Laporan Akhir Dee - Deep Drawing, Stretching, dan Rolling

download Laporan Akhir Dee - Deep Drawing, Stretching, dan Rolling

of 30

description

Pembentukan Logam Deep Drawing & Stretching serta Rolling

Transcript of Laporan Akhir Dee - Deep Drawing, Stretching, dan Rolling

  • IV. Data

    IV.1. Pengukuran Ketebalan

    Tabel 1.1. Data Awal Rolling Kelompok 9

    Data Awal

    Material Aluminium

    Lebar (mm) 29,5

    Tebal (mm) 5

    % Reduksi 65

    Pelumas Tanpa Pelumas

    h (mm) 0,25

    Berdasarkan pengujian canai dingin yang dilakukan, didapatkan data

    pengujian tentang ketebalan dan % reduksi bahan sebagai berikut:

    Tabel 1.2. Nilai % reduksi setiap passing

    Passing ke- Tebal (mm) % Reduksi

    Perhitungan Percobaan Perhitungan Percobaan

    1 5,000 5,00 0,000 0,00

    2 4,746 4,92 5,071 1,60

    3 4,493 4,68 10,142 6,40

    4 4,239 4,36 15,213 12,80

    5 3,986 4,12 20,284 17,60

    6 3,732 3,76 25,355 24,80

    7 3,479 3,48 30,426 30,40

    8 3,225 3,28 35,497 34,40

    9 2,972 3,02 40,568 39,60

    10 2,718 2,72 45,638 45,60

    11 2,465 2,48 50,709 50,40

    12 2,211 2,26 55,780 54,80

    13 1,957 2,00 60,851 60,00

    14 1,704 1,76 65,922 64,80

  • 01

    2

    3

    4

    5

    6

    0 5 10 15

    Ke

    teb

    alan

    Passing ke-

    Grafik Hubungan Jumlah Passing dengan Ketebalan

    penurunan ketebalanperhitungan

    penurunan ketebalanpercobaan

    Perhitungan % reduksi didapat dari rumus:

    Perhitungan h didapat dari rumus:

    Berdasarkan perhitungan dan tabel di atas, maka dapat dilihat hubungan

    antara peningkatan % reduksi dengan jumlah passing dan hubungan

    ketebalan dengan jumlah passing seperti pada grafik berikut:

    Gambar 1.14. Grafik hubungan jumlah passing dengan % reduksi

    Gambar 1.15. Grafik hubungan jumlah passing dengan ketebalan

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    0 5 10 15

    % r

    ed

    uks

    i

    Passing ke-

    Grafik Hubungan Jumlah Passing dengan % Reduksi

    % reduksi perhitungan

    % reduksi percobaan

  • IV.2. Uji Kekerasan

    Tabel 1.3. Data awal uji kekerasan kelompok 9

    Data Awal

    Metode Brinell

    Beban 3 kg

    Waktu Indentasi 10 s

    Diameter Indentor 3 mm

    Pada sampel dilakukan uji kekerasan sebelum dan setelah di rolling.

    Berdasarkan uji kekerasan yang dilakukan pada sampel aluminium saat

    sebelum dan sesudah rolling didapatkan hasil sebagai berikut:

    Sebelum rolling:

    Tabel 1.4. Data kekerasan sebelum rolling

    Titik ke- d1 (x) d2 (y) d avarage BHN BHN avarage

    1 1,166 1,184 1,175 27,878 32,861

    2 1,072 0,956 1,014 37,844

    Gambar 1.16. Hasil penjejakan Brinel sampel aluminium sebelum rolling

    Setelah rolling:

    Tabel 1.5. Data kekerasan setelah rolling

    Titik ke- d1 (x) d2 (y) d avarage BHN BHN avarage

    1 1,048 1,092 1,07 33,865 34,696

    2 1,019 1,072 1,0455 35,527

    Gambar 1.17. Hasil penjejakan Brinel sampel aluminium setelah rolling

  • Data kekerasan akhir kelompok lain yang memiliki jadwal hari

    praktikum yang sama adalah sebagai berikut:

    Kelompok % Reduksi Pelumas BHN sebelum

    Rolling

    BHN setelah

    Rolling

    9 65 Tanpa pelumas 32,861 34,696

    10 75 Minyak 23,533 33,792

    11 65 Minyak 24,906 34,954

    12 75 Tanpa Pelumas 23,216 31,780

    Perbandingan kekerasan awal dengan kekerasan akhir terhadap

    peningkatan % reduksi ketebalan antara kelompok 9 (% Reduksi 65 %) dan

    kelompok 12 (% Reduksi 75 %) adalah sebagai berikut:

    Gambar 1.18. Grafik perbandingan kekerasan terhadap peningkatan % reduksi

    IV.3. Pelumasan

    Berdasarkan hasil pengujian kekerasan, didapat grafik perbandingan

    nilai kekerasan antara kelompok 9 (Kelompok 9 dengan reduksi 65 %, tanpa

    pelumas) dengan kelompok 11 (dengan reduksi 65 %, pelumas minyak

    goreng) sebagai berikut:

    32,861 34,696

    23,216

    31,78

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    1 2

    Ke

    kera

    san

    (B

    HN

    )

    Sebelum/Sesudah Rolling

    Perbandingan Kekerasan terhadap Peningkatan % Reduksi

    Kelompok 9

    Kelompok 12

  • Gambar 1.19. Grafik perbandingan kekerasan terhadap pengaruh pelumasan

    IV.4. Pengamatan Lembaran Logam Hasil Roll

    Lembaran logam yang digunakan dalam proses canai dingin adalah

    aluminium. Tebal awal sampel yang digunakan dalam praktikum kelompok 9

    adalah 5 mm, lebar 29,6 mm, dan % reduksi sebesar 65%. Sebelum dilakukan

    proses canai dingin terhadap sampel, terlebih dahulu sampel di uji kekerasan

    untuk membandingkan kekerasan sampel sebelum dan setelah proses

    pencanaian. Pada awalnya, sampel tidak menunjukan jenis cacat apapun,

    hanya terdapat sedikit permukaan sampel yang tidak halus. Setelah dilakukan

    proses pencanaian, didapat bahwa semakin bertambahnya passing rolling

    yang diberikan, mulai terlihat cacat hasil pengerolan yang tidak rata atau

    bengkok, baik dari arah vertikal maupun arah horizontal. Berikut foto hasil

    canai dingin kelompok kami:

