Lapkas 2 - Frank - Fatma

46
BAB I STATUS EPIDEMIOLOGI No. Catatan Medik : 11071 Nama : An. J.S Tempat, Tanggal Lahir : 7 Januari 2003 Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 12 tahun Pendidikan : SD Status Perkawinan : Belum Kawin Suku/Bangsa : Biak / Papua Agama : Kristen Protestan Pekerjaan : - Alamat : Base G (Biak) Ruang Perawatan : Poliklinik Tanggal MRSJ : 30 Mei 2015 Tanggal Pemeriksaan : 30 Juni 2015 – 1 Juli 2015 Yang Mengantar : Tn. S.S Alamat : Base G 1

description

definisietiologimanifestasi klinisepidemiologipenatalaksanaanprognosiskesimpulan

Transcript of Lapkas 2 - Frank - Fatma

Page 1: Lapkas 2 - Frank - Fatma

BAB I

STATUS EPIDEMIOLOGI

No. Catatan Medik : 11071

Nama : An. J.S

Tempat, Tanggal Lahir : 7 Januari 2003

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 12 tahun

Pendidikan : SD

Status Perkawinan : Belum Kawin

Suku/Bangsa : Biak / Papua

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : -

Alamat : Base G (Biak)

Ruang Perawatan : Poliklinik

Tanggal MRSJ : 30 Mei 2015

Tanggal Pemeriksaan : 30 Juni 2015 – 1 Juli 2015

Yang Mengantar : Tn. S.S

Alamat : Base G

Pemberi Informasi : Ayah Kandung

1

Page 2: Lapkas 2 - Frank - Fatma

BAB II

LAPORAN PSIKIATRIK

2.1. RIWAYAT PSIKIATRI

1. Keluhan Utama

- Autoanamnesis

Saat diwawancara pasien cenderung menghindar

- Heteroanamnesis (Ayah Pasien)

Pasien suka menyendiri jika ada orang. Pasien tidak suka bergaul dengan teman-

teman atau adik pasien, jika mereka mendekat pasien biasanya menghindar.

2. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien merupakan rujukan dari RSUD Kab. Biak Numfor dibawa ke Poliklinik Rumah

Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Abepura untuk yang keempat kalinya dengan diantar oleh

ayah, pasien datang dengan keluhan utama berupa pasien suka menyendiri dan suka

menghindar bila ada orang.

Pasien mulai mengalami gejala seperti ini saat menginjak kelas dua SD (saat

berumur 8 tahun). Pasien awalnya suka menghindari orang-orang seperti adik dan

teman-teman pasien. Saat kesekolah pasien biasanya diganggu oleh teman-teman

pasien. Menurut orang tua pasien, pasien juga suka melamun sendiri dan tidak mau

menerima pendapat orang lain. Selain itu orang tua pasien mengatakan pasien sempat

mengalami susah tidur. Pasien juga suka berbicara sendiri dan mengulang kata-kata

yang dibicarakan. Pasien juga saat dikelas terutama saat jam istirahat pasien tidak

2

Page 3: Lapkas 2 - Frank - Fatma

bermain dengan teman-teman pasien seperti yang lainnya tetapi lebih menyendiri di

kelas atau di luar kelas.

Orang tua pasien melarang pasien untuk bergaul dengan teman-teman sekolah

pasien karena lingkungan teman-teman sekolah pasien yang suka merokok dan

mengkonsumsi minuman keras. Kadang-kadang pasien juga dipukul menggunakan

sapu ijuk jika tidak mendengarkan orang tua pasien.

Menurut orang tua pasien, saat kelas 1 dan awal kelas 2 SD pasien mendapat

rangking didalam kelas dan berperilaku seperti anak-anak biasanya. Tetapi saat di kelas

2 pasien mulai menunjukan perilaku yang suka menyendiri dan menghindari orang-

orang.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat Penyakit Psikiatri

Pasien baru pertamakali sakit seperti ini

- Riwayat Penyakit Medis

a. Pasien mulai menderita sakit seperti ini pada usia 8 tahun saat pasien duduk di

kelas 2 SD, dan semakin lama reaksi menghindari orang-orang dan menyendiri

yang dialami pasien semakin berat.

4. Riwayat Penyalahgunaan Zat Psikoaktif

Pasien tidak pernah menggunakan zat-zat psikoaktif.

3

Page 4: Lapkas 2 - Frank - Fatma

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Di dalam keluarga pasien tidak

ada yang mengalami gangguan atau sakit yang sama seperti pasien.

