Lap Prak Farmakol Bslt
-
Upload
arini-eka-pratiwi -
Category
Documents
-
view
281 -
download
3
Transcript of Lap Prak Farmakol Bslt
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
“TOKSISITAS AKUT DENGAN BSLT (BRINE SHRIMP LETALITY TEST)”
Laboratorium Farmakologi, Selasa, 28 Mei 2013
Kelompok 1B
Mohammad Al-Fattah 1111102000053
Silvia Aryani 1111102000039
Sumiati 1111102000124
Nur Khayati P. Indriyani 1111102000126
Rifda Nailil Muna 1111102000130
PRODI FARMASI SEMESTER 4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................2
1.1 Tujuan Praktikum ......................................................................................2
1.2 Landasan Teori ..........................................................................................2
BAB II METODOLOGI, HASIL, DAN PEMBAHASAN ..............................8
2.1 Metodologi ................................................................................................8
2.1.1 Judul praktikum .........................................................................................8
2.1.2 Tempat dan tanggal praktikum ..................................................................8
2.1.3 Cara kerja ...................................................................................................8
2.2 Hasil ...........................................................................................................10
2.3 Pembahasan ...............................................................................................14
BAB III PENUTUP ............................................................................................17
3.1 Kesimpulan .................................................................................................17
3.2 Saran ...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu:
- Terampil dalam melakukan uji toksisitas akut dengan metode BSLT (Brine
Shrimp Letality Test).
- Mengetahui cara perhitungan LC50 dengan metode BSLT (Brine Shrimp
Letality Test).
- Mampu melaksananakan pengujian toksisitas secara in vitro dengan metode
BSLT (Brine Shrimp Letality Test).
- Mampu menetapkan LC50 sebagai parameter ketoksikan akut berdasarkan
analisa probit.
1.2 Landasan Teori
Berbagai penyakit dalam tubuh disebabkan oleh adanya radikal bebas.
Radikal bebas adalah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron
tidak berpasangan. Radikal bebas juga dijumpai pada lingkungan, beberapa
logam (contohnya besi dan tembaga), asap rokok, obat, makanan dalam kemasan,
bahan aditif, dan lain-lain (Droge, 2002).
Dalam melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, substansi antioksidan
berfungsi untuk menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan
elektron dari radikal bebas sehingga menghambat terjadinya reaksi berantai
(Windono et al., 2001). Menurut Windono et al. (2001), antioksidan adalah
senyawa yang dapat digunakan untuk melindungi bahan pangan melalui
perlambatan kerusakan, ketengikan atau perubahan warna yang disebabkan oleh
oksidasi. Antioksidan mampu bertindak sebagai penyumbang radikal hydrogen
atau dapat bertindak sebagai akseptor radikal bebas sehingga dapat menunda
tahap inisiasi pembentukan radikal bebas.
Adanya antioksidan alami (seperti senyawa fenolik) maupun sintetis dapat
menghambat oksidasi lipid, mencegah kerusakan, perubahan komponen organik
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 3
dalam bahan makanan sehingga dapat memperpanjang umur simpan (Rohdiana,
2001).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi dan
antioksidan. Senyawa tersebut diantaranya flavonoid, tanin dan xanton (Ho et al.,
2002; Jung et al., 2006; Moongkarndi et al., 2004; Weecharangsan et al., 2006).
Sangat banyak manfaat dari kulit buah manggis, namun demikian belum ada
penelitian yang mengungkapkan tentang aktivitas antioksidan ekstrak metanol
dari kulit buah manggis.
Aktivitas Penangkal Radikal Bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
Aktivitas penangkalan radikal bebas dari ekstrak kulit buah manggis dapat
diukur dengan pengujian radikal DPPH yaitu dengan mereaksikan 0,5 mL ekstrak
kulit buah manggis dengan 2 mL larutan DPPH dan absorbansinya diukur pada λ
517 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum. Ekstrak kulit buah
manggis memiliki kemampuan sebagai penangkal radikal bebas yang sangat baik.
Aktivitas penangkal radikal dibuktikan dengan perubahan warna ungu menjadi
warna kuning, dan ketika ekstrak ditambahkan larutan DPPH, ekstrak metanol
menunjukkan aktivitas penangkal yang lebih besar ditandai dengan langsung
seketika berubahnya warna ungu menjadi warna kuning ketika ditambahkan
DPPH.
