. Angka Partisipasi Murni SD/MI Untuk mengetahui cakupan pelayanan pendidikan bagi setiap kelompok usia

sekolah digunakan Angka Partisipasi Murni (APM ), Angka Partisipasi Murni (APM)

tingkat SD/MI di Provinsi NTB tahun 2004-2008 disajikan pada gambar berikut.

Page 27: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐12

98.4

97.5997.5596.95

94.91

93

94

95

96

97

98

99

2004 2005 2006 2007 2008

Angka Partisipasi Murni (SD/MI)

Gambar 2.9. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI di Provinsi NTB Tahun 2004-2008 Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi NTB, 2009.

Angka Partisipasi Murni merupakan salah satu indikator untuk melihat

pemerataan dan perluasan kesempatan belajar pada kelompok umur tertentu. Data

pada gambar di atas menunjukkan bahwa APM SD/MI pada tahun 2004 hanya

mencapai 94.91% dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan pada tahun

2008.mencapai 98.40%. Diharapkan ke depan melalui pendidikan Wajar 9 tahun APM

SD/MI mencapai 100%.

B. Rata-Rata Nilai Akhir Ujian nasional merupakan kegiatan rutin disekolah yang diikuti oleh siswa dan

peserta didik yang telah duduk pada tahun terakhir di satuan pendidikan dan yang

telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Adapun rata-rata nilai akhir ujian

nasional tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA dipaparkan pada gambar berikut :

Page 28: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐13

6.96

6.166.33

5.85

4.756.75

6.566.66

5.634.74

012345678

2004 2005 2006 2007 2008

SMP/MTs SMA/SMK/MA

Gambar 2.10. Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs. dan SMA/SMK/MA di Provinsi NTB Tahun 2004-2008

Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga Provinsi NTB, 2009.

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata nilai ujian nasional relatif

masih rendah baik pada tingkat SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA, tetapi setiap tahun

terjadi peningkatan.

C. Angka Putus Sekolah Angka putus sekolah pada masing-masing tingkatan sekolah digambarkan

dalam bentuk gambar sebagai berikut :

2.49

1.090.90.770.74

7.76

5.13

1.83

5.25

2.332.87

4.88

3.794.95

4.41

0123456789

2004 2005 2006 2007 2008

SD SMP/MTs Sekolah Menengah

Gambar 2.11. Angka Putus Sekolah SD, SMP/MTs dan SMA/MA di Provinsi NTB Tahun 2004-2008

Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga Provinsi NTB, 2009.

Page 29: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐14

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa angka putus sekolah pada tingkat

SD pada tahun 2004 sangat tinggi mencapai 7.76%, tetapi menurun drastis pada

tahun 2005 (0.74%), 2006 (0.77%), 2007 (0.9%) dan tahun 2008 (1.09%), sedangkan

pada tingkatan SMP dari tahun 2004 (5.13%) sampai 2006 (2.33%) terjadi penurunan

angka putus sekolah dan mengalamai peningkatan tahun 2007 (SMP dan SMA), dan

pada tahun 2008 menurun drastis hanya mencapai 1.83% pada tingkat SMP dan

2.49% pada tingkat SMA.

D. Angka Melek Aksara Usia 15 Tahun Ke Atas

78.7 79.280.1

82.7684.12

7576777879808182838485

2004 2005 2006 2007 2008

Angka Melek Huruf 15 Tahun Ke Atas

Gambar 2.12. Angka Melek Aksara Usia 15 Tahun ke Atas di Provinsi NTB Tahun 2004-2008

Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga Provinsi NTB, 2009.

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah masyarakat yang melek aksara

semakin meningkat (penyandang buta aksara semakin berkurang), hal ini disebabkan

karena usaha pemerintah untuk mengatasi masalah ini sangat serius. Dengan rendahnya

IPM Provinsi NTB (Urutan 32 dari 33 provinsi) berbagai upaya telah dilakukan termasuk

pemerintah mencanangkan Gerakan 3 A yaitu : AKSANO (Angka Buta Aksara Nol),

AKINO (Angka Kematian Ibu Melahirkan Nol) dan ADONO (Angka Drop Out Nol).

Pemerintah juga mengalokasikan dana yang sangat besar untuk memberantas buta

aksara ini dan mulai pertengahan tahun 2009 pemerintah melakukan pemberantasan

buta aksara dengan menggunakan metoda Kerawang (Jabar) yang pelaksanaannya

Page 30: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐15

hanya 32 hari. Pada tahun 2009 juga pemerintah Provinsi NTB melalui Dinas Dikpora

melakukan sensus di 913 desa dengan biaya Rp. 10 Juta per desa, sehingga didapatkan

jumlah buta aksara yang real yang sampai saat ini masih berjumlah 417.000 orang lebih

(14%). Jadi masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nasional yang hanya

7.81%.

E. Prosentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningakatan

kualitas pendidikan. Oleh sebab itu kualitas guru mendapat perhatian yang cukup

tinggi untuk ditingkatkan kualitasnya. Adapun prosentase guru yang layak mengajar di

Provinsi NTB dapat dilihat pada gambar berikut :

86.2686.26

78.04

81.0181.12

84.0584.05

82.55

72.4469.47

0102030405060708090

100

2004 2005 2006 2007 2008

SMP/MTs Sekolah Menengah

Gambar 2.13. Presentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar di Provinsi NTB Tahun 2004-2008

Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga Provinsi NTB, 2009.

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa persentase jumlah guru yang

layak mengajar pada tingkat SMP/MTs dan SMA/MA terus meningkat, dengan

demikian dapat diharapkan bahwa kualitas pendidikan juga akan meningkat.

Pemerintah dengan berbagai upaya diantaranya melalui program peningkatan mutu

pendidik dan tenaga kependidikan terus berusaha untuk meningkatkan kualifikasi

guru ke S1/D4 dan sertifikasi guru.

Page 31: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐16

F. Umur Harapan Hidup Dan Indeks Pembangunan Manusia

61.361.3

60.9

60.560.1

63.763.763

62.4

60.6

58

59

60

61

62

63

64

2004 2005 2006 2007 2008

Umur Harapan Hidup (Tahun) Indeks Pembangunan Manusia

Gambar 2.14. Umur Harapan Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB Tahun 2004-2008

Sumber: Biro Pusat Statistik Provinsi NTB, 2009. Dari Gambar 2.14 dapat dijelaskan bahwa umur harapan hidup masyarakat

Provinsi NTB makin lama terus meningkat dari 60.1 tahun pada tahun 2004 menjadi

63.7 tahun pada tahun 2008, dan untuk tahun berikutnya diharapkan terus meningkat.