Pohon Keluarga

Keterangan:

Keluarga pasien berjenis kelamin laki-laki

Keluarga pasien berjenis kelamin perempuan

Keluarga yang mengalami gangguan kesehatan jiwa

Pasien

6. Riwayat Kehidupan Pribadi

- Masa Pranatal dan Perinatal

Selama hamil ibu pasien sering memeriksakan kehamilannya dan mendapat obat

merah pada umur kehamilan 4 bulan. Selama kehamilan ibu pasien tidak pernah

mengalami sakit. Pasien dilahirkan cukup bulan (9 bulan), dilahirkan secara spontan

4

Page 5: Lapkas 2 - Frank - Fatma

di Biak dan ditolong oleh dukun. Waktu lahir, pasien menangis kuat dan dalam

keadaan sehat.

- Masa Kanak Awal (Sampai usia 3 tahun)

ASI diberikan pada pasien sampai umur 1 tahun dan PASI diberikan sampai umur 5

tahun. Tambahan susu formula mulai diberikan pada usia 1 bulan karena ASI yang

diberikan masih belum cukup.

Pasien bertumbuh dan berkembang dilingkungan tempat tinggalnya dengan keadaan

yang normal seperti anak-anak seusianya. Tahapan perkembangan dan pertumbuhan

pasien mulai membalikkan badan dan mengangkat kepala pada umur 5 bulan, umur

8 bulan pasien sudah mulai merangkak, 10 bulan pasien sudah mulai berjalan

dengan dituntun, 11 bulan pasien sudah bisa berjalan sendiri. Dan selama masa ini

pasien tidak pernah mengalami kejang atau menderita sakit yang lain.

- Masa Kanak Pertengahan (Usia 3-11 tahun)

Menurut Ibu pasien, pasien di sekolah bisa menangkap/menerima pelajaran

disekolah dengan baik pada saat pasien duduk di kelas 1 SD dan sempat

mendapatkan rangking 3 di SD kelas 1. Pasien bermain dengan teman-teman

seusianya hanya sampai umur 7 tahun, lalu pada saat pasien berusia 8 tahun pasien

mulai menyendiri dan menghindar dari orang-orang sekitarnya.

a. Riwayat Pendidikan

5

Page 6: Lapkas 2 - Frank - Fatma

Pasien TK nol besar di jayapura pada usia 5 tahun, lalu umur 7 tahun

melanjutkan SD di di Jayapura selama 4 tahun, sampai pasien kelas 4 SD yaitu

pada umur 10 tahun.

b. Riwayat Kehidupan Keagamaan

Pasien dari kecil jarang pergi ke Gereja, walaupun dipaksa oleh orangtuanya

dan pasien juga jarang mengikuti kegiatan-kegiatan keagaamaan.

c. Aktivitas Sosial

Menurut keterangan dari ayah pasien, pasien jika berada dirumah orang tuanya,

pasien kebanyakan menghabiskan waktu di kamar atau diruang TV dengan

bermain Play Station, lalu jika adik pasien datang untuk main bersama, pasien

akan menghindar dan menyendiri di kamar.

d. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien saat ini tinggal bersama kedua orang tuanya.

e. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak mempunyai riwayat pelanggaran hukum

f. Riwayat Seksual

Menurut ayah pasien, pasien mulai tidak memperlihatkan rasa suka pada lawan

jenis.

7. Riwayat Kehidupan Psikoseksual

Pasien menyadari bahwa dirinya berjenis kelamin laki-laki. Menurut ayah pasien,

sebelum sakit seperti ini pasien merupakan anak mudah bergaul dengan lingkungan

6

Page 7: Lapkas 2 - Frank - Fatma

sekitarnya. Pasien selalu menaati serta mematuhi segala perkataan dan aturan yang

dibuat oleh orang tuanya.

2.2. PEMERIKSAAN FISIS

2.2.1. Status Internus

Keadaan Umum : tampak agak gelisah

Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

Nadi : 92 x/mnt

Respirasi : 24 x/mnt

Suhu Badan : 36.80C

Kepala dan Leher

Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-

Hidung : Deformitas (-), secret (-)

Telinga : Deformitas (-), secret (-)

Mulut : Deformitas (-), bibir sianosis (-), Oral Candidiasis -/-

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Toraks

Pulmo : Inspeksi : simetris, ikut gerak nafas

Palpasi : Vokal Fremitus Dextra = Sinistra

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara napas vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Jantung : Inspeksi : Iktus Kordis (-)

7

Page 8: Lapkas 2 - Frank - Fatma

Palpasi : Thrill (-)

Perkusi : pekak

Auskultasi : Bunyi Jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspkesi : datar

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), Hepar: tidak teraba membesar, Lien: tidak

teraba membesar

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising Usus (+) normal

Ekstremitas : deformitas (-), akral hangat, edema (-)

2.2.2. Status Neurologi

Reflex fisiologi : BPR (+/+), TPR (+/+), KPR (+/+), APR (+/+)