Pada prinsipnya metode penangkal radikal bebas merupakan pengukuran
penangkalan radikal bebas sintetik dalam pelarut organik polar seperti metanol
pada suhu kamar oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan.
Proses penangkalan radikal bebas ini melalui mekanisme pengambilan atom
hidrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas sehingga radikal bebas
menangkap satu elektron dari antioksidan. Radikal bebas sintetik yang digunakan
adalah DPPH, senyawa ini bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui
pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan
pasangan elektron. Keberadaan sebuah antioksidan dimana dapat
menyumbangkan elektron kepada DPPH, menghasilkan warna kuning yang
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 4
merupakan ciri spesifik dari reaksi radikal DPPH (Pokorny et al., dalam Kiay et
al., 2011). Senyawa yang memiliki kemampuan penangkal radikal umumnya
merupakan pendonor atom hidrogen (H), sehingga atom H tersebut dapat
ditangkap oleh radikal DPPH untuk berubah menjadi bentuk netralnya.
Untuk penentuan IC50 dibuat persamaan regresi persentase aktivitas
penangkal radikal bebas DPPH ekstrak kulit buah manggis terhadap konsentrasi
ekstrak 100 mg/L, 200 mg/L, 400 mg/L dan 600 mg/L. Dari harga persen aktivitas
penangkal radikal bebas yang diperoleh dari beberapa konsentrasi ekstrak
(Gambar 3), dibuat kurva antara persen penangkal radikal bebas terhadap
konsentrasi larutan uji untuk menentukan nilai IC50. Nilai IC50 dihitung dengan
menggunakan rumus persamaan regresi linear yaitu y = ax ± b, dengan nilai y
adalah 50 dan x adalah IC50. Hasil perhitungan nilai IC50 dari masing-masing
ekstrak dapat dilihat pada Tabel 2.
Gambar 3
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 5
Berdasarkan data pada Tabel 2, besarnya aktivitas antioksidan ditandai
dengan besarnya nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan
untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH. Semakin kecil nilai IC50 maka
semakin besar aktivitas penangkal radikal bebas DPPH.
Berdasarkan hal tersebut maka uji aktivitas antioksidan dengan
menggunakan metode DPPH terhadap ekstrak metanol dan air pada konsentrasI
100 mg/L, 200 mg/L, 400 mg/L, dan 600 mg/L untuk penentuan nilai IC50 dapat
dilihat bahwa ekstrak metanol kulit buah manggis memiliki potensi penangkal
radikal yang relatif besar, dengan konsentrasi yang kecil yaitu 44,49 mg/L dan
54,45 mg/L sudah dapat menangkal radikal bebas sebesar 50%. Untuk ekstrak air
sampel kering dan basah, nilai konsentrasi ekstrak yang dapat menangkal 50%
radikal bebas berturut-turut adalah 346,73 mg/L dan 346,73 mg/L. Artinya pada
konsentrasi tersebut ekstrak air sampel kering dan basah sudah memiliki potensi
sebesar 50% dalam menangkal radikal bebas.
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Brine Shrimp Lethality Test (BST) adalah salah satu metode skrining untuk
menentukan sifat toksik suatu senyawa atau ekstrak secara akut dengan
menggunakan hewan coba Artemia salina.
Klasifikasi Artemia salina adalah sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Bangsa : Anostraca
Suku : Artemidae
Marga : Artemia
Jenis : Artemia salina
Penetasan telur Artemia salina baik perlu memperhatikan beberapa faktor
yaitu: hidrasi dari kista-kista, aerasi, penyinaran, suhu, derajat keasaman (pH), dan
kepadatan telur dalam media penetasan.
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 6
Metode BST merupakan langkah pertama untuk uji toksisitas suatu ekstrak
atau senyawa. Metode ini merupakan metode uji hayati yang sederhana, cepat,
murah, dan dapat dipercaya. Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui
dengan menghitung jumlah kematian larva Artemia salina dengan parameter
Lethal Concentration 50 (LC50). Suatu ekstrak dinyatakan bersifat toksik menurut
metode BST ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000 Pg/ml. Jika hasil uji BST
menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat toksik maka dapat dikembangkan
ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa sitotoksik tumbuhan sebagai
usaha pengembangan obat alternatif antikanker.