Ini berarti bahwa tingkat kesehatan masyarakat NTB terus membaik.

Masalah Indeks pembangunan manusia (IPM) Provinsi NTB masih menempati

urutan ke-32 dari 33 Provinsi. Data rendahnya IPM ini sekaligus pula merefleksikan

rendahnya daya saing SDM NTB. IPM diperoleh dari ratarata 3 (tiga) indikator pokok

yang mewakili 3 (tiga) bidang pembangunan, yaitu kesehatan, pendidikan dan

ekonomi. Bidang kesehatan diwakili oleh angka harapan hidup penduduk (longevity)

yang merupakan indikator penting dalam mengukur derajat kesehatan dan

kesejahteran penduduk di suatu wilayah. Bidang pendidikan diwakili oleh dua

indikator yaitu angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas dan rata-rata lama

sekolah yang mencerminkan tingkat kemampuan pengetahuan (knowledge) dan

keterampilan penduduk, sementara untuk bidang ekonomi ditentukan oleh

kemampuan daya beli (purchasing power parity) dalam memenuhi standar hidup yang

layak.

Page 32: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐17

G. Persentase Gizi Buruk Dan Gizi Kurang

3.183.45

3.74

6.584.09

21.2923.12

27.3429.2

23.47

0

5

10

15

20

25

30

35

2004 2005 2006 2007 2008

Prevalensi Gizi Buruk (%) Prevalensi Gizi Kurang (%)

Gambar 2.15. Persentase Gizi Buruk dan Gizi Kurang di Provinsi NTB Tahun 2004-2008

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2009.

Dari Gambar 2.15 di atas dapat dijelaskan bahwa persentase gizi buruk dan kurang

gizi terus menurun. Sebagian besar kasus gizi buruk yang terjadi di NTB diikuti penyakit

yang menyertainya, atau gizi buruk dengan komplikasi penyakit lainnya. Artinya, tidak

murni gizi buruk tersebut akibat kurangnya asupan makanan. Kasus gizi buruk bukan

terjadi secara mendadak. Tetapi, sebelumnya penderita telah mengalami proses

kurangnya asupan makanan dalam waktu yang lama, dan ditambah berbagai penyakit

penyertanya. Untuk merawat penderita gizi buruk membutuhkan waktu lama.

Menanggulangi gizi buruk harus pula berbarengan dengan menanggulangi penyakit

penyertanya. Perawatan dilakukan sembari menanti pasien gizi buruk sembuh dari

penyakit yang menyertainya. Penyebab gizi buruk,, 20% persoalan kesehatan, 20%

lingkungan, 40% perilaku, dan 20% faktor lainnya. Perilaku yang porsinya paling besar,

harus juga diperhatikan masyarakat agar terhindar dari gizi buruk. Jadi, persoalan gizi

buruk i`ni, bukan semata-mata persoalan kesehatan, tetapi juga lingkungan dibehai dan

perilaku masyarakat yang harus diubah.

Page 33: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐18

H. Persentase Penduduk Ber-KB

54.954.9

54.5

51.1

53.9

49

50

51

52

53

54

55

56

2004 2005 2006 2007 2008

Presentase Penduduk Ber-KB

Gambar 2.16. Persentase Penduduk Ber KB di Provinsi NTB Tahun 2004-2008 Sumber: Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia, 2004-2007.

Dari Gambar 2.16 dapat dijelaskan bahwa persentase penduduk NTB ikut ber

KB dari tahun 2004 sampai 2008 relatif konstan, hanya pada tahun 2005 menurun. Di

Provinsi NTB yang ikut ber KB sebagian besar adalah perempuan, sedangkan

prianya sangat kecil kurang dari 1%.

I. Laju Pertumbuhan Penduduk (%)

1.701.70

1.731.60

1.46

1.31.35

1.41.45

1.51.55

1.61.65

1.71.75

1.8

2004 2005 2006 2007 2008

Laju Pertumbuhan Penduduk (%)

Gambar 2.17. Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi NTB Tahun 2004-2008 Sumber: Biro Pusat Statistik Provinsi NTB, 2009

Page 34: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐19

Dari Gambar 2.17 dapat dijelaskan bahwa laju pertumbuhan penduduk

Provinsi NTB terus meningkat dari tahun 2004 sampai 2008, dan peningkatannya

sekitar 1.7%. Adapun jumlah penduduk Provinsi NTB berdasarkan data hasil Survei

Sosial Ekonomi Nasional 2008, jumlah penduduk Nusa Tenggara Barat mencapai

4.363.756 jiwa. Dengan rincian, laki-laki sebanyak 2.084.364 jiwa dan perempuan

sebanyak 2.279.392 jiwa, dengan rasio jenis kelamin sebesar 109,36. Jumlah

rumahtangga di Provinsi NTB adalah 1.189.019 rumahtangga dengan rata-rata

anggota rumahtangga sebesar 3,67 orang.

J. Analisis Relevansi Dan Efektivitas Mengukur pencapaian kinerja pembangunan daerah di bidang Sumberdaya

manusia Provinsi NTB dengan perbandingan pencapaian rata-rata nasional, maka

Gambar.2.18 dapat memberikan gambaran dengan jelas.

Gambar.2.18.Tingkat Dan Kecenderungan Pembangunan Kualitas Sumberdaya Manusia Provinsi NTB Dan Nasional, Tahun 2004-2008

Sumber: Biro Pusat Statistik, 2009.