    Gambar 1.20. Sampel sebelum proses rolling

    32,861 34,696

    24,906

    34,954

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    1 2

    Ke

    kera

    san

    (B

    HN

    )

    Sebelum/Sesudah Rolling

    Grafik Perbandingan Kekerasan terhadap Pengaruh Pelumasan

    Kelompok 9

    Kelompok 11

  • Gambar 1.21. Sampel setelah proses rolling

    V. Pembahasan

    V.1. Pengukuran Ketebalan Proses Cold Roll

    Proses rolling atau pencanaian adalah salah satu proses pengubahan

    bentuk dari logam. Proses ini merupakan suatu proses deformasi dimana

    ketebalan dari benda kerja direduksi dengan menggunakan gaya tekan dari

    dua buah roll atau lebih. Roll berputar untuk menarik dan menekan secara

    simultan benda kerja yang berada di antaranya. Butir sampel yang tadinya

    bulat (equiaxed) setelah adanya gaya tekan dari roll berubah menjadi bentuk

    pipih seperti gambar di bawah ini:

    Gambar 1.22. Perubahan butir pada proses rolling

    Pada saat rolling, sampel dikenai tegangan kompresi tinggi yang

    berasal dari gerakan jepit rol dan tegangan geser dan tegangan gesek

    permukaan sebagai akibat gesekan antara rol dan logam. Selama proses

    canai, roll memberikan tegangan tekan pada bagian-bagian dari benda kerja.

    Tegangan-tegangan ini mengakibatkan benda kerja mengalami deformasi

    plastis.

  • Dengan menggunakan rumus % reduksi, seperti rumus di bawah ini:

    didapat data bahwa ketebalan akhir dari sampel aluminium yang diinginkan

    adalah sebesar 1,75 mm untuk %reduksi sebesar 65% dengan ketebalan awal

    sebesar 5 mm.

    Untuk mendapatkan ketebalan akhir yang diinginkan, digunakan rumus

    untuk mencari nilai besarnya pengurangan ketebalan (h) untuk setiap

    passing dari mesin roll.

    Dengan rumus tersebut, didapatkan besarnya pengurangan ketebalan

    (h) untuk setiap passing dari mesin roll adalah sebesar 0.253 mm. Menurut

    perhitungan, untuk bisa mendapatkan tebal akhir yang diinginkan sesuai

    dengan perhitungan di atas diperlukan 14 kali passing.

    Dalam proses pencanaian, kelompok 9 tidak menggunakan

    pelumas apapun. Mesin roll yang digunakan adalah mesin roll tipe two high

    mill, yang merupakan mesin pengerol logam dua tingkat dan jenis yang

    paling sederhana. Gambar mesin yang digunakan dalam percobaan ini dapat

    dilihat pada gambar di bawah ini:

    Gambar 1.23. Mesin rolling

  • Berdasarkan percobaan canai dingin yang telah dilakukan, terdapat

    deviasi (penyimpangan) antara tebal yang didapat dengan tebal yang didapat

    berdasarkan percobaan dalam sekali passing melalui perhitungan :

    Passing ke- Tebal (mm)

    Perhitungan Percobaan

    1 5,000 5,00

    2 4,746 4,92

    3 4,493 4,68

    4 4,239 4,36

    5 3,986 4,12

    6 3,732 3,76

    7 3,479 3,48

    8 3,225 3,28

    9 2,972 3,02

    10 2,718 2,72

    11 2,465 2,48

    12 2,211 2,26

    13 1,957 2,00

    14 1,704 1,76

    Deviasi atau penyimpangan ini dapat terjadi karena pada saat

    perhitungan tebal teoritis, kita menganggap semua kondisi berjalan secara

    sempurna sesuai dengan spesifikasi dan tidak ada pengaruh minor yang

    berarti. Sedangkan pada saat melakukan percobaan, ditemukan beberapa

    faktor yang kemungkinan menyebabkan terjadinya deviasi atau

    penyimpangan tersebut, seperti kondisi awal sampel yang kurang rata,

    terutama dalam dimensi panjang dan lebar sampel juga akan mempengaruhi

    hasil dari proses canai dingin ini. Selain itu juga faktor penempatan sampel

    sebelum dicanai juga menjadi salah satu penyebab ketidaksamaan nilai

    reduksi yang diperoleh. Penempatan sampel yang tidak lurus dapat

  • menyebabkan penekanan roll tidak seragam di beberapa daerah sehingga

    memungkinkan terjadinya cacat kerataan dimana ketebalan sampel tidak

    sama untuk tiap bagian. Faktor penyebab terakhir adalah kesalahan praktikan

    dalam mengatur gap antar roll atau pun karena sisa pelumasan pada roll hasil

    kelompok sebelumnya.

    V.2. Uji Kekerasan

    Berdasarkan perhitungan nilai kekerasan pada sampel sebelum dan

    sesudah proses rolling, didapat bawah kekerasan sampel meningkat dari

    32,861 BHN menjadi 34,696 BHN. Hal ini dapat terjadi karena adanya

    mekanisme pengutan pada sampel logam. Dengan memberikan beban tekanan

    maka ada perubahan dimensi ketebalan yang mengakibatkan ketabalan

    menjadi lebih kecil dari sebelumnya. Hal ini disebut penguatan cold work

    (strain hardening). Penguatan ini terjadi akibat terjadinya deformasi akibat

    pengerollan sehingga dislokasi yang bergerak selama deformasi akan

    bertumpuk dan menjadi lebih padat dari sebelumnya sehingga lebih sulit

    bergerak, akibatnya sampel menjadi sulit untuk dideformasi lagi yang artinya

    sampel menjadi lebih keras dari sebelumnya.