Toksikologi
Toksikologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari sifat-sifat racun zat
kimia terhadap makhluk hidup dan lingkungan. Setiap zat kimia pada dasarnya
bersifat racun, tetapi setiap keracunan ditentukan oleh banyak faktor terutama
dosis. Setiap zat kimia yang akan digunakan harus diuji toksisitas dan
keamanannya. Setiap zat kimia, bila diberikan dengan dosis yang cukup besar
akan menimbulkan gejala-gejala toksik. Untuk mengetahui sifat toksisitas ini
pertama-tama harus ditentukan pada hewan coba melalui penelitian toksisitas akut
dan subkronik. Selanjutnya, perlu ditentukan NEL (No Effect Level) yaitu jumlah
atau konsentrasi suatu zat kimia yang ditemukan melalui penelitian atau
observasi, yang tidak menimbulkan kelainan buruk, perubahan morfologi atau
fungsi organ, pertumbuhan, perkembangan, maupun menguragi lama hidup hewan
coba. Selanjutnya, ditentukan pula ADI (Acceptable Daily Intake) yaitu dosis
suatu zat kimia yang terbesar, yang dinyatakan dalam satuan mg/kgBB/hari, yang
dapat diberikan setiap hari seumur hidup, dan diperkirakan tidak menimbulkan
efek kesehatan yang buruk pada manusia, berdasarkan pengetahuan yang ada pada
waktu itu.
Manfaat lain dari pengukuran toksisitas dalam berbagai bidang adalah dapat
digunakan sebagai skrining ekstrak tumbuhan untuk kepentingan pengobatan,
menentukan pertahanan anti-herbivora pada tumbuhan, menilai potensi dan efek
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 7
bahaya dari pestisida baru, menilai toksisitas yang mungkin ditimbulkan oleh
sumber polusi.
Untuk meneliti berbagai macam efek yang berhubungan dengan masa
pemejanan, uji toksikologi dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
1. Uji Toksisitas Akut. Uji ini dirancang untuk menentukan efek toksik suatu
senyawa yang akan terjadi dalam masa pemejanan dengan waktu yang
singkat atau pemberiannya dengan takaran tertentu. Uji ini dilakukan dengan
cara pemberian konsentrasi tunggal senyawa uji pada hewan uji. Takaran
konsentrasi yang dianjurkan paling tidak empat peringkat konsentrasi,
berkisar dari konsentrasi terndah yang tidak atau hampir tidak mematikan
seluruh hewan uji sampai dengan konsentrasi tertinggi yang dapat mematikan
seluruh atau hampir seluruh hewan uji. Biasanya pengamatan dilakukan
selama 24 jam, kecuali pada kasus tertentu selama 7-14 hari.
2. Uji Toksisitas Subkronis atau Subakut, dilakukan dengan memberiakn zat
kimia yang sedang diuji tersebut secara berulang-ulang terhadap hewan uji
selama kurang dari 3 bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spectrum
efek toksik senyawa uji, serta untuk melihatkan apakah spectrum toksik itu
berkaitan dengan takaran konsentrasi.
3. Uji Toksisitas Kronis, dilakukan dengan memberikan zat kimia
secaraberulang-ulang pada hewan uji selama lebih dari 3 bulan atau sebagian
besar dari hidupnya. Meskipun pada penelitian digunakan waktu lebih
pendek, tetapi tetap lebih lambat dibandingkan Uji Toksisitas Akut maupun
Uji Toksisitas Sub Akut.
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 8
BAB II
METODOLOGI, HASIL, DAN PEMBAHASAN
2.1 Metodologi
2.1.1 Judul Praktikum
Toksisitas Akut dengan BSLT (Brine Shrimp Letality Test).
2.1.2 Tempat dan Tanggal Praktikum
Tempat : Laboratorium Farmakologi Lantai 1 FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Hari/Tanggal : Selasa, 28 Mei 2013.