Reflex patologi : Babinski (-/-), Schaeffer (-/-), Chaddock (-/-),Oppenheim(-/-),

Gonda (-/-), Gordon (-/-)

Motorik : Tremor (-/-)

2.2.3. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan

8

Page 9: Lapkas 2 - Frank - Fatma

2.3. STATUS PSIKIATRI

2.3.1. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien seorang laki-laki, berusia 12 tahun, dengan berpenampilan baik,

memakai baju berwarna hitam dan memakai celana pendek berwarna abu-abu

dan memakai alas kaki, dengan kulit berwarna coklat kehitaman, berambut

keriting, dengan potongan rambut 2 cm dan warna hitam, berwajah bulat, serta

kuku pendek dan bersih. Tampak merawat diri dengan baik.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Pasien kurang kooperatif saat dilakukan pemeriksaan. Dengan aktivitas

psikomotor normokinetik.

3. Pembicaraan

a. Wicara

Pasien berbicara dengan kecepatan yang normal, suara cukup keras, koheren

tetapi pasien lebih banyak diam.

b. Bahasa

Pasien bereaksi/merespon setiap percakapan dengan kurang baik.

Perbendaharaan kata cukup. Kemampuan membaca pada pasien baik.

4. Respon terhadap pemeriksa

Kontak pasien ada dengan rapport cukup.

5. Roman Muka

Tampak murung

9

Page 10: Lapkas 2 - Frank - Fatma

2.3.2. Keadaan Afektif dan Mood

1. Mood

Iritable

2. Afek

depresif

2.3.3. Bicara

Pasien bicara tidak spontan, yaitu berbicara saat ditanya oleh pemeriksa, dan

berespon diam atau berusaha menghindar terhadap pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan pemeriksa.

2.3.4. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi

Pada pasien ini didapatkan halusinasi auditorik.

2. Ilusi

Ilusi pada pasien ini belum didapatkan

2.3.5. Proses Berpikir

1. Bentuk Pikiran

Neologisme

2. Isi Pikiran

Waham curiga, Fobia Sosial

10

Page 11: Lapkas 2 - Frank - Fatma

3. Arus Pikiran

Inkoheren

2.3.6. Sensorium dan Kognisi

1. Kesadaran

- Kualitas : Kompos Mentis

- Kuantitas : GCS = 15 (E4V5M6)

2. Orientasi

Orientasi dinilai berdasarkan waktu, tempat, dan orang

- Waktu: Cukup (pasien dapat membedakan antara pagi-siang-malam)

- Tempat: Cukup (pasien mampu mengenali tempat keberadaannya saat ini)

- Orang: Cukup (pasien dapat mengenal dirinya sendiri, kakak kandungnya

dan anggota keluarga lainnya. Bahkan untuk menyebut namanya pasien

bisa)

2.3.7. Fungsi Intelektual

1. Taraf Pendidikan, Pengetahuan Umum dan Kecerdasan

Pasien pasien hanya bersekolah sampai kelas 5 SD.

2. Daya Konsentrasi

Pasien mampu menyebutkan abjad dari huruf A-Z, dan pasien mampu

menyebutkan benda-benda yang pemeriksa berikan, seperti bolpen, buku, sepatu

dan tas.

11

Page 12: Lapkas 2 - Frank - Fatma

3. Memori

- Remote memori

Pemeriksa menanyakan pada pasien “saat sekolah di taman kanan-kanak

pasien bersekolah diamana?” Pasien berusaha menghindar. Interpretasi

pasien: buruk

- Recent past memori

Pemeriksa menanyakan “saat dikelas 1 SD pasien rangking berapa?” pasien

hanya diam dan berusaha menghindar. Interpretasi pasien: buruk

- Immediate memori

Pemeriksa menyebutkan angka-angka 1, 3, 5, 7, 9. Lalu menyuruh pasien

menyebutkan ulang. Interpretasi pasien: cukup

- Recent memori

Pemeriksa menyuruh pasien mengingat 3 benda. Bolpen, pensil, kertas

setelah beberapa menit diselingi dengan pertanyaan lain, pemeriksa

menyuruh pasien menyebutkan 3 benda tersebut kembali. Interpretasi

pasien: cukup

- Longterm

Pemeriksa menanyakan “Dimana kamu tinggal waktu kecil?”, pasien hanya

diam dan berusaha menghindar. Interpretasi pasien: buruk

4. Kemampuan Berhitung

Pasien mampu berhitung dengan baik. Contoh yang pemeriksa berikan “ Jika

kamu mempunyai uang 10.000 lalu membeli permen 5.000, berapa

kembaliannya? “ Pasien tidak menjawab dan berusaha menghindar

12

Page 13: Lapkas 2 - Frank - Fatma

5. Pikiran Abstrak

Pasien mampu membedakan secara abstrak perihal antara bolpen dan sepatu

serta mampu menyebutkan fungsi masing-masing. Yaitu bolpen adalah alat tulis

dan sepatu adalah alas kaki yang digunakan untuk jalan.