    Bila dilihat dari struktur mikronya, struktur butir pada sampel hasil

    rolling akan berubah dari bentuk struktur awalnya. Pada proses rolling terjadi

    perubahan deformasi dan perubahan butir dari butir bulat (equiaxed) menjadi

    butir yang terelongasi. Jumlah pengerjaan dingin yang dapat dialami logam

    tergantung kepada kekuatannya, semakin ulet suatu logam, maka makin besar

    pengerjaan dingin yang dapat dilakukan. Logam murni relatif lebih mudah

    mengalami deformasi daripada paduan, karena penambahan unsur paduan

    cenderung meningkatkan gejala pengerasan regangan.

    Proses cold work akan meningkatkan energi internal dari logam

    sehingga semakin besar % cold work maka semakin tinggi tegangan sisanya

    (residual internal energy). Tegangan sisa pada proses pencanaian ini

    merupakan hal yang tidak diinginkan dalam pengaplikasiannya. Tegangan

  • sisa merugikan karena dapat mengurangi kemampuan maksimal dari material

    ini. Tegangan sisa ini disebabkan karena adanya gaya antar butir yang

    dipadatkan, dan membuat tegangan antar muka butir jadi tinggi. Oleh karena

    itu diperlukan perlakuan untuk menghilangkan tegangan sisa dan

    mengembalikan mikrostruktur produk roll pada proses pencanaian ini. Untuk

    mengatasi hal ini, besi biasanya dikenai annealing atau pemanasan. Dengan

    suhu tertentu, tegangan sisa tersebut dapat dihilangkan dan ukuran butir yang

    pipih akan kembali normal.

    V.3. Pelumasan

    Penambahan atau penggunaan pelumas pada saat proses rolling

    bertujuan untuk melumasi permukaan sampel sehingga meminimalisasi

    terjadinya cacat pada produk akhir. Pelumas ini juga berfungsi untuk

    mengurangi friksi antara sampel dan roll serta berungsi sebagai pendingin,

    sehingga tidak akan merusak permukaan sampel dan merubah sifat mekanis

    sampel canai dingin. Selain itu, pelumas juga digunakan sebagai media

    pendingin karena pada proses pengerolan, gesekan yang terjadi dapat memicu

    timbulnya panas pada daerah kontak sampel dan roll.

    Apabila tidak menggunakan pelumas pada saat pengerolan, maka

    umumnya akan diperlukan gaya yang lebih besar untuk melakukan proses

    rolling karena proses friksi yang terjadi akan menghambat proses rolling itu

    sendiri. Hal ini dapat dijelaskan melalui fenomena fisika sederhana dimana

    benda yang diberikan aksi pasti akan melakukan reaksi. Fenomena aksi-reaksi

    disini adalah proses roll dan gesekan yang ditimbulkan. Jika kita

    menggunakan pelumas, maka koefisien gesekan antar permukaan dapat

    diabaikan sehingga pergerakan proses roll akan lebih lancar.

    Pada saat praktikum pencanaian dilakukan, kelompok 9 tidak

    menggunakan pelumas apapun. Namun, pada roll masih terdapat sisa

    pelumas berupa minyak goreng hasil pencanaian kelompok sebelumnya. Jika

    dibandingkan dengan kelompok 11 yang menggunakan pelumas berupa

  • minyak goreng, maka dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan kekerasan antara

    kedua sampel kelompok.

    V.4. Pengamatan Lembaran Hasil Roll

    Pada sampel hasil rolling, kami menemukan beberapa cacat seperti

    hasil pengerolan yang tidak rata atau bengkok, baik dari arah vertikal maupun

    arah horizontal dan adanya pelebaran pada ujung-ujung sampel karena

    kondisi sampel awal yang tidak sempurna. Permukaan yang tidak rata ini

    termasuk cacat dalam proses rolling yaitu cacat kerataan atau wavy edges.

    Cacat kerataan ini bisa disebabkan karena permukaan sampel yang tidak rata

    sehingga saat roller menekan permukaan sampel, gaya tekan yang diberikan

    untuk tiap bagian tidak sama dan diperoleh hasil dengan permukaan yang

    tebal dan tipis serta berombak. Selain itu, cacat kerataan ini juga bisa

    disebabkan karena praktikan tidak lurus meletakkan sampel pada mesin

    rollernya sehingga hasil akhirnya bergelombang. Hasil yang diperoleh pada

    percobaan kami tidak terlalu buruk namun belum sempurna, mungkin salah

    satu alasannya karena pada saat pengerolan tidak menggunakan pelumas.

    Untuk menghindari terjadinya cacat, salah satu cara adalah dengan

    menggunakan pelumas yang tepat. Selain itu, peletakan sampel yang lurus

    pada mesin roller turut mengurangi terjadinya cacat. Peletakan sampel yang

    lurus dan benar akan memberikan hasil permukaan yang rata dan baik.

    V.5. Aplikasi Produk Roll Aluminium

    Beberapa aplikasi produk setengah jadi roll aluminium antara lain,

    aluminium roll dan aluminium foil.

  • Gambar 1.24. Aluminium roll (kiri) dan aluminium foil (kanan)

    Dari produk setengah jadi tersebut dapat dijadikan beberapa barang

    produk jadi, seperti penggaris aluminium, komponen tiang pada jembatan,

    dan kaleng makanan atau minuman.