2.1.3 Alat dan Bahan
a. Larva udang Artemia salina
b. Kotak penetasan larva udang
c. Tabung reaksi
d. Mikro pipet 2-20µl
e. Mikro pipet 20-200µl
f. Mikro pipet 100-1000µl
g. Well plate
h. Kaca pembesar
i. Vial
2.1.4 Cara Kerja
a. Penetasan Artemia salina Leach
Pembiakan udang dilakukan dalam sebuah kotak yang telah dibagi menjadi
dua bagian dengan sekat berlubang dimasukkan air laut buatan secukupnya. Cara
membuat air laut buatan adalah dengan menimbang sebanyak 1 gram telur udang
dan dimasukkan ke dalam 1 liter air garam dengan kadar 38 permil (38 gram
garam dalam 1 liter air). Pada kotak tersebut, salah satu sisi ditutup dengan
alumunium foil dan telur udang dimasukkan di dalamnya. Kemudian kotak
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 9
diletakkan di bawah lampu UV selama 48 jam. Larva berumur 48 jam siap
digunakan untuk uji toksisitas.
b. Orientasi konsentrasi
Bertujuan untuk menentukan batas konsentrasi terkecil yaitu 10% kematian
hewan uji (LC10) dan batas konsentrasi terbesar yatu 90% kematian hewan uji
(LC90) sehingga didapat batasan-batasan konsentrasi yang tetap untuk pengujian.
Orientasi konsentrasi dilakukan dengan cara membuat larutan uji
konsentrasi 1000, 100, 10 dan 1 µl/ml. larutan uji dimasukkan ke dalam vial-vial
uji yang berisi 10 ekor larva yang berumur 48 jam setelah menetas, kemudian
ditambahkan air garam hingga 10 mL. pada orientasi ini dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali (triplo).
1. Uji Toksisitas Metode Meyer
Sebanyak 10-12 larva udang dalam 100µl air laut dimasukkan ke dalam vial
uji, kemudian ditambahkan 100µl larutan sampel. Untuk setiap konsentrasi
dilakukan 3 kali pengulangan. Sebagai kontorl dilakuka tanpa penambahan larutan
uji menggunakan 200µl air laut. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dengan
menghitung jumlah larva udang yang masih hidup dan yang sudah mati. Nilai
LC50 ditemukan dnegan program computer sederhana untuk analisis probit pada
taraf kepercayaan 95%. Suatu fraksi ekstrak dikatakan aktif bila mempunyai nilai
LC50 ≤ 1000µg/ml, untuk senyawa murni dikatakan aktif bila mempunyai nilai
LC50 ≤ 30µg/ml.
2. Analisis data
Dt presentasi kematian dari masing-masing konsentrasi ekstrak dianalisis
dengan analisa probit sehingga diperoleh nilai LC50.
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 10
2.2 Hasil
Data Hasil Pengamatan Terhadap Larva Udang
Konsentra
si (ppm)
Log
ko
nsentra
si (x)
Hidup Awal Hidup akhir
Σ total
larva
Mati
Σ total
larva
Hidup
Rata-
rata
larva
mati
(triplo)
Rata-rata
larva
hidup
(triplo)
%
kematian
Probit %
kematian1 2 3 1 2 3
0
(Blanko)- 10 10 10 10 3 7 10 30 3 10 - -
1 0 10 10 10 3 5 4 18 12 6 4 26,67 4,39
10 1 10 10 10 2 0 5 23 7 8 2 43,33 4,82
100 2 10 10 10 0 2 0 28 2 9 1 60,00 5,25
1000 3 10 10 10 0 0 0 30 0 10 0 66,67 5,44
10000 4 10 10 10 0 0 0 30 0 10 0 66,67 5,44
100000 5 10 10 10 0 0 0 30 0 10 0 66,67 5,44
Perhitungan % kematian pada masing-masing konsentrasi
% kematian = Jumlahkematian−Jumlahkematian kontrol
Jumlahawal× 100 %
1. Konsentrasi 1 ppm 4. Konsentrasi 10000 ppm
% kematian = 18−10
30×100 % % kematian =
30−1030
100 %
= 26,67 % = 66,67 %
2. Konsentrasi 10 ppm 5. Konsentrasi 100000 ppm
% kematian = 23−10
30×100 % % kematian =
30−1030
×100 %
= 43,33 % = 66,67 %
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 11
3. Konsentrasi 100 ppm 6. Konsentrasi 1000 ppm
% kematian = 28−10
30×100 % % kematian =
30−1030
×100 %
= 60,00 % = 66,67 %
Pembuatan kurva regresi linier dari data hasil.