Mencermati Gambar.2.18 di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan awal

tentang perbandingan pencapaian kinerja pembangunan kualitas sumberdaya

manusia Provinsi NTB dengan pencapaian rata-rata nasional. Analisis ini memberikan

68

70

72

74

76

78

80

82

2004 2005 2006 20070

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Tingkat Kualitas SDM NTB Tingkat Kualitas SDM NasionalTrend Kualitas SDM NTB Tren Kualitas SDM Nasional

Page 35: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐20

gambaran tentang relevansi dan efektivitas pencapaian kinerja pembangunan kualitas

sumberdaya manusia Provinsi NTB dan rata-rata nasional secara absolut persentase

dan kecenderungannya, sebagai berikut:

• Pencapaian pembangunan kualitas sumberdaya manusia Provinsi NTB jauh lebih

rendah dari pencapaian rata-rata nasional di semua sub indikator seperti telah

dijelaskan sebelumnya dan memiliki kecenderungan berbeda dengan rata-rata

nasional;

• Menyadari akan ketertinggalan dalam pembangunan kualitas sumberdaya

manusia, maka melalui berbagai upaya sejak Tahun 2003, pemerintah Provinsi

NTB beserta seluruh stakeholder pembangunan menempatkan pembangunan

SDM pada posisi utama selama beberapa dekade melalui Program GEMA

PRIMA, GERBANG EMAS dan NTB BERSAING saat ini;

• Walaupun indikator pembangunan SDM, khususnya IPM masih rendah secara

nasional, namun trend perubahan kearah yang lebih baik selalu menunjukkan

peningkatan yang tajam (short fall) nya selalu membaik; dan

• Kedepan, dengan terobosan Program G-3-A (Gerakan AKINO = Angka Kematian

Ibu Melahirkan Nol, ADONO = Angka Drop Out Sekolah Nol dan AKSANO =

Angka Buta Akasara Nol), maka percepatan pencapaian pembangunan di bidang

SDM sangat optimis dapat dicapai.

2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol A. Rata-rata Lama Sekolah

7.08

6.8

6.76.6

6.4

6

6.2

6.4

6.6

6.8

7

7.2

2004 2005 2006 2007 2008

Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun)

Gambar.2.19.Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi NTB Tahun 2004-2008 Sumber: Biro Pusat Statistik, 2009.

Page 36: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐21

Dari Gambar 2.19 di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata lama sekolah untuk

masyarakat Provinsi NTB terus meningkat dari tahun 2004-2008. Pemerintah

Provinsi NTB dengan berbagai upaya untuk memajukan dunia pendidikan diantaranya

melalui pendidikan wajar 9 tahun dan beberapa Kota/Kabupaten yang menerapkan

pendidikan wajar 12 tahun, pendidikan gratis dan pemberian beasiswa bagi siswa

yang tidak mampu

2.3.3. Rekomendasi Kebijakan Ketertinggalan pencapaian pembangunan kualitas sumberdaya manusia di

Provinsi NTB membawa konsekuensi pada perlunya dilakukan upaya percepatan

yang berupa program dan kegiatan inovatif dan kreatif berkaitan dengan pendidikan

dan kesehatan. Program dan kegiatan pendukung pelaksanaan wajib belajar 9 tahun

dan keaksaraan fungsional dapat menjadi fokus dalam pembangunan beberapa tahun

ke depan. Selain itu, karena indikator kesehatan dan IPM yang masih rendah,

program dan kegiatan di bidang kesehatan pun perlu diberikan stimulan yang cukup

agar mampu mendongkrak pencapaian dalam pembangunan peningkatan kualitas

sumberdaya manusia.

2.4. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI 2.4.1. Capaian Indikator

Dalam mengukur pencapaian tingkat pembangunan ekonomi di Provinsi NTB

digunakan beberapa indikator yang berkaitan dengan capaian ekonomi langsung

maupun tidak langsung. Indikator capaian ekonomi langsung seperti laju

pertumbuhan ekonomi, persentase ekspor terhadap PDRB, persentase output

manufaktur terhadap PDRB, persentase output UMKM terhadap PDRB, pendapatan

per kapita, laju inflasi dan sarana pendukung ekonomi seperti infrastruktur jalan. Pada

uraian berikut akan disajikan tentang capaian tingkat pembangunan ekonomi

berdasarkan beberapa indikator tersebut.

Page 37: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐22

A. Laju Pertumbuhan ekonomi Indikator favorit untuk mengukur pencapaian di dalam pembangunan ekonomi

adalah mengukur laju pertumbuhan ekonomi. Pada Gambar 2.20 Berikut akan tersaji

tentang pola pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB Tahun 2004-2008.

6.07

1.71

2.76

4.89

6.69

012345678

2004 2005 2006 2007 2008

Laju Pertumbuhan Ekonomi

Gambar 2.20. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 Sumber: Biro Pusat Statistik Provinsi NTB, 2009.

Kondisi perekonomian NTB pada Tahun 2008 tidak terlepas dari dampak krisis

global yang menerpa seluruh wilayah di dunia. Pada triwulan ke 3 dan 4 beberapa

indikator perekonomian makro Provinsi NTB mengalami pertumbuhan yang relatif

rendah. Padahal seperti kita ketahui, sebagian besar wilayah di dunia mengalami

pertumbuhan yang negatif perekonomiannya.

Kinerja perekonomian NTB dari tahun ke tahun cenderung mengalami

perbaikan, Hal ini dapat dilihat terutama dari perkembangan PDRB baik Atas Dasar

Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 (ADHK 2000).

PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya

alam dan faktor-faktor produksi lainnya dalam menciptakan nilai tambah. PDRB

merupakan jumlah dari nilai tambah yang diciptakan oleh seluruh aktivitas

perekonomian di suatu daerah.

Pertumbuhan PDRB Provinsi NTB pada tahun 2007 adalah sebesar 4,89%

(termasuk Sub Sektor Pertambangan Non Migas). Pada tahun 2007 PDRB Provinsi

NTB termasuk Pertambangan Non Migas (ADHB) mencapai Rp. 21.401,43 milyar,

meningkat menjadi Rp. 22.974,97 milyar pada tahun 2008. Sedangkan pada periode

yang sama PDRB termasuk Pertambangan Non-Migas (ADHK) Provinsi NTB Tahun

2007 mencapai Rp 16.370,00 Milyar dan meningkat menjadi Rp 16.590,00 Milyar

Page 38: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐23

pada Tahun 2008. Peningkatan PDRB termasuk pertambangan Non Migas tersebut

mengartikan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada Tahun 2008 sebesar

2,07 %. Pertumbuhan ekonomi sebesar 2,07 % per tahun tersebut dengan

memperhitungkan sektor pertambangan dari PT. Newmont Nusa Tenggara, namun

bila perhitungannya mengeluarkan kontribusi sektor pertambangan (PT. NNT), maka

pertumbuhan ekonomi NTB sepanjang Tahun 2008 sebesar 6,18 % per tahun (angka

sangat sementara).