    Gambar 1.25. Penggaris aluminium, jembatan, dan kaleng makanan-minuman

    VI. Tugas Tambahan

    (terlampir)

  • VII. Kritik dan Saran

    Pada saat praktikum canai dingin (pengerolan) terjadi kesalahan

    dalam pemakaian pelumas, seharusnya kelompok 9 menggunakan pelumas

    berupa minyak goreng tapi pada saat praktikum kelompok 9 tidak

    menggunakan pelumas. Sebaiknya asisten lebih teliti lagi pada saat praktikum

    berjalan. Selebihnya, asisten sudah cukup menjalankan peran dan tugasnya

    dengan sangat baik.

    Referensi

    Modul Praktikum Pembentukan Logam. 2013. DMM FTUI.

    Slide Kuliah Sheet Metal Forming oleh Prof. Dr. Ir. Dedi Priadi, DEA,

    2013.

    Slide Kuliah Metalurgi Fisik 1 oleh Bondan Tiara Sofyan, 2010.

  • Deep Drawing

    IV. Data

    IV.1. Sampel Baja

    Diameter blank awal : 80 mm

    Tebal blank : 1 mm

    Pelumas : Plastik

    Punch pressure : 7,5 tonF

    Blank pressure : 2 tonF

    Tinggi cup : 18,2 mm

    IV.2. Sampel Al

    Diameter blank awal : 80 mm

    Tebal blank : 1 mm

    Pelumas : Plastik

    Punch pressure : 0,5 tonF

    Blank pressure : 2 tonF

    Tinggi cup : 20,7 mm

    V. Pembahasan

    V.1. Sampel Baja

    Analisa LDR

    Mampu bentuk lembaran melalui proses deep drawing

    dinyatakan dengan LDR (Limit Drawing Ratio), yaitu batas

    kemampuan bahan dimana merupakan perbandingan antara diameter

    blank maksimum / kritis terhadap diameter punch yang masih dapat

    membentuk mangkuk atau cup yang baik dimana rasio batas

    penarikan (Limit Drawing Ratio), yaitu rasio dari diameter blank

    terbesar yang berhasil ditarik, D, terhadap diameter penekan, d.

    Setelah dilakukan percobaan, kemudian dapat dihitung nilai

    dari drawing ratio. Kemudian dilakukan perhitungan dari beberapa

    kelompok (kelompok 1, 9, dan 17) dengan data sebagai berikut:

  • Tabel 2.2. Data nilai drawing ratio

    Kelompok D maks d Drawing Ratio

    1 80 40 2

    9 80 40 2

    17 80 40 2

    Nilai drawing ratio pada tabel di atas didapat dari perhitungan di

    bawah ini:

    Kelompok 1

    240

    80LDR

    Kelompok 9

    240

    80LDR

    Kelompok 17

    240

    80LDR

    Berdasarkan perhitungan-perhitungan di atas dan hasil

    percobaan yang telah dilakukan, sampel baja memiliki nilai Limit

    Drawing Ratio (LDR) sebesar 2 dengan diameter blank sebesar 80

    mm. Hal ini dikarenakan pada proses deep drawing dengan diameter

    blank sebesar 80 mm sampel baja dapat terbentuk cup tanpa

    mengalami perobekan. Sedangkan berdasarkan percobaan yang kami

    lakukan dengan diameter blank sebesar 80 mm, sampel baja kami

    seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

  • Gambar 2.5. Sampel Baja Hasil Deep Drawing

    Hal ini juga sekaligus menunjukkan bahwa diameter blank

    kelompok kami (80 mm) termasuk dalam diameter blank kritis sesuai

    Limit Drawing Ratio (LDR).

    Analisa Tekanan Blank Holder

    Perhitungan blank holder dilakukan berdasarkan rumus:

    Dimana:

    D = diameter blank (mm)

    d = diameter pons (mm)

    s = tebal lembaran (mm)

    uts = tegangan tarik maksimum (kg/mm2)

    632,118,9

    1380

    1100

    405.01

    40

    8025.0

    2

    *

    xx

    x

    xxP

    tonFxxPB 438,01000

    1632,11)4080(

    400

    1 22

    Berdasarkan rumus di atas, besarnya blank holder perhitungan

    untuk sampel baja adalah sebesar 0,438 tonF, sedangkan tekanan

    blank holder yang kami gunakan pada saat praktikum deep drawing

  • adalah sebesar 2 tonF. Nilai UTS yang digunakan di atas merupakan

    nilai UTS Baja AISI 1020 yaitu sebesar 380 MPa. Dari hasil

    perhitungan di atas, tekanan yang digunakan blank holder yang

    seharusnya adalah 0,438 tonF sedangkan pada saat praktikum tekanan

    blank holder adalah sebesar 2 tonF. Karena hal inilah maka sampel

    baja kami masih berbentuk seperti huruf U dan belum robek karena

    ternyata tekanan blank holder yang digunakan di laboratorium kurang

    besar untuk merobek sampel. Sehingga jika saja tekanan yang

    digunakan pada blank holder minimal 0,438 tonF maka sampel bisa

    jadi akan robek.

    Gaya blank holder yang digunakan pada percobaan harus

    disesuaikan dengan diameter punch dan juga kesesuaian dengan jenis

    material. Gaya blank holder yang tinggi akan meningkatkan gesekan

    yang terjadi, bila gaya blank holder terlalu tinggi dapat

    mengakibatkan aliran material tidak sempurna sehingga produk dapat

    mengalami cacat.