Konsentrasi
(ppm)
Log konsentrasi (x) % Kematian Probit %
kematian (y)
1 0 26,67 4,39
10 1 43,33 4,82
100 2 60,00 5,25
1000 3 66,67 5,44
10000 4 66,67 5,44
100000 5 66,67 5,44
0 1 2 3 4 50
1
2
3
4
5
6
f(x) = 0.208571428571429 x + 4.4R² = 0.80440164231373
Larutan Ekstrak dengan larva udang
Linear (Larutan Ekstrak dengan larva udang)
Dari regresi linier didapatkan persamaan :
y = bx + a
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 12
y = 0,2086x + 4,6086
Ket : y = % probit kematian
x = Log Konsentrasi
Selanjutnya, untuk dilakukan pencarian letal konsentrasi 50 (LC50) dengan
menggunakan persamaan yang telah diperoleh.
5,00 = 0,2086x + 4,0686
5,00 – 4,6086 = 0,20856x
x = 0 ,39140,208 6
= 1,8763
x = Log konsentrasi
Konsentrasi = antilog 1,8763
= 75,2174 ppm
Diperoleh Letal Konsentrasi 50 (LC50) dari ekstrak Garcinia mangostana
L. (Manggis) pada larva udang yaitu konsentrasi 75,2174 ppm.
Perhitungan % kematian dari hasil yang dirata-ratakan
% Kematian =
(rata−rata jumlah kematia )−(rata−rata jumlah kematiankontrol)(rata−rata jumlah awal)
×100 %
1. Konsentrasi 1 ppm 4. Konsentrasi 10000 ppm
% kematian = 6−310
×100% % kematian = 10−3
10×100 %
= 30 % = 70 %
2. Konsentrasi 10 ppm 5. Konsentrasi 100000 ppm
% kematian = 8−310
×100 % % kematian = 10−3
10×100 %
= 50 % = 70 %
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 13
3. Konsentrasi 100 ppm 6. Konsentrasi 1000 ppm
% kematian = 9−310
×100 % % kematian = 10−3
10×100 %
= 60 % = 70 %
Pembuatan kurva regresi linier dari data hasil yang dirata-ratakan
Konsentrasi
(ppm)
Log konsentrasi
(x)% Kematian
Probit %
kematian (y)
1 0 30 % 4,48
10 1 50 % 5,00
100 2 60 % 5,25
1000 3 70 % 5,52
10000 4 70% 5,52
100000 5 70% 5,52
0 1 2 3 40
10
20
30
40
50
60
70
80
f(x) = 10 x + 26R² = 0.892857142857143
Larutan Ekstrak dengan larva udang
Linear (Larutan Ekstrak dengan larva udang)
Dari regresi linier didapatkan persamaan :
y = bx + a
y = 0,2009x + 4,7129
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 14
Ket : y = % probit kematian
x = Log Konsentrasi
Selanjutnya, untuk dilakukan pencarian letal konsentrasi 50 (LC 50) dengan
menggunakan persamaan yang telah diperoleh.
5,00 = 0,2009x + 4,7129
5,00 – 4,7129 = 0,2009x
x = 0 ,28710,20 09
= 1,4291
x = Log konsentrasi
Konsentrasi = antilog 1,4291
= 26, 8577 ppm
Diperoleh Letal Konsentrasi 50 (LC 50) dari ekstrak Garcinia mangostana L.
(Manggis) pada larva udang yaitu konsentrasi 26, 8577 ppm.
2.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, bertujuan untuk melakukan uji toksisitas akut
dengan BSLT (Brine Shrimp Letality Test) pada ekstrak Garcinia mangostana L.
(Manggis). Dimana, dari uji tersebut kita dapat menetapkan LC50 yang merupakan
parameter ketoksikan akut berdasarkan analisa probit.
Suatu konsentrasi mematikan (Lethal Consentration) adalah analisa secara
statistik yang menggunakan uji Whole Effluent Toxicity (WET) untuk menaksir
letalitas sampel effluen. Test akut digunakan di Wisconsin untuk menaksir kondisi
“akhir dari pipa” (yaitu, effluen yang tidak dilemahkan, sebagai adanya
dibebaskan pada lingkungan) (Casseret dan Doull’s, 1975).