Data pertumbuhan ekonomi Tahun 2008 tersebut menggunakan hasil

perhitungan kerjasama Kantor Bank Indonesia dengan BPS Provinsi NTB dan masih

bersifat sangat sangat sementara dan sangat memungkinkan untuk terjadi perubahan

sampai ditetapkannya data final. Pertumbuhan ekonomi NTB Tahun 2008 mengalami

penurunan dibanding dengan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya. Penurunan

angka pertumbuhan ini salah satunya merupakan dampak krisis keuangan global

yang telah memasuki perekonomian tingkat regional di Indonesia yang dimulai pada

triwulan III dan IV Tahun 2008.

Seperti telah diperkirakan sebelumnya, kinerja perekonomian secara nasional

dan daerah pada triwulan IV 2008 akan mengalami pertumbuhan yang melambat.

Perlambatan pertumbuhan terjadi di sebagian besar provinsi, termasuk provinsi-

provinsi yang memiliki kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,

seperti Jawa Barat, Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan Timur. Hal ini

menyebabkan pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan tumbuh melambat.

Pada triwulan laporan, variasi pertumbuhan PDRB antar daerah melebar, yaitu dari

kisaran (-) 2,2 sampai dengan 8,0 % pada tahun 2007 menjadi (-) 8,4 sampai dengan

8,3 % pada tahun 2008 . Melebarnya kisaran pertumbuhan ekonomi daerah ini antara

lain disebabkan oleh variasi kepekaan daerah terhadap dampak dari krisis keuangan

global yang berbeda. Walaupun secara umum dampak krisis sudah mulai dirasakan,

namun masih terdapat provinsi yang memiliki pertumbuhan yang tinggi, seperti

Sulawesi Tengah dan Kepulauan Riau.

Kondisi yang lebih kompleks justru melingkupi Provinsi NTB, sepanjang triwulan

III dan IV Tahun 2008, berbagai tekanan dari faktor internal dan eksternal membuat

pertumbuhan ekonomi NTB mengalami perlambatan. Pada triwulan III dan IV-2008

perekonomian NTB hanya mencapai pertumbuhan masing-masing sebesar (-) 0,76 %

dan 0,96% (year on year = yoy) sehingga secara aggregat sepanjang tahun 2008

Page 39: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐24

mengalami pertumbuhan hanya sebesar 2,07 % (yoy) dengan memperhitungkan

sektor pertambangan di dalam perekonomian dan sebesar 6,69 % dengan tanpa

memperhitungkan sektor pertambangan di dalam perekonomian.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi NTB mulai terasa sejak triwulan II tahun

2008. Kendala produksi konsentrat tembaga akibat permasalahan belum diberikannya

izin hutan pinjam pakai yang terus berlanjut membuat kinerja ekonomi di sektor

pertambangan terkoreksi turun tajam hingga akhir triwulan IV-2008. Perlambatan

pertumbuhan sektor pertambangan mencapai puncaknya di akhir tahun 2008 yang

secara terakumulasi mengalami kontraksi sebesar (-) 11,70 %. Selain terjadi

penurunan skala produksi pertambangan di NTB, terdapat pula kecenderungan

menurunnya kinerja kegiatan ekspor komoditas utama yakni konsentrat tembaga asal

NTB, sebagai akibat penurunan permintaan global akibat resesi ekonomi dunia.

Namun demikian, di sisi lain sektor- sektor andalan lainnya masih mampu tumbuh

positif menopang pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat pada triwulan IV-2008.

B. Persentase Ekspor Terhadap PDRB

18.89

32.0528.18

34.2738.9

05

1015202530354045

2004 2005 2006 2007 2008

Persentase Ekspor Terhadap PDRB

Gambar 2.21. Persentase Ekspor Terhadap PDRB Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 Sumber: Biro Pusat Statistik Provinsi NTB, 2009.

Secara konsisten proporsi ekspor terhadap PDRB Provinsi NTB sejak Tahun

2004 mengalami peningkatan signifikan. Kecuali pada Tahun 2006 sedikit mengalami

penurunan sebagai akibat adanya kebijakan pengurangan subsidi BBM yang

selanjutnya meningkatkan harga BBM dan berdampak pada daya saing ekspor

Page 40: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐25

Provinsi NTB di pasar internasional. Biaya produksi yang meningkat sebagai dampak

dari meningkatnya harga BBM menyebabkan daya saing ekspor produk Provinsi NTB

menjadi menurut dibanding dengan produk yang sama dari daerah lain atau negara

lain.

Bila pada Tahun 2004 proporsi ekspor terhadap PDRB di Provinsi NTB baru

mencapai 18,89 %, meningkat menjadi 32,05 % pada Tahun 2005 dan kemudian

sedikit menurun pada Tahun menjadi 28,18 %. Namun setelah Tahun 2007 terus

meningkat masing-masing menjadi 34,27 % pada Tahun 2007 dan 38,90 % pada

Tahun 2008, seperti nampak pada gambar di atas.

C. Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB

3.45 3.38 3.32 3.23

5.00

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008

Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB

Gambar 2.22. Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB Provinsi NTB, Tahun 2004-2008

Sumber: Biro Pusat Statistik Provinsi NTB, 2009.

Mencermati Gambar tersebut di atas, dapat diketahui bahwa perekonomian

sangat kecil mendapat dukungan dari output manufaktur. Sektor manufaktur di

Provinsi NTB hanya berasal dari usaha mikro dan kecil, sehingga kontribusinya

terhadap pembentukan PDRB sangat terbatas atau rendah. Struktur perekonomian

yang masih didominasi oleh sektor pertanian dan pertambangan, menjadikan Provinsi

NTB bukan provinsi manufaktur. Apalagi bila dikaitkan dengan keterbatasan

infrastruktur seperti listrik, air bersih dan jalan, maka upaya pengembangan

manufaktur dengan skala menengah dan besar mengalami kendala besar.

Page 41: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐26

Namun demikian, selama kurun waktu 2004-2008, kontribusi output

manufaktur Provinsi NTB terhadap PDRB memiliki kecenderungan yang meningkat.