    Analisa Pelumas

    Pada saat praktikum deep drawing, kelompok kami

    menggunakan pelumas jenis polimer (plastik) dan menghasilkan

    ketinggian cup sebesar 24.15 mm. Kami mencoba membandingkan

    hasil deep drawing kami dengan kelompok yang memiliki diameter

    blank yang sama namun menggunakan pelumas jenis berbeda

    (minyak), yaitu kelompok 1, serta kelompok 17 yang tidak memakai

    pelumas. Berdasarkan data kelompok 1, tinggi cup yang mereka

    hasilkan adalah sebesar 26.25 mm. Perbedaan mendasar antara

    pelumas oli dan plastik terletak pada wujudnya. Pelumas oli berwujud

    cair dan pelumas plastik berwujud padat.

    Berdasarkan perbandingan data antar kelompok 1 dan 9 ini

    dapat terlihat bahwa pelumas padat (plastik) memiliki efektifitas yang

    lebih baik tetapi menurut literatur pelumas cair yang memiliki

    efektifitas lebih baik jika digunakan sebagai pelumas pada proses deep

    drawing. Hal ini dapat dijelaskan karena oli memiliki fasa cair dan

  • memiliki mobilitas yang lebih baik untuk mengisi rongga-rongga

    antara cetakan dan blank pada saat proses deep drawing. Dengan

    adanya penyebaran pelumas yang lebih baik, maka proses deep

    drawing sendiri akan berlangsung lebih lancar (smooth) karena friksi

    berkurang berkurang lebih banyak dan hal ini dapat terlihat dari

    pembentukan cup yang lebih tinggi dibanding ketinggian cup dengan

    menggunakan plastik sebagai pelumas.

    Analisa Material

    Pada pengujian sampel baja, dengan diameter 80 mm pada

    temperatur ruang, sebelum dilakukan deep drawing sampel baja

    diberikan pelumas plastik pada kedua sisinya sampai menutupi

    permukaan material logam baja. Dari sampel tersebut (dengan

    pelumas plastik) kelompok kami tidak berhasil membentuk cup karena

    terjadi robek saat diberikan tekanan. Berdasarkan data dan hasil

    perhitungan, sampel yang kami gunakan memiliki nilai drawing ratio

    sebesar 2.75 untuk material baja berdiameter 110 mm. Dimana pada

    literatur didapatkan bahwa LDR baja bernilai 2.67. Hal ini tentu saja

    menjelaskan mengapa sampel baja kami mengalami perobekan karena

    nilai drawing ratio kelompok kami (2.75) berada di atas batas LDR

    untuk material baja (2,67).

    Pada sampel baja yang kami peroleh memang tidak ada cacat

    yang serius namun hanya bentuk sisi permukaan sampel yang tidak

    rata karena proses pemotongan sampel yang tidak sempurna. Hal ini

    mungkin yang menyebabkan sampel baja kami mengalami perobekan.

    Baja yang kami jadikan referensi disini adalah baja AISI 1020.

    Baja ini termasuk baja jenis karbon rendah (low carbon steel). Baja

    low carbon merupakan salah satu material dengan formability yang

    baik. Hal ini dikarenakan kandungan karbon yang rendah pada baja

    jenis ini bisa meningkatkan keuletan dari material ini. Seperti yang

    kita ketahui bersama bahwa semakin besar kadar karbon dalam baja,

    maka kekerasan dan kekuatannya akan meningkat sedangkan

    keuletannya akan menurun. Keuletan baja AISI 1020 dapat terlihat

  • dari besarnya reduction area yang dimiliki baja jenis ini, yaitu sebesar

    64%.

    Pada percobaan yang dilakukan timbul gaya gesek antara

    punch dan blank yang akan menyebabkan hambatan bagi blank untuk

    meregang. Untuk mengurangi gaya gesek digunakan pelumas. Kondisi

    pelumasan juga mempengaruhi distribusi tegangan dalam proses deep

    drawing dimana semakin baik pelumasan maka distribusi tegangan

    yang terjadi semakin uniform. Hal-hal yang mempengaruhi besarnya

    nilai LDR antara lain:

    Jari-jari cetakan

    Lengkungan punch, lengkungan yang tajam menimbulkan

    penipisan setempat dan perobekan

    Celah antara punch dan cetakan (clearance)

    Pelumas untuk mengurangi gesekan.

    V.2. Sampel Al

    Analisa LDR

    Mampu bentuk lembaran melalui proses deep drawing

    dinyatakan dengan LDR (Limit Drawing Ratio), yaitu batas

    kemampuan bahan dimana merupakan perbandingan antara diameter

    blank maksimum / kritis terhadap diameter punch yang masih dapat

    membentuk mangkuk atau cup yang baik dimana rasio batas penarikan

    (Limit Drawing Ratio), yaitu rasio dari diameter blank terbesar yang

    berhasil ditarik, D, terhadap diameter penekan, d.

    Setelah dilakukan percobaan, kemudian dapat dihitung nilai

    dari drawing ratio. Kemudian dilakukan perhitungan dari beberapa

    kelompok (kelompok 1, 9, dan 17) dengan data sebagai berikut:

  • Tabel 2.2. Data nilai drawing ratio

    Kelompok D maks d Drawing Ratio

    1 80 40 2

    9 80 40 2

    17 80 40 2

    Nilai drawing ratio pada tabel di atas didapat dari perhitungan di

    bawah ini:

    Kelompok 1

    240

    80LDR

    Kelompok 9

    240

    80LDR

    Kelompok 17

    240

    80LDR

    Berdasarkan perhitungan-perhitungan di atas dan hasil

    percobaan yang telah dilakukan, semua sampel Al mengalami

    fenomena perobekan pada diameter blank (kelompok 9) pada saat

    diuji deep drawing. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak dapat

    menentukan berapa besarnya LDR dari material Al jika menggunakan

    data-data percobaan dari kelompok 9.

    Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa LDR

    merupakan ratio antara diameter blank kritis dibagi dengan diameter

    dari punch. Diameter blank kritis disini maksudnya adalah diameter

    blank dimana sampel yang diuji deep drawing tidak mengalami

    perobekan. Hal ini dikarenakan pada proses deep drawing terjadi

    aliran material dari sampel sehingga mencegah penipisan dan atau

    perobekan. Aliran material ini dapat terjadi karena tekanan pada blank

    holder nilainya tidak terlalu besar.