6. Pengendalian Impuls

Pasien mampu mengendalikan impuls, dimana saat pasien di cubit saat pasien

tutup mata, pasien mampu menunjukan tempat dimana pasien di cubit.

2.3.8. Tilikan

Tilikan 1: penyangkalan penyakit sama sekali.

2.4. WAWANCARA DENGAN ANGGOTA KELUARGA

1. Ayah Pasien

Nama : Tn. S.S

Umur : 45 Tahun

Pekerjaan : PNS

Alamat : Base G (Biak)

Hubungan Dengan Pasien : Ayah Kandung

13

Page 14: Lapkas 2 - Frank - Fatma

2.5. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien seorang laki-laki, berusia 12 tahun dibawa ke Poliklinik RSJD Abepura untuk yang

ke empat kalinya, dengan keluhan utama berupa pasien suka menghindari orang-orang dan

suka menyendiri.

Berpenampilan baik dengan memakai baju berwarna hitam dan memakai celana pendek

berwarna abu-abu serta memakai alas kaki, dengan kulit berwarna coklat kehitaman,

berambut keriting, dengan potongan rambut 2 cm dan berwarna warna hitam, berwajah

bulat, serta kuku pendek dan bersih. Pasien tampak terawat dengan baik.

Pasien mulai mengalami gejala seperti ini saat menginjak kelas dua SD (saat berumur 8

tahun). Pasien awalnya suka menghindari orang-orang seperti adik dan teman-teman

pasien. Saat kesekolah pasien biasanya diganggu oleh teman-teman pasien. Menurut orang

tua pasien, pasien juga suka melamun sendiri dan tidak mau menerima pendapat orang lain.

Selain itu orang tua pasien mengatakan pasien sempat mengalami susah tidur. Pasien juga

suka berbicara sendiri dan mengulang kata-kata yang dibicarakan. Pasien juga saat dikelas

terutama saat jam istiriahat pasien tidak bermain dengan teman-teman pasien seperti yang

lainnya tetapi lebih menyendiri di kelas atau di luar kelas.

Pada pemeriksaan status psikiatrik (30 juni 2015 – 1 juli 2015) didapatkan: keadaan umum

agak gelisah, kebersihan diri baik, berpakaian bersih dan rapi, kuku pendek dan bersih,

perilaku kurang kooperatif, afek depresif dengan mood iritable, bentuk pikiran neologisme,

isi pikiran didapatkan waham curiga dan fobia sosial, arus pikiran inkoheren. Pasien bicara

tidak spontan, kesadaran compos mentis, tilikan 1.

14

Page 15: Lapkas 2 - Frank - Fatma

2.6. FORMULA DIAGNOSIS

Berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis (autoanamnesa dan heteroanamnesa),

riwayat dan pemeriksaan status psikiatri pasien yang terangkum dalam iktisar penemuan

bermakna diatas, tidak ditemukan tanda-tanda atau gejala gangguan mental organik dan

skizofrenia. Sebagian besar dari gejala yang ditunjukkan pasien, memenuhi kriteria

diagnosis pada F30 episode depresif dan sementara khususnya F32.3 episode depresi berat

dengan gejala psikotik.

2.7. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

1. Aksis I : F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

2. Aksis II : Tidak ada

3. Aksis III : Tidak ada

4. Aksis IV : masalah berkaitan dengan “primary support group” (keluarga)

5. Aksis V : 70 – 61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam

fungsi, secara umum masih baik)

2.8. DIAGNOSIS BANDING

- F40.0 Agorafobia

- F40.1 Fobia Sosial

- F43.2 Gangguan penyesuaian

15

Page 16: Lapkas 2 - Frank - Fatma

2.9. RENCANA TERAPI

Pasien ini diberikan terapi dipoliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Abepura. Dengan

indikasi utama adalah menstabilkan keadaan pasien. Lamanya pengobatan tergantung pada

respon pasien terhadap terapi yang diberikan dan perjalanan gangguan jiwa yang diderita

pasien.