Bila pada Tahun 2004 kontribusinya masih sebesar 3.45 %, maka diakhir periode

atau Tahun 2008 kontribusi output manufaktur telah mencapai 5,00 %.

D. Persentase Output UMKM Terhadap PDRB

55.4

53.953.49 53.6

52.7

5151.5

5252.5

5353.5

5454.5

5555.5

56

2004 2005 2006 2007 2008

Persentase Output UMKM Terhadap PDRB

Gambar 2.23. Persentase Output UMKM Terhadap PDRB Provinsi NTB, Tahun 2004-

2008 Sumber: Biro Pusat Statistik Provinsi NTB, 2009.

Walaupun dalam proporsi yang relatif besar dibanding dengan kontribusi

output manufaktur terhadap PDRB, kontribusi output UMKM mengalami

kecenderungan menurun sejak Tahun 2004-2008. Pada Tahun 2004 kontribusi output

UMKM telah mencapai 54,4 %, maka pada Tahun 2008 turun terus secara konsisten

menjadi 52,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa selama 5 tahun terakhir kapasitas

UMKM di Provinsi NTB mengalami stagnasi, bahkan sebagian lagi justru mengalami

degradasi. Penyebab utama yang dikeluhkan oleh para pengusaha UMKM di NTB,

selain keterbatasan pasokan listrik, rendahnya kemampuan akses terhadap modal

kerja dan investasi dari UMKM ke lembaga perbankan dan lembaga keuangan

lainnya sangat rendah.

Page 42: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐27

E. Pendapatan Per Kapita (Jutaan Rupiah)

3.604.10

4.505.00 5.30

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008

Pendapatan Per Kapita (Jutaan Rupiah)

Gambar 2.24. Pendapatan Per Kapita Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 Sumber: Biro Pusat Statistik Provinsi NTB, 2009.

PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi PDRB ADHB dengan jumlah

penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2003, PDRB perkapita adalah Rp 3,3 juta.

Kemudian pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008 meningkat berturut-turut

menjadi Rp 3,6 juta, Rp 4,1 juta, Rp 4,5 juta, Rp. 5,0 Juta dan Rp 5,3 Juta.

Perkembangan nilai PDRB per kapita Provinsi NTB pada Tahun 2008 hanya mengalami

penambahan sebesar Rp 400 ribu saja, padahal untuk tahun-tahuan sebelumnya ada

yang mencapai angka Rp 500 ribu.

Page 43: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐28

K. Laju Inflasi (%)

6.61

17.72

4.17

8.76

13.01

02468

101214161820

2004 2005 2006 2007 2008

Laju Inflasi (%)

Gambar 2.25. Laju Inflasi Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 Sumber: Biro Pusat Statistik Provinsi NTB, 2009.

Dari sisi inflasi, tampaknya usaha-usaha pemulihan perekonomian yang telah

dilakukan pemerintah sejak mengalami krisis Tahun 1998 mampu mempertahankan laju

inflasi tidak mencapai 2 digit. Pada Tahun 2004 laju inflasi Kota Mataram sebagai

barometer perhitungan inflasi untuk NTB tercatat sebesar 6,61 % dan pada Tahun 2005

mengalami kenaikan signifikan menjadi 17,72 % sebagai akibat dari adanya kebijakan

kenaikan harga BBM. Namun demikian, sejak Tahun 2006-2007 laju inflasi di Provinsi

NTB kembali turun menjadi masing-masing sebesar 4,17 % pada Tahun 2006 dan 8,76

% pada Tahun 2007. Laju inflasi kembali meningkat sebagai akibat dari adanya krisis

finansial global di akhir Tahun 2008. Inflasi di Provinsi NTB pada Tahun 2008

meningkat menjadi sekitar 13,01 %. Kondisi inflasi selama Tahun 2004-2008 di Provinsi

NTB dapat dilihat pada Gambar 2.25 di atas.

Page 44: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐29

L. Infrastruktur

76.4276.4276.171.6767.76

44.7344.7344.3745.3948.48

0102030405060708090

2004 2005 2006 2007 2008

Jalan Nasional Kondisi Baik (%) Jalan Provinsi Kondisi Baik (%)

Gambar 2.26. Jalan Nasional Dan Provinsi Dalam Kondisi Baik Provinsi NTB, Tahun 2004-2008

Sumber: Biro Pusat Statistik Provinsi NTB, 2009.

Pembangunan infrastruktur khususnya jalan di Provinsi NTB menunjukkan kondisi

yang belum menggembirakan. Seperti terlihat pada gambar berikut kondisi jalan

nasional dan provinsi dalam kategori baik masih relative rendah. Kondisi rata-rata jalan

nasional masih lebih baik dari pada jalan provinsi. Secara rata-rata jalan nasional dalam

kondisi baik sekitar 74 % selama periode Tahun 2004-2008. Sedangkan jalan provinsi

kondisi baik, selama periode waktu yang sama rata-rata hanya sekitar 44 %.

Kondisi jalan tersebut paling tidak dapat menjadi kendala dan hambatan terhadap

perkembangan perekonomian masyarakat di Provinsi NTB. Keterbatasan infrastruktur

jalan yang baik menyebabkan daya tarik investasi di Provinsi NTB menjadi sangat

terbatas. Para investor enggan melakukan investasi di Provinsi NTB karena

ketersediaan infrastruktur jalan yang sangat terbatas dan kondisi yang buruk.

Page 45: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐30

M. Analisis Relevansi dan Efektivitas

Gambar.2.27. .Tingkat Dan Kecenderungan Pembangunan Ekonomi Provinsi NTB Dan

Nasional, Tahun 2004-2008 Sumber: Biro Pusat Statistik, 2009.