Konsentrasi effluen dimana 50% dari organisme mati selama tes (LC50)
digunakna sebagai pemenuhan titik terakhir (endpoint) untuk Test Whole Effluent
Toxicity (WET) akut. Dalam rangka mangalkulasi LC50, salah satu dari
konsentrasi tes harus menyebabkan lebih dari 50% kematian. LC50 yang lebih
rendah berarti semakin beracun effluen tersebut. Sebagai contoh, LC50 besar 100%
berarti kekuatan penuh effluen tersebut tidak membunuh lebih dari separuh
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 15
organisme. LC50 sama dengan 50% berarti separuh effluen mempunyai kekuatan
membunuh 50% dari organisme tersebut. Uji toksisitas dimaksudkan untuk
memaparkan adanya efek toksik atau menilai batas keamanan dalam kaitannya
dengan penggunaan suatu senyawa. Pengukuran toksisitas dapat ditentukan
dengan secara kuantitatif yang menyatakan tingkat keamanan dan tingkat
berbahaya cat tersebut (Casseret dan Doull’s, 1975).
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu metode uji toksisitas
yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik
dari bahan alam. Metode ini dapat digunakan sebagai bioassay-guided
fractionation dari bahan alam, karena mudah, cepat, murah dan cukup
reprodusibel. Metode BSLT dapat dipercaya untuk menguji aktivitas farmakologis
dari bahan-bahan alami (Carballo et al., 2002).
Uji toksisitas dengan metode BSLT ini merupakan uji toksisitas akut dimana
efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang
waktu selama 24 jam setelah pemberian dosis uji. Prosedurnya dengan
menentukan nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva
Artemia salina Leach. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT
jika harga LC50 ≤ 1000 µg/ml, sedangkan untuk senyawa murni jika LC50 ≤ 30
µg/ml (Mayer et al., 1982).
Hal pertama yang dilakukan dalam uji toksisitas dengan metode ini adalah
persiapan larva udang. Pada persiapan larva udang ini, agar dapat menetas dan
hidup, lingkungan larva diidentikkan dengan air laut yaitu dengan pembuatan air
laut sintetik dengan melarutkan 38 g garam dalam 1 L air suling. Bejana penetas
disekat sehingga memilki dua sisi ruang, yaitu sisi terbuka dan tertutup. Telur
udang laut Artemia salina Leach ditaburkan dalam bejana pada bagian sisi yang
tertutup. Tujuannya adalah jika nantinya telur menetas, larva akan mencari daerah
yang terang untuk bisa bertahan hidup. Dari hal ini dapat meminimalisir adanya
larva yang mati setelah terjadinya penetesan. Jadi, pada bagian sisi yang terbuka
dihasilkan larva yang masih hidup setelah terjadinya penetasan sehingga dalam
pengambilan larva tidak ada kekeliruan dalam pengamatan nantinya. Pada bagian
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 16
sisi yang terbuka diberi lampu yaang menghadap pada sisi tersebut. Setelah 48
jam telur yang telah menetas siap digunakan sebagai hewan uji.
Selanjutnya adalah pembuatan larutan ekstrak dengan beberapa konsentrasi
yaitu 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, 1.000 ppm, 10.000 ppm, dan 100.000 ppm. Selain
itu, dilakukan juga pembuatan blanko. Masing-masing konsentrasi dan blanko
dilakukan secara triplo dimana larutan dimasukkan ke dalam 3 vial kira-kira 3 ml.
Selanjutnya dari masing-masing vial, diambil 1 ml yang kemudian digenapkan
dengan air laut sintetik hingga 10 ml yang kemudian dimasukkan 10 ekor larva
udang laut. Lakukan pengamatan hingga 24 jam kemudian hitung jumlah larva
yang mati.
Dari hasil pengamatan, didapatkan data yang kemudian dapat diolah untuk
mendapatkan nilai LC50 (Lethal Concentration 50%) dengan menggunakan
metode analisis probit. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada bagian hasil.
Setelah dilakukan pengolahan data, didapatkanlah hasil LC50 pada ekstrak
Garcinia mangostana L. (Manggis) pada larva udang yaitu konsentrasi 75,87
ppm. Berdasarkan teori suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT
jika harga LC50 ≤ 1000 µg/ ml, sedangkan untuk senyawa murni jika LC50 ≤
30µg/ml (Mayer et al., 1982), maka dapat dinyatakan bahwa ekstrak Garcinia
mangostana L. (Manggis) toksik pada konsentrasi 75,2174 ppm.