Farmakoterapi

1. Antipsikotik

Resperidon 2 mg 2 x 1 tab

2. Anti-Depresan

Fluoxetine 20 mg 2 x 1 tab

3. THP 2 mg 2 x 1 tab

2.10. PROGNOSIS

Qou ad vitam : ad bonam

Qou ad Fungsionam : dubia ad bonam

Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

16

Page 17: Lapkas 2 - Frank - Fatma

BAB III

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1.1. F32 EPISODE DEPRESIF

- Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang dan berat)

- Afek depresif,

- Kehilangan minat dan kegembiraan

- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah

yang nyata sesudah kerja sedkit saja) dan menurunnya aktivitas

- Gejala Lainnya:

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f. Tidur terganggu

g. Napsu makan berkurang

- Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-

kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat

dibenarkan juka gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. Kategori diagnosis

episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2) hanya digunakan

untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus

diklasifikasi dibawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33)

F32.0 Episode depresif ringan

Pedoman diagnostik

- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas

- Ditambah sekuurang-kurangnya dua dari gejala lainnnya: (a) sampai dengan (g)

- Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.

- Lamanya seluruh episode sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.

17

Page 18: Lapkas 2 - Frank - Fatma

- Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang biasa dilakukannya.

F32.1 Episode depresif sedang

Pedoman diagnostik

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode

depresi ringan

Ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya

Lamanya seluruh episode minimal 2 minggu.

Menghadapai kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan

rumah tangga

F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

Pedoman diagnostik

Semua tiga gejala utama depresif harus ada

Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnnya dan beberapa diantaranya harus

berintensitas berat

Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok,

maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya

secara rinci.

Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih

dapat dibenarkan.

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi

jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk

menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.

Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau

urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

18

Page 19: Lapkas 2 - Frank - Fatma

F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

Pedoman diagnostik

- Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas

- Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide

tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang menganncam, dan pasien merasa

bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara

yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau bau aging yang busuk. Retardasi

psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi

dengan afek (mood-congruent)

1.2. F40 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK

- Ansietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu

sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan.

Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit

(nosofobia) dan ketakutan akan perubahan benntuk badan (dismorfobia) yang tak

realistik.

- Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa

terancam.

- Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda dari

anxietas lainnya dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan

panik).

- Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) depresi. Suatu episode depresif

seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa

episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang temporer, sebaliknya afek depresif

19

Page 20: Lapkas 2 - Frank - Fatma

seringkali menyertai berbagai fobia, khususnya agorafobia. Pembuatan diagnosis

tergantung darimana jelas-jelas timbul lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada

saat pemeriksaan.

1.1.1. F40.0 Agorafobia

Pedoman Diagnostik

Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:

a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan

manifestasi primer dari anxietasnyadan bukan sekunder dari gejala-gejala lainnya

seperti waham atau pikiran obsesif;

b) Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam hubungan

dengan) setidaknya 2 dari situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat

umum, berpergian keluar rumah, dan berpergian sendiri. Dan

c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol

(penderita menjadi “house bound”).

1.1.2. F40.1 Fobia Sosial

Pedoman Diagnostik

Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:

a) Gejala psikologis, perilaku otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi

primer dari gejala anxietasnya dan bukan sekunder dari manifestasi lain seperti

misalnya waham atau pikiran obsesif;

b) anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outsite the

family circle); dan

c) menghinndari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.

20

Page 21: Lapkas 2 - Frank - Fatma

3.1. TERAPI

1.1.1. Farmakoterapi

a. Penggolongan Obat Psikotropik

Sinonim: PSIKOTROPIKA, PSIKOFARMAKA, PSYCHO-ACTIVE DRUGS,

PSYCHOTHERAPEUTIC DRUGS

Penggolongan ini menganut asas:

- Kesamaan efek terhadap supresi gejala sasaran

- Kesamaan dalam susunan kimiawi obat

- Kesamaan dalam mekanisme kerja obat

Obat yang sudah masuk dalam satu golongan tertentu, dapat juga masuk ke

golongan lain sesuai dengan efek klinisnya yang berbeda.

1. Obat Anti-Psikosis

Sinonim: Neuroleptics, Major Tranquillizers Ataractics, Antipshychotics,

Antipsychotic Drugs, Neuroleptika

Obat acuan : Chlorpromazine (CPZ)