Secara kumulatif kinerja pembangunan ekonomi Provinsi NTB dicirikan oleh

beberapa pola yang menonjol, antara lain:

• Kinerja pembangunan ekonomi Provinsi NTB secara absolut di bawah pencapaian rata-

rata nasional, namun dengan kecenderungan yang sejalan dengan rata-rata nasional;

• Share perekonomian NTB ke dalam perekonomian nasional selama lima tahun terakhir

meningkat dari 0,90 % pada Tahun 2003 menjadi 0,95 pada Tahun 2007;

• Sebelum terjadi kontraksi perekonomian secara nasional Tahun 2006, performa

perekonomian NTB lebih baik dibanding rata-rata nasional. Setelah Tahun 2006

performa tersebut belum recovery secara penuh, posisi NTB memiliki kecenderungan di

bawah nasional;

• Kecenderungan tersebut menunjukkan ada perbedaan capaian indikator ekonomi di

NTB dengan indikator rata-rata nasional. Indikator yang paling menonjol mengalami

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

2004 2005 2006 2007 20080

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Tingkat Pembangunan Ekonomi NTB Tingkat Pembangunan NasionalTrend Pembangunan Ekonomi NTB Tren Pembangunan Ekonomi Nasional

Page 46: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐31

degradasi di NTB adalah infrastruktur penunjang perekonomian (jalan dan kekurangan

pasokan listrik sejak puluhan tahun yang lalu);

• Kapasitas perekonomian NTB sebenarnya dapat lebih dioptimalkan bila sarana dan

prasarana pendukung perekonomian (seperti listrik, air bersih dan infrastruktur

transportasi) dapat tersedia dengan baik dan mencukupi; dan

• Melalui Program NTB Bersaing (NTB Beriman dan Berdaya Saing) dengan pendekatan

PIN (Percepatan, Inovasi dan Nilai Tambah) yang dicanangkan Pemprov NTB, dengan

unggulan rumpun hijau ekonomi dan komoditi unggulan sapi, jagung dan rumput laut

akan memberikan peluang perkembangan perekonomian NTB menjadi lebih baik.

2.4.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

Gambar 2.28 menujukkan bahwa perekonomian Provinsi NTB didominasi oleh

UMKM. Namun demikian, sangat ironis kontribusi UMKM terhadap PDRB justru

cenderung menurun dari Tahun 2004-2008. Hal ini mengindikasikan betapa rendahnya

produktivitas UMKM di Provinsi NTB. Rendahnya tingkat produktivitas UMKM jelas

akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan pekerja yang bekerja di unit usaha UMKM.

0.08%

87.93%

0.54%11.45%

414 unit 2.947 unit

62.339 unit

478.684 unit

UB

UK

MIKRO

UM

Asset s.d. Rp 50 Jt Omzet/th s.d. Rp 100 juta

Asset > Rp 200 Jt s.d. Rp 10 M

Asset lebih dari Rp 10 M Omzet/th lebih dari Rp 50 M

Asset > Rp. 50 Jt s.d. Rp 200 Jt Omzet/th > Rp 100 juta s.d. Rp 1 M

Sumber: Biro Pusat Statistik, Hasil Sensus Ekonomi Tahun 2006

3311

Gambar 2.28. Komposisi Unit Usaha Menurut Klasifikasi Provinsi NTB, Tahun 2006

Page 47: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐32

2.4.3. Rekomendasi Kebijakan Ketidaksinkronan antara kinerja sektor atau unit usaha terhadap potensi yang

dimiliki menjadi prioritas program dan kegiatan yang harus diagendakan dalam waktu

segera oleh pemerintah Provinsi NTB. Penguatan institusi dan sumberdaya manusia

pendukung perekonomian NTB harus segera mendapatkan prioritas untuk dibenahi

dan ditingkatkan. Selain meningkatkan institusi dan sumberdaya manusia, pemilihan

komoditas unggulan yang harus dikembangkan secara penuh harus menjadi prioritas

untuk ditentukan dan disepakati oleh kabupaten/kota yang ada di Provinsi NTB.

Pengembangan komoditas berbasis lokal akan sangat mendukung pengembangan

wilayah marginal dan periperal di Provinsi NTB, serta dapat diharapkan meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya.

2.5. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM 2.5.1. Capaian Indikator

Perhatian yang kurang serius upaya pembangunan kualitas pengelolaan SDA

baik di Provinsi NTB maupun secara nasional ditunjukkan oleh keterbatasan data dan

informasi yang akan digunakan untuk mengukur pencapaiannya. Dari dua indikator

utama pengukuran kinerja kualitas pengelolaan SDA seperti kehutanan dan kelautan,

hanya bagian kecil saja dari sub indikator yang lengkap tersedia data dan

informasinya. Keterbatasan kondisi indikator kualitas pengelolaan SDA akan

dioptimalkan agar gambaran tentang kinerja pembanguan kualitas pengelolaan SDA

di Provinsi NTB dapat dikaji secara obyektif.

Page 48: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐33

A. Kehutanan

1.711.71

1.511.611.79

2.442.445.23

1.782.94

25.72

15.7217.00

16.2615.19

05

1015202530

2004 2005 2006 2007 2008

Luas Lahan Rehabilitasi Dalam Hutan Terhadap Lahan Kritis (%)Rehabilitasi Lahan Luar Hutan (%)Luas Lahan Konservasi (%)

Gambar 2.29 Persentase Luas Lahan Rehabilitasi Di Dalam Dan Luar Hutan Provinsi

NTB, Tahun 2004-2008 Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi NTB, 2009.

B. Kelautan

8.3 8.3 8.3 8.3 8.3

0123456789

2004 2005 2006 2007 2008

Terumbu Karang Kondisi Baik (%)

Gambar 2.30 Persentase Terumbu Karang Dalam Kondisi Baik Provinsi NTB, Tahun 2004-2008

Sumber: LIPI Survey Terumbu Karang Nasional, 2006.

Page 49: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐34

C. Analisis Relevansi Dan Efektifitas

Gambar.2.31. Tingkat dan Kecenderungan Kualitas Pengelolaan SDA Provinsi NTB dan Nasional, Tahun 2004-2008 Sumber: Biro Pusat Statistik, 2009.