  • Gambar 2.6. Sampel aluminium hasil deep drawing

    Analisa Tekanan Blank Holder

    Perhitungan blank holder dilakukan berdasarkan rumus:

    dimana:

    D = diameter blank (mm)

    d = diameter punch (mm)

    s = tebal lembaran (mm)

    uts = tegangan tarik maksimum (kgF/mm2)

    3,3216,111100

    405.01

    40

    8025.0

    2

    *

    x

    x

    xxP

    tonFxxPB 127,01000

    11273,3)4080(

    400

    1 22

    Berdasarkan rumus di atas, besarnya blank holder perhitungan

    untuk sampel Al adalah sebesar 0,127 kgF, sedangkan tekanan blank

  • holder yang kami gunakan pada saat praktikum deep drawing adalah

    sebesar 0.470 tonF. Hal ini berbeda karena pada saat praktikum kami

    belum menghitung tekanan blank holder (sesuai rumus modul)

    melainkan menggunakan tekanan blank holder yang terbaca dari

    mesin deep drawing. Bila dilihat dari hasil percobaan yang telah

    dilakukan, pengaruh perbedaan tekanan blank holder hasil

    perhitungan dengan praktikum berpengaruh besar terhadap hasil

    praktikum deep drawing. Hal ini dikarenakan dengan penggunaan

    tekanan blank holder yang lebih besar (saat praktek 0.470 tonF) dari

    tekanan blank holder hasil perhitungan (0.127 tonF), dapat

    menyebabkan aliran material tidak sempurna sehingga produk

    mengalami cacat. Ini menunjukkan bahwa ratio diameter blank

    dengan diameter punch yang kami gunakan pada deep drawing

    aluminium (nilai drawingratio) memang bukanlah nilai Limit

    Drawing Ratio (LDR) dari sampel Al, hal ini dikarenakan diameter

    kritis tidak dapat dicapai karena sampel telah mengalami perobekan

    saat deep drawing.

    Gaya blank holder yang digunakan pada percobaan harus

    disesuaikan dengan diameter punch dan juga kesesuaian dengan jenis

    material. Gaya blankholder yang tinggi akan meningkatkan gesekan

    yang terjadi, bila gaya blankholder terlalu tinggi dapat mengakibatkan

    aliran material tidak sempurna sehingga produk dapat mengalami

    cacat.

    Analisa Pelumas

    Pada saat praktikum deep drawing, kelompok kami

    menggunakan pelumas padat berupa plastik dan menghasilkan

    ketinggian cup sebesar 19.2 mm. Kami mencoba membandingkan

    hasil deep drawing kami dengan kelompok yang memiliki diameter

    blank yang sama namun menggunakan pelumas jenis berbeda

    (minyak), yaitu kelompok 1, serta kelompok 17 yang tidak memakai

    pelumas. Berdasarkan data kelompok 1, tinggi cup yang mereka

  • hasilkan adalah sebesar 17.4 mm. Perbedaan mendasar antara pelumas

    oli dan plastik terletak pada wujudnya. Pelumas oli berwujud cair dan

    pelumas plastik berwujud padat. Ternyata pada prakteknya, hal ini

    berpengaruh karena kelompok kami dan kelompok 8 memiliki

    ketinggian cup yang berbeda, yaitu 19.2 mm dengan 7.4 mm.

    Berdasarkan perbandingan data antar kelompok 1 dan 9 ini dapat

    terlihat bahwa pelumas padat (plastik) memiliki efektifitas yang lebih

    baik tetapi menurut literatur pelumas cair yang memiliki efektifitas

    lebih baik jika digunakan sebagai pelumas pada proses deep drawing.

    Hal ini dapat dijelaskan karena oli memiliki fasa cair dan memiliki

    mobilitas yang lebih baik untuk mengisi rongga-rongga antara cetakan

    dan blank pada saat proses deep drawing. Dengan adanya penyebaran

    pelumas yang lebih baik, maka proses deep drawing sendiri akan

    berlangsung lebih lancar (smooth) karena friksi berkurang berkurang

    lebih banyak dan hal ini dapat terlihat dari pembentukan cup yang

    lebih tinggi dibanding ketinggian cup dengan menggunakan minyak

    sebagai pelumas. Kesalahan percobaan ini terjadi tinggi cup yang

    dicatat dihitung dari cup yang sobek sehingga menimbulkan kesalahan

    pembacaan tinggi cup.

    Sementara, jika dibandingkan kelompok 9 dan 17, tinggi yang

    didapatkan adalah 16.5 mm (untuk kelompok 17), sementara untuk

    kelompok kami adalah 19.2 mm. Berdasarkan perbandingan data antar

    kelompok 1 dan 9 ini dapat terlihat bahwa pelumas padat (plastik)

    memiliki efektifitas yang lebih baik dibandingkan tanpa pelumas.

    Saat proses deep drawing berlangsung gesekan terjadi antara

    permukaan punch dengan blank. Gesekan akan mempengaruhi hasil

    dari produk yang dihasilkan sekaligus mempengaruhi besarnya gaya

    yang dibutuhkan untuk proses pembentukan cup. Semakin besar gaya

    gesek maka gaya untuk proses deep drawing juga akan meningkat.

    Proses pelumasan adalah salah satu cara mengontrol kondisi lapisan

    tribologi (friksi, aus dan lubrikasi) pada proses deep drawing. Dengan

  • melakukan pelumas diharapkan mampu menurunkan koefisien gesek

    permukaan material yang bersinggungan.