Faktor yang mempengaruhi hasil yang didapatkan pada praktikum ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal, seperti konsentrasi/kadar garam dalam larutan air
yang digunakan sebagai pengganti air laut tempat hidup larva tidak sesuai hingga
menyebabkan banyak larva yang dijadikan blanko mati. Selain itu faktor dari
larva itu sendiri yang mungkin masih terlalu lemah atau karena kesalahan dari
praktikan yang mengambil larva tersebut tidak hati-hati juga dapat menyebabkan
larva pada blanko tidak dapat betahan hidup hingga pada saat pengamatan.
Proses pembuatan ekstrak yang digunakan juga dapat menyebabkan karena
pemisahan ekstrak dengan pelarut yang digunakan saat proses pengekstrakan dari
simplisia yang tidak baik dapat menyebabkan ekstrak masih mengandung pelarut-
pelarut organik yang dapat membunuh dari larva udang pada sample uji.
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa:
- Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu metode uji toksisitas
yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat
toksik dari bahan alam. Dimana pengujian BSLT dilakukan dalam waktu
yang relative singkat yakni 24 jam.
- Ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT jika harga LC50 ≤ 1000
µg/ ml, sedangkan untuk senyawa murni jika LC50 ≤ 30 µg/ ml. Dari hasil
percobaan, konsentrasi antara 10 ppm dan 100 ppm % kematian larva
mencapai 50%. Setelah dikonversikan ke persamaan regresi linier didapatkan
konsentrasi LC50 larva adalah 75,2174 ppm.
- Ekstrak Gracinia mangostana L (kulit manggis) efek toksiknya cukup tinggi
yakni di bawah 100 ppm telah memberikan lethal dose untuk larva udang
Artemia salina Leach. Sehingga ekstrak ini dapat digunakan sebagai
antikanker.
3.2 Saran
Sebaiknya pada saat membuat larutan blanko harus diperhatikan karena
banyak faktor human eror yang dapat terjadi. Selain itu ketelitian juga diperlukan
dalam mengamati larva, memasukkan larva sesuai dengan jumlah yang
ditentukan.
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 18
DAFTAR PUSTAKA
Mayer BNNR, Ferrigni ML. Brine Shrimp, a convinient general bioassay for
active plant constituents. J of Plant Medical Research. 1982;45:31-34.
Carballo JL, Hernandez ZL, Perez P, Garcia MD. Comparison between two brine
shrimp assays to detect in vitro cytotoxicity in marine natural products. BMC
Biotechnology. 2002;2:1472-6570.
Casarett, L.J. and J. Doull. 1975. Toxycologi. The Basic Science of Poisons. New
York. Mac Milla. Publ. Co.Inc.:329-330.
Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin JL.
Brine shrimp: A convenient general bioassay for active plant constituents.
Planta Med [serial online] 1982 May [cited 2009 January 22]; 45(5): 31-4.
Rice SA, Maness IB. Brine shrimp bioassays: a useful technique in biological
investigations. The American Biology Teacher [serial online] 2004 [cited
2009 Feb 7]; 66 (3): 208-215.
Chapter 5 : Toxicology Of Plant Materials. [serial online] [cited 2009 Feb 7].
Moongkarndi, P., Kosem, N., Kaslungka, S., Luanratana, O., Pongpan, N.,
Neungton, N. Antiproliferation, Antioxidation and Induction of Apoptosis
by Garcinia mangostana (Mangosteen) on SKBR3 Human Breast Cancer
Cell Line. J Ethnopharmacol. 2004, 90, 161-166.
Weecharangsan, W., Opanasopit, P., Sukma, M., Ngawhirunpat, T.,
Sotanaphun, U., Siripong, P. Antioxidative and Neuroprotective
Activities of Extracts from The Fruit Hull of Mangosteen (Garcinia
mangostana Linn.). Med Princ Pract. 2006, 15, 281-287.
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 19
Ho, C. K., Huang, Chen. Garcinone E, a Xanthone Derivative, Has Potent
Cytotoxic Effect Against Hepatocellular Carcinoma Cell Lines. Planta Med.
2002, 68, 975-979.
Jung, H. A., Su, B. N. Keller, W. J. Mehta, R. G. Kinghorn, A. D.
Antioxidant Xanthones from The Pericarp of Garcinia mangostana
(Mangosteen). J Agric. Food. Chem. 2006, 54, 2077-2082.
Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 20