Pola pencapaian kinerja pembangunan kualitas pengelolaa SDA di Provinsi NTB

sama dengan pencapaian kinerja pembangunan ekonomi, dengan karakteristik sebagai

berikut:

• Kecenderungan pencapian kualitas pengelolaan SDA di Provinsi NTB ternyata di

bawah pencapaian rata-rata nasional dan memiliki pola yang sama dengan rata-rata

nasional;

• Kondisi terumbu karang yang baik masih dalam proporsi rendah pada Tahun 2006 hasil

survey menunjukkan rata-rata kondisi terumbu yang baik sekitar 16 sampai 20 %;

• Dalam rangka melindungi kondisi hutan agar tidak terjadi degradasi, Pemprov NTB

sejak Tahun 2003 melakukan program Moratorium penebangan hutan (melarang

penebangan hutan oleh pemegang HPH) diseluruh wilayah NTB;

• Selain melakukan Moratorium penebangan hutan, melalui Program Gerbang Emas

melakukan upaya penghijauan sebanyak 25 juta pohon, namun dengan tingkat

keberhasilan yang belum optimal (sekitar 60 % di Pulau Lombok dan 30-40 % di Pulau

Sumbawa); dan

02468

1012141618

2004 2005 2006 2007-6

-4

-2

0

2

4

6

8

Kualitas Pengelolaan SDA NTB

Kualitas Pengelolaan SDA Nasional

Trend Kualitas Pengelolaan SDA NTB

Tren Kualitas Pengelolaan SDA Nasional

Page 50: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐35

• Saat ini untuk menunjang pemenuhan kebutuhan hasil hutan (kayu dan non-kayu)

sedang dikembangkan program hutan tanaman industri dan hutan tanaman energi.

2.5.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Sampai dengan Tahun 2008 tidak terdapat capaian indikator spesifik dan

menonjol pada kinerja pembangunan kualitas pengelolaan sumberdaya alam.

2.5.3. Rekomendasi Kebijakan Terdapat beberapa rekomendasi kebijakan yang perlu dilakukan oleh para

pihak pemangku kepentingan pembangunan kualitas pengelolaan SDA di Provinsi

NTB dalam rangka percepatan pencapaian pembangunan di bidang SDA. Kebijakan

moratorium penebangan hutan yang telah dilakukan beberapa tahun yang lalu,

kiranya tetap dapat dilanjutkan dengan melakukan peningkatan upaya penegakan

hukum terhadap pelanggarnya. Pemilihan program dan kegiatan dalam pengelolaan

hutan dan laut hendaknya dilakukan secara holistik dan komprehensif dengan

mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya masyarakat dan lingkungan fisik

serta lingkungan hidup. Kesemuanya memberikan arti bahwa kawasan hutan dan laut

hendaknya menjadi modal dasar dalam mengejar peningkatan kesejahteraan

masyarakat melalui praktek pembangunan berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan.

2.6. TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT 2.6.1. Capaian Indikator

Pengukuran capaian kinerja pembangunan kesejahteraan rakyat di Provinsi

NTB dapat diukur dengan dua indikator utama seperti tingkat pengangguran terbuka

(TPT) dan angka kemiskinan. Kedua indikator tersebut diharapkan dapat memberikan

gambaran obyektif terhadap tingkat kesejahteraan rakyat Provinsi NTB.

A. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Penggunaan TPT sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan rakyat

merupakan pendekatan yang normatif. Pendekatan tersebut meranjak dari asumsi bahwa

bila TPT rendah di suatu wilayah, maka hampir semua angkatan kerja telah mendapatkan

Page 51: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐36

pekerjaan dan memperoleh pendapatan dari pekerjaannya. Mekanisme sederhana yang

digambarkan oleh asusmi tersebut tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Gambar 2.32. Tingkat Pengguran Terbuka (%) Provinsi NTB, Tahun 2004-2008

Sumber: Biro Pusat Statistik Provinsi NTB, 2009.

2.6.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

Gambar 2.33. Persentase Kemiskinan Provinsi NTB, Tahun 2004-2008 Sumber: Biro Pusat Statistik Provinsi NTB, 2009.

7.48

10.87

8.9

6.48

5.25.16

0

2

4

6

8

10

12

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tingkat Pengangguran Terbuka

2005 2006 2007 2008 2009

25.92 27.17 24.9923.81 22.78 

20.00

22.00

24.00

26.00

28.00

Persen

Tahun

Page 52: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐37

C. Analisis relevansi Dan Efektivitas

Gambar 2. 34. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Provinsi NTB dan Nasional Tahun 2004-2008

Sumber: Biro Pusat Statistik, 2009

Pencapian kinerja peningkatan kesejahteraan rakyat di Provinsi NTB memiliki pola

yang sama dengan ekonomi dan SDA dengan karakteristik sebagai berikut:

• Secara nasional ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat NTB masih jauh dari

pencapaian nasional, tetapi dengan kecenderungan yang progresif;

• Rendahnya ukuran tingkat kesejahteraan tersebut sangat ditentukan oleh masih tingginya

angka kemiskinan yang sampai Tahun 2008 masih mencapai angka 23,81 %; dan

• Namun demikian, indikator kesejahteraan masyarakat NTB memiliki kecenderungan

peningkatan yang jauh lebih tinggi dan konsisten dibanding kecenderungan nasional.

Kondisi tersebut ditunjukkan oleh data kemiskinan tahun 2009 sudah turun menjadi 22.78

% dan TPT menjadi 5.16 %.

89

90

91

92

93

94

95

2004 2005 2006 2007 2008-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

Tingkat Kesejahteraan rakyat NTB Tingkat Kesra NasionalTrend Kesejahteraan Rakyat NTB Tren Kesra Nasional

Page 53: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  II‐38

2.6.3. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Sampai dengan Tahun 2008 telah banyak upaya program dan kegiatan yang

dijalankan oleh pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

rakyat di NTB. Namun demikian, mungkin perlu kiranya dilakukan evaluasi yang gradual

terhadap program dan kegiatan yang telah dilakukan tersebut untuk mencari tahu

tentang kendala dan hambatannya yang menyebabkan kinerja yang dicapai belum

optimal. Kalaupun pernah dilakukan evaluasi, sifatnya sangat terbatas dan tidak

dilakukan secara komprehensif. Keterbatasan evaluasi yang dilakukan paling tidak telah

memberikan arah kebijakan, program dan kegiatan yang bersifat inovatif dan menonjol

yang mulai dijalankan pada akhir Tahun 2008. Kebijakan pemberian beasiswa untuk

meningkatkan pendidikan dan ketrampilan masyarakat, pemilihan komoditas unggulan

berbasis lokal, pendirian lembaga penjamin kredit bagi UMKM dan jaminan bebas biaya

kesehatan bagi masyarakat miskin diharapkan mampu mempercepat menekan angka

kemiskinan yang masih tinggi di NTB.