    Analisa Material

    Pada pengujian sampel Aluminium dengan diameter 80 mm

    pada temperatur ruang, sebelum dilakukan deep drawing sampel Al

    diberikan pelumas plastik pada kedua sisinya sampai menutupi

    permukaan material logam kuningan. Dari sampel tersebut (dengan

    pelumas minyak) kelompok kami tidak berhasil membentuk cup

    karena terjadi robek saat diberikan tekanan. Berdasarkan data dan

    hasil perhitungan, sampel yang kami gunakan memiliki nilai drawing

    ratio sebesar 2 untuk material aluminium berdiameter 80 mm.

    Pada sampel kuningan yang kami peroleh tidak ada cacat yang

    serius yang dapat mempengaruhi hasil percobaan. Yang ada hanya

    bentuk sisi permukaan sampel yang tidak rata karena proses

    pemotongan sampel yang tidak sempurna. Ketidakrataan sisi sampel

    kuningan kami ini dapat diatasi dengan melakukan pengamplasan

    yang merata di sisi-sisi yang kurang rata tersebut.

    Aluminium merupakan salah satu material dengan formability

    yang baik. Hal ini dikarenakan aluminium memiliki keuletan yang

    baik. Besar elongasi aluminium adalah 6%. Aluminium merupakan

    salah satu material yang banyak digunakan di masyarakat. Material ini

    merupakan material serbaguna yang digunakan karena kekuatannya,

    ketahanan korosinya, penampilannya dan kemudahannya untuk

    digunakan serta memiliki berat jenis yang rendah dibandingkan

    dengan baja.

    Pada percobaan yang dilakukan timbul gaya gesek antara

    punch dan blank yang akan menyebabkan hambatan bagi blank untuk

    meregang. Untuk mengurangi gaya gesek digunakan pelumas. Kondisi

    pelumasan juga mempengaruhi distribusi tegangan dalam proses deep

  • drawing dimana semakin baik pelumasan maka distribusi tegangan

    yang terjadi semakin uniform.

    Aplikasi Produk Deep Drawing

    Produk Setengah Jadi :

    Contoh produk setengah jadi dalam proses deep drawing adalah sebagai cup

    yang akan diproses menjadi produk jadi.

    Gambar 2.7. Cup hasil proses deep drawing

    Produk Jadi :

    Contoh aplikasi produk deep drawing sebagai produk jadi antara lain sebagai

    seal pada pompa air rumah tangga, komponen pada filter bahan bakar, wet

    rotor motor housings, drawn couplings dan adapters, oil pan dan lain-lain.

    Gambar 2.8. Aplikasi produk jadi hasil proses deep drawing

  • Stretching

    IV. Data

    IV.1 Data Sampel Al

    Diameter blank awal : 80 mm

    Tebal blank : 1 mm

    Pelumas : Plastik

    Punch pressure : 0,5 tonF

    Blank pressure : 4 tonF

    Tinggi cup : 16,25 mm

    IV.2 Data Sampel Baja

    Diameter blank awal : 80 mm

    Tebal blank : 1 mm

    Pelumas : Plastik

    Punch pressure : 4,5 tonF

    Blank pressure : 4 tonF

    Tinggi cup : 20 mm

    V. Pembahasan

    Pada percobaan stretching ini, material yang dipakai adalah aluminium

    dan baja dengan menggunakan pelumas plastik dan diameter blank 80 mm.

    Persiapan sampel yang dilakukan adalah memotong sample Al dan baja

    berbentuk bulat dimana diameternya sesuai dengan ukuran yang telah

    ditetapkan, yakni 100 mm. Diameter punch yang dipakai oleh kelompok kami

    yaitu 40 mm. sebelum dilakukan proses stretching, sampel dilapisi dengan

    plastik telebih dahulu pada kedua sisi permukaannya.

    Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan oleh kelompok kami, kami

    mendapatkan perbedaan bentuk fisik antara sampel Al dengan sampel baja

    saat dilakukan proses pengerjaan simulatif stretching dengan blank pressure

    yang sama yaitu 4 ton.

    Pada sampel Al, kami mendapatkan hasil yang tidak sempurna, yaitu,

    sampel kami (kelompok 9) robek atau terbelah pada bagian atas samping cup

    yang seharusnya membentuk suatu dome. Hal ini dikarenakan kemungkinan

  • terjadi aliran logam pada sampel, bukan penipisan. Padahal seharusnya pada

    proses stretching yang terjadi adalah penipisan tebal bukan aliran logam atau

    aliran material. Akan tetapi karena mesin uji yang digunakan sama dengan

    mesin uji deep drawing, maka kemungkinan kesalahan ini dapat terjadi. Hal

    ini berpengaruh karena mesin uji deep drawing dirancang untuk material

    mengalami aliran material atau aliran logam bukan penipisan, sehingga

    desain tekanan jepit yang diberikan oleh alat uji juga dirancang sedemikian

    rupa agar tetap terjadi aliran material. Pada percobaan tekanan yang diberikan

    ialah tekanan maksimal dari mesin uji ini, yaitu 4 ton. Tekanan 4 ton ini

    dimaksudkan agar tidak terjadi aliran material atau aliran material yang

    terjadi kecil. Kondisi ini dianggap oleh asisten dan praktikan sudah

    memenuhi kondisi dimana logam tidak mengalami aliran material.

    Hal ini juga dibuktikan dengan hasil stretching sampel baja kelompok

    kami dimana sampel kami membentuk suatu cekungan sempurna tanpa

    adanya perobekan. Ini menunjukkan aliran material yang terjadi pada sampel

    baja dan sekaligus membuktikan percobaan deep drawing bahwa sampel baja

    kami memiliki LDR dengan diameter blank sebesar 80 mm. Pada diameter

    blank 80 mm, sampel baja kami dapat membentuk cekungan tanpa penipisan

    atau perobekan. Bahkan sampel kami menempel pada cetakan dan sulit untuk

    dilepaskan.