2. Obat Anti-Depresi

Sinonim: Thymoleptics, Physic Energizers, Anti-Depressants, Antidepresan

Obat acuan : Amitriptylin

3. Obat Anti-Mania

Sinonim: Mood Modulators, Mood Stabilizers, Antimanic

Obat acuan : Lithium Carbonate

4. Obat Anti-Anxietas

Sinonim: Pshycoleptic, Minor Tranquillizers Anxyolitics, Antianxiety

Drugs, Ansiolitik

Obat Acuan : Diazepam/Chlordiazepoxide

5. Obat Anti-Insomnia

Sinonim: Hypnotics, Somnifacient, Hipnotika

Obat Acuan : Phenobarbital

6. Obat Anti-Obsesif Kompulsif

Sinonim: Drugs Used In Obsesive Compulsive Disorder

Obat Acuan : Clomipramine

21

Page 22: Lapkas 2 - Frank - Fatma

7. Obat Anti-Panik

Sinonim: Drugs Used In Panic Disorder

Obat Acuan : Imipramine

1.2.1. Obat Anti Psikotik

Penggolongan

a. Obat antipsikosis tipikal

- Phenothiazine

Rantai Aliphatic Chlorpromazine

Rantai Piperazine Perphenazine, Trifluoperazine, Fluphenazine

- Butyrophenone Haloperidol

- Diphenyl-butyl-piperidine Pimozide

b. Obat antipsikosis atipikal

- Benzamide Supiride

- Dibenzodiazepine Clozapine, Olanzapine, Zotepine, Quetiapine

- Benzisoxazole Resperidon, Aripiprazole

Indikasi

- Hendaya berat dalam kemammpuan daya nilai realitas, bermanifestasi dalam

gejala: kesadaran diri yang terganggu, daya nilai norma sosial terganggu,

dan daya tilikan terganggu.

- Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermaifestasi dalam gejala

POSITIF: gangguan asosiasi pikiran (inkohorensi), isi pikiran yang tidak

wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak

sesuai dengan situasi), perilaku yang aneh atau tidak terkendali

(disorganized), dan gejala NEGATIF: gangguan perasaan (afek tumpul,

22

Page 23: Lapkas 2 - Frank - Fatma

respon emosi minimal), gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif,

apatis), gangguann proses berpikir (lambat, terhambat), isipokiran yang

stereotip dan tidak inisiatif, perilaku yang sangat terbatas dan cenderung

menyendiri (abulia).

- Hendaya berat dalam hubungan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:

tidak mampu bekerja, menjalin hubungan social, dan melakukan kegiatan

rutin.

Mekanisme Kerja

Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam memblokade

reseptor dopamin dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergik dan

histamin. Pada obat generasi pertama (fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak

terlalu selektif, sedangkan benzamid sangat selektif dalam memblokade reseptor

dopamine D2. Anti-psikosis “atypical” memblokade reseptor dopamine dan juga

serotonin 5HT2 dan beberapa diantaranya juga dapat memblokade dopamin sistem

limbic, terutama pada striatum.

Cara Pennggunaan

Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati “first-pass metabolism” di hepar.

Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting Intra muscular

(IM) atau Intra Venous (IV), Untuk beberapa obat anti-psikosis (seperti haloperidol

dan flupenthixol), bisa diberikan larutan ester bersama vegetable oil dalam bentuk

“depot” IM yang diinjeksikan setiap 1-4 minggu. Obat-obatan depot lebih mudah

untuk dimonitor.

23

Page 24: Lapkas 2 - Frank - Fatma

Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang

dominan dan efek samping obat. Penggantian obat disesuaikan dengan dosis

ekivalennya. Apabila obat psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam

dosis optimal setelah jangka waktu memadai, dapat diganti dengan obat anti-

psikosis lainnya. Jika obat anti-psikosis tersebut sebelumnya sudah terbukti efektif

dan efek sampingnya dapat ditolerir dengan baik, dapat dipilih kembali untuk

pemakaian sekarang.

Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan:

- Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

- Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

- Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

- Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping,

sehingga tidak menganggu kualitas hidup pasien

Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari hingga

dosis efektif (sindroma psikosis reda) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu

dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)

diturunkan setiap 2 minggu dosis maintenance dipertahankan selama 6 bulan

– 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu tapering off (dosis diturunkan

tiap 2-4 minggu) stop

Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun

diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan sangat kecil.

Jika dihentikan mendadak timbul gejala cholinergic rebound, yaitu: gangguan

lambung, mual, muntah, diare, pusisng, gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika

24

Page 25: Lapkas 2 - Frank - Fatma

diberikan anticholinergic agents (injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet

trihexylfenidil 3x2 mg/hari).

Obat anti-psikosis parenteral berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur

makan obat atau tidak efektif dengan medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 4 cc

setiap bulan. Pemberiannya hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan

terhadap skizofrenia.

Efek Samping

1. Extrapiramidal: distonia akut, parkinsonism, akatisia, dikinesia tardiv

2. Endokrin: galactorrhea, amenorrhea

3. Antikolinergik: hiperprolaktinemia

Bila terjadi gejal tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan. Bisa

diberikan obat reserpin 2,5 mg/hari. Obat pengganti yang yang paling baik adalah

klozapin 50-100 mg/hari.