2.6.4. Rekomendasi Kebijakan

Desain intervensi upaya percepatan pencapaian peningkatan kesejahteraan

rakyat yang telah disusun dan mulai diimplementasikan sejak akhir Tahun 2008 seperti

Gerakan 3 A (Adono, Absano dan Akino), pemilihan komoditas unggulan PIJAR (Sapi,

Jagung dan Rumput Laut), DME (Desa Mandiri Energi), Hutan Tanaman Industri dan

Tanaman Energi, Permata (Program Perlindungan Mata Air), hendaknya dilakukan

secara konsisten dan berkelanjutan baik dari aspek substansi dan penganggaran.

Page 54: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

BAB.III. KESIMPULAN

Setelah merndalami dan mengkaji data dan informasi yang tersedia dalam rangka

mengevaluasi kinerja pembangunan daerah Provinsi NTB serta melakukan pembandingan

dengan kinerja secara rata-rata nasional, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat kecenderungan semakin membaiknya kondisi pelayanan publik di Provinsi NTB

baik secara kuantitatif maupun kualitatif dibanding dengan capaian secara nasional.

Pencapaian pelayanan publik didukung oleh beberapa sub indikator sebagai berikut:

• Penyelesaian kasus kriminal yang semakin meningkat memberikan kontribusi

terhadap peningkatan pelayanan publik di Provinsi NTB;

• Peningkatan pelayanan publik ditunjukkan pula dengan lebih tingginya proporsi

aparatur pemerintah daerah Provinsi NTB yang berijazah S1 bila dibandingkan

capaian nasional; dan

• Selain itu, semakin banyaknya kabupaten/kota di Provinsi NTB memiliki kantor

pelayanan satu atap yang dilandasi oleh Perda (bahkan terdapat beberapa kabupaten

dalam bentuk Badan atau Dinas Layanan dan Perijinan Terpadu).

2. Pembangunan demokratisasi di Provinsi NTB selama Tahun 2004-2008 berada di bawah

pencapaian rata-rata nasional;

3. Secara absolut pembangunan demokratisasi yang berada di bawah rata-rata nasional

ternyata memiliki pula kecenderungan yang menurun sama seperti kecenderungan di

tingkat nasional;

4. Pencapaian pembangunan kualitas sumberdaya manusia Provinsi NTB jauh lebih rendah

dari pencapaian rata-rata nasional di semua sub indikator seperti telah dijelaskan

sebelumnya dan memiliki kecenderungan berbeda dengan rata-rata nasional;

5. Kinerja pembangunan ekonomi Provinsi NTB secara absolut di bawah pencapaian rata-

rata nasional, namun dengan kecenderungan yang sejalan dengan rata-rata nasional.

Pencapaian pembangunan ekonomi Provinsi NTB yang di bawah rata-rata nasional

dibentuk oleh beberapa sub indikator sebagai berikut:

• Share perekonomian NTB ke dalam perekonomian nasional selama lima tahun terakhir

meningkat dari 0,90 % pada Tahun 2003 menjadi 0,95 pada Tahun 2007;

• Sebelum terjadi kontraksi perekonomian secara nasional Tahun 2006, performa

perekonomian NTB lebih baik dibanding rata-rata nasional. Setelah Tahun 2006

Page 55: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  III‐2

performa tersebut belum recovery secara penuh, posisi NTB memiliki kecenderungan di

bawah nasional;

• Kecenderungan tersebut menunjukkan ada perbedaan capaian indikator ekonomi di

NTB dengan indikator rata-rata nasional. Indikator yang paling menonjol mengalami

degradasi di NTB adalah infrastruktur penunjang perekonomian (jalan dan kekurangan

pasokan listrik sejak puluhan tahun yang lalu);

• Kapasitas perekonomian NTB sebenarnya dapat lebih dioptimalkan bila sarana dan

prasarana pendukung perekonomian (seperti listrik, air bersih dan infrastruktur

transportasi) dapat tersedia dengan baik dan mencukupi; dan

• Melalui Program NTB Bersaing (NTB Beriman dan Berdaya Saing) dengan pendekatan

PIN (Percepatan, Inovasi dan Nilai Tambah) yang dicanangkan Pemprov NTB, dengan

unggulan rumpun hijau ekonomi dan komoditi unggulan sapi, jagung dan rumput laut

akan memberikan peluang perkembangan perekonomian NTB menjadi lebih baik.

6. Kecenderungan pencapian kualitas pengelolaan SDA di Provinsi NTB ternyata di bawah

pencapaian rata-rata nasional dan memiliki pola yang sama dengan rata-rata nasional.

Pencapaian pembangunan kualitas pengelolaan SDA disebabkan oleh beberapa

kebijakan yang dapat diukur melalui beberapa sub indikator sebagai berikut:

• Kondisi terumbu karang yang baik masih dalam proporsi rendah pada Tahun 2006 hasil

survey menunjukkan rata-rata kondisi terumbu yang baik sekitar 16 sampai 20 %;

• Dalam rangka melindungi kondisi hutan agar tidak terjadi degradasi, Pemprov NTB

sejak Tahun 2003 melakukan program Moratorium penebangan hutan (melarang

penebangan hutan oleh pemegang HPH) diseluruh wilayah NTB; dan

• Selain melakukan Moratorium penebangan hutan, melalui Program Gerbang Emas

melakukan upaya penghijauan sebanyak 25 juta pohon, namun dengan tingkat

keberhasilan yang belum optimal (sekitar 60 % di Pulau Lombok dan 30-40 % di Pulau

Sumbawa).

7. Secara nasional ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat NTB masih jauh dari

pencapaian nasional, tetapi dengan kecenderungan yang progresif;

8. Rendahnya ukuran tingkat kesejahteraan tersebut sangat ditentukan oleh masih tingginya

angka kemiskinan yang sampai Tahun 2008 masih mencapai angka 23,81 %; dan

9. Namun demikian, indikator kesejahteraan masyarakat NTB memiliki kecenderungan

peningkatan yang jauh lebih tinggi dan konsisten dibanding kecenderungan nasional.

Page 56: Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM

  III‐3

Kondisi tersebut ditunjukkan oleh data kemiskinan tahun 2009 sudah turun menjadi 22.78

% dan TPT menjadi 5.16 %.