    Gambar 2.9. Sampel hasil Al (kiri) dan Fe (kanan) hasil uji stretching

    Jika dilihat dari proses terjadinya regangan, sampel Al kami tidak

    mengalami regangan yang merata ke segala arah. Hal ini menyebabkan

    sampel kami menjadi sobek dibagian sampingnya. Sedangkan pada baja

    terjadi regangan yang sama ke segala arah sehingga material dapat

    membentuk dome saat di kenakan beban oleh punch tanpa terjadi robek pada

    daerah regang.

  • Kemampuan suatu lembaran untuk dibentuk melalui proses ini

    ditentukan oleh regangan maksimum yang masih dapat diterima bahan

    sebelum mengalami perobekan atau penciutan. Besarnya regangan

    maksimum ini sangat dipengaruhi oleh nilai n (koefesien strain hardening).

    Peningkatan nilai n akan memperbesar nilai regangan maksimum yang dapat

    dicapai. Sedangkan peningkatan nilai R anisotropi akan menurunkan

    regangan maksimum tersebut.

    Ukuran lain yang dipakai untuk menunjukan mampu rentang lembaran

    ialah ketinggian kubah yang dapat dihasilkan. Besaran ini juga dipengaruhi

    oleh nilai n. Peningkatan n ini diasosiasikan dengan kemampuan lembaran

    untuk mendistribusikan regangan secara uniform, sehingga mencegah

    terjadinya pemusatan regangan yang tinggi pada titik tertentu.

    Pada praktikum ini, yang kita dapatkan pada hasil percobaan sesuai

    dengan teori yang ada. Berdasarkan teori, semakin besar nilai n, maka

    kemampuan bahan untuk mengalami stretching semakin besar dan tinggi

    dome yang dihasilkan akan semakin tinggi. Berdasarkan percobaan yang

    dilakukan, material baja yang memiliki nilai n lebih besar, lebih mampu

    untuk di-stretching dibandingkan dengan material Al yang memiliki nilai n

    lebih besar (nilai n baja = 0,21 dan nilai n Al alloy = 0,17).

    Pelumas adalah plastik, yang berbentuk lembaran, yang dilapisi di

    antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi

    sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang

    berhubungan. Kami melakukan perbandingan antara hasil stretching

    kelompok kami dengan kelompok 1 dan 17, dimana kelompok kami

    menggunakan pelumas jenis plastik, kelompok 17 tak menggunakan pelumas,

    lalu kelompok 1 menggunakan pelumas minyak. Dengan pelumas minyak,

    kami mendapatkan kedalaman stretching untuk sampel Al dan baja sebesar

    16,25 mm dan 25,5 mm, sedangkan dengan pelumas minyak didapat

    kedalaman stretching untuk sampel Al dan baja sebesar 16,65 mm dan 26,25

    mm, dan tanpa pelumas didapatkan kedalaman stretching untuk Al dan baja

    adalah 16,5 mm dan 25,2 mm.

  • Jika dilihat dari data yang kita dapatkan, kedalaman dari hasil stretching

    ketika menggunakan pelumas plastik, pelumas oli, dan tanpa pelumas banyak

    yang berbeda beda dan sulit bagi kita untuk menemukan mana yang paling

    baik untuk digunakan, namun secara teori, seharusnya material dengan

    pelumas memiliki hasil lebih baik daripada yang tak memakai pelumas, tidak

    sesuai dengan yang kita dapatkan hasilnya. Lalu dengan memakai pelumas

    sekalipun, seharusnya material dengan pelumas oli lebih bagus juga jika

    dibanding dengan pelumas padat (plastik), hasil ini sesuai dengan hasil yang

    kami dapat dan bandingkan (karena pelumas cair lebih dapat mengisi seluruh

    bagian permukaan). Hasil yang menyimpang (antara pelumas plastik dan tak

    berpelumas) ini mungkin disebabkan oleh pemakaian alat yang tidak

    dibersihkan sebelumnya, karena memungkinkan untuk masih adanya tersisa

    bekas pelumas sebelum dipakai oleh kelompok yang bersangkutan, ataupun

    dikarenakan kita tidak menunggu hingga pemberian beban benar benar

    selesai dengan sendirinya (dikarenakan keterbatasan waktu).

    Aplikasi Produk Stretching

    Produk Setengah Jadi:

    Produk setengah jadi dari proses stretching masih berupa cup dan akan

    diproses lebih lanjut untuk membentuk produk jadi.

    Gambar 2.10. Produk setengah jadi hasil stretching

    Produk Jadi:

    Hasil produk jadi proses stretching umumnya digunakan sebagai body

    kendaraan transportasi, seperti kapal, kereta, dan mobil.

  • Gambar 2.11. Produk jadi stretching

    VI. Kritik dan Saran

    Kritik dan saran yang dapat saya berikan untuk praktikum pembentukan

    logam ke depannya antara lain:

    Menggunakan material yang lebih beragam agar pengetahuan praktikan

    maupun asisten lebih diperkaya dengan sifat dan perilaku logam-logam

    lainnya.

    Adanya variabel lain yang bisa memungkinkan untuk material kita lihat

    perbedaannya misalkan dengan bahan pelumas lain.

    VII. Referensi

    Dieter, G.E., Mechanical Metallurgy, Mc Graw Hill, 1988

    Edwards, L. and Endean, M., Manufacturing with Materials, Butterworth

    Heinemann, 1990

    Hosford, William F dan Robert M Caddel. Metal Forming Mechanics and

    Metallurgy, Prentice Hall, 1983

    Callister, Jr., William D. Materials Science and Engineering : An

    Introduction, John Wiley & Sons Inc, 2007

    http://www.echoindustries.net/

    http://www.world-trades.com

    http://www.seekpart.com

    http://www.fsls.en.alibaba.com