Reaksi idiosinkrasi yang timbul dapat berupa diskrasia darah, fotosensitivitas,

jaundice, dan Neuroleptic Malignant Syndrome(NSM). NSM berupa hiperpireksia,

rigiditas, inkontinensia urin, dan perubahan status mental dan kesadaran. Bila

terejadi NSM, hentikan pemakaian obat, perawatan suportif dan berikan agonis

dopamin (bromokriptin 3x 7,5 sampai 60 mg/hari, L-Dopa 2x100 mg atau

amantidin 200 mg/hari)

Kontraindikasi

Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi,

ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran

25

Page 26: Lapkas 2 - Frank - Fatma

1.2.2. Obat Anti Depresan

Sinonim antidepresan adalah thimoleptika atau psikik energizer. Umumnya yang

digunakan sekarang adalah dalam golongan trisiklik (misalnya imipramin,

amitriptilin, dothiepin dan lofepramin)

Penggolongan

a. Obat Anti-Depresi TRISIKLIK Amitriptilin, Imipramine, Clomipramine,

Tianeptine

b. Obat Anti-Depresi TETRASIKLIK Maprotiline, Mianserin, Amoxapine

c. Obat Anti-Depresi MAOI –Reversible Moclobemide

d. Obat Anti-Depresi SSRI Sentraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine,

Citalopram

e. Obat Anti-Depresi SNRI Venlafaxine, Duloxetine

f. Obat Anti-Depresi MELATONERGIC Agomelatine

g. Obat Anti-Depresi “ATYPICAL” Trazodone, Mirtazipine

Indikasi

- Selama hampir dua minggu dan hampir mengalami:

1. Rasa hati yang murung

2. Hilang minat dan rasa senang

3. Kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan

- Keadaan diatas disertai gejala:

1. Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian

2. Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri

26

Page 27: Lapkas 2 - Frank - Fatma

3. Pikiran perihal dosa dan diri tidak berguna lagi

4. Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan

5. Gagasan atau tindakan mencederai tubuh / bunuh diri

6. Gangguan tidur

7. Pengurangan napsu makan

- Hendaya dalam fungsi sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: penurunan

kemampuan kerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin

Mekanisme Kerja

Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari noradrenalin dan serotonin yang

menuju neuron presinaps. SSRI hanya memblokade reuptake dari serotonin. MAOI

menghambat pengrusakan serotonin pada sinaps. Mianserin dan mirtazapin

memblokade reseptor alfa 2 presinaps. Setiap mekanisme kerja dari antidepresan

melibatkan modulasi pre atau post sinaps atau disebut respon elektrofisiologis.

Cara Penggunaan

Umumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali sehari dan mengalami

proses first-pass metabolism di hepar. Respon anti-depresan jarang timbul dalam

waktu kurang dari 2-6 minggu..

untuk sindroma depresi ringan dan sedang, pemilihan obat sebaiknya mengikuti

urutan:

Langkah 1 : golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)

Langkah 2 : golongan tetrasiklik (TCA)

27

Page 28: Lapkas 2 - Frank - Fatma

Langkah 3 : golongan tetrasiklik, atypical, MAOI (Mono Amin Oxydase Inhibitor)

reversibel.

Efek Samping

Trisklik dan MAOI : antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,

konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik (perubahan EKG, hipotensi

SSRI : nausea, sakit kepala

MAOI : interaksi tiramin

Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic syndrome dengan

gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi, delirium, confusion dan

disorientasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:

- Gastric lavage

- Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi

- Postigmin 0,5-1 mg IM untuk mengatasi efek antikolinergik, dapat diulangi

setiap 30-40 menit hingga gejala mereda.

- Monitoring EKG

Kontraindikasi

- Penyakit jantung koroner

- Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsy

28

Page 29: Lapkas 2 - Frank - Fatma

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. DIAGNOSIS

Berdasarakan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan psikiatri didapatkan

suatu diagnosa yang sudah terangkum dalam iktisar penemuan bermakna, dimana pada

pasien ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda atau gejala gangguan mental organik dan

skizofrenia. Sebagian besar dari gejala yang ditunjukkan pasien, memenuhi kriteria episode

depresif, sehingga mengarahkan diagnosis pasien ini pada F30 Episode depresif dan

sementara khususnya F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik.

Pada kasus ini, kami diagnosa bermakna pada block diagnosis F32.3 Episode depresif

berat dengan gejala psikotik. Karena pada block ini dijelaskan tentang Episode depresif

berat dengan gejala psikotik dan sementara dimana pada temuan klinis pasien yang sesuai

dengan F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik, seperti:

- Gejala disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide

tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang menganncam, dan pasien merasa

bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa

suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau bau daging yang busuk.

Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Pada kasus ini didapatkan gejala berupa pasien yang suka menyendiri dan menurut

orang tua pasien apa yang dipikirkan oleh pasien adalah yang dianggap benar.

Pada kasus ini juga didapatkan perubahan perilaku yang dialami oleh pasien berupa

pasien suka menghindari orang-orang disekitar pasien dan pasien suka menyendiri.

Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk episode depresif (F30.-) harus sudah ada untuk

sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis episode depresif;

- Afek depresif,

- Kehilangan minat dan kegembiraan

Dimana pada temuan klinis didapatkan pasien biasanya suka menyendiri dan akan

menghindar saat ada orang lain disekitar pasien.

29

Page 30: Lapkas 2 - Frank - Fatma

Gejala Ini juga ditunjukan pasien ketika pasien tiba di Poliklinik RSJD Abepura, saat

pasien hendak ditimbang pasien tidak mau dan terus berusaha untuk menghindar.

Pasien hanya mau ditimbang oleh ayah pasien.

Berdasarkan temuan klinis pasien dan pedoman diagnostik, maka kami mendiagnosa pasien

sesuai dengan block diagnosis F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik.

4.2. DIAGNOSIS BANDING

Adapun beberapa diagnosis banding berdasarkan urutan hierarki block diagnosis yang

muncul dari temuan klinis pasien berdasarkan pedoman diagnostik F32.3 Episode depresi

berat dengan gejala psikotik adalah sebagai berikut:

- F40.0 Agorafobia

Berdasarkan pedoman diagnostik dan temuan klinis pasien, bahwa sakit yang sekarang

pasien alami bukan disebabkan karena pasien takut keluar rumah, berada ditempat atau

fasilitas umum, ataupun pada situasi keramaian.

- F43.2 Gangguan penyesuaian

Berdasarkan pedoman diagnostic F32.2 disebutkan bahwa diagnosis ditegakan apabila

terdapat gejala-gejala berupa depresif, anxietas depresif-anxietas, gangguan tingkah

laku disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari yang disebabkan

karena adanya kejadian atau situasi yang stressfull atau krisis kehidupan yang dialami

oleh pasien.

- F40.1 Fobia sosial

Yang didalamnya termasuk fobia sosial adalah reaksi menghindari orang-rang

keramaian, atau berada ditempat umum, kehilangan minat dan kegembiraan, Dimana

pada pasien ini tidak ditemukan.

30

Page 31: Lapkas 2 - Frank - Fatma

4.3. TERAPI

Pasien mendapat terapi:

1. Anti-depresan

Pemberian fluoxetin (anti-depresan) pada pasien ini didasarkan atas:

Dalam kepustakaan penggunaan klinis obat anti-depresan dikatakan bahwa apabila

gejala positif (terdapat afek depresif dan suka menyendiri serta murung) lebih menonjol

pada pasien dengan episode depresif berat dengan gangguan psikotik, maka pilihannya

obat anti-depresan. Pada pasien ini didapakan gejala positif yang lebih menonjol yaitu

adanya reaksi menghindar dari orang-orang, dan suka menyendiri serta tidak mau

bergaul dengan orang-orang disekitar pasien dan tampak murung.

2. Anti-Psikotik

Pemberian antipsikotik pada pasien ini didasarkan atas:

Pada gejala klinis pasien didapatkan gejala-gejala psikotik berupa adanya waham serta

halusinasi auditorik berupa suara-suara bisikan yang mengatakan bahwa “pasien gila”,

serta menarik diri. Sebagaimana gejala diatas sesuai dengan indikasi dari obat-obat

antipsikotik Maka pasien ini diberikan terapi dengan obat antipsikosis.

4.4. PROGNOSIS

Prognosis gangguan ini (episode depresif berat dengan gejala psikotik) adalah bervariasi.

tetapi pada umumnya prognosisnya bersifat dubia ad bonam.

Oleh karena sebab itu berdasarkan prognosis kami golongkan sebagai berikut

Qou ad vitam : ad bonam

Qou ad Fungsionam : dubia ad bonam

Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

31

Page 32: Lapkas 2 - Frank - Fatma

DAFTAR PUSTAKA

1. Kairupan, Prof. dr., MSc, SpKJ(K). Handouts Dasar-dasar Ilmu Kedokteran Jiwa. Bagian

Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNSRAT Manado. 2007

2. Maslim, Rusdi dr. Sp.KJ. Buku Saku : Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari

PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2001. Jakarta

3. Kaplan,M.D Harold, Sadock,M.D Benjamin, Grebb,M.D Jack. Sinopsis Psikiatri : Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 1. Binarupa Aksara. 2010. Jakarta

4. Maslim, Rusdi dr. Sp.KJ. Panduan Praktis : Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi

Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2007. Jakarta

5. URL: www.medscape.com/drugreference [Diunduh 30 Juni 2015]

6. Damayanti D., Puspita A dkk. 2013. Anxietas Fobik. Fakultas Psikologi Universitas

Padjajaran. Jatinangor. URL: http://xa.yimg.com/kg/groups/74542946/1264194205/.../

[Diunduh 1 Juli 2015]

32